[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
SKEMA LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN I RUMUSAN MASALAH Masalah yang akan diteliti ditentukan dan dirumuskan . Masalah yang diteliti hendaknya memenuhi kriteria berikut : Masalah itu hendaknya dalam lingkup ilmu keahlian peneliti. Ada manfaat jika masalah itu dipecahkan, minimal bermanfaat bagi pengembangan ilmu itu sendiri. Pemecahan masalah tidak membahayakan manusia atau tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Masalah itu dapat dan boleh diteliti. Masalah itu up to date, sedang menjadi thema di masysrakat. Masalah itu hendaknya yang aktual. Masalah penelitian biasanya dinyatakan dalam kalimat tanya. II TINJAUAN TEORETIS/KAJIAN PUSTAKA Masalah dipecahkan secara teoretis, menggunakan teori-teori yang ada didalam buku-buku, makalah, majalah ilmiah, koran, journal, selebaran, dokumen, laporan penelitian, hasil survai, siaran radio, siaran televisi, hasil workshop, hasil wawancara, hasil diskusi, hasil interview, hasil download internet dll. Pemecahan masalah dengan cara merangkum berbagai sumber untuk memperoleh rumusan yang merupakan jawaban pertanyaan (masalah), sering disebut kerangka berfikir. Pemecahan masalah yang diperoleh dari berbagai sumber yang dirangkum menjadi satu pernyatan disebut hipotesis atau pemecahan teoretis atau jawaban teoretis. Selanjutnya hipotesis ini dijadikan pengarah atau pedoman penelitian. Hipotesis inilah yang selanjutnya dipelajari, dicari data emperisnya dan diuji secara statistis. Jika lolos uji, berarti hipotesis berubah menjadi teori. Namun jika tidak lolos, semua kegiatan penelitian yang telah dilakukan sampai dengan cara menguji hipotesis, harus diteliti ulang untuk menemukan kesalahan yang dilakukan peneliti. III. KAJIAN HIPOTESIS Hasil simpulan yang disebut hipotesis, diprediksi mengenai variabel-variabel yang terlibat dan hubungan antar variabel yang terjadi. Mengenai variabel memang ada beberapa macam yang dikenal dalam penelitian, yaitu : Variabel independent, di sini peneliti diberi kebebasan untuk memanipulasi , memanage, mengubah, mamodifikasi dll. Oleh karena itu, variabel dependent disebut juga variabel bebas, penyebab, pengubah, stimulus, faktor dll. Variabel dependent, yaitu variabel yang perubahannya mengikuti ubahan variabel independent. Oleh karena itu variabel ini disebut juga sebegai variabel tergantung, variabel terikat, variabel akibat, variabel respon. Variabel moderator, yaitu variabel yang mempengaruhi hubungan variabel independent-dependent. Variabel intervening, yaitu variabel yang adanya tergantung peneliti. Variabel ini disimpulkan dari pengaruh variabel independent dan moderator terhadap fenomena yang terlihat.Contoh : Hipotesis : Anak yang dibatasi ternyata lebih agresif dari anak yang dibebaskan. Variabel independent : perlakuan terhadap anak (dibebaskan-dibatasi) Variabel dependent : agresifitas. Variabel intervening : frustrasi. Hipotesis : Mahasiswa yang selalu dinilai oleh dosen, ternyata bekerja/belajar lebih giat. Variabel independent : penilaian oleh dosen. Variabel dependent : kegiatan belajar. Variabel intervening : harga diri. Variabel kontrol: yaitu variabel yang pengaruhnya terhadap variabel dependent dikendalikan atau ditiadakan atau dibuat tetap. Jika hipotesis sudah diketahui variabel-variabelnya, selanjutnya dipelajari hubungan antar variabel yang terlibat. Langkah berikutnya adalah membuat variabel-variabel yang terlibat menjadi bentuk-bentuk variabel yang terukur (operasional). Misalnya ada hipotesis : Siswa yang selalu dimarahi oleh guru , lebih tekun belajar dari siswa yang selalu dimanja. Dalam hipotesis di atas terdapat guru yang menangani siswa dengan tindakan memarahinya dan respon siswa adalah tekun belajar. Jadi variabel yang ada dalam hipotesis tersebut adalah marah dan tekun belajar. Marah dan tekun belajar adalah variabel-variabel yang belum operasional (belum dapat diukur). Variabel ini dioperasionalkan menjadi (misalnya) Marah ----------> adalah banyak tugas yang di bebankan pada siswa. Tekun belajar ----------> diujudkan nilai yang dicapai siswa dalam test. Kemudian dilihat apakah penelitian ini perlu eksperimen atau tidak . Jika tidak perlu eksperimen (karena data yang diperlukan sudah ada), langsung dapat dilakukan pengambilan data atau mengukur variabel (penelitian ini disebut expost facto). Jika perlu experimen maka selanjutnya dirancang eksperimen yang akan dilakukan. RANCANGAN EKSPERIMEN Sebelum merancang eksperimen yang akan dilakukan, perlu melihat kembali variabel-variabel yang terlibat dalam hipotesis. Jenis variabel dipastikan , begitu juga fungsi-fungsinya dan segala hal yang mempengaruhi validitas penelitian. Faktor atau hal yang mempengaruhi validitas penelitian ialah A.Validitas Internal : Validitas internal berhubungan dengan kualitas penelitian itu, makin tinggi kualitasnya validitas penelitian makin tinggi. Faktor yang mempengaruhi validitas internal adalah segalanya mengenai kualitas semua komponen penelitian yang dapat berupa : latar belakang masalah, rumusan masaalah, kualitas tinjauan teoretis, ketepatan kerangka berfikir, kualitas rumusan hipotesis, ketepatan penentuan variabel dan hubunbgan antar variabel, kualitas alat ukur dan cara pengambilan data, ketepatan model uji statistis, kualitas data, cara penulisan laporan penelitian dll. Di bawah ini diuraikan beberapa faktor yang mempengaruhi validitas internal. Ukuran sampel; jika ukuran sampel terlalu kecil, menyebabkan tidak representatif. Oleh karena itu, sebelum eksperimen dimulai perlu ditentukan lebih dahulu kuran sampel atau banyaknya subyek yang menjadi sasaran. Mortality; yaitu menyusutnya jumlah subyek yang menjadi sasaran, hingga ukuran sampel menjadi tidak memenuhi syarat. Maturity, karenapenelitian berjalan lama an juga usia dan pengalaman subyek bertambah dan ini berarti bahwa karakteristik sampel berubah. Sampel menjadi tidak representatif. History, selama subyek mengikuti perjalanan penelitian akan memperoleh pengalaman yang bermacam-macam dan ini dapat mengubah riwayat hidupnya. Berarti subyek yang semula sudah berubah, sehingga sampel tidak representatif lagi. Interaksi berbagai faktor; interaksi antar faktor akan dapat mengubah karakteristik subyek tersebut. Akibatnya sampel menjadi tidak representatif. Instrument; penelitian biasanya menggunakan peralatan atau instrumen maupun perlengkapan test yang asing bagi subyek penelitian. Hal ini dapat mengubah karakteristik subyek , yang akibat selanjutnya sampel menjadi tidak representatif. Stabilitas; kemampuan dan kekuatan subyek biasanya terbatas, sehingga dalam mengikuti perjalanan penelitian kemampuan dan kekuatan tersebut dapat menurun (berubah). Hal ini dapat mengubah karakteristik subyek penelitian yang akibat selanjutnya sampel tidak representatif. Expectancy; biasanya subyek itu dalam keterlibatannya dalam penelitian karena mempunyai harapan-harapan tertentu. Hal ini dapat mengubah kara kteristik subyek yang akibat selanjutnya sampel tidak representatif. Testing; penelitian yang menggunakan test yang tidak valid menyebabkan perolehan data tidak valid pula dan ini berarti sampel tidak representatif. Statistical Regression; ada kecenderugan tertentu dalam hal nilai hasil penelitian yang menyebabkan sampel menjadi tidak representatif. Seleksi; subyek yang terpilih sebagai sampel biasanya mempunyai perasaan yang berbeda dari mereka yang tidak terpilih. Perubahan perasaan dan lain-lainnya inilah yang dapat berakibat sampel tidak representatif. B.Validitas external Validitas external berhubungan dengan berlkunya hasil-hasil penelitian di luar populasi. Makin kuat berlakunya hasil penelitian di luar populasi, validitas external penelitian makin tinggi. Kualitas penelitian makin baik. Hal-hal yang dapat menurunkan validitas external penelitian antara lain. Reactive effects of Testing. Interactive Effects of Selection Bias Reactive Effects of Experimental Arrangements. Multiple Treatment Interference. Judul penelitian. Selanjutnya di bawah ini diuraikan usaha-usaha meningkatkan validitas internal dengan jalan meminimalkan efek faktor yang menurunkan validitas internal. Cara mengontrol faktor seleksi Randomisasi. Matched-Pair Technique Matched-Group Technique Using subjects as their own