[go: up one dir, main page]

0% found this document useful (0 votes)
21 views42 pages

Materi Proposal

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1/ 42

DAMPAK MEDIA SOSIAL TERHADAP NILAI BUDAYA DALAM

BERTUTUR KATA SISWA SDK RUTENG VI

PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh

FRANSISKA FILANTIANA

NPM : 19103182

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2023

1
PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat, penyelenggaraan dan restu-Nya penulis dapat

menyelesaikan proposal dengan judul “Dampak Media Sosial

Terhadap Nilai Budaya dalam bertutur Kata Siswa SDK Ruteng VI” tepat pada waktunya.

Keberhasilan dalam penyusunan proposal ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan

bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan rasa hormat yang tulus dan sedalam-

dalamnya penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Yohanes Servatius Lon, MA selaku Rektor Universitas Katolik Indonesia Santu

Paulus yang dengan arif dan bijaksana memimpin mahasiswa.

2. Dr. Maksimus Regus, S.Fil., M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus yang telah mengijinkan penulis untuk belajar

di lembaga ini.

3. Mikael Nardi, M.PD., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah

membimbing mahasiswa dengan penuh kesabaran.

4. Dr. Adrianus M.Nggoro, S.H, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar

membimbing serta memberikan masukan kepada penulis.

5. Dr. Fransiskus Sawan, S.S, M. PD selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya membimbing penulis.

6. Orang tua yang telah membiayai, mendukung, membimbing, dan mendoakan penulis

untuk menyelesaikan tulisan ini.

7. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dan memberikan inspirasi dalam

menyelesaikan tulisan ini.

2
8. Lembaga Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus yang telah menyiapkan sarana dan

prasarana dalam menyelesaikan tulisan ini.

Dalam penyusunan proposal ini penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun

demi kesempurnaan penulisan ini.

Penulis,

Fransiska Filantiana

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................................4

PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................................................................................4

PRAKATA..................................................................................................................................................4

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

A. Latar Belakang.................................................................................................................................4

B. Identifikasi Masalah........................................................................................................................4

C. Pembatasan Masalah........................................................................................................................4

D. Perumusan Masalah.........................................................................................................................4

E. Tujuan Penelitian.............................................................................................................................4

F. Manfaat Penelitian...........................................................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI......................................................................................................................4

A. Hakikat Media Sosial.......................................................................................................................4

1. Pengertian media sosial...............................................................................................................4

2. Jenis-jenis media sosial................................................................................................................4

3. Peran dan fungsi media sosial......................................................................................................4

4. Dampak media sosial...................................................................................................................4

B. Hakikat Nilai Budaya......................................................................................................................4

4
1. Budaya.........................................................................................................................................5

2. Nilai Budaya................................................................................................................................5

C. Nilai Budaya dalam Bertutur Kata Siswa........................................................................................5

D. Dampak Media Sosial Terhadap Nilai Budaya dalam Bertutur Kata Siswa.....................................5

E. Kerangka Berpikir...........................................................................................................................5

F. Penelitian yang Relevan..................................................................................................................5

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................................................5

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian......................................................................................................5

B. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................................................5

C. Subjek Penelitian.............................................................................................................................5

D. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................................................5

E. Instrumen Penelitian........................................................................................................................5

F. Teknik Analisis Data.......................................................................................................................5

G. Uji Keabsahan Data..........................................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................5

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dirumuskan

bahwa pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan

kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan

menyampaikann informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar,

serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak,

media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Sesuai dengan perkembangan

kemajuan teknologi secara umum adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam

kehidupan saat ini. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan.

Kehadiran teknologi khususnya internet membawa dampak perubahan bagi

kehidupan masyarakat, salah satunya dengan adanya media sosial. Media sosial terdiri dari

dua kata yaitu “media” dan “sosial”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), media

merupakan alat, sarana komunikasi, perantara atau penghubung. Sedangkan sosial artinya

hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat atau suka memperhatikan kepentingan umum.

Oleh karena itu, media sosial dapat diartikan sebagai alat perantara dalam berinteraksi

dengan orang lain.

Media sosial adalah salah satu alat untuk mereka berkomunikasi hingga mencari dan

menerima informasi-informasi terkini dan teraktual nasional hingga intenasional. Media

sosial juga sebagai alat pemersatu yang jauh hingga bisa selalu dekat, dan yang dekat akan

6
semakin menjauh jika kita tidak bisa menggunakan media sosial dengan efisien. Menurut

Kurniawan (2017:220) media online adalah alat yang mengubah pola penyebaran informasi

dari sebelumnya bersifat broadcast media monologue (ke banyak orang) menjadi ke social

media dialogue (antara banyak orang). Seiring banyaknya menggunakan media sosial saat

ini, banyak juga yang menggunakan media sosial ke hal-hal yang merugikan banyak orang

misalnya menyebar berita yang tidak benar atau hoax, menyebar video tindak kekerasan dan

asusila dan masih banyak lagi yang lainnya. Namun banyak yang menggunakan media sosial

lalu berkomentar tanpa memperhatikan situasi serta kata-kata yang diucapkan akan

bermakna tidak baik karena mengeluarkan kata yang tidak sopan dan tidak layak jika

dikonsumsi oleh publik yang mana di zaman sekarang banyak anak-anak yang memiliki

media sosial.

Sebagai wadah komunikasi dan sumber informasi yang mudah diakses, media

internet memfasilitasi dengan salah satunya adalah media jejaring sosial. Hal tersebut juga

dikemukakan oleh Arsyad (2013:195) “kini sudah hadir media sosial, dimanan Anda dapat

mengetahui status orang-orang di seluruh dunia secara real time”. Kehadiran berbagai

macam media jejaring sosial di dalam internet seperti yang dikemukakan oleh Nasrullah

(2015:40) bahwa kehadiran situs jejaring sosial seperti facebook merupakan media jejaring

sosial yang digunakan untuk mempublikasikan konten, seperti profil, aktivitas, dan pendapat

pengguna serta sebagai media yang memberikan ruang bagi komunikasi dan interaksi dalam

jejaring sosial.

Kehadiran media sosial seperti facebook, instagram, twitter, youtube, whatsapp, dan

lainnya, merupakan cerminan dari kebutuhan masyarakat untuk dapat memperoleh berbagai

macam informasi yang cepat dan tepat dalam menjalin komunikasi jarak jauh atau vitual.

