SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
BAHASA INDONESIA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2013
Pendahuluan| i
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Diterbitkan oleh:
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2013
Copyright © 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin
tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pendahuluan| ii
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SAMBUTAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah swt., Kurikulum 2013 secara terbatas mulai
dilaksanakan tahun 2013 pada sekolah-sekolah yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan
secara selektif. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya untuk
merespon berbagai tantangan tantangan internal dan eksternal.
Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata
kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan
penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan
apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada
tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu
melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan pendidikan. Karena itu,
implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan
tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.
Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama,
standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar
kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata
pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima,
semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi
lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini
menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.
Mudah-mudahan implementasi Kurikulum 2013 ini bisa berjalan dengan baik. Akhirnya, kepada
semua pihak yang telah mendedikasikan dirinya dalam mempersiapkan Kurikulum 2013, saya
mengucapkan banyak terima kasih. Semoga bermanfaat untuk mencerdaskan bangsa Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Muhammad Nuh
Pendahuluan| iii
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt.atas selesainya Modul Bahan Ajar Pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013. Modul bahan ajar ini merupakan bahan ajar wajib dalam rangka
pelatihan calon instruktur, guru inti, dan guru untuk memahami Kurikulum 2013 dan kemudian
dalam proses pembelajaran di sekolah.
Kurikulum 2013 ini diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2013-2014 melalui
pelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah-sekolah yang sudah siap melaksanakannya. Pada
Tahun Ajaran 2013/2014, Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas untuk Kelas I dan IV
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtida’iyah (SD/MI), Kelas VII Sekolah Menengah Pertama atau
Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Kelas X Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah
Kejuruan atau Madrasah Aliyah (SMA/SMK dan MA/MAK).Pada Tahun Ajaran 2015/2016
diharapkan Kurikulum 2013 telah dilaksanakan di seluruh kelas I sampai dengan Kelas XII.
Menjelang implementasi Kurikulum 2013, penyiapan tenaga guru dan tenaga kependidikan
lainnya sebagai pelaksana kurikulum di lapangan perlu dilakukan. Sehubungan dengan itu, Badan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan (BPSDMPK dan PMP), telah menyiapkan strategi Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013 bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas.
Pada tahun 2013 pelatihan akan dilakukan bagi pengawas SD/SMP/SMA/SMK, kepala sekolah
SD/SMP/SMA/SMK, dan guru Kelas I dan IV SD, guru Kelas VII SMP untuk 9 mata pelajaran, dan
guru Kelas X SMA/SMK untuk 3 mata pelajaran. Guna menjamin kualitas pelatihan tersebut, maka
BPSDMPK dan PMP telah menyiapkan 14 Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, sesuai
dengan kelas, mata pelajaran, dan jenjang pendidikan. Modul ini diharapkan dapat membantu
semua pihak menjalankan tugas dalam Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013.
Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas partisipasi aktif kepada pejabat dan staf di
jajaran BPSDMPK dan PMP, dosen perguruan tinggi, konsultan, widyaiswara, pengawas, kepala
sekolah, dan guru yang terlibat di dalam penyusunan modul-modul tersebut di atas.
Jakarta, Juni 2013
Kepala Badan PSDMPK-PMP
Syawal Gultom
NIP. 19620203 198703 1 002
Pendahuluan| iv
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
DAFTAR ISI
SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAGIAN I PENDAHULUAN
A.
Tujuan Umum Pelatihan
B.
Indikator Umum Ketercapaian Tujuan
C.
Kompetensi Inti Peserta yang Harus Dicapai
D.
Hasil Kerja Peserta Selama Pelatihan
E.
Tahapan, Nara Sumber, dan Peserta Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Struktur Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, untuk Guru, Kepala Sekolah,
F.
dan Pengawas
G.
Penilaian
H.
Panduan Narasumber dan Fasilitator
I.
Kode Etik Narasumber
J.
Panduan Penggunaan Materi Pelatihan Kurikulum 2013
iii
iv
v
1
1
1
2
2
2
4
K.
Sistematika Modul
BAGIAN II SILABUS PELATIHAN
A.
Silabus Materi Pelatihan 0: Perubahan Mindset
B.
Silabus Materi Pelatihan 1: Konsep Kurikulum 2013
C.
Silabus Materi Pelatihan 2: Analisis Materi Ajar
D.
Silabus Materi Pelatihan 3: Model Rancangan Pembelajaran
E.
Silabus Materi Pelatihan 4: Praktik Pembelajaran Terbimbing
BAGIAN III MATERI PELATIHAN
MATERI PELATIHAN 0: PERUBAHAN MINDSET
A. Kompetensi
B. Lingkup materi
C. Indikator
D
Perangkat pelatihan
Skenario kegiatan
Bahan tayang
MATERI PELATIHAN 1 : KONSEP KURIKULUM 2013
A. Kompetensi
B. Lingkup materi
C. Indikator
D
Perangkat pelatihan
Skenario kegiatan
1.1 Rasional Kurikulum
1.2 Elemen Perubahan Kurikulum
1.3 SKL, KI, dan KD
9
11
12
4
5
6
6
14
18
24
28
31
32
33
33
33
33
35
36
57
58
58
58
59
60
62
97
103
Pendahuluan| v
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
1.4 Strategi Implementasi Kurikulum
MATERI PELATIHAN 2 : ANALISIS MATERI AJAR
A. Kompetensi
B. Lingkup materi
C. Indikator
D. Perangkat pelatihan
Skenario kegiatan
2.1 Konsep Pendekatan Scientific
2.2 Model Pembelajaran
2.3 Konsep Penilaian Autentik pada Pembelajaran
2.4 Analisis Buku Guru dan Siswa
MATERI PELATIHAN 3 : MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
A. Kompetensi
B. Lingkup materi
C. Indikator
D. Perangkat pelatihan
Skenario kegiatan
3.1 Penyusunan RPP
3.2 Perancangan Penilaian Autentik
MATERI PELATIHAN 4 : PRAKTEK PEMBELAJARAN TERBIMBING
A. Kompetensi
B. Lingkup materi
C. Kompetensi Peserta Pelatihan
D. Perangkat pelatihan
Skenario kegiatan
4.1 Simulasi Pembelajaran
4.2 Peer Teaching
119
123
124
124
124
125
126
129
167
221
243
255
255
255
255
255
256
259
299
302
303
303
303
303
305
307
316
Pendahuluan| vi
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
GAMBARAN STRUKTUR MATERI PELATIHAN GURU IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
BAGIAN 1:
PENDAHULUAN
BAGIAN 2:
SILABUS
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
Tujuan Umum Pelatihan
Indikator Umum KetercapaianTujuan
Kompetensi Inti Peserta yang Harus Dicapai
Hasil Kerja Peserta Selama Pelatihan
Tahapan, Narasumber, dan Peserta Pelatihan
Struktur Pelatihan
Penilaian
Panduan Narasumber dan Fasilitator
Kode Etik Narasumber
Panduan Penggunaan Materi Pelatihan
Sistematika Materi Pelatihan
A.
B.
C.
D.
E.
Silabus Perubahan Mindset
Silabus Konsep Kurikulum 2013
Silabus Analisis Materi Ajar
Silabus Model Rancangan Pembelajaran
Silabus Praktik Pembelajaran Terbimbing
A. Materi Pelatihan 1: Perubahan Mindset
B. Materi Pelatihan 2: Konsep Kurikulum 2013
2.1 Rasional
2.2 Elemen Perubahan
2.3 SKL, KI, KD
2.4 Strategi Implementasi
BAGIAN 3:
MATERI PELATIHAN
C. Materi Pelatihan 3: Analisis Materi Ajar
3.1 Konsep PendekatanScientific
3.2 Model-model Pembelajaran
3.3 Konsep Penilaian Autentik pada Proses danHasil Belajar
3.4 Analisis Buku Guru dan Buku SIswa
D. Materi Pelatihan 4: Model Rancangan Pembelajaran
4.1 Penyusunan RPP
4.2 Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil
Belajar
E. Materi Pelatihan 5: Praktik Pembelajaran Terbimbing
5.1 Simulasi Pembelajaran
5.2 Peer Teaching
F. Pendampingan
Pendahuluan| vii
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
BAGIAN I
PENDAHULUAN
Pendahuluan| viii
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
BAGIAN I
PENDAHULUAN
Modul Pelatihan ini disiapkan untuk digunakan para Narasumber Pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013 sesuai dengan kelas, mata pelajaran dan jenjang pendidikan. Narasumber yang
dimaksudkan adalah Narasumber Nasional, Instruktur Nasional, Guru Inti, Kepala Sekolah Inti, dan
Pengawas Sekolah Inti.
Modul ini memberi panduan bagi para pengguna mengenai (1) Tahapan Pelatihan Implementasi
Kurikulum 2013; (2) Struktur Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013; (3) Panduan Narasumber;
(4) Panduan Penilaian; (5) Bahan/Materi Pelatihan untuk masing-masing Mata Pelatihan.
Bahan/Materi Pelatihan yang dimaksud meliputi dokumen-dokumen, handouts, lembar
kerja/worksheet, bahan tayang baik dalam bentuk slide power point maupun rekaman video.
Sesuai dengan Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Badan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan (BPSDMPK dan PMP) telah menetapkan jenjang atau tahapan pelatihan, sasaran
pelatihan, dan struktur pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 untuk tahun kalender 2013.
A. Tujuan Umum Pelatihan
Tujuan Umum Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.
1. Guru mampu melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses
pembelajaran, dan penilaian Kurikulum 2013.
2. Kepala sekolah mampu mengerahkan sumber daya yang dimiliki dalam rangka menjamin
keterlaksanaan implementasi Kurikulum 2013.
3. Pengawas sekolah mampu memberikan bantuan teknis secara benar kepada sekolah
dalam mengatasi hambatan selama implementasi Kurikulum 2013.
B. Indikator Umum Ketercapaian Tujuan
Hasil monitoring dan evaluasi implementasi Kurikulum 2013 pada akhir Tahun Ajaran
2013/2014, menunjukkan di bawah ini.
1. Tujuh puluh persen (70%) guru kelas I, IV, VII, X mampu melaksanakan tugas sesuai
dengan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian Kurikulum
2013.
2. Tujuh puluh persen (70%) sekolah pelaksana Kurikulum 2013 tidak mengalami hambatan
biaya, sarana, sumber daya manusia, dan kebijakan sekolah.
3. Tujuh puluh persen (70%)sekolah pelaksana Kurikulum 2013 mendapatkan bantuan
secara benar dari pengawas sekolah selama implementasi Kurikulum 2013.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|1
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
C. Kompetensi Inti Peserta yang Harus Dicapai
Berdasarkan Indikator Ketercapaian Tujuan, maka kompetensiinti yang harus dicapai peserta
setelah mengikuti pelatihan adalah berikut ini.
1. Memiliki sikap yang terbuka untuk menerima Kurikulum 2013.
2. Memiliki keinginan yang kuat untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013.
3. Memiliki pemahaman yang mendalam tentang Kurikulum 2013 (filosofi, rasional, elemen
perubahan, strategi implementasi, dan KI, KD) .
4. Memiliki keterampilan menganalisis keterkaitan antara Standar Kompetensi Kelulusan
(SKL), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Buku Guru, dan Buku Siswa.
5. Memiliki keterampilan menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP) dengan mengacu
pada Kurikulum 2013.
6. Memiliki keterampilan mengajar dengan menerapkan pendekatan saintifik secara benar.
7. Memiliki keterampilan mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem
Based Learning, Project Based Learning, dan Discovery Learning.
8. Memiliki keterampilan melaksanakan penilaian autentik dengan benar.
9. Memiliki keterampilan berkomunikasi lisan dan tulis dengan runtut, benar, dan santun.
D. Hasil Kerja Peserta Selama Pelatihan
Setelah selesai mengikuti pelatihan, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah mampu
mewujudkan hasil kerja secara kolektif berikut ini.
1. Analisis SKL, KI, KD untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai beban tugasnya, selama 1
semester.
2. Analisis buku siswa dan buku guru untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai beban
tugasnya, selama 1 semester.
3. Contoh RPP untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai beban tugasnya, selama 1 semester.
4. Contoh instrumen penilaian untuk jenjang dan mata pelajaran sesuai beban tugasnya,
selama 1 semester.
E. Tahapan, Narasumber, dan Peserta Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Sasaran akhir dari pelatihan ini adalah guru, kepala sekolah dan pengawas. Mengingat
jumlah sasaran akhir pelatihan sangat besar dan sebaran sasaran akhir pelatihan sangat luas,
maka pelatihan ini menerapkan strategi pelatihan bertahap atau berjenjang. Tahapan atau
jenjang pelatihan, narasumber yang akan bertugas, serta sasaran peserta dapat dijelaskan
pada diagram berikut ini.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|2
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Narasumber: Narasumber Nasional
PELATIHAN INSTRUKTUR
NASIONAL
Peserta: Instruktur Nasional
Narasumber: Instruktur Nasional
Narasumber: Instruktur Nasional
Narasumber: Instruktur Nasional
PELATIHAN GURU INTI
PELATIHAN KEPALA SEKOLAH INTI
PELATIHAN PENGAWAS INTI
Peserta: Guru Inti
Peserta: Kepala Sekolah Inti
Peserta: Pengawas Inti
Narasumber: Guru Inti
Narasumber: Kepala Sekolah Inti
Narasumber: Pengawas Inti
PELATIHAN GURU KELAS/MAPEL
PELATIHAN KEPALA SEKOLAH
PELATIHAN PENGAWAS
Peserta: Guru Kelas/Mapel/BK
Peserta: Kepala Sekolah
Peserta: Pengawas
Diagram 1. Tahapan Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tahapan pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 dapat dilihat pada diagram 1 di atas.
Diagram tersebut menunjukkan terdapat 3 tahap pelatihan yaitu:Pelatihan Tingkat Nasional,
Tingkat Provinsi, dan Tingkat Kabupaten/Kota. Secara keseluruhan terdapat 7 jenis
pelatihan, yakni: Pelatihan Instruktur Nasional, Pelatihan Guru Inti, Pelatihan Kepala Sekolah
Inti, Pelatihan Pengawas Inti, Pelatihan Guru Kelas/ Mapel, Pelatihan Kepala sekolah, dan
Pelatihan Pengawas.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|3
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
F. Struktur Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, untuk Guru, Kepala Sekolah, dan
Pengawas Sekolah
Tabel 1: Struktur Pelatihan Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah
Kelas I
Kelas IV
IPA
IPS
Lainnya
SMA, MA,
SMK, dan
MAK
0
PERUBAHAN MINDSET
2
2
2
2
2
2
1.
KONSEP KURIKULUM 2013
4
4
4
4
4
4
1.1
1.2
1.3
1.4
Rasional
ElemenPerubahan
SKL, KI dan KD
StrategiImplementasi
0,5
0,5
2
1
0,5
0,5
2
1
0,5
0,5
2
1
0,5
0,5
2
1
0,5
0,5
2
1
0,5
0,5
2
1
2.
ANALISIS MATERI AJAR
12
12
12
12
12
12
2.1
Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu
Konsep Pembelajaran IPA Terpadu
Konsep Pembelajaran IPS Terpadu
Model Pembelajaran
Konsep Pendekatan Saintifik
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2.4
Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil
Belajar
2
2
2
2
2
2
2.5
AnalisisBuku Guru danBukuSiswa (Kesesuaian,
Kecukupan, danKedalamanMateri)
4
4
4
4
6
6
SD dan MI
No
2.2
2.3
SMP dan MTs
MateriPelatihan
3.
MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
8
8
8
8
8
8
3.1
3.2
Penyusunan RPP
PerancanganPenilaianAutentik
5
3
5
3
5
3
5
3
5
3
5
3
4.
PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
22
22
22
22
22
22
4.1
4.2
SimulasiPembelajaran
Peer Teaching
8
16
8
16
8
16
8
16
8
16
8
14
5.
PROGRAM PENDAMPINGAN
2
2
2
2
2
2
6.
TES AWAL DAN TES AKHIR
2
2
2
2
2
2
TOTAL
52
52
52
52
52
52
G. Penilaian
Seusai pelatihan, panitia pelatihan akan mengumumkan hasil penilaian peserta. Penilaian
meliputi tiga ranah yaitu:
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|4
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
1. Sikap,
2. pengetahuan, dan
3. keterampilan.
Penilaian autentik diterapkan di dalam pelatihan ini. Metode penilaian yang diterapkan di
dalam penilaian ini meliputi:
1.
2.
3.
4.
tes awal,
tes akhir,
portofolio, dan
pengamatan.
Setiap calon instruktur nasional, guru inti, kepala sekolah inti, dan pengawas inti dinyatakan
lulus apabila mencapai nilai 75 dan memiliki kewenangan untuk melatih.
H. Panduan Narasumber dan Fasilitator
Narasumber memainkan peran yang sangat penting untuk menjadikan suatu pelatihan yang
menarik dan menyenangkan. Jumlah narasumber yang akan bertugas sebanyak 3 (tiga) orang
selama proses pelatihan. Narasumber membagi tugas secara bersama-sama dengan prinsip
keadilan. Ketika seorang narasumber bertugas memberikan materi pelatihan, maka
narasumber lainnya berperan sebagai fasilitator yang membantu dalam menyiapkan
perangkat pelatihan, memberikan penjelasan tambahan, dan melakukan penilaian kepada
peserta.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang narasumber adalah berikut ini.
1. Memahami isi modul sesuai bidang yang ditugaskan.
2. Melaksanakan pelatihan sesuai dengan modul dan mematuhi urutan dalam skenario
pelatihan yang telah disusun.
3. Memberikan contoh panutan bagi peserta, baik dalam hal disiplin, berperilaku, cara
memberikan pertanyaan, cara memberikan umpan balik, memberikan motivasi, maupun
penguasaan materi pelatihan.
4. Memanggil nama peserta untuk mengurangi ketegangan.
5. Mengurangi penjelasan definisi, menjawab pertanyaan, dan memberikan konfirmasi,
tetapi wajib melibatkan peserta secara aktif dalam mencari, menggali data, menganalisis
alternatif temuan, memecahkan masalah, mengambil keputusan atau simpulan.
6. Memotivasi peserta untuk mengambil kesimpulan sendiri, menanyakan argumentasinya
mengapa peserta mengambil simpulan itu, menguatkan dan menekankan simpulan itu.
7. Memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta baik laki-laki maupun
perempuanyang memiliki keterbatasan berbicara, yang minoritas, yang pendiam, yang
tua, dan sebagainya.
8. Mengaktifkan peserta untuk menjawab pertanyaan peserta lain.
9. Menghindari hal-hal berikut ini.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|5
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
a.
b.
c.
d.
e.
Menjawab pertanyaan yang tidak dipahami maksudnya.
Menjawab pertanyaan yang tidak diketahui jawabnya.
Menjawab pertanyaan yang tidak perlu dijawab.
Terpancing dalam perdebatan dengan peserta yang dapat mengakibatkan habisnya waktu.
Berperan sebagai orang yang serba tahu.
10. Mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab peserta sesering mungkin (jangan pertanyaan yang
sulit dijawab atau terlalu mudah dijawab peserta).
Tugas Narasumber yang Berperan sebagai Fasilitator
1. Menyiapkan alat, sumber, dan media belajar yang diperlukan.
2. Membagi bahan pelatihan kepada peserta sesuai haknya.
3. Melaksanakan penilaian terdiri atas: tes awal, tes akhir, dan penilaian proses, yang
meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
4. Mencatat kehadiran peserta sebagai bagian dari bahan penilaian.
5. Menyerahkan laporan tertulis setiap selesai melakukan pelatihan.
I. Kode Etik Narasumber
Setiap fasilitator pelatihan wajib menyetujui dan menerapkan kode etik berikut ini.
1. Menghormati kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terkait dengan implementasi Kurikulum 2013.
2. Mengacu pada prinsip-prinsip andragogi dalam bersikap dan berperilaku.
3. Menjaga kerahasiaan semua alat penilaian yang akan digunakan.
4. Memberlakukan peserta secara adil dan tidak diskriminatif.
5. Melakukan penilaian secara objektif.
J. Panduan Penggunaan Materi Pelatihan Kurikulum 2013
Jenis bahan dan lembar kerja untuk masing-masing materi pelatihan dapat dilihat berikut ini.
Beberapa dokumen pelatihan digunakan sebagai acuan untuk beberapa materi pelatihan
sebagaimana tercermin dalam pengkodean bahan pelatihan.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|6
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tabel 2. Daftar dan Kode Materi Pelatihan
NO.
1.
2.
MATERI PELATIHAN
KODE
PERUBAHAN MINDSET
Bahan Tayang
Tantangan Indonesia dalam Abad ke-21
KONSEP KURIKULUM 2013
Video
Tayangan Paparan Kurikulum 2013 oleh
Mendikbud
Bahan Tayang
Perubahan Mindset
Hand-Out
Bahan Tayang
Elemen Perubahan
PPT-1.3
SKL, KI, KD
PPT-1.4
Strategi Implementasi
PPT-1.5
Naskah Kurikulum 2013
HO-1.1/1.2/1.4
Pembelajaran Bahasa Indonesia
4.
LK-1.3
V-2.1/4.1
V-2.3
PPT-2.1-1
Model Pembelajaran Project Based Learning
PPT-2.2-1
Model Pembelajaran Problem Based Learning
PPT-2.2-2
Model Pembelajaran Discovery Learning
PPT-2.2-3
PPT-2.3
PPT-2.4
Konsep Pendekatan Saintifik
Contoh Penerapan Pendekatan saintifikdalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia
HO-2.1-1
Model Pembelajaran Project Based Learning
HO-2.2-1
Model Pembelajaran Problem Based Learning
HO-2.2-2
Model Pembelajaran Discovery Learning
HO-2.2-3
Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Analisis Buku Guru
Analisis Buku Siswa
HO-2.1-2
HO-2.3
HO-2.3/3.2
LK-2.4-1
LK-2.4-2
Rubrik Penilaian Hasil Analisis Buku Guru dan
Siswa
MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
Bahan Tayang
HO-1.3/2.4/3.1/3.2
Konsep Pendekatan Saintifik
Konsep Penilaian Autentik
Lembar
Kerja/Rubrik
HO-1.3
Model-model Pembelajaran
Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan
Hasil Belajar
Analisis Buku Guru dan Siswa
Hand-Out
PPT-1.1
PPT-1.2
Lembar
Analisis Keterkaitan SKL, KI, KD
Kerja/Rubrik
ANALISIS MATERI AJAR
Video
V-1.1
Rasional
Contoh Analisis Keterkaitan antara SKL, KI,
dan KD
SKL, KI, dan KD
3.
PPT-0.1
Rambu-rambu Penyusunan RPP Mengacu
R-2.4
PPT-3.1-1
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|7
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
NO.
MATERI PELATIHAN
KODE
pada Standar Proses dan Pendekatan Saintifik
Hand-Out
Panduan Tugas Menelaah Rancangan
Penilaian pada RPP yang Telah Dibuat
SKL, KI, dan KD
Rambu-rambu Penyusunan RPP Mengacu
pada Standar Proses dan Pendekatan Saintifik
Contoh RPP Bahasa Indonesia
Lembar
Kerja/Rubrik
5.
Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada
Pembelajaran
Telaah RPP
Rubrik Penilaian Telaah RPP
PPT-3.2
HO-1.3/2.4/3.1/3.2
HO-3.1-1
HO-3.1-2
HO-2.3/3.2
LK-3.1/3.2
R-3.1/3.2
PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
Video
Video Pembelajaran Bahasa Indonesia
V-2.1/4.1
Bahan Tayang
Strategi Pengamatan Tayangan Video
PPT-4.1
Lembar
Kerja/Rubrik
Panduan Tugas Praktik Pelaksanaan
Pembelajaran Melalui Peer-Teaching
Instrumen Penilaian Pelaksanaan
Pembelajaran
Analisis Pembelajaran pada Tayangan Video
Rubrik Penilaian Analisis Pembelajaran pada
Tayangan Video
Instrumen Penilaian Pelaksanaan
Pembelajaran
Rubrik Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
PPT-4.2-1
PPT-4.2-2
LK-4.1
R-4.1
LK-4.2
R-4.2
Keterangan:
V
PPT
HO
LK
R
:
:
:
:
:
Video
Powerpoint Presentation
Hand-Out
Lembar Kerja
Rubrik
Catatan Pengkodean:
1. PPT-1.3 artinya bahan presentasi ini digunakan saat menyampaikan Materi Pelatihan 1
(Konsep Kurikulum), Submateri 3 (SKL,KI,KD)
2. HO-1.3/2.1/2.4/3.1/3.2 artinya hand-out ini digunakan sebagai acuan untuk beberapa
materi pelatihan yaitu sebagai berikut:
- Materi Pelatihan 1, submateri 3;
- Materi Pelatihan 2, submateri 1 dan 4;
- Materi Pelatihan 3, submateri 1 dan 2.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|8
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
K. Sistematika Modul
Modul pelatihan implementasi kurikulum ini dibagi dalam tiga bagian berikut ini.
Bagian I
:
Pendahuluan
Bagian II
:
Silabus Pelatihan
Bagian III :
Materi Pelatihan
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|9
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
BAGIAN II
SILABUS PELATIHAN
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|10
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SILABUS
PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
SMA/MA dan SMK/ MAK
BAHASA INDONESIA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|11
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
A. SILABUS MATERI PERUBAHAN MINDSET
MATERI PELATIHAN
ALOKASI WAKTU
JENJANG
MATA PELAJARAN
NO
0.1
SUBMATERI
PELATIHAN
Tantangan
Indonesia
dalam Abad ke21
:
:
:
:
0. PERUBAHAN MINDSET
2 JP (@ 45 MENIT)
SMA/MA, SMK/MAK
BAHASA INDONESIA
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
1. Memiliki sikap
yang terbuka
untuk
menerima
Kurikulum
2013
2. Memiliki
keinginan yang
kuat untuk
mengimpleme
ntasikan
Kurikulum
2013.
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
1. Menunjukan
sikap terbuka
terhadap
perubahan.
1. Tanya jawab
tentang
tantangan
Indonesia dalam
Abad ke-21.
2. Berpartisipasi
aktif dalam
kegiatan
pelatihan.
2. Curah
pendapat
membandingkan
antara berpikir
berbasis kendala
(constraintbased thinking)
dengan berpikir
berbasis
kesempatan
(opportunitybased thinking)
PENILAIAN
BAHAN PELATIHAN
ASPEK
TEKNIK
Sikap
Terbuka untuk
menerima dan
mengimpleme
ntasikan
Kurikulum
2013.
Pengamatan
BENTUK
INSTRUMEN
Lembar
Pengamatan
Sikap
JENIS
Bahan
Tayang
DESKRIPSI
Tantangan
Indonesia dalam
Abad ke-21
(PPT-0.1)
3. Mendiskusikan
cara baru dalam
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|12
WAKTU
(JP)
2
SMA/MA dan SMK/MAK
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
DESKRIPSI
belajar.
4. Mendiskusikan
6 pendorong
utama teknologi
pendidikan yang
harus
diperhatikan
5. Tanya jawab
tentang
tantangan
pendidikan tinggi
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|13
WAKTU
(JP)
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
B. SILABUS MATERI KONSEP KURIKULUM
MATERI PELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
NO
1.1
SUBMATERI
PELATIHAN
Rasional
1. KONSEP KURIKULUM
4 JP (@ 45 MENIT)
SMA/MA, SMK/MAK
BAHASA INDONESIA
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
Memahami
secara utuh
rasional
Kurikulum 2013.
KEGIATAN
PELATIHAN
INDIKATOR
1. Menerima
rasional
pengembangan
Kurikulum 2013
dalam kaitannya
dengan
perkembangan
masa depan.
1. Mengamati dan
menyimak
tayangan
paparan tentang
Kurikulum 2013
oleh Mendikbud.
2.
2. Menjelaskan
rasional
pengembangan
Kurikulum 2013
dalam kaitannya
dengan
perkembangan
masa depan.
3. Menjelaskan
permasalahan
Kurikulum 2006
(KTSP).
3.
Menyimak
dan melakukan
tanya jawab
tentang paparan
rasional
Kurikulum 2013
dalam kaitannya
dengan
perkembangan
kurikulum di
Indonesia.
PENILAIAN
BAHAN PELATIHAN
ASPEK
TEKNIK
Sikap
Menerima
latar belakang
alasan
perubahan
Kurikulum
2013.
Pengamatan
Pengetahuan
Memahami
secara utuh
rasional
kurikulum
2013 .
Tes Tertulis
BENTUK
INSTRUMEN
Lembar
Pengamatan
Sikap
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
JENIS
DESKRIPSI
1. Video
Tayangan
Paparan
Kurikulum 2013
oleh Mendikbud
(V-1.1)
2. Bahan
Tayang
Rasional
Kurikulum 2013
(PPT-1.1)
3. Hand-out
Naskah
Kurikulum 2013
(D-1.1/1.2/1.4)
Menyimpu
lkan rasional
Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|14
WAKTU
(JP)
0,5
SMA/MA dan SMK/MAK
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
4. Mengidentifikasi
kesenjangan
kurikulum antara
kondisi saat ini
dengan kondisi
ideal.
5. Menjelaskan
alasan
pengembangan
kurikulum.
1.2
Elemen
Perubahan
Kurikulum 2013
Memahami
secara utuh
elemen
perubahan
Kurikulum 2013.
1. Menerima empat
elemen
perubahan
Kurikulum 2013
yang mencakup:
SKL, SI, Standar
Proses, dan
Standar
Penilaian.
2. Menjelaskan
empat elemen
perubahan
Kurikulum 2013
yang mencakup:
SKL, SI, Standar
Proses, dan
Standar
Penilaian.
KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
ASPEK
TEKNIK
Sikap
Menerima
empat elemen
perubahan
Kurikulum
2013
Pengamatan
Pengetahuan
Memahami
elemen
perubahan
Kurikulum
2013 dan
hubungannya
dengan
kompetensi
yang
dibutuhkan
pada masa
Tes Tertulis
JENIS
DESKRIPSI
WAKTU
(JP)
yang mencakup
permasalahan
kurikulum 2006
(KTSP),
kesenjangan
kurikulum antara
kondisi saat ini
dengan kondisi
ideal, serta
alasan
pengembangan
kurikulum.
1. Menyimak dan
melakukan tanya
jawab tentang
empat elemen
perubahan
Kurikulum 2013
dalam kaitannya
dengan
perkembangan
kurikulum.
2. Menyimpulkan
empat elemen
perubahan
Kurikulum 2013.
Lembar
Pengamatan
Sikap
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
1. Bahan
Tayang
Elemen
Perubahan
Kurikulum 2013
(PPT-1.2)
2. Hand-out
Naskah
Kurikulum 2013
(D-1.1/1.2/1.4)
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|15
0,5
SMA/MA dan SMK/MAK
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
PENILAIAN
ASPEK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
TEKNIK
JENIS
DESKRIPSI
WAKTU
(JP)
depan.
3. Menjelaskan
empat elemen
perubahan
kurikulum dalam
hubungannya
dengan
kompetensi yang
dibutuhkan pada
masa depan.
1.3
SKL, KI dan KD
Memahami
keterkaitan
antara SKL, KI,
dan KD pada
Kurikulum 2013.
1. Bekerja sama
dalam
menganalisis
keterkaitan SKL,
KI, dan KD.
2. Menganalisis
keterkaitan
antara SKL, KI,
dan KD.
1. Menyimak
paparan SKL, KI,
dan KD.
2. Memberi
contoh analisis
keterkaitan SKL,
KI, dan KD.
3. Menganalisis
keterkaitan SKL,
KI, dan KD
melalui diskusi
kelompok pada
format yang
sudah disediakan
(Tiap kelompok
menganalisis
keterkaitan SKL,
KI, dan KD yang
akan dijadikan
Sikap
Bekerja sama
dalam
kelompok
dengan baik
dan benar
Pengamatan
Keterampilan
Terampil
menganalisis
keterkaitan
SKL, KI, dan KD
Penugasan
Rubrik
penilaian
hasil analisis
keterkaitan
SKL, KI dan
KD(R-1.3)
Pengetahuan
Kemampuan
memahami
konsep SKL, KI,
dan KD serta
keterkaitan
antara ketiga
Tes Tertulis
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
Lembar
Pengamatan
Sikap
1. Bahan
Tayang
SKL, KI, dan KD
(PPT-1.3)
2. Hand-Out
a. SKL, KI, dan
KD (HO1.3/2.4/
3.1/3.2)
b. Contoh
Analisis
Keterkaitan
antara SKl, KI,
dan KD
(HO-1.3)
3. Lembar
Kerja
Analisis
Keterkaitan SKL,
KI, dan KD
(LK-1.3 )
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|16
2
SMA/MA dan SMK/MAK
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
dasar dalam
membuat RPP)
PENILAIAN
ASPEK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
TEKNIK
JENIS
DESKRIPSI
1. Bahan
Tayang
Strategi
Implementasi
Kurikulum
(PPT-1.4)
2. Hand-out
Naskah
Kurikulum 2013
(D-1.1/1.2/1.4)
WAKTU
(JP)
kompetensi
tersebut.
4. Mempresentasi
kan hasil diskusi
kelompok.
5. Menilai hasil
kerja kelompok
lain.
1.4
Strategi
Implementasi
Kurikulum 2013
Memahami
secara utuh
strategi
implementasi
Kurikulum 2013.
1. Berkomunikasi
dengan bahasa
yang runtut dan
komunikatif
untuk
mengidentifikasi
elemen-elemen
penting strategi
implementasi
Kurikulum 2013.
2. Mengidentifikasi
elemen-elemen
penting strategi
implementasi
Kurikulum 2013.
1. Diskusi kelas
untuk
mengidentifikasi
elemen-elemen
penting strategi
implementasi
Kurikulum 2013.
2. Merangkum dan
menyimpulkan
hasil diskusi
kelas.
3. Mengkomunikasi
kan hasil diskusi
kelas.
Sikap
Berkomunikasi
dengan
bahasa yang
santun,
sistematis,
dan
komunikatif
dalam
meyampaikan
ide-ide.
Pengamatan
Pengetahuan
Memahami
elemenelemen
penting
strategi
implementasi
Kurikulum
2013.
Tes Tertulis
Lembar
Pengamatan
Sikap
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|17
1
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
C. SILABUS ANALISIS MATERI AJAR
MATERIPELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
NO
2.1
SUBMATERI
PELATIHAN
Konsep
Pendekatan
Saintifik
2. ANALISIS MATERI AJAR
12 JP (@ 45 MENIT)
SMA/MA, SMK/MAK
BAHASA INDONESIA
PENILAIAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
Mendeskripsikan
konsep
pendekatan
saintifik dalam
pembelajaran
Bahasa
Indonesia.
1. Menerima
konsep
pendekatan
saintifik dan
menghargai
pendapat orang
lain.
2. Menjelaskan
konsep
pendekatan
saintifik
KEGIATAN
PELATIHAN
1. Mengamati
tayangan video
pembelajaran
Bahasa
Indonesia.
2. Mengkaji
pendekatan
saintifik
berdasarkan
tayangan video
melalui diskusi
kelompok.
3.
enjelaskan
penerapan
pendekatan
saintifikdalam
pembelajaran
Bahasa
Indonesia.
3. Mendiskusikan
contoh-contoh
penerapan
pendekatan
saintifikdalam
pembelajaran
Bahasa
Indonesia.
ASPEK
TEKNIK
Sikap
Menerima
konsep
pendekatan
saintifik dan
menghargai
pendapat
orang lain.
Pengamatan
Pengetahuan
Konsep
pendekatan
saintifikdan
penerapannya dalam
pembelajaran
Bahasa
Indonesia.
Tes tertulis
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
Lembar
pengamatan
sikap
JENIS
DESKRIPSI
1. Video
Pembelajaran
Bahasa Indonesia
(V-2.1/4.1)
2. Bahan
Tayang
a.
3. Hand out
a. Konsep
pendekatan
saintifik
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
onsep
pendekatan
saintifik
(PPT-2.1-1)
b. Contoh
penerapan
pendekatan
saintifikdalam
pembelajaran
Bahasa
Indonesia
(PPT-2.1-2)
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|18
WAKTU
(JP)
2
SMA/MA dan SMK/MAK
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
PENILAIAN
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
(HO-2.1-1)
b. Contoh
penerapan
pendekatan
saintifikdalam
pembelajaran
Bahasa
Indonesia
(HO-2.1-2)
4. Mempresentasi
kan hasil diskusi
kelompok.
2.2
Model
Pembelajaran
Membedakan
Model
Pembelajaran
Project Based
Learning,
Problem Based
Learning, dan
Discovery
Learning.
1. Mengidentifikasi
karakteristik
model
pembelajaran
Project Based
Learning.
2. Mengidentifikasi
karakteristik
model
pembelajaran
Problem Based
Learning.
3. Mengidentifikasi
karakteristik
model
pembelajaran
Discovery
Learning.
1. Mengamati
tayangan 3 jenis
model
pembelajaran
(Project Based
Learning,
Problem Based
Learning, dan
Discovery
Learning).
2. Mengidentifikasi
karakteristik 3
model
pembelajaran.