controls. Limiting the population. The moderator variable as a selection device ---------> Factorial Statistical Design. Cara mengontrol faktor history Equating Experimental and Control Coditions. Method or Removal, yaitu meniadakan faktor-faktor dari luar yang berpengaruh terhadap experimen dan control (misal suara, interupsi dll.). Salah satu cara menghindari interupsi ialah dengan double blind technique. Method of Constancy, yaitu dengan membuat tetap variabel-variabel yang berpengaruh terhadap variabel dependent, kecuali variabel independent. Method of Counterbalancing. Method of Multiple Counterbalancing. Cara mengontrol faktor instrument Kesalahan penelitian yang bersumber dari instrumen biasanya terjadi karena peneliti melakukan hal-hal berikut. Sebelum mengukur peneliti sudah menentapkan intrumen (test) dengan koefisien reliabilitas tinggi. Dalam hal ini peneliti sudah berasumsi bahwa yang akan diukur itu konstan, sedangkan kenyataannya belum tentu demikian. Peneliti menggunakan alat ukur yang sama atau bentuk alternatif untuk pretest dan posttest’ Sebelum mengukur peneliti sudah menetapkan bahwa alat ukur yang akan digunakan adalah valid. Hal ini berarti bahwa yag akan diukur itu sudah diukur. Sebelum mengukur peneliti sudah menetapkan skor relatif test. Ini berarti peneliti sudah memasukkan skor yang akan diperoleh kedalam standart tertentu. Menggunakan dua judger atau observer bersamaan dalam satu ruang, sedang dari mereka ingin diketahui perbedaan hasil kerjanya. Hal seperti ini pasti bias. Agar terhindar dari bias intrument, jika tidak dapat menghindari 1 s/d 5, peneliti harus berlaku hati-hati dan penuh pertimbangan. CARA SINGKAT MENYAJIKAN RANCANGAN EXPERIMENT Setelah mengetahui faktor-faktor yang menurunkan tingkat validitas internal dan external penelitian, langkah selanjutnya menggunakan pengetahuan itu sebagai bahan pertimbangan dalam merancang experimen, agar dapat diperoleh hasil penelitian yang sebaik-baiknya (hasilpenelitian dengan tingkat validitas yang tinggi). Adapun model-model rancangan penelitian yang dimaksud adalah : I.Pre-Experimental Designs (NONDESIGNS) One-Shot Case Study X O X = Treatment O = Pengamatan (Test) One Group Pretest-Posttest Design O1 X O2 Rancanan ini gagal dalam mengontrol history, maturasi dan regresi statistis, namun dapat memperoleh informasi mengenai seleksi (yaitu pada pretest). Intact-Group Comparison X O1 -- - - - - - - O2 Rancangan ini menggunakan kelompok kontrol yang tidak memperoleh treatment (X) dan rancangan ini berhasil mengontrol faktor history, namun gagal jika diinginkan informai mengenai seleksi. Garis putus-putus menunjukkan bahwa kedua kelompok adalah intact group atau kelompok yang saling berinteraksi. Oleh karena tidak ada informasi mengenai kondisi awal, maka kemampuan mengontrol history dan maturasi masih diragukan, dan rancangan ini masih termasuk pre-experimental designs. II. True Experimental Designs Rancangan ini dikatakan sebagai True Experimental Designs, karena betul-betul dapat mengontrol faktor-faktor yang mnurunkan validitas internal. Rancangan yang dmaksud antara lain : Posttest Only Control Group Design R X O1 R O2 Rancangan ini baik sekali untuk mengontrol pengaruh test dan meniadakan sumber- sumber bias yang lain melalui randomisasi (R).Analisis data dapat diakukan dengan memperbandingkan O1 dengan O2. 2. Pretest-Posttest Control Group Design R O1 X O2 R O3 O4 Rancangan ini baik sekali untuk mengontrol history, seleksi, maturasi dan statistical regression, namun diragukan jika untuk mengontrol faktor instrumen. III. Factorial Designs Factorial design adalah rancangan true experiment yang dimodifikasi dengan menambahkan variabel independent. Rancangan factorial adalah rancangan yang dapat menampung kegiatan yang menangani banyak variabel independent. Rancangan faktorial adalah rancangan yang mengubah variabel moderator menjadi variabel bebas. Rancangan yang dimaksud adalah R O1 X Y1 O2 R O3 Y1 O4 R O5 X Y2 O6 R O7 Y2 O8 Di sini ada perubahan variabel moderator dari Y1 menjadi Y2 . Penentuan kelompok experiment maupun kontrol secara random. Memodifikasi true experiment hanya pada kelompok kontrol R X Y1 O1 R Y1 O2 R X Y2 O3 R Y2 O4 Termasuk rancangan factorial adalah R X1 Y1 O1 R X2 Y1 O2 R X3 Y1 O3 R XO Y1 O5 R X1 Y2 O6 R X2 Y2 O7 R X3 Y2 O8 R XO Y2 O9 X1 = pembelajaran dengan model belajar mandiri. X2 = pembelajaran mandiri / mempelajari buku text secara mandiri. X3 = pembelajaran dengan model kuliah menggunakan buku text. X0 = pembelajaran tradisional. Y1 = variabel moderator ---> kondisi siswa dengan kemampuan berfikir abstrak. Y2 = variabel moderator -----> kondisi siswa dengan kemampuan berfikir konkrit. O = pengamatan. Pada design factorial dimungkinkan mengakses pengaruh masing-masing variabel independent secara terpisah atau gabungan atau pengaruh secara simultan. Peneliti dapat mengetahui variabel yang memoderatori variabel yang lain. Diagram berikut mengambarkan hubungan berbagai hasil pengamatan dalam design factorial dengan dua variabel yang dipelajari. X1 x2 -------------------------- Y1 I O1 O2 I O Y1 I I Y2 I O3 O4 I OY2 ----------------------------- OX1 OX2 Memperbandingkan hasil pengamatan Oy dapat diketahui pengaruh X dan dengan memperbandingkan hasil pengamatan Ox dapat diketahui pengaruh Y , juga dengan memperbadingkan hasil pengamatan pada sel dapat diketahui pengaruh X dan Y secara simultan. IV. QUASI-EXPERIMENTAL DESIGNS Quasi-experimental designs adalah sebagian dari True Experimental designs. Quasi-Experimental designs hanya mengontrol sebagian sumber bias internal validity dan walaupun pengonrolannya tidak akurat, namun Quasi-Experimental designs secara substansial adalah lebih baik dari pre-experimental designs. Quasi-Experimental Designs antara lain : Time Series Design O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8 Time-Series Design ini biasanya sulit untuk mendapatkan data secara teratur dari O1 s/d O4 karena tertumbuk peraturan sekolah yang tidak memungkinkan dilakukan pengamatan secara beruntun sampai empat kali. Equivalent Time-Sample Design Seperti pada Time-Series design ini hanya menggunakan satu kelompok dengan treatmen tertentu. Di sini ada dua treatment (X1 dan X0) dimana X0 dikenakan pada waktu X1 tidak ada. Diagram design ini ialah: X1 O1 X0 O2 X1 O3 X0 O4 Ranangan ini baik sekali untuk mengontrol history. Rancangan ini dapat pula dalam bentuk O1 X1 O2 X0 O3 X1 O4 X0 O5. Kelemahan rancangan Equivalent Time-Sample adalah fidak dapat mengontrol external validity. Treatment yang berulang-ulang memperkecil external validity. Nonequivalent Control Group Design Dalam pendidikan biasanya peneliti tidak mungkin mengenakan treatment kepada subyek secara random dan biasanya treatment itu dikenakan pada klas (sejumlah murid atau subyek dalam satu ruangan). Oleh karena itu, rancangan yang cocok adalah seperti Intact-Groups. Diagram rancangan ini adalah : O1 X O2 ------------------- O3 O4 Sumber bias pada rancangan ini adalah pada penentuan kelompok kontrol. Walaupun disadari bahwa kelompok kontrol tidak mungkin equivalent dengan kelompok experiment, namun penentuan kelompok kontrol perlu hati-hati agar bedanya dari kelompok experiment tidak terlalu jauh. Separate-Sample Pretest-Posttest Design Dalam suatu sekolah dijumpai kondisi di mana tidak mungkin dapat dilakukan treatment pada banyak subyek, karena mereka terlibat berbagai macam kegiatan, maka perlu dirancang experiment yang tidak memerlukan kelompok kontrol yang harus ditreatment dalam waktu bersamaan dengan kelompok experiment. Rancangan yang dimaksud adalah Separate-Sample Pretest-Posttest Design, dengan diagram seperti berikut. O1 X O2 - - - - - - - - - - - - - - O3 X O4 Apabila terjadi O2> O1 dan O4>O3 maka dapat disimpulkan bahwa X berpengaruh terhadap O dan di sini mungkin terjadi pengaruh juga faktor history, namun karena pengulangan X pada kelompok kontrol, maka kemungkinan adanya pengaruh faktor history adalah kecil. Somber bias yang lain adalah faktor maturasi. Pengaruh faktor ini dapat diperkecil dengan menambahkan kegiatan observasi di kelompok kontrol pada saat O1 dilaksanakan. Rancangan experimentnya menjadi : O1 X O2 ---------------------------------------- O5 O3 X O4 Patched-Up Design Separate-Sample pretest-posttest design