7
Kedua karakteristik tersebut menunjukkan fungsi transaksional dan interaksional bahasa.

Karakteristik komunikasi virtual yang membuat partisipan tutur tidak dapat bertatap muka

secara langsung berdampak pada bagaimana tuturan dihasilkan dan diinterpretasikan. Hal ini

yang mempengaruhi perilaku berbahasa penutur, seperti halnya kesantunan berbahasa

partisipan tutur (Fallianda, 2018:35).

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang

lain dimanapun dan kapanpun baik melalui media sosial maupun bertatap muka. Tentu saja

dalam berkomunikasi selalu melibatkan bahasa. Melalui bahasa seseorang dapat

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, mempelajari kebiasaan, kebudayaan, adat

istiadat, serta latar belakang lawan komunikasinya, dan juga sebagai cerminan kepribadian

seseorang. Penggunaan bahasa yang sopan, santun, sistematis, teratur, jelas dan lugas

mencerminkan pribadi penuturnya yang berbudi.

Chaer (2019:6) menyebutkan bahwa kesantunan berbahasa lebih berkenaan dengan

substansi bahasanya, maka etika berbahasa lebih berkenaan dengan perilaku atau tingkah

laku di dalam bertutur. Tingkah laku dalam bertutur haruslah disertai norma-norma yang

berlaku dalam budaya itu. Beberapa pakar menyebutkan norma-norma budaya tersebut

sebagai etika berbahasa atau tata cara bertutur. Sedangkan etika berbahasa ini erat kaitannya

dengan norma-norma sosial dan sistem budaya yang berlaku di dalam masyarakat ataupun

pendidikan. Pemakaian budaya bertutur yang santun perlu diterapkan di kalangan generasi

muda termasuk pelajar. Anak perlu dididik dalam bertutur kata sejak dini, sebab mereka

adalah penerus yang akan hidup sesuai masanya.

Upaya untuk menciptakan lingkungan yang bertutur kata sopan merupakan hal yang

sangat penting karena pada saat ini masyarakat cenderung bergerak kearah yang lebih maju

8
dan modern. Tidak dapat dipungkiri, setiap perubahan yang dilakukan oleh suatu masyarakat

akan melahirkan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang berkaitan dengan masalah nilai dan

moral. Misalnya kemajuan di bidang teknologi khususnya media sosial yang mengakibatkan

pergeseran budaya disebabkan budaya Barat leluasa menggerus tradisi timur yang penuh

keterbatasan norma. Demikian pula dampaknya akan dirasakan pada nilai-nilai budaya

dalam pendidikan khususnya dalam bertutur kata siswa.

Berdasarkan temuan di SDK Ruteng VI, jenis media sosial yang sering digunakan

oleh siswa diantaranya youtube, facebook, whatsApp, instagram dan game online. Dari jenis

media sosial yang mereka akses atau gunakan, 100% siswa menggunakan jenis media sosial

youtube, facebook, dan whatsApp. Jenis media sosial yang mereka akses merupakan jenis

media yang mudah digunakan dan memiliki banyak fitur. Selain itu, dari 172 siswa kelas IV

dan V, 43% siswa yang lebih memilih aktif di forum percakapan dalam game online.

Melihat kondisi ini, salah satu cara untuk mengantisipasinya adalah melalui

pendidikan, yaitu sekolah. Sekolah merupakan sebuah lembaga dalam mendidik siswa yang

dimana masih dalam pengawasan guru. Oleh karena itu, sekolah dituntut untuk memiliki

kemampuan mendidik dan mengembangkan etika dalam bertutur kata yang baik agar siswa

dapat berkomunikasi dengan lebih baik.

Berdasarkan masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Dampak Media Sosial Terhadap Nilai Budaya Dalam Bertutur Kata Siswa di SDK

Ruteng VI”.

9
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun masalah yang akan dibahas pada tulisan

ini yaitu siswa terpengaruh akan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi

khususnya bermedia sosial yang berdampak pada nilai tutur kata siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah di identifikasi,maka peneliti membatasi masalah

pada permasalah mengenai dampak dari media sosial terhadap niali budaya dalam bertutur

kata siswa di SDK Ruteng VI.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan penelitian ini sebagai

berikut:

1. Apa saja dampak media sosial terhadap nilai budaya dalam bertutur kata siswa?

2. Bagaimana upaya yang di lakukan untuk mengatasi dampak media sosial terhadap

nilai budaya dalam bertutur kata siswa di SDK Ruteng VI?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujaun penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. untuk mengetahui bentuk dampak dari media sosial terhadap nilai budaya dalam bertutur

kata siswa di SDK Ruteng VI.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi dampak media sosial

terhadap nilai budaya dalam bertutur kata siswa di SDK Ruteng VI.

F. Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain:

10
1. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi ilmiah untuk mengetahui

dampak dari media sosial terhadap tutur kata siswa di SDK Ruteng VI.

2. Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini antara lain:

a. Bagi peneliti

Merupakan kesempatan untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh selama

perkuliahan ke dalam dunia praktis.

b. Bagi siswa

Sebagai informasi untuk memperkaya pengetahuan siswa khususnya tentang

dampak dari media sosial terhadap tutur kata siswa dalam kedihupan sehari-hari.

c. Bagi sekolah

Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam rangka mengetahui cara tutur

kata siswa yang dipengaruhi oleh media sosial.

11
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Media Sosial

1. Pengertian media sosial

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dirumuskan

bahwa pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan

kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan

menyampaikann informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta

data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media

elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

Media sosial sendiri terdiri dari dua kata yaitu “media” dan “sosial”. Media

merupakan bentuk jamak dari medium, yang berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang

berarti antara atau perantara. Secara harafiah, media memiliki arti tengah, perantara atau

pengantar. Rohani (2014) mengemukakan bahwa media adalah segara sesuatu yang dapat

diindrakan yang berfungsi sebagai proses komunikasi antara komunikator dan komunikan.

Sedangkan arti sosial dalam KBBI yaitu hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.

Menurut Ratnamulyani dan Maksudi (2018: 156) sosial merupakan tindakan atau aksi dan

interaksi seseorang dengan orang lainnya serta melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan,

yaitu memberikan kontribusi kepada masyarakat. Selain itu, Mulawarman dan Nurfitri (2017:

37) menyatakan bahwa kata sosial diartikan sebagai kenyataan sosial bahwa setiap individu

melakukan aksi yang memberikan kontribusi kepada masyarakat.