3. Mengidentifikasi
penerapan
Pendekatan
Saintifik pada 3
DESKRIPSI
WAKTU
(JP)
Sikap
Menyadari
manfaatpene
rapan tiga
model
pembelajaran
Focus Group
Discussion
Panduan
FGD
Pengetahuan
Karakteristik
Project Based
Learning,
Problem
Based
Learning, dan
Discovery
Learning.
Tes Tulis
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
Keterampilan
Menganalisis,
membedakan,
Unjuk kerja
Rubrik
penilaian
hasil kerja
1. Video
Contoh
Pembelajaran
dengan 3 model
pembelajaran
(V-2.3)
2. Bahan
Tayang
a. Project Based
Learning
(PPT-2.3.1)
b. Problem
Based
Learning
(PPT-2.3-2)
c. Discovery
Learning
(PPT-2.3-3)
3. Hand out
a. Project Based
Learning
(HO-2.3.1)
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|19
2
SMA/MA dan SMK/MAK
NO
2.3
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
Konsep
Penilaian
Autentik pada
Proses dan
Hasil Belajar
PENILAIAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
Mendeskripsikan
konsep penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar
INDIKATOR
1.
Menerima
penerapan
konsep
penilaian
autentikdi
sekolah/
madarasah dan
menghargai
pendapat orang
lain.
2. Menjelaskan
konsep penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar.
KEGIATAN
PELATIHAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
model
pembelajaran
mengaitkan.
1. Menyajikan
kegiatan
interaktif untuk
menyamakan
persepsi tentang
jenis dan bentuk
tes dalam
penilaian
autentik.
Sikap
Menerima
penerapan
konsep
penilaian
autentik di
sekolah/
madrasah
dan
menghargai
pendapat
orang lain.
Pengamatan
Lembar
pengamatan
sikap
Pengetahuan
Konsep
penilaian
autentik pada
pembelajaran
Bahasa
Indonesia.
Tes tertulis
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
2. Mendiskusikan
konsep penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar.
3. Mempresentasi
kan hasil diskusi
kelompok.
JENIS
DESKRIPSI
WAKTU
(JP)
b. Problem
Based
Learning
(HO-2.3-2)
c. Discovery
Learning
(HO-2.3-3)
1. Bahan
Tayang
a. Konsep
penilaian
autentik pada
proses dan
hasil belajar
(PPT-2.3)
b. Contoh
penerapan
penilaian
autentik pada
pembelajaran
Bahasa
Indonesia
(PPT-2.3/3.2)
2. Hand out
a. Konsep
penilaian
autentik pada
proses dan
hasil belajar
(HO-2.3)
b. Contoh
penerapan
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|20
2
SMA/MA dan SMK/MAK
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
SUBMATERI
PELATIHAN
PENILAIAN
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
DESKRIPSI
WAKTU
(JP)
penilaian
autentik pada
pembelajaran
Bahasa
Indonesia
(HO-2.3/3.2)
2.4
Analisis Buku
Guru dan Buku
Siswa
(Kesesuaian,
Kecukupan, dan
Kedalaman
Materi)
1.
Mengan
alisis
kesesuaian isi
buku guru dan
buku siswa
dengan
tuntutan SKL,
KI, dan KD.
1. Ketelitian dan
keseriusan
menganalisis
kesesuaian buku
guru dan siswa
dengan SKL, KI,
dan KD.
2. Mengidentifikasi
kesesuaian isi
buku guru dan
buku siswa
dengan tuntutan
SKL, KI, dan KD.
1. Peserta
pelatihan
menilai buku
guru dan buku
siswa.
2. Diskusi
kelompok
membahas hasil
penilaian buku
guru dan buku
siswa.
3. Mencermati
format analisis
buku guru dan
buku siswa.
Sikap
Teliti dan
serius dalam
bekerja baik
secara
mandiri
maupun
berkelompok.
Pengamatan
Keterampilan
Terampil
menganalisis
buku guru
dan siswa.
Penugasan
Lembar
pengamatan
sikap
Rubrik
Penilaian
Hasil
Analisis
Buku Guru
dan Buku
Siswa
(R-2.4)
1. Bahan
Tayang
Analisis buku
guru dan buku
siswa
(PPT-2.4)
2. Hand-out
SKL, KI, dan KD
(HO-1.3/2.4/
3.1/3.2)
3. Lembar
Kerja
a. Analisis Buku
Guru
(LK-2.4-1)
b. Analisis Buku
Siswa
(LK-2.4-2)
4. Menganalisis
kesesuaian buku
guru dan buku
siswa dengan
tuntutan SKL, KI,
dan KD dalam
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|21
6
SMA/MA dan SMK/MAK
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
SUBMATERI
PELATIHAN
PENILAIAN
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
DESKRIPSI
diskusi
kelompok.
2.
3.
Mengan
alisis buku
guru dan buku
siswa dilihat
dari aspek
kecukupan dan
kedalaman
materi.
Mengua
sai secara utuh
materi,
struktur, dan
pola pikir
keilmuan
3. Menganalisis
kecukupan dan
kedalaman
materi buku
guru dan buku
siswa.
5. Mendeskripsikan
kecukupan dan
kedalaman
materi buku
guru dan buku
siswa secara
kelompok.
4. Menganalisis
kesesuaian
proses,
pendekatan
saintifik, serta
strategi evaluasi
yang
diintegrasikan
dalam buku.
6. Menganalisis
kesesuaian isi
buku dengan
standar proses,
pendekatan
saintifik, serta
strategi evaluasi
yang
diintegrasikan
dalam buku
melalui diskusi
kelompok.
5. Menjelaskan
secara utuh
materi, struktur,
dan pola pikir
keilmuan materi
pelajaran yang
terdapat dalam
7. Membaca isi
materi, struktur,
dan pola pikir
keilmuan materi
pelajaran yang
terdapat dalam
buku siswa
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|22
WAKTU
(JP)
SMA/MA dan SMK/MAK
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
SUBMATERI
PELATIHAN
materi
pelajaran.
4.
Mengua
sai penerapan
materi
pelajaran pada
bidang/ ilmu
lain serta
kehidupan
sehari-hari.
5.
Memaha
mi strategi
menggunakan
buku guru dan
buku siswa
untuk kegiatan
pembelajaran.
PENILAIAN
INDIKATOR
buku siswa.
KEGIATAN
PELATIHAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
DESKRIPSI
melalui belajar
mandiri.
6. Menerapkan
materi pelajaran
yang terdapat
dalam buku guru
dan buku siswa
pada bidang/
ilmu lain serta
kehidupan
sehari-hari.
8. Membuat
contoh-contoh
penerapan
materi pelajaran
yang terdapat
dalam buku guru
dan buku siswa
pada bidang/
ilmu lain serta
kehidupan
sehari-hari
secara
berkelompok.
7. Menjelaskan
strategi
penggunaan
buku guru dan
buku siswa
untuk kegiatan
pembelajaran.
9. Mempresentasi
kan hasil analisis
buku guru dan
buku siswa
(perwakilan
kelompok).
10. Menyimpulkan
strategi
penggunaan
buku guru dan
buku siswa
untuk kegiatan
pembelajaran.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|23
WAKTU
(JP)
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
D. SILABUS MATERI MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
SUBMATERI
PELATIHAN
3.1
Penyusunan
RPP
3. MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
8 JP (@ 45 MENIT)
SMA/MA, SMK/MAK
BAHASA INDONESIA
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
Menyusun RPP
yang
menerapkan
pendekatan
saintifik sesuai
model belajar
yang relevan
dengan
mempertimbang
kan karakteristik
peserta didik baik
dari aspek fisik,
moral, sosial,
kultural,
emosional,
maupun
intelektual
PENILAIAN
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
1. Menunjukkan
sikap tanggung
jawab dan
kreatif dalam
menyusun RPP.
1. Peserta
pelatihan
menilai RPP yang
dibawa oleh
peserta lain.
Sikap
Tanggung
jawab dan
kreatif dalam
menyusun
RPP
Pengamatan
Lembar
Pengamatan
Sikap
2. Mengidentifikasi
rambu-rambu
penyusunan
RPP.
2. Mendiskusikan
rambu-rambu
penyusunan RPP
yang mengacu
pada Standar
Proses dan
pendekatan
saintifik.
Keterampilan
Menyusun
RPP yang
mengacu
pada Standar
Proses dan
pendekatan
saintifik
Penugasan
Rubrik
Penilaian
Telaah RPP
(R-3.1/3.2)
3. Menyusun RPP
yang sesuai
dengan SKL,
KI,dan KD;
Standar Proses;
dan pendekatan
Pengetahuan
RPPyang
menerapkan
pendekatan
saintifik
Tes Tertulis
3. Menyusun RPP
yang sesuai
dengan SKL, KI,
dan KD; Standar
Proses; dan
pendekatan
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
JENIS
DESKRIPSI
1. Bahan
Tayang
a. Rambu-rambu
penyusunan
RPP mengacu
pada Standar
Proses dan
pendekatan
saintifik
(PPT-3.1-1)
b. Panduan
tugas telaah
RPP
(PPT-3.1-2)
2. Hand out
a. SKL, KI, dan KD
(HO-1.3/2.4/
3.1/3.2
b. Rambu-rambu
penyusunan
RPP mengacu
pada Standar
Proses dan
pendekatan
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|24
WAKTU
(JP)
5
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
PENILAIAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
INDIKATOR
saintifik.
4.
enelaah RPP
yang disusun
kelompok lain
KEGIATAN
PELATIHAN
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
saintifiksecara
berkelompok
(terutama KD
awal semester I)
DESKRIPSI
WAKTU
(JP)
saintifik
(HO-3.1-1)
c. Contoh RPP
Bahasa
Indonesia
(HO-3.1-2)
4. Mendiskusikan
format
telaahRPP .
3. Lembar
Kerja
Telaah RPP
(LK-3.1/3.2)
5. MenelaahRPP
yang disusun
kelompok lain
sesuai format
telaah RPP.
6. Merevisi RPP
berdasarkan
hasil telaah.
7. Mempresentasikan hasil RPP
yang sudah
direvisi (sampel)
3.2
Perancangan
Penilaian
Autentik pada
Proses dan
Hasil Belajar
Merancang
penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar
1. Menunjukkan
sikap tanggung
dan kreatifdalam
menyusun
rancangan
penilaian
autentik.
1. Mendiskusikan
dan melakukan
tanya
jawabtentang
penilaian
autentik dalam
bentuk tes dan
Sikap
Tanggung
jawab
dankreatifdal
am
menyusun
rancangan
Pengamatan
Lembar
Pengamatan
Sikap
1.
Bahan
Tayang
a. Contoh
penerapan
penilaian
autentik pada
pembelajaran
Bahasa
Indonesia
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|25
3
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
PENILAIAN
KEGIATAN
PELATIHAN
INDIKATOR
nontes.
2. Mengidentifikasi
kaidah
perancangan
penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar.
3. Mengidentifikasi
jenis dan bentuk
penilaian pada
proses dan hasil
belajar sesuai
karakteristik
mata pelajaran
Bahasa
Indonesia.
4. Menelaah
rancangan
penilaian
autentik pada
proses dan hasil
belajar yang
ada dalam RPP.
2.
Mendiskusikan
tentang kaidah
merancang
penilaian autentik
berbentuk tes dan
nontes, termasuk
portofolio.
3.
Mengkaji
penerapan
penilaian autentik
dalam
pembelajaran
Bahasa Indonesia
melalui contoh.
4.
Menelaah
rancangan
penilaian autentik
pada RPP yang
telah disusun.
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
penilaian
autentik.
Keterampilan
Merancang
penilaian
autentik
Penugasan
Rubrik
Penilaian
Telaah RPP
(R-3.1/3.2)
Pengetahuan
Penerapan
penilaian
autentik pada
pembelajaran
Bahasa
Indonesia.
Tes Tertulis
Tes Objektif
Pilihan
Ganda
DESKRIPSI
(PPT-2.3/3.2)
b. Panduan
tugas
menelaah
rancangan
penilaian
pada RPP
yang telah
dibuat
(PPT-3.2)
2. Hand out
a. SKL, KI, dan KD
(HO-1.3/2.4/
3.1/3.2)
b. Contoh
penerapan
penilaian
autentik pada
pembelajaran
Bahasa
Indonesia(HO2.3/3.2)
5.
Merevisi
rancangan
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|26
WAKTU
(JP)
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
PENILAIAN
KEGIATAN
PELATIHAN
INDIKATOR
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
DESKRIPSI
penilaian pada
RPP yang telah
disusun
berdasarkan
hasil telaah.
6.
Mempresentasi
kan rancangan
penilaian proses
dan hasil belajar
yang sudah
direvisi (sampel)
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|27
WAKTU
(JP)
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
E. SILABUS MATERI PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
MATERIPELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
NO
4.1
SUBMATERI
PELATIHAN
Simulasi
Pembelajaran
4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
22 JP (@ 45 MENIT)
SMA/MA, SMK/MAK
BAHASA INDONESIA
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
Mengkaji
pelaksanaan
pembelajaran
yang
menerapkan
pendekatan
saintifik
(mengamati,
menanya,
mencoba,
mengolah,
menyaji,
menalar,
mencipta)
dengan tetap
memperhatikan
karakteristik
peserta didik
baik dari aspek
fisik, moral,
sosial, kultural,
emosional,
PENILAIAN
INDIKATOR
KEGIATAN
PELATIHAN
1. Ketelitian dan
keseriusan
dalam
menganalisis
simulasi
pembelajaran.
1. Mengamati
tayangan video
pembelajaran
2. Menganalisis
simulasi
pembelajaran
melalui
tayangan video
pembelajaran.
2. Melalui diskusi,
menganalisis
tayangan video
pelaksanaan
pembelajaran
dengan fokus
pada penerapan
pendekatan
saintifikdan
penilaian
autentik.
3. Mengkonfirmasi
penerapan
pendekatan
ASPEK
TEKNIK
Sikap
Ketelitian dan
keseriusan
dalam
menganalisis
simulasi
pembelajaran
Pengamatan
Keterampilan
Menganalisis
pembelajaran
pada
tayangan
video.
Penugasan
Pengetahuan
Prinsipprinsip
pendekatan
saintifik dan
Tes Tertulis
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
Lembar
Pengamatan
Sikap
Rubrik
Penilaian
Analisis
pembelajaran
pada
tayangan
video
(R-4.1)
JENIS
DESKRIPSI
1. Video
Pembelajaran
Bahasa Indonesia
(V-2.1/4.1)
2. Bahan
Tayang
Strategi
pengamatan
video
pembelajaran
(PPT-4.1)
3. Lembar
Kerja
Analisis
pembelajaran
pada tayangan
video
(LK-4.1)
Tes Objektif
Pilihan Ganda
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|28
WAKTU
(JP)
8
SMA/MA dan SMK/MAK
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
PENILAIAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
KEGIATAN
PELATIHAN
INDIKATOR
maupun,
intelektual.
4.2
Peer Teaching
Melaksanakan
pembelajaran
yang
menerapkan
pendekatan
saintifik
(mengamati,
menanya,
mencoba,
mengolah,
menyaji,
menalar,
saintifikdan
penilaian
autentik
mengacu pada
tayangan video
pembelajaran.
3. Merevisi RPP
sehingga
menerapkan
pendekatan
saintifikdan
penilaian
autentik untuk
kegiatan peer
teaching.
4. Merevisi RPP
sesuai dengan
hasil analisis
tayangan video
pembelajaran.
1.
1. Menginformasik
an panduan
tugas praktik
pelaksanaan
pembelajaran
melalui peer
teaching.
reatif dan
komunikatif
dalam
melakukan peer
teaching.
2.
elaksanakan
peer teaching
ASPEK
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
DESKRIPSI
WAKTU
(JP)
penerapan
penilaian
autentik
dalam
pembelajaran
Bahasa
Indonesia.
5.
empresentasi
kan contoh RPP
untuk kegiatan
peer teaching.
2. Menjelaskan
garis besar
instrumen
penilaian
Sikap
Kreatif dan
komunikatif
dalam
melakukan
peer teaching
Pengamatan
Keterampilan
Melaksanakan
pembelajaran
yang
Penugasan
Lembar
Pengamatan
Sikap
Rubrik
penilaian
pelaksanaan
pembelajaran
(R-4.2)
1. Bahan
Tayang
a.
anduan tugas
praktik
pelaksanaan
pembelajaran
melalui peer
teaching
(PPT-4.2-1)
b. Instrumen
penilaian
pelaksanaan
pembelajaran
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|29
14
SMA/MA dan SMK/MAK
NO
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI
PELATIHAN
KOMPETENSI
PESERTA
PELATIHAN
mencipta)
dengan tetap
memperhatikan
karakteristik
peserta didik
baik dari aspek
fisik, moral,
sosial, kultural,
emosional,
maupun,
intelektual.
PENILAIAN
INDIKATOR
yang
menerapkan
pendekatan
saintifik dan
penilaian
autentik
menggunakan
RPP yang telah
disusun.
KEGIATAN
PELATIHAN
pelaksanaan
pembelajaran
3. Mempersiapkan
pelaksanaan
peer teaching
berdasarkan RPP
yang telah
disusun.
4. Mempraktikkan
pembelajaran
melalui peer
teaching secara
individual.
3. Menilai
pelaksanaan
peer teaching
peserta lain.
ASPEK
menerapkan
pendekatan
saintifik.
Pengetahuan
Prinsipprinsip
pendekatan
saintifik dan
penerapan
penilaian
autentik
dalam
pembelajaran
Bahasa
Indonesia.
TEKNIK
BAHAN PELATIHAN
BENTUK
INSTRUMEN
JENIS
DESKRIPSI
(PPT-4.2-2)
Tes Tertulis
Tes Objektif
Ganda
2. Lembar
Kerja
Instrumen
penilaian
pelaksanaan
pembelajaran
(LK-4.2)
5. Menilai kegiatan
peer teaching
menggunakan
instrumen
penilaian
pelaksanaan
pembelajaran
6. Melakukan
refleksi terhadap
pelaksanaan
peer teaching.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK|30
WAKTU
(JP)
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
BAGIAN III
MATERI PELATIHAN
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |31
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN:
PERUBAHAN MINDSET
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |32
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 1: PERUBAHAN MINDSET
A.
KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
1. Memiliki sikap yang terbuka untuk menerima Kurikulum 2013
2. Memiliki keinginan yang kuat untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013
B.
LINGKUP MATERI
1. Tantangan Indonesia dalam Abad ke-21 (Mengapa Kita Harus Berubah)
2. Berpikir Berbasis Kendala (Constrain-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Kesempatan
(Opportunity Based)
3. Cara Baru dalam Belajar
4. Enam Pendorong Utama Teknologi Pendidikan yang Harus Diperhatikan
5. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking Skills)
C.
INDIKATOR
1. Menunjukkan sikap menerima secara terbuka terhadap perubahan Kurikulum dalam rangka
menghadapi tantangan Indonesia dalam Abad ke-21.
2. Menunjukkan sikap menghargai perubahan kurikulum.
3. Merespon secara positif terhadap cara baru dalam belajar.
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan materi pelatihan perubahan mindset..
D.
PERANGKAT PELATIHAN
1. Bahan Tayang: Tantangan Indonesia dalam Abad 21 (Mengapa Kita Harus Berubah)
2. ATK
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |33
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN: PERUBAHAN MINDSET
Langkah Kegiatan Inti
Pengkondisian
Peserta
dilanjutkan
Tanya Jawab
Curah
Pendapat
Diskusi
Diskusi
Dilanjutkan
Tanya Jawab
30 Menit
15 Menit
10 Menit
35 Menit
Pengkondisian Peserta dilanjutkan Tanya Jawab
Perkenalan, fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi waktu, dan skenario
kegiatan pembelajaran materi pelatihan Perubahan Mindset. Fasilitator memotivasi peserta, mengajak
berdinamika agar saling mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat proses pembelajaran
berlangsung.Tanya jawab tentang Tantangan Indonesia dalam Abad ke-21 (mengapa kita harus berubah).
Curah Pendapat
Curah pendapat untuk membandingkan berpikir berbasis kendala (Constraint-Based Thinking) dan
Berpikir berbasis kesempatan (Opportunity Based).
Diskusi
Diskusi cara baru dalam belajar.
Diskusi, Tanya Jawab, dan Penutup
Mendiskusikan enam pendorong utama teknologi pendidikan yang harus diperhatikan dilanjutkan
dengan tanya jawab tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi, diakhiri membuat rangkuman,
refleksi, dan umpan balik.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |34
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
PERUBAHAN MINDSET
2 JP (@ 45 MENIT)
SMA/MA, SMK/MAK
BAHASA INDONESIA
TAHAPAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
PERSIAPAN
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran,
seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser
Pointer, atau media pembelajaran lainnnya.
KEGIATAN
PENDAHULUAN
Pengkondisian Peserta
WAKTU
15 Menit
Perkenalan
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi
waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan
Perubahan Mindset.
Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika agar saling
mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat proses
pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI
Perubahan Mindset
60 Menit
Tanya jawab tentang tantangan Indonesia dalam Abad ke-21 15 Menit
(mengapa kita harus berubah).
Curah pendapat untuk membandingkan berpikir berbasis kendala 15 menit
(Constraint-Based Thinking) dan Berpikir berbasis kesempatan
(Opportunity Based).
Mendiskusikan cara baru dalam belajar.
10 Menit
Mendiskusikan enam pendorong utama teknologi pendidikan yang 20 Menit
harus diperhatikan dilanjutkan dengan tanya jawab tentang lima
tantangan pendidikan tinggi.
KEGIATAN
PENUTUP
Membuat rangkumanmateri pelatihanPerubahan Mindset.
15 Menit
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkankan peserta agar membaca referensi yang
relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |35
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
PPT- 1.1
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |36
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |37
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |38
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |39
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |40
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |41
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |42
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |43
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |44
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |45
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |46
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |47
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |48
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |49
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |50
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |51
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |52
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |53
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |54
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |55
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |56
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 1: KONSEP KURIKULUM 2013
1.1 Rasional
1.2 Elemen Perubahan
1.3 SKL, KI, dan KD
1.4 Strategi Implementasi
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |57
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 1: KONSEP KURIKULUM
A. KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
1.
2.
3.
4.
memahami secara utuh rasional Kurikulum 2013;
memahami secara utuh elemen perubahan Kurikulum 2013;
memahami keterkaitan antara SKL, KI, dan KD pada Kurikulum 2013; dan
memahami secara utuh strategi implementasi Kurikulum 2013.
B. LINGKUP MATERI
1.
2.
3.
4.
C.
Rasional Kurikulum 2013
Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Standar Nasional Pendidikan
a. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
b. Standar Isi yang berisi Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
c. Standar Proses
d. Standar Penilaian
Strategi Implementasi Kurikulum 2013
INDIKATOR
1. Menerima rasional pengembangan
perkembangan masa depan.
Kurikulum
2013
dalam
kaitannya
dengan
2. Menjelaskan rasional pengembangan Kurikulum 2013 dalam kaitannya dengan
perkembangan masa depan.
3. Menjelaskan permasalahan Kurikulum 2006 (KTSP).
4. Mengidentifikasi kesenjangan implementasi kurikulum antara kondisi saat ini dengan
kondisi ideal.
5. Menjelaskan alasan pengembangan kurikulum.
6. Menerima empat elemen perubahan Kurikulum 2013 yang mencakup: SKL, SI, Standar
Proses, dan Standar Penilaian.
7. Menjelaskan empat elemen perubahan Kurikulum 2013 yang mencakup: SKL, SI, Standar
Proses, dan Standar Penilaian.
8. Menjelaskan empat elemen perubahan kurikulum dalam hubungannya dengan
kompetensi yang dibutuhkan pada masa depan.
9. Menganalisis keterkaitan SKL, KI, dan KD pada kurikulum 2013.
10. Menganalisis keterkaitan antara SKL, KI, dan KD.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |58
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
11. Mengidentifikasi elemen-elemen penting strategi implementasi Kurikulum 2013 dengan
bahasa yang runtut dan komunikatif.
12. Mengidentifikasi elemen-elemen penting strategi implementasi Kurikulum 2013.
D.
PERANGKAT PELATIHAN
1. Video tentang Rasional Kurikulum 2013 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
2. Bahan Tayang
a. Rasional Kurikulum 2013
b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
c. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi
Dasar (KD)
d. Strategi Implementasi Kurikulum 2013
3. Lembar Kerja Analisis SKL, KI, dan KD
4. Hand-Out
a. Rasional Kurikulum 2013
b. Elemen Perubahan Kurikulum 2013
c. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD)
d. Strategi Implementasi Kurikulum 2013
5. ATK
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |59
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
1. KONSEP KURIKULUM
4 JP (@ 45 MENIT)
SMA/MA, SMK/MAK
BAHASA INDONESIA
TAHAPAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
PERSIAPAN
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran
seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser
Pointer, atau media pembelajaran lainnya.
KEGIATAN
PENDAHULUAN
Pengkondisian Peserta
WAKTU
15 Menit
Perkenalan
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator,
alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi
pelatihan Konsep Kurikulum.
Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika agar
saling mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat
proses pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI
1.1 Rasional
25 Menit
Penayangan VideoMendikbud tentang Paparan Kurikulum 10 Menit
2013 dengan menggunakan V-1.1.
Pemaparan olehfasilitator tentangRasional Kurikulum 2013 10 Menit
dengan menggunakan PPT-1.1.
Tanya jawab tentang Rasional Kurikulum 2013 yang 5 Menit
mencakup: permasalahan kurikulum 2006 (KTSP),
kesenjangan kurikulum antara kondisi saat ini dan kondisi
ideal, serta alasan pengembangan kurikulum dilanjutkan
dengan menyimpulkan.
1.2 Elemen Perubahan Kurikulum
20 Menit
Pemaparan oleh fasilitator tentang Elemen Perubahan 10 Menit
Kurikulum yang mencakup SKL, SI, Standar Proses, dan
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |60
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Standar Penilaian dan hubungannya dengan kompetensi
yang dibutuhkan pada masa depan dengan menggunakan
PPT-1.2
Tanya jawab tentang Elemen Perubahan Kurikulum, 10 Menit
kemudian fasilitator menyimpulkannya.
ICE BREAKER
5 Menit
1.3 SKL, KI, dan KD
60 Menit
Pemaparan olehfasilitator tentang SKL, KI, dan KD dengan 10 Menit
menggunakan PPT-1.3
Memberi contoh analisis keterkaitan antara SKL, KI, dan KD 5 Menit
dengan menggunakan HO-1.3.
Kerja kelompok untuk menganalisis keterkaitan SKL, KI, dan 30 Menit
KD yang akan dijadikan dasar untuk membuat RPP dengan
menggunakan LK-1.3.
Presentasi hasil kerja kelompok, sementara kelompok 15 Menit
lainnnya memberi komentar/ tanggapan dan menilai hasil
kerja kelompok.
1.4 Strategi Implementasi Kurikulum 2013
45 Menit
Pemaparan oleh fasilitatortentang Strategi Implementasi 10 Menit
Kurikulum 2013 dengan menggunakan PPT-1.4
Diskusi kelas tentang elemen-elemen penting Strategi 25 Menit
Implementasi Kurikulum 2013, kemudian merangkum dan
menyimpulkan hasil diskusi.
KEGIATAN PENUTUP
Mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok.
10 Menit
Membuat rangkumanmateri pelatihanKonsep Kurikulum.
15 Menit
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi
yang relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |61
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
SUB MATERI PELATIHAN :
1.1 RASIONAL
Langkah Kegiatan Inti
Penayangan
Video
Mendikbud
Pemaparan
dan tanya
jawab
Rasional
Kurikulum
dengan
menggunakan
PPT -1.1
10 Menit
25 Menit
Penayangan Video
Video tentang Rasional Kurikulum yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
selama 10 menit.
Aktivitas selama penayangan video: peserta diminta untuk merenungkan dan merefleksi
perubahan tersebut dalam proses pembelajaran di kelas.
Tanya Jawab
Pertanyaan tentang Rasional Kurikulum 2013 yang mencakup:
a. Permasalahan kurikulum 2006 (KTSP);
b. Kesenjanagan kurikulum antara kondisi saat ini dan kondisi ideal; dan
c. Alasan pengembangan kurikulum dilanjutkan dengan menyimpulkan.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |62
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |63
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |64
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |65
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |66
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |67
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |68
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO-1.1/1.2/1.4
I. RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
A. LATAR BELAKANGPERLUNYA PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses
berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan,
yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara
Indonesia sepanjang zaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang
memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas
potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan
berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik
menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah
lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan
KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilansecara terpadu.
B. RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik
tantangan internal maupun tantangan eksternal.
1. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan
pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan)Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat
dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |69
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Terkait dengan tantangan internal pertama, berbagai kegiatan dilaksanakan untuk
mengupayakan agar penyelenggaraan pendidikan dapat mencapai ke delapan standar yang
telah ditetapkan. (Gambar 1).
Reformasi Pendidikan Mengacu Pada 8 Standar
Kurikulum 2013
Sedang Dikerjakan
Telah dan terus
Dikerjakan
-Peningkatan Kualifikasi &
Sertifikasi
-Pembayaran Tunjangan
Sertifikasi
-Uji Kompetensi dan
Pengukuran Kinerja
-Rehab Gedung Sekolah
-Penyediaan Lab dan
Perpustakaan
-Penyediaan Buku
-BOS
-Bantuan Siswa Miskin
-BOPTN/Bidik Misi (di PT)
Manajemen Berbasis Sekolah
Gambar 1
Terkait dengan perkembangan penduduk, SDM usia produktif yang melimpah apabila memiliki
kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya.
Namun apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban
pembangunan. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana
mengupayakan agar SDM usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi
beban (Gambar 2).
Gambar 2
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |70
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan
masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan
pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.
Tekanan Untuk Pengembangan Kurikulum
Tantangan Masa Depan
Kompetensi Masa Depan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
• Kemampuan berkomunikasi
• Kemampuan berpikir jernih dan kritis
• Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu
permasalahan
• Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab
• Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap
pandangan yang berbeda
• Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal
• Memiliki minat luas dalam kehidupan
• Memiliki kesiapan untuk bekerja
• Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya
• Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan
Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA
Masalah lingkungan hidup
Kemajuan teknologi informasi
Konvergensi ilmu dan teknologi
Ekonomi berbasis pengetahuan
Kebangkitan industri kreatif dan budaya
Pergeseran kekuatan ekonomi dunia
Pengaruh dan imbas teknosains
Mutu, investasi dan transformasi pada sektor
pendidikan
• Materi TIMSS dan PISA
Persepsi Masyarakat
Fenomena Negatif yang Mengemuka
• Terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif
• Beban siswa terlalu berat
• Kurang bermuatan karakter
Perkembangan Pengetahuan dan Pedagogi
• Neurologi
• Psikologi
• Observation based [discovery] learning dan
Collaborative learning
§Perkelahian pelajar
§Narkoba
§Korupsi
§Plagiarisme
§Kecurangan dalam Ujian (Contek, Kerpek..)
§Gejolak masyarakat (social unrest)
Gambar 3
3. Penyempurnaan Pola Pikir
Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila
terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir. Pergeseran itu meliputi proses pembelajaran
sebagai berikut:
a. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa.
b. Dari satu arah menuju interaktif.
c. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring.
d. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.
e. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata.
f. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim.
g. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan.
h. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru.
i. Dari alat tunggal menuju alat multimedia.
j. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.
k. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan.
l. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.
m. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.
n. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.
o. Dari pemikiran faktual menuju kritis.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |71
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
p. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
Sejalan dengan itu, perlu dilakukan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan pendekatan
baru dalam perumusan Standar Kompetensi Lulusan. Perumusan SKL di dalam KBK 2004 dan
KTSP 2006 yang diturunkan dari SI harus diubah menjadi perumusan yang diturunkan dari
kebutuhan. Pendekatan dalam penyusunan SKL pada KBK 2004 dan KTSP 2006 dapat dilihat di
Gambar 4 dan penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum dapat dilihat di Tabel 1.
Tabel 1
4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan standar kompetensi
lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan.
Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka
dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan
kewenangan menyusun silabus, tapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan
kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas
penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis
penyusunan yang sangat memberatkan guru. Perbandingan kerangka kerja penyusunan
kurikulum dapat dilihat pada Gambar 5.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |72
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kerangka Kerja Penyusunan KBK 2004
Kerangka Kerja Penyusunan KTSP 2006
TUJUAN PEND IDIKAN NASIONAL
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
STANDAR ISI (SKL M APEL, SK MAPEL, KD MAPEL)
STANDAR
PROSES
STANDAR ISI (SKL MAPEL, SK MAPEL, KD M APEL)
STANDAR KOMPETENSI
LULUSAN
STANDAR
PENILAIAN
STANDAR KOMPETENSI
LULUSAN
STANDAR
PROSES
PEDOMAN
SILABUS
SILABUS
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
Oleh Satuan Pendidikan
STANDAR
PENILAIAN
PEDOMAN
BUKU TEKS
SISWA
PEM BELAJARAN &
PENILAIAN
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
BUKU TEKS
SISWA
PEMBELAJARAN &
PENILAIAN
Oleh Satuan Pendidikan
Kerangka Kerja Penyusunan Kurikulum 2013
KESIAPAN PESERTA DIDIK
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
KEBUTUHAN
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) SATUAN PENDIDIKAN
STANDAR
PROSES
KI KELAS & KD M APEL
(STANDAR ISI)
STANDAR
PENILAIAN
SILABUS
PANDUAN
GURU
Oleh Satuan
Pendidikan
BUKU TEKS
SISWA
1
PEM BELAJARAN &
PENILAIAN (KTSP)
Gambar 5
Hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
dilakukan Balitbang pada tahun 2010 juga menunjukkan bahwa secara umum total waktu
pembelajaran yang dialokasikan oleh banyak guru untuk beberapa mata pelajaran di SD, SMP,
dan SMA lebih kecil dari total waktu pembelajaran yang dialokasikan menurut Standar Isi.
Disamping itu, dikaitkan dengan kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan KTSP, ada
kemungkinan waktu yang dialokasikan dalam Standar Isi tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya.
Hasil monitoring dan evaluasi ini juga menunjukkan bahwa banyak kompetensi yang
perumusannya sulit dipahami guru, dan kalau diajarkan kepada siswa sulit dicapai oleh
siswa.Rumusan kompetensi juga sulit dijabarkan ke dalam indikator dengan akibat sulit
dijabarkan ke pembelajaran, sulit dijabarkan ke penilaian, sulit diajarkan karena terlalu
kompleks, dan sulit diajarkan karena keterbatasan sarana, media, dan sumber belajar.
Untuk menjamin ketercapaian kompetensi sesuai dengan yang telah ditetapkan dan untuk
memudahkan pemantauan dan supervisi pelaksanaan pengajaran, perlu diambil langkah
penguatan tata kelola antara lain dengan menyiapkan pada tingkat pusat buku pegangan
pembelajaran yang terdiri dari buku pegangan siswa dan buku pegangan guru. Karena guru
merupakan faktor yang sangat penting di dalam pelaksanaan kurikulum, maka sangat penting
untuk menyiapkan guru supaya memahami pemanfaatan sumber belajar yang telah disiapkan
dan sumber lain yang dapat mereka manfaatkan. Untuk menjamin keterlaksanaan
implementasi kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran, juga perlu diperkuat peran
pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah.
5. Pendalaman dan Perluasan Materi
Berdasarkan analisis hasil PISA 2009, ditemukan bahwa dari 6 (enam) level kemampuan yang
dirumuskan di dalam studi PISA, hampir semua peserta didik Indonesia hanya mampu
menguasai pelajaran sampai level 3 (tiga) saja, sementara negara lain yang terlibat di dalam
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |73
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
studi ini banyak yang mencapai level 4 (empat), 5 (lima), dan 6 (enam). Dengan keyakinan
bahwa semua manusia diciptakan sama, interpretasi yang dapat disimpulkan dari hasil studi
ini, hanya satu, yaitu yang kita ajarkan berbeda dengan tuntutan zaman (Gambar 6).
Gambar 6
Analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 di bidang matematika dan IPA untuk peserta didik
kelas 2 SMP juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Untuk bidang matematika, lebih
dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai level menengah, sementara
misalnya di Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu mencapai level tinggi dan advance.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang
diujikan atau yang distandarkan di tingkat internasional (Gambar 7).
Gambar 7
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |74
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Untuk bidang IPA, pencapaian peserta didik kelas 2 SMP juga tidak jauh berbeda dengan
pencapaian yang mereka peroleh untuk bidang matematika. Hasil studi pada tahun 2007 dan
2011 menunjukkan bahwa lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai
level menengah, sementara hampir 40% peserta didik Taiwan mampu mencapai level tinggi
dan lanjut (advanced). Dengan keyakinan bahwa semua anak dilahirkan sama, kesimpulan
yang dapat diambil dari studi ini adalah bahwa apa yang diajarkan kepada peserta didik di
Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan atau distandarkan di tingkat internasional.
(Gambar 8).
