[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
Pendidikan di Indonesia Dalam Sudut Pandang Realisme Latar Belakang Dalam pendidikan di Indonesia saat ini kajian kajian yang ada dalam pendidikan kurang mengarah pada proses pendidikan maka dalam hal ini kita perlu tahu apa itu filsafat pendidikan untuk melihat dan mengatasi masalah seperti ini, karena kita tahu bahwa filsafat bisa mengatasi masalah masalah seperti ini. Para ahli dalam dunia pendidikan beranggapan bahwa memlalui filsafaat kita bisa mengetahui yang di dinginkan dalam pendidikan secara konperhensif sebagai bagian yang penting dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Pengertian Realisme Realisme adalah suatu aliran filsafat yang luas yang meliputi materialisme disatu sisi dan sikap yang lebih dekat kepada idealisme objektif di pihak lain. Realisme adalah pandangan bahwa objek-objek indera adalah riil dan berada sendiri tanpa bersandar kepada pengetahuan lain atau kesadaran akal . Seperti Idealisme, Realisme adalah salah satu filsafat tertua dan paling tua di dunia Barat. Berbeda dengan idealisme, Realis menegaskan bahwa benda ada terlepas dari persepsi kita tentang mereka. Misalnya, buku yang Anda baca ini ada sebagai "objek dalam dirinya sendiri", dan keberadaannya tidak bergantung pada persepsi atau penggunaannya. Bahkan jika Anda tidak membacanya, teks ini akan tetap ada. Berdasarkan bentuk kata (etimologi) Realisme berasal dari Bahasa Latin ”realis” yang berarti ”sungguh-sungguh atau nyata dan benar”. Realisme adalah filsafat yang menganggap bahwa terdapat satu dunia eksternal nyata yang dapat dikenali. Karena itu, realisme berpandangan bahwa objek persepsi indrawi dan pengertian sungguh-sungguh ada, terlepas dari indra dan budi yang menangkapnya karena objek itu memang dapat diselidiki, dianalisis, dipelajari lewat ilmu, dan ditemukan hakikatnya lewat ilmu filsafat . Pemikiran Pendidikan realisme Dalam pandangan realisme kemampuan dasar dalam proses kependidikan yang di alami lebih ditentukan perkembangannya oleh pendidikan atau lingkungan sekitar, karena empiris ( pengalaman) pada hakikatnya yang membentuk manusia. Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat dengan pandangan John locke bahwa akan pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabula rasa, ruang kosong seperti kertas putih yang kemudian menerima impresi atau pengaruh dari lingkungan. Oleh karena itu pendidikan dipandang dibutuhkan karena untuk membentuk setiap individu agar mereka menjadi sesuai dengan apa yang dipandang baik. Realisme dalam filsafat terdiri dari beberapa jenis, mulai dari personal realisme , realisme Platonik atau konseptual atau klasik Asumsi yang dipakai adalah bahwa yang riil itu bersifat permanen dan tidak berubah sehingga ide atau universal adalah lebih riil daripada yang individual. Selain itu muncul pula jenis realisme yang lebih menarik yang diwakili oleh Aristoteles. Menurutnya dunia yang riil adalah dunia yang dirasakan sekarang, dan bentuk serta materi tak dapat dipisahkan. Realitas justru terdapat dalam benda-benda kongkrit atau dalam perkembangan benda-benda itu ( Titus, 1984:331). Di Amerika Serikat sendiri pada dasawarsa pertama dari abad ke-20 muncul dua gerakan realis yang kuat, yaitu new realism atau neorealism dan critical realism. Neorealism adalah serangan terhadap idealisme dan critical realism adalah kitrik terhadap idealisme dan neorealism. Kelompok neorealism menolak subjektivism, monisme , absolutisme dan pandangan-pandangan yang menyatakan bahwa benda-benda yang nonmental itu diciptakan atau diubah oleh akal yang mengetahui. Mereka mendukung doktrin common sense tentang dunia yang riil dan objektif dan diketahui secara langsung oleh rasa indrawi. Pengetahuan tentang sesuatu objek tidak mengubah objek tersebut. Pengalaman dan kesadaran bersifat selektif dan bukan konsitutif yang berarti bahwa subjek memilih untuk memperhatikan benda-benda tertentu lebih dari pada yang lain dan subjek tidak menciptakan atau mengubah benda-benda tersebut hanya karena subjek mengalaminya. Objek tidak dipengaruhi oleh adanya pengalaman subjek atau tidak adanya pengalaman subjek tentang benda tersebut. Jika aliran idealisme menekankan akal atau jiwa sebagai realitas pertama, maka aliran realisme cenderung untuk menganggap akal sebagai salah satu dari beberapa benda yang keseluruhannya dinamakan alam dan juga penekanan bahwa dunia luar berdiri sendiri dan tidak tergantung pada subjek. Perhatian diarahkan bukan kepada akal yang memahami akan tetapi kepada realitas yang dipahami. Dengan demikian maka realisme mencerminkan objektivisme yang mendasari dan menyokong sains modern. Realisme menerima kenyataan bahwa dunia ini berbeda – beda tergantung kepada pengalaman maisng-masing subjek. Realisme bertentangan secara tajam dengan idealisme. Realisme adalah juga sikap untuk menjaga subjek dari penilaiannya terhadap benda-benda, dengan membiarkan objek-objek berbicara sendiri kepada subjek. Realisme melukiskan dunia ini sebagaimana adanya dan tidak menurut keinginannya. Penekanannya, kepada dunia luar yang berdiri sendiri . Dalam filsafat pendidikan Realisme mendefinisikan dirinya sebagai aliran filsafat pendidikan dengan basis dasar 3 kategori metafisika dan epistemologi bahwa dunia luar berdiri tanpa tergantung keberadaan kita, realitas dapat diketahui melalui pikiran manusia. ( Ornstein, 1985:191). Realisme sebagai Filsafat