12
Adapun pengertian media sosial menurut Henderi (2007: 3) bahwa media sosial

adalah situs jaringan sosial berbasis web yang memungkinkan bagi setiap individu untuk

membangun profil publik ataupun semi publik dalam sistem terbatasi, daftar pengguna lain

dengan siapa mereka terhubung, dan melihat serta menjelajahi daftar koneksi mereka yang

dibuat oleh orang lain dengan suatu sistem. Sedangkan menurut Phillip Kotler dan Kevin

Keller (2012: 568), media sosial adalah sarana bagi konsumen untuk berbagi informasi teks,

gambar, video dan audio dengan satu sama lain dan dengan perusahaan dan sebaliknya.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media sosial

merupakan sebuah alat atau sarana yang digunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi

dengan orang lain baik yang dekat maupun jauh dan untuk berbagi informasi serta memberi

banyak kontribusi atau manfaat baik dalam dunia pendidikan maupun dalam dunia bisnis.

2. Jenis-jenis media sosial

Menurut Puntoadi (2011: 34) terdapat beberapa jenis media sosial, yaitu sebagai

berikut:

a. Bookmarking

Bookmarking memberikan sebuah kesempatan untuk menshare atau membagi

link dan tagyang diminati. Hal demikian bertujuan agar setiap orang dapat menikmati

yang kita sukai.

b. Wiki

Sebagai situs yang memiliki macam-macam karakteristik yang berbeda, misalnya

situs knowledge sharing, wikitravel yang memfokuskan sebagai suatu informasi pada

suatu tempat.

c. Flickr

13
Situs yang memiliki yahoo, yang mengkhususkan sebuah image sharing (berbagi

gambar) dengan kontributor yang ahli pada setiap bidang fotografi di seluruh dunia.

Flickr menjadikan sebagai photo catalog yang setiap produknya dapat dipasarkan.

d. Creating opinion(menciptakan opini)

Media sosial tersebut memberikan sarana yang dapat untuk berbagi opini dengan

orang lain di seluruh dunia. Melalui media sosial tersebut, semua orang dapat menulis

jurnal, sekaligus sebagai komentator.

e. Jejaring sosial

Melalui situs-situs konten sharing tersebut orang-orang menciptakan berbagai

media dan juga publikasi untuk berbagi kepada orang lain. Berikut beberapa aplikasi

dari media sosial tersebut, yaitu:

1) Facebook merupakan layanan jejaring sosial yang diluncurkan pada Februari 2004

oleh Mark Zuckerberg, memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif dan lebih dari

separuhnya menggunakan telepon genggam untuk mengaksesnya. Pengguna

facebook dapat membuat profil pribadi, menambahkan teman, bertukar pesan serta

berbagi informasi.

2) WhatsApp merupakan aplikasi pesan lintas platform sejak kemunculannya pada

tahun 2009 hingga saat ini, yang memungkinkan kita bertukar pesan tanpa biaya

SMS, karena menggunakan data internet. Dengan menggunakan whatsApp, kita

dapat dengan mudah untuk berinteraksi melalui pesan teks maupun suara dan hingga

saat ini dilengkapi dengan fitur video call (panggilan video), dimana kita dapat

bertatap muka ketika bertelepon.

14
3) Line merupakan layanan aplikasi yang serupa dengan whatsApp. Akan tetapi, line

diluncurkan pada tahun 2011 oleh perusahaan Jepang.

4) Youtube merupakan sebuah situs web yang digunakan untuk mengunggah, menonton

serta berbagi video. Konten video positif apapun bisa diakses melalui aplikasi ini.

5) Twitter merupakan layanan jejaring sosial microblog daring yang hamper serupa

dengan facebook, yang memungkinkan pengguna dapat mengirim dan membaca

pesan berbasis teks.

6) Instagram

Instagram merupakan platform aplikasi jejaring sosial yang memungkinkan

penggunanya untuk mengambil foto, mengedit, menerapkan filter digital dan

mengunggahnya dengan berbagai fitur seperti kolom komentar, dan fitur DM atau

Direct Message(pesan langsung) yang memungkinkan penggunanya untuk bertukar

pesan.

Selain itu, menurut Kotler dan Keller (Tosepu, 2018:37-38) bahwa terdapat

tiga macam platform yang utama untuk media sosial, yaitu:

a. Forum dan komunitas online

Mereka datang dalam segala bentuk dan ukuran dimana banyak dibuat oleh

pelanggan. Sebagian hal ini disponsori oleh perusahaan melalui postingan, instant,

messaging, dan juga chattingan yang berdiskusi mengenai minat khusus yang dapat

berhubungan dengan perusahaan.

b. Blogs

Blogspot sendiri merupakan salah satu penyedia akun website gratis dimana

kita bisa posting, sharing dan lain sebagainya.

15
c. Jaringan sosial (social networks)

Jaringan sosial telah menjadi kekuatan yang penting baik dalam bisnis

konsumen dan juga pemasaran bisnis ke bisnis. Salah satunya dari facebook,

messenger, twitter dan juga black berry dan lain-lain. Jaringan yang bebeda tersebut

menawarkan manfaat yang berbeda pula untuk perusahaan.

Beberapa paparan para ahli di atsas, dapat disimpulkan bahwa berbagai jenis

media sosial yang digunakan seperti blogs, bookmarking, wiki, jejaring sosial

(facebook, whatsApp, instagram, youtube, twitter) dan lain sebagainya yang dapat

digunakan untuk memperoleh informasi, berbagi video, ataupun bertukar pesan.Akan

tetapi, dari jenis media sosial yang sudah dijelaskan oleh para ahli di atas, jenis

media sosial yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu jenis media

sosial jejraing sosial seperti facebook, whatsApp, instagram dan youtube.

3. Peran dan fungsi media sosial

Menurut Angela, dkk.,(2023:47) memuat peran dan fungsi dari media sosial.

a. Peran media sosial

1) Jangkauan global

Media tradisional dapat menjangkau secara global tetapi tentu saja dengan biaya

sangat mahal dan memakan waktu. Melalui media sosial, bisnis dapat

mengkomunikasikan informasi dalam sekejap, terlepas dari lokasi geografis. Media sosial

memungkinkan untuk menyesuaikan konten anda untuk setiap segmen pasar dan

memberikan kesempatan bisnis untuk mengirimkan pesan ke lebih banyak pengguna.

16
2) Kesederhanaan

Dalam sebuah produksi media konvensional dibutuhkan keterampilan tingkat

tinggi dan keterampilan marketing yang unggul. Sedangkan media sosial sangat mudah

digunakan, bahkan untuk orang tanpa dasar TI pun dapat mengaksesnya, yang dibutuhkan

hanyalah computer dan koneksi internet.

b. Fungsi media sosial

1) Mencari informasi, berita dan pengetahuan

Media sosial berisi segudang informasi, berita, ilmu, pengetahuan, dan kabar

terkini, malah informasi-informasi tersebut lebih cepat menyebar melalui media sosial

dibandingkan melalui media elektronik seperti TV.