pada dasarnya adalah Pre-Experimental Design yang dilakukan dua kali, sedangkan Patched-Up Design pada dasarnya adalah penggunaan dua pre-experimental design yang kedua-duanya tidak adequate dikombinasi hingga menjadi adequate. Rancangan yang dimaksud adalah Klas A X O1 ------------------------------- Klas B O2 X O3 Rancangan Patched-Up ini berganti-ganti. Posttest kelompok pertama sama dengan pretest kelompok berikutnya. V. EXPOST FACTO DESIGNS Rancangan Expost Facto adalah rancangan di mana peneliti melakukan pemeriksaan pengaruh treatment sedangkan treatmentnya sendiri telah berlangsung (treatment sudah selesai). Rancangan Expost Facto antara lain : Rancangan untuk Corelational Study O1 O2 Rancangan ini misalnya untuk mengambil dua perangkat data yang akan dikorelasikan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh suatu treatment. Di samping itu penelit ian korelasional dapat dipergunakan untuk menentukan hubungan dua variabel dan hubungan yang mengarah ke sebab-akibat. Criterion – Group Design Rancangan ini biasanya dipergunakan apabila peneliti sedang mempelajari suatu fenomena yang sedang berlangsung. Misalnya peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan guru dapat mengajar dengan efektivitas tinggi. Dalam hal ini peneliti menentukan model (criterion) dua guru yang mengajarnya efektif dan tidak efektif (berdasarkan hasil judgement supervisor atau mahasiswa), kemudian diidentifikasi latar belakang dan kemampuan kedua model tersebut untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas mengajar. Kelas tempat kedua guru tersebut mengajar perlu juga diidentifikasi. Model rancangan Criterion-Group Design adalah sebagai berikut. C O1 O1 C O2 C O1 atau -------------- atau ---------- O2 O1 O2 O2 Pendekatan Criterion-Group dapat juga dipergunakan dalam rancangan factorial seperti berikut C1 = pembelajaran directive; C2 = pembelajaran non directive; Y1 = Sekolah kejuruan (SMK) dan Y2 = Sekolah Umum (SMU), pengamatan dilakukan empat kali ( O1, O2, O3 dan O4 ) C1 Y1 O1 ------------------- C2 Y1 O2 -------------------- C1 Y2 O3 --------------------- C2 Y2 O4 (O1, O3) adalah pengamatan hasil pembelajaran oleh guru yang directive. (O2, O4) adalah pengamatan hasil pembelajaran oleh guru yang non directive. INSTRUMENT PENELITIAN Alat ukur yang dipergunakan dalam penelitian harus valid dan reliabel. Valid artinya alat ukur itu harus dapat mengukur yang harus diukur. Misalnya : meteran adalah alat ukur yang valid untuk mengukur panjang, timbangan adalah alat ukur yang valid untuk menguikur berat, termometer adalah alat ukur yang valid untuk mengukur temperatur, test adalah alat ukur yang valid untuk menukur hasil belajar dll. Reliabel alat ukur itu harus canggih, artinya alat ukur itu harus menghasilkan hasil ukur yang tetap dan akurat (tingkat ketelitiannya tinggi). Dalam dunia pendidikan biasanya yang diukur adalah hasil belajar dan alat ukurnya berupa test, sehingga validitasnya meliputi Validitas isi (content validity) yaitu validitas yang dilihat dari tingkat kesesuaian materi yang dites dengan isi test. Valid-tidaknya suatu test dalam hal isi ditentukan oleh ahli. Valliditas tampang (performance validity) yaiu validitas test yang dilihat dari kesesuaian penampilan test dengan yang ditest. Construct validity, yaitu validitas test yang dilihat dari kondisi psikologis testi. Predictive validity, yaitu validitas test yang dilihat kesesuaiannya dengan test-test yang lain yang dilaksanakan pada waktu yang akan datang di kemudian hari (sekualitas). Concurrent validity, yaitu validitas dilihat dari kebersamaannya dengan test bidang lain. Misalnya kualitas test matematika dilihat dari kualitas test biologi yang bersamaan waktu penelenggaraan pembelajarannya. Di samping validitas test, perlu juga ditinjau validitas butir test. Butir test dikatakan valid kalau butir itu betul-betul dapat memenuhi fungsinya sebagai alat pengungkap kemampuan subyek dalam memahami materi yang ditest. Indikator bahwa butir itu valid ialah: Unik , artinya butir test itu bersifat khusus sesuai kekhususan materi yang ditest. Butir test tersebut berkorelasi rendah dengan butir-butir lain dalam test atau skor butir tersebut berkorelasi rendah dengan skor total. Dengan pernyataan lain : butir test tersebut berkorelasi rendah (bahkan mungkin tak berkorelasi) dengan kriteria internal dan berkorelasi tinggi dengan kriteria external (Guilford.1954 : 442).. Berdasarkan pengalaman, butir yang valid adalah yang koefisien korelasinya dengan kriteria internal paling tinggi sama dengan 0.30.. Dalam analisis butir tes, dikenal lima macam indeks korelasi butir dengan total, yaitu Korelasi product momen (korelasi dua data yang disajikan dalam bentuk klas interval) atau korelasi – regresi. Korelasi biserial. Korelasi point biserial Korelasi tetrachoric dan Phi coefficient Korelasi product momen Korelasi produk momen adalah korelasi untuk variabel X dan variabel Y yang disajikan dalam bentuk daftar distribusi frekuensi bervariabel dua. Rumus untuk mencari koefisien korelasi adalah : r = (Sudjana.2005.369) (Sudjana. 2005,373) Korelasi biserial Korelasi biserial dipergunakan untuk mencari nilai koefisien korelasi nilai butir model multipel choice dengan nilai total (=nilai seluruh peserta test). Rumus yang dipergunakan ialah : ( Ÿ1 - Ÿ2) pq rb = rb = ------------------- µ sy Mp = Nilai rata-rata testi yang menjawab benar Mt = Nilai rata-rata semua testi (=peserta test) 𝜎t = simpangan baku nilai total P = proporsi mereka yang menjawab benar y = ordinat dalam distribusi normal pada proporsi p. Penelitian behavioral biasanya menggunakan rb untuk menentukan kevalidan butir test. Korelasi biserial dipergunakan pula jika akan mencari sejauh mana nilai butir (yang diskor 0-1) memberikan kontribusi kepada nilai total. Korelasi point-biserial rpb Korelasi point-biserial rpb dipergunakan untuk menentukan koefisien korelasi nilai butir test dengan nilai total, dalam hal ini bentuk nilai butir diskrit dan nilai total kontinu; namun kediskritan nilai butir tersebut bukan alamiah. Titik kediskritan nilai butir ditentukan oleh pembuat test (peneliti), berdasarkan alternatif jawaban yang bersifat kontinu. Misalnya : Berapakah tinggi rata-rata pepohonan di daerah ngarai? 0,00 m s/d 1,00 m 0,00 m s/d 10,00 m 0,00 m s/d 15,00 m 0,00 m s/d 20,00 m Jika jawaban yang benar adalah c, maka pembuat test telah menentukan bahwa terjadi pemutusan kontinyuitas pada 15,00 m. Pada 15,00 ke bawah termasuk jawaban benar dan di atas 15,00 termasuk jawaban salah. Rumus yang digukan ialah: rpb = Makna kode-kode pada rpb sama dengan pada rb . Korelasi Tetrakorik Korelasi Tetrakorik dsipergunakan untuk menentukan koefisien korelasi nilai- nilai butir test dengan nilai total (nilai-nilai seluruh peserta test), dengan ketentuan nilai total dibuat diskrit dan kediskirtannya pada titik median. Koefisien korelasi ditentukan dengan bantuan alat bantu buatan Mosier and McQuitty sbb. : Untuk menggunakan alat bantu Mosier dan Mcquitty tersebut, semua peserta test disusun urut mulai nilai tertinggi . Kemudian susunan itu dibagi tiga : kelompok atas (27%), kelompok tengah (46%) dan kelompok bawah (27%). Pada kelompok atas, dihitung proporsi testi yang menjawab benar (pu), begitu juga proporsi testi kelompok bawah yang menjawab benar (pl). Selanjutnya pu diposisikan sebagai ordinat dan pl sebagai absis. Garis lengkung yang melalui titik potong ordinat pu dan absis pl menunjukkan koefisien korelasi. rtetrakorik = garis lengkung yang melewati titik potong pu dan pl Misalnya : pu = 0,40 dan pl = 0,65 --------> rtetrakorik = - 0,20 pu = 0,80 dan pl = 0,30 --------> rtetrakorik = 0,50 Koefisien 𝜙 Koefisien 𝜙 (phi) dipergunakan untuk menentukan koefisien korelasi variabel diskrit dengan variabel diskrit yang lain. Dalam hal ini kediskritan variabel terjadi secara alamiah. Koefisien phi dipergunakan juga apabila titik diskritnya tidak di median, dalam hal ini test dipergunakan untuk mengetahui perbedaan kedua variabel pada titik diskrit tersebut. Rumus korelasi koefisien phi adalah: 𝜙 = Dalam hal ini : Pu = proporsi kelompok atas yang menjawab benar. Pl = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar p = proporsi testi yang menjawab benar. q = 1 - p. Faktor-faktor yang menyebabkan hasil test tidak