Gambar 8
Hasil studi internasional untuk reading dan literacy (PIRLS) yang ditujukan untuk kelas IV SD
juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi untuk tingkat SMP seperti
yang dipaparkan terdahulu. Dalam hal membaca, lebih dari 95% peserta didik Indonesia di SD
kelas IV juga hanya mampu mencapai level menengah, sementara lebih dari 50% siswa Taiwan
mampu mencapai level tinggi dan advance. Hal ini juga menunjukkan bahwa apa yang
diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan dan distandarkan pada tingkat
internasional (Gambar 9).
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |75
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Gambar 9
Hasil analisis lebih jauh untuk studi TIMSS dan PIRLS menunjukkan bahwa soal-soal yang
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
-
low mengukur kemampuan sampai level knowing
intermediate mengukur kemampuan sampai level applying
high mengukur kemampuan sampai level reasoning
advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with incomplete information.
Tabel 2
Analisis lebih jauh untuk membandingkan kurikulum IPA SMP kelas VIII yang ada di Indonesia
dengan materi yang terdapat di TIMSS menunjukkan bahwa terdapat beberapa topik yang
sebenarnya belum diajarkan di kelas VIII SMP (Tabel 2). Hal yang sama juga terdapat di
kurikulum matematika kelas VIII SMP di mana juga terdapat beberapa topik yang belum
diajarkan di kelas XIII. Lebih parahnya lagi, malah terdapat beberapa topik yang sama sekali
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |76
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
tidak terdapat di dalam kurikulum saat ini, sehingga menyulitkan bagi peserta didik kelas VIII
SMP menjawab pertanyaan yang terdapat di dalam TIMSS (Tabel 3).
Tabel 3
Hal yang sama juga terjadi di kurikulum matematika kelas IV SD pada studi internasional di
mana juga terdapat topik yang belum diajarkan pada kelas IV dan topik yang sama sekali tidak
terdapat di dalam kurikulum saat ini, seperti bisa dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
Dalam kaitan itu, perlu dilakukan langkah penguatan materi dengan mengevaluasi ulang ruang
lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidak
esensial atau tidak relevan bagi peserta didik, mempertahankan materi yang sesuai dengan
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |77
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
kebutuhan peserta didik, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam
perbandingan internasional. Disamping itu juga perlu dievaluasi ulang tingkat kedalaman
materi sesuai dengan tuntutan perbandingan internasional dan menyusun kompetensi dasar
yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan.
II. TUJUAN KURIKULUM
Tujuan Pendidikan nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara
singkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat membuat peserta didk menjadi
kompeten dalam bidangnya. Dimana kompeten tersebut, sejalan dengan tujuan pendidikan
nasional yang telah disampaikan diatas, harus mencakup kompetensi dalam ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan pasal 35 undangundang tersebut.
Sejalan dengan arahan undang-undang tersebut, telah pula ditetapkan visi pendidikan tahun 2025
yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Cerdas yang dimaksud disini
adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan cerdas sosial/emosional dalam ranah
sikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan, serta cerdas kinestetis dalam ranah
keterampilan.
Dengan demikian Kurikulum 2013 adalah dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan
Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat
membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga
dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
III. KERANGKA DASAR KURIKULUM 2013
Kerangka dasar adalah pedoman yang digunakan untuk mengembangkan dokumen kurikulum,
implementasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Kerangka Dasar juga digunakan sebagai
pedoman untuk mengembangkan kurikulum tingkat nasional, daerah, dan KTSP.
A. LANDASAN KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang mewajibkan adanya
pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan landasan empirik. Landasan yuridis
merupakan ketentuan hukum yang dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum dan yang
mengharuskan adanya pengembangan kurikulum baru. Landasan filosofis adalah landasan yang
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |78
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
mengarahkan kurikulum kepada manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum. Landasan teoritik
memberikan dasar-dasar teoritik pengembangan kurikulum sebagai dokumen dan proses.
Landasan empirik memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku
di lapangan.
1. Landasan Yuridis
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.Lebih lanjut, pengembangan Kurikulum
2013 diamanatkan oleh Rencana Pendidikan Pendidikan Menengah Nasional (RJPMN).
Landasan yuridis pengembangan Kurikulum 2013 lainnya adalah Instruksi Presiden Republik
Indonesia tahun 2010 tentang Pendidikan Karakter, Pembelajaran Aktif dan Pendidikan
Kewirausahaan.
2. Landasan Filosofis
Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa kini dan masa akan
datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan pretasi bangsa di masa lalu, serta
kemudian diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga dimensi
kehidupan bangsa, masa lalu-masa sekarang-masa yang akan datang, menjadi landasan
filosofis pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di masa lampau
memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan individu sebagai anggota masyarakat, modal
yang digunakan dan dikembangkan untuk membangun kualitas kehidupan bangsa dan individu
yang diperlukan bagi kehidupan masa kini, dan keberlanjutan kehidupan bangsa dan
warganegara di amsa mendatang. Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut kurikulum selalu
menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-budayanya, mengembangkan kehidupan
individu peserta didik sebagai warganegara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas
untuk kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa depan yang lebih
baik lagi.
3. Landasan Empiris
Pada saat ini perekonomian Indonesia terus tumbuh di tengah bayang-bayang resesi dunia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2005 sampai dengan 2008 berturut-turut 5,7%, 5,5%,
6,3%, 2008: 6,4% (www.presidenri.go.id/index.php/indikator). Pertumbuhan ekonomi
Indonesia tahun 2012 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara –
negara ASEAN sebesar 6,5 – 6,9 % (Agus D.W. Martowardojo, dalam Rapat Paripurna DPR,
31/05/2012). Momentum pertumbuhan ekonomi ini harus terus dijaga dan ditingkatkan.
Generasi muda berjiwa wirausaha yang tangguh, kreatif,ulet, jujur, dan mandiri, sangat
diperlukan untuk memantapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Generasi
seperti ini seharusnya tidak muncul karena hasil seleksi alam, namun karena hasil gemblengan
pada tiap jenjang satuan pendidikan dengan kurikulum sebagai pengarahnya.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |79
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Sebagai negara bangsa yang besar dari segi geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, dan
beragamnya kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman
disintegrasi bangsa masih tetap ada. Maka, kurikulum harus mampu membentuk manusia
Indonesia yang mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk
memajukan jatidiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi
sebagai satu entitas bangsa Indonesia.
Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus pemaksaan
kehendak sering muncul di Indonesia. Kecenderungan ini juga menimpa generasi muda,
misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal. Walaupun belum ada kajian ilmiah bahwa
kekerasan tersebut berhulu dari kurikulum, namun beberapa ahli pendidikan dan tokoh
masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar masalahnya adalah implementasi kurikulum
yang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan peserta didik di ruang
belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum
perlu direorientasi dan direorganisasi terhadap beban belajar dan kegiatan pembelajaran yang
dapat menjawab kebutuhan ini.
Berbagai elemen masyarakat telah memberikan kritikan, komentar, dan saran berkaitan
dengan beban belajar siswa, khususnya siswa sekolah dasar. Beban belajar ini bahkan secara
kasatmata terwujud pada beratnya beban buku yang harus dibawa ke sekolah. Beban belajar
ini salah satunya berhulu dari banyaknya matapelajaran yang ada di tingkat sekolah dasar.
Maka, kurikulum pada tingkat sekolah dasar perlu diarahkan kepada peningkatan 3 (tiga)
kemampuan dasar, yakni baca, tulis, dan hitung, dan pembentukan karakter.
Berbagai kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang, manipulasi, termasuk
masih adanya kecurangan di dalam Ujian Nasional menunjukkan mendesaknya upaya
menumbuhkan budaya jujur dan antikorupsi melalui kegiatan pembelajaran di dalam satuan
pendidikan. Maka, kurikulum harus mampu memandu upaya karakterisasi nilai-nilai kejujuran
pada peserta didik.
Pada saat ini, upaya pemenuhan kebutuhan manusia telah secara nyata mempengaruhi secara
negatif lingkungan alam. Pencemaran, semakin berkurangnya sumber air bersih adanya
potensi rawan pangan pada berbagai beahan dunia, dan pemanasan global merupakan
tantangan yang harus dihadapi generasi muda di masa kini dan di masa yang akan datang.
Kurikulum seharusnya juga diarahkan untuk membangun kesadaran dan kepedulian generasi
muda terhadap lingkungan alam dan menumbuhkan kemampuan untuk merumuskan
pemecahan masalah secara kreatif terhadap isu-isu lingkungan dan ketahanan pangan.
Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus terus
ditingkatkan. Hasil riset PISA (Program for International Student Assessment),studi yang
memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPAmenunjukkan peringkat Indonesia
baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Hasil Riset TIMSS (Trends in
International Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada
rangking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori,
analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |80
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
(4) melakukan investigasi. Hasil-hasil ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi
kurikulum, dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek
kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperanserta dalam
membangun negaranya pada abad 21.
4. Landasan Teoritik
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berdasarkan standar” (standardbased education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi.
Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai
kualitas minimal warganegara untuk suatu jenjang pendidikan. Standar bukan kurikulum dan
kurikulum dikembangkan agar peserta didik mampu mencapai kualitas standar nasional atau di
atasnya. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar
Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi
Lulusan dikembangkan menjadi Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL
SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
Kompetensi adalah kemampuan sesorang untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan
ketrampilan untuk melaksanakan suatu tugas di sekolah, masyarakat, dan lingkungan dimana
yang bersangkutan berinteraksi. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap,
ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kemampuan yang
dirumuskan dalam SKL. Hasil dari pengalaman belajar tersebut adalah hasil belajar peserta
didik yang menggambarkan manusia dengan kualitas yang dinyatakan dalam SKL.
B. KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah
outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada
pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL. Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil
kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai
pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.
Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan
dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang
peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses
pembelajaran siswa aktif.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |81
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk
SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap
sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif
tinggi).
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD
dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal).
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu mata
pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata
pelajaran di kelas tersebut.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas
tersebut.
C. PROSES PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan pembelajaran
ekstra-kurikuler.
1. Pembelajaran intra kurikuler didasarkan pada prinsip berikut:
a. Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata
pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
b. Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK
berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru.
c. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi
Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).
d. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten kompetensi yaitu pengetahuan
yang merupakan konten yang bersifat mastery dan diajarkan secara langsung (direct teaching),
ketrampilan kognitif dan psikomotorik adalah konten yang bersifat developmental yang dapat dilatih
(trainable) dan diajarkan secara langsung (direct teaching), sedangkan sikap adalah konten
developmental dan dikembangkan melalui proses pendidikan yang tidak langsung (indirect teaching).
e. Pembelajaran
kompetensi
untuk
konten
yang
bersifat
developmentaldilaksanakan
berkesinambungan antara satu pertemuan dengan pertemuan lainnya, dan saling memperkuat
antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
f. Proses pembelajaran tidak langsung (indirect) terjadi pada setiap kegiatan belajar yang terjadi di
kelas, sekolah, rumah dan masyarakat. Proses pembelajaran tidak langsung bukan kurikulum
tersembunyi (hidden curriculum) karena sikap yang dikembangkan dalam proses pembelajaran tidak
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |82
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
langsung harus tercantum dalam silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat
guru.
g. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan
mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan, tulis), menganalis
(menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun cerita/konsep), mengkomunikasi-kan
(lisan, tulis, gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain).
h. Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu peserta didik menguasai kompetensi yang
masih kurang. Pembelajaran remedial dirancang dan dilaksanakan berdasarkan kelemahan yang
ditemukan berdasarkan analisis hasil tes, ulangan, dan tugas setiap peserta didik. Pembelajaran
remedial dirancang untuk individu, kelompok atau kelas sesuai dengan hasil analisis jawaban peserta
didik.
i. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera
diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat
memuaskan.
2. Pembelajaran ekstrakurikuler
Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai
kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler
terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler wajib.
Kegiatan ekstrakurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung
kegiatan intrakurikuler.
D. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata pelajaran hanya
merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.
2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan,
jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib
Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum
adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12
tahun.
3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasis
kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, ketrampilan berpikir,
ketrampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
4. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dirumuskan
dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik
(mastery learning) sesuai dengan kaedah kurikulum berbasis kompetensi.
5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |83
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi
sentral dan aktif dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.
9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat.
10. Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi.
Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta
didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses
memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.
IV. STRUKTUR KURIKULUM
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata
pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam
semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk
setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten
dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang
adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran
berdasarkan jam pelajaran per semester.
STRUKTUR KURIKULUM PENDIDIKAN MENENGAH (SMA/MA/SMK/MAK)
Struktur kurikulum SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas:
-
Kelompok mata pelajaran wajib yang diikuti oleh seluruh peserta didik
Kelompok mata pelajaran peminatan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
Adanya kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran peminatan dimaksudkan untuk
menerapkan prinsip kesamaan antara SMA/MA dan SMK/MAK. Mata pelajaran wajib sebanyak 9
(sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 24 jam per minggu. Kelompok mata pelajaran
peminatan SMA/MA terdiri atas 18 jam per minggu untuk kelas X, dan 20 jam per minggu untuk
kelas XI dan XII. Kelompok mata pelajaran peminatan SMK/MAK masing-masing 24 jam per kelas.
Kelompok mata pelajaran peminatan SMA/MA bersifat akademik, sedangkan untuk SMK/MAK
bersifat vokasional. Struktur ini menempatkan prinsip bahwa peserta didik adalah subjek dalam
belajar dan mereka memiliki hak untuk memilih sesuai dengan minatnya.
A. Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah adalah sebagaimana yang tertera di dalam tabel
berikut ini:
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |84
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata pelajaran wajib:
ALOKASI WAKTU BELAJAR
PER MINGGU
X
XI
XII
MATA PELAJARAN
Kelompok A (Wajib)
1.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Matematika
5.
Sejarah Indonesia
6.
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7.
Seni Budaya
8.
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
9.
Prakarya dan Kewirausahaan
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu
Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi
(SMK/MAK)
Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per Minggu
(SMA/MA)
Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per Minggu
(SMK/MAK)
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
24
24
24
18
20
20
24
24
24
42
44
44
48
48
48
Mata pelajaran Kelompok A dan C adalah kelompok Mata pelajaran yang substansinya
dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B adalah kelompok mata pelajaran yang
substansinya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan lokal yang
dikembangkan oleh pemerintah daerah.
Kegiatan Ekstrakurikuler SMA/MA, SMK/MAK: Pramuka (wajib), OSIS, UKS, PMR, dan lain-lain,
diatur lebih lanjut dalam bentuk Pedoman Program Ekstrakurikuler.
Beban belajar di SMA/MA untuk Tahun X, XI, dan XII masing-masing 43 jam belajar per minggu.
Satu jam belajar adalah 45 menit.
B. Struktur Kurikulum SMA/MA
MATA PELAJARAN
Kelompok A dan B (Wajib)
X
24
C. Kelompok Peminatan
Peminatan Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam
I
1 Matematika
3
Kelas
XI
24
4
XII
24
4
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |85
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2 Biologi
3 Fisika
4 Kimia
Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial
II
1 Geografi
2 Sejarah
3 Sosiologi
4 Ekonomi
Peminatan Ilmu-Ilmu Bahasa dan Budaya
III
1 Bahasa dan Sastra Indonesia
2 Bahasa dan Sastra Inggris
3 Bahasa dan Sastra Asing Lainnya
4 Antropologi
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau
Pendalaman Minat
Jumlah jam pelajaran yang tersedia per minggu
Jumlah jam pelajaran yang harus ditempuh per
minggu
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
6
4
4
66
76
76
42
44
44
Kelompok Peminatan terdiri atas Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, Peminatan Ilmuilmu Sosial, dan Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya. Sejak kelas X peserta didik sudah
harus memilih kelompok peminatan yang akan dimasuki. Pemilihan peminatan berdasarkan
nilai rapor di SMP/MTsdan/atau nilai UN SMP/MTs dan/atau rekomendasi guru BK di SMP/MTs
dan/atau hasil tes penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA/MA dan/atau tes
bakat minat oleh psikolog dan/atau rekomendasi guru BK di SMA/MA. Pada akhir minggu
ketiga semester pertama peserta didik masih mungkin mengubah pilihan peminatannya
berdasarkan rekomendasi para guru dan ketersediaan tempat duduk. Untuk sekolah yang
mampu menyediakan layanan khusus maka setelah akhir semester pertama peserta didik
masih mungkin mengubah pilihan peminatannya. Untuk MA, selain ketiga peminatan tersebut
ditambah dengan Kelompok Peminatan Keagamaan.
Semua mata pelajaran yang terdapat dalam suatu Kelompok Peminatanyang dipilih peserta
didik harus diikuti. Setiap Kelompok Peminatan terdiri atas 4 (empat) mata pelajaran dan
masing-masing mata pelajaran berdurasi 3 jampelajaran untuk kelas X, dan 4 jam pelajaran
untuk kelas XI dan XII.
Setiap peserta didik memiliki beban belajar per semester selama 42 jam pelajaran untuk kelas
X dan 44 jam pelajaran untuk kelas XI dan XII. Beban belajar ini terdiri atas Kelompok Mata
Pelajaran Wajib A dan B dengan durasi 24 jam pelajaran dan Kelompok Mata Pelajaran
Peminatan dengan durasi 12 jam pelajaran untuk kelas X dan 16 jampelajaran untuk kelas XI
dan XII.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |86
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Untuk Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat kelas X, jumlah jam
pelajaran pilihan per minggu berdurasi 6 jam pelajaran yang dapat diambil dengan pilihan
sebagai berikut:
1) Dua mata pelajaran di luar Kelompok Peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam satu Kelompok
Peminatan lainnya, dan/atau
2) Satu mata pelajaran dari masing-masing Kelompok Peminatan yang lainnya.
Sedangkan pada kelas XI dan XII, peserta didik mengambil Pilihan Lintas Minat dan/atau
Pendalaman Minat dengan jumlah jam pelajaran pilihan per minggu berdurasi 4 jam pelajaran
yang dapat diambil dengan pilihan sebagai berikut:
a. Satu mata pelajaran di luar Kelompok Peminatan yang dipilihnya tetapi masih dalam Kelompok
Peminatan lainnya, dan/atau
b. Mata pelajaran Pendalaman Kelompok Peminatan yang dipilihnya.
C. Struktur Kurikulum SMK/MK
Kurikulum SMK/MAK dirancang dengan pandangan bahwa SMA/MA dan SMK/MAK pada dasarnya
adalah pendidikan menengah, pembedanya hanya pada pengakomodasian minat peserta didik saat
memasuki pendidikan menengah. Oleh karena itu, struktur umum SMK/MAK sama dengan struktur
umum SMA/MA, yakni ada tiga kelompok matapelajaran: Kelompok A, B, dan C.
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan
Pasal 80 menyatakan bahwa: (1) penjurusan pada SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat berbentuk
bidang keahlian; (2) setiap bidang keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri atas 1
(satu) atau lebih program studi keahlian; (3) setiap program studi keahlian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat terdiri atas 1 (satu) atau lebih kompetensi keahlian.
Bidang keahlian pada SMK/MAK meliputi:
1)
2)
3)
4)
5)
Teknologi dan Rekayasa
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kesehatan
Agribisnis dan Agroteknologi
Perikanan dan Kelautan
6)
Bisnis dan Manajemen
7)
8)
9)
Pariwisata
Seni Rupa dan Kriya
Seni Pertunjukan
Dalam penetapan penjurusan sesuai dengan bidang/program/ paket keahlian mempertimbangan
Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pemilihan Peminatan Bidang Keahlian dan program keahlian dilakukan saat peserta didik mendaftar
pada SMK/MAK. Pilihan pendalaman peminatan keahlian dalam bentuk pilihan Paket Keahlian dilakukan
pada semester 3, berdasarkan nilai rapor dan/atau rekomendasi guru BK di SMK/MAK dan/atau hasil tes
penempatan (placement test) oleh psikolog.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |87
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Pada SMK/MAK, Mata Pelajaran Kelompok Peminatan (C) terdiri atas:
1) Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang Keahlian (C1)
2) Kelompok Mata Pelajaran Dasar Program Keahlian (C2)
3) Kelompok Mata Pelajaran Paket Keahlian (C3)
Matapelajaran serta KD pada kelompok C2 dan C3 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyesuaikan dengan
perkembangan teknologi serta kebutuhan dunia usaha dan industri.
Khusus untuk MAK dapat ditambah dengan muatan keagamaan yang diatur lebih lanjut oleh
Kementerian Agama.
1.
Struktur Umum Kurikulum SMK/MAK [Tiga Tahun]
MATA PELAJARAN
X
Kelompok A (Wajib)
1.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
ALOKASI WAKTU
PER MINGGU
XI
XII
3
3
3
2
2
2
3.
Bahasa Indonesia
4.
Matematika
5.
Sejarah Indonesia
6.
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7.
Seni Budaya
8.
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
4
4
2
2
4
4
2
2
4
4
2
2
2
2
2
3
3
3
9.
Prakarya dan Kewirausahaan
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu
2
2
2
24
24
24
Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK/MAK)
24
24
24
JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU
48
48
48
Keterangan:
Pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan di satuan pendidikan dan/atau industri
(terintegrasi dengan Praktik Kerja Lapangan) dengan Portofolio sebagai instrumen
utama penilaian.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |88
SMA/MA dan SMK/MAK
2.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Struktur Umum Kurikulum SMK/MAK [Empat Tahun]
ALOKASI WAKTU
PER MINGGU
XI
XII
MATA PELAJARAN
X
Kelompok A (Wajib)
1.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Matematika
5.
Sejarah Indonesia
6.
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7.
Seni Budaya*
8.
Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
9.
Prakarya dan Kewirausahaan
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu
Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK/MAK)
2
24
2
24
2
24
2
24
24
24
24
24
JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU
48
48
48
48
Keterangan:
Pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan di satuan pendidikan dan/atau industri
(terintegrasi dengan Praktik Kerja Lapangan) dengan Portofolio sebagai instrumen
utama penilaian.
3. Struktur Kurikulum SMK/MAK Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa
1
KELAS DAN SEMESTER
XI
XII
2
1
2
1
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
MATA PELAJARAN
Kelompok A (Wajib)
1
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3
Bahasa Indonesia
4
Matematika
5
Sejarah Indonesia
6
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7
Seni Budaya
8
Prakarya dan Kewirausahaan
9
Pendidikan Jasmani, Olah Raga & Kesehatan
X
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |89
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
1
KELAS DAN SEMESTER
XI
XII
2
1
2
1
2
2
2
2
18
48
2
2
2
18
48
MATA PELAJARAN
Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian
10
Fisika
11
Kimia
12
Gambar Teknik
C2. Dasar Program Keahlian
C3. Paket Keahlian
TOTAL
X
2
2
2
18
48
2
2
2
18
48
24
48
24
48
4. Struktur Kurikulum SMK/MAK Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi
1
KELAS DAN SEMESTER
XI
XII
2
1
2
1
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
2
18
48
2
2
2
18
48
2
2
2
18
48
2
2
2
18
48
24
48
24
48
MATA PELAJARAN
Kelompok A (Wajib)
1
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3
Bahasa Indonesia
4
Matematika
5
Sejarah Indonesia
6
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7
Seni Budaya
8
Prakarya dan Kewirausahaan
9
Pendidikan Jasmani, Olah Raga & Kesehatan
Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian
10
Fisika
11
Pemrograman Dasar
12
Sistem Komputer
C2. Dasar Program Keahlian
C3. Paket Keahlian
TOTAL
X
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |90
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
5. Struktur Kurikulum SMK/MAK Bidang Keahlian Kesehatan
1
KELAS DAN SEMESTER
XI
XII
2
1
2
1
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
2
18
48
2
2
2
18
48
2
2
2
18
48
2
2
2
18
48
24
48
24
48
MATA PELAJARAN
Kelompok A (Wajib)
1
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3
Bahasa Indonesia
4
Matematika
5
Sejarah Indonesia
6
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7
Seni Budaya
8
Prakarya dan Kewirausahaan
9
Pendidikan Jasmani, Olah Raga & Kesehatan
Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian
10
Fisika
11
Kimia
12
Biologi
C2. Dasar Program Keahlian
C3. Paket Keahlian
TOTAL
X
6. Struktur Kurikulum SMK/MAK Bidang Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi
1
KELAS DAN SEMESTER
XI
XII
2
1
2
1
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
2
18
2
2
2
18
2
2
2
-
2
2
2
-
-
-
MATA PELAJARAN
Kelompok A (Wajib)
1
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3
Bahasa Indonesia
4
Matematika
5
Sejarah Indonesia
6
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7
Seni Budaya
8
Prakarya dan Kewirausahaan
9
Pendidikan Jasmani, Olah Raga & Kesehatan
Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian
10
Fisika
11
Kimia
12
Biologi
C2. Dasar Program Keahlian
X
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |91
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATA PELAJARAN
C3. Paket Keahlian
TOTAL
X
1
48
KELAS DAN SEMESTER
XI
XII
2
1
2
1
2
18
18
24
24
48
48
48
48
48
7. Struktur Kurikulum SMK/MAK Bidang Keahlian Perikanan dan Kelautan
MATA PELAJARAN
X
1
Kelompok A (Wajib)
1
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3
Bahasa Indonesia
4
Matematika
5
Sejarah Indonesia
6
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7
Seni Budaya
8
Prakarya dan Kewirausahaan
9
Pendidikan Jasmani, Olah Raga & Kesehatan
Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian
10 Fisika
11 Kimia
12 Biologi
C2. Dasar Program Keahlian
C3. Paket Keahlian
TOTAL
KELAS DAN SEMESTER
XI
XII
2
1
2
1
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
2
18
-
2
2
2
18
-
2
2
2
18
2
2
2
18
24
24
48
48
48
48
48
48
8. Struktur Kurikulum SMK/MAK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen
MATA PELAJARAN
X
1
Kelompok A (Wajib)
1
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3
Bahasa Indonesia
4
Matematika
5
Sejarah Indonesia
6
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7
Seni Budaya
KELAS DAN SEMESTER
XI
XII
2
1
2
1
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
2
2
2
2
2
2
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |92
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
1
2
3
KELAS DAN SEMESTER
XI
XII
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
2
2
18
48
2
2
2
18
48
MATA PELAJARAN
8
Prakarya dan Kewirausahaan
9
Pendidikan Jasmani, Olah Raga & Kesehatan
Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian
10
Pengantar Ekonomi dan Bisnis
11
Pengantar Akuntansi
12
Pengantar Administrasi Perkantoran
C2. Dasar Program Keahlian
C3. Paket Keahlian
TOTAL
X
2
2
2
18
48
2
2
2
18
48
24
48
24
48
9. Struktur Kurikulum SMK/MAK Bidang Keahlian Pariwisata
MATA PELAJARAN
X
1
Kelompok A (Wajib)
1
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3
Bahasa Indonesia
4
Matematika
5
Sejarah Indonesia
6
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7
Seni Budaya
8
Prakarya dan Kewirausahaan
9
Pendidikan Jasmani, Olah Raga & Kesehatan
Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian
10
IPA Terapan
11
Pengantar Pariwisata
C2. Dasar Program Keahlian
C3. Paket Keahlian
TOTAL
KELAS DAN SEMESTER
XI
XII
2
1
2
1
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
20
48
2
2
20
48
2
2
20
48
2
2
20
48
24
48
24
48
10. Struktur Kurikulum SMK/MAK Bidang Keahlian Seni Rupa dan Kriya
MATA PELAJARAN
X
1
Kelompok A (Wajib)
1
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3
Bahasa Indonesia
3
2
4
KELAS DAN SEMESTER
XI
XII
2
1
2
1
2
3
2
4
3
2
4
3
2
4
3
2
4
3
2
4
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |93
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
4
Matematika
5
Sejarah Indonesia
6
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7
Seni Budaya
8
Prakarya dan Kewirausahaan
9
Pendidikan Jasmani, Olah Raga & Kesehatan
Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian
10
Dasar-dasar Desain
11
Pengetahuan Bahan
C2. Dasar Program Keahlian
C3. Paket Keahlian
TOTAL
4
2
2
4
2
2
4
2
2
4
2
2
4
2
2
4
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
20
48
2
2
20
48
2
2
20
48
2
2
20
48
24
48
24
48
11. Struktur Kurikulum SMK/MAK Bidang Keahlian Seni Pertunjukan
X
Kelompok A (Wajib)
1
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3
Bahasa Indonesia
4
Matematika
5
Sejarah Indonesia
6
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
7
Seni Budaya
8
Prakarya dan Kewirausahaan
9
Pendidikan Jasmani, Olah Raga & Kesehatan
Kelompok C (Peminatan)
C1. Dasar Bidang Keahlian
Wawasan Seni Pertunjukan
10
Tata Teknik Pentas
11
Manajemen Pertunjukan
12
C2. Dasar Program Keahlian
C3. Paket Keahlian
TOTAL
XI
XII
1
2
1
2
1
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
3
2
4
4
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
2
18
-
2
2
2
18
-
2
2
2
18
2
2
2
18
24
24
48
48
48
48
48
48
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |94
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KURIKULUM
A. IMPLEMENTASI
1. Pengembangan Kurikulum 2013 pada Satuan Pendidikan
Pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan atas prinsip:
a. bahwa sekolah adalah satu kesatuan lembaga pendidikan dan kurikulum adalah kurikulum satuan
pendidikan, bukan daftar mata pelajaran
b. Guru di satu satuan pendidikan adalah satu satuan pendidik (community of educators),
mengembangkan kurikulum secara bersama-sama.
c. Pengembangan kurikulum di jenjang satuan pendidikan dipimpin langsung oleh kepala sekolah
d. Pelaksanaan implementasi kurikulum di satuan pendidikan dievaluasi oleh kepala sekolah.
2. Manajemen Implementasi
a. Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan pemerintah propinsi dan
pemerintah daerah kabupaten/kota.
b. Pemerintah bertangungjawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan
kurikulum.
c. Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara nasional.
d. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi terhadap
pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.
e. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan profesional kepada
guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota terkait.
3. Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:
a. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:
- Juli 2013: Kelas I, IV terbatas pada sejumlah SD/MI (30%), dan seluruh VII (SMP/MTs), dan X
(SMA/MA, SMK/MAK). Ini adalah tahun pertama implementasi dan dilakukan di seluruh wilayah
NKRI. Untuk SD akan dipilih 30% SD dari setiap kabupaten/kota di setiap propinsi.
- Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI: tahun 2014 adalah tahun kedua implementasi. Seperti
tahun pertama maka SD akan dipilih sebanyak 30% sehingga secara keseluruhan implementasi
kurikulum pada tahun kedua sudah mencakup 60% SD di seluruh wilayah NKRI. Pada tahun kedua
ini, hanya kelas terakhir SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK yang belum melaksanakan kurikulum.
- Juli 2015: seluruh kelas dan seluruh sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK telah
melaksanakan sepenuhnya Kurikulum 2013.
b. Pelatihan Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas, dari tahun 2013 – 2016. Pelatihan guru, kepala
sekolah dan pengawas adalah untuk guru, kepala sekolah yang akan melaksanakan Kurikulum 2013
dan dilakukan sebelum Kurikulum 2013 diimplementasikan. Prinsip ini menjadi prinsip utama
implementasi dimana guru, kepala sekolah dan pengawas di wilayah sekolah terkait yang akan
mengimplemntasikan kurikulum adalah mereka yang sudah terlatih. Dengan demikian, ketika
Kurikulum 2013 akan diimplementasikan pada tahun pembelajaran 2015-2016, seluruh guru, kepala
sekolah dan pengawas di seluruh Indonesia sudah mendapatkan pelatihan untuk melaksanakan
kurikulum.
c. Pengembangan buku babon, dari tahun 2013 – 2016. Sejalan dengan strategi implementasi,
penulisan dan percetakan serta distribusi buku babon akan seluruhnya selesai pada awal tahun
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |95
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
terakhir implementasi kurikulum atau sebelumnya. Pada prinsipnya ketika implementasi Kurikulum
2013 memasuki tahun 2015-2016 seluruh buku babon sudah teredia di setiap sekolah.
Buku babon terdiri atas buku untuk peserta didik dan buku untuk guru. Isi buku babon guru adalah
sama dengan buku babon peserta didik dengan tambahan strategi pembelajaran dan penilaian hasil
belajar. Sedangkan pedoman pembelajaran dan penilaian hasil belajara secara rinci tercantum dalam
buku pedoman pembelajaran dan penilaian.
d. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan budaya
sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA/MA dan SMK/MAK, dimulai dari bulan Januari –
Desember 2013. Implementasi Kurikulum 2013 mensyaratkan penataan administrasi, manajemen,
kepemimpinan dan budaya kerja guru yang baru. Oleh karena itu dalam persiapan implementasi
Kurikulum 2013, pelatihan juga berkenaan dengan tata kerja baru para guru dan kepemimpinan
kepala sekolah.Dengan penerapan pelatihan ini maka implementasi Kurikulum tidak hanya
berkenaan dengan upaya realisasi ide dan rancangan kurikulum tetapi juga pembenahan pada
pelaksanaan pendidikan di satuan pendidikan.
e. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan masalah
implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 – 2016. Strategi implementasi Kurikulum 2013
menghindari pelatihan yang dinamakan one-shot training sebagai strategi implementasi mengingat
kelemahan strategi tersebut. Pleatihan yang dilakukan untuk para guru, kepala sekolah, dan
pengawas akan diikuti dengan monitoring dan evaluasi sepanjang pelaksanaan paling tidak dari
tahun pertama sampai tahun ketiga implementasi. Pada akhir tahun ketiga implementasi diharapkan
permasalahan yang dihadapi para pelaksana sudah tidak lagi merupakan masalah mendasar dan
kurikulum sudah dapat dilaksanakan sebagaimana seharusnya. Permasalahan lapangan yang muncul
adalah yang dapat diselesaikan oleh kolaborasi guru, kepala sekolah dan pengawas di bawah
supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota.
B. EVALUASI KURIKULUM
Evaluasi Kurikulum dilaksanakan selama masa pengembangan ide (deliberation process), pengembangan
desain dan dokumen kurikulum, dan selama masa implementasi kurikulum. Evaluasi dalam deliberation
process menghasilkan penyempurnaan dalam Kompetensi Inti yang dijadikan organising element dalam
mengikat Kompetensi dasar mata pelajaran.
Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai berikut:
1. Sampai tahun pelajaran 2015-2016: untuk memperbaiki berbagai kesulitan pelaksanaan kurikulum.
2. Sampai tahun pelajaran 2016 secara menyeluruh untuk menentukan efektivitas, kelayakan, kekuatan,
dan kelemahan implementasi kurikulum.
Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum (implementasi kurikulum) diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengidentifikai masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala sekolah dan guru menyelesaikan
masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan dilaksanakan pada satuan
pendidikan di wilayah kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran.
Hasil evaluasi dilakukan sebagai bahan untuk memperbaiki kelemahan kurikulum agar lebih
efektif lagi di masa yang akan datang.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |96
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN : 1.2 ELEMEN PERUBAHAN
Langkah Kegiatan Inti
Pemaparan
oleh
Instruktur
dengan
menggunakan
PPT-1.2
Tanya Jawab
10 Menit
10 Menit
Pemaparan
Instruktur menyampaikan materi Elemen Perubahan Kurikulum yang mencakup: 4 standar, perubahan
pendekatan pembelajaran yaitu Scientific Approach, bahasa sebagai alat komunikasi dan carrier of
knowledge, penetapan platform untuk mata pelajaran tertentu (geografi untuk IPS, Biologi untuk
IPA)dengan menggunakan PPT-1.2.
Tanya Jawab
Diskusi dan tanya jawab terkait dengan elemen perubahan yang mencakup:
a.
b.
c.
Alasan pengembangan kurikulum.
Identifikasi perubahan yang penting dalam kurikulum 2013 dibandingkan kurikulum
sebelumnya (struktur kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar).
Manfaat adanya perubahan kurikulum.
Kemudian fasilitator menyimpulkannya.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |97
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |98
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |99
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |100
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |101
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |102
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN : 1.3 SKL, KI, DAN KD
Langkah Kegiatan Inti
Pemaparan
oleh
Instruktur
Memberi
Contoh
Analisis
Keterkaitan
SKL, KI, KD
Kerja
Kelompok
Presentasi
Hasil
Kelompok
10 Menit
5 Menit
30 Menit
15 Menit
Pemaparan
Instuktur memberikan materi tentang SKL, KI, dan KD dengan menggunakan PPT-1.3/2.1/2.3/3.1/3.2
Kerja Kelompok
Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok diberi tugas menganalisis keterkaitan SKL, KI,
KD masing-masing mapel selama 1 tahun yang akan dijadikan dasar untuk membuat RPP dengan
menggunakan LK 1.3. Masing-masing kelompok mengerjakan KD yang berbeda agar peserta
mendapat bahan hasil analisis semua KI dan KD selama 1 tahun.
Presentasi Hasil Kerja Kelompok
Masing-masing kelompok memaparkan hasil kerja kelompok. Peserta yang akan memaparkan
akan ditunjuk oleh Intruktur.Sementara kelompok lainnnya memberi komentar/ tanggapan dan
menilai hasil kerja kelompok lainnya.