2) Mendapatkan hiburan

Perasaan sedih, stress, jenuh adalah perasaan yang bisa menimpa siapapun saja

tergantung kondisi. Salah satu upaya yang dilakukan seseorang jika ia merasa jenuh,

sedih, stress dan kesepian adalah menapatkan hiburan dengan berkunjung ke media

sosial.

3) Komunikasi online

Dengan memanfaatkan media sosial atau jejaring sosial, semua orang bisa

melakukan komunikasi secara online, seperti chatting, pemberitahuan kabar, dan

undangan.

4) Interaksi online sesama teman

Menurut Chandra (2021: 16), media sosial dalam perannya saat ini telah

membangun sebuah kekuatan besar dalam membentuk pola perilaku masyarakat yang

17
berdampak pada berbagai bidang kehidupan. Hal ini karena media sosial telah melakukan

fungsinya secara maksimal. Adapun fungsi media sosial antara lain:

a. Memperluas interaksi sosial manusia menggunakan internet dan teknologi web

b. Mentransformasi praktik komunikasi searah media siaran dari satu institusi media ke

banyak audience (one to many) ke dalam praktik komunikasi dialogis antara banyak

audience (many to many)

c. Mendukung demokratisasi pengetahuan dan informasi, yakni mentransformasi

manusia dari pengguna isi pesan menjadi pembuat pesan itu sendiri

d. Membangun personal branding, mencari popularitas, atau menunjukkan eksistensi

diri.

Berdasarkan penjelasan dari para ahli di atas terkait peran dan fungsi media sosial

dapat disimpulkan bahwa peran media sosial dalam kehidupan masyarakat sangat penting

dikarenakan kehadiran media sosial yang membawa perubahan yang sangat besar pada

berbagai bidang di kehidupan masyarakat khususnya pada bidang pendidikan.

4. Dampak media sosial

Kehadiran media sosial ini memberi dampak bagi kehidupan masyarakat. Dampak

yang timbul dari penggunaan media sosial yaitu dampak positif dan dampak negatif.

a. Dampak positif dari media sosial

Beberapa dampak positif yang dirasakan oleh pengguna media sosial menurut

Arlianti (2020: 79-80), diantaranya:

1) Memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi dengan banyak orang di seluruh dunia

termasuk artis idola yang menggunakan media sosial jenis jejaring sosial seperti

instagram dan twitter.

18
2) Memperbanyak dan membangun koneksi karena pergaulan di media sosial sangat luas.

Hal ini memberi dampak positif bagi yang ingin membuat relasi, pertemanan, dan

mengembangkan bisnisnya.

3) Efektif dari segi waktu karena berkirim pesan sekarang sangatlah cepat, tidak perlu lagi

berminggu-minggu menunggu surat. Jarak yang jauh pun dapat ditembus oleh kecepatan

pengirim pesan.

4) Dapat digunakan sebagai sarana mengekspresi diri, seseorang yang kesulitan

mengekspresikan dirinya dapat menggunakan media sosial sebagai sarana penyalur

karena ia bisa dengan bebas menyuarakan dirinya tanpa harus secara langsung

berhadapan dengan orang lain.

5) Adanya penyebaran informasi yang berlangsung dengan cepat, masyarakat bisa

menjadikan informasi-informasi tersebut sebagai referensi atas keputusan yang ingin ia

ambil.

6) Lebih hemat biaya dibanding media yang lain, media sosial hanya membutuhkan jaringan

internet agar dapat diakses. Maka media sosial hanya perlu membayar biaya internet saja.

Adapun dampak positif media sosial menurut Ahmad (2019: 51-53) adalah sebagai

berikut:

1) Sebagai sarana untuk menjalin hubungan sesama manusia, baik hubungan silaturahim

antar kerabat, hubungan dengan sesama teman, atau hubungan relasi kerja.

2) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas

hubungan dan keharmonisan.

19
3) Memudahkan menambah dan bertukar ide, gagasan, dan pengetahuan sehingga

menambah wawasan anggota keluarga dalam kaitannya menuju kelangsungan hidup

keluarga sejahtera dalam masyarakat.

b. Dampak negatif dari media sosial

Ada beberapa dampak negatif dari media sosial menurut Arlianti (2020: 80) adalah

sebagai berikut:

1) Seseorang yang terjebak terlalu dalam oleh media sosial berisiko mengabaikan orang-

orang di kehidupan sehari-hari dan sekitarnya. Menjauhkan yang sudah dekat dan

medekatkan yang jauh.

2) Interaksi secara langsung cenderung menurun karena berinteraksi melalui media sosial

begitu mudah maka dari itu banya orang yang merasa malas dan membuang-buang waktu

jika bertemu dan berinteraksi secara langsung dengan orang lain.

3) Dapat mengganggu kesehatan mental seseorang, karena isi media sosial terutama di

Indonesia sekarang terlalu bebas untuk berpendapat bahkan orang lain dapat menyakiti

yang lainnya walaupun hanya sebatas kata.

4) Seringnya konflik yang muncul di dalam media sosial karena siapa saja bebas

mengeluarkan pendaoat, ide, gagasan, argument dan lain-lain. Kebebasan yang ada tidak

memberikan batas sehingga terkadang berlebihan dan menimbulkan konflik yang

berakhir pada pertengkaran oleh sesama pengguna hingga perpecahan serta kebencian.

Menurut Ahmad (2019:51-53) dampak negatif yang timbul dari media jejaring

sosial diantaranya adalah:

a. Batasan ranah pribadi menjadi kabur

20
Dalam dunia jejaring sosial kita bebas menulis apa saja. Akan tetapi, para

pengguna akun jejaring sosial tanpa sadar menulis aibnya sendiri seperti curahan hati,

luapan perasaan, meratap atau semacam pengaduan yang memunculkan tanggapan yang

beragam darin teman-teman jejaring sosial.

b. Berkurangnya interaksi

Sesorang yang sudah ketagihan menggunakan jejarig sosial waktunya banyak

dihabiskan untuk sekedar update status, posting atau lainnya sehigga waktu beinteraksi

dengan lingkungan keluarga berkurang.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media sosial

memiliki dampak bagi kehidupan manusia yang berupa dampak negatif dan dampak

positif. Dampak positif dari media sosial seperti memperoleh informasi dengan cepat,

memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi, sebagai sarana untuk mengekspresi diri

dan lain sebagainya. Sedangkan dampak negatifnya seperti dapat menjauhkan yang sudah

dekat, mengganggu kesehatan mental, kurangnya interaksi, batasan ranah pribadi menjadi

kabur dan lain sebagainya.