reliabel ialah (1) bentuk test yang digunakan sudah biasa ditemui, (2) kelelahan, (3) gangguan perasaan (stress), (4) kondisi ruangan tempat test , (5) kesehatan testi, (6) fluctuasi kemampuan memory testi, (7) panjang-pendeknya/ banyak-sedikitnya jumlah butir test, (8) Jenis ilmu pengetahuan yang ditest. CARA MENENTUKAN KOEFISIEN RELIABILITAS TEST Jika peneliti menggunakan test buatan sendiri, perlu dilakukan penentuan koefisien reliabilitas test itu. Ada empat cara menentukan koefisien reliabilitas, yaitu Cara Test-Retest Test dikenakan pada testi sebanyak dua kali berturut dengan interval waktu yang cukup (testi sudah lupa pelaksanaan test yang pertama). Hasil kedua pengenaan test itu dikorelasikan. Koefisien korelasi adalah koefisien reliabilitas. Cara Menggunakan bentuk alternatif Dibuat dua perangkat test yang ekivalent, kemudian kedua test ini dikenakan pada subyek yang sama. Hasil dari kedua test dikorelasikan, koefisien korelasi sama dengan koefisaien reliabilitas. Dapat juga bentuk test yang satu sebagai pretest, sedang yang lain sebagai posttest. Cara menentukan reliabilitas test dengan Split-Half dua perangkat test yang ekivalen, kemudian kedua test itu disatukan dan masing-masing butir test diberi nomor. Butir-butir test yang satu diberi nomor gasal, sedang yag lain diberi nomor genap. Test dikenakan pada subyek, hasil-hasil dari nomor genap dikorelasikan dengan hasil-hasil test nomor gasal. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah koefisien reliabilitas. Selanjutnya koefisien korelasi ini dikoreksi (karena ada keraguan mengenai ekivalensinya) dengan rumus koreksi Spearman-Brown sbb. nr1 r2 = ---------------------------- 1 + (n - 1 ) r1 r1 = koefisien korelasi hasil perhitungan dari data. r2 = koefisien korelasi hasil koreksi. n = jumlah bagian test ( untuk split-half n = 2 ) Bila test ini dipergunakan untuk menilai perolehan testi, skor testi adalah skor total (skor nomor gasal dan skor nomor genap ). Cara menentukan reliabilitas test dengan model Kuder-Richardson Cara ini dipergunakan hanya untuk bentuk test yang model penyekorannya a atau b (multiple choice atau benar-salah / 0 – 1 ). Skor yang diperoleh subyek dipergunakan untuk menentukan koefisien reliabilitas test dengan rumus Kuder-Richardson 21 (rumus KR-21 yang merupakan perbaikan rumus KR-20) sebagai berikut. KR21 = n = jumlah butir test dalam test p = proporsi jawaban benar = variansi nilai yang diperoleh subyek. SKALA PENGUKURAN Ada 4 model skala yaitu : nominal, ordinal, interval dan ratio. Skala nominal dipergunakan hany untuk membedakan dari yang lain, misalnya nomor rumah, nomor peserta lomba dll. Skala ordinal dipergunakan untuk menunjukkan tingkatan atau gradasi,misalnya juara 1, juara 2, lantai 1, lantai 2 dll. Skala interval menggunakan unit tertentu sebagai dasar atau acuan atau interval terkecil. Dalam skala interval tidak mengenal angka nol. Skala interval hanya menunjukkan tingkatan suatu kondisi atau fenomena. Pengukuran dalam bidang pendidikan telah disepakati menggunakan skala interval. Jadi skor yang diproleh siswa tidak dapat diberlakukan operasi matematis. Misalnya seorang siswa dalam suatu test hasil belajar memperoleh skor 95 sedang seorang siswa yang lain memperoleh 85. Di sini siswa yang memperoleh 95 adalah lebih baik 10 point dari yang memperoleh 85. Seorang siswa lain memperoleh skor 10, dan siswa ini mempunyai kepandaian yang tidak sama dengan 1/9 kepandaian siswa yang memperoleh skor 95 atau 90. Skala interval tidak mengenal operasi matematis. Skala interval dipergunakan dalam Behavioral Sciences . Skala ratio dipergunakan dalam Physical Sciences, tetapi tidak dalam behavioral sciences, karena skala ratio mengenal nilai nol atau nilai yang menunjukkan bahwa tidak ada karakter yang dinilai itu. Skala ratio adalah skala ideal yang memberlakukan operasi-operasi matematis. Di sini mengenal skor nol dan yang mendapat skor 10 adalah 10 kali yang mendapat skor 1. CARA MEMBUAT TEST Ada beberapa kemampuan yang dimiliki siswa, yaitu achievement, aptitude, attitude, ketrampilan, kemampuan psikologis dll. Achievement adalah kemampuan yang berupa perolehan karena belajar, kemampuan ini biasanya diukur dengan test (achievement test – test hasil belajar). Aptitude adalah kemampuan yang berupa potensi untuk belajar, biasanya diukur dengan test potensi kemampuan (Test Potensi Akademis-TPA, Test Kemampuan Inteligensia – TIKI). Attitude adalah kemampuan menyikapi sesuatu, biasanya diukur dengan test sikap. Ketrampilan adalah kemampuan yang dipeoleh karena latihan, yang biasanya diukur dengan test ketrampilan. Kemampuan psikologis adalah kemampuan yang dimiliki siswa karena perkembangan siswa tersebut, biasanya diukur dengan test psikologis. Diskripsi hasi pengukuran dapat berupa nilai kemampuan (jika menggunakan acuan criterion), ranking, persentil, posisi dalam kelompok (normal, normal baku). Termasuk ranking adalah gambaran posisi 5 besar, 8 besar, 4 besar dll. Posisi dalam kelompok misalnya skor seorang siswa yang disertai nilai rata-rata kelas. Posisi dalam normal misalnya nilai seorang siswa yang disertai informasi nilai rata-rata dan simpangan bakunya. Butir test dalam test perolehan hasil belajar (achievement test), mempunyai spesifikasi tertentu, antara lain : indeks validitas,daya beda, tingkat kesulitan. Test yang butir-butir testnya mempunyai spesifikasi yang jelas, test itu dapat disebut test yang baku. Test buatan sendiri (guru), biasanya spesifikasinya tidak jelas, maka test ini bukan test baku. Spesifikasi butir test ditentukan melalui uji coba. Indeks validitas menunjukkan sejauh mana butir test itu berkaitan dengan butir lain dalam test itu. Butir test makin valid jika angka indeks validitasnya lebih mendekati nol. Mengenai indeks validity ini akan dibicarakan lebih jauh di belakang. Daya beda butir test ditunjukkan oleh indeks discriminability atau indeks daya beda. Indeks daya beda sering juga dsebut ULI index (Upper-Lower index). Discriminability index = ---- Jumlah kelompok atas(1/3) yang menjawab benar -- Jumlah kelompok atas dan bawah yang menjawab benar (Tuckman.1978,177) ULI = ( Johnson - Guilford : 1954,425) ULI = Upper – Lower index Ru = Jumlah kelompok atas yang menjawab benar Rl = Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar f = Jumlah peserta test dari masing-masing kelompok (atas atau bawah). Tingkat kesulitan butir test menunjukkan sejauh mana butir itu dapat dijawab benar oleh peserta test. Tingkat kesukaran berbeda dari daya beda; jika daya beda ialah sejauh mana butir itu dapat membedakan yang pandai dari yang tidak pandai. Index of Difficulty = Jml.kel.atas+bawah yg mjwb salah Jml. kel.atas + bawah (Tuckman : 1978,177) PEMBERIAN SKOR KEPADA TESTI Pada umumnya besarnya skor yang diberiklan kepada testi berdasarkan proporsi jawabannya yang benar. Akan tetapi sulit bagi evaluator untuk menentukan testi ini menjawab benar karena memang betul-betul tahu ataukah karena ngawur (guessing). Jika test itu berbentuk uraian (essay), jawaban yang merupakan hasil guessing dapat diperkirakan. Untuk test pilihan ganda hal itu sulit dilakukan. Oleh karena itu, untuk butir test pilihan ganda, skor yang diberikan kepada testi disarankan mengikuti rumus berikut Pc = Pc = Proporsi jawaban benar yang terkoreksi Ri = Jumlah jawaban yang benar Wi= Jumlah jawaban yang salah K = Banyak pilihan Ri + Wi = Ni (= jumlah butir test ) CARA MEMBUAT SKALA Apabila yang diukur itu adalah responsi testi dalam variabel-variabel tertentu seperti sikap, persepsi, judgement, pendapat dll. dengan bentuk alat ukur questionaire atau yang lain yang bukan test, maka peneliti perlu menciptakan skala tersendiri. Ada beberapa model pembuatan skala yang ditawarkan antara lain Cara Likert Cara Semantic Differential Cara Thurstone Cara Likert Cara pembuatan skala menurut Likert ialah dengan membuat 5 buah interval yang masing-masing dianggap sama. Oleh karena itu, cara ini disebut juga “equal appearing interval scale”. Skala ini dipergunakan untuk mencatat sejauh mana respondi setuju atau tidak setuju terhadap statement yang disodokan kepadanya. Statement itu mungkin mengenai sikap, kepercayaan, persepsi, pendapat dll. Skala disusun sebagai berikut : !---------------!---------------!---------------!