Memberi Contoh
Instruktur memberikan contoh analisis keterkaitan antara SKL, KI, dan KD dengan menggunakan
HO-1.3
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |103
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |104
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |105
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |106
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |107
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
BAHASA INDONESIA (WAJIB)
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)/MADRASAH ALIYAH (MA)
HO-1.3/2.4/3.1/3.2
KELAS: X
KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
KOMPETENSI DASAR
1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa
1.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam
menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat anekdot mengenai permasalahan
sosial, lingkungan, dan kebijakan publik
1.2 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar, dan
menyajikan informasi lisan dan tulis melalui teks anekdot, laporan hasil observasi,
prosedur kompleks, dan negosiasi
2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam
menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat anekdot mengenai permasalahan
sosial, lingkungan, dan kebijakan publik
2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, dan proaktif dalam menggunakan
bahasa Indonesia untuk menceritakan hasil observasi
2.3 Menunjukkan perilaku jujur, tanggung jawab, dan disiplin dalam menggunakan bahasa
Indonesia untuk menunjukkan tahapan dan langkah yang telah ditentukan
2.4 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli, dan santun dalam menggunakan bahasa
Indonesia untuk bernegosiasi merundingkan masalah perburuhan, perdagangan, dan
kewirausahaan
2.5 Menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab dalam penggunaan
bahasa Indonesia untuk memaparkan konflik sosial, politik, ekonomi,dan kebijakan
publik
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |108
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
3.1 Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur
kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan
3.2 Membandingkan teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan
negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan
3.3 Menganalisis teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi
baik melalui lisan maupun tulisan
3.4 Mengevaluasi teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan
negosiasi berdasarkan kaidah-kaidah teks baik melalui lisan maupun tulisan
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
4.1 Menginterpretasi makna teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks,
dan negosiasi baik secara lisan maupun tulisan
4.2 Memproduksi teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi
yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan
mupun tulisan
4.3 Menyunting teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi
sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan
4.4 Mengabstraksi teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan
negosiasi baik secara lisan maupun tulisan
4.5 Mengonversi teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi
ke dalam bentuk yang lain sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan
maupun tulisan
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |109
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
CONTOH ANALISIS SKL, KI dan KD
Materi Pelatihan 1
Submateri Pelatihan 1.3
: ANALISIS MATERI AJAR
: Analisis SKL, KI dan KD
Mata Pelajaran
Kelas
Tema
: Bahasa Indonesia
: X
: Komunikasi dalam Kehidupan
Aspek
Sikap
Standar
Kompetensi
Lulusan
Memiliki
perilaku yang
mencerminkan
sikap orang
beriman,
berakhlak
mulia, percaya
diri, dan
bertanggung
jawab dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
Kompetensi Inti
1.
Menghayati dan
mengamalkan
ajaran agama
yang dianutnya.
Kompetensi Dasar
1.1. Mensyukuri
anugerah Tuhan
akan keberadaan
bahasa Indonesia
dan
mengggunakannya
sesuai dengan
kaidah dan konteks
untuk
mempersatukan
bangsa
Materi/ Konsep
esensial
Menghargai dan
mengagumi ciptaan
Tuhan dengan menggunakan indra manusia
untuk berkomunikasi
dalam lingkup
sosialnya.
Aktivitas yang
harus dilakukan
untuk memperoleh
kompetensi
Penanaman sikap
kebiasaan
berkomunikasi
dengan santun
terhadap semua
manusia baik
secara lisan
maupun tulisan.
Penilaian Autentik
(Teknik dan
Bentuk)
Teknik: Nontes
Bentuk:
Penilaian Sikap
(Pengamatan)
Cara memahami
anekdot dengan segala
karakteristiknya dalam
konteks melatih
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |110
SMA/MA dan SMK/MAK
Aspek
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Standar
Kompetensi
Lulusan
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
lingkungan
sosial dan
alam serta
dalam
menempatkan
dirinya sebagai
cerminan
bangsa dalam
pergaulan
dunia
Materi/ Konsep
esensial
Aktivitas yang
harus dilakukan
untuk memperoleh
kompetensi
Penilaian Autentik
(Teknik dan
Bentuk)
komunikasi yang logis
2. Menghayati dan
mengamalkan
perilaku jujur,
disiplin,
tanggung jawab,
peduli (gotong
royong,
kerjasama,
toleran, damai),
2.1 Menunjukkan sikap
tanggung jawab,
peduli, responsif,
dan santun dalam
menggunakan
bahasa Indonesia
untuk membuat
anekdot mengenai
permasalahan
Penanaman sikap
memiliki rasatanggung
jawab, peduli, dan
responsif dan santun
dalam menggunakan
bahasa Indonesia.
Menerapkan
kebiasaan
.......................
Teknik: Nontes
Bentuk:
Penilaian Sikap
(Pengamatan).
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |111
SMA/MA dan SMK/MAK
Aspek
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Standar
Kompetensi
Lulusan
Kompetensi Inti
santun,
responsif dan
proaktif dan
menunjukkan
sikap sebagai
bagian dari
solusi atas
berbagai
permasalahan
dalam
berinteraksi
secara efektif
dengan
lingkungan
sosial dan alam
serta dalam
menempatkan
diri sebagai
cerminan
bangsa dalam
pergaulan dunia
Pengeta-
Memiliki
3. Memahami,
Kompetensi Dasar
Materi/ Konsep
esensial
Aktivitas yang
harus dilakukan
untuk memperoleh
kompetensi
Penilaian Autentik
(Teknik dan
Bentuk)
sosial, lingkungan,
dan kebijakan publik
3.1. Memahami struktur
• Konsep komunikasi
• Mengikuti
• Teknik:Tes
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |112
SMA/MA dan SMK/MAK
Aspek
huan
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Standar
Kompetensi
Lulusan
(melalui
mengetahui,
memahami,
menerapkan,
menganalisis,
mengevaluasi)
pengetahuan
prosedural dan
metagognitif
dalam ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
dan peradaban
terkait
penyebab
Kompetensi Inti
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural
berdasarkan
rasa ingin
tahunya tentang
ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya, dan
humaniora
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban
terkait fenomena
dan kejadian,
serta
menerapkan
Materi/ Konsep
esensial
Kompetensi Dasar
dan kaidah teks
anekdot, laporan
hasil observasi,
prosedur kompleks,
dan negosiasi baik
melalui lisan
maupun tulisan
•
•
•
•
Bahasa formal
Bahasa Informal
Bahasa lisan
Bahasa tulisan
Aktivitas yang
harus dilakukan
untuk memperoleh
kompetensi
pembelajaran
melalui diskusi,
observasi
dengan
pendekatan
scientific
• Melaksanakan
latihan dan
tugas
Penilaian Autentik
(Teknik dan
Bentuk)
Tulis
• Bentuk: Pilihan
Ganda dan
Uraian (hasil
pengamatan/ob
servasi)
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |113
SMA/MA dan SMK/MAK
Aspek
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Standar
Kompetensi
Lulusan
fenomena dan
kejadian.
Keterampilan
Memiliki
(melalui
mengamati,me
nanya,
mencoba,
mengolah,
menyaji,
menalar,
mencipta)
kemampuan
pikir dan tindak
yang efektif
dan kreatif
Kompetensi Inti
pengetahuan
prosedural pada
bidang kajian
yang spesifik
sesuai dengan
bakat dan
minatnya untuk
memecahkan
masalah.
4. Mengolah,
menalar, dan
menyaji dalam
ranah konkret
dan ranah
abstrak terkait
dengan
pengembangan
dari yang
dipelajarinya di
sekolah secara
mandiri, dan
mampu
menggunakan
metoda sesuai
Kompetensi Dasar
Materi/ Konsep
esensial
4.1 Menginterpretasi
makna teks anekdot,
laporan hasil
observasi, prosedur
kompleks, dan
negosiasi baik
secara lisan maupun
tulisan
Mencoba
mengumpulkan data
dari hasil pengamatan,
mengolah data, dan
melaporkan hasil
pengamatan
komunikasi dalam
masyarakat
Aktivitas yang
harus dilakukan
untuk memperoleh
kompetensi
• Melakukan
penngamatan dari
teks lisan dan
tulisan,
mengidentifikasi
data,
mengklarifikasi
dan melaporkan
hasil komunikasi
dalam
masyarakat di
lingkungannya
Penilaian Autentik
(Teknik dan
Bentuk)
Melakukan
pengamatan
dengan format yang
tersedia dengan
menerapkan aspek
sikap pengetahuan
dan keterampilan
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |114
SMA/MA dan SMK/MAK
Aspek
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Standar
Kompetensi
Lulusan
dalam ranah
abstrak dan
konkret
sebagai
pengembanga
n dari yang
dipelajari di
sekolah secara
mandiri (sesuai
dengan bakat
dan minatnya)
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Materi/ Konsep
esensial
Aktivitas yang
harus dilakukan
untuk memperoleh
kompetensi
Penilaian Autentik
(Teknik dan
Bentuk)
kaidah keilmuan
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |115
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR KERJA
ANALISIS KETERKAITAN SKL, KI, dan KD
LK – 1.3
BAHASA INDONESIAKELAS X
PETUNJUK KEGIATAN ANALISIS SKL, KI DAN KD
Kompetensi
:
Memahami keterkaitan antara SKL, KI dan KD pada Kurikulum 2013
Tujuan Kegiatan
:
Menganalisis keterkaitan SKL, KI dan KD
Kelompok Kerja
:
1.
Bacalah substansi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Tahun 2013!
2.
Bacalah dan komparasikan dengan SKL Tahun 2006 (Permendiknas Th 2006)!
3.
Bacalah KI mata pelajaran bahasa Indonesia SMA Kelas X!
4.
BacalahKD mata pelajaran bahasa Indonesia SMA Kelas X!
5.
Analisislah materi/ konsep esensial dari setiap KD!
6.
Tulislah aktivitas/ kegiatan belajar siswa untuk mencapai kompetensi tersebut!
7.
Tentukan teknik dan instrumen penilaiannya!
8.
Setelah selesai masukkan dalam Lembar Kerja Analisis Keterkaitan SKL, KI, dan KD bahasa Indonesia SMA Kelas X yang sudah disiapkan!
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |116
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LK – 1.3
LEMBAR KERJA
ANALISIS KETERKAITAN SKL, KI, dan KD
MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA
KELAS
:X
MATERI AJAR
:
Domain
Sikap
Pengetahuan
Standar Kompetensi
Lulusan
Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap orang
beriman, berakhlak mulia,
percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial
dan alam serta
dalammenempatkan dirinya
sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
Memiliki pengetahuan
Faktual, konseptual dan
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
Materi/ Konsep
Esensial
Aktivitas/Kegiatan
Belajar Siswa
untuk Mencapai
Kompetensi
Teknik dan
Bentuk
Instrumen
Penilaian
Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya.
Menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran,
damai),santun, responsif
dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
Memahami, menrapkan,
menganalisis pengetahuan
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |117
SMA/MA dan SMK/MAK
Domain
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Standar Kompetensi
Lulusan
prosedural dalam
Ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya
dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban
terkait fenomena dan
kejadian yang tampak mata
Keterampilan
Memiliki kemampuan pikir
dan tindak yang efektif dan
kreatif dalam ranah abstrak
dan konkret Sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah
atau sumber lain yang sama
dengan yang diperoleh dari
sekolah
Kompetensi Inti
faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan teknologi, seni
budaya, dan humaniora
dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan
masalah.
Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak
terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
Materi/ Konsep
Esensial
Aktivitas/Kegiatan
Belajar Siswa
Teknik dan
Bentuk
Instrumen
Penilaian
untuk Mencapai
Kompetensi
-
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |118
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUB MATERI PELATIHAN: 1.4 STRATEGI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
Langkah Kegiatan Inti
Pemaparan
oleh
Instruktur
10 Menit
Diskusi Kelas
Merangkum
Hasil Diskusi
Kelas
Refleksi dan
umpan balik
untuk
seluruh
materi
pelatihan
20 Menit
10 Menit
15 Menit
Pemaparan
Paparan oleh fasilitatortentang Strategi Implementasi Kurikulum 2013dengan menggunakan PPT-1.4
Diskusi Kelas
Mendiskusikan elemen penting dalam implementasi kurikulum 2013, meliputi berikut ini.
1.
2.
3.
Peran guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan guru BK.
Dukungan manajemen sekolah atau kultur sekolah dalam mensukseskan pembelajaran dengan
menggunakan kurikulum 2013.
Dukungan dinas pendidikan kabupaten dan organisasi profesi dalam implementasi kurikulum 2013.
Membuat Rangkuman
Instruktur merangkum semua materi pelatihan Konsep Kurikulum yang telah disampaikan selama
4 JP sebagai kegiatan penutup.
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |119
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |120
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |121
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/ MA dan SMK/ MAK |122
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 2: ANALISIS MATERI AJAR (12 JP)
2.1
Konsep Pendekatan Scientific
2.2
Model-model Pembelajaran
2.3
Konsep Penilaian Autentik
2.4
BAGIAN
Analisis Buku
Guru danIII
Siswa
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 123
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 2: ANALISIS MATERI AJAR
A.
KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
1. mendeskripsikan konsep pendekatan saintifik dalam pembelajaran;
2. membandingkan model-model pembelajaran;
3. mendeskripsikan konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar;
4. menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD;
5. menganalisis buku guru dan buku siswa dilihat dari aspek kecukupan dan kedalaman
materi;
6. menguasai secara utuh materi, struktur, dan pola pikir keilmuan materi pelajaran;
7. menguasai penerapan materi pelajaran pada bidang/ ilmu lain serta kehidupan seharihari; dan
8. memahami strategi menggunakan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan
pembelajaran.
B.
LINGKUP MATERI
1.
2.
3.
4.
C.
Konsep Pendekatan Saintifik
Model-model Pembelajaran
Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Pembelajaran
Analisis Buku Guru dan Buku Siswa (Kesesuaian,Kecukupan, dan Kedalaman Materi)
INDIKATOR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Menerima konsep pendekatan saintifik dan menghargai pendapat orang lain.
Menjelaskan konsep pendekatan saintifik.
Menjelaskan penerapan pendekatan saintifikdalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Mengidentifikasi karakteristik model pembelajaranProject Based Learning, Problem Based
Learning, dan Discovery Learning.
Menerima penerapan konsep penilaian autentik di sekolah/ madrasah dan menghargai
pendapat orang lain.
Menjelaskan konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.
Mengidentifikasi contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaran bahasa
Indonesia.
Menganalisis kesesuaian buku guru dan siswa dengan SKL, KI, dan KD secara teliti dan
serius.
Mengidentifikasi kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan
KD.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 124
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
10.Menganalisis kecukupan dan kedalaman materi buku guru dan buku siswa.
11.Menganalisis kesesuaian proses, pendekatan belajar, serta strategi evaluasi yang
diintegrasikan dalam buku.
12.Menjelaskan secara utuh materi, struktur, dan pola pikir keilmuan materi pelajaran yang
terdapat dalam buku siswa.
13.Menerapkan materi pelajaran yang terdapat dalam buku guru dan buku siswa pada
bidang/ ilmu lain serta kehidupan sehari-hari.
14.Menjelaskan strategi penggunaan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan
pembelajaran.
D.
PERANGKAT PELATIHAN
1. Video Pembelajaran
2. Bahan Tayang
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Konsep Pendekatan Saintifik
Contoh Penerapan Pendekatan Saintifikdalam Pembelajaran bahasa Indonesia
Model Pembelajaran Project Based Learning
Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model Pembelajaran Discovery Learning
Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar
Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran bahasa Indonesia
Analisis Buku Guru dan Buku Siswa
3. Lembar Kerja
4. Hand-Out
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
5. ATK
Konsep Pendekatan Saintifik
Contoh Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran bahasa Indonesia
Model Pembelajaran Project Based Learning
Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model Pembelajaran Discovery Learning
Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar
Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 125
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
2. ANALISIS MATERI AJAR
12 JP (@45 MENIT)
SMA/MA, SMK/MAK
BAHASA INDONESIA
TAHAPAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
PERSIAPAN
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti
LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser Pointer, atau
media pembelajaran lainnya.
KEGIATAN
PENDAHULUAN
Pengkondisian Peserta
WAKTU
15 Menit
Perkenalan
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator, alokasi
waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan Analisis
Materi Ajar.
Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, dan
bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI
2.1 Konsep Pendekatan Saintifik
90 Menit
Penayangan Video pembelajaran bahasa Indonesia dengan
menggunakan V-2.1/ 4.1.
20 Menit
Diskusi kelompok untuk mengkaji pendekatan saintifikyang 40 Menit
mengacu pada tayangan video, dilanjutkan dengan paparan materi
oleh fasilitator tentang Konsep Pendekatan Saintifik dengan
menggunakan PPT-2.2-1 dan Contoh Penerapan Pendekatan
Saintifikdalam
Pembelajaran
bahasa
Indonesia
dengan
menggunakan PPT-2.2-2 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi.
Diskusi kelompok tentang konsep pendekatan saintifik dengan 30 Menit
menggunakan HO-2.1-1 dan contoh-contoh penerapan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan mengacu
pada HO-2.1-2.
2.2 Model-model Pembelajaran
90 Menit
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 126
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Mengamati tayangantiga jenis model pembelajaran (Project Based
Learning, Problem Based Learning, dan Discovery Learning).
20 menit
Menerapkan Focus Group Discussionuntuk mengidentifikasi
karakteristik tiga model pembelajaran.
30 menit
Kerja kelompok untuk mengidentifikasi penerapan Pendekatan
Saintifik pada tiga model pembelajaran.
40 menit
2.3 Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Pembelajaran
90 Menit
Kegiatan interaktif untuk menyamakan persepsi tentang jenis dan 15 Menit
bentuk penilaian autentik.
Diskusi tentang konsep penilaian autentik pada proses dan hasil 30 Menit
belajar.
Presentasi hasil diskusi kelompok
25 Menit
Paparan materi tentang Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan 15 Menit
Hasil Belajar dengan menggunakan bahan tayang PPT-2.2 dan
Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran bahasa
Indonesia menggunakan bahan tayang PPT-2.2/3.2
5 Menit
ICE BREAKER
2.4 Analisis Buku Guru dan Buku Siswa (Kesesuaian,Kecukupan, 240
dan Kedalaman Materi)
Menit
Menilai buku dilakukan oleh peserta dengan bimbingan fasilitator 20 Menit
dilihat dari aspek kesesuaian, kecukupan, dan kedalaman materi.
Diskusi kelompok hasil penilaian buku dilanjutkan dengan 30 Menit
pemaparan materitentangAnalisis Buku Guru dan Buku Siswa
dengan menggunakan PPT-2.3 yang disisipkan dalam kegiatan
diskusi tersebut.
Menyimpulkan hasil diskusi dan menyampaikan format lembar 15 Menit
kerja.
Kerja kelompok untuk menganalisis kesesuaian buku guru dan buku 60 Menit
siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD dengan menggunakan LK-2.31 dan LK -2.3-2.
5 Menit
ICE BREAKER
Diskusi
kelompok
untuk
menganalisis
kesesuaian
proses, 30 Menit
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 127
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia, serta strategi evaluasi
yang diintegrasikan dalam buku.
Kerja kelompok untuk membuat contoh-contoh penerapan materi 30 Menit
pelajaran yang terdapat dalam buku guru dan buku siswa pada
bidang/ ilmu lain serta kehidupan sehari-hari.
KEGIATAN
PENUTUP
Presentasi hasil kerja kelompok.
30 Menit
Menyimpulkan materi analisis buku oleh fasilitator.
20 Menit
Membuat rangkumanmateri pelatihan Analisis materi Ajar.
15 Menit
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang
relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 128
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Submateri Pelatihan:
2.1 Konsep Pendekatan Saintifik
Langkah Kegiatan Inti
Diskusi
Kelompok
Pendekatan
Saintifik
45 Menit
Diskusi
Kelompok
Contohcontoh
Pendekatan
Saintifikdan
Penerapannya
45 Menit
Diskusi Kelompok
1.
2.
3.
4.
Mengkaji pendekatan saintifikyang mengacu pada tayangan video.
Mengidentifikasi konsep pendekatan saintifikyang disampaikan pada tayangan video.
Membuat urutan aktivitas pada pendekatan saintifik.
Mendiskusikan contoh penerapan pendekatan saintifikdala pembelajaran bahasa Indonesia.
Pemaparan Hasil Diskusi Kelompok
1. Masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya, kelompok lain dapat dijadikan
pembahas dan penanya.
2. Instruktur memberikan masukan terhadap hasil diskusi kelompok.
3. Pada akhir diskusi instruktur menyimpulkan hasil diskusi kelompok.
Paparan Materi
Fasilitator menyampaikan Konsep Pendekatan Saintifik dengan menggunakan PPT-2.2.1 dan
Contoh Penerapan Pendekatan Saintifikdalam Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggunakan PPT-2.2-2 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi.
Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok Contoh-contoh Penerapan Pendekatan Saintifikdalam Pembelajaran, tugas
diskusi kelompok sebagai berikut.
1. Membuat contoh pembelajaran salah satu KD dengan menggunakan pendekatan saintifik.
2. KD yang ditetapkan adalah KD semester 1.
Pemaparan Hasil Diskusi Kelompok
1. Masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya, kelompok lain dapat dijadikan
pembahas dan penanya.
2. Instruktur memberikan masukan terhadap hasil diskusi kelompok.
3. Pada akhir diskusi instruktur menyimpulkan hasil diskusi kelompok.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 129
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 130
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 131
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 132
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO.2.1-1
PENDEKATAN ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN
A.Esensi Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu Kurikulum 2013
mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.Pendekatan ilmiah diyakini
sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan
lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning)ketimbang penalaran deduktif
(deductivereasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik
simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran
induktif memandang fenomena atau situasi spesifik
untuk kemudian menarik simpulan secara
keseluruhan.
Sejatinya,
penalaran
induktif
menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi
idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya
menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik
dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan
umum.
- Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik
investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau
gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau
mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode
pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi,
empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah
umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen,
mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
B.Pendekatan Ilmiah dan Nonilmiah dalam Pembelajaran
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan
pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional,
retensi informasi dari guru sebesar 10 persensetelah 15 menit dan perolehan pemahaman
kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi
dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual
sebesar 50-70 persen.
Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan kaida-kaidah
pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,
penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses
pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.
Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 133
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
-Substansi atau materipembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata.
•
•
•
•
•
•
Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
substansi atau materi pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi
pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi
atau materi pembelajaran.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapatdipertanggung-jawabkan.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem
penyajiannya.
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah yang meliputiintuisi,
akal sehat,prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.
• Intuisi.
Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat
irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki
oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga
dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya didapat
secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun demikian,
intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik.
•
Akal sehat.
Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses pembelajaran,
karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya sematamata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkanmereka dalam proses dan
pencapaian tujuan pembelajaran.
•
Prasangka.
Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar akal
sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang (guru,
peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat
didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal-hal khusus
menjadi terlalu luas.
Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat berubah menjadi prasangka
atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka itu memang penting, jika
diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah menjadi prasangka buruk atau sikap tidak
percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif guru dan peserta didik.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 134
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
•
Penemuan coba-coba.
Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atau temuan yang
bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan dengan
caracoba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak
bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada manfaatnya bahkan
mampu mendorong kreatifitas.Karena itu, kalau memang tindakan coba-coba ini akan
dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap tindakan, sampai dengan
menemukan kepastian jawaban.
Misalnya, seorang peserta didik mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah
komputer laptop, tiba-tiba dia kaget komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun
melihat lambang tombol yang menyebabkan komputer laptop itu menyala dan
mengulangi lagi tindakannya, hingga dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol
dengan lambang seperti apa yang bisa memastikan bahwa komputer laptop itu bisa
menyala.
•
Berpikir kritis.
Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang normal
hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu umumnya dimiliki
oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya pemikirannya
dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak semuanya
benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan reliabel, karena
pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.
C.Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah
sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang
‘mengapa’.
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu
tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik tahu tentang ‘apa’.Hasil akhirnya adalahpeningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan
dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills)dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 135
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah (saintifik appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi
menggali
informasi
melaui
pengamatan, bertanya,
percobaan,
kemudian mengolah data
atau informasi,
menyajikan data atau
informasi,
dilanjutkan
dengan
menganalisis,
menalar,
kemudian
menyimpulkan,
dan
mencipta.
Untuk
mata
pelajaran, materi,
atau
situasi
tertentu, sangat
mungkin
pendekatan
ilmiah ini tidak selalu
tepat
diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus
tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat
nonilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini.
1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning).
Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta
didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam
rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan
tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga
proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik
menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti
berikut ini.
• Menentukan objek apa yang akan diobservasi
• Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
• Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun
sekunder
• Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
• Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan
data agar berjalan mudah dan lancar
• Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis
lainnya.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 136
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik secara
langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik dalam
observasi tersebut.
• Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk kepentingan
pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan
observasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri
dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
•
Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi biasa,
padaobservasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didiksama sekali
tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.Merepa juga
tidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
Namun demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada observasi terkendalipelaku
atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang dikhususkan.
Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai
percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.
•
Observasipartisipatif (participant observation). Pada observasipartisipatif, peserta
didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati.
Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi
khususnya etnografi. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan
diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa,
misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan
“bermukim” langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu dan pada waktu
tertentu pula untuk mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk melibakan
diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka.
Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan dua cara pelibatan
diri. Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur,
seperti dijelaskan berikut ini.
• Observasiberstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran,
fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik
telah direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.
• Observasitidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka
proses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yang
harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta didik membuat
catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek,
objektif, atau situasi yang diobservasi.
Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan guru melengkapi
diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti: (1) tape recorder, untuk
merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual; (2) film
atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; dan (3) alat-alat lain sesuai
dengan keperluan.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa
daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan
berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 137
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang ,
berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan
anekdotalberupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan
luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.
Alat mekanikalberupa alat mekanik yang dapat dipakai untuk memotret atau merekam peristiwaperistiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.
Prinsip-rinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran
disajikan berikut ini.
• Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk
kepentingan pembelajaran.
• Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi
yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogensubjek, objek, atau situasi yang
diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi
dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara
dan prosedur pengamatan.
• Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan
sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.
2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab
pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi
penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyara, pertanyaan dimaksudkan untuk
memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”,
melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan
verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan,
misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimay efektif!
a. Fungsi Bertanya
• Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu
tema atau topik pembelajaran.
• Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan
pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
• Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk
mencari solusinya.
• Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran
yang diberikan.
• Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan,
dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik
dan benar.
• Mendorong partisipasipeserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan
kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
• Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau
gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup
berkelompok.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 138
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
• Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon
persoalan yang tiba-tiba muncul.
• Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu
sama lain.
b. Kriteria Pertanyaan yang Baik
• Singkat dan jelas.
Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang
menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? (2)
Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan
obat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih jelas dibandingkan
dengan pertanyaan pertama.
• Menginspirasi jawaban.
Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada
bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan
beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba jelaskan
dampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal membangun kerukunan
umat beragama?Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contoh
yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta menjawab pertanyaan.
• Memiliki fokus.
Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan? Untuk
pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta didik diminta memunculkan
satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya menjawab: kebodohan,
kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan
keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta didik yang
keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan yang luas seperti di atas
dapat dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan?
Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada peserta didik secara
perorangan.
• Bersifat probing atau divergen.
Contoh: (1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah peserta didik harus rajin
belajar?(2) Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar cenderung menjadi putus
sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh peserta didik dengan Ya atau Tidak.
Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan
penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.
• Bersifat validatif atau penguatan.
Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik yang berbeda
untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu dimaksudkan
untuk memvalidsi atau melakukan penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya.
Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban yang sama, sebaiknya
guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawaban yang
lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan.
Contoh:
o
Guru: “mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 139
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
o
o
o
o
o
Peserta didik I: “karena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang bekerja.”
Guru: “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
Peserta didik II: “karena lebih banyak diam ketimbang bekerja, orang yang malas
tidak produktif”
Guru : “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
Peserta didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu
terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.”
• Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.
Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup
untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu,
setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum
meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu.
Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada peserta didik yang bisa menjawah dengan
baik, sangat dianjurkan guru mengubah pertanyaannya. Misalnya: (1) Apa faktor picu
utama Belanda menjajah Indonesia?; (2) Apa motif utama Belanda menjajah
Indonesia? Jika dengan pertanyaan pertama guru belum memperoleh jawaban yang
memuaskan, ada baiknya dia mengubah pertanyaan seperti pertanyaan kedua.
• Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif.
Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat
kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban
dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta ke
pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan
ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.
• Merangsang proses interaksi.
Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana
menyenangkan pada diri peserta didik.Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan
pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan
jawabannya. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa
orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pola
bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.
c. Tingkatan Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawaban
yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan
tingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih
tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang
lebih tinggi disajikan berikut ini.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 140
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tingkatan Subtingkatan
Kognitif
yang
lebih
rendah
Pengetahuan
(knowledge)
Pemahaman
(comprehension)
Penerapan
(application
Kognitif
yang
lebih
tinggi
Analisis (analysis)
Sintesis
(synthesis)
Evaluasi
(evaluation)
Kata-kata kunci pertanyaan
Apa...
Siapa...
Kapan...
Di mana...
Sebutkan...
Jodohkan
atau
pasangkan...
Persamaan kata...
Golongkan...
Berilah nama...
Dll.
Terangkahlah...
Bedakanlah...
Terjemahkanlah...
Simpulkan...
Bandingkan...
Ubahlah...
Berikanlah interpretasi...
Gunakanlah...
Tunjukkanlah...
Buatlah...
Demonstrasikanlah...
Carilah hubungan...
Tulislah contoh...
Siapkanlah...
Klasifikasikanlah...
Analisislah...
Kemukakan bukti-bukti…
Mengapa…
Identifikasikan…
Tunjukkanlah sebabnya…
Berilah alasan-alasan…
Ramalkanlah…
Bentuk…
Ciptakanlah…
Susunlah…
Rancanglah...
Tulislah…
Bagaimana kita dapat
memecahkan…
Apa yang terjadi
seaindainya…
Bagaimana kita dapat
memperbaiki…
Kembangkan…
Berilah pendapat…
Alternatif mana yang lebih
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 141
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
baik…
Setujukah anda…
Kritiklah…
Berilah alasan…
Nilailah…
Bandingkan…
Bedakanlah…
3. Menalar
a. Esensi Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang
dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus
lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas faktakata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu
tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan
merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau
penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum
2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori.
Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam
referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori
otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses
itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada
koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran
atau kedekatan dalam ruang dan waktu.
Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil secara efektif jika
terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola ineraksi itu dilakukan
melalui stimulus dan respons (S-R). Teori ini dikembangan kerdasarkan hasil eksperimen
Thorndike, yang kemudian dikenal dengan teori asosiasi.
Jadi, prinsip dasar proses pembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, yang juga
dikenal dengan teori Stimulus-Respon (S-R). Menurut Thorndike, proses pembelajaran, lebih
khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau inkremental/bertahap,
bukan secara tiba-tiba. Thorndike mengemukakan berapa hukum dalam proses pembelajaran.
-Hukum efek (The Law of Effect), di mana intensitas hubungan antara stimulus (S) dan respon
(R) selama proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh konsekuensi dari hubungan yang
terjadi. Jika akibat dari hubungan S-R itu dirasa menyenangkan, maka perilaku peserta didik
akan mengalami penguatan.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 142
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Sebaliknya, jika akibat hubungan S-R dirasa tidak menyenangkan, maka perilaku peserta didik
akan melemah. Menurut Thorndike, efek dari reward (akibat yang menyenangkan) jauh lebih
besar dalam memperkuat perilaku peserta didik dibandingkan efek punishment (akibat yang
tidak menyenangkan) dalam memperlemah perilakunya. Ini bermakna bahwa reward akan
meningkatkan perilaku peserta didik, tetapi punishment belum tentu akan mengurangi atau
menghilangkan perilakunya.
-Hukum latihan (The Law of Exercise). Awalnya, hukum ini terdiri dari duajenis, yang setelah
tahun 1930 dinyatakan dicabut oleh Thorndike. Karena dia menyadari bahwa latihan saja
tidak dapat memperkuat atau membentuk perilaku. Pertama, Law of Use yaitu hubungan
antara S-R akan semakin kuat jika sering digunakan atau berulang-ulang. Kedua, Law of
Disuse, yaitu hubungan antara S-R akan semakin melemah jika tidak dilatih atau dilakukan
berulang-ulang.Menurut Thorndike, perilaku dapat dibentuk dengan menggunakan
penguatan (reinforcement). Memang, latihan berulang tetap dapat diberikan, tetapi yang
terpenting adalah individu menyadari konsekuensi perilakunya.
-Hukum kesiapan (The Law of Readiness). Menurut Thorndike, pada prinsipnya apakah
sesuatu itu akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipelajari tergantung pada
kesiapan belajar individunya. Dalam proses pembelajaran, hal ini bermakna bahwa jika
peserta dalam keadaan siap dan belajar dilakukan, maka mereka akan merasa puas.
Sebaliknya, jika pesert didik dalam keadaan tidak siap dan belajar terpaksa dilakukan, maka
mereka akan merasa tidak puas bahkan mengalami frustrasi.
Prinsip-prinsip dasar dari Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant
Conditioning atau pelaziman/pengkondisian operan. Pelaziman operan adalah bentuk
pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam
probabilitas perilaku itu akan diulangi.
Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan makin efektif jika peserta didik makin giat
belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula kemampuannya dalam menghubungkan S
dengan R. Kaidah dasar yang digunakan dalam teori S-R adalah berikut ini.
•
•
•
Kesiapan (readiness). Kesiapan diidentifikasi berkaitan langsung dengan motivasi
peserta didik. Kesiapan itu harus ada pada diri guru dan peserta didik. Guru harus
benar-benar siap mengajar dan peserta didik benar-benar siap menerima pelajaran
dari gurunya. Sejalan dengan itu, segala sumber daya pembelajaran pun perlu
disiapkan secara baik dan saksama.
Latihan (exercise). Latihan merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara
berulang oleh peserta didik. Pengulangan ini memungkinkan hubungan antara S
dengan R makin intensif dan ekstensif.
Pengaruh (effect). Hubungan yang intensif dan berulang-ulang antara S dengan R akan
meningkatkan kualitas ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik
sebagai hasil belajarnya. Manfaat hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik
dirasakan langsung oleh mereka dalam dalam dunia kehidupannya.
Kaidah atau prinsip “pengaruh” dalam pembelajaran berkaitan dengan kemamouan guru
menciptakan suasana, memberi penghargaan, celaan, hukuman, dan ganjaran. Teori S – S
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 143
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
ini memang terkesan robotik. Karenanya, teori ini terkesan mengenyampingkan peranan
minat, kreativitas, dan apirasi peserta didik.
•
•
•
•
•
Oleh karena tidak semua perilaku belajar atau pembelajaran dapat dijelaskan dengan
pelaziman sebagaimana dikembangkan oleh Ivan Pavlov, teori asosiasi biasanya
menambahkan teori belajar sosial (social learning) yang dikembangkan oleh Bandura.
Menurut Bandura, belajar terjadi karena proses peniruan (imitation). Kemampuan
peserta didik dalam meniru respons menjadi pengungkit utama aktivitas belajarnya.
Ada empat konsep dasar teori belajar sosial (social learning theory) dari Bandura.
Pertama, pemodelan (modelling), dimana peserta didik belajar dengan cara meniru
perilaku orang lain (guru, teman, anggota masyarakat, dan lain-lain) dan pengalaman
vicarious yaitu belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain itu.
Kedua, fase belajar, meliputi fase memberi perhatian terhadap model (attentional),
mengendapkan hasil memperhatikan model dalam pikiran pebelajar (retention),
menampilkan ulang perilaku model oleh pebelajar (reproduction), dan motivasi
(motivation) ketika peserta didik berkeinginan mengulang-ulang perilaku model yang
mendatangkan konsekuensi-konsekuensi positif dari lingkungan.
Ketiga, belajar vicarious, dimana peserta didik belajar dengan melihat apakah orang
lain diberi ganjaran atau hukuman selama terlibat dalam perilaku-perilaku tertentu.
Keempat, pengaturan-diri (self-regulation), dimana peserta didik mengamati,
mempertimbangkan, memberi ganjaran atau hukuman terhadap perilakunya sendiri.
Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah dan motivasi pada
peserta didik berkenaan dengan nilai-nilai instrinsik dari pembelajaran partisipatif. Dengan cara ini
peserta didik akan melakukan peniruan terhadap apa yang nyata diobservasinya dari kinerja guru
dan temannya di kelas.
Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan aktivitas
pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara
berikut ini.
• Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan
tuntutan kurikulum.
• Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama
guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik
dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
• Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang
sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
• Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
• Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
• Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan atau pelaziman.
• Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
• Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan
tindakan pembelajaran perbaikan.
b. Cara Menalar
Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan
penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalardengan menarik simpulan dari
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 144
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara
induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual
atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum.Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak
berpijak pada observasi inderawi atau pengalaman empirik.
Contoh:
•
•
•
•
Singa binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara melahirkan.
Harimau binatang berdaun telinga, berkembangbiak dengan cara melahirkan.
Ikan Paus binatang berdaun telinga berkembangbiak dengan melahirkan.
Simpulan: Semua binatang yang berdaun telinga berkembang biak dengan
melahirkan.