B. Hakikat Nilai Budaya

1. Budaya

Menurut Sofyan (Latif, 2015: 315), budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa

sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal),

diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa

Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin colere, yaitu megolah atau

mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Budaya dalam

pengertian yang luas yaitu pancaran daripada budi dan daya. Budaya adalah cara hidup suatu

21
bangsa atau umat. Menurut Tylor (Stiadi 2012: 27-28), budaya adalah suatu keseluruhan

kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hokum, adat

istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai

anggota masyarakat. Selanjutnya menurut Koentjaraningrat (Herimanto, 2015: 25),

kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan

belajar serta dari hasil budi pekertinya. Oleh karena itu, segala peninggalan atau warisan

budaya yang sifatnya tradisional.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya adalah keseluruhan

sistem gagasan, ide, tindakan dan hasil karya manusia yang sifatnya tradisional dalam

kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia itu sendiri dengan belajar. Budaya

itu lahir sejak manusia lahir.

a. Wujud kebudayaan

Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai

makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya

pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi soial, religi, seni, dan lain-lain,

semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan

bermasyarakat.

Menurut Hoenigman (Herimanto, 2012: 25-26), wujud kebudayaan dibedakan

menjadi tiga, yaitu gagasan, aktivitas dan artefak.

1) Gagasan (Wujud Ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,

gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang bersifat abstrak; tidak

dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepal-kepala atau di alam

22
pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka dalam

bentuk tulisan, maka lokasi kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku

hasil karya penulis warga masyarakat tersebut.

2) Aktivitas (Tindakan)

Aktifitas adalah wujud kebudayaan suatu tindakan berpola dari manusia dalam

masyarakat itu.wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri

dari aktivitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, mengandalkan kontak, serta bergaul

dengan manusia lainya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.

Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan

didokumentasikan.

3) Artefak (Karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupahasil dari aktivitas, perbuatan,

dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat

diraba, diliha, dan didokumentasikan. Menurut Koentjaratningrat (Herimanto, 2012: 26),

membagi wujud kebudayaan menjadi tiga pula, yaitu (a) suatu kompleks ide, gagasan, nilai,

norma, dan sebagainya. (b) Suatu kompleks aktivitas atau tindakan berpola dari manusia

dalam masyarakat. (c) Suatu benda-benda hasil karya manusia.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupan

masyarakat tentu adanya wujud kebudayaan. Wujud kebudayaan yang dimaksud mulai dari

pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain

sebagainya. Tanpa adanya masyarakat maka tidak adanya wujud kebudayaan, sehingga dari

salah satu ruang lingkup yang menghiasi kehidupan masyarakat adalah wujud kebudayaan

itu sendiri.

23
b. Unsur-unsur kebudayaan

Unsur kebudayaan di kenal adanya tujuan unsur kebudayaan yang bersifat

universal. Ketujuh unsur tersebut dikatakan universal karena dapat dijumpai dalam

kebudayaab kapanpun dan dimanapun berada.

Menurut Koentjaraningrat (Herimanto, 2012: 26), tujuh unsur kebudayaan yang

bersifat universal di antaranya adalah: (1) Sistem peralatan dan perlengkapan hidup

(teknologi) (2) Sistem mata pencaharian hidup (3) Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi

Sosial (4) Bahasa (5) Kesenian (6) Sistem Pssengetahuan (7) Sistem Religi.

c. Fungsi kebudayaan

Dagur (2008:20) mengatakan “memahami kebudayaan berarti juga memahami

fungi kebudayaan itu”. Ia menjelaskan lima fungsi kebudayaan antara lain: (a) Mengatur,

membimbing, dan menganyomi; (b) Merupakan warisan demi kesatuan konsepsi dan aksi;

(c) Sebagai mekanisme regulatif demi harmonisasi; (d) Sebagai penuntun sikap dan

perilaku; (e) Sebagai identitas koleksis.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah penghasil,

pelaku, dan pendukung kebudayaan. Tidak ada kebudayaan tanpa manusia, dan tiada pula

manusia tanpa budaya. Jadi kebudayaan memiliki peran yang sangat penting dalam

kehidupan manusia.

2. Nilai Budaya

a. Pengertian nilai

Menurut Frondizi (Andayani, 2019: 31) menjelaskan bahwa nilai ialah kualitas

yang tidak nyata dan nilai bukan elemen dari sesuatu, tetapi nilai merupakan sesuatu yang

dimiliki atau kualitas objek tertentu yang disebut baik. Sedangkan menurut Elly Setiadi,

24
2006: 31), nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap

penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat, karena itu sesuatu dikatakan

memiliki nilai apabila berguna dan berharga nilai kebenaran, nilai estetika, baik nilai moral,

religious, dan nilai agama.

Menurut Rusmin Tumangor, dkk (2010: 25) menjelaskan bahwa nilai adalah

sesuatu yang abstrak (tidak terlihat wujudnya) dan tidak dapat disentuh oleh pancaindra

manusia. Namun dapat diidentifikasi apabila manusia sebagai objek nilai tersebut melalui

tindakan atau perbuatan mengenai nilai-nilai tersebut. Bagi manusia nilai dijadikan sebagai

landasan, alasan, ataupun motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Dalam

bidang pelaksanaannya nilai-nilai dijabarkan dan diwujudkan dalam bentuk kaidah atau

norma sehingga merupakan suatu larangan, tidak diinginkan, celaan, dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan segala sesuatu

yang baik, yang diinginkan atau yang dicita-citakan oleh seluruh manusia dan digunakan

untuk melihat kualitas objek tertentu dan merupakan sesuatu yang berguna, berharga yang

dimana nilai tidak terlihat wujudnya.

b. Pengertian nilai budaya

Menurut Williams (Liliweri, 2021: 18), nilai-nilai budaya merupakan ide abstrak

yang secara implisit atau eksplisit berbagi tentang apa yang baik atau benar, dan apa yang

diinginkan oleh masyarakat. Selain itu, pengertian nilai budaya menurut Nopitasari (2019:

17), yaitu nilai-nilai yang telah disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup

organisasi, lingkungan masyarakat, yang kemudian mengakar pada suatu kebiasaan,

kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakter tertentu. Nilai budaya juga

merupakan suatu bentuk dari kehidupan dan memuat ketentuan-ketentuan mengenai tingkah