---------------! STS TS TT ST SST Kemudian respondi diminta meletakkan tingkat persetujuan pada skala yang sudah disediakan (STS, TS, TT, ST atau SST). Contoh : Lingkarilah STS, TS, TT, ST atau SST yang sesuai dengan pendapat anda mengenai pernyataan-pernyataan berikut. 1. Pemandangan di pantai Parangtritis indah sekali. STS, TS, TT, ST, SST 2. Technologi industri-industri asli Indonesia sangat canggih. STS, TS, TT, ST, SST 3. Penempatan PLTN di Jepara tepat sekali. STS, TS, TT, ST, SST 4. Gedung IKIP PGRI Semarang indah sekali. STS, TS, TT, ST, SST 5. Pakaian corak batik menambah keindahan pemakainya STS, TS, TT, ST, SST Untuk mengukur pendapat seseorang mengenai suatu benda, dibuat pernyataan karakter benda itu yang bersifat positip maupun yang negatip. Orang yang bersangkutan diminta memilih alternatif respon yang disediakan sesuai dengan pendapatnya. Skor orang tersebut adalah jumlah skor positip + skor negatip. Contoh pendapat seseorang mengenai pakaian batik. Kepada orang tersebut diajukan pernyataan-pernyataan berikut dan ia diminta menempatkan pendapatnya pada alternatif yang disediakan. Pernyataan positip Warna pakaian batik indah sekali. STS, TS, TT, ST, SST. Pakaian batik dapat dipakai dalam berbagai situasi. STS, TS, TT, ST, SST Corak batik tidak membosankan. STS, TS, TT, ST, SST Harga kain batik tidak mahal. STS, TS, TT, ST, SST Bau bahan batik sangat menyenangkan. STS, TS, TT, ST, SST Skal 1 2 3 4 5 Pernyataan negatip Warna pakaian batik terkesan kotor. STS, TS, TT, ST, SST Kain batik sesuai sekali untuk penutup mayat. STS, TS, TT, ST, SST Corak batik itu-itu saja, sangat membosankan. STS, TS, TT, ST, SST Harga kain batik sangat mahal. STS, TS, TT, ST, SST Bau kain batik memosingkan kepala. STS, TS, TT, ST, SST Skala 5 4 3 2 1 Skor pernyataan positip (menyenangkan) adalah STS=1, TS=2, TT=3, ST=4 dan SST=5; sedang skor pernyataan negatip (tidak menyenangkan) adaalah STS=5, TS= 4, TT=3, SST=1. Skor respondi sama dengan jumlah skor negatip + skor positip. Cara Semantic Differential Model semantic differential dikembangkan oleh Osgood, Suci dan Tannenbaum pada tahun 1957. Model ini memanfaatkan perbedaan makna dua kata (bipolar adjective scale) untuk mengukur tanggapan seseorang mengenai suatu subyek. Contoh berikut untuk memperjelas cara pengukuran sikap dengan semantic differential. Contoh : sikap seoarng siswa terhadap gurunya diukur menggunakan semantic differential. Model ini sebagai contoh pemberian umpan balik dari para siswa kepada guru mereka. FORMILIR UMPAN BALIK UNTUK GURU GURU Asli _____, _____,_____,____,_____,_____,_____, Konvensi Sabar_____, ______,_____,_____,_____,______,_____, Tak sabar Acuh______,______,_____,_____,_____,______,_____, Peduli Ramah______,______,_____,_____,_____,______,_____, Cuek Kreatif______,______,_____,_____,_____,______,_____, Rutin Terikat______,______,_____,_____,_____,______,_____, Bebas Halus______,______,_____,_____,_____,______,_____, Kasar Lemah______,_______,_____,____,_____,______,_____, Kuat Kejam______,_______,_____,_____,_____,_____,_____, Familiar Berseri______,_______,_____,_____,_____,_____,_____, Cemberut Skor yang diberikan mengikuti urutan dari yang paling positip menuju yang paling negatip. Skor 7 diberikan ke yang paling positip dan 1 ke yang paling negatip. Misalnya pada : Asli _________Konvensi, diberikan skor 7 – 6 – 5 – 4 – 3 – 2 – 1. Sedang pada Acuh _________ peduli, diberikan skor 1 – 2 – 3 – 4 – 5 – 6 – 7. Skor yang diberikan kepada respondi sesuai dengan interval pilihannya, dan skor total respondi sama dengan jumlah skor masing-masing item yang direspon. Cara Thurstone Thurstone mengukur sikap seseorang menggunakan statement mengenai barang yang disikapi. Statement-statement itu masing-masing sudah diberi skor tertentu, nilai skor berkisar dari terendah 1,0 dan tertinggi 11,0. Banyaknya statement 11 butir (statement positip) dan 11 butir lainnya sebagai statement negatip. Respondi diminta menentukan persetujuannya pada statement yang disodorkan kepadanya ( Setuju atau tidak setuju). Nilai sikap respondi sama dengan jumlah skor statement yang disetujui. Skor setiap statement ditentukan berdasarkan judgement para ahli yang banyaknya paling sedikit 7 (tujuh) orang. Masing-masing ahli akan memberikan skor pada statement yang disodorkan kepadanya. Skor statement sama dengan skor rata-rata dari semua skor yang diberikan para ahli pada statement tersebut dan statement yang baik adalah yang nilai antar kuartilnya lebih kecil. Misalnya akan diukur sikap seseorang terhadap model pembelajaran tradisional di suatu sekolah. Untuk ini dibuat 22 pernyataan mengenai pembelajaran tradisional (11 buah berupa pernyataan positip dan 11 buah berupa pernyataan negatip) sebagai berikut : PERNYATAAN POSITIP Guru mendominasi proses pembelajaran karena guru sebagai sumber informasi. Murid sebagai pendengar yang baik, agar semua informasi dapat ditangkap secara sempurna. Murid harus pasif, karena jika murid aktif akan mengakibatkan waktu pembelajaran berkurang, sehingga materi yang direncanakan tidak semuanya dapat tersaji. Guru aktif dan murid pasif, sehingga proses berfikir murid dapat diarahkan guru ke arah belajar yang berhasil. Guru harus aktif agar dapat mengaktifkan mata, telinga dan otak murid untuk dapat menerima materi yang disajikan. Keaktifan murid akan menggeserkan perhatian kelas yang dapat merusak pelaksanaan RPP yang telah dibuat sebelumnya. Proses berfikir murid dalam kelas akan terarah, hingga penguasaan konsep dapat sempurna. Perhatian murid diarahkan ke materi sajian, hingga semua murid dapat memahami dengan baik. Guru sebagai pemimpin, penasehat, pembimbing, pembentuk dan pemberi ilmu, sudah pada tempatnya jika ia aktif. Guru adalah innovator, murid adalah pencari innovasi. Model pembelajaran tradisional sangat efektif dan efisien. PERNYATAA NEGATIP Model pembelajaran tradisional sangat melelahkan guru. Model pembelajaran tradisional melatih murid berfikir kerdil. Model pembelajaran tradisional melatih murid untuk tidak menjadi prmimpin. Pola pikir innovatif tidak dapat ditumbuhkan. Murid tidak aktif, jika terjadi miskonsepsi tidak dapat dikoreksi. Model pembelaran tradisional, memberikan peluang kepada guru untuk berperilaku sombong. Guru di dalam kelas bukan penguasa, bukan pemimpin dan bukan satu-satunya sumber informasi; murid sebagai subyek, hingga murid harus aktif dan guru sebagai fasilitator. Model pembelajaran tradisional ketinggalan zaman, sekarang banyak terdapat media pembelajaran yang canggih dan guru tidak harus seorang manusia. Model pembelajaran tradisional tidak memberi kesempatan berfikir innovatif. Model pembelajaran tradisional membuat murid tidak mampu berfikir kritis. Pada pembelajaran tradisional tidak terjadi interaksi antar murid, hal ini dapat menumbuhkan sifat egois. Pernyataan-pernyataan tersebut selanjutnya diperbanyak (paling tidak 7x atau 7 eksemplar) dan setiap exemplar diserahkan kepada seorang ahli . Tugas ahli adalah memberi nilai setiap pernyataan, baik yang positip maupun yang negatip. Jumlah ahli yang diserahi tugas sedikit-dikitnya 7 orang. Nilai sebuah pernyataan adalah rata-rata nilai dari para ahli. Pernyataan yang baik (dipakai sebagai alat ukur) adalah pernyataan yang simpangan antar kuartilnya sekecil mungkin. Jika simpangan antar kuartil kecil, berarti terbentuk kesepakatan antar ahli. SAMPEL/SAMPLING Sampel adalah bagian populasi yang sifat-sifatnya sama dengan sifat-sifat populasi. Sampel adalah sasaran penelitian, sedang populasi adalah yang dikenai hasil penelitian. Sampel yang sifat-sifatnya sama dengan sifat populasi adalah sampel yang representatif, sedang sampel yang sifatnya tidak sama dengan sifat populasi adalah sampel bias. Sifat populasi disebut parameter sedang sifat sampel disebut karakteristik atau statistik atau data. Penelitian dengan sasaran semua anggauta populasi adalah sensus ,hasil penelitian sensus adalah parameter. Penelitian dengan sasaran semua anggauta sampel adalah penelitian sampling dan hasilnya statistik atau data. Tujuan penelitian adalah memperoleh parameter, sedang penelitian pada umummnya adalah penelitian sampling dan yang diperoleh statistik. Oleh karena itu, pada peneltitian sampling perlu proses pengubahan data menjadi parameter. Ilmu mengenai cara mengubah data menjadi parameter