Sistematik Pada bab sebelumnya, kami memeriksa ldealisme dalam hal komponen fisik, epistemologis, dan aksiologisnya. Kita akan menggunakan cara analisis yang sama dalam memeriksa Realisme yaitu Metafisika-realisme Kenyataan yang ada atau sebenarnya hanyalah kenyataan fisik yaitu (materialism) kenyataan yang material dan kenyataan yang immaterial (dualisme) dan terbentuknya dari berbagai pernyataan (pluralisme). proposisi metafisik realisme yang penting adalah bahwa kita hidup dalam tatanan realitas yang objektif yang ada terlepas dari dan eksternal ke dalam pikiran kita. Benda-benda, yaitu benda-benda materi, ada pada waktunya dan di luar angkasa, dan bisa mengetahui sesuatu melalui proses pengenal kita yang melibatkan sensasi dan abstraksi Epistemologi-realisme Kenyataan yang ada dengan sendirinya, tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia karena kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Dalam hal ini pengetahuan pun bisa di dapat dari pengetahuan, karena kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan kesesuaiannya terhadap fakta. Bagi Realis, mengetahui adalah memiliki pengetahuan tentang suatu objek. Kognisi, atau mengetahui, melibatkan interaksi pikiran manusia dan dunia di luar pikiran. Aksiologi-realisme Tingkah laku manusia diatur oleh hukum hukum alam yang di peroleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan kebiasaan atau adat istadat yang telah teruji dalam kehidupan. Teori nilai realis adalah tujuan yang menegaskan bahwa kita dapat memperkirakan nilai sifat objek melalui pengetahuan. Nilai sebuah tindakan terletak pada objek atau dalam hubungan antar objek sedemikian rupa sehingga bisa diketahui, dinilai, atau diperkirakan. Berbeda dengan teori emotif yang mengandalkan perasaan subjektif, Realis berpendapat bahwa apresiasi tindakan kita dapat diperkirakan dan dinilai berdasarkan kriteria yang ada di luar kita.  Seperti yang ditunjukkan, Realis cenderung melihat cara kerja alam semesta secara teratur, terarah, berpola, mengikuti disain, dan akhirnya berakhir. Menurut Edward J. power, (1982) implkasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut; Tujuan Pendidikan Tujuan-tujuan pendidikan dalam aliran realisme adalah dapat menyesuaikan diri dalam hidup dan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial. Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen) Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.” Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.” Prinsip-Prinsip Pendidikan Realisme Pada dasarnya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa adanya merupakan belajar. Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak. Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek mater yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasikan dan direncanakan dengan pasti oleh guru. Secara luas lingkungan materiil dan sosial, manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia hidup. Isi Pendidikan atau Kurikulum Kurikulum Koprehensif yang berisi pengetahuan yang berguna untuk kesesuaian dan tangguung jawab sosial dalam hidup. Kurikulum di kembangkan secara komprehensif mencakup semua pengetahuan. Isi dari kurikulum pendidikan lebih efektif di organisasikan dalam bentuk pelajaran karena memiliki kecenderungan berorientasi pada peserta didik. Berisi unsur-unsur pendidikan liberal/pendidikan umum untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan pendidikan praktis untuk kepentingan bekerja. Peran Guru Guru diharuskan untuk dapat menguasai pengetahuan, terampil dan mempunya kreatifitas dalam teknik mengajar, dan harus bisa menuntut peserta didik mahir dalam pengetahuan yang di dapat secara realistis. Penentu materi pelajaran yang akan di sampaikan. Menggunakan minat siswa yang berhubungan dengan mata pelajaran. Mendisiplinkan siswa melalui ganjaran dan prestasi yang ada. Mengendalikan perhatian siswa dalam kondisi apapun. Membuat siswa aktif dalam banyak hal Peran Siswa Dalam konteks realisme, siswa di tuntut untuk bisa menguasai pengetahuan. Kedisiplinan di butuhkan untuk untuk mencapa esensi dalam metode pembelajaran. Menguasai pengetahuan dari hasil pembelajaran. Taat pada aturan yang berlaku dan mempunyai etika yang taat pada berbagai perilaku \ Kesimpulan Dalam dunia pendidikan sangatlah penting bagi kitta bahwa kita perlu ngerti apa itu filsafat untuk mengetahui segala sesuatu yang lebih serius an rumit. Filsafat pendidikan memberikan kita arah dan tujuan dalam menangani pendidikan yang sistematik. Filsafat pendiikan memberikan araha kepada konsep pindidikan , bagaimana tujian pendidikan itu harus terlaksana, peran sebagai pendidik terhadap siswa yang membantu dengan realitas yang ada dan di harapkan siswa dapat mendapatkan yang sesuai dengan apa ynag di inginkan oleh sang pendidik. Daftar Pustaka Dahlan, Ahmad, 2014, Aliran Filsafat Pendidikan: Realisme, (Online), (http://www.eurekapendidikan.com/2014/10/aliran-filsafat-pendidikan-realisme.html, diakses tanggal 9 Desember 2017) Knight, Goerge R, 2007, Filsafat Pendidikan , Penerjemah : dr. Mahmud Arif, M.Ag., Gama Media, Yogyakarta Belajar.com , “Tujuan Pendidikan Nasional” , (http://belajarpsikologi.com/tujuan-pendidikan-nasional/ diakses pada tanggal 9 Desesmber 2017) Sutono, Agus, 2011, Aliran Realisme Dalam Filsafat Pendidikan, (Online), (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=7021&val=531, diakses tanggal 9 Desember 2017).