25
laku yang menyangkut penilaian baik buruk kehidupan manusia dalam suatu masyarakat

(Simanullang 2022: 45).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai budaya

merupakan suatu bentuk nilai yang telah disepakati oleh lingkungan masyarakat mengenai

suatu kebiasaan, kepercayaan, simbol, serta tingkah laku, ide atau gagasan yang abstrak

tentang baik atau benar dan apa yang diingkan oleh masyarakat.

c. Fungsi nilai budaya

Fungsi nilai budaya menyangkut manfaat yang dirasakan oleh masyarakat atas

keberadaan nilai budaya. Menurut Supartono widyosiswoyo (Turistiati 2021: 25) ada

beberapa fungsi dari nilai budaya yakni:

1. Fungsi nilai budaya sebagai standar yang menunjukkan tingkah laku dari berbagai cara,

yaitu:

a) Membawa individu untuk mengambil posisi khusus dalam masalah sosial

b) Memengaruhi individu dalam memilih ideologi atau agama

c) Menilai dan menentukan kebenaran dan kesalahan atas diri sendiri dan orang lain.

d) Merupakan pusat pengkajian tentang proses-proses perbandingan untuk menetukan

individu bermoral dan kompeten.

2. Nilai budaya berfungsi sebagai rencana umum dalam menyelesaikan konflik dan

pengambilan keputusan.

3. Nilai budaya berfungsi motivasional yang kuat seperti halnya komponen kognitif, afektif,

dan behavioral.

4. Nilai budaya berfungsi penyesuaian, isi nilai tertentu diarahkan secara langsung kepada

cara bertingkah laku serta tujuan akhir yang berorientasi pada penyesuain.

26
5. Nilai budaya berfungsi sebagai ego defensive.

6. Nilai budaya berfungsi sebagai pengetahuan dan aktualisasi diri fungsi pengetahuan

berarti pencarian arti kebutuhan untuk mengerti, kecenderungan terhadap kesatuan

persepsi dan keyakinan yang lebih baik untuk melengkapi kejelasan dan konsepsi.

Nilai budaya mempunyai kedudukan dan fungsi yang strategis dan vital bagi

kehidupan manusia. Menurut Saryono (Harahap 2021: 41) memaparkan kedudukan dan

fungsi nilai budaya menjadi lima jenis, yakni sebagai penggerak, pengendali, proyeksi dan

utopia, tolak ukur, serta sebagi rujukan ucapan, tindakan, perbuatan, dan perilaku manusia.

Dari paparan-paparan tentang fungsi nilai budaya di atas dapat disimpulkan bahwa

ada banyak sekali fungsi nilai budaya diantaranya fungsi sebagai pengetahuan yang

memberi motivasi yang kuat dalam komponen kognitif, afektif, dan behavioral, sebagai

penyesuian nilai tertentu yang diarahkan secara langsung pada tingkah laku serta sebagai

penggerak sekaligus penggendali dalam masalah-masalah sosial.

C. Nilai Budaya dalam Bertutur Kata Siswa

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tutur adalah ucapan; kata;

perkataan; sedangkan tuturan adalah ucapan; ujaran; cerita; dan sebagainya dan penuturan

adalah proses, perbuatan, cara menuturkan. Arti tutur kata adalah perkataan (yang

diucapkan). Arti lain dari tutur kata adalah kata yang diujarkan. Budaya bertutur kata dapat

dipengaruhi oleh lingkungan, kebiasaan penutur maupun dipengaruhi oleh media sosial.

Tutur kata seseorang mencerminkan kepribadian yang baik.

Tutur kata seseorang dilihat dari kesantunannya dalam berbahasa. Dalam KBBI

santun berarti halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya); sopan; sabar; dan tenang.

27
Dari pengertian tersebut, bahasa yang santun adalah bahasa yang halus dan baik ketika

digunakan oleh seseorang tanpa menyinggung atau menyakiti perasaan lawan bicaranya

(mitra tuturnya). Kesantunan dalam konteks yang lebih luas, tidak merujuk kepada

kesantunan berbahasa semata-mata tetapi juga merujuk kepada aspek nonverbal seperti

tingkah laku, mimik muka, dan nada suara.

Orang tua selalu menasehati anak-anaknya untuk bertutur yang santun kepada siapa

saja, apalagi dengan orang tua, orang yang lebih tua darinya ataupun orang tua serta kepada

teman-temannya. Nasehat tersebut dimaksudkan agar kata yang diucapkan tidak

menimbulkan efek yang tidak baik kepada mitra tuturnya apalagi kalau lawan tuturnya guru.

Bertutur seharusnya dapat menyesuaikan diri dimana kita bertutur, dengan siapa kita

bertutur, dan kapan harus kita bertutur. Hal ini dikarenakan bertutur dapat menumbuhkan

persahabatan, menyebar pengetahuan, saling pengertian, dan memelihara kasih saying. Akan

tetapi, bertutur juga dapat menyuburkan perpecahan, menambah kebencian serta dapat

menghambat pikiran.

D. Dampak Media Sosial Terhadap Nilai Budaya dalam Bertutur Kata Siswa

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang

lain dimanapun dan kapanpun baik melalui media sosial maupun bertatap muka. Tentu saja

dalam berkomunikasi selalu melibatkan bahasa. Melalui bahasa seseorang dapat

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, mempelajari kebiasaan, kebudayaan, adat

istiadat, serta latar belakang lawan komunikasinya, dan juga sebagai cerminan kepribadian

seseorang. Penggunaan bahasa yang sopan, santun, sistematis, teratur, jelas dan lugas

mencerminkan pribadi penuturnya yang berbudi.

28
Tingkah laku dalam bertutur haruslah disertai norma-norma yang berlaku dalam

budaya itu. Beberapa pakar menyebutkan norma-norma budaya tersebut sebagai etika

berbahasa atau tata cara bertutur. Sedangkan etika berbahasa ini erat kaitannya dengan

norma-norma sosial dan sistem budaya yang berlaku di dalam masyarakat ataupun

pendidikan. Pemakaian budaya bertutur yang santun perlu diterapkan di kalangan generasi

muda termasuk pelajar. Anak perlu dididik dalam bertutur kata sejak dini, sebab mereka

adalah penerus yang akan hidup sesuai masanya.