disebut STATISTIKA. Jika mengadakan penelitian sampling, yang perlu diperhatikan ialah : Rumusan masalah yang akan diteliti. Tentukan batas- batas populasi. Definisikan unit dan JELASKAN istilah yang diperlukan. Tentukan unit sampling yang merupakan satuan terkecil populasi. Penelitian di sekolah, unit samplingnya mungkin kelas, sekolah atau seorang siswa. Rumuskan cara pengukuran atau penilaian yang akan dilakukan. Tentukan cara sampling yang dipilih. Tentukan cara pengambilan data. Tentukan metode analisis yang akan dilakukan. CARA SAMPLING Kondisi populasi : homogen, heterogen dan berstrata. Cara pengembilan sampel disesuaikan dengan kondisi populasi. Jika populasi homogin, pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak, proporsive sampling, purposive sampling atau sampling seadanya. Jika populasi tidak homogen, cara samplingnya dapat berupa: Sampling berstrata atau sampling petala. Sampling proporsional. Sampling cluster. Sampling area. Cara sampling yang lain adalah: Sampling ganda. Sampling multipel. Sampling sekuensial. Sampling ganda adalah pengambilan sampel dilakukan dua kali, karena pada pengambilan sampel yang pertama (dengan ukuran yang relatif kecil) belum memenuhi syarat untuk dapat menyimpulkan populasi, maka diambil sampel yang kedua untuk digabungkan dengan sampel yang pertama, kemudian dibuat simpulan. Sampling multipel caranya sama dengan sampling ganda, namun pengambilan sampel lebih dari dua kali. Begitu pula sampling skuensial, pengambilan sampel berurutan sampai dirasa cukup memenuhi syarat untuk menyimpulkan populasi. KESALAHAN DALAM PENELITIAN Ada dua macam kesalahan dalam penelitian yaitu kesalahan sampling dan kesalahan non sampling. Kesalahan sampling disebabkan oleh sampel yang tidak representatif, karena diambil dari populasi yang tidak jelas. Para ahli penelitian, untuk mengatasi kesalahan sampling, mengambil langkah memperbesar ukuran sampel. Pengambilan sampel dalam jumlah tertentu dengan memperhatikan ukuran populasi, tingkat konfidensi (tingkat signifikansi) dan ksealahan-kesalahan pengukuran dan lain-lain yang masih dapat ditoleransi. Kesalahan nonsampling ditimbulkan oleh banyak sumber, antara lain: Populasi tidak didefinisikan sesuai yang semestinya. Populasi menyimpang dari yang seharusnya diteliti. Alat-alat ukur menyimpang dari yang seharusnya dipergunakan. Alat-alat ukur tidak baku, tidak jelas spesifikasinya, tidak akurat dll. Definisi istilah tidak tepat DAN PENJELASAN ISTILAH KABUR. Peneliti tidak konsisten. Subyek atau responden tidak memberi respon yang seharusnya. Jalannya penelitian tidak mengikuti rute yang benar. Kelelahan, ketidaktelitian dll. UKURAN SAMPEL Ukuran sampel ikut ambil bagian dalam membuat kesalahan penelitian, olehkarena itu peneliti harus mengambil sampel dalam jumlah yang tidak sebarang. Besar ukuran sampel ditentukan dengan mempertimbangkan : ketelitian alat ukur, pola distribusi sampel, taraf signifikansi, besarnya ukuran populasi, besaran yang akan ditaksir dan perbedaan nilai taksiran dari nilai yang ditaksir. Rumus yang dipergunakan untuk menentukan ukuran sampel ialah n > ( )2 ( Sudjana. 213. 1992) n ≥ πi(1 - πi) 2 πi = proporsi (parameter) b = beda yangmasih diperbolehkan. n = ukuran sampel X2 N P ( 1 – P ) S = -------------------- ----- (Isaac,, Stephen & William B Michael d2 ( N-1) + X2P(1-P) 192. 1982). S = Ukuran sampel’ N = Ukuran populasi P = Proporsi populasi yang dipergunakan untuk membuat tabel, dalam hal ini diasumsi untuk sampel yang representatif nilainya 0,50. d = kesalahan yang masih ditoleransi, untuk signifikansi 0,05 nilai d = 1,96 𝜎. X2 = nilai chi kuadrat, untuk derajat kebebasan 1 dan konfidensi 0,95 nilai chi kuadrat adalah 3,184 N = ( z/e)2(p)(1-p) (Tuckman – 232) p = proporsi kasus yang diselidiki Z = angka z pada kurva normal, untuk konfidensi 95% nilai z = 1,96. e = kesalahan yang ditoleransi. PENELITIAN TINDAKAN KLAS Penelitian Tindakan Klas (PTK) disebut juga action research atau opreation research dalam pendidikan. Di perguruan tinggi sekarang sedang digalakkan kegiatan penelitian semacam PTK dan disebut Lesson Study. IKIP PGRI Semarang juga sedang melaksanakan kegiatan Lesson Study tersebut. Jika seorang peneliti melaksanakan PTK, proses belajar-mengajar tidak boleh berhenti dan tidak boleh terganggu oleh penelitian tersebut. PTK hanya dilakukan di kelas dan hasilnya hanya berlaku untuk kelas yang bersangkutan, tidak berlaku untuk kelas lain. PTK adalah penelitian nonsampling, oleh karena itu tidak mengenal sampel. Data yang diperoleh sudah merupakan parameter, sehingga tidak perlu analisis data secara statistika, tidak ada uji hipotesis, tidak perlu konfidensi dan signifikansi, tidak perlu menaksir dan tidak perlu mengantisipasi parameter. Statistik baku (z,t,F dan X2 ) tidak digunakan. Bahkan ada kemungkinan tidak membuat alat ukur baku, apabila hasil belajar diukur dengan alat ukur tradisional (test buatan guru yang tidak diuji coba, sehingga spesifikasinya tidak jelas). PTK tidak mengenal sampel, sehingga tidak perlu menentukan ukuran sampel. Oleh karena tidak ada ketentuan ukuran sampel, maka juga tidak mengenal taraf konfidensi da taraf signifikansi. CARA MELAKUKAN PENELITIAN Peneliti mendatangi klas yang mau diteliti. Melakukan pengamatan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada di kelas tersebut. Kemudian mengadakan diskusi dengan komponen-komponen yang terlibat pada kelas tersebut untuk menentukan masalah yang akan diteliti. Masalah yang akan diteliti tidak ditentukan oleh peneliti, tetapi ditentukan berdasarkan kesepakatan komponen-komponen yang terlibat dalam kelas. Penentuan masalah dilakukan dengan cara tersebut (musyawarah) karena sesuatu yang menurut fikiran peneliti adalah masalah, belum tentu menjadi masalah di kelas yang bersangkutan. Kekurangan yang ada di kelas tersebut, ada kemungkinan tidak menjadi masalah, begitu juga kelebihan tidak dirasakan sebagai sesuatu yang lebih. Dibuat rumusan masalah dan ditentukan cara memecahkan masalah. Cara memecahkan masalah ditentukan berdasarkan teori-teori yang ada dan segala gagasan dari bebagai fihak, sehingga cara yang terpilih adalah cara yang sebaik-baiknya. Dibuat rancangan pelaksanaan cara memecahkan masalah (skenario). Dalam hal ini pelaku pemecah masalah (pelaksana) adalah guru yang memang mengajar di kelas yang bersangkutan (guru klas maupun guru bidang studi). Peneliti tidak boleh sebagai pelaku, namun boleh sebagai pengamat. Jika peneliti adalah orang yang kesehariannya tidak tersangkut ke dalam penyelenggaraan kelas, peneliti dapat bertindak sebagai pengamat (observer). Dalam PTK terdapat dua fihak yang berkolaborasi, yaitu Pelaku atau pelaksana cara pemecahan masalah. Pengamat atau pengawas (observer) yang mengamati kesesuaian pelaksanaan cara pemecahan masalah dengan rancangan yang telah dibuat Hasil pengamatan didiskusikan, dibahas, diulas dan dianalisis ( Refleksi) untuk melihat apakah : Kesesuaian cara memecahkan masalah dengan masalah. Ada /tidak ada kesesuaian pelaksanaan pemecahan masalah dengan rancangan. Ada/tidak ada keunggulan teori dipergunakan sebagai dasar pemecahan masalah. Ada/tidak ada keunggulan pelaksanaan. Ada/tidak ada kekurangan pelaksanaan. Tepat/tidak tepat pemecahan masalah yang telah dilakukan. Berhasil/tidak berhasil pemecahan masalah yang telah dilakukan. Jika tidak berhasil, apa kekurangannya dan jika berhasil apa, kelebihannya. Masalah apa yang timbul dari pemecahan masalah ini. Masalah baru yang muncul dari refleksi, ditindaklanjuti dengan dibuat cara pemecahannya dan dirancang pelaksanaannya, diawasi , dicatat hasilnya, direfleksi dst. Proses no. 1 s/d 4 adalah siklus I dan proses no.5 adalah siklus II. Banyaknya siklus dalam PTK tidak tentu, dilakukan sampai mencapai keberhasilan memecahkan masalah atau peningkatan kualitas hasil belajar. ANALISIS DATA Sebelum melakukan analisis data lebih dahulu dilakukan uji normal distribusi sampel/populasi. Hal ini dilakukan untuk dapat menentukan statistik baku yang akan digunakan untuk mentransfer statistik menjadi parameter. Cara-cara menguji normal ialah : Menggunakan kertas probabilitas normal. Menggunakan uji Lilliefors Menggunakan uji kecocokan ( chi kuadrat) – Goodness of fit. Menggunakan ketentuan pendekatan pola distribusi t ke pola