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataanpernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola
penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja menalar secara deduktif adalah
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke dalam bagianbagiannya yang khusus.
Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Pada
penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi menarik simpulan. Penarikan simpulan
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung
ditarik dari satu premis,sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis.
Contoh :
• Kamera adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
• Telepon genggam adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk
beroperas.
• Simpulan: semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.
4. Analogi dalam Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru dan pesert didik sering kali menemukan fenomena yang
bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian, guru dan peserta didik adakalamua
menalar secara analogis. Analogi adalah suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara
membandingkan sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan.
Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya
nalar peserta didik. Seperti halnya penalaran, analogi terdiri dari dua jenis, yaitu analogi induktif
dan analogi deduktif. Kedua analogi itu dijelaskan berikut ini.
Analogi induktifdisusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena atau gejala. Atas
dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu ditarik simpulan bahwa apa yang ada pada
fenomena atau gejala pertama terjadi juga pada fenomena atau gejala kedua. Analogi induktif
merupakan suatu ‘metode menalar’yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu simpulan yang
dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua fenomena atau
gejala khusus yang diperbandingkan.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 145
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Contoh:
Peserta didik Pulan merupakan pebelajar yang tekun. Dia lulus seleksi Olimpiade Sains Tingkat
Nasional tahun ini. Dengan demikian, tahun ini juga,Peserta didik Pulan akan mengikuti kompetisi
pada Olimpiade Sains Tingkat Internasional. Untuk itu dia harus belajar lebih tekun lagi.
Analogi deklaratif merupakan suatu‘metode menalar’untuk menjelaskan atau menegaskan
sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah
dikenal.Analogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru, fenomena, atau gejala
menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dketahui
secara nyata dan dipercayai.
Contoh:
Kegiatan kepeserta didikan akan berjalan baik jika terjadi sinergitas kerja antara kepala sekolah,
guru, staf tatalaksana, pengurus organisasi peserta didik intra sekolah, dan peserta didik. Seperti
halnya kegiatan belajar, untuk mewujudkan hasil yang baik diperlukan sinergitas antara ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
5. Hubungan Antarfenomena
Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan antarfenomena atau gejala
sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta
didik. Di sinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan
antarfenonena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.
Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang satu
dengan datu atau beberapa fakta yang lain.Suatu simpulan yang menjadi sebab dari satu atau
beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari satuatau beberapa fakta tersebut.
Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang disebut dengan penalaran
induktif sebab-akibat. Penalaran induksi sebab akibat terdiri dri tiga jenis.
•
•
•
Hubungan sebab–akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat, hal-hal yang
menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik simpulan yang berupa
akibat.
Contoh:
Bekerja keras, belajar tekun, berdoa, dan tidak putus asa adalah faktor pengungkit
yang bisa membuat kita mencapai puncak kesuksesan.
Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-hal yang
menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik simpulan yang
merupakan penyebabnya.
Contoh :
Akhir-ahir ini sangat marak kenakalan remaja, angka putus sekolah, penyalahgunaan
Nakoba di kalangan generasi muda, perkelahian antarpeserta didik, yang disebabkan
oleh pengabaian orang tua dan ketidaan keteladanan tokoh masyarakat, sehingga
mengalami dekandensi moral secara massal.
Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan sbab-akibat 1 –akibat
2, suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat yang pertama
menjadi penyebab, sehingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi
penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
Contoh:
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 146
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, hidupnya terisolasi. Keterisolasian itu
menyebabkan mereka kehilangan akses untuk melakukan aktivitas ekonomi, sehingga
muncullah kemiskinan keluarga yang akut. Kemiskinan keluarga yang akut
menyebabkan anak-anak mereka tidak berkesempatan menempuh pendidikan yang
baik. Dampak lanjutannya, bukan tidak mungkin terjadi kemiskinan yang terus
berlangsung secara siklikal.
6. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau
melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran
IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap
ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata
untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut
tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan
harus disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)membuat
laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan
tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid mempersiapkan
perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru
menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah
yanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid
dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga
tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba
dimaksud dijelaskan berikut ini.
a. Persiapan
• Menentapkan tujuan eksperimen
• Mempersiapkan alat atau bahan
• Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didikserta alat
atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan
melaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi
beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran
• Memertimbangkanmasalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau
menghindari risiko yang mungkin timbul
• Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa-tahapan
yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau
membahayakan.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 147
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
b. Pelaksanaan
•
•
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamati
proses percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan
baik.
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya memperhatikan situasi
secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalahmasalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.
c.
1)
2)
3)
4)
Tindak lanjut
Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru
Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik
Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen.
Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama
eksperimen.
5) Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat yang
digunakan
A. Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif? Pembelajaran kolaboratif merupakan
suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah.
Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan
dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja
rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan
guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau
manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah
yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran
kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah
peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas
peserta didik terutama jika mereka
berhubungan atau berinteraksi dengan yang
lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu,
peserta didik berinteraksi dengan empati,
saling
menghormati,
dan
menerima
kekurangan atau kelebihan masing-masing.
Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin peserta didik
menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar secara bersama-sama.
Hasil penelitian Vygotsky membuktikan bahwa ketika peserta didik diberi tugas untuk dirinya
sediri, mereka akan bekerja sebaik-baiknya ketika bekerjasama atau berkolaborasi dengan
temannya. Vigotsky merupakan salah satu pengagas teori konstruktivisme sosial. Pakar ini sangat
terkenal dengan teori “Zone of Proximal Development” atau ZPD. Istilah ”Proximal” yang
digunakan di sini bisa bermakna “next“.
Menurut Vygotsky, setiap manusia (dalam konteks ini disebut peserta didik) mempunyai potensi
tertentu. Potensi tersebut dapat teraktualisasi dengan cara menerapkan ketuntasan belajar
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 148
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
(mastery learning). Akan tetapi di antara potensi dan aktualisasi peserta didik itu terdapat
terdapat wilayah abu-abu. Guru memiliki berkewajiban menjadikan wilayah “abu-abu”yang ada
pada peserta didik itu dapat teraktualisasi dengan cara belajar kelompok.
Seperti termuat dalam gambar, Vygostsky mengemukakan tiga wilayah yang tergamit dalam ZPD
yang disebut dengan “cannot yet do”, “can do with help“, dan “can do alone“. ZPD merupakan
wilayah “can do with help”yang sifatnya tidak permanen, jika proses pembelajaran mampu
menarik pebelajar dari zona tersebut dengan cara kolaborasi atau pembelajaran kolaboratif.
Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif.
Dua sifat berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga
berkaitan dengan pendekatan baru dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat
keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif.
1. Guru dan peserta didik saling berbagi informasi.
Dengan pembelajaran kolaboratif, peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai dan
membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep
pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi
pembelajaran. Di sini, peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer belajar
ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara rijid.
Contoh:
Jika guru mengajarkan topik “hidup bersama secara damai.” Peserta didik yang mempunyai
pengalaman yang berkaitan dengan topik tersebut berpeluang menyatakan sesuatu pada sesi
pembelajaran, berbagi idea, dan memberi garis-garis besar arus komunikasi antar peserta didik.
Jika peserta didikmemahami dan melihat fenomena nyata kehidupan bersama yang damai itu,
pengalaman dan pengetahuannya dihargai dan dapat dibagikan dalam jaringan pembelajaran
mereka. Mereka pun akan termotivasi untuk melihat dan mendengar. Di sini peserta didik juga
dapat merumuskan kaitan antara proses pembelajaran yang sedang dilakukan dengan dunia
sebenarnya.
2. Berbagi tugas dan kewenangan.
Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta
didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta didik menimba
pengalaman mereka sendiri, berbagi strategi dan informasi, menghormati antarsesa,
mendoorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta
memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran secara terbuka dan bermakna.
•
•
Guru sebagai mediator.
Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai mediator atau
perantara. Guru berperan membantu menghubungkan informasi baru dengan
pengalaman yang ada serta membantu peserta didik jika mereka mengalami kebutuan
dan bersedia menunjukkan cara bagaimana mereka memiliki kesungguhan untuk belajar.
Kelompok peserta didik yang heterogen.
Sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didk yang tumbuh dan berkembang sangat
penting untuk memperkaya pembelajaran di kelas. Pada kelas kolaboratif peserta
didikdapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan mereka, berbagi informasi,serta
mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik lainnya. Dengan cara
seperti ini akan muncul “keseragaman” di dalam heterogenitas peserta didik.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 149
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Contoh Pembelajaran Kolaboratif
Guru ingin mengajarkan tentang konsep, penggolongan sifat, fakta, atau mengulangi
informasi tentang objek. Untuk keperluan pembelajaran ini dia menggunakan media sortir
kartu (card sort). Prosedurnya dapat dilakukan seperti berikut ini.
• Kepada peserta didik diberikan kartu indeks yang memuat informasi atau contoh yang
cocok dengan satu atau lebih katagori.
• Peserta didik diminta untuk mencari temannya dan menemukan orang yang memiliki
kartu dengan katagori yang sama.
• Berikan kepada peserta didik yang kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepada
rekanhya.
• Selama masing-masing katagori dipresentasikan oleh peserta didik, buatlah catatan
dengan kata kunci (point) dari pembelajaran tersebut yang dirasakan penting.
3. Macam-macam Pembelajaran Kolaboratif
Banyak merode yang dipakai dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Beberapa di antaranya
dijelaskan berikut ini.
• JP = Jigsaw Proscedure
Pembelajaran dilakukan dengan cara peserta didik sebagai anggota suatu kelompok
diberi tugas yang berbeda-beda mengenai suatu pokok bahasan. Agar masing-masing
peserta didik anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan
dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasari
pada rata-rata skor tes
kelompok.
•
STAD = Student Team Achievement Divisions
Peserta didik dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggotaanggota dalam setiap kelompok bertindak saling membelajarkan. Fokusnya adalah
keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan
demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan
individu peserta didik lainnya. Penilaian didasari pada pencapaian hasil belajar
individual maupun kelompok peserta didik.
•
CI = Complex Instruction
Titik tekan metode ini adalam pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada
penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika, dan ilmu pengetahuan sosial.
Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua peserta didiksebagai
anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam
pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para
peserta didik yang sangat heterogen. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja
kelompok.
•
TAI = Team Accelerated Instruction
Metodeini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/kolaboratif dengan
pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap peserta didik sebagai anggota
kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah
itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama
telah diselesaikan dengan benar, setiap peserta didik mengerjakan soal-soal
berikutnya. Namun jika seorang peserta didik belum dapat menyelesaikan soal tahap
pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 150
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasari
pada hasil belajar individual maupun kelompok.
•
CLS = Cooperative Learning Stuctures
Pada penerapan metode pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota
dua peserta didik (berpasangan). Seorang peserta didik bertindak sebagai tutor dan
yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee.
Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan
terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua
peserta didik yang saling berpasangan itu berganti peran.
•
LT = Learning Together
Pada metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan peserta didik yang
beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set
lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok.
•
TGT = Teams-Games-Tournament
Pada metode ini, setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu
kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat
kemampuan masing-masing. Penilaian didasari pada jumlah nilai yang diperoleh
kelompok peserta didik.
•
GI = Group Investigation
Pada metode ini semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu
penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok
menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan
melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum
kelas. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.
•
AC = Academic-Constructive Controversy
Pada metode ini setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada
dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masingmasing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain.
Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas
pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi,
kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap
anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.
•
CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition
Pada metode pembelajaran ini mirip dengan TAI. Metode pembelajaran ini
menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam pembelajaran
ini, para peserta didik saling menilai kemampuan membaca, menulis dan tata bahasa,
baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.
a.
Pemanfaatan Internet
Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif.
Karena memang, internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 151
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah. Saat ini internet telah
menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi peserta didik atau
siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia.
Penggunaan internet disarakan makin mendesak sejalan denan perkembangan
pengetahuan terjadi secara eksponensial. Masa depan adalah milik peserta didik
yang memiliki akses hampir ke seluruh informasi tanpa batas dan mereka yang
mampu memanfaatkan informasi diterima secepat mungkin.
Daftar Pustaka
Allen, L. (1973). An Examination of the Ability of Third Grade Children from the Science
Curriculum Improvement Study to Identify Experimental Variables and to Recognize
Change. Science Education, 57, 123-151.
Padilla, M., Cronin, L., & Twiest, M. (1985). The Development and Validation of the Test of
Basic Process Skills. Paper Presented at the Annual meeting of the National Association for
Research in Science Teaching, French Lick, IN.
Quinn, M., & George, K. D. (1975). Teaching Hypothesis Formation. Science Education, 59,
289-296.
Science Education, 62, 215-221.
Thiel, R., & George, D. K. (1976). Some Factors Affecting the use of the Science Process Skill
of Prediction by Elementary School Children. Journal of Research in Science Teaching, 13,
155-166.
Tomera, A. (1974). Transfer and Retention of Transfer of the Science Processes of
Observation and Comparison in Junior High School Students.Science Education, 58, 195203.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 152
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO 2.1.2
PENERAPAN PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC APPROACH)
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA/ SMK
1. Pengantar
Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran,karena, diyakini pendekatan ilmiah sebagai titian emas perkembangan dan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik, dinyatakan bahwa
untuk jenjang SMP dan SMA atau yang sederajat pelaksanaan proses pembelajaran
menggunakan pendekatan ilmiah (SCIENTIFIC APPROACH). Proses pembelajaran pada
pendekatan ini menyentuh tiga ranah belajar, yaitu: sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menyentuh
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah
keterampilan menyentuh transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
“tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menyentuh transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah diharapkan peserta didik mampu
melakukan peningkatan dan keseimbangan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills)
dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard
skills ) yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
2. Pendekatan dalam Pembelajaran
Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran meliputi: mengamati, menanya, menalar,
mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata
pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin
pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi
seperti ini, proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah
dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Langkah-langkah pembelajaran
dengan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sebagai berikut.
1) Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan
media obyek secara nyata dengan tujuan agar peserta didik senang dan tertantang,
serta memudahkan pelaksanaannya.Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dapat
dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut,
a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi;
b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi;
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer
maupun sekunder;
d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi;
e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar;
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 153
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat
tulis lainnya.
2) Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar
dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia
mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah pertanyaan tidak
selalu melalui bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dalam bentuk “pernyataan” asal
kedua menginginkan tanggapan verbal.
Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif?
Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimat efektif!
a. Fungsi bertanya
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu
tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan
untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untukmenunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi
pembelajaran yang diberikan.
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan
bahasa yang baik dan benar.
Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat
atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial
dalam hidup berkelompok.
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati
satu sama lain.
b. Kriteria Pertanyaan yang Baik
Singkat dan jelas.
Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang
menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang?
(2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 154
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
narkotika dan obat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih
jelas dibandingkan dengan pertanyaan pertama.
Menginspirasi jawaban.
Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting
pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat
kerukukan beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba
jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal membangun
kerukunan umat beragama? Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka
merupakan contoh yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta
menjawab pertanyaan.
Memiliki fokus.
Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan? Untuk
pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta didik diminta
memunculkan satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya
menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan sumber
daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain,
peserta didik yang keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan
yang luas seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi
penyebab kemiskinan? Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada
peserta didik secara perorangan.
Bersifat probing atau divergen.
Contoh: (1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah peserta didik harus
rajin belajar?(2) Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar cenderung
menjadi putus sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh peserta didik
dengan Ya atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang
bervariasi urutan jawaban dan penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot
kebenaran yang sama.
Bersifat validatif atau penguatan.
Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik yang
berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu
dimaksudkan untuk memvalidsi atau melakukan penguatan atas jawaban peserta
didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban
yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka
memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan.
Contoh:
o
o
Guru: “mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?
Peserta didik I: “karena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang
bekerja.”
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 155
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
o
o
o
o
o
Guru: “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
Peserta didik II: “karena lebih banyak diam ketimbang bekerja, orang yang
malas tidak produktif”
Guru : “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
Peserta didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan
waktu terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.”
dan seterusnya
Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.
Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang
cukup untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata.
Karena itu, setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa
saat sebelum meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan
itu.
Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada peserta didik yang bisa menjawah dengan
baik, sangat dianjurkan guru mengubah pertanyaannya. Misalnya: (1) Apa faktor
picu utama Belanda menjajah Indonesia?; (2) Apa motif utama Belanda menjajah
Indonesia? Jika dengan pertanyaan pertama guru belum memperoleh jawaban yang
memuaskan, ada baiknya dia mengubah pertanyaan seperti pertanyaan kedua.
Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif.
Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat
kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban
dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat
fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif yang lebih tinggi,
seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci
pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.
Merangsang proses interaksi.
Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana
menyenangkan pada diri peserta didik. Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan
pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan
jawabannya. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa
orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pola
bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.
3) Menalar
Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran
asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 156
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwaperistiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain.
Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan
berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal
sebagai asosiasi atau menalar.
Menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus- kasus yang
bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat
umum.Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi
atau pengalaman empirik.
Menalar secara deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari
pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang
bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja
menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus.
4) Analogi dalam Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru dan pesert didik sering kali menemukan fenomena
yang bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian, guru dan peserta didik
adakalamua menalar secara analogis. Analogi adalah suatu proses penalaran dalam
pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang mempunyai kesamaan
atau persamaan.
5) Hubungan antarfenomena
Hubungan antarfenomena akan mempertajam daya nalar peserta didik. Di sinilah esensi
bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan antarfenonena
atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat.
Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa fakta yang
satu dengan satu atau beberapa fakta yang lain. Suatu simpulan yang menjadi sebab dari
satu atau beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari satu atau beberapa
fakta tersebut.
Pendekatan ilmiah dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu
filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas. Kolaborasi esensinya
merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai
kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja untuk
memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama. Pada
pembelajaran kolaboratif kewenangan dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau
manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 157
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
6) Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba
atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada
mata pelajaran Bahasa, misalnya, peserta didik harus memahami konsep-konsep
penggunaan bahasa yang baik dan benar dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan
bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai
dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar
teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan
mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan
menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat laporan
dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya
merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid; (2) Guru bersama murid
mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan; (3) Perlu memperhitungkan tempat
dan waktu; (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid; (5)
Guru membicarakan masalah yang akan yang akan dijadikan eksperimen; (6) Membagi
kertas kerja kepada murid; (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru,
dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secara klasikal.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 158
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
3. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan
Kelas/Semester
Mata Pelajaran
Topik
Pertemuan KeAlokasi Waktu
:
:
:
:
:
:
SMA
X/1
Bahasa Indonesia
Komunikasi dalam Kehidupan
2 jam pelajaran
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perlaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaran, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
mintanya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya
sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa
3.2 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan
bahasa Indonesia untuk membuat anekdot mengenaipermasalahan sosial, lingkungan,
dan kebijakan publik
3.3 Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur
kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan.
3.4 Menginterpretasi makna teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan
negosiasi baik secara lisan maupun tulisan
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 159
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
a. Menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan
bangsa
b. Memiliki sikap tanggung jawab peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa
Indonesia untuk membuat anekdot baik melalui lisan maupun tulisan dengan kreatif
c. Mengidentifikasi struktur dan kaidah pembuatan anekdot dalam bahasa bahasa Indonesia
baik secara lisan maupun tulisan
d. Menyusun dengan tepat teks anekdot baik secara lisan maupun tulisan dengan tepat.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran siswa dapat mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan
bahasa Indonesia dan menggunakannnya dalam menyusun anekdot sesuai dengan kaidah
dan konteks untuk mempersatukan bangsa.
E. Materi Pembelajaran
• Ragam (Bentuk) Bahasa
a. Bahasa lisan meliputi:
- Ragam bahasa cakapan
- Ragam bahasa pidato
- Ragam bahasa kuliah
- Ragam bahasa panggung
Ciri-ciri bahasa lisan:
- langsung;
- tidak terikat ejaan tetapi terikat situasi pembicaraan
- tidak efektif
- kalimatnya pendek-pendek
- kalimat sering terputus- tidak lengkap
- lagu kalimat situasional
b. Bahasa tulisan meliputi:
- ragam bahasa teknis;
- ragam bahasa undang-undang;
- ragam bahasa catatan; dan
- ragam bahas surat.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis:
- santun;
- efektif;
- bahasa disampaikan sebagai upaya komunikasi satu pihak;
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 160
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
-
ejaan digunakan sebagai pedoman; dan
penggunaan kosa-kata pada dasarnya sudah dibakukan.
• Kaidah Bahasa Indonesia
a. Ejaan dan pungtuasi
b. Kata baku dan tidak baku
• Pengertian dan konsep anekdot
• Penggunaan Bahasa Indonesia sesuai dengan konteks
F. Alokasi waktu
2 x 45 Menit
G. Strategi/Metode/Pendekatan Pembelajaran
a.
b.
Model Pembelajaran Saintifik
Metode: eksplorasi, elaborasi, konfirmasi.
H. Kegiatan Pembelajaran
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
Pendahuluan
1. Siswa merespon salam dan pertanyaan dari
guru berhubungan dengan kondisi dan
pembelajaran sebelumnya.
2. Siswa menerima informasi tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3. Siswa menerima informasi kompetensi, materi,
tujuan, dan langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Inti
1. Siswa mendapatkan fotokopi anekdot dan
nego- siasi dari koran yang dibagikan guru.
2. Siswa mencermati penggunaan bahasa dan
kaidah penulisan anekdot dan negosiasi pada
koran
3. Siswa menganalisis penggunaan kaidah bahasa
Indonesia dalam tulisan tersebut.
4. Siswa mengidentifikasi kata atau kalimat yang
tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
5. Siswa merespon pertanyaan tentang hal-hal
yang berhubungan dengan penggunaan kaidah
bahasa Indonesia.
6. Siswa mengamati dan mendata objek yang akan
dijadikan bahan tulisan.
7. Siswa menuliskan hasil pengamatan ke dalam
ALOKASI
WAKTU
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 161
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kegiatan Penutup
I.
rubrik yang telah disediakan tentang
penggunaan bahasa Indonesia sesuai dengan
kaidah dan konteks
8. Siswa mempresentasikan melalui permainan
peran, kemudian saling mengoreksi hasil
presentasi tersebut dengan memberikan saran
perbaikan untuk penyempurnaan.
9. Siswa memperbaiki hasil tulisan berdasarkan
saran dari kelompok lain sesuai dengan rubrik
yang diberikan oleh guru.
10.Bersama
guru,
siswa
mengidentifikasi
hambatan yang dialami saat menulis.
11.Siswa menyimak umpan balik dari guru atas
pernyataan mereka tentang hambatan dalam
menulisdan hasil observasi guru pada saat siswa
berdiskusi.
12.Siswa
menyempurnakan
kembali
hasil
tulisannya berdasarkan umpan balik dari
kelompok lain dan guru.
13.Guru memberikan penghargaan terhadap
tulisan yang terbaik dari kelompok.
1. Siswa bersama guru menyimpulkan
pembelajaran
2. Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilakukan.
3. Siswa dan guru merencanakan tindak lanjut
pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
SUMBER/MEDIA PEMBELAJARAN
a. Sumber :
b. Media : Poster, anekdot dalam surat kabar
J.
Penilaian Proses dan Hasil Belajar
a. Menggunakan bahasa Indonesia
sesuai dengan kaidah dan
konteks untuk mempersatukan
bangsa
Penilaian
Observasi
Bentuk
Instrumen
Lembar
penilaian sikap
b. Memiliki sikap tanggung jawab]
peduli, responsif, dan santun
dalam menggunakan bahasa
1. Penilaian
Observasi
kinerja
1. Tes tertulis.
2. Rubrik
penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi
Teknik Penilaian
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 162
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Indonesia untuk membuat
anekdot baik melalui lisan
maupun tulisan dengan kreatif
penulisan
laporan.
kinerja.
1. Latihan
menyusun
teks anekdot,.
1. Lembaran
tugas
latihan.
2. Rubrik
penilaian
latihan.
c. Mengidentifikasi struktur dan
kaidah pembuatan anekdot
dalam bahasa bahasa Indonesia
baik secara lisan maupun tulisan
d. Menyusun dengan tepat teks
anekdot baik secara lisan
maupun tulisan.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 163
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
Lampiran 1 Lembar Pengamatan
LEMBAR PENGAMATAN SIKAP
Mata Pelajaran :..................................................................................................
Kelas/Semester:....................................................................................................
Tahun Ajaran
:....................................................................................................
Waktu Pengamatan: ............................................................................................
Bubuhkan tanda V pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
Penggunaan Diksi
No.
Keefektifan Kalimat
Kesesuaian konteks
1
1
Nama Siswa
1
2
3
4
2
3
4
2
3
4
1.
2.
3
4
5
Keterangan
1 = kurang
2 = sedang
3 = baik
4 = sangat baik
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 164
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
Lampiran 2: Lembar Pengamatan
LEMBAR PENGAMATAN PERKEMBANGAN AKHLAK DAN KEPRIBADIAN
Mata Pelajaran :..................................................................................................
Kelas/Semester:....................................................................................................
Tahun Ajaran
:....................................................................................................
Waktu Pengamatan: ............................................................................................
Karakter yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah kerja keras dan tanggung jawab.
Indikator perkembangan karakter kreatif, komunikatif, dan kerja keras
1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
2. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
3. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
4. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten
Bubuhkan tanda V pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
Kreatif
No.
Komunikatif
Kerja keras
Nama Siswa
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
MK
1.
2.
3
4
5
6
7
10
11
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 165
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
Pedoman Penskoran
Aspek
Siswa menjawab pernyataan benar dengan alasan benar
Siswa menjawab pernyataan benar tapi tidak didukung oleh
alasan benar
Siswa menjawab pernyataan salah
SKOR MAKSIMAL
Skor
3
2
1
6
Soal Nomor 2 dan 3
Rubrik penilaian
No.
1.
2.
3.
Kriteria Penilaian
Pilihan kata
a. tepat dan sesuai
b. kurang tepat dan sesuai
c. tidak tepat dan sesuai
Kalimat
a. mudah dipahami
b. sedikit sulit dipahami
c. sulit dipahami
Ejaan dan tanda baca
a. tidak ada yang salah
b. sedikit yang salah
c. banyak yang salah
Skor
Bobot
3
2
1
5
2
1
0
3
2
1
0
2
Jakarta, Juni 2013
Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 166
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SUBMATERI PELATIHAN:
2.2 MODEL PEMBELAJARAN
Langkah Kegiatan Inti
Mengamati
tayangan
pembelajaran
Diskusi
Kelompok
(Focus Group
Discussion)
Kerja
Kelompok
20 Menit
30 Menit
40 Menit
Mengamati tayangan tigaj enis model pembelajaran (Project Based Learning, Problem Based
Learning, dan Discovery Learning).
Menerapkan Focus Group Discussion untuk mengidentifikasi karakteristik tiga model
pembelajaran.
Kerja kelompok untuk mengidentifikasi penerapan Pendekatan Scientific pada tiga model
pembelajaran.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 167
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 168
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 169
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 170
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING )
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2013
!
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 171
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Definisi/Konsep
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk
belajar.
Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis
masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real world)
Definisi/Konsep
lanjutan......
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
metode pembelajaran yang menantang peserta didik
untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan
dunia nyata.
Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat
peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran
yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik,
sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi
yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan
Kelebihan PBL
(1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna.
Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar
memecahkan suatu masalah maka mereka akan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau
berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan.
Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas
ketika peserta didik/mahapeserta didik berhadapan
dengan situasi di mana konsep diterapkan
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 172
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kelebihan PBL
lanjutan....... .....
(2) Dalam situasi PBL, peserta didik/mahapeserta didik
mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan.
Kelebihan PBL
lanjutan...... ......
(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif peserta didik/mahapeserta didik
dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja
kelompok.
Langkah-langkah Operasional dalam
Proses Pembelajaran
1. Konsep Dasar (Basic Concept)
Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi,
atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran
tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih
cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan
mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan
pembelajaran
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 173
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Langkah-langkah Operasional dalam
Proses Pembelajaran
lanjutan........
2. Pendefinisian Masalah (Defining the
Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau
permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai
kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok
mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap
skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul
berbagai macam alternatif pendapat
Langkah-langkah Operasional dalam
Proses Pembelajaran
lanjutan........
3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat
memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang
dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan
di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam
bidang yang relevan.
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar
peserta didik mencari informasi dan mengembangkan
pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah
didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan
satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi
tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
Langkah-langkah Operasional dalam
Proses Pembelajaran
lanjutan........
4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan
pendalaman materi dalam langkah pembelajaran
mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta
didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk
mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini
dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul
sesuai kelompok dan fasilitatornya.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 174
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Langkah-langkah Operasional dalam
Proses Pembelajaran
lanjutan........
5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap
(attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang
mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan
dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan
alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian.
Contoh Penerapan
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas,
peserta didik terlebih dahulu diminta untuk
mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.
Kemudian peserta didik diminta mencatat masalahmasalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik
untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang
ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk
bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan
pendapat yang berbeda dari mereka.
Contoh Penerapan
lanjutan..........
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh
pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat
dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara
lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan
bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik
diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang
apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan
aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam
rangka mencapai penguasaan standar kompetensi,
kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 175
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Contoh Penerapan
lanjutan..........
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh
pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat
dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara
lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan
bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik
diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang
apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan
aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam
rangka mencapai penguasaan standar kompetensi,
kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
Contoh Penerapan
lanjutan..........
Tahapan-Tahapan Model PBL
F AS E-F AS E
P ER ILAK U GU R U
F ase 1
•
O r ie n ta s i p e s er ta d i d i k ke pa d a
m a s alah
•
M en j e la s kan t uj u a n p e mb e l ajar a n, m en j e l as ka n
l o gi s tik yg di b u tu h ka n
M e m o ti va s i p e se r ta d i d ik un t uk te rl ib at a kt if
d ala m p e m eca h an m as a la h y an g d i p ili h
F ase 2
M en g or ga n i sa s ik an p es e r ta d i d ik
M em b a nt u p e s e rt a d id ik m en d e fi n is ika n
d a n me n go r ga n i sa s ik an tu g as b el aja r ya n g
b e rh u b u n ga n d e n ga n m a s al ah te rs e b u t
F ase 3
M em b i m bi n g p e ny e lid ik an in d i vid u
d a n ke l o m po k
M en d o ro n g p e s er t a d id i k u nt u k m en g u m pu l ka n
i n fo r m as i y an g s e s ua i , m e la ks a na ka n e ks p e rim e n
u n tu k m e n d ap a tka n pe n j el as a n d a n p e m ec ah an
m a s al ah
F ase 4
M en g em b an g ka n d a n m e ny aji ka n
h a si l kar ya
M em b a nt u p e s e rt a d id ik d al am m e re n can a ka n
d a n m e n yi ap ka n kar ya y an g s e s u ai s e p e rt i
l a po r an , m o de l d a n b e rb a gi tu ga s de n ga n t e ma n
F ase 5
M en g an ali s a d an m en g ev al u as i pr o s es
p e m eca h an m as a la h
M en g ev al u as i h a s il b ela ja r te n t an g m at e ri y an g
t el a h d ip el a ja ri / me m i n ta ke l o m p ok p r e se n ta s i
h a s il ke rj a
Sistem Penilaian
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian
terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester
(UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan
laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat
bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian
terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu
keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama
dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian
untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran
yang bersangkutan.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 176
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Sistem Penilaian
lanjutan....... .....
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment.
Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan
yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk
melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka
pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL
dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.
Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri
terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada
tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam
belajar.
Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk
memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas
yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.
Terima Kasih
!"
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 177
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 178
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 179
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 180
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 181
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 182
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 183
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO-2.2-1
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
(PROJECT BASED LEARNING)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 184
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
A. KONSEP/DEFINISI
Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based Learning=PjBL)adalah metoda pembelajaran
yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi,
penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil
belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis
Proyekdirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta
didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.
Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a
guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan
terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus
berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha
peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda,
maka Pembelajaran Berbasis Proyekmemberikan kesempatan kepada para peserta didik
untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi
dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis
Proyekmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan
berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran Berbasis Proyekdapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan
Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai
institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan industri harus
dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk
bekerja dibidang masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik di SMK
diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan
demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis proyek.
Pembelajaran Berbasis Proyekmemiliki karakteristik sebagai berikut:
1. peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
2. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
3. peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan
yang diajukan;
4. peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola
informasi untuk memecahkan permasalahan;
5. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6. peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 185
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
7. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
8. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Peran instruktur atau guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyeksebaiknya sebagai fasilitator,
pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya
imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyekantara lain berikut
ini.
1. Pembelajaran Berbasis Proyekmemerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang komplek.
2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki
system baru.
3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur memegang peran
utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau
tidak menguasai teknologi.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.
Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, dan akan lebih
menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang
kelas, seperti: traditional class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian tugas
kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah suasana
belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat dilakukan di taman, artinya belajar tidak harus
dilakukan di dalam ruang kelas.
B. FAKTA EMPIRIK KEBERHASILAN
Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyekdapat dijelaskan
sebagai berikut.
1.
Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
a.
Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka
untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
b.
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
c.
Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks.
d.
Meningkatkan kolaborasi.
e.
Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi.
f.
Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
g.
Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
h.
Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan
dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 186
SMA/MA dan SMK/MAK
2.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
i.
Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
j.
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik
menikmati proses pembelajaran.
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
a.
Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
b.
Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
c.
Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur
memegang peran utama di kelas.
d.
Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
e.
Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan
mengalami kesulitan.
f.
Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
g.
Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta
didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik
harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah,
membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan
peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang
mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa
nyaman dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan
seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian, Pembelajaran Berbasis Proyek
membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan
absensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya
diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.
Pelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak-anak
bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka sering mendapatkan
lebih banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata
pelajaran lainnya. Antusias peserta didik cenderung untuk mempertahankan apa yang mereka
pelajari, bukan melupakannya secepat mereka telah lulus tes.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 187
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL
Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan dengan
diagram sebagai berikut.
Diagram 1. Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek
Penjelasan Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.
1.
Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik
yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta
didik.
2.
Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project.
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan
emikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung
dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai
subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk
membantu penyelesaian proyek.
3.
Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline
untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3)
membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing
peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek,
dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 188
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
suatu cara.
4.
Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the
Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta
didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi
peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor
bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah
rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
5.
Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,
membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6.
Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek.
Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki
kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu
temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap
pertama pembelajaran.
Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai
berikut.
1.
Peran Guru
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
Merencanakan dan mendesain pembelajaran.
Membuat strategi pembelajaran.
Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
Mencari keunikan siswa.
Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.
Membuat portofolio pekerjaan siswa.
Peran Peserta Didik
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.
Melakukan riset sederhana.
Mempelajari ide dan konsep baru.
Belajar mengatur waktu dengan baik.
Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.
Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan.
Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 189
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
C. SISTEM PENILAIAN
Penilaian pembelajaran dengan metoda Pembelajaran Berbasis Proyek harus diakukan secara
menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat
menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk.
Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Penilaian Proyek
a.
Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola
waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
tahap
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap
proyek peserta didik.
b.
Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil
akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu
dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan
laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk
poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa
daftar cek ataupun skala penilaian.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 190
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Contoh Teknik Penilaian Proyek
Mata Pelajaran
:
Nama Proyek
:
Alokasi Waktu
:
Guru Pembimbing :
Nama
:
NIS
:
Kelas
:
No.
1
2
3
ASPEK
PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
PELAKSANAAN :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data / Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
LAPORAN PROYEK :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan
TOTAL SKOR
SKOR (1 - 5)
Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses pengerjaan sampai
dengan akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu
dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan checklist.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 191
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Penilaian Produk
a.
Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat
produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni
(patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan
logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan
penilaian yaitu:
1) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik
dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
3) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan
peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b.
Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan pada tahap appraisal.
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap
semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
Contoh Penilaian Produk
Mata Ajar :
Nama Proyek
:
Alokasi Waktu
:
Nama Peserta didik :
Kelas/SMT :
No.
1
2
Tahapan
Tahap Perencanaan Bahan
Tahap Proses Pembuatan
Skor ( 1 – 5 )*
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 192
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
3
a. Persiapan Alat dan Bahan
b. Teknik Pengolahan
c. K3 (Keselamatan kerja, Keamanan dan
Kebersihan)
Tahap Akhir (Hasil Produk)
a. Bentuk Fisik
b. Inovasi
TOTAL SKOR
Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan ketentuan
semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin
tinggi nilainya.
Daftar Pustaka
Alexander, D. (2000). The learning that lies between play and academics in afterschool programs. National
Institute on Out-of-School Time. Retrieved from http://www.niost.org/Publications/papers
Admin.Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) [online]. Diakses di
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/151/hubptain-gdl-ellyikasus-7509-3-babii.pdf
(17 Oktober
2011).
Barron, B., & Darling-Hammond, L. (2008). Teaching for meaningful learning: A review of research on
inquiry-based and cooperative learning. Retrieved from http://www.edutopia.org/pdfs/edutopia-teachingfor-meaningful-learning.pdf.