Upaya untuk menciptakan lingkungan yang bertutur kata sopan merupakan hal yang

sangat penting karena pada saat ini masyarakat cenderung bergerak kearah yang lebih maju

dan modern. Tidak dapat dipungkiri, setiap perubahan yang dilakukan oleh suatu masyarakat

akan melahirkan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang berkaitan dengan masalah nilai dan

moral. Misalnya kemajuan di bidang teknologi khususnya media sosial yang mengakibatkan

pergeseran budaya disebabkan budaya Barat leluasa menggerus tradisi timur yang penuh

keterbatasan norma. Demikian pula dampaknya akan dirasakan pada nilai-nilai budaya dalam

pendidikan khususnya dalam bertutur kata siswa.

Menurut Leech (Mislikhah, 2014: 285-296) bahwa dalam berkomunikasi harus

memperhatikan prinsip kesopanan (politeness principle) dengan maksim-maksimnya,

diantaranya: (1) maksim kebijakan dengan cara memprioritaskan kearifan berbahasa, (2)

maksim kemurahan yang mengutamakan kesalutan/rasa hormat pada orang lain dan rasa

hormat diri sendiri, dan (3) maksim kerendahan hati yang mengutamakan pujian pada orang

lain dan rasa rendah hati pada diri sendiri. Ketiga prinsip ini pada dasarnya merupakan

penuntun dan pengatur cara berkomunikasi siswa dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat.

29
Selain keluarga dan lingkungan masyarakat, pendidikan berbahasa di sekolah pada

era digital ini merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan menyelamatkan bahasa

siswa dari pengaruh negatif penggunaan media sosial yang berbasis internet (interconnection

networking) (Fakhrunnisa, Astuti, & Susilo, (n.d.). Namun, hal itu tidak akan terwujud tanpa

adanya realisasi konkret dari sekolah berupa strategi pengajaran yang mumpuni dan relevan

dalam membentuk kesantunan siswa dalam bertutur kata.

E. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Bagan kerangka berpikir

seb
Media Sosial

Dampak Positif Media Dampak Negatif Media


Sosial Sosial
Memperoleh Tersitanya waktu
informasi dengan belajar anak
cepat Kurangnya interaksi
Memperluas Batasan ranah pribadi
jaringan menjadi kabur
pertemanan
Sebagai sarana
komonikasi

Tutur Kata Siswa

30
F. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan berikut ini, antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fajar dan Hadi Machmud pada tahun

2020 dengan judul penggunaan media sosial di kalangan siswa sekolah dasar. Hasil

penelitian menunjukan bahwa dampak dari media sosial yaitu mempermudah

kegiatan belajar dengan memberi pengalaman baru bagi siswa, guru dan orang tua

melalui grup yang telah dibuat dalam media sosial. Dampak lainnya timbul dari hal

negatif yaitu ketagihan mengakses media sosial sehingga waktu untuk belajar kurang

dan membuat pemakain uang jajan semakin boros.Perbedaan dari penelitian tersebut

adalah penelitian Muhammad Fajar dan Hadi Machmud melihat dampak penggunaan

media sosial di kalangan SD secara keseluruhan baik dampak negatif maupun positif

sedangkan penelitian dalam tulisan ini melihat dampak media sosial khususnya dalam

bertutur kata siswa.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Munasiatul Ifadah pada tahun 2020 dengan judul

pengaruh pengguna media sosial youtube terhadap perilaku positif siswa kelas 5 di

MI Nurul Iman Kebonsari Madiun Tahun ajar 2019/2020. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara media sosial youtube

terhadap perilaku positif siswa kelas 5 di MI Nurul Iman Kebonsari Madiun Tahun

ajar 2019/2020, besar pengaruhnya 42,3%. Penelitian ini berbeda dengan penelitian

yang dilakukan peneliti nantinya. Perbedaan itu terletak pada jenis penelitian yang

digunakan. Penelitian Munasiatul Ifadah menggunakan jenis penelitian kuantitatif

sedangkan penelitian dalam tulisan ini menggunakan jenis penelitian kualitatif.

31
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nasri Uba pada tahun 2018 dengan judul dampak

media sosial terhadap minat baca siswa SMA Negeri 1 Ile Ape di Kabupaten

Lembata. Berdasarkan hasil penelitiannya minat baca siswa SMA Negeri 1 Ile Ape

sangat rendah dikarenakan adanya media sosial yang merajalela seperti facebook,

WA, line, instagram, dan aplikasi lainnya yang sering digunakan, bahkan hamper

sehari-hari mereka tidak lepas dari smartphone membuat kegiatan membaca siswa

sangat memperhatinkan karena kesibukan bermain gejet atau media sosial. Perbedaan

dari penelitian tersebut adalah penelitian Nasri Uba dilakukan pada siswa SMA

sedangkan penelitian dalam tulisan ini dilakukan pada siswa SD.

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa media

sosial dapat mempengaruhi perilaku atau pun aktivitas pelajar baik dari kalangan SD

maupun sampai pada kalangan pelajar SMA. Dampak dari media sosial bagi kalangan

pelajar berupa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya adalah

memudahkan kegiatan belajar dengan memberi pengalaman baru bagi siswa, guru serta

orang tua siswa melalui grup yang telah dibuat dalam media sosial. Selain itu, dampak

negatif yang timbul dari media sosial yaitu minat baca siswa yang sangat rendah,

ketagihan mengakses media sosial sehingga waktu untuk belajar kurang, dan juga

pemakaian uang jajan yang semakin boros.

32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sukmadinata (2012: 60)

penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan,

presepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Selain itu, Bogdan dan Tylor

(dalam Margono, 2014: 36) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan satu deskriptif berupa kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.

Berdasarkan definisi di atas, dalam penelitian ini dideskripsikan apa saja dampak

yang disebabkan oleh media sosial terhadap nilai budaya bertutur kata siswa di SDK Ruteng

VI dan bagaimana upaya untuk mengatasi dampak media sosial terhadap nilai budaya dalam

bertutur kata siswa di SDK Ruteng VI.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDK Ruteng VI kecamatan Langke Rembong kabupaten

Manggarai. Alasan memilih SDK Ruteng VI karena sekolah tersebut merupakan salah satu

sekolah yang berada di kota dengan fasilitas yang memadai terkait dengan media sosial.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap.

33
C. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah kepala sekolah, 3 orang guru kelas tinggi yaitu satu

guru kelas IV, satu guru kelas V dan satu guru kelas VI dan siswa kelas tinggi SDK Ruteng

VI. Namun, dari seluruh siswa kelas tinggi di SDK Ruteng VI hanya siswa yang memiliki

akun media sosial yang dijadikan subjek dalam penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitin ini adalah teknik

wawancara, dokumentasi dan observasi.