distribusi normal baku. 1, Menggunakan kertas grafik probabilitas normal Langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan kertas grafik probabilitas normal ialah : Menyajikan frekuensi data dalam klas interval. Menentukan batas-batas klas interval. Menyusun sajian data dalam bentuk kumulatip kurang dari. Menghitung proporsi frekuensi komulatip sehubungan dengan batas klas interval tersebut. Memasukkan nilai batas klas interval dan proporsi komulatip ke kertas grafik probabilitas normal. Menentukan titik-titik koordinat berdasarkan hasil (e). Menarik garis melalui titik-titik koordinat (f). Jika dari kegiatan di atas menghasilkan garis lurus,maka pola distribusi sampel normal, jika tidak berarti polanyatidak normal. Lebh jelasnya perhatikan contoh yang menggunakan bilangan berikut. Telah dilakukan pengukuran panjang rambut 230 orang mahasiswa IKIP PGRI SMG tahun 2012 dengan hasil seperti terlihat dalam tabel di bawah ini Daftar distribusi Daftar distribusi frekuensi Frekuensi kumulatif kurang dari Data (cm) F Data f (%) 10 - 19 8 Kurang dari 9,5 0 20 - 29 19 ,, ,, 19,5 3,48 30 - 39 25 ,, ,, 29,5 11,74 40 - 49 37 ,, ,, 39,5 22,61 50 - 59 58 ,, ,, 49,5 38,70 60 - 69 42 ,, ,, 59,5 63,91 70 - 79 23 ,, ,, 69,5 82,17 80 - 89 12 ,, ,, 79,5 92,17 90 - 99 6 ,, ,, 89,5 97,39 Jumlah 230 ,, ,, 99,5 100 Data dan frekuensi pada daftar sebelah kanan dimasukkan ke kertas grafik probabilitas normal. Data sebagai ordinat dan frekuensi sebagai absis, kemudian dari dua titik di sumbu koordinat tersebut ditentukan titik-titik koordinat. Kemudian titik-titik koordinat itu dihubungkan satu dengan lainnya, bila garis hubung ini mrupakan garis lurus maka pola distribusi sampel adalah normal. Bila tidak lurus, pola distribusi sampel tidak normal. 2, Menggunakan uji Lilliefors. Langkah-langkah dalam uji Lilliefors ialah: a, Nilai data hasil penelitian diubah menjadi nilai zi dengan rumus zi = ( ) b, Dicari luas daerah dibawah kurva normal yang dibatasi oleh ditandai dengan F. c, dihitung proporsi xi ditandai dengan S. d, Dihitung ( F- S) atau nilai Lilliefors hitung (= Lhitung ) e, Dicari nilai Lilliefors kritis berdasarkan taraf signifikansi dan jumlah data (Ln, α ). f, Dibandingkan Lhitung terbesar dengan Ln,α . Bila Lhitung ≤ Ln,α maka distribusi sampel normal. Contoh : Diperoleh data mengenai nilai kemampuan menulis ilmiah mahasiswa prodi Matematika IKIP PGRI SMG sebagai berikut : 23, 27, 33, 40, 48, 48, 57, 59, 62, 68, 69, 70.Normalkah pola distribusi data ini? Dari data tersebut diketahui dan s = 16,55. Distribusi data tersebut diuji menggunakan cara uji Lilliefors sebagai berikut : Data disajikan dalam bentuk seperti di bawah ini Xi zi F(zi) S (zi) F(zi) - S(zi) 23 -1,65 0,0495 0,0833 0,0338 27 -1,41 0,0793 0,1667 0,0874 33 -1,05 0,1469 0,2500 0,1031 40 -0,62 0,2676 0,3333 0,0657 48 -0,14 0,4443 0,5000 0,0557 48 -0,14 0,4443 0,5000 0,0557 57 0,40 0,6554 0,5833 0,0721 59 0,53 0,7019 0,6667 0,,0352 62 0,71 0,7612 0,7500 0,0112 68 1,07 0,8557 0,8333 0,0244 69 1,13 0,8708 0,9107 0,0459 70 1,19 0,8830 1,0000 0,1170 Nilai (Fzi - Sxi) disebut angka Lilliefors hasil perhitungan ( Lhitung ), dan dari tabel terlihat terdapat 12 buah Lhitung. Selanjutnya dari 12 Lhitung itu dipilih yang terbesar, kemudian dibandingkan dengan Lkritis. Dalam hal ini nilai Lkritis ditentukan berdasarkan taraf signifikan dan n (banyak data). Untuk n – 12 dan taraf signifikansi 0,05, nilai Lkritis = 0,242, sedang Lhitung = 0,1170, maka Lhitung < Lkritis sehingga distribusi data tersebut normal. 3’ Menggunakan Uji Kecocokan – Goodness of Fit Langkah-langkah yang ditempuh Data disajikan dalam bentuk. Frekuensi klas interval. Batas nawah masing-masing klas interval diubah menjadi zi dengan rumus zi = Dicari luas daerah dibawah kurva normal yang dibatasi oleh zi . Berdasarkan luas daerah ini ditentukan frekuensi teoretis; caranya : mengalikan luas daerah (probabilitas) dengan frekuensi total dan hasilnya ditandai dengan Ei. dihitung nilai total dengan rumus = . Nilai ×2perhitungan dibandingkan dengan nilai ×2 kritis dan nilai kritis ini ditentukan berdasarkan taraf signifikansi dan derajat kebebasan (dk) . Dalam hal ini dk = k - 3. Contoh perhitungan Untuk pengukuran tinggi mahasiswa prodi matematika IKIP PGRI SMG semester V diambil sampel berukuran 100. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut Daftar tinggi 100 mahasiswa Prodi Mat. IKIP PGRI SMG Tinggi (cm) Frekuensi 140 - 144 7 145 - 149 10 150 - 154 16 155 - 159 23 160 - 164 21 165 - 169 17 170 - 174 6 Jumlah 100 Ditentukan batas bawah klas interval, kemudian nilai batas ini diubah menjadi zi dan dicari luas daerah di bawah kurva normal yang dibatasi zi . Selanjutnya dicari frekuensi teoretis dan jumlah chi kuadrat hitung. ×2hitung ini dibandingkan dengan nilai chi kuadrat kritis . Pada tabel dapat dihitung besarnya nilai ×2hitung dan nilai ini selanjutnya dibandingkan nilai ×2α,dk’ . Bila ternyata nilai χ 2 hitung < ×2α,dk maka pola distribusi sampel normal. Sajian data seperti tersebut di atas diubah menjadi : DAFTAR FREKUENSI DIHARAPKAN DAN PENGAMATAN Batas kelas (xi) Nilai z untuk batas Kelas (zi) Luas tiap Kelas interval Frekuensi diharapkan ( Ei) Frekuensi pengamatan (Oi) 139,5 144,5 149,5 154,5 159,5 164,5 169,5 174,5 -2,26 )------------- -1,64 )------------- -1,03 )------------ -0,41 )------------ +0,21 )------------ +0,83 )------------ +0,45 )------------ +2,06 0,0386 0,1010 0,1894 0,2423 0,2135 0,1298 0,0538 3,9 10,1 18,9 24,2 21,4 13,0 5,4 7 10 16 23 21 17 6 Χ2 = + + + + + + Χ2 = 4,27 Dalam pembuktian normal χ2kritis ditentukan berdasarkan dk dan α , dan dk = k – 3, α = 0,01 atau α = 0,05. Ditemukan χ2(0,99)(4) = 13,3 dan χ2(0,95)(4) = 9,49. Jadi ditinjau dari nilai kritis tersebut ternyata χ2hitung lebih Kecil dari nilai χ2kritis , maka distribusi sampel tersebut normal. 4 Menggunakan pendekatan distribusi t kepada z Distribusi t kurvanya mirip sekali dengan distribusi z bila n ≥ 30. Dapat juga menggunakan dalil limit pusat yang menyatakan bahwa pendekatan ke distribusi normal akan bekerja baik sekali bila n ≥ 30. Jadi bila ukuran sampel penelitian itu tiga puluh ke atas, dapat diberlakukan asumsi normal pada pola distribusi sampel itu. Langkah analisis data selanjutnya adalah mengubah hipotesis yang berupa pernyataan (kalimat) menjadi hipotesis statitis, yaitu mengubah kalimat verbal menjadi kalimat matematis. Contoh : Hipotesis yang berbunyi : Model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar. Hipotesis statistis : H0 : µ1 ≤ µ0 Ha : ˃ Pada hipotesis statistis perlu ditunjukkan hipotesis nihil ( H0 ) atau hipotesis yang bebas dari unsur harapan peneliti. Kemudian ditentukan pula hipotesis uji atau hipotesis alternatif, yaitu hipotesis yang merupakan alternatif H0. Hipotesis uji seperti di atas dikatakan uji sepihak yaitu pihak kanan ( ˃ ), jika lebih kecil ( < ) dikatak uji pihak kiri dan jika sama ( = ) adalah uji dua pihak. Dihitung nilai t data dengan rumus : t = , kemudian nilai t ini diperbandingkan dengan dan tkritis atau ttabel yang ditentukan dalam tabel t dengan berdasarkan taraf signifikansi α dan derajat kebebasan (dk) yang nilainya dk = ( n - 1 ). Untuk uji dua arah, H0 diterima jika - t1 - ½α < t < t1-½α Untuk arah kanan, H0 diterima jika t < t1 – α Untuk arah kiri, H0 diterima jika - t1 – α < t Banyak dilakukan penelitian yang membandinkan dua nilai dari dua populasi , misalnya membandingkan hasil belajar metoda A dan hasil belajar metoda B. Untuk ini pada masing-masing populasi diambil sampel berukuran n1 dan n2 , diperoleh nilai rata-rata dan simpangan baku µ1 dan Ƃ1, µ2 dan Ƃ2. Jika Ƃ1 = Ƃ2 maka - t = S (n1 - 1) s21 + (n2 - 1) s22 dengan s2 = n1 + n2 - 2 Jika Ƃ1 ‡ δ2 dan kedua-duanya tidak diketahui Statistik thitung ditandai dengan t’ dan besarnya ditentukandengan rumus : - t’ = / ) + (/ n2) w1 t1 + w2 t2 Nilai kritis untuk menerima hipotesis dirumuskan sebagai w1 + w2 dimana w1 = / n1 ; w2 = / n2 t 1 = t( 1 - ½α ) ( n1 - 1) dan t2 = t ( 1 - ½α ) (n2 - 2) ANALISIS KORELASI Dalam penelitian sering harus mengelola banyak variabel dan analisis korelasi adalah model analisis yang dapat dipergunakan untuk banyak variabel, terutama mengetahui tingkat hubungan fungsional antar variabel. Tingkat hubungan antar variabel inilah yang disebut koefisien korelasi. Korelasi