Buck Institute for Education. Introduction to Project Based Learning. [Online]. Diakses di
http://www.bie.org/images/uploads/general/20fa7d42c216e2ec171a212e97fd4a9e.pdf (18 Oktober 2011).
Daniel
K.
Schneider.
2005.
Project-based
learning.
dihttp://edutechwiki.unige.ch/en/Project-based_learning (18 Oktober 2011).
[Online].
Florin, Suzanne. 2010. The Success of Project Based Learning. [Online].
http://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx (18 Oktober 2011)
Diakses
Diakses
di
Grant, M. (2009, April). Understanding projects in projectbased learning: A student’s perspective. Paper
presented at Annual Meeting of the American Educational Research Association, San Diego, CA.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 193
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Lucas,
George
.(2005).
Instructional
Module
Project
http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php. Diakses tanggal 13 Juli 2010.
Based
Learning.
Markham, T. (2003). Project-Based Learning Handbook (2nd ed.). Novato, CA: Buck Institute for Education.
Research summary: Project-based learning in middle
http://www.nmsa.org/Research/ResearchSummaries.
grades
mathematics.
Retrieved
from
ResearchSummaries/ProjectBasedLearninginMath/tabid/1570/Default.aspx.
Savery, J. R. (2006). Overview of problem-based learning: Definitions and distinctions. The Interdisciplinary
Journal of Problem-Based Learning, 1(1), 9–20. Journal of Problem-Based Learning, 3(1), 12–43.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 194
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO-2.2-2
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 195
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)
Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya,
dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang
membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta
memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan
yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari.
A. Konsep/Definisi
Definisi
1)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan
masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang
menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan
masalah dunia nyata (real world).
2)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta
didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik
pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik,
sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang
harus dipecahkan.
Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan
berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik
yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi
pembelajaran.
Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).
1)
Permasalahan sebagai kajian.
2)
Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.
3)
Permasalahan sebagai contoh.
4)
Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 196
SMA/MA dan SMK/MAK
5)
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan berikut ini.
Guru sebagai Pelatih
o Asking about thinking (bertanya
tentang pemikiran).
o Memonitor pembelajaran.
o Probbing ( menantang peserta
didik untuk berpikir ).
Peserta Didik sebagai
Problem Solver
o Peserta yang aktif.
o Terlibat langsung dalam
pembelajaran.
o Membangunpembelajaran.
o Menjaga agar peserta didik
terlibat.
Masalah sebagai Awal
Tantangan dan
Motivasi
o Menarik untuk
dipecahkan.
o Menyediakan
kebutuhan yang ada
hubungannya dengan
pelajaran yang
dipelajari.
o Mengatur dinamika kelompok.
o Menjaga berlangsungnya proses.
Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
1)
Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
2)
Pemodelan peranan orang dewasa.
Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran
sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah.
Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan.
3)
•
PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
•
PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang
lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut.
•
PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka
menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya
tentang fenomena itu.
Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat
menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh,
di bawah bimbingan guru.
Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 197
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
a. Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu
strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
b. Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diri
dan panutannya.
c. Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi
yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap
profesional.
d. Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan
peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah
terjadi proses pembelajaran yang mandiri.
e. Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan
umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan
pengalaman.
f.
Keterampilan Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok dan
pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang
mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.
g. Driving Questions :PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu
peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan
ilmu pengetahuan yang sesuai.
h. Constructive Investigations :sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan
pengetahuan para peserta didik.
i.
Autonomy :proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.
B. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran
Kelebihan Menggunakan PBL
(1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang
dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di
mana konsep diterapkan.
(2) Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik
didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang keteknikan,
terutama dalam hal sebagai berikut :
1. peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences)yang berguna untuk
memecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya;
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 198
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan
relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered;
3. peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.
Berikut adalah beberapa hasil penelitian berkaitan dengan model PBL.
1. Wagiran, dkk, 2010,Pengembangan Pembelajaran Model Problem Based Learning Dengan
Media Pembelajaran Berbantuan Komputer dalam Matadiklat Measuring Bagi Peserta
didik SMK (Hibah Bersaing Perguruan Tinggi), 2010: Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta.
Penelitian dirancang dalam tiga tahap dalam kurun waktu 3 tahun. Pada tahun pertama
penelitian bertujuan untuk merancang, membuat dan mengembangkan media
pembelajaran berbantuan komputer berikut perangkatnya dalam mendukung model
pembelajaran PBL-PBK. Pada tahun kedua, penelitian ini bertujuan untuk menerapkan
dan menguji model pembelajaran PBL-PBK dalam lingkup luas sekaligus melihat
efektivitasnya. Pada tahun ketiga, penelitian ini memfokuskan pada tahap sosialisasi
model pembelajaran PBL-PBK dalam lingkup yang lebih luas.
Penelitian dirancang menggunakan pendekatan Research and Development Sumber data
dalam penelitian ini meliputi kalangan industri permesinan, perumus kebijakan, kepala
sekolah, guru, peserta didik, dan ahli pendidikan. Penerapan model direncanakan di 5
SMK dengan metode eksperimen. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara
mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kuantitatif yaitu deskriptif,
dan komparatif.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah diperolehnya kompetensi Measuring dan
diperolehnya media pembelajaran berbantuan komputer dalam mendukung
pembelajaran PBL-PBK yang teruji. Hasil evaluasi ahli tentang kualitas media dilihat dari
sisi materi menunjukkan skor 3,38 (dalam kategori baik), dari kualitas tampilan
menunjukkan skor 3,04 (dalam kategori baik), sedangkan dari sisi pengorganisasian materi
penunjukan skornya adalah: konsistensi sebesar 2,92 (cukup baik), format sebesar 3,13
(baik), pengorganisasian sebesar 3,25 (baik), bentuk dan ukuran huruf sebesar 2,63
(cukup baik).
Hasil uji kelayakan(ujicoba) kepada peserta didik menunjukkan bahwa kualitas media
dilihat dari sisi materi menunjukkan skor 3,28 (dalam kategori baik), dari kualitas tampilan
dan daya tarik menunjukkan skor 3,30 (dalam kategori baik), sedangkan dari sisi
pengorganisasian materi penunjukan skornya adalah: sebesar 3,22 (baik) Dengan
demikian media berbantuan komputer dalam matadiklat measuring layak untuk
diterapkan.
Media berbantuan komputer yang disusun telah memnuhi aspek kelayakan baik dari segi
teoritis maupun dari segi empiris. Tedapat tiga pola implementasi pembelajaran
menggunakan media berbantuan komputer yaitu: (a) sebagai media tayamg, (b) sebagai
media pendukung praktek, dan (c) sebagai media pembelajaran individual dan interaktif.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 199
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Dian Mala Sari, Pebriyenni ., Yulfia Nora, 2013, Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar
Peserta didik Kelas IVB dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Problem Based Learning di
SDN 20 Kurao Pagang, Faculty of Education, Bung Hatta University
Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya partisipasi peserta didik kelas IVB pada
pembelajaran IPS. Yang berdampak terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peningkatan partisipasi dan hasil belajar
peserta didik kelas IVB dalam pembelajaran IPS melalui model PBL di SDN 20 Kurao
Pagang. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara
partisipan.
Subjek penelitian ini peserta didik kelas IVB SDN 20 Kurao Pagang. Instrumen penelitian
yang digunakan lembar observasi partisipasi peserta didik, lembar observasi aktivitas
guru, tes hasil belajar dan catatan lapangan. Hasil penelitian diketahui bahwa partisipasi
dalam menjawab pertanyaan meningkat dari 52,5 % di siklus I menjadi 70%, di siklus II.
Partisipasi peserta didik menanggapi jawaban meningkat dari 40% di siklus I menjadi 65%
di siklus II, dan partisipasi peserta didik dalam presentasi meningkat dari 27,5% di siklus I
menjadi 67,5% di siklus II. Hasil belajar peserta didik siklus I meningkat dari 57,25%
menjadi 72,75% di siklus II. Sedangkan persentase ketuntasan belajar yang ditentukan
70%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi dan hasil belajar peserta
didik kelas IVB dapat ditingkatkan melalui model PBL dalam pembelajaran IPS di SDN 20
Kurao Pagang.
C.
Langkah-langkah Operasional Imlementasi dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai basis model
dilaksanakan dengan cara mengikuti lima langkah PBL dengan bobot atau kedalaman setiap
langkahnya disesuaikan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.
1.
Konsep Dasar (Basic Concept)
Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi,
atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’
yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untuk
memastikan peserta didik memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidak
ada kemungkinan terlewatkan oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika peserta
didik mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan
dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat mengembangkannya secara
mandiri secara mendalam.
2.
Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam
kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yang
dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 200
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai
macam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang sama dalam
memberikan dan menyampaikan ide dalam diskusi serta mendokumentasikan secara
tertulis pendapat masing-masing dalam kertas kerja.
Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario
tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya. Jika ada peserta didik yang
mengetahui artinya, segera menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang
belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahan
kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok
tersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok.
Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga,
menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk
mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator
memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan yang diinginkan oleh
fasilitator belum disinggung oleh peserta didik, fasilitator mengusulkannya dengan
memberikan alasannya. Pada akhir langkah peserta didik diharapkan memiliki gambaran
yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan
pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya. Untuk memastikan
setiap peserta didik mengikuti langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan
mengikuti petunjuk.
3.
Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber
yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat
dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan
pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1)
agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan
dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan
dan dapat dipahami.
Di luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk mengadakan pertemuan
dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut peserta didik akan saling
bertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka
bangun. Peserta didik juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan, sehingga
anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap permasalahan yang dihadapi.
4.
Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah
pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi
dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara
peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 201
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik menyampaikan hasil
pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri untuk
mendapatkan kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam pleno
(kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir,
dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini
maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
5.
Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup
seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian
tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan
dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,
kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian
untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
D. Contoh Penerapan
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu
diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik
diminta mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang
peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah
mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan
pendapat yang berbeda dari mereka.
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru
memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik,
antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik
diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari.
Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam
rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi
pembelajaran.
Tabel 1: Tahapan-Tahapan Model PBL
FASE-FASE
Fase 1
Orientasi peserta didik kepada
masalah.
PERILAKU GURU
• Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yg dibutuhkan.
• Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 202
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
FASE-FASE
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik.
Fase 3
Membimbing penyelidikan
individu dan kelompok.
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya.
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
PERILAKU GURU
Membantu peserta didik mendefinisikan
danmengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Membantu peserta didik dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, model dan berbagi tugas dengan
teman.
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari /meminta kelompok presentasi
hasil kerja.
Fase 1: Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitasaktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting
dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta
didik dan juga oleh guru. serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses
pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik
dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu
dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai berikut.
1. Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi
baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah
penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.
2. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak
“benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak
penyelesaian dan seringkali bertentangan.
3. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai
pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk
bekerja mandiri atau dengan temannya.
4. Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang
akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi
peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide
mereka.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 203
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Fase 2: Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar
Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL
juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah
sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru
dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok
peserta didik dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan
masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus
heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor
sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja
masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama
pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk
kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik
yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada
tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam
sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan
penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan
teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter
yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan,
dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan
aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai
mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar
peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun
ide mereka sendiri.
Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta didik
untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai
pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan
tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan
penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran
pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua ide-idenya
dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan
yang membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang
mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 204
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran.
Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan
situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari
situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia.
Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik.
Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai
organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta
didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi
“penilai” atau memberikan umpan balik.
Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu
peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan
penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta
peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan
selama proses kegiatan belajarnya.
E.
Sistem Penilaian
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup
seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian
tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik
software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian
terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi
dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran.
Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan.
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat
dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan
peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu
dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan
dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.
1.
Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan
hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu
sendiri dalam belajar.
2.
Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap
upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman
dalam kelompoknya.
Penilaian yang relevan dalam PBL antara lain berikut ini.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 205
SMA/MA dan SMK/MAK
1.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Penilaian kinerja peserta didik.
Pada penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau
mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu, seperti menulis
karangan, melakukan suatu eksperimen, menginterpretasikan jawaban pada suatu
masalah, memainkan suatu lagu, atau melukis suatu gambar.
2.
Penilaian portofolio peserta didik.
Penilaian portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu
periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik dapat berupa hasil karya terbaik
peserta didik selama proses belajar, pekerjaan hasil tes, piagam penghargaan, atau
bentuk informasi lain yang terkait kompetensi tertentu dalam suatu mata pelajaran.
Dari informasi perkembangan itu peserta didik dan guru dapat menilai kemajuan belajar
yang dicapai dan peserta didik terus berusaha memperbaiki diri. Penilain dengan
portofolio dapat dipakai untuk penilaian pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif.
Penilaian kolaboratif dalam PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self assesment) dan
peer assesment.
Self assessment adalah penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri terhadap
usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai
oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar. Peer assessment adalah penilian dimana
peserta didik berdiskusi untuk memberikan penilaian upaya dan hasil penyelesaian tugastugas yang diselesaikan sendiri maupun teman dalam kelompoknya.
3.
Penilaian Potensi Belajar
Penilaian yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar peserta didik yaitu mengukur
kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-temannya yang
lebih maju. PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan masalah memungkinkan peserta
didik untuk mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan belajarnya.
4.
Penilaian Usaha Kelompok
Menilai usaha kelompok seperti yang dlakukan pada pembelajaran kooperatif dapat
dilakukan pada PBL. Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetisi merugikan yang
sering terjadi, misalnya membandingkan peserta didik dengan temannya. Penilaian dan
evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah menilai
pekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai hasil pekerjaan mereka dan
mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama.
Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan peserta didik tersebut,
penilaian ini antara lain: 1).assesment kerja, 2). assesment autentik dan 3). portofolio.
Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana peserta didik
merencanakan pemecahan masalah, melihat bagaimana peserta didik menunjukkan
pengetahuan dan keterampilannya.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 206
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Penilaian kinerja memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dapat mereka
lakukan dalam situasi yang sebenarnya. Sebagian masalah dalam kehidupan nyata bersifat
dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan konteks atau lingkungannya, maka di
samping pengembangan kurikulum juga perlu dikembangkan model pembelajaran yang
sesuai tujuan kurikulum yang memungkinkan peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan kerangka berpikir dalam memecahkan masalah serta kemampuannya
untuk bagaimana belajar (learning how to learn).
Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan peserta didik akan mudah
beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuai
dengan pandangan kontruktivis yang menekankan kebutuhan peserta didik untuk
menyelidiki lingkungannya dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan
bermakna.
Tahap evaluasi pada PBM terdiri atas tiga hal : 1. bagaimana peserta didik dan evaluator
menilai produk (hasil akhir) proses 2. bagaimana mereka menerapkan tahapan PBM untuk
bekerja melalui masalah 3. bagaimana peserta didik akan menyampaikan pengetahuan
hasil pemecahan akan masalah atau sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka belajar
menyampaikan hasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka dalam berbagai bentuk
yang beragam, misalnya secara lisan atau verbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu
bentuk penyajian formal lainnya. Sebagian dari evaluasi memfokuskan pada pemecahan
masalah oleh peserta didik maupun dengan cara melakukan proses belajar kolaborasi
(bekerja bersama pihak lain).
Daftar Pustaka
Albanese, M.A. & Mitchell, S.. (1993). Problem BasedLearning: a Review of The Literature on Outcomes and
Implementation Issues. Journal of Academic Medicine
Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. (1980). Problem BasedLearning: an Approach to Medical Education. New
York: Springer Publishing
Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar . Bandung: Diponegoro. Sugiyono, Prof. Dr. (2008). Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Das Salirawati, 2009, Penerapan Problem Based Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan
Peserta Didik Dalam Memecahkan Masalah, Makalah
Duch, J. Barbara. (1995). Problems: A Key Factor in PBL. [Online]. Tersedia :
http://www.udel.edu/pbl/cte/spr96-phys.html. [21 Juli 2010].
Glazer, Evan. (2001). Problem Based Instruction. In M. Orey (Ed.), Emerging Perspectives on Learning,
Teaching, and Technology [Online]. Tersedia: http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.htm.
[17 Juni 2005].
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 207
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Ibrahim, M dan Nur. (2005). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press
Karim, S., et al. (2007). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Kecakapan
Ilmiah. Proposal Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan
Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001. Assessing the Effectiveness of Problem-Based Learning in Higher
Education: Lessons from the Literature. [Online]. Tersedia : http://www.rapidintellect.com/AE
Qweb/mop4spr01.htm [14 Juli 2010]
Melvin L. & Silberman. (1996). Active Learning: 101 Strategies to Teach any Subject. USA: Allyn & Bacon
Mudjiman, Haris. 2006. Belajar Mandiri. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT
Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)
Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004: Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo
Proyek DUeLike Universitas Indonesia. (2002). Panduan Pelaksanaan Collaborative Learning& Problem
BasedLearning. Depok: UI
Siburian, Jodion. 2010. Model Pembelajaran Sains, Jambi: Universitas Jambi
Sudjana, D. (1982). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah. Bandung : Lembaga Penelitian IKIP Bandung
Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran, Jambi: Gaung Persada Press
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 208
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO-2.2-3
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN
(DISCOVERY LEARNING)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 209
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN
(DISCOVERY LEARNING)
A. Definisi/ Konsep
1. Definisi
Metode Discovery Learningadalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana
pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that
takes place when the student is not presented with subject matter in the final
form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun,
1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, dimana murid
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono,
1996:41). Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat,
terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa
konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process
sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps
and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Sebagai strategi belajar,Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan
inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada
ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya
konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan
discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa
semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya
bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan
keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu
melalui proses penelitian.
Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan
masalah. Akan tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery Learning
adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan
dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk
mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi
sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka
ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-ulang dapat
meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan.
Penggunaan metode Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif
menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke
student oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 210
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan
informasisendiri.
2. Konsep
Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya metode Discovery Learning merupakan
pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan
terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang
nampak dalam Discovery, bahwa Discovery adalah pembentukan kategorikategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan kategorikategori dan sistem-sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi
(similaritas & difference) yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian
(events).
Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima unsur,
dan siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua unsur
dari konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-contoh baik yang positif maupun
yang negatif; 3) Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; 4) Rentangan
karakteristik; 5) Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner menjelaskan bahwa
pembentukan konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang
menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori
meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau
peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu.
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa,
dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang
proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap
eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu
lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru
yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui.
Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan
dengan baik dan lebih kreatif.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada
manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.
Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa
dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic.
Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk
memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya
anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan,
pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau
dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam
memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil)
dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki
ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya
anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang
seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Secara
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 211
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah
anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau
kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat
temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan
keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa
untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih, 85:2001).
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara
aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti
ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi
student oriented.
Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya guru
harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem solver,
seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode Discovery
Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan
serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi diri mereka
sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di dalam
bahasa yang dimengerti mereka. Dengan demikian seorang guru dalam aplikasi
metode Discovery Learning harus dapat menempatkan siswa pada kesempatankesempatan dalam belajar yang lebih mandiri. Bruner mengatakan bahwa proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih,
2005:41).
Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning menurut
Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk
menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historian, atau ahli
matematika. Melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan,
serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai metode mengajar ialah
bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru
hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode mengajar lainnya. Hal ini
tak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan
setelah problema disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak
hanya dikurangi direktifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas yang lebih
besar untuk belajar sendiri.
B. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran
Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan Discovery
Learning dalam pembelajaran memiliki kelebhihan-kelebihan dan kelemahankelemahan.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 212
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
1. Kelebihan Penerapan Discovery Learning
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh
karena
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki
dan
berhasil.
d. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannyasendiri.
e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan
akalnya dan motivasi sendiri.
f. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
g. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasangagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai
peneliti di dalam situasi diskusi.
h. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru.
k. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
l. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsic.
n. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
o. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan
p. manusia seutuhnya.
q. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
r.
Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar.
s. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
2. Kelemahan Penerapan Discovery Learning
a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 213
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
b.
c.
d.
e.
f.
berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis
atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori
atau pemecahan masalah lainnya.
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara
belajar yang lama.
Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur
gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan
ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
C. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran
Berikut ini langkah-langkah dalam mengaplikasikan modeldiscovery learning di kelas.
Langkah Persiapan Metode Discovery Learning
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya).
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi).
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi,
tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
1. Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning
Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di
kelas,ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar
mengajar secara umum sebagai berikut:
a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru
dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 214
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar
yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik
bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan
demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus
kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat
tercapai.
b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah) (Syah 2004:244), sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu
selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni
pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang
diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis
permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam
membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
c. Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis.
Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan
sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan
demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan
pengetahuan yang telah dimiliki.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data
dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi,
dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara,
observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 215
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22).
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi
tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/
penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut
Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan
atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah
terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses
generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan
kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang,
serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalamanpengalaman itu.
D. Sistem Penilaian
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa
penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya
berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning dapat
menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap,
atau penilaian hasil kerja siswa, maka pelaksanaan penilaian dapat menggunakan contohcontoh format penilaian seperti tersebut di bawah ini.
1. Penilaian Tertulis
Penilaian tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu
merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 216
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.Ada dua
bentuk soal tes tertulis, yaitu berikut ini.
1. Soal dengan memilih jawaban.
a.
b.
c.
pilihan ganda
dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
menjodohkan
2. Soal dengan mensuplai-jawaban.
a.
b.
c.
isian atau melengkapi
jawaban singkat
soal uraian
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat,
dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah,
yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan
untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai
kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi
cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak
mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka.
Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami
pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang
dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas karena tidak menggambarkan
kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk
mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang
sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan
tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan
pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan
materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut:
a. materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum;
b. konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
c. bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.
2. Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, subyek yang ingin
dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan
tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang
berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses
pembelajaran di kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 217
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
didik dapat diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan
berpikir sebagai hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria
atau acuan yang telah disiapkan.
Berkaitan dengan kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk
membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu obyek sikap
tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan
kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi
psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau
keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar berdasarkan kriteria atau
acuan yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan
kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan teknik ini dalam penilaian di kelas
sebagai berikut:
a. dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
b. peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya;
c. dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur,
karena mereka dituntut untuk jujur dan obyektif dalam melakukan penilaian.
3. Penilaian Sikap
ContohFormat Penilaian Sikap
Mata Pelajaran: _________
Kelompok
: _________
Semester: _________
Kelas
: _________
Skor
No
Nama Siswa
Komitmen
Tugas
Kerja
Sama
Ketelitian Minat
Jumlah
Skor
Nilai
1
2
3
4
5
..
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 218
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
4. Format Penilaian Kinerja
Contoh Format Penilaian Kinerja
Nama Siswa: ………………
NO
Tanggal: ………………
Aspek yang Dinilai
Kelas: ………………
Tingkat Kemampuan
1
2
3
4
1.
2.
3.
Kriteria Penskoran
1.
2.
3.
4.
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Kriteria Penilaian
4
3
2
1
10 – 12 A
7– 9 B
4–6 C
≤ 3 D
A: Pengelompokan yang dilakukan siswa sangat baik, uraian yang dijabarkan rinci dan
diperoleh dengan menggunakan seluruh indra disertai dengan gambar-gambar atau
diagram.
B: Pengelompokan yang dilakukan siswa baik, uraian yang dijabarkan kurang rinci dan
diperoleh dengan menggunakan sebagian besar indra dengan gambar-gambar atau
diagram.
C: Pengelompokan yang dilakukan siswa cukup baik, uraian yang dijabarkan tidak rinci
dan diperoleh dengan menggunakan sebagian kecil indra dengan gambar-gambar
atau diagram.
D: Pengelompokan yang dilakukan siswa kurang baik, uraian yang dijabarkan kurang
sesuai dan diperoleh dengan menggunakan sebagian besar indra dengan gambargambar atau diagram.
5. Penilaian Hasil Kerja Siswa
Nama Siswa: ………………Tanggal: ………………
Input
Proses
Kelas: ………………
Out
Put/Hasil
Nilai
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 219
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Daftar Pustaka
Dahar, RW., 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Holiwarni, B., dkk., 2008. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing pada Mata Pelajaran Sains untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 016 Pekanbaru Kota (Laporan Penelitian). Pekanbaru: Lemlit
UNRI
http://darussholahjember.blogspot.com/2011/05/aplikasi-metode-discovery-learning.html
Mei 2013).
(diunduh
23
http://ebookbrowse.com/pengertian-model-pembelajaran-discovery-learning-menurut-para-ahli-pdfd368189396 (diunduh 23 Mei 2013).
http://prismabekasi.blogspot.com/2012/10/definisi-belajar-menurut-para-ahli.html (diunduh 23 Mei
2013)
Jurnal Geliga Sains 3 (2), 8-13, 2009 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Riau ISSN 1978502X.
Rizqi, 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pembelajaran Penemuan Terbimbing
(Guide-Discovery Learning) yang Mengintegrasikan Kegiatan Laboratorium untuk Fisika SLTP Bahan Kajian
Pengukuran. Tesis, UNESA (tidak dipublikasikan).
Syamsudini , 2012. Aplikasi Metode Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Memecahkan
Masalah, Motivasi Belajar dan Daya Ingat Siswa.
Syah, M., 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 220
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Materi Pelatihan 2.3: Konsep Penilaian Autentik
pada Proses dan Hasil Pembelajaran
Langkah Kegiatan Inti
Kegiatan
Interaktif
15 Menit
Diskusi
Kelompok
Paparan
Materi
50 Menit
20 Menit
Kegiatan interaktif untuk menyamakan persepsi tentang jenis dan bentuk penilaian autentik.
Diskusi materi Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar.
Paparan materi Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar dengan menggunakan
bahan tayang PPT-2.3
Paparan materi Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan
bahan tayang PPT-2.3/3.2.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 221
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 222
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 223
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 224
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 225
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 226
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 227
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 228
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 229
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 230
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO-2.3-1
KONSEP PENILAIAN AUTENTIK
A. Definsi dan Makna Asesmen Autentik
Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta
didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan sinonim dari
penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli,
nyata, valid, atau reliabel. Dalam kehidupan akademik keseharian, frasa asesmen autentik dan
penilaian autentik sering dipertukarkan. Akan tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik,
tidak lazim digunakan.
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes
pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil
dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi
pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen autentik, berikut
ini
dikemukakan
beberapa
definisi.
Dalam
American
Librabry
Association
asesmen autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi,
motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran. Dalam
Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang
berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Wiggins mendefinisikan
asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan
prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti,
menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa,
berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya.
B. Asesmen Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai
dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring, dan lain-lain. Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks
atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam
pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan
tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran
yang sesuai.
Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek.
Asesmen autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer
untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka
yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Asesmen
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 231
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan
pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran.
Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tes
berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.
Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang
lzim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Asesmen autentik dapat dibuat oleh
guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam asesmen
autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan
aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka
meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong
kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan kriteria yang
berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari
luar sekolah.
Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar,
motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu
merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang
kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan
harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena
berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.
Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang
sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya,
dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya.
Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk
materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.
C.
Asesmen Autentik dan Belajar Autentik
Asesmen Autentik menicayakan proses belajar yang Autentik pula. Menurut Ormiston belajar
autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik
dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya. Asesmen semacam ini
cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang
memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang
dimilikinya. Contoh asesmen autentik antara lain keterampilan kerja, kemampuan
mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain
peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan sesuatu.
Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston belajar
autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di
luar sekolah. Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 232
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan
seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan
keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk
menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keteampilan, dan pengetahuan yang
ada.
Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara
terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda.
Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana
peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam
melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan
pendekatan saintifik, memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain
secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar sekolah. Di
sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu
apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab
untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi,
mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi
informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru
autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian.
Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti
disajikan berikut ini.
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain
pembelajaran.
2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan
mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya
memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan
pemahaman peserta didik.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan
menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun 1990an.
Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti
tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta
didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh
mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata
mereka di luar sekolah atau masyarakat.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 233
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna kurikulum, karena
tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik. Ketika asesmen
tradisional cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu menggambarkan kompetensi
dasar, dan rendah daya prediksinya terhadap derajat sikap, keterampilan, dan kemampuan
berpikir yang diartikulasikan dalam banyak mata pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu pula
asesmen autentik memperoleh traksi yang cukup kuat. Memang, pendekatan apa pun yang
dipakai dalam penilaian tetap tidak luput dari kelemahan dan kelebihan. Namun demikian, sudah
saatnya guru profesional pada semua satuan pendidikan memandu gerakan memadukan potensi
peserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui asesmen proses dan hasil belajar yang autentik.
Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan
akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen autentik
dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dari
asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar peserta didik, misalnya,
mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi, keberanian berpendapat, dan sebagainya.
Analisis kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan rubrik skor atau daftar cek (checklist)
untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dari
empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak
mahir). Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik. Analisis holistik memberikan skor
keseluruhan kinerja peserta didik, seperti menilai kompetisi Olimpiade Sains Nasional.
D. Jenis-jenis Asesmen Autentik
Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus memahami secara jelas
tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitan
dengan: (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian akan
dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan; dan (3) tingkat
pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses. Beberapa jenis
asesmen autentik disajikan berikut ini.
1.
Penilaian Kinerja
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam
proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta
para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan
untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru
dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan
naratif mauun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian
berbasis kinerja:
a.
Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur
tertentu dari indikator atau subindikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa
atau tindakan.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 234
SMA/MA dan SMK/MAK
b.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru
menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik
selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa
baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
c.Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik
berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 =
kurang sekali.
d.
Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara
mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan.
Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik
sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup
dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkahlangkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk
suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek
kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta
didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja
yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari
kemampuan atau keerampilan peserta didik yang akan diamati.
Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks
untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan
berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat
mengobservasinya pada konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan
wawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud.
Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti
penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.
Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri
merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya
sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk
mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
•
Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan
perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
•
Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan
atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan
yang telah disiapkan.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 235
SMA/MA dan SMK/MAK
•
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran
tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama,
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan
dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik
berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang
harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian
tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian
data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman,
mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh
kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu,
pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus
dari guru.
a. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data,
mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan
menulis laporan.
b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
c. Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan
oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek. Dalam
kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan
dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan.
Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi.
Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian
produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir
secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas
kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya
seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas,
kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam. Penilaian secara analitik merujuk pada
semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian
secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang
dihasilkan.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 236
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan
kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa
berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara
berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa
dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang
releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata
pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara
individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama
dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan
belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat
karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur,
laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta
didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru
menyusun portofolio pembelajaran.
Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang
sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen
portofolio yang dihasilkan.
Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
4. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang
lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap
lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian.
Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda,
pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri
dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi,
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 237
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa
mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya
sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai
yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi
pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya
alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap
terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk
esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extendedresponse) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada
bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru
untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau
kompleks.
Daftar Pustaka
Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep dasar, Tahapan
Pengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI
Coutinho, M., & Malouf, D. (1993). Performance assessment and children with disabilities: Issues
and possibilities. Teaching Exceptional Children, 25(4), 63–67.
Cumming, J. J., & Maxwell, G. S. (1999). Contextualizing Authentic Assessment. Assessment in
Education, 6(2), 177–194.
Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan Produk
Dalam Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi (Makalah disampaikan pada In House
Training (IHT) SMA N 1 Kuta Utara). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Gatlin, L., & Jacob, S. (2002). Standards-based digital portfolios: A component of authentic
assessment for preservice teachers. Action in Teacher Education, 23(4), 28–34.
Grisham-Brown, J., Hallam, R., & Brookshire, R. (2006). Using authentic assessment to evidence
children's progress toward early learning standards. Early Childhood Education Journal, 34(1),
45–51.
Salvia, J., & Ysseldyke, J. E. (2004). Assessment in special and inclusive education (9th ed.). New
York: Houghton Mifflin.
Wiggins, G. (1993). Assessment: Authenticity, context and validity. Phi Delta Kappan, 75(3), 200–
214.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 238
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO 2.2/ 3.2
CONTOH
PENERAPAN PENILAIAN AUTENTIK
PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan
Kelas/Semester
Mata Pelajaran
Topik
Pertemuan KeAlokasi Waktu
:
:
:
:
:
:
SMA
X/1
Bahasa Indonesia
Komunikasi dalam Kehidupan
2 jam pelajaran
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perlaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaran, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
mintanya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya
sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa
3.2 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan
bahasa Indonesia untuk membuat anekdot mengenaipermasalahan sosial, lingkungan,
dan kebijakan publik
3.3 Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur
kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan.
3.4 Menginterpretasi makna teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan
negosiasi baik secara lisan maupun tulisan
.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 239
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
a. Menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan
bangsa
b. Memiliki sikap tanggung jawab peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa
Indonesia untuk membuatanekdot baik melalui lisan maupun tulisan dengan kreatif
c. Mengidentifikasi struktur dan kaidah pembuatan anekdot dalam bahasa bahasa Indonesia
baik secara lisan maupun tulisan
d. Menyusun dengan tepat teks anekdot baik secara lisan maupun tulisan dengan tepat.
D.
Penilaian
Penilaian Proses
No
1.
2.
3.
4.
.
Aspek yang
dinilai
Religius
Jujur
Tanggung
jawab
Santun
Penilaian Hasil
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Mengetahui isi teks
hasil observasi
Mengetahui struktur
teks laporan hasil
observasi observasi
Mengetahui cirri-ciri
bahasa teks laporan
hasil observasi
Teknik
Penilaian
Pengamatan
Waktu
Penilaian
Proses
Teknik
Penilaian
Bentuk
Penilaian
Tes
tertulis
Tes uraian
Tes
tertulis
Tes uraian
Tes
tertulis
Tes uraian
Instrumen
Penilaian
Lembar
Pengamatan
Keterangan
Hasil penilaian
nomor 1 dan 2
untuk masukan
pembinaan dan
informasi bagi
Guru Agama dan
Guru PKn
Instrumen
1. Bacalah dengan saksama teks
laporan hasil observasi
berikut! Jawablah pertanyaanpertanyaan berikut ini!
2. Identifikasikanlah dan jelaskan
struktur teks laporan hasil
observasi!
3. Identifikasikanlah dan jelaskan
cirri-ciri bahasa teks laporan
hasil observasi!!
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 240
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
PedomanPenskoran :
Soal no. 1
Aspek
Skor
Siswa menjawab pertanyaan
• Jawaban betul
1
Soal no. 2
Aspek
Siswa mengidentifikasi struktur teks observasi
• Jawaban sempurna
• Jawaban kurang sempurna
• Jawaban tidak sempurna
SKOR MAKSIMAL
Skor
5
3
1
5
Soal no. 3
Aspek
Siswa mengidentifikasi ciri-ciri bahasa teks laporan hasil
observasi
• Jawaban sempurna
• Jawaban kurang sempurna
• Jawaban tidak sempurna
SKOR MAKSIMAL
Skor
5
3
1
5
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 241
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Lampiran
LEMBAR PENGAMATAN SIKAP
Mata Pelajaran :..................................................................................................
Kelas/Semester :....................................................................................................
Tahun Ajaran
:....................................................................................................
Waktu Pengamatan: ............................................................................................
Karakter yang diintegrasikan dan dikembangkan adalah perilaku religius,
tanggungjawab, dansantun.
Indikator perkembangan karakter perilaku religius, jujur, tanggungjawab, dansantun.
5. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh
menyelesaikan tugas
6. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh
menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
7. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh
menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
8. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh
menyelesaikan tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten.
Bubuhkan tanda V pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
Nama
Religius
jujur
Tanggung jawab
No.
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK
Siswa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
...
jujur,
dalam
dalam
dalam
dalam
santun
BT
MT
MB
MK
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 242
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Materi Pelatihan : 2.4 Analisis Buku Guru dan Buku Siswa
Langkah Kegiatan Inti
Menilai Buku
Diskusi
Kelompok
Menyimpulkan
Hasil
Kerja
Kelompok
20 Menit
80 Menit
20 Menit
40 Menit
Menyimpulkan
Presentasi
Kerja
Kelompok
Diskusi
Kelompok
15 Menit
30 Menit
30 Menit
30 Menit
Menilai Buku
Peserta menilai buku dengan bimbingan fasilitator dilihat dari aspek kesesuaian, kecukupan, dan
kedalaman materi.
Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok hasil penilaian buku dilanjutkan dengan pemaparan materi Analisis Buku Guru
dan Buku Siswa dengan menggunakan PPT-2.4 yang disisipkan dalam kegiatan diskusi tersebut.
Simpulan
Menyimpulkan hasil diskusi dan menyampaikan format lembar kerja yang telah disiapkan.
Kerja Kelompok
Kerja kelompok menganalisis kesesuaian buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan
KD dengan menggunakan LK-2.4-1 dan LK -2.4-2.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 243
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok untuk menganalisis kesesuaian proses, pendekatan belajar, serta strategi
evaluasi yang diintegrasikan dalam buku.
