[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) (Penelitian di MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung) LAPORAN PENELITIAN Mendapat Bantuan Dana dari DIPA-BOPTAN UIN Sunan Gunung Djati Bandung Tahun Anggaran 20014 Oleh: Dr. H. A. Rusdiana, MM. NIP: 196104041986031001 PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2014 ABSTRAK A. Rusdiana: Penelitian ini dilatar belakangi masih kurangnya pemahaman guru tentang teknik dan cara mengintegrasikan nilai karakter bangsa dalam KBM, khususnya di MTs Al-Misbah Cipadung Bandung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui model integrasi penerapan Pendidikan Karakter dalam KBM di MTs AlMisbah. Metode yang digukan adalah analisis deskriptif dengan mengambil 3 orang guru, Guru PKn, Guru Agama dan Guru Seni Budaya. Manfaat kegiatan penelitian ini: bagi guru, kemampuan menerapkan PAKEM akan memberi kemudahan dalam melaksanakan tugas mengajarnya, karena yang lebih aktif adalah siswa, sedangkan guru akan lebih banyak berperan sebagai fasiliator; bagi siswa, akan termotivasi semangat belajarnya sehingga akan menambah keberanian untuk bertanya, menjawab, melakukan sesuatu tindakan yang berpola terstruktur, menemukan dan mengembangkan ide-ide baru, sehingga aktivitas dan antusias belajar siswa lebih meningkat. bagi Madrasah meningkatkan daya tawar madrasah di era persaingan global. Simpulan penelitian ini: Kegiatan bimbingan penerapan PAKEM bagi guru yang dilaksanakan kepala MTs Al-Misbah telah terlaksana dengan baik dan memberi kontribusi terhadap peningkatan pemahaman dan keterampilan guru tentang penerapan pendekatan PAKEM dalam KBM. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman dan keterampilan guru tentang penerapan PAKEM dalam KBM berimplikasi pada peningkatan partisipasi atau keaktifan siswa terhadap keterlaksanaan nilai-nilai karakter bangsa, seperti nilai kerja keras, kerjasama, saling menghargai dan sebagainya. A. Rusdiana i KATA PENGANTAR Puji dan syukur yang tiada terhingga seyogianya kita panjatkan kehadirat Allah SWT senantiasa mengalir tiada henti. Berkat lintasan inspirasi-Nya serta partisipasi berbagai pihak, alhamdulillah akhirnya penelitian ini dapat diselesaiaikan, yang secara umum meneliti tentang sejauhmana, Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) dalam KBM di MTs AlMisbah Cipadung Kota Bandung, hal ini diharapkan akan membantu dalam mensukseskan program pendidikan yang telah dicanangkan. Sesuai denga tujuan utama MBS/M, yaitu meningkatkan efesiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efesiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi. Pada akhirnya Manajemen Berbasis Madrasah, berjalan secara edektif dan Efisien akan menghasilkan output/lulusan yang berkualitas Deraan berbagai kendala dan benturan kepentingan di tengah kesibukan bekerja dan mengajar menjadi tak terasa berkat adanya kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami menghaturkan terima kasih yang tulus, terutama kepada: 1. Kepala Lembaga penelitian UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang telah memberi kesempatan dan kemudahan kepada kami untuk melakukan penelitian ini. ii Pendidikan Karakter 2. Kepala MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung yang telah memberikan rekomendasi untuk kelancaran penelitian ini. 3. Para guru yang telah menjadi penghubung dengan para responden sekaligus sebagai pengumpul data. 4. Seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. 5. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu, baik berupa sumbangan pemikiran, saran ataupun kritik konstruktif dalam proses pembuatan laporan penelitian ini. Semoga bantuan yang telah diberikan menjadi amal saleh dan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya kami berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi yang positif terutama bagi pihak-pihak memiliki komitmen dalam pembinaan dan pengembangan pendidikan, serta pihak terkait terkait lainnya. Bandung, 30 Oktober 2014 Peneliti A. Rusdiana iii iv Pendidikan Karakter DAFTAR ISI ABSTRAK ..........................................................................................i KATA PENGANTAR ......................................................................ii DAFTAR ISI ..................................................................................... v DAFTAR TABEL DAN GAMBAR .............................................viii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang.............................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................. 6 C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ......................... 7 1. Rumusan Masalah .............................................................. 7 2. Rumusan Masalah .............................................................. 7 D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................... 7 1. Tujuan Penelitian................................................................ 7 2. Manfaat Penelitian.............................................................. 8 E. Definisi Istilah .......................................................................... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................... 11 A. Konsep Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) ..................................................... 11 1. Pengertian Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)................................................ 11 2. Ciri-ciri Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)................................................ 24 3. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM? .................................. 25 4. Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?................................................... 27 B. Pembangunan Karakter Bangsa ............................................. 33 1. Pengertian Pembangun Karakter Bangsa ......................... 33 2. Strategi Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan ........................................................................ 34 3. Deskripsi Nilai-nilai Pembanguan Karakter Bangsa ....... 44 C. Hipotesis Tindakan................................................................. 53 A. Rusdiana v BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 55 A. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ................................ 55 B. Waktu dan Lama Waktu Penelitian ....................................... 55 C. Subjek Penelitian.................................................................... 55 D. Variabel Penelitian ................................................................. 55 1. Variabel bebas (X)............................................................ 56 2. Variabel terikat (Y) .......................................................... 56 E. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 56 1. Penilaian Pre Tes dan Post Tes ........................................ 57 2. Observasi dan catatan data lapangan................................ 57 3. Catatan hasil refleksi ........................................................ 58 F. Teknik Pembahasan ............................................................... 58 G. Tindakan................................................................................. 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 63 A. Profil MTs. Al-Mishbah Cipadung Bandung ........................ 63 1. Sejarah Singkat Pendirian YSDP Al – Mishbah.............. 63 2. Identitas Madrasah ........................................................... 65 3. Profil Siswa 5 (lima ) Tahun terakhir............................... 65 4. Profil Tamatan 5 tahun .................................................... 66 5. Sarana/Prasarana............................................................... 66 B. Proses Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (Pakem) Dalam KBM di MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung ........................................................ 71 1. Siklus/tahap 1 ................................................................... 71 2. Siklus/tahap 2 ................................................................... 81 3. Siklus/tahap 3 ................................................................... 91 C. Pembahasan.......................................................................... 100 1. Pembahasan Data Siklus 1 ............................................. 100 2. Pembahasan Data Siklus 2 ............................................. 103 3. Pembahasan Data Siklus 3 ............................................. 105 vi Pendidikan Karakter BAB V SIMPULAN DAN SARAN........................................................... 112 A. Simpulan............................................................................... 112 B. Saran..................................................................................... 113 DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 115 A. Rusdiana vii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Gambar: 2.1. Garis besar PAKEM ................................................... 15 Gambar 3: Konteks Mikro Pendidikan Karakter .............................. 27 Tabel: 2.1 Kegiatan KBM dan Kemampuan Guru yang Besesuaian 17 Tabel: 2.2. Nilai-nilai Pembangunan Karakter Bangsa .................... 32 Tabel: 3.1. Empat Nilai-nilai Pembangunan Karakter Bangsa (Fokus Penelitian) ............................................................................. 41 Tabel: 4.1 Keadaan Siswa SMP Ibn Rusyd Tahun 2012/2013........ 43 Tabel: 4.2 Keadaan Guru SMP Ibn Rusyd Tahun 2012/2013 ......... 43 Tabel: 4.3 Keterlaksanaan Nilai Pembangunan Karakter Bangsa dalam KBM (Siklus-1) ........................................................ 49 Tabel 4.4 Lembaran Observasi Pelaksanaan Pembelajaran SILKUS 1 .............................................................................................. 54 Tabel 4.5 Keterlaksanaan Nilai Pembangunan Karakter Bangsa dalam KBM (Siklus-2) ................................................................... 56 Tabel 4.6.Rekapitulasi Hasil Penilian RPP Pertemuan Ke Silkus 3. 59 Tabel 4.7 Lembaran Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Silkus 3 ................................................................................. 60 Tabel 4.8 Keterlaksanaan Nilai Pembangunan Karakter Bangsa Dalam KBM (Siklus-3)......................................................... 62 Grafik. 4.1: Pencapaian Skor Nilai Keterampilan Guru dalam Pembuatan Rencana Pembelajaran ....................................... 66 Grafik.4.2: Pencapaian Skor Nilai Keterampilan Guru dalam Pelaksanaan (Praktek) Pembelajaran .................................... 67 Grafik-4.3: Pencapaian Skor Rata-rata Aktivitasi Siswa dalam KBM .............................................................................................. 68 Grafik-4.4: Pencapaian Keterlaksanaan Nilai-nilai Pembangunan Karakter Bangsa dalam KBM............................................... 69 viii Pendidikan Karakter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang harus menjiwai semua bidang pembangunan. Salah satu bidang pembangunan nasional yang sangat penting dan menjadi fondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah pembangunan karakter bangsa. Pembangunan nasional yang selama ini dilaksanakan telah menunjukkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat, yang meliputi bidang sosial budaya dan kehidupan beragama, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, pertahanan dan keamanan, hukum dan aparatur, pembangunan wilayah dan tata ruang, penyediaan sarana dan prasarana, serta pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Namun, di samping banyak kemajuan yang telah dicapai ternyata masih banyak masalah dan tantangan yang belum sepenuhnya terselesaikan, termasuk kondisi karakter bangsa yang akhirakhir ini mengalami pergeseran. A. Rusdiana 1 Pembangunan karakter bangsa yang sudah diupayakan dengan berbagai bentuk, hingga saat ini belum terlaksana dengan optimal. Hal itu tecermin dari kesenjangan sosialekonomi-politik yang masih besar, kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai di seluruh pelosok negeri, masih terjadinya ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi di kalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan, korupsi yang dan merambah pada semua sektor kehidupan masyarakat. Saat ini banyak dijumpai tindakan anarkis, konflik sosial, penuturan bahasa yang buruk dan tidak santun, dan ketidaktaataan berlalu lintas. Masyarakat Indonesia yang terbiasa santun dalam berperilaku, melaksanakan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, mempunyai kearifan lokal yang kaya dengan pluralitas, serta bersikap toleran dan gotong royong mulai cenderung berubah menjadi hegemoni kelompok-kelompok yang saling mengalahkan dan berperilaku tidak jujur. Semua itu menegaskan bahwa terjadi ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa yang bermuara pada (1) disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi dan ideologi bangsa, (2) keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila, (3) bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, (4) 2 Pendidikan Karakter memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, (5) ancaman disintegrasi bangsa, dan (6) melemahnya kemandirian bangsa. Memperhatikan situasi dan kondisi karakter bangsa yang memprihatinkan tersebut, pemerintah mengambil inisiatif untuk memprioritaskan pembangunan karakter bangsa. Pembangunan karakter bangsa seharusnya menjadi arus utama pembangunan nasional. Artinya, setiap upaya pembangunan harus selalu dipikirkan keterkaitan dan dampaknya terhadap pengembangan karaker. Hal itu tecermin dari misi pembangunan nasional yang memosisikan pendidikan karakter sebagai misi pertama dari delapan misi guna mewujudkan visi pembangunan nasional, sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007), yaitu terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan prilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotongroyong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi ipteks. Pembangunan karakter bangsa memiliki urgensi yang sangat luas dan bersifat multidimensional. Sangat luas karena A. Rusdiana 3 terkait dengan pengembangan multiaspek potensi-potensi keunggulan bangsa dan bersifat multidimensional karena mencakup dimensi-dimensi kebangsaan yang hingga saat ini sedang dalam proses “menjadi”. Dalam hal ini dapat juga disebutkan bahwa (1) karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa; (2) karakter berperan sebagai “kemudi” dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing; (3) karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat. Selanjutnya, pembangunan karakter bangsa akan mengerucut pada tiga tataran besar, yaitu (1) untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa, (2) untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan (3) untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat. Pembangunan karakter bangsa harus diaktualisasikan secara nyata dalam bentuk aksi nasional dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa sebagai upaya untuk menjaga jati diri bangsa dan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dalam naungan NKRI. Pembangunan karakter bangsa harus dilakukan melalui pendekatan sistematik dan integratif dengan 4 Pendidikan Karakter melibatkan keluarga; satuan pendidikan; pemerintah; masyarakat termasuk teman sebaya, generasi muda, lanjut usia, media massa, pramuka, organisasi kemasyarakatan, organisasi politik, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat; kelompok strategis seperti elite struktural, elite politik, wartawan, budayawan, agamawan, tokoh adat, serta tokoh masyarakat. Adapun strategi pembangunan karakter dapat dilakukan melalui sosialisasi, pendidikan, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja sama dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat serta pendekatan multidisiplin yang tidak menekankan pada indoktrinasi. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif atau dingkat PAKEM merupakan proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan A. Rusdiana 5 dirinya dan orang lain. Dengan demikian melalui penerapan pendakatan PAKEM siswa didik untuk gemar membaca, belajar dengan sungguh-sungguh, mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan sebaik mungkin, berupaya mendapatkan hasil trerbaik, bekerjasama dengan sesama teman dan hal-hal positip lainnya yang semuanya memiliki keterkaitan dengan indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa. Berdasarkan kenyataan di atas penulis mencoba mengadakan penelitian tindakan sekolah untuk mengetahui efektivitas penerapan pendekatan PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung serta kaitnya dengan pembangunan karakter bangsa B. Identifikasi Masalah Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab masih rendahnya penerapan pendidikan karakter bangsa di MTs AlMisbah Cipadung Kota Bandung , antara lain: a. Belum semua guru mampu menerapkan pendekatan atau model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan sekaligus menyenangkan, seperti pendekatan PAKEM sehingga memungkinkan berkembangannya potensi siswa di sekolah. b. Keterbatasan sarana dan prasana pembelajaran untuk menerapkan pendidikan karakter bangsa; 6 Pendidikan Karakter c. Masih kurangnya tenaga kependidikan yang belum memahami makna pendidikan karakter bangsa. C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan dengan mempertimbangkan waktu, tenaga dan biaya yang tersedia, penelitian tindakan sekolah ini hanya membatasi pada masalah belum semua guru mampu menerapkan pendekatan atau model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan sekaligus menyenangkan, seperti pendekatan PAKEM. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian di rumuskan sebagai berikut: "Bagaimana efektivitas penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) terhadap Pengembangan Nilai-nilai Karakter Bangsa di MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung." D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan khusus dari kegiatan penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk mengetahui efevtivitas penerapan pendekatan PAKEM dalam KBM di MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung. Sedangan tujuan umum dari kegiatan penelitian A. Rusdiana 7 tindakan sekolah ini adalah untuk mengetahui model integrasi penerapan Pendidikan Karakter Bangsa dalam dalam kegiatan belajar mengajar di MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari kegiatan penelitian tindakan sekolah ini, antara lain: a. Bagi Siswa: Dengan penerapan pendekatan PAKEM, siswa akan tergugah semangat belajarnya sehingga menambah akan keberanian untuk bertanya, menjawab, melakukan sesuatu tindakan yang berpola terstruktur, menemukan dan mengembangkan ide-ide baru, sehingga aktivitas dan antusias belajar siswa lebih meningkat. Dengan demikian melalui penerapan PAKEM akan terbina nilai-nilai karakter bangsa. b. Bagi Guru: Kemampuan menerapkan PAKEM akan memberi kemudahan dalam melaksanakan tugas mengajarnya, karena yang lebih aktif adalah siswa, dan guru hanya mengarahkan saja. c. Bagi Sekolah: Hasil dari proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. 8 Pendidikan Karakter E. Definisi Istilah Beberapa istilah yang dipergunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini, antara lain: a. PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan; Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa; Efektif bermakna bahwa proses pembelajaran menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa, sedangkan Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi. b. Karakter bangsa kebangsaan yang adalah kualitas khas-baik yang perilaku tecermin kolektif dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik A. Rusdiana 9 yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI. c. Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektifsistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 10 Pendidikan Karakter BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) 3. Pengertian Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Ia ibarat jantung dari proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula. Demikian pula sebaliknya. Hasil belajar pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa belum mampu menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini. Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan A. Rusdiana 11 anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Apa itu PAKEM? PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. PAKEM adalah sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja. PAKEM diatur dalam UU Sisdiknas Tahun 2003 Pasal 4 dan Pasal 40 dan PP No.19 Tahun 2005, Pasal 19. 12 Pendidikan Karakter Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Awal mula kata-kata PAKEM dikembangkan dari istilah AJEL (Active Joyfull and Efective Learning). Kali pertama di Indonesia pada tahun 1999 dikenal dengan istilah PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif dan Menyenangkan). Namun seiring dengan perkembangan MBS di Indonesia pada tahun 2002 istilah PEAM diganti menjadi PAKEM, yaitu kependekan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan A. Rusdiana 13 Menyenangkan. Namun demikian jika dicermati dalam modulmodul pelatihan PAKEM, landasan-landasan teori yang digunakan di dalamnya pada hakikatnya adalah mengambil dari teori-teori tentang active learning atau pembelajaran aktif. Pendekatan belajar siswa aktif sebenarnya sudah sejak lama dikembangkan. Konsep ini didasari pada keyakinan bahwa hakikat belajar adalah proses membangun makna/pemahaman, oleh si pembelajar, terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan yang dimiliki) dan perasaannya. Dengan demikian siswalah yang harus aktif untuk mencari informasi, pengalaman maupun keterampilan dalam rangka membangun sebuah makna dari hasil proses pembelajaran. a. Pembelajaran Aktif Pengertian pembelajaran aktif sedikit membingungkan. Hal tersebut dikarenakan setiap orang memberikan pengertian yang berbeda-beda. Terlebih jika melihat hakikat belajar sebagaimana disebutkan di atas yaitu proses membangun makna oleh si pembelajar. Jadi mustahil siswa dikatakan belajar tetapi dia pasif sama sekali. Barangkali istilah pembelajaran aktif di sini lebih tepat merupakan lawan dari pembelajaran konvensional. Pada 14 Pendidikan Karakter pembelajaran konvensional gurulah yang mendominasi semenatara pada pembelajaran aktif siswalah yang lebih banyak melakukan aktivitas belajar. Kedua pendekatan pembelajaran masih tetap ada keaktifan siswa, namun dalam kadar yang berbeda. Secara kuantitatif depdiknas (2010), pernah menetapkan dengan perbandingan 30%: 70%. Jika pendekatan konvensional (implementasi kurikulum 1994 dan sebelumnya) teknik pembelajarannya adalah 70% guru ceramah dan 30% siswa aktif melakukan kegiatan. Sedangkan pada pembelajaran aktif (imlementasi dari kurikulum 2006) teknik pembelajaran dilakukan dengan 70% siswa yang aktif melakukan kegiatan dan guru hanya 30% saja. Pembelajaran aktif adalah suatu istilah yang memayungi beberapa model pembelajaran yang memfokuskan tanggung jawab proses pembelajaran pada si pelajar. Bonwell dan Eison (1991) mempopulerkan pendekatan ini ke dalam pembelajaran. Istilah active learning ini sudah dikenal pada tahun 1980-an. Kemudian pada tahun 1990- an Association for the Study of Higher Education (ASHE) memberikan laporan yang lebih lengkap tentang active learning. Dalam laporannya tersebut mereka telah mendiskusikan berbagai metode pembelajaran untuk memperkenalkan aktive learning. A. Rusdiana 15 Berikut pandangan dari para ahli mengenai kegiatan, siswa, dan lingkungan belajar active learning yang dipaparkan oleh Missouri Department of Elementary and Secondary Education Missouri Department of Elementary and Secondary Education dalam http://schoolweb. missouri. edu/stoutlan d/elementary/active_learning.htm, sebagai berikut: 1) Silberman, M (1996), menggambarkan saat belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan. Mereka menggunakan otak untuk mempelajari ide-ide, memecahkan permasalahan, dan menerapkan apa yang mereka belajar. belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan secara pribadi... untuk mempelajari sesuatu dengan baik, harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain. Semua itu diperlukan oleh siswa untuk melakukan kegiatan menggambarkannya sendiri, mencontohkan, mencoba keterampilan, dan melaksanakan tugas sesuai dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. 2) Glasgow (1996) siswa aktif adalah siswa yang bekerja keras untuk mengambil tanggung jawab lebih besar dalam proses belajarnya sendiri. Mereka mengambil 16 Pendidikan Karakter suatu peran yang lebih dinamis dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka harus mengetahui, apa yang harus mereka lakukan, dan bagaimana mereka akan melakukan itu. Peran mereka kemudian semakin luas untuk self- management, dan memotivasi diri untuk menjadi suatu kekuatan lebih besar di yang dimiliki siswa. 3) Modell dan Michael (1993), menggambarkan suatu lingkungan belajar aktif adalah lingkungan belajar di mana para siswa secara individu didukung untuk terlibat aktif dalam proses membangun model mentalnya sendiri dari informasi yang telah mereka peroleh. 4) UC Davis TAC Handbook, Active Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menjadi guru bagi mereka sendiri. Active learning adalah suatu pendekatan bukan metode. Menurut Joel Wein (1997:1), mendefinisikan active learning adalah nama suatu pendekatan untuk mendidik para siswa dengan memberikan peran yang lebih aktip di dalam proses pembelajaran. unsur umum di dalam pendekatan ini adalah bahwa guru dipindahkan peran kedudukannya dari yang paling berperan depan suatu kelas dan mempresentasikan A. Rusdiana 17 material pelajaran; menjadi para siswa lah yang berada pada posisi pengajaran diri mereka sendiri, dan guru diubah menjadi seorang pelatih dan penolong di dalam proses itu. Akhirnya dikatakan oleh pada Mayer tahun 2004 (2004) sebagaimana dalam http://en.wikipedia.org/wiki/active_lear wikipedia di ning#column-one strategi seperti “active learning” sudah berkembang luas hampir pada semua kelompok teori yang mengenalkan tentang pembelajaran yang mana siswa dapat menemukan sendiri. Bruner pada tahun 1961 pernah menjelaskan bahwa asalkan siswa sudah terlibat dalam proses pembelajaran, kemudian dapat mengingat kembali informasi yang telah diberikan sebelumnya, itu sudah dikatakan siswa aktif. Tetapi penjelasan itu ditentang oleh Mayer (2004); Kirschner, Sweller, and Clark, (2006) yang pada intinya mengatakan bahwa aktif menjelaskan bahwa siswa aktif tidak hanya sekedar hadir di kelas, menghafalkan dan akhirnya mengerjakan soal-soal di akhir pelajaran. Siswa harus terlibat aktif baik secara fisik maupun mental. Siswa semestinya juga aktif melakukan praktik dalam proses pembelajaran. Bonwell dan Eison (1991) dalam wikipedia di http://en.wikipedia. 18 org/wiki/active_lear ning#column-one Pendidikan Karakter memberikan beberapa contoh pembelajaran aktif seperti pembelajaran berpasangpasangan, berdiskusi, bermain peran, debat, studi kasus, terlibat aktif dalam kerja kelompok, atau membuat laporan singkat dan sebagainya. Untuk hal itu: 1) Disarankan agar guru menjadi pemandu sepanjang tahap awal pembelajaran, kemudian biarkan anak melakukan praktik keterampilan baru kemudian memberikan informasi-informasi baru yang belum diketahui siswa selama pembelajaran. 2) Disarankan penggunaan active learning pada saat siswa telah mengenal materi sebelumnya, dan mereka telah memiliki suatu pemahaman yang baik manyangkut materi sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa active learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran (mencari informasi, mengolah informasi, dan menyimpulkannya untuk kemudian diterapkan/ dipraktikkan) dengan menyediakan lingkungan belajar yang membuat siswa tidak tertekan dan senang melaksanakan kegiatan belajar. Pembelajaran aktif dalam PAKEM dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana A. Rusdiana 19 sedemikian rupa mempertanyakan, sehingga dan siswa mengemukakan aktif bertanya, gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga jikapembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar (Sediono, dkk. 2003: 34). b. Pembelajaran Kretif Pembelajaran Kreatif, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa untuk melakukan proses pembelajaran yang kreatif. Jerry Wennstrom (2005) mengatakan proses kreatif adalah suatu format explorasi yang berbeda dari yang lain, yaitu proses yang dihubungkan dalam pengalaman hidup dan bukan merupakan suatu model umum. Proses pembelajaran yangkreatif adalah adalah suatu tindakan untuk penemuan terus menerus, penggalian yang mendalam dengan hati, pikiran dan semangat untuk mendapatkan keindahan dan pengalaman baru yang dapat ia rasakan (http://www.handsofalchemy.com). Menurut Jerry Wennstrom ini, proses belajar dikatakan kreatif bukan dilihat dari orang lain, namun lebih dilihat dari si-pelaku belajar sendiri. Dalam proses belajar apakah siswa 20 Pendidikan Karakter telah menggunakan seluruh kemampuannya untuk memperoleh keindahan dan pengalaman baru. Keindahan dan pengalaman baru tersebut hanya bisa dirasakan oleh siswa itu sendiri. Dengan demikian proses kreatif antara siswa yang satu dengan yang lainnya berada pada takaran yang berbedabeda. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa PAKEM adalah akronim dari Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. c. Pembelajaran Menyenangkan Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti menaingkatkan hasil belajar. Seperti dikatakan oleh Muhhammad Rasyid Dimas bahwa memetik sinar kegembiraan pada anak akanmemunculkan keriangan dan vitalitas dalam jiwanya. Hal A. Rusdiana 21 itu juga akan menjadikan si anak selalu siap untuk menerima perintah, peringatan, atau bimbingan apapun. Menabur kegembiraan dan keceriaan pada anak akan membuatnya mampu mengaktualisasikan kemampuannya dalam bentuk yang sempurna (Tate Qomaruddin. 2005: 19). Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup bila proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Pembelajaran yang menyenangkan ditandai dengan besarnya perhatian siswa terhadap tugas sehingga hasil belajar (tujuan pembelajaran) meningkat. Selain itu dalam jangka panjang diharapkan siswa menjadi senang belajar untuk menciptakan sikap belajar mandiri sepanjang hayat (life long learn). Secara garis besar PAKEM dapat digambarkan pada gambar. 2.1, sebagai berikut: 22 Pendidikan Karakter Gambar: 2.1. Garis besar PAKEM Sumber: Moch Muslich S. (2008: 4). fai.ummgl.ac.id/jurnal/item/88/pakem-dan-metode-iqro-dalamsains.html. (diakses. tanggal 11 Oktober 2014) PAKEM tidak hanya berlaku bagi siswa, namun juga dari sisi guru. Aktif dari sisi guru antara lain dengan: memantau kegiatan belajar siswa, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang dan mempertanyakan gagasan siswa. Kreatif dari sisi guru dapat dilihat dari kegiatan yang dikembangkan cukup beragam dan pengembangan berbagai alat bantu pembelajaran (alat peraga). Efektif adalah bahwa pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan A. Rusdiana 23 menyenangkan dalam arti guru harus mengkondisikan anak untuk tidak takut salah, takut ditertawakan atau dianggap remeh. Dari sisi siswa, aktif akan kelihatan dari aktivitasnya untuk bertanya, mengemukakan gagasan, dan mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya. Kreatif adalah siswa dapat merancang/membuat sesuatu dan menulis/mengarang. Efektif mempunyai makna bahwa siswa dan menguasai keterampilan yang diperlukan. Sedangkan menyenangkan adalah pembelajaran yang membuat anak berani mencoba, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat/ gagasan dan berani mempertanyakan gagasan orang lain. 4. Ciri-ciri Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) Ciri-ciri PAKEM secara singkat digambarkan dalam buku pelatihan awal program MBS kerja sama Pemerintah Indonesia dengan UNESCO dan UNICEF (2003: 3-4), adalah sebagai berikut: a. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. 24 Pendidikan Karakter b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. e. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. 5. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM? Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang besesuaian, sebagaimana di ilustrasikan pada tabel 2.1, berikut: A. Rusdiana 25 Tabel: 2.1. Kegiatan KBM dan Kemampuan Guru yang Besesuaian KEMAMPUAN GURU Guru merencang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan secara lisan atau tulisan Guru menyesuaikan bahan 26 KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR Guru melaksanakan KBM dengan kegiatan yang beragam, misalnya: - Percobaan - Diskusi kelompok - Memecahkan masalah - Mencari informasi - Menulis laporan/puisi/cerita - Berkumjung keluar kelas Sesuai mata pelajaran guru menggunakan misalnya: - Alat yang tersedia/dibuat sendiri - Gambar - Studi Kasus - Nara Sumber - Lingkungan Siswa: - Melakukan percobaan, pengamatan atau wawancara - Mengumpulkan data atau jawaban dan mengolahnya sendiri - Menarik kesimpulan - Memecahkan masalah atau mencari rumus sendiri - Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri Melalui: - Diskusi - Lebih banyak pertanyaan terbuka - Hasil karya yang merupakan pemeikiran anak sendiri - Siswa dikelompok sesuai dengan Pendidikan Karakter KEMAMPUAN GURU dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa Guru mengkaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari Menilai KBM dan kemajuan siswa secara terus menerus KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR kemampuan (untuk tugas/kegiatan tertentu) - Bahan belajar disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut - Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan - Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalaman sendiri - Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan seharihari - Guru memantau kerja siswa - Guru memberikan umpan balik Sumber: Moch Muslich S. (2008: 9). fai.ummgl.ac.id/jurnal/item/88/pakem-dan-metode-iqro-dalamsains.html. (diakses. tanggal 11 Oktober 2014) 6. Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM? Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?, menurut Moch Muslich S. (2008: 6-7), antara lain: a. Memahami sifat yang dimiliki anak A. Rusdiana 27 Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia, selama mereka normal terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud. b. Mengenal anak secara perorangan Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anakanak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan 28 Pendidikan Karakter untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara optimal. c. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. d. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. A. Rusdiana 29 Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering-seringnya memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu). e. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah. 30 Pendidikan Karakter f. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) me-rupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat ber-peran sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan mengklasifikasikan, membuat pertanyaan, tulisan, berhipotesis, dan membuat gambar/diagram. g. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini A. Rusdiana 31 dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka. h. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling ber-hadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tandatanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEM.’ 32 Pendidikan Karakter B. Pembangunan Karakter Bangsa 1. Pengertian Pembangun Karakter Bangsa Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI. Sedangkan yang dimaksud Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan A. Rusdiana 33 Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Strategi Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan/atau kelompok yang unik-baik sebagai warga negara. Hal itu diharapkan mampu memberikan kontribusi optimal dalam mewujudkan masyarakat yang berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan merupakan tulang punggung strategi pembentukan karakter bangsa. Strategi pembangunan karakter bangsa melalui pendidikan dapat dilakukan dengan pendidikan, pembelajaran, dan fasilitasi. Dalam konteks makro, penyelenggaraan pendidikan karakter mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian mutu yang melibatkan seluruh unit utama di lingkungan pemangku kepentingan pendidikan nasional. 34 Pendidikan Karakter Peran pendidikan sangat strategis karena merupakan pembangun integrasi nasional yang kuat. Selain dipengaruhi faktor politik dan ekonomi, pendidikan juga dipengaruhi faktor sosial budaya, khususnya dalam aspek integrasi dan ketahanan sosial. Disadari bahwa pembangunan karakter bangsa dihadapkan pada berbagai masalah yang sangat kompleks. Perkembangan masyarakat yang sangat dinamis sebagai akibat dari globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tentu merupakan masalah tersendiri dalam kehidupan masyarakat. Globalisasi dan hubungan antarbangsa sangat berpengaruh pada aspek ekonomi (perdagangan global) yang mengakibatkan berkurang atau bertambahnya jumlah kemiskinan dan pengangguran. Pada aspek sosial dan budaya, globalisasi mempengaruhi nilai-nilai solidaritas sosial seperti sikap individualistik, materialistik, hedonistik yang seperti virus akan berimplikasi terhadap tatanan budaya masyarakat Indonesia sebagai warisan budaya bangsa seperti memudarnya rasa kebersamaan, gotong royong, melemahnya toleransi antarumat beragama, menipisnya solidaritas terhadap sesama, dan itu semua pada akhirnya akan berdampak pada berkurangnya rasa A. Rusdiana 35 nasionalisme sebagai warga negara Indonesia. Akan tetapi, dengan menempatkan strategi pendidikan sebagai modal utama menghalangi virus-virus penghancur tersebut, masa depan bangsa ini dapat diselamatkan. Secara makro pengembangan karakter dibagi dalam tiga tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Pada tahap perencanaan dikembangkan perangkat karakter yang digali, dikristalisasikan, dan dirumuskan dengan menggunakan berbagai sumber, antara lain pertimbangan (1) filosofis: Pancasila, UUD 1945, dan UU N0.20 Tahun 2003 beserta ketentuan perundang-undangan turunannya; (2) teoretis: teori tentang otak, psikologis, pendidikan, nilai dan moral, serta sosial-kultural; (3) empiris: berupa pengalaman dan praktik terbaik, antara lain tokoh-tokoh, satuan pendidikan unggulan, pesantren, kelompok kultural, dll. Pada tahap implementasi dikembangkan pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pemberdayaan dan pembudayaan sebagaimana digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional. Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. 36 Pendidikan Karakter Dalam masing-masing pilar pendidikan akan ada dua jenis pengalaman belajar yang dibangun melalui dua pendekatan yakni intervensi dan habituasi. Dalam intervensi dikembangkan suasana interaksi belajar dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan pembentulkan karakter dengan menerapkan kegiatan yang terstruktur. Agar proses pembelajaran tersebut berhasil guna, peran guru sebagai sosok panutan sangat penting dan menentukan. Sementara itu dalam habituasi diciptakan situasi dan kondisi dan penguatan yang memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, di rumahnya, di lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berperilaku sesuai nilai dan menjadi karakter yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi dari dan melalui proses intervensi. Proses pembudayaan dan pemberdayaan yang mencakup pemberian contoh, pembelajaran, pembiasaan, dan penguatan harus dikembangkan secara sistemik, holistik, dan dinamis. Pelaksanaan pendidikan karakter dalam konteks makro kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, merupakan komitmen seluruh sektor kehidupan, bukan hanya sektor pendidikan nasional. Keterlibatan aktif dari sektorsektor pemerintahan lainnya, khususnya sektor keagamaan, kesejahteraan, pemerintahan, komunikasi dan informasi, A. Rusdiana 37 kesehatan, hukum dan hak asasi manusia, serta pemuda dan olahraga juga sangat dimungkinkan. Pada tahap evaluasi hasil, dilakukan asesmen program untuk perbaikan berkelanjutan yang dirancang dan dilaksanakan untuk mendeteksi aktualisasi karakter dalam diri peserta didik sebagai indikator bahwa proses pembudayaan dan pemberdayaan karakter itu berhasil dengan baik, menghasilkan sikap yang kuat, dan pikiran yang argumentatif. Pendidikan karakter dalam konteks mikro, berpusat pada satuan pendidikan secara holistik. Satuan pendidikan merupakan sektor utama yang secara optimal memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus-menerus proses pendidikan karakter di satuan pendidikan. Pendidikanlah yang akan melakukan upaya sungguh-sungguh dan senantiasa menjadi garda depan dalam upaya pembentukan karakter manusia Indonesia yang sesungguhnya. Pengembangan karakter dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan; kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat. 38 Pendidikan Karakter Pendidikan karakter dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Khusus, untuk materi Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan, karena memang misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap pengembangan karakter harus menjadi fokus utama yang dapat menggunakan berbagai strategi/metode pendidikan karakter. Untuk kedua mata pelajaran tersebut, karakter dikembangkan sebagai dampak pembelajaran dan juga dampak pengiring. Sementara itu mata pelajaran lainnya, yang secara formal memiliki misi utama selain pengembangan karakter, wajib mengembangkan rancangan pembelajaran pendidikan karakter yang diintegrasikan kedalam substansi/kegiatan mata pelajaran sehingga memiliki dampak pengiring bagi berkembangnya karakter dalam diri peserta didik. Lingkungan satuan pendidikan perlu dikondisikan agar lingkungan fisik dan sosial-kultural satuan pendidikan memungkinkan para peserta didik bersama dengan warga satuan pendidikan lainnya terbiasa membangun kegiatan keseharian di satuan pendidikan yang mencerminkan perwujudan karakter yang dituju. Pola ini ditempuh dengan melakukan pembiasaan dengan pembudayaan aspek-aspek A. Rusdiana 39 karakter dalam kehidupan keseharian di sekolah dengan pendidik sebagai teladan. Dalam kegiatan ko-kurikuler (kegiatan belajar di luar kelas yang terkait langsung pada materi suatu mata pelajaran) atau kegiatan ekstra kurikuler (kegiatan satuan pendidikan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu mata pelajaran, seperti kegiatan Kepramukaan, Dokter Kecil, Palang Merah Remaja, Pecinta Alam, Liga Pendidikan Indonesia, dll.), perlu dikembangkan proses pembiasaan dan penguatan dalam rangka pengembangan karakter. Kegiatan ekstrakurikuler dapat diselenggarakan melalui kegiatan olahraga dan seni dalam bentuk pembelajaran, pelatihan, kompetisi atau festival. Berbagai kegiatan olahraga dan seni tersebut diorientasikan terutama untuk penanaman dan pembentukan sikap, perilaku, dan kepribadian para pelaku olahraga atau seni agar menjadi manusia Indonesia berkarakter. Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh gerakan pramuka dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi muda sebagai calon pemimpin bangsa yang memiliki watak, kepribadian, dan akhlak mulia serta keterampilan hidup prima. Di lingkungan keluarga dan masyarakat diupayakan agar terjadi proses penguatan dari orang tua/wali serta tokohtokoh masyarakat terhadap perilaku berkarakter mulia yang 40 Pendidikan Karakter dikembangkan di satuan pendidikan sehingga menjadi kegiatan keseharian di rumah dan di lingkungan masyarakat masingmasing. Hal ini dapat dilakukan lewat komite sekolah, pertemuan wali murid, kunjungan/kegiatan wali murid yang berhubungan dengan kumpulan kegiatan sekolah dan keluarga yang bertujuan menyamakan langkah dalam membangun karakter di sekolah, di rumah, dan di masyarakat. Program pendidikan karakter pada konteks mikro dapat digambarkan pada gambar 2.2, sebagai berikut:. Gambar 2.2: Konteks Mikro Pendidikan Karakter Sumber: Diknas (2010: 13) Grand Design Pendidikan Karakter Dengan prinsip yang sama, pendidikan karakter dapat dilakukan A. Rusdiana pada jalur pendidikan nonformal yang 41 diselenggarakan keterampilan, oleh kursus masyarakat, kepemudaan, misalnya kursus bimbingan belajar, pelatihan-pelatihan singkat, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun pendidikan karakter organisasi dapat massa. dilakukan Demikian pada pula kegiatan kemasyarakatan lainnya, seperti kegiatan karang taruna, keagamaan, olahraga, kesenian, sosial, atau kegiatan pelatihan penanggulangan bencana alam. Pendidikan nonformal yang dilaksanakan pada lingkup dunia usaha berbentuk pendidikan dan pelatihan calon pegawai, pelatihan kewirausahaan, pelatihan kepemimpinan, dan pelatihan keterampilan profesi. Pada lingkup masyarakat politik dilakukan bentuk pelatihan dan kaderasisasi partai, pelatihan kepemimpinan, pelatihan etika politik dan pembudayaan politik. Sedangkan pada lingkup media masa, pendidikan nonformal berupa pelatihan dasar komunikasi, pelatihan kode etik jurnalistik, dan pemahaman profesi jurnalis dan pelatihan transaksi elektronik. Pendidikan karakter pada kegiatan pendidikan dan latihan nonformal serta kegiatan kemasyarakatan tersebut dapat diarahkan untuk menanamkan kepedulian sosial, jiwa patriotik, kejujuran, dan kerukunan berkehidupan dalam masyarakat serta untuk mempersiapkan generasi muda sebagai calon 42 Pendidikan Karakter pemimpin bangsa yang memiliki watak, kepribadian, dan akhlak mulia. Pendidikan karakter pada pendidikan nonformal dilaksanakan dengan pendekatan holistik dan terintegrasi pada setiap aspek pekerjaan atau kegiatan dalam kehidupan seharihari. Strategi pembangunan karakter bangsa melalui program pendidikan memerlukan dukungan penuh dari pemerintah yang dalam hal ini berada di jajaran Kementerian Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, fasilitasi yang perlu didukung berupa hal-hal sebagai berikut. Pengembangan kerangka dasar dan perangkat kurikulum; inovasi pembelajaran dan pembudayaan karakter; standardisasi perangkat dan proses penilaian; kerangka dan standardisasi media pembelajaran yang dilakukan secara sinergis oleh pusat-pusat di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional. Pengembangan satuan pendidikan yang memiliki budaya kondusif bagi pembangunan karakter dalam berbagai modus dan konteks pendidikan usia dini, pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan tinggi dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional. A. Rusdiana 43 Pengembangan kelembagaan dan program pendidikan nonformal dan informal dalam rangka pendidikan karakter melalui berbagai modus dan konteks dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal. Pengembangan dan penyegaran kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, baik di jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah maupun pendidikan tinggi yang relevan dengan pendidikan karakter dalam berbagai modus dan konteks dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait. Pengembangan karakter peserta didik di perguruan tinggi melalui penguatan standar isi dan proses, serta kompetensi pendidiknya untuk Pengembangan Kepribadian Berkehidupan Bermasyarakat kelompok (MPK) dan (MBB); Mata kuliah Matakuliah penelitian dan pengembangan pendidikan karakter; pembinaan lembaga pendidikan tenaga penguatan jaringan kependidikan; informasi pengembangan profesional dan pembangunan karakter dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait. 3. Deskripsi Nilai-nilai Pembanguan Karakter Bangsa Dalam ”Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa” yang dikeluarkan oleh Depdiknas 44 Pendidikan Karakter (2009: 10), Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari: a. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama. Secara politis kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaedah yang berasal dari agama. b. Pancasila: negara Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945 tersebut. Artinya, nilainilai yang ada dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warganegara yang lebih baik dan warganegara yang lebih baik adalah warganegara yang menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warganegara. A. Rusdiana 45 c. Budaya adalah suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilainilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai-nilai budaya tersebut dijadikan dasar dalam memberi makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat tersebut. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai-nilai dari pendidikan budaya dan karakter bangsa. d. Tujuan Pendidikan Nasional adalah kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Di dalam tujuan pendidikan nasional terdapat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki seorang warganegara. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut maka dihasilkan sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa, yaitu: a. Religius: suatu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran 46 Pendidikan Karakter terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. b. Jujur: perilaku yang didasarkan pada kebenaran, menghindari perilaku yang salah, dan menjadikan dirinya menjadi orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. c. Toleransi: suatu tindakan dan sikap yang menghargai pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari pendapat, sikap, dan tindakan dirinya. d. Disiplin: suatu tindakan tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan yang harus dilaksanakannya. e. Kerja keras: suatu upaya yang diperlihatkan untuk selalu menggunakan waktu yang tersedia untuk suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan yang dilakukan selesai pada waktunya f. Kreatif: berpikir untuk menghasilkan suatu cara atau produk baru dari apa yang telah dimiliki g. Mandiri: kemampuan melakukan pekerjaan sendiri dengan kemampuan yang telah dimilikinya h. Demokratis: sikap dan tindakan yang menilai tinggi hak dan kewajiban dirinya dan orang lain dalam kedudukan yang sama A. Rusdiana 47 i. Rasa ingin tahu: suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai aspek terkait. j. Semangat kebangsaan: suatu cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. k. Cinta tanah air: suatu sikap yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. l. Menghargai prestasi: suatu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. m. Bersahabat/komunikatif: suatu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain. n. Cinta damai: suatu sikap dan tindakan yang selalu menyebabkan orang lain senang dan dirinya diterima dengan baik oleh orang lain, masyarakat dan bangsa o. Senang membaca: suatu kebiasaan yang selalu menyediakan waktu untuk membaca bahan bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 48 Pendidikan Karakter p. Peduli sosial: suatu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan untuk membantu orang lain dan masyarakat dalam meringankan kesulitan yang mereka hadapi. q. Peduli lingkungan: suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Sedangkan buku Pedoman Pembangunan Karakter Bangsa (Depdiknas, 2002) deskripsi nilai-nilai pembangunan karakter bangsa adalah sebagai berikut: Tabel: 2.2. Nilai-nilai Pembangunan Karakter Bangsa No Nilai Karakter 1 Taqwa Indikator 1 2 3 4 5 2 Jujur A. Rusdiana 1 2 3 4 mengucapkan doa setiap memulai danmengakhiri suatu pekerjaan. bersyukur alas setiap nikmat yang diberikan Allah mengerjakan setiap perintah agama dan menjauhi larangan-Nya. menyesal setiap membuat kesalahan dan segera mohon ampun kepada Tuhan. menolak setiap ajakan untuk melakukan perbuatan tercela. berkata benar (tidak bohong). berbuat sesuai aturan (tidak curang). menepati janji yang diucapkan. bersedia menerima sesuatu atas dasar hak 49 No Nilai Karakter Indikator 5 3 Disiplin 6 7 8 1 2 3 4 5 4 Demokra tis 6 7 8 1 2 3 4 5 6 5 Adil 7 1 2 3 50 menolak sesuatu pemberian yang bukan haknya. berpihak pada kebenaran. menyampaikan pesan orang lain. satunya kata dengan perbuatan. patuh pada setiap peraturan yang berlaku. patuh pada etika sosial/masyarakat setempat menolak setiap ajakan untuk melanggar hukum. dapat mengendalikan din terhadap perbuatan tercela. hemat dalam menggunakan uang dan barang. menyelesaikan tugas tepat waktu. meletakkan sesuatu pada tempatnya. dapat menyimpan rahasia. bersedia mendengarkan pendapat orang lain. menghargai perbedaan pendapat. tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. toleran dalam bermusyawarabldiskusi. bersedia melaksanakan setiap basil keputusan bersama. menghargai kritikan yang dilontarkan orang lain. membuat keputusan yang adil. memperlakukan orang lain atas dasar kebenaran. mampu meletakkan sesuatu menurut tempatnya. tidak ingin lebih atas sesuatu yang bukan haknya. Pendidikan Karakter No Nilai Karakter Indikator 4 5 6 7 6 Bertang gung Jawab 1 2 3 4 5 6 7 Cinta tanah air 1 2 3 4 5 6 8 Orientasi pada keunggul an A. Rusdiana 1 2 3 membela orang lain yang diperlakukan tidak adil. memperlakukan orang lain sesuai haknya. tidak membeda-bedakan orang dalam pergaulan. menghargai kerja orang lain sesuai basil kerjanya. menyelesaikan setiap pekerjaan yang dibebankan sampai tuntas. . tidak mencari-cari kesalahan orang lain. berani menanggung resiko terhadap perbuatan yang dilakukan. bersedia menerima pujian atau celaan terhadap tindakan yang dilakukan. berbicara dan berbuat secara berterusterang (tidak seperti ungkapan, lempar batu sembunyi tangan). melaksanakan setiap keputusan yang sudah diambil. merasa bangga sebagai orang yang bertanah air Indonesia. bersedia membela tanah air untuk kejayaan bangsa. peduli terhadap rusaknya hutan/lingkungan di tanah air. bersedia memelihara Iingkungan dan melindungi flora dan fauna Indonesia. dapat menyimpan rahasia negara. mau hidup dimanapun di wilayah negara kesatuan Indonesia. gemar membaca. belajar dengan bersungguh-sungguh. . mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan sebaik mungkin. 51 No Nilai Karakter Indikator 4 5 6 9 Gotong Royong 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 10 Menghar gai 1 2 3 4 5 6 7 8 52 berupaya mendapat hasil yang terbaik. senang dalam kegiatan yang bersifat kompetitif. tidak cepat menyerah mengerjakan sesuatu yang mengandung tantangan. memiliki komitmen kuat dalam berkarya. menjaga din hidup sehat. gemar membaca dan menulis. memahami bahwa kerj asama merupakan kekuatan. memahami hasil kerjasama adalah untuk kebaikan bersama. dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk kepentingan bersama. , dapat melaksanakan pekerjaan bersama dengan cara yang menyenangkan. bantu-membantu demi kepentingan umum. bersedia secara bersama-sama membantu orang lain. bersedia secara bersama-sama membela kebenaran. dapat bekerja dengan giat dalam setiap kelompok kerja. mengucapkan terima kasih atas pemberian atau bantuan orang lain. santun dalam setiap kontak sosial. menghormati pemimpin dan orang tua. menghormati simbol-simbol negara. tidak mencela hasil karya orang lain. memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. tidak mengganggu orang yang sedang beribadah menurut agamanya. menerima orang lain apa adanya. Pendidikan Karakter No 11 Nilai Karakter Rela Berkor ban Indikator 1 2 3 4 5 6 mau mendengarkan teman berbicara sampai selesai walaupun ada keperluan lain yang mendesak. bersedia membantu temanlorang lain yang mengalami musibah. ikhlas bekerja membantu orang lain dan harus meninggalkan pekerjaan sendiri untuk sementara. bersedia menyumbang untuk kepentingan dana kemanusiaan dalam keuangan pribadi sangat terbatas. rela memberi fasilitas (kemudahan) kepada orang lain sungguhpun secara din sendiri sangat membutuhkan fasilitas tersebut. mau memperjuangkan kepentingan orang lain walaupun mengandung resiko untuk din sendiri. Sumber: Pedoman Pembangunan Karakter Bangsa (Depdiknas, 2002:11) C. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara berupa tindakan (action) atas rumusan permasalahan yang ditetapkan dalam perencanaan penelitian tindakan kelas. Sesuai dengan judul penelitian ”Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM) Dalam KBM di MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung ”Hipotesis A. Rusdiana 53 tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Apabila Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM) Dalam KBM di MTs AlMisbah Cipadung Kota Bandung dapat berjalan efektif, maka keterlaksanaan nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa akan meningkat.” 54 Pendidikan Karakter BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilakukan di MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung , . B. Waktu dan Lama Waktu Penelitian Adapun waktu penelitian mulai bulan Agustus sampai dengan Oktober 2014. (Jadwal terlampir) C. Subjek Penelitian Populasi penelitian dalam PTS ini adalah seluruh guru di MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung yakni sebanyak 17 orang. Karena keterbatasan waktu dan biaya, maka yang yang dijadikan subyek dalam penelitian ini hanya 3 orang, yakni 1 orang Guru Mata Pelajaran PKn, 1 orang Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama dan 1 orang Guru Mata Pelajaran Seni Budaya. D. Variabel Penelitian Penelitian ini berjudul “Penerapan Pendidikan Karakter Melalui Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (Pakem) (Penelitian di MTs AlA. Rusdiana 55 Misbah Cipadung Kota Bandung)”. Sesuai dengan judul di atas, maka yang menjadi variabel penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas (X) Variabel bebas (X) atau variabel yang mempengaruhi dalam penelaian ini adalah adalah “Kegiatan Pelatihan dan Bimbingan (LATBIM)” 2. Variabel terikat (Y) Variabel terikat (Y) atau variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah “Peningkatan Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM”. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan catatan data lapangan, wawancara, hasil tes dan catatan hasil refleksi/diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti. Penentuan teknik tersebut didasarkan ketersediaan sarana dan prasana dan kemampuan yang dimiliki peneliti dan mitra peneliti. Uraian lebih lanjut mengenai teknik-teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut: 56 Pendidikan Karakter 1. Penilaian Pre Tes dan Post Tes Yang dimaksud penilaian pre tes dan post tes dalam PTS ini adalah penilian yang dilakukan kepada peserta Pelatihan dan Bimbingan dengan menggunakan serangkaian pertanyaan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis. Adapun bentuk tes yang digunakan adalah adalah pilihan ganda, yakni pertanyaan yang meminta responden untuk memilih kalimat atau deskripsi yang paling dekat dengan pendapat, perasaan, penilaian atau posisi mereka. 