dua variabel Y dan X yang berbentuk regresi linier adalah (Yi - )2 - - 2 r2 = - )2 dimana = f (X). Rumus-rumus untuk korelasi antara lain : Rumus korelasi produkmomen seperti telah tersebut di muka. r = b r2 = n - ( )2 r = b sx / sy r2 = b1 b2 Pada waktu menangani banyak variabel, lebih dulu dicari regresi ganda linier dan dari fungsinya dapat ditentukan koefisien korelasi ganda dan korelasi partial. Selanjutnya nilai-nilai koefisien korelasi ini dipergunakan pada analisis jalur untuk menentukan tingkat hubungan masing-masing variabel. Misalnya regresi linier ganda untuk variabel Y dan k buah variabel X berbentuk = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + . . . . . . . . . . . . . . .akXk Notasi untuk korelasi ganda adalah R dan nilai R ditentukan menggunakan rumus: R2 = 1 - adalah simpangan baku untuk variabel Y R adalah koefisien korelasi ganda variabel Y dengan k buah variabel X (= X1, X2, ......Xk). Jika variabel X hanya dua (X1 dan X2), koefisien korelasi ganda ditulis dengan notasi Ry.12 dan dihitung dengan rumus : Ry.12 = ry1 adalah korelasi variabel Y dengan X1 ry2 adalah korelasi variabel Y dengan X2 r12 adalah korelasi variabel X1 dengan X2 . Dapat pula dicari besarnya koefisien korelasi parsial antara Y dan X1 denan menganggap X2 tetap ( ry1.2 ) dan antara Y dan X2 dengan X1 tetap ( ry2.1). Rumusnya : ry1.2 = ry2.1 = UJI HIPOTESIS KORELASI Hipotesis : Ada korelasi intensitas pembelajaran dengan hasil belajar. H0 : ẛ = 0 Ha : ẛ ≠ 0 thitung untuk hipotesis korelasi di atas adalah : t = dengan tkritis = t1 - ½α . H0 diterima jika - t1 -½α < thitung < t1-½α. Jika uji satu arah, maka H0 diterima jika thitung< t1 – α (arah kanan) atau thitung ˃ - t1-α (arah kiri). CARA MEMBUAT PROPOSAL PENELITIAN Proposal penelitian dibuat lebih dahulu sebelum melakukan penelitian. Proposal menunjukkan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Di samping itu dengan proposal, mereka yang berkepentingan dengan penelitian itu menjadi lebih mantap, terutama penyandang dana dan pemakai hasil penelitian. Pokok-pokok isi proposal tercakup dalam sub-sub proposal sebagai berikut: Pendahuluan / Latar belakang masalah Dalam pendahuluan diuraikan cara-cara memunculkan masalah penelitian hingga para pembaca mengerti bahwa masalah yang akan diteliti itu aktual. Masalah itu digali dari subyek penelitian, dipilih sesuai thema perkembangan dan kebutuhan masyarakat atau setidak-tidaknya memenuhi keinginan penyandang dana. Jadi dalam pendahuluan perlu dijelaskan mengenai : Pentingnya masalah Bahayanya jika masalah tidak diselesaikan Manfaat /keuntungan jika masalah itu dapat diselesaikan Rumusan masalah. Penjelasan istilah yang digunakan dalam penulisan masalah. Penjelasan istilah perlu diadakan agar semua fihak yang terlibat dalam penelitian memahami, hingga mereka akan mengarah pada satu pengertian yang sama. Penting juga informasi mengenai keterbatasan penelitian yang akan dilakukan. Dengan informasi ini orang menjadi maklum jika nanti hasilnya kurang baik. Namun dapat juga terjadi sebaliknya, menjadi lebih percaya bahkan kagum dengan peralatan yang ada. Ditentukan ukuran sampel, diterangkan cara mengambil sampel, diterangkan unit sampel yang digunakan dan populasi yang akan dikenai hasil penelitian. Landasan Teoretis/Tinjauan Pustaka Disini diuraikan cara pemecahan masalah dari sudut pandang teori. Masalah yang terpilih di sub latar belakang, dibahas, dianalisis dan dicarikan solusinya berdasarkan teori yang ada dalam buku, majalah, journal, dokumen (arsip), laporan penelitian dll. Perlu juga mencari pemecahan dalam laporan seminar, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan penguasa, fakta-fakta emperis, pendapat ahli, hasil diskusi dll. Diutarakan juga paradigma berfikir / kerangka perfikir yang meramu sagala sumber pemecahan untuk menghasilkan simpulan atau hipotesis. Hasil akhir landasan teoretis adalah hipotesis atau pemecahan berdasarkan teori. Metodologi Penelitian / Cara Meneliti Hipotesis yang ada di Landasan Teoretis ditulis disini, kemudian dianalisis untuk menemukan komponen-komponen penyusun hipotesis. Selanjutnya komponen tersebut dikelompok-kelompokkan kedalam variabel bebas, variabel terikat, variabel moderator dan variabel kontrol. Dijelaskan cara-cara menangani masing-masing variabel, hingga variabel-variabel yang diteliti dapat diukur atau dapat dilakukan (operasional). Dijelaskan sampel yang digunakan, cara pengambilannya dan unit sampel. Begitu pula populasi yang akan dikenai hasil-hasil penelitian. Ditentukan atau dibuat alat ukur yang akan digunakan dan proses pengukurannya. Pada penelitian wxpost facto, data sudah ada tinggal mengukur (mengambil), disini perlu dijelaskan bagaimana pengambilan data itu. Jika data belum ada, perlu diciptakan melalui experimen, maka dibuat rancangan experimen dan dijelaskan cara-cara melaksakan experimen. Data hasil experimen diukur dan ditata sedemikian rupa hingga mudah dianalisis. Dijelaskan cara-cara menganalisis data (uji hipotesis), ditulis rumus-rumusnya dan diterangkan pola berfikir yang digunakan untuk mendapatkan simpulan. Jadwal kegiatan No Kegiatanmmm Minggu ke Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Persiapan X 2 Pemb.instrum X X 3 Pretest X 4 Experimen X X 5 Posttest X 6 Kompilasi dt X 7 Analisis dt X 8 Pnls.Laporan X X 9 Seminar X Rancangan Penggunaan Dana. Dana dibutuhkan untuk membiayai kegiatan penelitian, terutama untuk kegiatan operasional yang berupa biaya pengambilan data, biaya analisis data (sewa komputer dll.). Diperlukan dana untuk alat-alat tulis (kertas, ballpoint, fotocopy, penjilidan dll). Juga dibutuhkan dana untuk tansport, akomodasi, makan, honorarium dll. Sebagian dana dialokasikan sebagai dana tak terduga atau sebagai dana cadabgan. Daftar Pustaka Biografi Peneliti LAPORAN PENELITIAN Isi Laporan penelitian ialah: - Abstrak - Pengantar/ Prakata - Bab I : Pendahuluan - Bab II : Landasan Teoretis - Bab III : Metodologi - Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan - Simpulan dan Saran - Daftar Pustaka - Daftar Lampiran. Abstrak Abastrak adalah ringkasa seringkas-ringkasnya isi laporan penelitian. Abstrak hanya terdiri atas 5 alinea yaitu mengenai pendahuluan, tinjauan teoretis, cara meneliti, hasil dan pembahasan dan yang terakhir simpulan/saran. Supaya pembaca dapat menangkap keseluruhan isi laporan penelitian melalui abstrak,maka perlu ditunjukkan kata-kata kunci, yaitu kata yang mempunyai makna yang dapat mengungkap isi utama alinea yang bersangkutan. Pendahuluan Isi Pendahuluan ini pada dasarnya sama dengan isi Pendahuluan dalam proposal penelitian. Kecuali bila ada perbaikan yang mendasar. Uraian pada pendahuluan mengenai : Terbentuknya masalah, mulai dari cakuapan yang luas menuju ke yang lebih sempit. Identifikasi masalah. Penentuan masalah yang akan diteliti. Alasan pemilihan masalah (keuntungan, kerugian, manfaat peelitian dsb.). Tujuan penelitian. Penjelasan istilah Rumusan masalah. Landasan Teoretis Uraian pada lanasan teoretis mengenai pemecahan masalah dari sudut pandang teori, peraturan, hukum, hasil penelitian, pendapat ahli, logika, temuan di lapangan dll. yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini hasil penelitian atau temuan merupakan bahan pertimbangan yang baik dan lebih diutamakan. Bahan pertimbangan yang lain berupa peraturan, pendapat ahli dan hasil-hasil pemikiran yang diterima oleh akal sehat Hipotesis. Akhir uraian Landasan Teoretis berupa pernyataan atau rumusan hipotesis. Metodologi Uraian dalam metodologi mengenai: Pembahasan hipotesis yang menghasilkan rumusan variabel yang terlibat dan penjelasan peran masing-masing variabel dan variabel yang diteliti. Alat ukur dan cara pengukuran variabel yang diteliti. Model kompilasi hasil pengukuran (data) Model analisis (uji hipotesis). Populasi Sampel dan cara pengambilan sampel Cara memperlakukan sampel (deisgn experiment dan treatment). Hasil Penelitian dan Pembahasan Uraian hasil akan berupa : Sajian data hasil pengukuran untuk masing-masing variabel yeang diukur. Hasil-hasil perhitungan. Hasil-hasil uji hipotesisi. Hasil-hasil analisis/simpulan. Uraian mengenai pembahasan hasil uji hipotesis, atau mengenai perbandingan hasil uji hipotesis dan hasil-hasil lain. Simpulan dan saran. METODE Q Daftar distribusi