Kerja Kelompok
Kerja kelompokmembuat contoh-contoh penerapan materi pelajaran yang terdapat dalam buku
guru dan buku siswa pada bidang/ ilmu lain serta kehidupan sehari-hari.
Presentasi
Presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.
Simpulan
Fasilitatormenyimpulkan materi analisis buku.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 244
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 245
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 246
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 247
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 248
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 249
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR KERJA
LK–2.4-1
ANALISIS BUKU GURU
PETUNJUK PENGISIAN LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU GURU
Kompetensi
1. Memahami strategi menggunakan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan pembelajaran.
2. Menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD.
3. Menganalisis buku guru dan buku siswa dilihat dari aspek kecukupan dan kedalaman materi.
Tujuan
2. Menganalisis kesesuaian isi buku siswa dengan SKL, KI dan KD.
3. Menganalisis keterpaduan antar mata pelajaran atau antar konsep/topik.
4. Menganalisis kesesuaian isi buku dengan konsep pendekatan scientificdan penialain autentik.
5. Merencanakan tindak lanjut dari hasil analisis .
Panduan Kegiatan
1. Kerjakanlah secara berkelompok!
2. Pelajari format Analisis Buku Sswa!
3. Siapkan SKL, KI dan KD sesuai jenjang pendidikan dan mata pelajaran!
4. Cermatilah buku siswa yang sesuai dengan materi ajar yang Anda ampu!
5. Lakukanlah analisis terhadap buku tersebut dengan menggunakan format yang tersedia!
6. Berdasarkan hasil analisis, tuliskan tindak lanjut hasil analisis sebagai berikut!
d. Jika sesuai dengan kebutuhan, buku bisa digunakan dalam pembelajaran.
e. Jika kurang/tidak sesuai, Anda disarankan untuk memberikan rekomendasi tindak lanjut
yang harus dikerjakan guru sebagai pengguna buku guru tersebut.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 250
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU GURU
Judul buku
Kelas
Jenjang
Tema/Topik
: ....................................................................................................
: ....................................................................................................
: ....................................................................................................
: ....................................................................................................
HASIL ANALISIS
NO.
ASPEK YANG DIANALISIS
1.
Kesesuaian dengan SKL
2.
Kesesuaian dengan KI
3.
Kesesuaian dengan KD
4.
Kesesuaian dengan Topik
5.
Kecukupan materi ditinjau dari:
TIDAK
SESUAI
SESUAI
SEBAGIAN
SESUAI
TINDAK LANJUT HASIL
ANALISIS
a. cakupan konsep/materi
esensial; dan
b. alokasi waktu.
6.
Kedalaman materi ditinjau dari:
a. Pola pikir keilmuan; dan
b. Karakteristik siswa
7.
Penerapan Pendekatan
Scientific
8.
Penilaian Autentik yang
Tersedia dalam Buku Siswa
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 251
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LEMBAR KERJA
LK–2.4-2
ANALISIS BUKU SISWA
PETUNJUK PENGISIAN LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU SISWA
Kompetensi
1. Memahami strategi menggunakan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan pembelajaran.
2. Menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD.
3. Menganalisis buku guru dan buku siswa dilihat dari aspek kecukupan dan kedalaman materi.
Tujuan
1. Menganalisis kesesuaian isi buku siswa dengan SKL, KI dan KD.
2. Menganalisis keterpaduan antar mata pelajaran atau antar konsep/topik.
3. Menganalisis kesesuaian isi buku dengan konsep pendekatan scientificdan penialain autentik.
4.
Merencanakan tindak lanjut dari hasil analisis .
Panduan Kegiatan
1. Kerjakanlah secara berkelompok!
2. Pelajari format Analisis Buku Sswa!
3. Siapkan SKL, KI dan KD sesuai jenjang pendidikan dan mata pelajaran!
4. Cermatilah buku siswa yang sesuai dengan materi ajar yang Anda ampu!
5. Lakukanlah analisis terhadap buku tersebut dengan menggunakan format yang tersedia!
6. Berdasarkan hasil analisis, tuliskan tindak lanjut hasil analisis sebagai berikut!
a. Jika sesuai dengan kebutuhan, buku bisa digunakan dalam pembelajaran.
b. Jika kurang/tidak sesuai, Anda disarankan untuk memberikan rekomendasi tindak lanjut
yang harus dikerjakan guru sebagai pengguna buku guru tersebut.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 252
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU SISWA
Judul buku
Kelas
Jenjang
Tema/Topik
: ....................................................................................................
: ....................................................................................................
: ....................................................................................................
: ....................................................................................................
HASIL ANALISIS
NO.
ASPEK YANG DIANALISIS
1.
Kesesuaian dengan SKL
2.
Kesesuaian dengan KI
3.
Kesesuaian dengan KD
4.
Kesesuaian dengan Topik
5.
Kecukupan materi ditinjau
dari:
TIDAK
SESUAI
SESUAI
SEBAGIAN
SESUAI
TINDAK LANJUT HASIL
ANALISIS
c. cakupan konsep/materi
esensial; dan
d. alokasi waktu.
6.
Kedalaman materi ditinjau
dari:
c. Pola pikir keilmuan; dan
d. Karakteristik siswa
7.
Penerapan Pendekatan
Scientific
8.
Penilaian Autentik yang
Tersedia dalam Buku Siswa
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 253
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
R–2.4
RUBRIK
PENILAIAN HASIL ANALISIS BUKU
GURU DAN SISWA
Rubrik penilaian analisis buku guru dan buku siswa digunakan fasilitator untuk menilai hasil
analisis peserta terhadap buku guru dan buku siswa sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.
Langkah-langkah penilaian hasil analisis.
1. Cermati format penilaian analisis buku guru atau buku siswa serta hasil analisis peserta
yang akan dinilai!
2. Berikan nilai pada setiap aspek yang dianalisis sesuai dengan penilaian Anda terhadap hasil
analisis peserta menggunakan rentang nilai sebagai berikut!
KRITERIA
PERINGKAT
NILAI
Amat Baik ( AB)
90 < A ≤ 100
Hasil analisis tepat, tindak lanjut logis dan bisa
dilaksanakan
Baik (B)
75 ≤ B < 90
Hasil analisis tepat, tindak lanjut kurang logis
Cukup (C)
60 ≤ C < 80
Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut logis
Kurang (K)
< 70
Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut tidak logis
3. Setelah selesai penilaian masing-masing komponen, jumlahkan nilai seluruh komponen
sehingga menghasilkan nilai hasil analisis buku guru/siswa.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 254
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 3 : MODEL RANCANGAN
PEMBELAJARAN (8 JP)
3.1. Penyusunan RPP
3.2. Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan
Hasil Belajar
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 255
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
MATERI PELATIHAN 3: MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
A.
KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
1. menyusun RPP yang menerapkan pendekatan saintifik sesuai model belajar yang relevan
dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, maupun intelektual; dan
2. merancang penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.
B.
LINGKUP MATERI
1. Penyusunan RPP.
2. Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar.
C.
INDIKATOR
1. Menunjukkan sikap tanggung jawab dan kreatif dalam menyusun RPP.
2. Mengidentifikasi rambu-rambu penyusunan RPP.
3. Menyusun RPP yang sesuai dengan SKL, KI dan KD; Standar Proses; dan pendekatan
saintifik.
4. Menelaah RPP.
5. Menunjukkan sikap tanggung dan kreatif dalam menyusun rancangan penilaian autentik.
6. Mengidentifikasi kaidah perancangan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.
7. Menelaah contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaran.
8. Menelaah rancangan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar yang ada dalam
RPP.
9. Merevisi rancangan penilaian pada RPP yang telah disusun.
D.
PERANGKAT PELATIHAN
1. Bahan Tayang
a. Rambu-rambu Penyusunan RPP Mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan
saintifik dengan mengggunakan PPT-3.1 oleh fasilitator yang disisipkan dalam
kegiatan diskusi tersebut.
b. Panduan tugas telaah RPP.
c. Panduan tugas menelaah rancangan penilaian pada RPP.
2. Lembar KerjaTelaah RPP
3. ATK
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 256
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN:
ALOKASI WAKTU:
JENJANG:
MATA PELAJARAN:
TAHAPAN
KEGIATAN
PERSIAPAN
KEGIATAN
PENDAHULUAN
KEGIATAN INTI
3. MODEL RANCANGAN PEMBELAJARAN
8 JP (@ 45 MENIT)
SMP/MTs
BAHASA INDONESIA
DESKRIPSI KEGIATAN
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran,
seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser
Pointer, atau media pembelajaran lainnya.
Pengkondisian Peserta
Perkenalan
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator,
alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi
pelatihan Model Rancangan Pembelajaran.
Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, dan
bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.
3.1 Penyusunan RPP
Saling menilai RPP yang dibawa setiap peserta.
Menyimpulkan hasil penilaian RPP dengan dipandu oleh
fasilitator.
Diskusi rambu-rambu penyusunan RPP yang mengacu pada
Standar Proses dan pendekatan saintifik, dilanjutkan dengan
paparan materi tentang Rambu-rambu Penyusunan RPP
Mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan Saintifik dengan
mengggunakan PPT-3.1.1 dan Panduan Tugas Telaah RPP
dengan menggunakan PPT-3.1.2 oleh fasilitator yang disisipkan
dalam kegiatan diskusi tersebut.
Kerja kelompok untuk menyusun RPP Bahasa Indonesia yang
sesuai dengan SKL, KI, dan KD; Standar Proses; dan pendekatan
saintifik(terutama KD di awal semester 1).
Diskusi format telaah RPPdengan mengacu pada bahan
tayangPPT-3.1.2.
Kerja Kelompok untuk menelaah RPP yang disusun kelompok
lain dengan menggunakan LK-3.1/3.2.
ICE BREAKER
3.2 Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil
Belajar
Diskusi dan tanya jawab tentang penilaian autentik dalam
bentuk tes dan nontes termasuk portofolio, dilanjutkan dengan
WAKTU
15 Menit
205 Menit
15 menit
10 Menit
40 Menit
80 Menit
20 Menit
35 menit
5 Menit
120 Menit
40 Menit
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 257
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
TAHAPAN
KEGIATAN
KEGIATAN
PENUTUP
DESKRIPSI KEGIATAN
pemaparan oleh fasilitator tentang Contoh Penerapan Penilaian
Autentik pada Pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan
PPT 2.2/3.2, dan Panduan Tugas Menelaah Rancangan Penilaian
pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2 yang disisipkan dalam
kegiatan diskusi tersebut.
Kerja kelompok untuk menelaah contoh penerapan penilaian
autentik pada pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan
HO-2.2/3.2.
Kerja kelompok untuk menelaah dan merevisi rancangan
penilaian autentik pada RPP yang telah disusun berdasarkan
panduan tugas menelaah rancangan penilaian
Presentasi hasil kerja kelompok (sampel)
ICE BREAKER
Membuat rangkumanmateri pelatihanModel Rancangan
Pembelajaran.
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang
relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran
WAKTU
30 Menit
25 Menit
20 Menit
5 Menit
15 Menit
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 258
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN:
3.1 Penyusunan RPP
Langkah Kegiatan Inti
Tugas Individu:
Saling Menilai
RPP
Menyimpulkan
Hasil Penilaian
RPP
Diskusi
15 Menit
10 Menit
40 Menit
Kerja Kelompok
Diskusi
Kerja Kelompok
35 Menit
20 Menit
80 Menit
Aktivitas 1: Menilai RPP
Menilai RPP Peserta Lain
a.
Setiap peserta diwajibkan membawa dua set RPP yang telah digunakan dalam proses
pembelajaran sesuai mata pelajaran yang diampu.
b.
RPP tersebut dikumpulkan kepada panitia untuk kemudian dibagikan kembali ke peserta
untuk dinilai oleh peserta lainnya dengan menggunakan acuan pengetahuan masing-masing
peserta.
c.
Hasil penilaian dituliskan langsung pada halaman depan RPP.
Hasil penilaian dipresentasikan oleh peserta yang ditunjuk instruktur. Peserta lainnya
menyampaikan hasil penilaian yang tidak sama dengan peserta lainnya. Instruktur mencatat hasil
penilaian yang dilaporkan peserta.
Peserta menyimpulkan hasil penilaian RPP dengan dipandu oleh Instruktur.
Diskusirambu-rambu penyusunan RPPyang mengacu pada Standar Proses dan Pendekatan
Saintifik.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 259
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Paparan materi tentang Rambu-rambu Penyusunan RPP mengacu pada Standar Proses dan
Pendekatan saintifik dengan mengggunakan PPT-3.1 oleh fasilitator yang disisipkan dalam
kegiatan diskusi tersebut.
Aktivitas 2: Kerja Kelompok
Kerja kelompokuntuk menyusun RPP yang sesuai dengan SKL, KI, dan KD; Standar Proses; dan
pendekatan saintifik(terutama KD di awal semester 1).
Diskusi format telaah RPPdengan mengacu pada bahan tayangPPT-3.1.
Aktivitas 3: Kerja Kelompok
Kerja Kelompokuntuk menelaah RPP yang disusun kelompok lain dengan menggunakan
LK-3.1/3.2.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 260
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 261
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 262
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 263
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 264
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO-3.1-1
Rambu-rambu
Penyusunan RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Mengacu pada Standar Proses dengan Menggunakan
Pendekatan Scientific dan Penilaian Autentik
A.
Pendahuluan
PP nomor 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa guru
diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas
malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang
mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Berdasarkan PP 19 Tahun 2005, Pasal 20 dinyatakan bahwa:
”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis
agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasiaktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi bagi
siswa untuk mengembangkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dalam rangka pelaksanaan kurikulum tahun 2013, guru harus menyusun RPP dengan
menyesuaikan berberapa komponen dengan dokumen kurikulum tersebut. Selain itu didalam
rencana pelaksanaan pembelajarannya harus menerapkan pendekartan scientific dan penilaian
autentik.
B.
Penyusunan RPP pada Standar Proses
Standar proses tersebut memuat rambu-rambu tentang prinsip-prinsip pengembangan RPP.
Dengan berlakunya kurikulum 2013, maka rambu-rambu tersebutperlu disesuaikan dengan
kebutuhan.
Pada Standar Proses (Permendiknas no 41 tahun 2007) terdapat Komponen RPP yang yang
terdiriIdentitas mata pelajaran yang meliputi satuan pendidikan, kelas, semester, program studi,
mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan, standar kompetensi kompetensi dasar,
indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 265
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup,
selanjutnya terdapat penilaian hasil belajar dan sumber belajar.
Pada kurikulum 2013, istilah standar kompetensi tidak dikenal lagi. Namun muncul istilah
kompetensi inti. Kompetens iinti merupakan gambaran mengenai kompetensi utama yang
dikelompokkan kedalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif,
danpsikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran. Kompetensi Inti adalah kemampuan yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk
setiap kelas melalui pembelajaran.
Prinsip-prinsip penyusunan RPP menurut standar proses adalah memperhatikan perbedaan
individu peserta didik, mendorong partisipasi aktif peserta didik, mengembangkan budaya
membaca dan menulis, memberikan umpan balik dan tindak lanjut, keterkaitan dan
keterpaduan dan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
1.
Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Langkah-langkah minimal dari penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dimulai dari
mencantumkan Identitas RPP, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian
Kompetensi, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran,
Kegiatan
Pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Setiap komponen mempunyai arah pengembangan
masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan.
Pada standar proses kegiatan pembelajaran terdiri dari langkah-langkah yang memuat unsur
kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan diharapkan terdapat kegiatan
Orientasi: memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan dibelajarkan,
dengan cara menunjukkan benda yang menarik, memberikan illustrasi, membaca berita di
surat kabar, menampilkan slide animasi, fenomena alam, fenomena sosial, atau lainnya.
Apersepsi: memberikan persepsi awal kepada peserta didik tentang materi yang akan
diajarkan.
Motivasi: Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari gempa bumi, bidang-bidang
pekerjaan berkaitan dengan gempa bumi, dan sebagainya.
Pemberian Acuan: biasanya berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari.Acuan
dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara garis besar.
Pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar
(sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran).
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 266
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
b. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, namun tetap efektif.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada RPP
kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi sebaiknya dirancang dengan kegiatan-kegiatan
yang sesuai dengan materi dan metode yang digunakan.
c. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup di RPP dicantumkan dengan cara apa guru mengarahkan peserta
didik untuk membuat rangkuman/simpulan. Pemberian tes atau tugas, dan memberikan
arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar kelas, di rumah atau tugas
sebagai bagian remidi/pengayaan.
Langkah-langkah pembelajaran dimungkinkan disusun dalam bentuk rangkaian kegiatan, yang
sesuai dengan karakteristik model pembelajaran yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai
dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.
Pengembangan Kurikulum memiliki tema seperti pada gambar dibawah ini. Maka pada langkah
pembelajaran di RPP pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan harus tampak.
Tema Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum yang dapat menghasilkan insan indonesia yang:
Produktif, Aktif, Kreatif, dan Inovatif,
melalui pengembangan
Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan
yang terintegrasi
26
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 267
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Pada Standar Proses, pembelajaran yang berfokus pada kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi sangat diharapkan. Pembelajaran pada Kurikulum 2013 disarankan berbasis
pendekatan Sientific yang meliputi mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta. RPP yang disusun sebaiknya berbasisn pendekatan scientific
dengan memperhatikan karakter mata pelajaran dan karakteristik siswa. Sikap tidak hanya
diajarkan secara verbal, tetapi melalui pemberitahuan, contoh ,modeling, atau keteladanan, dan
pembiasaan. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan
masyarakat. Dan harus diingat bahwa guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar.
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) - RINGKAS
DOMAIN
SD
SMP
SMA-SMK
Menerima + Menanggapi + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan
SIKAP
PRIBADI YANG BERIMAN, BERAKHLAK MULIA, PERCAYA DIRI, DAN BERTANGGUNG JAWAB DALAM
BERINTERAKSI SECARA EFEKTIF DENGAN LINGKUNGAN SOSIAL, ALAM SEKITAR, SERTA DUNIA DAN
PERADABANNYA
Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar + Mencipta
KETERAMPILAN
PRIBADI YANG BERKEMAMPUAN PIKIR DAN TINDAK YANG EFEKTIF DAN KREATIF DALAM RANAH
ABSTRAK DAN KONKRET
Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi
PENGETAHUAN
PRIBADI YANG MENGUASAI ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI, BUDAYA YANG BERWAWASAN
KEMANUSIAAN, KEBANGSAAN, KENEGARAAN, DAN PERADABAN
Gradasi antar Satuan Pendidikan memperhatikan;
1. Perkembangan psikologis anak
2. Lingkup dan kedalaman materi
3. Kesinambungan
4. Fungsi satuan pendidikan
5. Lingkungan
28
Pembelajaran di SD dikemas dalam suatu tema sehingga pembelajaran ini disebut
PembelajaranTematik. Sedangkan Pembeajaran IPA, IPS di SMP masing-masing diajarkan secara
terpadu. Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang
dikembangkan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat
dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional, dan bisa langsung dinyatakan
bahan ajar apa yang digunakan. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referensi,
dalam RPP harus dicantumkan bahan ajar yang sebenarnya.
Jika menggunakan buku, maka harus ditulis judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman
yang diacu. Jika menggunakan bahan ajar berbasis ICT, maka harus ditulis nama file, folder
penyimpanan, dan bagian atau link file yang digunakan, atau alamat website yang digunakan
sebagai acuan pembelajaran.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 268
Sesuaikandengannask
ah Prof Sudarwan
SMA/MA dan SMK/MAK
2.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Penilaian
Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi.
Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap
peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan
proses perbaikan terhadap kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau
sekelompok peserta didik.
Penilaian pada kurikulum sebelumnya menekankan pada aspek kognitif dan test menjadi kegiatan
penilaian yang dominan. Pada kurikulum 2013 penilaian menekankan pada aspek kognitif, sikap
dan psikomotor secara proporsional. Penilaian tes dan portofolio saling melengkapi (
Mendikbud, 2013)
Pada kurikulum 2013 penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan
instrumen yang dipakai. Beberapa hal mengenai penilaian pada kurikulum 2013 adalah
sebagai berikut.
•
Penilaian berbasis kompetensi
•
Pergeseran dari penilain melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan
hasil saja), menuju penilaian autentik(mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).
•
Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan
pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal)
•
Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL
•
Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama
penilaian .
Pelaksanaan penilaian dengan pemanfaatan portofolio merupakan salah satu penilaian
autentik.
C.
Penerapan Pendekatan Scientific dalam RPP
Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan ilmiah atau scientific approach pada proses
pembelajaran. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta untuk semua mata pelajaran. (Sudarwan, 2013). Menurut McCollum (2009)
dijelaskan bahwa komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan
scientific diantaranya adalah guru harus menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan
rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder), meningkatkan keterampilan mengamati
(Encourage observation), melakukan analisis ( Push for analysis) dan berkomunikasi (Require
communication).
1.
Meningkatkan Rasa Keingintahuan
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 269
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Semua pengetahuan dan pemahaman dimulai dari rasa ingin tahu dari peserta didik tentang ’siapa,
apa, dan dimana‘atau “’who, what and where” dari apa yang ada di sekitar peserta didik. Pada
kurikulum 2013, peserta didik dilatih rasa keingintahuannya sampai ’mengapa dan bagaimana
‘“why‘and ‘How‘
Pada pembelajaran rasa keingintahuan ini dapat difasilitasi dalam kegiatan tanya jawab baik mulai
dari kegiatan pendahuluan kegiatan inti dan penutup. Selain tanya jawab, dapat juga dengan melalui
memberikan suatu masalah, fakta-fakta atau kejadian alam yang ada di sekitar peserta didik.
2.
Mengamati
Pembiasaan kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik,
sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta
didik dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang disajikan oleh guru (Sudarwan, 2013). Menurut Nuryani, 1995 mengamati
merupakan kegiatan mengidentifikasi ciri-ciri objek tertentu dengan alat inderanya secara teliti,
menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan, menggunakan alat atau bahan
sebagai alat untuk mengamati objek dalam rangka pengumpulan data atau informasi. Pengamatan
yang dilakukan hanya menggunakan indera disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan
yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur disebut pengamatan kuantitatif. Untuk meningkatkan
keterampilan mengamati, maka didalam RPP sebaiknya dimunculkan kegiatan yang memungkinkan
siswa untukmengunakan berbagai pancaindranya untuk mencatat hasil pengamatan.
3.
Menganalisis
Wonder grows with understanding and understanding come of analysis. Analisis dapat berupa
analisis kuantitatif dan kualitatif. Peserta didik perlu dilatih dan dibiasakan melakukan analisas
data yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Misalnya data pengamatan yang diperoleh
sendiri.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk meninjau kembali hasil pengamatan dan mereka dilatih
membuat pola-pola atau grafik dari data yang diperolehnya. Latih peserta untuk melakukan klasifikasi,
menghubungkan dan menghitung. A scientific approach to teaching pushes learners to seek for patterns
4.
Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan member kesempatan untuk mengkomunikasikan yang
peserta didik telah pelajari.
Berdasarkan uraian di atas, RPP khususnya pada langkah-langkah pembelajaran, diharapkan
memunculkan kegiatan-kegiatan seperti yang ada pada pendekatan scientific.
D. Penerapan Penilaian Autentik di dalam RPP
Penilaian Autentik merupakan usaha untuk mengukur atau memberikanpenghargaan atas
kemampuan seseorangyang benar-benar menggambarkan apa yangdikuasairya. Penilaian ini
dilakukan denganberbagai cara seperti tes tertulis, kolokium,portofolio, unjuk kerja, unjuk
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 270
Bu Poppy
inipendapatsiapa, makaharus di
tuliskansumbernya.
Sumber?
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
tindak (berdikusi, berargumentasi, dan lain-lain), observasi dan lain-lain (Permendiknas nomor 4
tahun 2007).
Menurut Jon Mueller (2006) penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para
siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.
Pendapat serupa dikemukakan
oleh RichardJ. Stiggins (1987) di dalam Nuryani (2006)
,menekankan keterampilandan kompetensi spesifik, untuk menerapkan keterampilan dan
pengetahuan yang sudah dikuasai
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes
tulis pilihan ganda terstandar sekalipun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui
hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan
konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah (
Sudarwan,2013)
Seperti apakah bentuk penilaian autentik? Biasanya suatu penilaian autentik melibatkan
suatutugas (task) bagi para siswa untuk menampilkan, dan sebuah kriteria penilaian atau rubric
(rubrics) yang akan digunakan untuk menilai penampilan berdasarkan tugas tersebut.
Asesmen autentik menjadi salah satu tuntutan Kurikulum 2013.Asesmen autentik memiliki
relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan
Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar
peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan
lain-lain.Asesmen autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,
memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang
lebih autentik. Karenanya, asesmen autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu
dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek.
Asesmen autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat populer
untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka
yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Asesmen
autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan
pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atauhasil pembelajaran.
Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tes
berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat.
Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diartikan dalam proses pembelajaran, karena memang
lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Asesmen autentik dapat dibuat
oleh guru sendiri, Sekolompok guru, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam
asesmen autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat
melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.
Berdasarkan uraian tersebut di dalam RPP khususnya pada penilaian, bentuk penilaiannya
diarahkan kepada penilaian autentik. Sedangkan untuk soal pilihan ganda dan uraian, guru
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 271
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
diharapkan merancang soal dengan memperhatikan konsep Higher Order Thinking (HOT), untuk
penilaian sikap dibuat skala penilaian sikap, penilaian kinerja dapat dilaksanakan langsung pada
saat pembelajaran misalnya saa siswa melakukan praktikum atau praktek lapangan. Guru
diharapkan merancang rubric penilaiannya. Untuk penilaian tugas-tugas yang akan dijadikan
portofolio siswa, guru harus membuat rubrik penilaannya.
RPP yang baik dapat dan dibuat oleh guru sendiri akan membantu guru dalam penyajian
pembelajarannya. Kerangka atau lay out RPP boleh berbeda-beda tetapi semua komponen ada
dan sistematis. Selain itu perlu diperhatikan estetika, efisiensi, kepraktisan dan kebermaknaan isi
RPP.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 272
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
Contoh Kerangka RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Satuan Pendidikan
:
………………
Kelas/Semester
:
…………………
Mata Pelajaran
:
…………………….
Topik
:
……………………..
Pertemuan Ke-
:
……………..
Alokasi Waktu
:
……………..
Kompetensi Inti ( diambil dari KI dan KD mata pelajaran)
Kompetensi Dasar ( diambil dari KD aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan)
Indikator Pencapaian Kompetensi
Tujuan Pembelajaran
Materi Pembelajaran
Metode ( Pendekatan dan Metode Pembelajaran)
1. Pendekatan
:
2. Metode
:
( Boleh ditambah dengan mencantumkan Strategi dan Model pembelajaran yang
digunakan guru dalam pembelajaran)
G. KKM
:
H. Kegiatan Pembelajaran
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
ALOKASI
WAKTU
Pendahuluan
Kegiatan inti
Penutup
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 273
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
I. Alat dan Sumber Belajar
1.
2.
Alat dan bahan Praktikum
Sumber
J. Penilaian
Teknik penilaian: Tertulis
Bentuk Instrumen :
Kunci Jawaban
Kunci Jawaban Soal Pilihan Ganda dan Uraian
NILAI = (Skor yang didapat/Skor maks) x 100
Contoh Lembar Pengamatan Sikap
Perilaku yang diamati pada pembelajaran
No
Nama
1
...................
2
....................
Menghargai
orang lain
Disiplin
Aktivitas
Kerjasama
Komunikasi
3
...
Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s/d 5
Penafsiran angka : 1. sangat kurang, 2. kurang, 3. cukup, 4. baik, 5. amat baik
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 274
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Contoh Lembar Penilaian Keterampilan (Mapel IPA)
Aspek Penilaian
No
Nama
a
b
c
d
e
Jumlah
Skor
Nilai
1
2
3
Aspek yang dinilai :
a. Keterampilan menggunakan alat
b. Kerapihan mengatur alat dan bahan
c. Keterampilan mengamati hasil percobaan
d. Keterampilan membereskan dan membersihkan alat dan bahan
Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s,d 5.
Penafsiran angka: 1 = 60, 2 = 70, 3 = 80, 4 = 90, 5 = 100
Rubrik Penilaian Laporan Praktikum/Diskusi
Nama : .............
Kelas : .............
Aspek yang dinilai
Bobot
……………..
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 275
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Tugas : ………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. (2007). Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan
PendidikanDasar dan Menengah. Jakarta
Kementerian Pendidikan Nasional. 2013. Kompetensi Dasar SMP/MTs, Jakarta
Mc Colum (2009) A scientific approach to
teaching.http://kamccollum.wordpress.com/2009/08/01/a-scientific-approach-toteaching/last update januari 2013
Nuryani Rustaman (2006). Penilaian Autentik( Authentik Assessment) dan Penerapannya dalam
Pendidikan Sains. FPMIPA& Sekolah Pascasarjana UPI,
http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195012311979032Sudarwan ( 2013) Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Pusbangprodik
Sudarwan ( 2013) Penilaian Autentik. Jakarta, Pusbangprodik.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 276
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
HO 3.1-2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan
: SMA
Kelas/Semester
: X/1
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Topik
: Komunikasi dalam Kehidupan
Jumlah Pertemuan
: 3 Pertemuan
K. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaran, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
mintanya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
L.
Kompetensi Dasar
1.1 Mensyukuri
anugerah
Tuhan
akan
keberadaan
bahasa
Indonesia
dan
menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa
2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan
bahasa Indonesia untuk membuat anekdot mengenai permasalahan sosial, lingkungan,
dan kebijakan publik
3.1 Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur
kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan
4.2 Memproduksi teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi
yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan mupun
tulisan
M. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya
sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa.
2. Memiliki sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa
Indonesia untuk membuat anekdot.
3. Mengetahui struktur teks anekdot
4. Mengetahui kaidah teks anekdot.
5. Memproduksi teks anekdot secara tulisan
6. Memproduksi teks anekdot secara lisan
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 277
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
N. Tujuan Pembelajaran
• Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat mensyukuri anugerah Tuhan akan
keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya sesuai dengan kaidah dan konteks
untuk mempersatukan bangsa.
• Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa memiliki dan menunjukkan sikap
tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia
untuk membuat anekdot mengenai permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik.
• Setelah membaca contoh teks anekdot dan mendiskusikannya, siswa dapat memahami
struktur dan kaidah teks anekdot, baik melalui lisan maupun tulisan.
• Setelah berdiskusi dan berlatih, siswa dapat memproduksi teks anekdot dengan
karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan mupun tulisan.
O. Materi Pembelajaran
b.
c.
d.
e.
P.
Kaidah Bahasa Indonesia
Contoh Teks Anekdot
Struktur Teks Anekdot
Kaidah Teks Anekdot
Alokasi waktu
6 x 45 Menit
Q. Metode Pembelajaran
Metode diskusi kelompok dan Penugasan
R. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Siswa menrespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan
pembelajaran sebelumnya
2) Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3) Siswa menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan, manfaat, dan langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan
b. Kegiatan Inti
Eksplorasi
1) Kedalaman pengetahuan dan kemampuan siswa tentang anekdot dipancing oleh guru
dengan memperlihatkan contoh atau model teks anekdot.
2) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal yang berhubungan dengan anekdot
termasuk hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan kaidah bahasa Indonesia
pada teks tersebut
Elaborasi
3) Siswa mengambil lotre yang berisi istilah kebahasaan. Lalu, masing-masing siswa
menyebutkan kata yang sama, bersatu membentuk kelompok kecil.
4) Siswa mendapatkan fotokopi surat kabar tentang beberapa anekdot
5) Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa secara
berkelompok membaca dan berdiskusi menentukan perbedaan, struktur, dan kaidah
anekdot serta penggunaan kaidah bahasa Indonesia yang tidak sesuai dalam tulisan
tersebut
6) Wakil dari masing-masing kelompok secara bergiliran melaporkan hasil diskusinya.
7) Kelompok lain merespon atau menanggapi dengan responsif dan santun
Konfirmasi
8) Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru
c. Kegiatan Penutup
1) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran
2) Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 278
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
3) Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
4) Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran
Pertemuan Kedua
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Siswa menrespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan
pembelajaran sebelumnya
2) Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3) Siswa menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan, manfaat, dan langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan
b. Kegiatan Inti
Eksplorasi
1) Kedalaman pengetahuan dan kemampuan siswa tentang anekdot dipancing oleh guru
dengan memperlihatkan contoh atau model teks anekdot.
2) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang struktur dan kaidah teks anekdot dengan
mengacu pada contoh teks anekdot.
Elaborasi
3) Siswa duduk kembali bersatu dengan kelompoknya masing-masing dengan posisi
tempat duduk yang diatur ulang.
4) Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa secara
berkelompok mendiskusikan tema yang akan diangkat untuk menulis anekdot. Tema
tersebut di anataranya permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik.
5) Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa secara
berkelompok siswa memproduksi teks anekdot, sesuai dengan struktur dan kaidah
teks anekdot serta tetap mengindahkan kaidah penggunaan bahasa Indonesia.
6) Siswa saling mengoreksi teks anekdot yang sudah ditulisnya dan memberikan saran
perbaikan untuk penyempurnaan dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan
santun
7) Siswa memperbaiki teks anekdot berdasarkan saran dari kelompok lain
Konfirmasi
8) Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat menulis
teks anekdot
9) Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka
tentang hambatan dalam menulis teks anekdot dan hasil observasinya pada saat
siswa berdiskusi dan menulis.
10) Siswa menyempurnakan kembali teks anekdotnya berdasarkan umpan balik dari guru
11) Kelompok yang menulis teks anekdot terbaik mendapatkan penghargaan.
b. Kegiatan Penutup
1) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran
2) Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan
3) Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran
Pertemuan Ketiga
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Siswa menrespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan
pembelajaran sebelumnya
2) Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3) Siswa menerima informasi kompetensi, meteri, tujuan, manfaat, dan langkah
pembelajaran yang akan dilaksanaka
b. Kegiatan Inti
Eksplorasi
4) Siswa Kedalaman pengetahuan dan kemampuan siswa tentang penyampaian
anekdot secara lisan dipancing oleh guru dengan memperlihatkan contoh atau model.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 279
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
5)
Siswa menjawab pertanyaan guru tentang hal-hal yang berhubungan dengan
penyampaian anekdot secara lisan berdasarkan model tersebut
Elaborasi
6) Siswa berdiskusi menyimpulkan hal-hal yang harus diperhatikan saat menyampaikan
anekdot secara lisan dan menyepakatinya sebagai rubrik penilaian.
7) Siswa duduk kembali bersatu dengan kelompoknya masing-masing dengan posisi
tempat duduk yang diatur ulang.
8) Di dalam kelompoknya siswa berlatih menyampaikan anekdot yang sudah ditulisnya
secara lisan dengan menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah dan konteks
9) Siswa di kelompoknya berhitung. Lalu masing-masing siswa yang menyebutkan
angka yang sama bersatu membentuk kelompok baru.
10) Di dalam kelompok baru, secara bergantian masing-masing siswa menyampaikan
anekdotnya secara lisan dengan menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah dan
konteks
11) Siswa yang lain mengapresiasi sesuai dengan rubrik yang sudah disepakati.
12) Masing-masing kelompok menentukan dua anggota terbaiknya
13) Perwakilan kelompok yang terbaik menyampaikan anekdotnya secara lisan di depan
kelas dengan menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah dan konteks
14) Semua siswa mengapresiasi temannya dan menentukan tiga siswa terbaik
Konfirmasi
15) Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru
16) Tiga siswa terbaik dalam penyampaian anekdot secara lisan mendapatkan
penghargaan
c. Kegiatan Penutup
1) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran
2) Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan
3) Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran
S.
Penilaian
1. Penilaian proses
No
1.
2.
3.
4.
5.
Aspek yang dinilai
Religius
Tanggung jawab
Peduli
Responsif
Santun
Teknik
Penilaian
Pengamatan
Waktu
Penilaian
Proses
Instrumen
Penilaian
Lembar
Pengamatan
Keterangan
Hasil
penilaian
nomor 1 dan
2 untuk
masukan
pembinaan
dan informasi
bagi Guru
Agama dan
Guru PKn
2. Penilaian Hasil
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Mengetahui struktur
teks anekdot
Mengetahui kaidah
Teknik
Penilaian
Tes
tertulis
Tes
Bentuk
Penilaian
Instrumen
Isian
1. Jelaskan struktur teks anekdot!
Isian
2. Sebutkan kaidah teks anekdot!
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 280
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
teks anekdot
Memproduksi teks
anekdot secara
tulisan
tertulis
Unjuk
kerja
Keterampilan
tertulis
2.
Memproduksi teks
anekdot secara lisan
Unjuk
kerja
Keterampilan
tertulis
3.
ilihlah salah satu tema berikut
ini (permasalahan sosial,
lingkungan, dan kebijakan
publik). Kemudian, tulislah teks
anekdot berdasarkan tema
yang Anda pilih!
ampaikanlah anekdot yang
telah Anda tulis secara lisan
dengan mengunakan bahasa
Indonesia sesuai kaidah dan
konteks!