2. Observasi dan catatan data lapangan Observasi dalam kegiatan PTS merupakan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan guru (peneliti) selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan ini dilakukan oleh pengamat yang dalam hal ini adalah mitra peneliti. Bentuk kegiatan observasi yang dilakukan dalam PTS ini menggunakan model observasi terbuka. Adapaun yang dimaksud observasi terbuka adalah apabila pengamat atau observer melakukan pengamatannya dengan mencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas. A. Rusdiana 57 Hasil pengamatan dari mitra peneliti selanjutnya dijadikan catatan data lapangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rochiati Wiriaatmaja (2005: 125), yang menyatakan: “Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini adalah catatan lapangan (field notes) yang dibuat oleh peneliti/mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi”. 3. Catatan hasil refleksi Adapaun yang dimaksud catatan hasil refleksi adalah catatan yang yang diperoleh dari hasil refleksi yang dilakukan dengan melalui kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti. Hasil refleksi ini selain dijadikan bahan dalam penyusunan rencana tindakan selanjutnuya juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui telah tercapai tidaknya tujuan kegiatan penelitian ini. Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang disebutkan di atas, Instrumen penelitian yang digunakan dalam ini adalah soal pre tes, soal post tes, pedoman observasi (contoh dapat dilihat dalam lampiran). F. Teknik Pembahasan Analisis/pembahasan data dalam PTS ini dilakukan sejak awal, artinya analisis data dilakukan tahap demi tahap atau siklus demi siklus. Hal ini sesuai dengan pendapat Miles 58 Pendidikan Karakter dan Huberman (Rochiati Wiriaatmaja, 2005:139), bahwa “…. the ideal model for data collection and analysis is one that interweaves them form the beginning”. Ini berarti model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara bergantian berlangsung sejak awal. Kegiatan analisis data akan dilakukan mengacu pada pendapat Rochiati Wiriaatmaja, (2005: 135-151), dengan melakukan catatan refleksi, yakni pemikiran yang timbul pada saat mengamati dan merupakan hasil proses membandingkan, mengkaitkan atau menghubungkan data yang ditampilkan dengan data sebelumnya atau dengan teori-teori yang relevan. G. Tindakan Permasalahan yang diangkat dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah belum semua guru mampu menerapkan pendekatan atau model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan sekaligus menyenangkan, seperti pendekatan PAKEM sehingga akan berpengaruh terhadap pengembangan nilai-nilai karakter bangsa. Atas dasar permasahan itu usulan rencana tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah: Kepala sekolah akan memberikan bimbingan penerapan pendekatan PAKEM dalam KBM bagi guru-guru MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung A. Rusdiana 59 Kepala sekolah akan mensupervisi penerapan pendekatan PAKEM oleh guru-guru MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung yang dijadikan subyek penelitian. Kepala sekolah mengamati nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang berkembang (muncul) pada saat diterapkannya pendekatan PAKEM. Adapun nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang akan lebih memfokusikan pada 4 nilai yang memiliki kedekatan dengan pendekatan PAKEM, yakni (1) Kerjasama atau Gotong Royong; (2) Kerja Keras; (3) Menghargai; (4) Bertangung Jawab; dan (5) Adil dengan indikator sebagai berikut: Tabel: 3.1. Empat Nilai-nilai Pembangunan Karakter Bangsa (Fokus Penelitian) No 1 Nilai Karakter Kerjasama atau Gotong Royong Indikator 1 2 3 4 5 60 memahami (memperlihatkan) bahwa kerja sama merupakan kekuatan. dapat menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk kepentingan bersama. , dapat melaksanakan pekerjaan bersama dengan cara yang menyenangkan. bersedia secara bersama-sama membela kebenaran. bekerja dengan giat dalam setiap kelompok kerja. Pendidikan Karakter No 2 Nilai Karakter Kerja Keras Indikator 1 2 3 4 5 3 Bertanggung Jawab 1 3 4 berani menanggung resiko terhadap perbuatan yang dilakukan. 5 Menghargai 1 2 3 5 A. Rusdiana berupaya mendapat basil yang terbaik. senang dalam kegiatan yang bersifat kompetitif. tidak cepat menyerah mengerjakan sesuatu yang mengandung tantangan. menyelesaikan tugas tepat waktu. menyelesaikan setiap pekerjaan yang dibebankan sampai tuntas. . tidak mencari-cari kesalahan orang lain. 2 4 belajar dengan bersungguh-sungguh. . mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan sebaik mungkin. bersedia menerima pujian atau celaan terhadap tindakan yang dilakukan. mengucapkan terima kasih atas pemberian/bantuan/saran/kritikan orang lain. menghormati pemimpin, guru dan orang tua. 4 tidak mencela hasil karya orang lain. memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. 5 menerima orang lain apa adanya. 1 memperlakukan orang lain atas dasar 61 Adil No Nilai Karakter Indikator 2 3 4 5 62 kebenaran. mampu meletakkan sesuatu menurut tempatnya. membela orang lain yang diperlakukan tidak adil. tidak membeda-bedakan orang dalam pergaulan. menghargai kerja orang lain sesuai hasil kerjanya. Pendidikan Karakter BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil MTs. Al-Mishbah Cipadung Bandung 1. Sejarah Singkat Pendirian YSDP Al – Mishbah Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Mishbah Cipadung Bandung, merupakan Lembaga Swadaya masyarakat didirikan atas aspirasi dan kebutuhan masyarakat, dengan tujuan untuk membantu usaha pemerintah dalam lapangan sosial dan pendidikan, membantu masyarakat dalam memajukan pendidikan dan pengajaran bagi anak-anaknya, mempererat rasa kekeluargaan diantara orang tua murid dan masyarakat sekitarnya. Pada awal perintisannya, bernama Lembaga Perguruan Islam Al-Mishbah didirikan melalui musyawarah Dewan Keluarga masjid (DKM) Al-Mishbah Cipadung Bandung, pada tanggal 21 Madrasah April Diniah, 1984, menyelenggarakan Raudhatul Atfal/TK-Islam, Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah dengan status persiapan dalam rangka memperoleh status terdaftar dari Kanwil Depag. Propinsi Jawa Barat. Sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mendapatkan pengakuan status dari Kanwil Depag. Jabar, bahwa “setiap Lembaga penyelenggara Pendidikan tidak A. Rusdiana 63 terkecuali pendidikan yang dikembangkan oleh lembaga Perguruan Islam Al-Mishbah Cipadung Bandung, disyaratkan harus mempunyai Badan Hukum“, maka pada tahun 1985, Lembaga Perguruan Islam Al-Mishbah dikukuhkan berdasarkan Badan Hukum dengan Akta Notaris Koswara Bandung Nomor 38 Tahu 1985, tanggal 11 Oktober 1985, dan disyahkan oleh Pengadilan Negeri Klas I Bandung Nomor 142/1985, tanggal 14 Nopember 1985, dengan demikian secara resmi Lembaga Perguruan Islam Al-Mishbah, berubah nama Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Mishbah Cipadung Bandung. Sejak Peristiwa sampai perkembangannya sekarang ini merupakan hasil perjuangan yang sudah lama dirintis oleh para tokoh umat islam pada umumnya dan khususnya umat Islam di lingkungan Cipadung. Sejak tahun 1985 pengembangan Lembaga Pendidikan yang dikembangkan Yayasan Sosial Dana Pendidikan AlMishbah secara bertahap mendapat pengakuan hukum dengan status terdaftar, diantaranya: 1) Madrasah Diniyah berdasarkan SK. Ka.Kanwil Depag. Jabar, Nomor A./WI/67/15/20/67, tanggal 6 Oktober 1985. 2) Madrasah Ibtidaiyah berdasarkan SK. Ka. Kanwil Depag. Jabar, Nomor: Wi/BG.010.2/15/0298/86, tanggal 1 Agustus 1986. 3) Raudhatul Atfal (Taman Kanak-Kanak Islam) berdasarkan SK.Ka. Kanwil Depag. Jabar, Nomor: 0/10/15/019/008, tanggal 20 Januari 1997. 64 Pendidikan Karakter 4) Madrasah Tsanawiyah, berdasarkan SK. Ka.Kanwil Depag. Jabar, Nomor: Wi/I/HK.008/15/1992, tanggal 11 Pebruari 1992. 2. Identitas Madrasah Nama Sekolah Status Sekolah Alamat Sekolah Propinsi Kecamatan Desa Jalan : : : : : : : MTS AL-MISBAH Terakreditasi ” A ” Jawa Barat Cibiru Cipadung RT. 02 RW 11 Jalan Desa Cipadung No 75 Telepon : (022) 87882173 Nama dan Gelar : Iing Ahmad Nasrudin, S.Ag,M.Pd.I Pendidikan Terakhir : Sarjana (S2) Jurusan Ijazah : Pendidikan Agama Islam Mengajar di MTs Al-Misbah : Sejak Tahun 1994 Status Kepegawaian : PNS dilingkungan Kemenag Kota Bandung Status Jabatan Kepala : Diangkat oleh Yayasan AlMisbah 3. Profil Siswa 5 (lima ) Tahun terakhir Tahun Pelajaran Jumlah Pendaftar 2010/2011 Kelas 1 Kelas II Jumlah Siswa Jumlah Rombel Jumlah Siswa 76 76 3 56 2011/2012 85 80 3 2012/2013 61 61 2013/2014 112 98 A. Rusdiana Kelas III Jumlah Rombel Jumlah Siswa Jumlah Rombel 2 71 3 70 2 54 2 2 70 2 67 2 3 53 2 60 2 65 2014/2015 108 93 3 92 3 50 2 4. Profil Tamatan 5 tahun Tahun Pelajaran Tamatan (%) Jumlah Target Rata – rata NEM Hasil Target Siswa yang melanjutkan k Sekolah Lanj Atas(%) Jumlah T 2009/2010 100 100% 7,07 7,25 78% 2010/2011 70 100% 7,27 7,50 85% 2011/2012 54 100% 7,12 7,50 90% 2012/2013 66 100% 7,25 7,75 90% 2013/2014 60 100% 7,25 7,75 95 % 5. Sarana/Prasarana a. Ruang Kelas Jumlah ruang Kelas asli ( d ) Ruang Kelas Ukuran Ukuran 7 x 9 M2 > 63 M2 (a) (b) - Lainnya yang Ukuran < 63 Jumlah Digunakan M2 a+b+c= d Untuk ruang Kelas 4 4 3 b. Ruang Lain 66 Jum belajar (e) (c) - Jumlah ruang Pendidikan Karakter 7 Jenis Ruangan Ukuran M2 Jumlah Jenis Ruangan Jumlah Kepala Madrasah 1 3x4 Lab. IPA 1 Perpustakaan 1 3x6 UKS 1 Tata Usaha 1 Komputer 1 3x6 Guru 1 7x9 Tempat Ibadah 1 10 x 15 Pramuka Ruang Osis Tempat alat 1 kebersihan III. Visi dan Misi Madrasah A. Visi Madrasah Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional MTs AlMisbah mempunyai Visi yaitu membentuk siswa yang: “BAGUS” Bersahabat, Agamis, Giat, Unggul dan Sukses Indikator Visi - Saling menghargai dan kerja sama sesama warga sekolah -Teraplikasikannya ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat di sekolah -Terselesainya program sekolah sesuai dengan yang di rencanakan -Dapat berprestasi baik dalam bidang akademik maupun non akademik -Berhasil mencapai tujuan A. Rusdiana 67 Uku B. Misi Sekolah  Hidup rukun dan menjalin kerjasama antara warga madrasah dan masyarakat  Taat beribadah dan menjunjung tingggi Aklaqkul karimah  Cekatan dan terampil dalam melaksanakan setiap tugas  Menjadi yang terbaik disetiap ajang kompetensi  Menjadi insan bahagia dunia dan akhirat Indikator Misi -Saling menghargai dan kerja sama sesama warga sekolah dan masyarakat -Menumbuh kembangkan lingkungan dan prilaku religius -Dapat menjadi teladan bagi teman dan masyarakat C. Strategi Pencapaian Visi dan Misi Senantiasa berusaha menjadikan kegiatan belajar, membaca dan berlatih, berkarya,giat dan kerja keras sebagai bagian integral dalam hidup sehari-hari yang menyenangkan dan membudaya D. Tujuan Madrasah 1).Menjadikan madrasah yang tertib administrasi dan efektif dalam penyelengaraan pendidikan 2). Menigkatkan efektifitas kerja organisasi sehingga sinergis 68 Pendidikan Karakter 3). Menjadikan madrasah sebagai pilihan utama dan pertama bagi masyarakat 4). Menjadikan lulusan Madrasah yang berkualitas dan bermanfaat di masyarakat IV. Program Madrasah A. Program Kepala Madrasah Ke Depan 1. Mengkaji pelaksanaan kurikulum madrasah dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum sesuai tuntutan satuan pendidikan yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. 2. Menyiapkan perangkat standar mutu pendidikan melalui efektivitas pembelajaran dan pembiasaan sesuai dengan lingkungan belajar yang rekreatif, edukatif, dan religius. 3. Melaksanakan pemeliharaan, peningkatan, dan pengembangan potensi sumber daya pendidik yang profesional dalam rangka memacu peningkatan berbagai kecakapan dan kecerdasan peseta didik. 4. Berupaya dengan segenap kemampuan untuk dapat mengantarkan peserta didik menuju kecerdasan apresiasi seni budaya yang islami dan temporer. 5. Berupaya mewujudkan peserta didik untuk dapat memiliki dasar-dasar life skill yang bermuara pada kemahiran membaca, menulis, dan berhitung (calistung). 6. Melatih peserta didik agar terbiasa berakhlakul karimah dan beramal ilmiah B. Sasaran Madrasah 1. Mengembangkan kurikulum madrasah sesuai dengan potensi peserta didik agar mampu menjadi manusia A. Rusdiana 69 2. 3. 4. 5. Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Meningkatkan mutu pendidikan melalui efektivitas pembelajaran dan pembiasaan sesuai dengan lingkungan belajar yang rekreatif, edukatif, dan religius. Memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan potensi sumber daya pendidik yang profesional dalam rangka memacu peningkatan berbagai kecakapan dan kecerdasan peseta didik. Mengantarkan peserta didik untuk memiliki kecerdasan terhadap seni budaya yang islami dan temporer. Peserta didik memiliki dasar-dasar life skill yang bermuara pada kemahiran membaca, menulis, dan berhitung (calistung). C. Kegiatan Madrasah 1. Melaksanakan dan mengembangkan kurikulum madrasah dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum sesuai tuntutan satuan pendidikan yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. 2. Melaksanakan uji mutu pendidikan sesuai (standar kelulusan) melalui efektivitas pembelajaran, ekstrakurikuler, dan pembiasaan dengan pemanfaatan lingkungan konstekstual sebagai pusat pembelajaran yang rekreatif, edukatif, dan religius. 3. Melaksanakan sistem pembinaan profesional dalam rangka memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan potensi sumber daya pendidik melalui wadah MGMP, Pendidikan dan Pelatihan, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara berkala dan berkesinambungan. 70 Pendidikan Karakter 4. Melaksanakan, mengembangkan, dan mengevaluasi berbagai kegiatan pembelajaran untuk dapat memacu peningkatan kualitas peserta didik menuju kecerdasan apresiasi terhadap seni dan budaya yang islami dan temporer. D. Harapan Madrasah ke Depan 1. MTs. AL-MISBAH EKSIS SEBAGAI MADRASAH DENGAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL 2. MTS AL-MISBAH MENJADI MADRASAH YANG MENJADI KEPERCAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAH 3. MTS AL-MISBAH MENJADI MADRASAH YANG UNGGUL DAN BISA BERPRESTASI BAIK TINGKAT MADRASAH, TINGKAT KOTA, TINGKAT PROVINSI BAHKAN TINGKAT NASIONAL B. Proses Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (Pakem) Dalam KBM di MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung 1. Siklus/tahap 1 Tujuan yang ingin dicapai dalam PTS ini adalah a) Meningkatkan pemahaman Guru MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung A. Rusdiana dalam mengembangkan PAKEM; b) 71 Meningkatkan keterampilan Guru MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung dalam mengembangkan PAKEM; dan, 3) Meningkatkan keterlaksanaan nilai pembangunan karakter bangsa dalam kegiatan belajar mengajar. a. Perencanaan Seusai dengan fokus tujuan di atas, kegiatan perencanaan yang dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai berikut: 1) Memberikan tugas kepada guru untuk membuat persiapan mengajar atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pendekatan PAKEM yang akan digunakan pada silkus ini. 2) Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar. 3) Mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam diskusi antara kepala sekolah sebagai peneliti dan guru sebagai mitra peneliti. b. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus 1 adalah 1) Mengamati atau memberikan penilaian persiapan mengajar atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat 72 Pendidikan Karakter oleh guru yang menjadi subyek penelitian untuk digunakan pada silkus 1 ini 2) memonitoring atau mensuverpisi kegiatan pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya. Kegiatan kepala sekolah sebagai peneliti adalah mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen observasi, sementara kegiatan guru sebagai mitra peneliti adalah melaksanakan kegiatan pengajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. c. Pengamatan Pada tahap ini, kepala sekolah sebagai peneliti melakukan pemantauan selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi yang telah tersedia. Aktivitas yang diamati bukan hanya aktivitas guru, tetapi juga aktivitas siswa. 1) Mengobservasi tampilan Guru Mengobservasi tampilan Guru yaitu mengamati: (a) Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru. (b) Strategi belajar mengajar yang dikembangkan guru. A. Rusdiana 73 (c) Metode pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas. (d) Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas. (e) Sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. 2) Mengobservasi aktivitas siswa Mengobservasi aktivitas siswa yaitu mengamati : (a) Keseriusan siswa mengikuti kegaiatan belajar mengajar (b) Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru dan/ataumengajukan pertanyaan. Keterlibatan atau keaktifan siswa dalam diskusi atau kerja kelompok (KEJARKOP). Adapun alat atau instrumen yang digunakan sebagai data pendukung adalah instrumen berupa pedoman observasi aktivitas guru dan siswa (terlampir). d. Refleksi Ada dua hal yang menjadi fokus refleksi pada siklus ini, yakni: 1) Apakah RPP yang dibuat sudah mengedepankan pendekatan PAKEM terutama dilihat dari skenario atau langkah-langkah pembelajarannya; 2) Apakah pelaksanaan 74 Pendidikan Karakter pembelajarannya juga sudah mengedapankan pendekatan PAKEM. Berdasarkan data dari hasil penilaian RPP diperoleh data bahwa ketiga RPP yang dibuat oleh guru yang menjadi subyek penelitian ternyata belum dapat dikatagorikan baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. Keterangan = Kriteria penilaian sebagai berikut: 1 = sangat tidak baik 2 = tidak baik 3 = kurang baik 4 = baik 5 = sangat baik Pedoman Penafsiran Skor - Jumlah skor 0 – 10 = Sangat tidak baik - Jumlah skor 11 – 20 = Tidak baik - Jumlah skor 21 – 30= Kurang baik - Jumlah skor 31 – 40 = Baik - Jumlah skor 41 – 50 = Sangat baik Berdasarkan pendoman penskoran di atas dapat dinyatakan bahwa ketiga RPP yang telah dibuat oleh guru yang menjadi subyek penelitian masih dikatagorikan kurang baik. Beberapa permasalahan yang muncul berdasarkan hasil refleksi A. Rusdiana 75 (diskusi antara peneliti dan mitra peneliti) yang selanjutnya menjadi bahan perbaikan untuk siklus berikutnya adalah: - Penggunaan metode pembelajaran belum mengedepankan pendekatan PAKEM. Oleh karena itu, pada siklus berikutnya metode pembelajaran akan menggunakan metode yang mengedepankan pendekatan PAKEM. - Penyusunan langkah-langkah pembelajaran belum disusun secara sistematis serta belum mengedepankan pendekatan PAKEM. Oleh karena itu pada siklus yang berikutnya langkah-langkah pembelajaran akan disusun secara sistematis dan mengedepankan pendekatan PAKEM. Sedangkan dilihat dari parktek atau pelaksanaan pembelajarannya, juga terlihat bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan ketiga guru tersebut belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini tampak dari data hasil observasi seperti tampak pada tabel berikut ini: Keterangan = Kriteria penilaian sebagai berikut: 1 = sangat tidak baik 2 = tidak baik 3 = kurang baik 4 = baik 5 = sangat baik 76 Pendidikan Karakter Pedoman Penafsiran Skor - Jumlah skor 0 – 24 = Sangat tidak baik - Jumlah skor 25 – 48 = Tidak baik - Jumlah skor 49 – 72 = Kurang baik - Jumlah skor 73 – 96 = Baik - Jumlah skor 97 – 120 = Sangat baik Berdasarkan tabel di atas dan dengan berpedoman pada penafsiran skor tersebut, terlihat bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh ketiga orang guru yang menjadi subyek penelitian masih dikatagorikan kurang baik. Dilihat dari data hasil observasi aktivitas siswa yang diamati berdasarkan aspek; 1) keseriusan dalam mengikuti pelajaran; 2) mengajukan atau menjawab pertanyaan; dan 3) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi, yang masingmasing aspek diberi nilai maksimun 4 dengan ketentuan sebagai berikut : 1 = kurang/tidak baik (tidak pernah) 2 = cukup/hanya 1 x 3 = baik / 2x 4 = sangat baik/Lebih dari 2x Adapun pedoman peskoran yang digunakan untuk mengetahui baik tidaknya aktivitas siswa menggunakan ketentuan sebagai berikut: A. Rusdiana 77 Skor 1 - 3 = tidak/kurang baik Skor 4 - 6 = cukup Skor 7 - 9 = baik Skor 10-12 = sangat baik Ketentuan tersebut diperoleh dari perkalian antara nilai maksimun dengan jumlah aspek yang diteliti, dalam hal ini jumlah aspek aktivitas siswa yang diteliti adalah 3. Dengan demikian skor maksimumnya adalah 3 x 4 = 12. Berdasarkan ketentuan tersebut diperoleh data aktivitas siswa mapel PKn (lihat lampiran 8) aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mencapai skor rata-rata 5,79 (cukup), dengan rincian: a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan mendapat nilai rata-rata 2,55 (cukup, mendekati baik); b) mengajukan atau menjawab pertanyaan mendapatkan nilai rata-rata 1,41 (kurang) dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 1,83 (mendekati cukup). Sedangkan untuk mapel IPA (lihat lampiran 9), aktivitas siswa dalam KBM pada siklus 1 ini juga masih kurang baik hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh baru mencapai 5,59 (cukup) dengan rincian: a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan mendapat nilai rata-rata 2,31 (cukup); 78 b) mengajukan atau menjawab pertanyaan Pendidikan Karakter mendapatkan nilai rata-rata 1,38 (kurang) dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 1,90 (kurang). Dan dalam mata pelajaran Seni Budaya (lihat lampiran 10) pada siklus 1 ini masih belum baik hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh baru mencapai 5,33 (cukup) dengan rincian: a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan mendapat nilai rata-rata 2,36 (cukup); b) mengajukan atau menjawab pertanyaan mendapatkan nilai rata-rata 1,31 (kurang); dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 1,67 (mendekati cukup) Hail refleksi berupa kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti diketahui bahwa adanya kekurangan baik dilihat dari perencanaan pembelajaran yang dibuat, pelaksanaan pembelajaran dan keaktifan siswa pada umumnya disebabkan karena metode yang digunakan masih belum variatif dan kurang menyenangkan. Guru-guru tersebut belum mampu memaknai pendekatan PAKEM dengan sebenarnya. Tidak variatif dan kurang menyenangkannya metode pembelajaran inilah yang selanjutnya berakibat pada tingkat keterlaksanaan nilai-nilai A. Rusdiana 79 karakter bangsa masih rendah. Hal tersebut tampak pada tabel berikut ini: Tabel 4.3 Keterlaksanaan Nilai Pembangunan Karakter Bangsa dalam KBM (Siklus-1) Mapel Indikator Siklus-1 (baru tampak)/ Indikator PKn IPA Seni Budaya 25 25 25 9 5 7 Berdasarkan tabel tersebut tampak bahwa dari 25 indikator pembangunan karakter bangsa pada kegiatan KBM mapel PKn baru tampak 9 indikator, mapel IPA 5 indikator, dan mapel Seni Budaya 7 indikator. Sebagai implikasi dari hasil refleksi pada siklus ini, pada siklus berikutnya akan ditampilkan metode dan media pembelajaran yang lebih variatif serta dapat merangsang atau memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif sehingga diharapkan akan lebih banyak nilai-nilai pengembangan karakter bangsa yang bisa diserap peserta didik. 80 Pendidikan Karakter 2. Siklus/tahap 2 Sebagaiman dijelaskan pada siklus 1, tujuan yang ingin dicapai dalam PTS ini adalah: a) Meningkatkan pemahaman Guru MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung dalam mengembangkan PAKEM; b) Meningkatkan keterampilan Guru MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung dalam mengembangkan PAKEM; dan, 3) Meningkatkan keterlaksanaan nilai pembangunan karakter bangsa dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil refleksi menunjukkan bahwa tingkat pemahaman dan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan PAKEM (terutama dalam pemilihan metode yang variatif dan dapat memotivasi keterlibatan atau partisipasi siswa dalam belajar) masih rendah sehingga berimplikasi pada masih rendahnya keterlaksanaan nilai pembangunan karakter bangsa. Maka fokus PTS pada siklus ini adalah meningkatan keterampilan guru dalam pemilihan metode yang mengedapankan pendekatan PAKEM. a. Perencanaan Seusai dengan fokus tujuan di atas, kegiatan perencanaan yang dilakukan pada siklus 2 adalah sebagai berikut: A. Rusdiana 81 1) Memberikan tugas kepada guru untuk membuat persiapan mengajar atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pendekatan PAKEM yang akan digunakan pada silkus 2 ini. 2) Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar. 3) Mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam diskusi antara kepala sekolah sebagai peneliti dan guru sebagai mitra peneliti.. b. Pelaksanaan Tindakan. Kegiatan pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus 2 adalah: 1) Mengadakan diskusi dan memberi pendampingan bagi guru untuk membuat persiapan mengajar atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggunakan pendekatan PAKEM untuk digunakan pada silkus 2 ini 2) Memonitoring atau mensuverpisi kegiatan pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya. Kegiatan kepala sekolah sebagai peneliti adalah mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen observasi, sementara kegiatan guru sebagai mitra 82 Pendidikan Karakter peneliti adalah melaksanakan kegiatan pengajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. c. Pengamatan Pada tahap ini, kepala sekolah sebagai peneliti melakukan pemantauan selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi yang telah tersedia. Aktivitas yang diamati bukan hanya aktivitas guru, tetapi juga aktivitas siswa. 1) Mengobservasi tampilan Guru yaitu mengamati: (a) Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru. (b) Strategi belajar mengajar yang dikembangkan guru. (c) Metode pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas. (d) Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas. (e) Sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. 2) Mengobservasi aktivitas siswa yaitu mengamati : (a) Keseriusan siswa mengikuti kegaiatan belajar mengajar; (b) Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru dan/ataumengajukan pertanyaan. A. Rusdiana 83 (c) Keterlibatan atau keaktifan siswa dalam diskusi atau kerja kelompok (KEJARKOP). Adapun alat atau instrumen yang digunakan sebagai data pendukung adalah instrumen berupa pedoman observasi aktivitas guru dan siswa (terlampir). d. Refleksi Ada dua hal yang menjadi fokus refleksi pada siklus ini, yakni 1) Apakah RPP yang dibuat sudah mengedepankan pendekatan PAKEM terutama dilihat dari skenario atau langkah-langkah pembelajarannya; 2) Apakah pelaksanaan pembelajarannya juga sudah mengedapankan pendekatan PAKEM. Berdasarkan data dari hasil penilaian RPP (lihat format penilaian RPP pada lampiran) diperoleh data bahwa dari 3 RPP yang dibuat oleh guru yang menjadi subyek penelitian ternyata baru RPP yang dibuat guru mata pelajaran (mapel) PKn yang dapat dikatagorikan cukup baik dilihat dari unsur kejelasan tujuan, pemilihan dan pengorganisiran materi, kejelasan skenario, penggunaan metode dan alat evaluasi yang digunakan. Namun demikian, dalam RPP ini juga masih terdapat kekurangan yakni dalam hal pemilihan media yang dianggap masih kurang variatif. 84 Pendidikan Karakter Dua RPP lainnya, yakni RPP yang dibuat guru mapel IPA dan mapel Seni Budaya masih dikatagorikan kurang. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. Keterangan = Kriteria penilaian sebagai berikut: 1 = sangat tidak baik 2 = tidak baik 3 = kurang baik 4 = baik 5 = sangat baik Pedoman Penafsiran Skor - Jumlah skor 0 – 10 = Sangat tidak baik - Jumlah skor 11 – 20 = Tidak baik - Jumlah skor 21 – 30= Kurang baik - Jumlah skor 31 – 40 = Baik - Jumlah skor 41 – 50 = Sangat baik Berdasarkan pendoman penskoran di atas dapat dinyatakan bahwa RPP yang telah dibuat guru mapel IPA dan Seni Budaya dapat dikatagorikan masih kurang baik, sedangkan RPP yang dibuat guru mapel PKn dapat dikatagorikan baik. Beberapa permasalahan yang muncul berdasarkan hasil refleksi (diskusi antara peneliti dan mitra A. Rusdiana 85 peneliti) yang selanjutnya menjadi bahan perbaikan untuk siklus berikutnya adalah: - Penyusunan langkah-langkah pembelajaran belum disusun secara sistematis serta belum mengedepankan pendekatan PAKEM. Oleh karena itu pada siklus yang berikutnya langkah-langkah pembelajaran akan disusun secara sistematis dan mengedepankan pendekatan PAKEM. - Media pembelajaran yang digunakan hanya media yang ada dikelas, seperti papan tulis. Pada siklus berikutnya akan dibuat media pembelajaran yang lebih variatif. Sedangkan dilihat dari parktek atau pelaksanaan pembelajarannya, juga terlihat bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru PKn agak lebih dibandingkan dua guru lainnya. Hal ini tampak dari data hasil observasi seperti tampak pada tabel berikut ini. Tabel 4.4 Lembaran Observasi Pelaksanaan Pembelajaran SILKUS 1 Mapel Indikator PKn IPA Seni Budaya Keterangan = Siklus-1/ Keterlaksanaan 25 25 25 9 5 7 Kriteria penilaian sebagai berikut: 1 = sangat tidak baik 86 Pendidikan Karakter 2 = tidak baik 3 = kurang baik 4 = baik 5 = sangat baik Pedoman Penafsiran Skor - Jumlah skor 0 – 24 = Sangat tidak baik - Jumlah skor 25 – 48 = Tidak baik - Jumlah skor 49 – 72 = Kurang baik - Jumlah skor 73 – 96 = Baik - Jumlah skor 97 – 120 = Sangat baik Berdasarkan tabel di atas dan dengan berpedoman pada penafsiran skor tersebut, terlihat bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh oleh guru mapel IPA dan Seni Budaya masih dikatagorikan kurang baik. Sedangkan untuk PKn dapat dikatagorikan baik, walau terdapat beberapa unsur penilaian yang masih kurang baik. Dilihat dari data hasil observasi aktivitas siswa yang diamati berdasarkan aspek; 1) keseriusan dalam mengikuti pelajaran; 2) mengajukan atau menjawab pertanyaan; dan 3) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi, yang masingmasing aspek diberi nilai maksimun 4 dengan ketentuan sebagai berikut : 1 = kurang/tidak baik (tidak pernah) A. Rusdiana 87 2 = cukup/hanya 1 x 3 = baik / 2x 4 = sangat baik/Lebih dari 2x Adapun pedoman peskoran yang digunakan untuk mengetahui baik tidaknya aktivitas siswa menggunakan ketentuan sebagai berikut: Skor 1 - 3 = tidak/kurang baik Skor 4 - 6 = cukup Skor 7 - 9 = baik Skor 10-12 = sangat baik Ketentuan tersebut diperoleh dari perkalian antara nilai maksimun dengan jumlah aspek yang diteliti, dalam hal ini jumlah aspek aktivitas siswa yang diteliti adalah 3. Dengan demikian skor maksimumnya adalah 3 x 4 = 12. Berdasarkan rumus tersebut diperoleh data aktivitas siswa dalam mata pelajaran IPA (lihat lampiran 10), aktivitas siswa dalam KBM pada siklus 1 ini juga masih kurang baik hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh baru mencapai 6,31 (cukup) dengan rincian: a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan mendapat nilai rata-rata 2,72 (cukup, mendekati baik); b) mengajukan atau menjawab pertanyaan mendapatkan nilai rata-rata 1,52 (mendekati cukup) dan c) 88 Pendidikan Karakter keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 2,07 (cukup). Sedangkan untuk mapel Seni Budaya (lihat lampiran 9) pada siklus 1 ini masih belum baik hal ini karena skor ratarata yang diperoleh baru mencapai 6,23 (cukup) dengan rincian: a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan mendapat nilai rata-rata 2,82 (cukup, dan mendekati baik); b) mengajukan atau menjawab pertanyaan mendapatkan nilai rata-rata 1,44 (mendekati cukup); dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 1,97 (mendekati cukup) Dalam mapel PKn (lihat lampiran 8) aktivitas siswa dalam kegiatan belajar agak lebih tinggi yakni mencapai skor rata-rata 6,45 (cukup, mendekati baik) namun masih harus ditingkatkan. Hail refleksi berupa kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti diketahui bahwa metode yang digunakan oleh guru yang menjadi subyek penelitian sudah variatif namun belum membuat termotivasi dengan baik yang faktor utamanya disebabkan belum dipergunakannya media yang menarik. Media pembelajaran yang kurang menarik inilah yang selanjutnya berakibat pada tingkat partisipasi siswa sehingga berimplikasi pula pada masih kurangnya keterlaksanaan nilai A. Rusdiana 89 pembanguan karakter bangsa. Adapun nilai pembanguan karakter bangsa yang terlaksana dalam siklus 2 ini dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.5 Keterlaksanaan Nilai Pembangunan Karakter Bangsa dalam KBM (Siklus-2) Mapel Indikator Siklus-1 Siklus-2 PKn 25 9 15 IPA 25 5 13 Seni Budaya 25 7 14 Berdasarkan tabel tersebut tampak ada peningkatan keterlaksanan Nilai Pembangunan Karakter Bangsa. Ini terlihat dari jumlah indikator yang terpenuhi. Dalam mepel PKN yang pada siklus 1 hanya 9 indikator meningkat menjadi 15 indikator, pada mapel IPA yang pada siklus 1 hanya 5 indikator meningkat menjadi 13 indikator, dan mapel Seni Budaya yang semula (pada siklus 1) 7 indikator meningkat menjadi 14 indikator. Peningkatan pencapaian keterlaksanaan nilai pembangunan karakter bangsa dalam PBM ini disebabkan karena guru-guru yang menjadi subyek penelitian telah berupa menerapkan metode pembelajaran yang variatif dan melibatkan siswa. 90 Pendidikan Karakter Berdasarkan hasil refleksi tersebut, pada siklus berikutnya akan ditampilkan media pembelajaran yang lebih menarik dan variatif serta dapat merangsang atau memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dan diharapakan akan semakin banyak nilai pembangunan karakter bangsa yang terlaksana. 3. Siklus 3 Hasil refleksi pada siklus 2 menunjukkan bahwa keterampilan Guru MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung dalam mengembangkan PAKEM dalam kaitannya dengan pemilihan metode sudah cukup baik namun ternyata belum dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar yang disebabkan belum digunakan media pembelajaran yang variatif dan memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif. Berdasarkan hasil refleksi tersebut fokus tujuan yang ingin dicapai pada siklus 3 adalah mengetahui keterampilan guru dalam pemilihan dan penggunaan media yang variatif dan yang dapat memotivasi siswa untuk terlibat aktif. a. Perencanaan Seusai dengan fokus tujuan di atas, kegiatan perencanaan yang dilakukan pada siklus 2 adalah sebagai berikut: A. Rusdiana 91 1) Memberikan tugas kepada guru untuk merevisi persiapan mengajar atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus 2. Hasil revisi kemudian dijadikan RPP yang akan digunakan pada silkus 3 ini. 2) Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar. 3) Mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam diskusi antara kepala sekolah sebagai peneliti dan guru sebagai mitra peneliti. b. Pelaksanaan Tindakan. Kegiatan pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus 3 adalah mengadakan diskusi dan memberi pendampingan bagi guru untuk mervisi persiapan mengajar atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan pada siklus sebelumnya (siklus 2). Hasil revisi, kemudian dijadikan RPP yang akan digunakan pada siklus ini (siklus 3). Selain itu, kepala sekolah sebagai peneliti juga berperan untuk memonitoring atau mensuverpisi kegiatan pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya. Dengan demikian kegiatan kepala sekolah akan lebih fokus untuk mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen observasi, sementara kegiatan guru sebagai mitra peneliti adalah 92 Pendidikan Karakter melaksanakan kegiatan pengajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. c. Pengamatan Sama seperti pada siklus sebelumnya, Pada tahap ini kepala sekolah melakukan pemantauan selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung. Kegiatan pemantauan ini dibantu dib antu dengan lembar observasi yang telah tersedia. Aktivitas yang diamati akan lebih berfokus pada tampilan guru berkaitan dengan pengunaan a) Metode pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas; dan b) Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas. Serta aktivitas siswa yaitu dalam mengikuti kegiatan pembelajaran meliputi : (a) Keseriusan siswa mengikuti kegaiatan belajar mengajar; (b) Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru dan/ataumengajukan pertanyaan; (c) Keterlibatan atau keaktifan siswa dalam diskusi atau kerja kelompok (KEJARKOP). Sebagaimana pada pertemuan sebelumnya, alat atau instrumen yang digunakan sebagai data pendukung juga sama yakni instrumen berupa pedoman observasi aktivitas guru dan siswa (terlampir). d. Refleksi A. Rusdiana 93 Sama seperti pada siklus sebelumnya, ada dua hal yang menjadi fokus refleksi pada siklus ini, yakni 1) Apakah RPP yang dibuat sudah mengedepankan pendekatan PAKEM terutama dilihat dari skenario atau langkah-langkah pembelajarannya; 2) Apakah pelaksanaan pembelajarannya juga sudah mengedapankan pendekatan PAKEM. Berdasarkan data dari hasil penilaian RPP (lihat format penilaian RPP pada lampiran) diperoleh data bahwa dari 3 RPP yang dibuat oleh guru yang menjadi subyek penelitian dapat dikatagorikan cukup baik dilihat dari unsur kejelasan tujuan, pemilihan dan pengorganisiran materi, kejelasan skenario, penggunaan metode dan alat evaluasi yang digunakan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Penilian RPP Pertemuan Ke Silkus 3 Mapel Indikator Siklus- Siklus- 1 2 Penilaian/Kenaikan PKn 25 9 15 24 IPA 25 5 13 18 Seni 25 Budaya Keterangan = 7 14 21 Kriteria penilaian sebagai berikut: 1 = sangat tidak baik 94 Pendidikan Karakter 2 = tidak baik 3 = kurang baik 4 = baik 5 = sangat baik Pedoman Penafsiran Skor - Jumlah skor 0 – 10 = Sangat tidak baik - Jumlah skor 11 – 20 = Tidak baik - Jumlah skor 21 – 30= Kurang baik - Jumlah skor 31 – 40 = Baik - Jumlah skor 41 – 50 = Sangat baik Berdasarkan pendoman penskoran di atas dapat dinyatakan bahwa RPP yang telah dibuat ketiga orang guru yang menjadi subyek penelitian dikatagorikan baik. Dilihat dari parktek atau pelaksanaan pembelajarannya, juga terlihat perkembangan yang cukup menggembirakan. Hal ini karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh ketiga orang guru yang menjadi subyek penelitian sudah memperlihatkan pr. Hal ini tampak dari data hasil observasi seperti tampak pada tabel berikut ini. Tabel 4.7 Lembaran Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan Silkus 3 Mapel A. Rusdiana Ketercapaian Siklus-3 Skor 95 Seni Budaya IPA PKn 1. Tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran 2. Mengajukan atau menjawab pertanyaan 3. Keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi Rata-rata 9, 05 1. Tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran 2. Mengajukan atau menjawab pertanyaan 3. Keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi Rata-rata 9,17 1. Tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran 2. Mengajukan atau menjawab pertanyaan 3. Keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi Rata-rata 9, 05 2, 39 3,21 3,21 3,42 2,45 3,31 2, 39 3,21 3,21 Keterangan = Kriteria penilaian sebagai berikut: 1 = sangat tidak baik 2 = tidak baik 3 = kurang baik 4 = baik 5 = sangat baik 96 Pendidikan Karakter Pedoman Penafsiran Skor - Jumlah skor 0 – 24 = Sangat tidak baik - Jumlah skor 25 – 48 = Tidak baik - Jumlah skor 49 – 72 = Kurang baik - Jumlah skor 73 – 96 = Baik - Jumlah skor 97 – 120 = Sangat baik Berdasarkan tabel di atas dan dengan berpedoman pada penafsiran skor tersebut, terlihat bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh tiga orang guru yang menjadu subyek penelitian, yakni guru mapel PKn; IPA; Seni Budaya dapat dikatagorikan baik. Dilihat dari data hasil observasi aktivitas siswa yang diamati berdasarkan aspek; 1) keseriusan dalam mengikuti pelajaran; 2) mengajukan atau menjawab pertanyaan; dan 3) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi, yang masingmasing aspek diberi nilai maksimun 4 dengan ketentuan penilaian dan penafsiran skor sama seperti pada siklus 2 diperoleh data bahwa aktivitas siswa dalam mata pelajaran mapel Seni Budaya (lihat lampiran 10) pada siklus 3 ini sudah baik hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh telah mencapai 9,05 (baik) dengan rincian: a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan mendapat nilai rata-rata 3,49 (baik, dan mendekati sangat baik); b) mengajukan atau A. Rusdiana 97 menjawab pertanyaan mendapatkan nilai rata-rata 2,39 (cukup) dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 3,21 (baik). Sedangkan untuk mapel IPA (lihat lampiran 9), aktivitas siswa dalam KBM pada siklus 3 ini juga sudah baik hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh mencapai 9,17 (baik) dengan rincian: a) tingkat keseriusan dalam mengikuti pelajaran mendapatkan mendapat nilai rata-rata 3,42 (baik, mendekati sangat baik); b) mengajukan atau menjawab pertanyaan mendapatkan nilai rata-rata 2,45 (cukup, mendekati baik) dan c) keterlibatan dalam kerja kelompok atau diskusi mencapai nilai rata-rata 3,31 (baik). Begitu pula untuk mapel PKn (lihat lampiran 8). Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar sudah mendekati sangat baik, hal ini karena skor rata-rata yang diperoleh telah mencapai 9,31 (baik, dan sudah mendekati sangat baik). Hasil refleksi berupa kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti diketahui bahwa adanya peningkatan nilai preforma tersebut disebabkan karena mereka (guru-guru yang menjadi subyek penelitian) telah berupa menggunakan metode dan media pembelajaran yang lebih variatif. Ini menunjukkan bahwa metode dan media yang variatif ternyata dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar serta terhadap 98 Pendidikan Karakter peningkatan keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.8 Keterlaksanaan Nilai Pembangunan Karakter Bangsa Dalam Kbm (Siklus-3) Mapel Indikator Siklus-1 Siklus-2 Kenaikan PKn 25 9 15 4 IPA 25 5 13 8 Seni Budaya 25 7 14 7 Data tabel tersebut menunjukkan bahwa ada peingkatan yang sangat suginifikan dari keterlaksaan nilai pembangunan karakter bangsa dalam KBM di MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung. Tingginya tingkat keterlaksanaan nilai pembangunan karakter ini disebabkan guru-guru telah mampu menerapkan pendekatan PAKEM sehingga pembelajaran menjadi aktif, efektif dan menyenangkan. Berdasarkan hasil refleksi siklus 1, 2, dan 3 yang mencoba mengungkapkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan kegiatan bimbingan yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru-guru MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung dalam penerapan pendekatan PAKEM dapat dismpulkan bahwa pemahaman dan keterampilan guru-guru A. Rusdiana 99 MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung tentang PAKEM mulai meningkat yang berimplikasi pula pada berkembangnya nilai-nilai pembangunan (pendidikan) karakter bangsa. Oleh karena itu, kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) tentang Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (Pakem) Dalam KBM Di MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung dianggap selesai. C. Pembahasan Berikut penulis uraikan pembahasan data penelitian siklus demi siklus penelitian. 1. Pembahasan Data Siklus 1 Tujuan yang ingin dicapai dalam PTS ini adalah a) Meningkatkan pemahaman Guru MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung dalam mengembangkan PAKEM; b) Meningkatkan keterampilan Guru MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung dalam mengembangkan PAKEM; dan, 3) Meningkatkan keterlaksanaan nilai pembangunan karakter bangsa dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil analisis siklus 1 menunjukkan bahwa: a. Aspek Guru Dilihat dari aspek guru, tampak bahwa pada siklus 1 ini keterampilan guru dalam penerapan pendekatan PAKEM 100 Pendidikan Karakter masih kurang. Ini terlihat dari masih kurangnya keterampilan guru dalam menentukan atau memilih metode dan media yang variatif dan dapat merangsang aktivitas siswa. Data hasil penilaian RPP pada siklus 1 menunjukkan bahwa pencapaian skor nilai RPP mapel PKn adalah 24; mapel IPA memperoleh skor 22 dan mapel Seni Budaya memperoleh skor 22. Dengan demikian ketiga RPP tersebut masih dikatagorikan kurang baik. Sedangkan berdasarkan data hasil observasi pelaksanaan KBM menunjukkan pencapaian nilai pelaksanaan pembelajaran mapel PKn pada siklus 1 adalah 69; mapel IPA mencapai skor 63 dan mapel Seni Budaya mencapai skor 65. Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran ketiganya juga masih dikatagorikan kurang baik. b. Aspek Siswa Dilihat dari dari aspek siswa, terlihat belum adanya peningkatan parrtisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan data hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada siklus 1 dalam mapel PKn baru mencapai rata-rata skor 5,79 (cukup), dalam mapel IPA baru mencapai rata-rata skor 5,59 (cukup) sedangkan dalam mapel Seni Budaya mencapai skor rata-rata 5,33 (cukup,). Hal A. Rusdiana 101 tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa belum mencapai katagori baik sehingga perlu ditingkatkan. c. Data Keterlaksanaan Nilai-Nilai Pembangunan Karakter Bangsa Dilihat dari data keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa, terlihat belum banyak indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang dapat diwujudkan. Data hasil observasi menunjukkan bahwa dari 25 indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang diteliti, dalam mata pelajaran PKn baru terlaksana 9 indikator atau 36%, IPA mencapai 5 indikator atau 29% dan mapel Seni Budaya mencapai 7 indikator atau 28%. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan yang masih perlu mendapat perhatian khusus dalam PTS ini pada siklus berikutnya adalah peningkatan keterampilan guru terutama dalam kaitannya dengan pemilihan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan PAKEM. Hal ini sesuai dengan prinsip PAKEM bahwa proses pembelajaran harus mengedapankan keterlibatan siswa yang pelaksanaan diwujudkan dengan penerapan metode dan media pembelajaran yang variatif dan inovatif. 102 Pendidikan Karakter 2. Pembahasan Data Siklus 2 Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1, pada siklus 2 ini PTS lebih memfokuskan pada peningkatan keterampikan guru dalam penerapan PAKEM, terutama dalam penggunaan metode dan media pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil analisis siklus 2 menunjukkan bahwa: a. Aspek Guru Dilihat dari segi guru, tampak bahwa pada siklus 2 ini keterampilan guru dalam penerapan pendekatan PAKEM sudah mulai mengalami peningkatan terutama dalam kaitannya dengan pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran. Namun, dalam hal pemilihan media terlihat masih kurang variatif dan kurang dapat merangsang aktivitas siswa. Data hasil penilaian RPP pada siklus 2 menunjukkan bahwa pencapaian skor nilai RPP mapel PKn adalah 31 (baik); mapel IPA: 26 (kurang baik) dan dalam mapel Seni Budaya: 28 (kurang baik). Sedangkan berdasarkan data hasil observasi pelaksanaan KBM menunjukkan pencapaian nilai pelaksanaan pembelajaran mapel PKn pada siklus 2 adalah 77 (Baik); mapel IPA mencapai skor 69 (kurang baik) dan mapel Seni Budaya mencapai skor 70 (kurang baik). Dengan demikian sekalipun A. Rusdiana 103 terdapat skor nilai yang dikatagorikan kurang baik, namun bila dilihat skor perolehannya sudah ada peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya. b. Aspek Siswa Dilihat peningkatan dari dari parrtisipasi segi siswa siswa dalam terlihat adanya kegiatan belajar mengajar. Data hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam mapel PKn mencapai rata-rata skor 6,45 (cukup), dalam mapel IPA mencapai 6,31 (cukup) dan mapel Seni Budaya mencapai skor rata-rata 6,23 (cukup). Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa telah mengalami peningkatan namun belum mencapai katagori baik sehingga perlu ditingkatkan. c. Aspek Data Keterlaksanaan Nilai-Nilai Pembangunan Karakter Bangsa Dilihat dari data keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa, terlihat adanya peningkatan keterlaksaaan indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang dapat diwujudkan. Data hasil observasi menunjukkan bahwa dari 25 indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang diteliti, pada siklus 2 ini dalam mata pelajaran PKn sudah terlaksana/terlihat 15 indikator atau 60%, 104 Pendidikan Karakter IPA mencapai 13 indikator atau 52% dan mapel Seni Budaya mencapai 14 indikator atau 56%. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan yang masih perlu mendapat perhatian khusus dalam PTS ini pada siklus berikutnya adalah peningkatan keterampilan guru dalam kaitannya dengan pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan PAKEM seperti kasus, cerita, film/video, foto (analisis kasus) dan sebagainya disesuaikan dengan konteks materi yang diajarkan. 3. Pembahasan Data Siklus 3 Pada siklus ini telah dilaksanakan berbagai usulan perbaikan yang disarankan pada siklus sebelumnya. Hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan pencapaian nilai atau skor yang cukup baik dan signifikan. Hasil pembahasan dan analisis data pada siklus-3 adalah sebagai berikut: a. Adanya peningkatan keterampilan dalam pembuatan rencana pembelajaran. Skor pencapaian nilai RPP mapel PKn pada siklus 3 meningkat dari 31 pada siklus 2 menjadi 35; sedangkan dalam mapel IPA dari 26 menjadi 33 dan dalam mapel Seni Budaya dari 28 menjadi 34. Mapel A. Rusdiana Siklus-2 Siklus-3 105 PKn IPA Seni Budaya 31 26 28 35 33 34 40 30 PKn 20 IPA 10 Seni Budaya 0 Siklus-2 Siklus-3 Grafik. 4.1: Pencapaian Skor Nilai Keterampilan Guru dalam Pembuatan Rencana Pembelajaran b. Keterampilan guru tentang penerapan PAKEM Keterampilan semakin meningkat, guru tentang penerapan PAKEM terutama dalam kaitanya dengan pemilihan metode dan media pembelajaran. Skor pencapaian nilai Pelaksanaan Pembelajaran mapel PKn pada siklus 3 meningkat dari 77 pada siklus 2 menjadi 83; sedangkan dalam mapel IPA dari 69 menjadi 81 dan dalam mapel Seni Budaya dari 70 menjadi 82. Hal ini menujukkan adanya peningkatan keterampilan guru dalam melaksanakan KBM dari kurang baik menjadi baik. Mapel Siklus-2 Siklus-3 PKn 77 83 106 Pendidikan Karakter IPA 69 31 Seni Budaya 70 82 100 80 60 PKn 40 IPA 20 Seni Budaya 0 Siklus-2 Siklus-3 Grafik.4.2: Pencapaian Skor Nilai Keterampilan Guru dalam Pelaksanaan (Praktek) Pembelajaran c. Perkembangan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar Perkembangan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan yang cukup berarti. Perkembangan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan yang cukup berarti. Skor aktivitas siswa dalam KBM mapel PKn pada siklus 3 meningkat dari rata-rata 6,45 pada siklus 2 menjadi 9,31; sedangkan dalam mapel IPA dari 6,31 menjadi 9,17 dan dalam mapel Seni Budaya dari 6,23 menjadi 9,05. Mapel A. Rusdiana Siklus-2 Siklus-3 107 PKn 6.45 9.31 IPA 6.31 9.17 Seni Budaya 6.23 9.05 10 8 6 PKn 4 IPA Seni Budaya 2 0 Siklus-2 Siklus-3 Grafik-4.3: Pencapaian Skor Rata-rata Aktivitasi Siswa dalam KBM d. Keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa mengalami peningkatan Keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa mengalami peningkatan yang cukup berarti sejalan dengan peningkatan pencapaian skor rata-rata aktivitas siswa. Data hasil observasi menunjukkan bahwa dari 25 indikator nilai-nilai pembangunan karakter bangsa yang diteliti, pada siklus 3 ini dalam mata pelajaran PKn sudah terlaksana/terlihat 24 indikator atau 96%, IPA mencapai 22 indikator atau 88% dan mapel Seni Budaya mencapai 23 indikator atau 92%. 108 Pendidikan Karakter Mapel Indikator Terlaksana Dalam % Siklus-3 PKn IPA Seni Budaya 25 25 25 24 22 23 96 88 92 100 80 60 PKn 40 IPA 20 Seni Budaya 0 Indikator Terlaksana Dalam % Siklus-3 Grafik-4.4: Pencapaian Keterlaksanaan Nilai-nilai Pembangunan Karakter Bangsa dalam KBM Berdasarkan hasil refleksi siklus 1, 2, dan 3 yang mencoba mengungkapkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan kegiatan bimbingan yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru-guru MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung dalam penerapan pendekatan PAKEM dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan keterampilan guru-guru MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung tentang PAKEM A. Rusdiana 109 mulai meningkat yang berimplikasi pula pada berkembangnya nilai-nilai pembangunan (pendidikan) karakter bangsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengintegrasian pembangunan atau pendidikan karakter bangsa ke dalam semua mata pelajaran bukan merupakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan, tetapi justru merupakan hal penting yang harus dilakukan. Bahkan selanjutnya pengintegrasian pembangunan atau pendidikan karakter bangsa harus terdapat dalam visi, misi, dan tujuan sekolah. Persoalan yang timbul dalam kaitannya dengan muatan pembangunan atau pendidikan karakter bangsa di kalangan guru (terutama di daerah) saat ini adalah kekhawatiran munculnya format RPP dan Silabus yang baru yang harus memasukkan pembangunan nilai-nilai karakter bangsa tersebut. Hal ini penting untuk kita pikirkan bersama agar kita tidak terjebak pada berbagai konstruksi yang tidak menyentuh akar persoalan yang kita hadapi. Hasil penelitian ini sekalipun sangat sederhana menunjukkan bahwa pengintegrasian pembangunan atau pendidikan karakter bangsa ke dalam semua mata pelajaran tidak mesti dilakukan dengan mengadakan perubahan pada format atau komponen RPP yang harus dibuat oleh guru. Ini penting dilakukan untuk menghindari sikap apatis guru-guru 110 Pendidikan Karakter terhadap perubahan kurikulum yang disebabkan perubahan kurikulum yang terlalu cepat. Kita mesti bercermin bahwa rendahnya karakter bangsa kita saat ini adalah warisan yang banyak disumbangkan oleh model pendidikan karakter bangsa masa sebelum reformasi yang lebih banyak menekakan indoktrinasi dan penuh dengan muatan ’kekuasaan’. Oleh karena itu, mari kita benahi pembangunan atau pendidikan karakter bangsa dengan peningkatan keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pendekatan CTL, PAKEM dan lainnya yang menghindari praktek indoktrinasi. Dan yang tak kalah penting kita harus segera melakukan pembenahan sarana prasana pendidikan sehingga eksperimen guru untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan tersebut akan mudah dilakukan. Berdasarakan uraian di atas tampak bahwa hipotesis tindakan dalam PTS ini yang menyatakan “Apabila Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM) Dalam KBM di MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung dapat berjalan efektif, maka keterlaksanaan nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa akan meningkat.” dapat diterima. A. Rusdiana 111 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan sekolah (PTS) mengenai penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) langsung selama 3 siklus penelitian dapat disimpulkan: 1. Kegiatan bimbingan penerapan PAKEM bagi guru SMPN 2 yang dilaksanakan kepala MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung telah terlaksana dengan baik dan memberi kontribusi terhadap peningkatan pemahaman dan keterampilan guru tentang penerapan pendekatan PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman dan keterampilan guru tentang penerapan PAKEM dalam kegiatan belajar mengajar berimplikasi pada peningkatan partisipasi atau keaktifan siswa serta terhadap keterlaksanaan nilai-nilai pembangunan karakter bangsa, seperti nilai kerja keras, kerjasama, saling menghargai dan sebagainya. 3. Berdasarkan hasil refleksi, kegiatan PTS tentang Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter Bangsa Melalui 112 Pendidikan Karakter Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (Pakem) Dalam KBM Di MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung mencapai tujuan yang diharapkan yakni: a) Meningkatkan pemahaman Guru MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung dalam mengembangkan PAKEM; b) Meningkatkan keterampilan Guru MTs Al-Misbah Cipadung Kota Bandung dalam mengembangkan PAKEM; dan 3) Meningkatkan keterlaksanaan nilai pembangunan karakter bangsa dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, hipotesis tindakan dalam PTS ini yang menyatakan “Apabila Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM) Dalam KBM di MTs AlMisbah Cipadung Kota Bandung dapat berjalan efektif, maka keterlaksanaan nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa akan meningkat.” dapat diterima. B. Saran Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah: 1. Penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) perlu terus ditingkatkan mengingat cukup signifikan dampak A. Rusdiana 113 postitif penerapannya terhadap peningkatan proses dan hasil belajar siswa serta bagi terlaksananya nilai-nilai pembangunan karakter bangsa. 2. Guru-guru harus dapat mengenali dan menggunakan berbagai metode, strategi dan/atau model pembelajaran; sehingga mempunyai banyak pilihan untuk dapat menerapkan pendekatan PAKEM dalam kegaiatan belajar mengajar. 3. Selain keterampilan memilih model pembelajaran, guru yang professional juga hendaknya dapat memilih media yang tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru juga dituntut memliki kreativitas dan keterampilan memilih media pembelajaran yang tepat. 4. Pembangunan karakter bangsa merupakan kegiatannyang harus terus di laksanakan terutama di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, perlu terus digali model implikasi pembangunan karakter bangsa di sekolah baik secara terintergasi melalui PBM maupun melalui model lainnya. 114 Pendidikan Karakter DAFTAR PUSTAKA Bahan Workshop KTSP, Pengembangan Bahan Ajar dan Media, Depdinas 2007 Bobbi DePorte & Mike Hernacki. (2000) Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Kaifa. Bandung Danial, Endang AR., Dr. H. M.Pd. (2003) Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat PLP, Dirjendikdasmen, Depdiknas. Jakarta Depdiknas. (2002) Pedoman Pembangunan Karakter Bangsa di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktoral Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta Depdiknas. (2003) Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktoral Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta Depdiknas. (2005) Paket Pelatihan 1 Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar melalui Manajemen Berbasis Sekolah, Peran Serta Masyarakat, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Depdiknas. Jakarta A. Rusdiana 115 Depdiknas. (2009) Pendidikan Draf Budaya Pedoman Dan Pengembangan Karakter Bangsa . Depdiknas. Jakarta Indonesia (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Hasibuan dan Moedjino. (1996) Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya. Hidayat, Kosadi, dkk.. (1987) Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta. Munandir. (2001) Ensiklopedia Pendidikan. Malang: UM Press Pemerintah RI (2010) “Kebijakan Nasional Pembanguan Karakter Bangsa 2010-2025” Silberman, Melvin L (2002). Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran. Yappendis. Yogyakarta Sudirman, dkk. (1987) Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya CV. Sudjana. (1992) Metoda Statistik. Bandung: Tarsito. Suriasumantri, Jujun S. (1999) Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Suwarsih Madya, Prof. Dr. (2007) Penelitian Tindakan Kelas. www.ktiguru.Org Suhardjono, A. Azis Hoesein, dkk (1995). Pedoman 116 Pendidikan Karakter penyusunan KTI di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Digutentis, Jakarta : Diknas Suhardjono. 2005. Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai KTI, makalah pada Pelatihan Peningkatan Mutu Guru di LPMP Makasar, Maret 2005 Suhardjono. 2009. Tanya jawab tentang PTK dan PTS, naskah buku. Suharsimi, Arikunto. (1996) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi, Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada Pendidikan dan Pelatihan (TOT) Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsionla Guru, 11-20 Juli 2002 di Balai penataran Guru (BPG) Semarang. Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara Wiriaatmadja, Rochiati, Prof.Dr. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. PPS UPI dan Remaja Rosdakarya; Bandung A. Rusdiana 117 118 Pendidikan Karakter