Kunci Jawaban
1.
Struktur teks anekdot
a. abstract, berupa isyarat akan apa yang diceritakan berupa kejadian yangtidak lumrah,
tidak biasa, aneh, atau berupa rangkuman atas apa yang akan diceritakan ataudipaparkan
teks;sifatnya opsional.b. orientation, pendahuluan atau pembuka berupa pengelanalan tokoh, waktu,dan tempat.
c. events, rangkaian kejadian/peristiwa.
d. krisis, pemunculan masalah.
e. reaction, tindakan atau langkah yang diambil untuk merespon masalah.
f. coda, perubahan yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita;
sifatnya opsional.
g. reorientation, penutup—ungkapan-ungkapan yang menunjukkan ceritasudah berakhir.
2.
Kaidah teks anekdot
a. Menggunakan waktu lampau, seperti: saya menemukannya semalam.
b. Menggunakan pertanyaan retorika, seperti: Apakah kamu tahu?
c. Menggunakan kata sambung (konjungsi) waktu, seperti: kemudian, setelah itu, dll.
d. Menggunakan kata kerja, seperti: pergi, tulis, dll.
e. Menggunakan kalimat perintah
f. Menggunakan kalimat seru
Pedoman Penskoran
1.
Soal nomor 1
Aspek
Siswa menjawab benar semua
Siswa menjawab benar 6
Siswa menjawab benar 5
Siswa menjawab benar 4
Siswa menjawab benar 3
Siswa menjawab benar 2
SKOR MAKSIMAL
Skor
6
5
4
3
2
1
6
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 281
SMA/MA dan SMK/MAK
2.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Soal nomor 2
Aspek
Siswa menjawab benar semua
Siswa menjawab benar 5
Siswa menjawab benar 4
Siswa menjawab benar 3
Siswa menjawab benar 2
SKOR MAKSIMAL
3.
Skor
5
4
3
2
1
5
Soal nomor 3
No
Kunci/Kriteria jawaban/Aspek yang dinilai
1.
Isi
• Amat memahami; amat luas dan lengkap; amat
terjabar; amat sesuai dengan kutipan.
• Memahami; luas dan lengkap; terjabar; sesuai dengan
kutipan, meskipun kurang terinci.
• Memahami secara terbatas; kurang lengkap; kurang
terjabar; kurang terinci.
• Tidak memahami isi; tidak mengena.
2.
3.
Organisasi
• Amat teratur dan rapi; amat jelas; kaya akan gagasan;
urutan amat logis; kohesi amat tinggi.
• Teratur dan rapi; jelas; banyak gagasan; urutan logis;
kohesi tinggi.
• Kurang teratur dan rapi; kurang jelas; kurang gagasan;
urutan kurang logis; kohesi kurang tinggi.
• Tidak teratur; tidak jelas; miskin gagasan; urutan tidak
logis; tidak ada kohesi.
Kosakata dan Diksi
• Amat luas; penggunaan amat efektif; amat menguasai
pembentukan kata; pemilihan kata amat tepat.
• Luas; penggunaan efektif; menguasai pembentukan
kata; pemilihan kata yang tepat.
• Terbatas; kurang efektif; kurang menguasai
pembentukan kata; pemilihan kata kurang tepat.
• Seperti terjemahan; tidak memahami pembentukan
kata; tidak menguasai kata-kata.
Tingkat
Skor
Amat baik
27 – 30
Baik
22 – 26
Sedang
17 – 21
Kurang
13 – 16
Amat baik
18 –20
Baik
14 – 17
Sedang
10 – 13
Kurang
7-9
Amat baik
18 –20
Baik
14 – 17
Sedang
10 – 13
Kurang
7-9
i.
4.
Bahasa (Tata Bahasa dan Struktur)
• Amat menguasai tata bahasa; amat sedikit kesalahan
penggunaan dan penyusunan kalimat dan kata-kata.
Amat baik
22 – 25
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 282
SMA/MA dan SMK/MAK
No
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kunci/Kriteria jawaban/Aspek yang dinilai
• Penggunaan dan penyusunan kalimat sederhana;
sedikit kesalahan tata bahasa tanpa mengaburkan
makna.
• Kesulitan dalam penggunaan dan penyusunan kalimat
sederhana; kesalahan tata bahasa yang mengaburkan
makna.
• Tidak menguasai penggunaan dan penyusunan kalimat
; tidak komunikatif.
5.
6.
Penulisan (Ejaan dan Tanda Baca)
• Amat menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan.
• Menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan, dengan
sedikit kesalahan.
• Kurang menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan,
dengan banyak kesalahan.
• Tidak menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan,
tulisan sulit dibaca.
Kerapian
• Terbaca, bersih dan rapi.
• Terbaca, bersih, tapi tidak rapi.
• Terbaca, tidak bersih dan tidak rapi.
• Tidak terbaca, tidak bersih, dan tidak rapi.
Tingkat
Skor
Baik
18 – 21
Sedang
11 – 17
Kurang
5 – 10
Amat baik
5
Baik
4
Sedang
3
Kurang
2
Amat baik
5
Baik
4
Sedang
3
kurang
2
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 283
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
4.
Soal nomor 4
HAL-HAL YANG DIAMATI
Kesesuaian
5… Sesuai dengan kaidah dan struktur
3… Sebagian sesuai dengan kaidah dan struktur
1… Tidak sesuai dengan kaidah dan struktur
Kelengkapan (ada bagian awal-tengah-akhir)
5… ada bagian awal-tengah- akhir
3 … Ada bagian awal-tengah atau tengah-akhir
Kelogisan
5……alasan mendukung pernyataan
3……alasan kurang mendukung pernyataan
1……alasan tidak mendukung pernyataan
Kelancaran dan Keruntutan
5… Tidak tersendat-sendat sehingga mudah diikuti
3… Beberapa kali tersendat-sendat/ berhenti untuk berpikir
1… Selalu berhenti untuk mengingat-ingat
Penggunaan Bahasa
5… Bahasa komunikatif dan sederhana, tidak menghafal
3… Struktur kalimat terlalu panjang sehingga sukar dipahami
1… Kalimat rumit dan tidak logis
Pelafalan dan Intonasi
5… Pelafalan jelas dan tepat, intonasi bervariasi
3… Pelafalan jelas dan tepat tetapi intonasi monoton
1… Pelafalan tidak jelas dan tepat, intonasi monoton
Penampilan
3… Gerakan tubuh bermakna dan mendukung isi
2… Beberapa gerakan kurang sesuai dengan isi
1… Banyak gerakan yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan isi
artikel
T.
Sumber Belajar
•
Waluyo, Herman J. 2001. Apresiasi Puisi dan Pengajarannya. Jakarta: Gramedia
•
Contoh teks puisi
•
Panduan Lengkap Menulis Kreatif, penulis Didik Komaidi
Jakarta, Juni 2013
Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Endang Kurniawan, M. Pd.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 284
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Lampiran 1 Lembar Pengamatan
LEMBAR PENGAMATAN SIKAP
Mata Pelajaran
:..................................................................................................
Kelas/Semester
:....................................................................................................
Tahun Ajaran
:....................................................................................................
Waktu Pengamatan
: ............................................................................................
Indikator perkembangan sikap religius, tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun
9. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas
10. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
11. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
12. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten
Bubuhkan tanda V pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
No. Nama
Siswa
Tanggug
Religius
BT
MT
MB
jawab
MK
BT
MT
MB
Responsif
Peduli
MK
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
MK
Santun
BT
MT
MB
MK
1.
2.
3.
4.
5.
...
Keterangan
5
6
7
8
= kurang
= sedang
= baik
= sangat baik
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 285
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 286
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 287
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Contoh penerapan penilaian
Satuan Pendidikan
: SMA
Kelas/Semester
: X/1
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonsia
Topik
: Anekdot
HO 2.3/ 3.2
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaran, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
mintanya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya
sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa
2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan
bahasa Indonesia untuk membuat anekdot mengenai permasalahan sosial, lingkungan,
dan kebijakan publik
3.1 Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur
kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan
4.2 Memproduksi teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi
yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan mupun
tulisan
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannnya
sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan bangsa.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 288
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
2. Memiliki sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa
Indonesia untuk membuat anekdot.
3. Mengetahui struktur teks anekdot
4. Mengetahui kaidah teks anekdot.
5. Memproduksi teks anekdot secara tulisan
6. Memproduksi teks anekdot secara lisan
D. Instrumen Penilaian
1. Penilaian proses
No
Teknik
Waktu
Instrumen
Penilaian
Penilaian
Penilaian
Keterangan
Aspek yang dinilai
1.
Religius
Pengamatan
Proses
Lembar
Hasil penilaian
2.
Tanggung jawab
Pengamatan
nomor 1 dan 2
3.
Peduli
untuk
4.
Responsif
masukan
5.
Santun
pembinaan
dan informasi
bagi Guru
Agama dan
Guru PKn
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 289
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
2. Penilaian Hasil
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Mengetahui struktur
teks anekdot
Mengetahui kaidah
teks anekdot
Memproduksi teks
anekdot secara tulisan
Memproduksi teks
anekdot secara lisan
Teknik
Penilaian
Tes tertulis
Bentuk
Penilaian
Isian
4. Jelaskan struktur teks anekdot!
Tes tertulis
Isian
5.
Unjuk kerja
Keterampilan
tertulis
Keterampilan
tertulis
6.
Instrumen
ebutkan kaidah teks anekdot!
Unjuk kerja
7.
Kunci Jawaban
1.
Struktur teks anekdot
a. abstract, berupa isyarat akan apa yang diceritakan berupa kejadian yangtidak lumrah,
tidak biasa, aneh, atau berupa rangkuman atas apa yang akan diceritakan ataudipaparkan
teks;sifatnya opsional.b. orientation, pendahuluan atau pembuka berupa pengelanalan tokoh, waktu,dan tempat.
c. events, rangkaian kejadian/peristiwa.
d. krisis, pemunculan masalah.
e. reaction, tindakan atau langkah yang diambil untuk merespon masalah.
f. coda, perubahan yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita;
sifatnya opsional.
g. reorientation, penutup—ungkapan-ungkapan yang menunjukkan ceritasudah berakhir.
2.
Kaidah teks anekdot
a. Menggunakan waktu lampau, seperti: saya menemukannya semalam.
b. Menggunakan pertanyaan retorika, seperti: Apakah kamu tahu?
c. Menggunakan kata sambung (konjungsi) waktu, seperti: kemudian, setelah itu, dll.
d. Menggunakan kata kerja, seperti: pergi, tulis, dll.
e. Menggunakan kalimat perintah
f. Menggunakan kalimat seru
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 290
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Pedoman Penskoran
5.
Soal nomor 1
Aspek
Skor
Siswa menjawab benar semua
Siswa menjawab benar 6
Siswa menjawab benar 5
Siswa menjawab benar 4
Siswa menjawab benar 3
Siswa menjawab benar 2
SKOR MAKSIMAL
6.
6
5
4
3
2
1
6
Soal nomor 2
Aspek
Skor
Siswa menjawab benar semua
Siswa menjawab benar 5
Siswa menjawab benar 4
Siswa menjawab benar 3
Siswa menjawab benar 2
SKOR MAKSIMAL
7.
5
4
3
2
1
5
Soal nomor 3
No.
Kunci/Kriteria jawaban/Aspek yang dinilai
1.
Isi
• Amat memahami; amat luas dan lengkap; amat terjabar;
amat sesuai dengan kutipan.
• Memahami; luas dan lengkap; terjabar; sesuai dengan
kutipan, meskipun kurang terinci.
• Memahami secara terbatas; kurang lengkap; kurang
terjabar; kurang terinci.
• Tidak memahami isi; tidak mengena.
Organisasi
• Amat teratur dan rapi; amat jelas; kaya akan gagasan; urutan
amat logis; kohesi amat tinggi.
• Teratur dan rapi; jelas; banyak gagasan; urutan logis;
kohesi tinggi.
• Kurang teratur dan rapi; kurang jelas; kurang gagasan;
urutan kurang logis; kohesi kurang tinggi.
• Tidak teratur; tidak jelas; miskin gagasan; urutan tidak
logis; tidak ada kohesi.
2.
Tingkat
Skor
Amat baik
27 – 30
Baik
22 – 26
Sedang
17 – 21
Kurang
13 – 16
Amat baik
18 –20
Baik
14 – 17
Sedang
10 – 13
Kurang
7-9
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 291
SMA/MA dan SMK/MAK
No.
3.
4.
5.
6.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Kunci/Kriteria jawaban/Aspek yang dinilai
Kosakata dan Diksi
• Amat luas; penggunaan amat efektif; amat menguasai
pembentukan kata; pemilihan kata amat tepat.
• Luas; penggunaan efektif; menguasai pembentukan kata;
pemilihan kata yang tepat.
• Terbatas; kurang efektif; kurang menguasai pembentukan
kata; pemilihan kata kurang tepat.
• Seperti terjemahan; tidak memahami pembentukan kata;
tidak menguasai kata-kata.
Bahasa (Tata Bahasa dan Struktur)
• Amat menguasai tata bahasa; amat sedikit kesalahan
penggunaan dan penyusunan kalimat dan kata-kata.
• Penggunaan dan penyusunan kalimat sederhana; sedikit
kesalahan tata bahasa tanpa mengaburkan makna.
• Kesulitan dalam penggunaan dan penyusunan kalimat
sederhana; kesalahan tata bahasa yang mengaburkan
makna.
• Tidak menguasai penggunaan dan penyusunan kalimat ;
tidak komunikatif.
Penulisan (Ejaan dan Tanda Baca)
• Amat menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan.
• Menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan, dengan sedikit
kesalahan.
• Kurang menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan, dengan
banyak kesalahan.
• Tidak menguasai kaidah penulisan kata dan ejaan, tulisan
sulit dibaca.
Kerapian
• Terbaca, bersih dan rapi.
• Terbaca, bersih, tapi tidak rapi.
• Terbaca, tidak bersih dan tidak rapi.
• Tidak terbaca, tidak bersih, dan tidak rapi.
Tingkat
Skor
Amat baik
18 –20
Baik
14 – 17
Sedang
10 – 13
7-9
Kurang
ii.
Amat baik
22 – 25
Baik
18 – 21
Sedang
11 – 17
Kurang
5 – 10
Amat baik
Baik
5
4
Sedang
3
Kurang
2
Amat baik
Baik
Sedang
kurang
5
4
3
2
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 292
SMA/MA dan SMK/MAK
8.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Soal nomor 4
HAL-HAL YANG DIAMATI
Kesesuaian
5… Sesuai dengan kaidah dan struktur
3… Sebagian sesuai dengan kaidah dan struktur
1… Tidak sesuai dengan kaidah dan struktur
Kelengkapan (ada bagian awal-tengah-akhir)
5… ada bagian awal-tengah- akhir
3 … Ada bagian awal-tengah atau tengah-akhir
Kelogisan
5……alasan mendukung pernyataan
3……alasan kurang mendukung pernyataan
1……alasan tidak mendukung pernyataan
Kelancaran dan Keruntutan
5… Tidak tersendat-sendat sehingga mudah diikuti
3… Beberapa kali tersendat-sendat/ berhenti untuk berpikir
1… Selalu berhenti untuk mengingat-ingat
Penggunaan Bahasa
5… Bahasa komunikatif dan sederhana, tidak menghafal
3… Struktur kalimat terlalu panjang sehingga sukar dipahami
1… Kalimat rumit dan tidak logis
Pelafalan dan Intonasi
5… Pelafalan jelas dan tepat, intonasi bervariasi
3… Pelafalan jelas dan tepat tetapi intonasi monoton
1… Pelafalan tidak jelas dan tepat, intonasi monoton
Penampilan
3… Gerakan tubuh bermakna dan mendukung isi
2… Beberapa gerakan kurang sesuai dengan isi
1… Banyak gerakan yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan isi
artikel
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 293
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
Lampiran
LEMBAR PENGAMATAN PERKEMBANGAN AKHLAK DAN KEPRIBADIAN
Mata Pelajaran :..................................................................................................
Kelas/Semester:....................................................................................................
Tahun Ajaran
:....................................................................................................
Waktu Pengamatan: ............................................................................................
Indikator perkembangan sikap religius, tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun
13. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas
14. MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada
usaha sungguh-sungguh
dalam
menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
15. MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada
usaha sungguh-sungguh
dalam
menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
16. MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan
tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten
Bubuhkan tanda V pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
No.
Religius
Nama
Siswa
BT
MT
MB
Peduli
Tanggug jawab
MK
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
Responsif
MK
BT
MT
MB
Santun
MK
BT
MT
MB
MK
1.
2.
3.
4.
5.
...
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 294
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LK - 3.1/3.2
LEMBAR KERJA
PENELAAHAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Identitas RPP yang ditelaah: …………………………………
Berilah tanda cek ( V) pada kolom skor (1, 2, 3 ) sesuai dengan kriteria yang tertera pada kolom
tersebut! Berikan catatan atau saran untuk perbaikan RPP sesuai penilaian Anda!
Komponen
No.
Hasil Penelaahan dan Skor
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
A
Identitas Mata Pelajaran
1.
B.
Perumusan Indikator
Kesesuaian dengan SKL,KI dan KD.
2.
Kesesuaian penggunaan kata kerja
operasional dengan kompetensi yang
diukur.
3.
Kesesuaian dengan aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Perumusan Tujuan Pembelajaran
1.
Kesesuaian dengan proses dan hasil
belajar yang diharapkan dicapai.
2.
Kesesuaian dengan kompetensi dasar.
D.
1
2
3
Tidak
Ada
Kurang
Lengkap
Sudah
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Tidak
Sesuai
Sesuai
Lengkap
Satuan pendidikan,kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran
atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
1.
C.
Catatan
Pemilihan Materi Ajar
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 295
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Komponen
No.
Hasil Penelaahan dan Skor
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
1.
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran
2.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik.
3.
Kesesuaian dengan alokasi waktu.
E.
Pemilihan Sumber Belajar
1.
Kesesuaian dengan KI dan KD.
2.
Kesesuaian dengan materi
pembelajaran dan pendekatansaintifik .
3.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik.
F.
Pemilihan Media Belajar
1.
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
2.
Kesesuaian dengan materi
pembelajaran dan pendekatansaintifik.
3.
Kesesuaian dengan karakteristik peserta
didik.
G.
Model Pembelajaran
1.
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.
2.
Kesesuaian dengan pendekatan Saintifik.
H.
1.
Skenario Pembelajaran
Catatan
1
2
3
Sesuai
Sebagian
Seluruhnya
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Menampilkan kegiatan pendahuluan,
inti, dan penutup dengan jelas.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 296
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Komponen
No.
Hasil Penelaahan dan Skor
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2.
Kesesuaian kegiatan dengan
pendekatan saintifik.
3.
Kesesuaian penyajian dengan
sistematika materi.
4.
Kesesuaian alokasi waktu dengan
cakupan materi.
I.
Penilaian
1.
Kesesuaian dengan teknik dan bentuk
penilaian autentik.
2.
Kesesuaian dengan dengan indikator
pencapaian kompetensi.
3.
Kesesuaian kunci jawaban dengan soal.
4.
Kesesuaian pedoman penskoran dengan
soal.
Catatan
1
2
3
Tidak
Sesuai
Sesuai
Sebagian
Sesuai
Seluruhnya
Jumlah
Komentar terhadap RPP secara umum.
........................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 297
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
R-3.1/3.2
RUBRIK
PENILAIAN TELAAH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Rubrik penilaian RPP digunakan fasilitator untuk menilai RPP peserta yang digunakan
peerteaching. Selanjutnya nilai RPP dimasukkan ke dalam nilai portofolio peserta.
Langkah-langkah penilaian RPP sebagai berikut.
1.
Cermati format penilaian RPP dan RPP yang akan dinilai!
2.
Berikan nilai setiap komponen RPP dengan cara membubuhkan tanda cek (√) pada kolom pilihan
skor (1 ), (2) dan (3) sesuai dengan penilaian Anda terhadap RPP tersebut!
3.
Berikan catatan khusus atau saran perbaikan setiap komponen RPP jika diperlukan!
4.
Setelah selesai penilaian, jumlahkan skor seluruh komponen!
5.
Tentukan nilai RPP menggunakan rumus sbb:
PERINGKAT
NILAI
Amat Baik ( AB)
90 < AB ≤ 100
Baik (B)
80 < B ≤ 90
Cukup (C)
70 < C ≤ 80
Kurang (K)
≤ 70
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 298
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
Materi Pelatihan :
3.2 Perancangan Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar
Langkah Kegiatan Inti
Diskusi dan
Tanya jawab
Kerja
Kelompok
Kerja
Kelompok
Presentasi
Merangkum
dan Refleksi
40 Menit
30 Menit
25 Menit
20 Menit
20 Menit
Diskusi dan tanya jawab tentang penilaian autentik dalam bentuk tes dan nontes termasuk
portofolio, dilanjutkan dengan Pemaparan materi oleh fasilitator tentang Contoh Penerapan
Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan PPT-2.3/3.2 dan Panduan Tugas
Menelaah Rancangan Penilaian pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2 yang disisipkan dalam
kegiatan diskusi tersebut.
Kerja kelompok untuk menelaah contoh penerapan penilaian autentik pada pembelajaranyang
terdapat dalam HO-2.3/3.2.
Kerja kelompok untuk merevisi rancangan penilaian pada RPP yang telah disusun.
Presentasi hasil kerja kelompok.
Membuat rangkuman materi pelatihan Model Rancangan Pembelajaran.
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran.
Bahan Tayang
Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran dengan menggunakan PPT-2.3/3.2 dan
Panduan Tugas Menelaah Rancangan Penilaian pada RPP dengan menggunakan PPT-3.2-2.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 299
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 300
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 301
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 4: PRAKTIK PEMBELAJARAN
TERBIMBING (24 JP)
4.1. Simulasi Pembelajaran
4.2. Peer Teaching
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 302
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
MATERI PELATIHAN 5: PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
A.
KOMPETENSI
Peserta pelatihan dapat:
1. mengkaji pelaksanaan pembelajaranyang menerapkan pendekatan saintifik (mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) dengan tetap
memperhatikan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, maupun, intelektual; dan
2. melaksanakan pembelajaranyang menerapkan pendekatan saintifik (mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) dengan tetap
memperhatikan karakteristik peserta didik baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, maupun, intelektual.
B.
LINGKUP MATERI
1. Simulasi Pembelajaran
2. Peer Teaching
C.
KOMPETENSI PESERTA PELATIHAN
1. Ketelitian dan keseriusan dalam menganalisis simulasi pembelajaran.
2. Menganalisis simulasi pembelajaran melalui tayangan video pembelajaran.
3. Menyimpulkan alur pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan saintifikdan
penilaian autentik.
4. Merevisi RPP sehingga menerapkan pendekatan saintifikdan penilaian autentik untuk
kegiatan peer teaching.
5. Kreatif dan komunikatif dalam melakukan peer teaching.
6. Melaksanakan peer teaching pembelajaranyang menerapkan pendekatan saintifik dan
penilaian autentik.
7. Menilai pelaksanaan peer teaching peserta lain.
D.
PERANGKAT PELATIHAN
1. Bahan Tayang
a. Strategi Pengamatan tayangan video.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 303
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
b. Panduan tugas praktik pelaksanaan pembelajaran.
c. Garis besar instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran.
2. Lembar Kerja
a. Analisis pembelajaran pada tayangan video.
b. Instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran (Alat Penilaian Kinerja Guru).
3. ATK
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 304
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SKENARIO KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATERI PELATIHAN
ALOKASI WAKTU
JENJANG
MATA PELAJARAN
TAHAPAN
KEGIATAN
PERSIAPAN
KEGIATAN
PENDAHULUAN
KEGIATAN INTI
:
:
:
:
4. PRAKTIK PEMBELAJARAN TERBIMBING
24 JP (@ 45 MENIT)
SMP/MTs
BAHASA INDONESIA
DESKRIPSI KEGIATAN
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran,
seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser
Pointer, atau media pembelajaran lainnya.
Pengkondisian Peserta
Perkenalan
Fasilitator menjelaskan nama, tujuan, kompetensi, indikator,
alokasi waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran materi
pelatihan Praktik Pembelajaran Terbimbing.
Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika agar saling
mengenal, serius, semangat, dan bekerja sama saat proses
pembelajaran berlangsung.
4.1 Simulasi Pembelajaran
Pemaparan Strategi Pengamatan Video Pembelajaran dengan
menggunakan bahan tayang PPT-4.1 oleh fasilitator.
Penayangan video pembelajaran bahasa Indonesia dengan
menggunakan V-2.1/4.1.
Kerja kelompok untuk menganalisis tayangan video pembelajaran
dengan fokus pada penerapan pendekatan saintifik dan penilaian
autentik dengan menggunakan LK 4.1.
Mengkonfirmasi penerapan pendekatan saintifik dan penilaian
autentik mengacu pada tayangan video pembelajaran.
Kerja kelompok untuk merevisi RPP sesuai dengan hasil tayangan
video pembelajaran.
Presentasi contoh RPP yang akan digunakan dalam kegiatan peer
teaching.
ICE BREAKER
4.2 Peer Teaching
Paparan oleh fasilitator tentang Panduan Tugas Praktik
Pelaksanaan Pembelajaran melalui peer teaching dengan
menggunakan PPT- 4.2-1.
Paparan oleh fasilitator tentang Garis Besar Instrumen Penilaian
Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan PPT-4.2-2.
WAKTU
15 Menit
380 Menit
20 Menit
20 Menit
60 Menit
30 Menit
135 Menit
90 Menit
10 Menit
655 Menit
15 Menit
15 Menit
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 305
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
TAHAPAN
KEGIATAN
KEGIATAN
PENUTUP
DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
Persiapan peer teaching.
Praktik peer teachingpembelajaran bahasa Indonesiasecara
individual, untuk setiap peserta 30 menit dipandu fasilitator.
Menilai kegiatan peer teachingmenggunakan instrumen penilaian
pelaksanaan pembelajaran LK -4.2.
Refleksi terhadap pelaksanaan peer teaching.
Membuat rangkuman materi pelatihanPraktik Pembelajaran
Terbimbing.
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang
relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran.
10 Menit
560 Menit
40 Menit
15 Menit
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 306
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Materi Pelatihan :
4.1 Simulasi Pembelajaran
Langkah Kegiatan Inti
Paparan
Tayangan Video
Kerja Kelompok
20 Menit
20 Menit
60 Menit
Presentasi
Kerja Kelompok
Menyimpulkan
90 Menit
135 Menit
30 Menit
Pemaparan Strategi Pengamatan Video Pembelajaran dengan menggunakan bahan tayang PPT4.1 oleh fasilitator.
Penayangan video pembelajaran dengan menggunakan V-2.1/4.1.
Kerja kelompok untuk menganalisis tayangan video pembelajaran dengan fokus pada penerapan
pendekatan saintifik dan penilaian autentik dengan menggunakan LK 4.1.
Menyimpulkan alur pembelajaranyang berorientasi pada pendekatan saintifik dan penilaian
autentik.
Kerja kelompok untuk merevisi RPP sesuai dengan hasil analisis tayangan video pembelajaran.
Presentasi contoh RPP yang akan digunakan dalam kegiatan peer teaching.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 307
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 308
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 309
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 310
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
LK - 4.1
LEMBAR KERJA
ANALISIS PEMBELAJARAN
DALAM TAYANGAN VIDEO PEMBELAJARAN
1. Nama Peserta
: ..............................................
2. Asal Sekolah
: ..............................................
3. Mata Pelajaran
: ..............................................
3. Tema
: ..............................................
Aspek yang Diamati
Ya
Tidak
Catatan
Kegiatan Pendahuluan
Melakukan apersepsi dan motivasi.
a Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali
kegiatan pembelajaran.
b Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman
peserta didik dalam perjalanan menuju sekolah atau dengan
tema sebelumnya.
c Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitan dengan tema
yang akan dibelajarkan.
d Mengajak peserta didik berdinamika/melakukan sesuatu
kegiatan yang terkait dengan materi.
Kegiatan Inti
Guru menguasai materi yang diajarkan.
a.
Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan
pembelajaran.
b. Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain
yang diintegrasikan secara relevandengan perkembangan Iptek
dankehidupan nyata .
c. Menyajikan materi dalam tema secara sistematis dan gradual
(dari yang mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak)
Guru menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik.
a.
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai.
b. Melaksanakan pembelajaran secara runtut.
c. Menguasai kelas dengan baik.
d. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 311
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aspek yang Diamati
e. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya
kebiasaan positif (nurturant effect).
f. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
direncanakan.
Ya
Tidak
Catatan
Guru menerapkan pendekatan saintifik.
a
Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana.
b
Memancing peserta didik untuk peserta didik bertanya.
c
Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilan
mengamati.
Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilan
menganalisis.
Menyajikan kegiatan peserta didik untuk keterampilan
mengkomunikasikan.
Guru melaksanakan penilaian autentik.
Mengamati sikap dan perilaku peserta didik dalam mengikuti
pelajaran.
Melakukan penilaian keterampilan peserta didik dalam
melakukan aktifitas individu/kelompok.
Mendokumentasikan hasil pengamatan skap, perilaku dan
keterampilan peserta didik.
Guru memanfaatan sumber belajar/media dalam
pembelajaran.
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber belajar
pembelajaran.
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media
pembelajaran.
Menghasilkan pesan yang menarik.
Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar
pembelajaran.
Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media
pembelajaran.
Guru memicu dan/atau memelihara keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran.
Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi
guru, peserta didik, sumber belajar.
Merespon positif partisipasi peserta didik,
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik,
d
f
a
b
c
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.
e. Menumbuhkan keceriaan dan antusisme peserta didik dalam
belajar.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 312
SMA/MA dan SMK/MAK
a.
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aspek yang Diamati
Guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam
pembelajaran
Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.
Ya
Tidak
Catatan
b. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.
c.
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai.
Penutup Pembelajaran
Guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif
a. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan peserta didik.
b. Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 313
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
R - 4.1
RUBRIK
PENILAIAN HASIL ANALISIS PEMBELAJARAN
PADA TAYANGAN VIDEO
NAMA PESERTA DIKLAT
KELAS/
TANGGAL PENILAIAN
Aspek
:…………………………………………………………..
:…………………………………………………………..
:…………………………………………………………..
Rentangan
Nilai
Kriteria
Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal,
kegiataninti,
dankegiatanpenutupdenganlengkapdanterinci yang
disertaicontohkongkrithasilpengamatan.
Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal,
kegiataninti,
dankegiatanpenutupdenganlengkapnamunkurangteri
nci..
Mendeskripsikanhasilpengamatankegiatanawal,
kegiataninti, dankegiatanpenutupnamuntidaklengkap.
Mendeskripsikansetiap item padalembarkerjaanalisis
Lembarkerjaanali proses belajarmengajarsesuaidengankompetensidasar
sispembelajaran yang disajikandalamtayangan video denganjelas,
lengkapdanbenar.
dalam Video
(15-30)
Mendeskripsikansetiap item padalembarkerjaanalisis
proses belajarmengajarsesuaidengankompetensidasar
yang disajikandalamtayangan video denganjelas.
Hanyamenandaisetiap item padalembarkerjaanalisis
proses belajarmengajarsesuaidengankompetensidasar
yang disajikandalamtayangan video.
Sikapselamamen Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguhgamati
sungguhdenganpenuh rasa ingintahu yang
(5-15)
disertaidenganpolaberpikiranalitikdalammengamatida
nberdiskusi.
Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguhsungguhdenganpenuh rasa ingintahu
danaktifdalamberdiskusi.
Menunjukkansikapantusias, teliti, bersungguhsungguhdenganpenuh rasa ingintahu saja.
Pengamatan
Video
(15-30)
Komentardan
Simpulan
(10-25)
Memberikankomentar yang
faktualdanterstruktursesuaidenganketerlaksanaan
skenario pembelajaran yangadadalamtayangan PBM
video pembelajaranyang terdiridaripengalaman yang
dapatdiambildaritayangan video dankesimpulan.
Nilai
Peserta
25 - 30
21 - 24
15 - 20
25 - 30
21 - 24
15 - 20
12 - 15
8 - 11
5-7
21 - 25
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 314
SMA/MA dan SMK/MAK
Aspek
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Rentangan
Nilai
Kriteria
Memberikankomentar yang
faktualdanterstruktursesuaidenganketerlaksanaan
skenario pembelajaran yangadadalamtayangan PBM
video pembelajaranyang terdiridaripengalaman yang
dapatdiambildaritayangan video.
Memberikankomentarsesuaidengan keterlaksanaan
skenario pembelajaran yangadadalamtayangan PBM
video pembelajaran.
JUMLAH
Nilai
Peserta
16 -20
10 -15
100
………………, ……….……………. 2013
Fasilitator,
(.................................................)
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 315
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Materi Pelatihan :
4.2 Peer Teaching
Langkah Kegiatan Inti
Paparan
Panduan
Paparan
Instrumen
Penilaian
Persiapan
Peer Teaching
15 Menit
15 Menit
10 Menit
Refleksi
Praktik
Peer Teaching
40 Menit
560 Menit
Paparan oleh fasilitator tentang Panduan Tugas Praktik Pelaksanaan Pembelajaran melalui peer
teaching dengan menggunakan PPT- 4.2-1.
Paparan oleh fasilitator tentang Garis Besar Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
dengan menggunakan PPT-4.2-2.
Persiapan peer teaching.
Praktik peer teachingpembelajaran secara individual, untuk setiap peserta 30menit dipandu
fasilitator.
Menilai kegiatan peer teachingoleh fasilitator dengan menggunakan instrumen penilaian
pelaksanaan pembelajaran LK-4.2.
Refleksi terhadap pelaksanaan peer teaching.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 316
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 317
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 318
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 319
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
SMA/MA dan SMK/MAK
LK - 4.2
LEMBAR KERJA
INSTRUMEN PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
1. Nama Peserta
: .................................................
2. Asal Sekolah
: .................................................
3. Topik
: .................................................
Aspek yang Diamati
Ya
Tidak
Catatan
Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi
1
Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan
pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.
2
Mengajukan pertanyaan menantang.
3
Menyampaikan manfaat materi pembelajaran.
4
Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan materi
pembelajaran.
Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan
1
Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta
didik.
2
Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja
kelompok, dan melakukan observasi.
Kegiatan Inti
Penguasaan Materi Pelajaran
1
2
3
4
Kemampuan menyesuiakan materi dengan tujuan
pembelajaran.
Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain
yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata.
Menyajikan pembahasan materi pembelajaran dengan
tepat.
Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari
konkrit ke abstrak)
Penerapan Strategi Pembelajaran yang Mendidik
1
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai.
2
Menfasilitasi kegiatan yang memuat komponen eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi.
3
4
Melaksanakan pembelajaran secara runtut.
Menguasai kelas.
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 320
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aspek yang Diamati
5
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.
6
7
Ya
Tidak
Catatan
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect).
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
yang direncanakan.
Penerapan Pendekatan saintifik
1
Memberikan pertanyaan mengapa dan bagaimana.
2
Memancing peserta didik untuk bertanya.
3
Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba.
4
Memfasilitasi peserta didik untuk mengamati.
5
Memfasilitasi peserta didik untuk menganalisis.
6
Memberikan pertanyaan peserta didik untuk menalar
(proses berfikir yang logis dan sistematis).
7
Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.
Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam Pembelajaran
1
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber
belajar pembelajaran.
2
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media
pembelajaran.
3
Menghasilkan pesan yang menarik.
4
Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber
belajar pembelajaran.
5
Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media
pembelajaran.
Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran
1
Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui
interaksi guru, peserta didik, sumber belajar.
2
Merespon positif partisipasi peserta didik.
3
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik.
4
Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.
5
Menumbuhkan keceriaan atau antuisme peserta didik dalam
belajar.
Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran
1
Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.
2
Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar.
Kegiatan Penutup
Penutup pembelajaran
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 321
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
Aspek yang Diamati
Ya
1
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan peserta didik.
2
Memberihan tes lisan atau tulisan .
3
Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan portofolio.
4
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan
kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.
Tidak
Catatan
Jumlah
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 322
SMA/MA dan SMK/MAK
Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
R - 4.2
RUBRIK
PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Rubrik Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran ini digunakan fasilitator untuk menilai kompetensi
guru dalam melaksanakan pembelajaran pada saat Peer Teaching. Selanjutnya nilai PeerTeaching
dimasukkan ke dalam nilai portofolio peserta.
Langkah Kegiatan
1.
Berikan tanda cek (√) pada kolom pilihan YA atau TIDAK sesuai dengan penilaian Anda terhadap
penyajian guru pada saat pelaksanaan pembelajaran!
2.
Berikan catatan khusus atau saran perbaikan pelaksanaan pembelajaran!
3.
Hitung jumlah nilai YA dan TIDAK !
4.
Tentukan Nilai menggunakan rumus berikut ini!
Mata Pelajaran
IPA
PERINGKAT
NILAI
Amat Baik ( AB)
90 ≤ AB ≤ 100
Baik (B)
75≤B <90
Cukup (C)
60 ≤ C < 80
Kurang (K)
K<70
Bahasa Indonesia – SMA/MA DAN SMK/MAK | 323