1. Teknik Wawancara

Teknik wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan

komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpulan data

(pewawancara) dengan data (responden). Wawancara yang dimaksud adalah wawancara

secara langsung dengan responden untuk menanyakan secara lisan hal-hal yang diinginkan

dan jawaban responden di catat oleh pewawancara. Wawancara dalam penelitian ini adalah

wawancara yang tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis

besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara

terstruktur, yaitu pertanyaan yang bersifat terbuka, kepada guru-guru secara bebas menjawab

pertanyaan tersebut (Arifin, 2014: 157). Dalam melakukan wawancara, peneliti selaku

pengumpul data telah menyiapkan instrument penilaian berupa pertanyan-pertanyaan tertulis

yang akan diajukan pada responden selaku narasumber. Kegiatan wawancara yang dilakukan

34
peliti dengan sumber wawancaranya adalah kepala sekolah, tiga guru kelas tinggi serta siswa

atau siswi SDK Ruteng VI yang memiliki akun media sosial.

2. Teknik Dokumentasi

Hasil penelitian dari proses kegiatan wawancara akan lebih akurat apabila didukung

oleh dokumen-dokumen yang mendukung terhadap masalah yang sedang diteliti. Oleh sebab

itu, peneliti berusaha mengumpulkan dokumen-dokumen yang dapat menunjang terhadap

perolehan data yan diperlukan. Guba dan Lincon (Maleong, 2009: 217), mengungkapkan alas

an dgunakan dokumen untuk kepentingan penelitian seperti berikut ini:

1. Dokumen merupakan sumber stabil kaya dan mendukung.

2. Berguna sebagai barang bukti untuk pengujian sesuai dengan penelitian kualitatif

karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks.

3. Tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan teknik kajian isi.

4. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tunuh

pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

Dokumentasi atau arsip yang akan diambil dalam penelitian ini antara lain, ketika

peneliti mewawancarai guru-guru, foto dan arsip atau data dari notulen rapat mengenai

“Dampak Media Sosial Terhadap Nilai Budaya dalam Bertutur Kata Siswa SDK Ruteng VI”.

3. Teknik Observasi

Teknik observasi merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data dengan cara

mencatat segala aktivitas, peristiwa ataupun fenomena terkait dampak dari media sosial

terhadap nilai budaya dalam bertutur kata siswa SDK Ruteng VI. Dengan teknik observasi,

teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang

35
sedang berlangsung. Berdasarkan paparan di atas, peneliti melakukan observasi untuk

mendapakan gambaran tentang situasi lingkungan yang akan diteliti yaitu SDK RutengVI.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah

penulis itu sendiri. Sugiyono (2015: 305), menjelaskan bahwa penelitian kualitatif sebagai

human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informasi sebagai

sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data, dan

membuat kesimpulan atas temuannya.

Selain itu, untuk membantu peneliti sebagai human instrument tersebut, maka

dibutuhkan alat (instrumen) lain yang nantinya memudahkan peneliti dalam melakukan

penelitian. Dalam penelitian ini alat atau instrumen tersebut berupa buku tulis dan pulpen

yang digunakan peneliti untuk mencatat informasi yang disampaikan informan, serta kamera

untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian sekaligus bukti otentik yang menunjukan

keabsahab kegiatan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses memberikan interprestasikan dan arti bagi data yang telah

dikumpulkan dengan cara diurutkan sesuai pola, kategori, dan satuan uraian sehingga dapat

lebih mudah digunakan untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dalam

penelitian. Dalam menganalisis data digunakan atau data yang diwujudkan dengan uraian

yang berbentuk kalimat yang akhirnya ditarik kesimpulan untuk mewujudkan fakta di

lapangan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah

sebagai berikut:

36
Data
Colletion
Data
Display

Data
Reduction

Conclusions:
Drawing/Verifying

Gambar 2. Komponen dalam analisis data (Sugiyono, 2015:338)

1. Data Collection (Pengumpulan Data)

Pengumpulan data merupakan proses pengumpulan data dengan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Dalam mengumpulkan data tersebut, peneliti sebagai

instrument kunci. Peneliti mencatat senua data secara obyektif dan apa adanya sesuai

dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan.

2. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, dan

pentransformasikan data mentah dalam catatat-catatan lapangan tertulis. Data yang sudah

didapatkan kemudian direduksi dengan cara mengelompokan atau memilih dan meramu data

yang sesuai dengan penelitian, sesudah data itu terangkum kemudian disusun supaya lebih

teratur. Ini artinya data yang diperoleh diketik atau ditulis secara rapi, terinci, dan sistematis.

Untuk itu laporan-laporan itu perlu direduksi, yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang

37
sesuai dengan fokus penelitian yakni dampak media sosisl terhadap nilai budaya dalam

bertutur kata siswa.

3. Data Display (Penyajian Data)

Peyajian data adalah deskripsi penemuan dari apa yang diperoleh di lapangan.

Penyajian data ini dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan suatu tindakan. Penyajian data yang

dimaksud di atas adalah seperti matriks, chart atau grafik dan sebagainya. Dalam penelitian

ini, data yang diperoleh dari SDK Ruteng VI akan disaji menurut unsur-unsur yang dikaji.

Adapun tujuannya agar peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan banyaknya

data.

4. Conclusions: Drawing/Verifying (Penarikan Kesimpulan dan verifikasi)

Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi (pemeriksaan

tentang kebenaran laporan) dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari

lapangan. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2015: 343), penarikan kesimpulan dan

verifikasi (pemeriksaan tentang kebenaran laporan). Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat

peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya).

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah

yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan

masalah dalam peneliti kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

38
penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian yang diharapkan adalah

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa

deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga stelah

diteliti menjadi jelas.

G. Uji Keabsahan Data

Menguji keabsahan atau kreadibilitas data adalah hal yang penting untuk dilakukan

dalam penelitian kualitatif agar data atau informasi yang diperoleh benar-benar valid dan

kredibel serta menjawabi pertanyaan dalam penelitian yang dilakukan. Terdapat banyak cara

yang bisa dilakukan untuk menguji keabsahan data penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini

teknik yang ambil untuk menguji keabsahan atau kredibilitas data adalah teknik triangulasi.

Menurut Iskandar (2009: 230), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu, untuk keperluan pengecekan atau

perbandingan terhadap suatu data. Dalam penelitian kualitatif, triangulasi menjadi sesuatu

yang sangat penting untuk membantu pengamatan menjadi lebih jelas dan lebih terang

sehingga informasi yang diperlukan menjadi lebih jernih. Teknik triangulasi merupakan

modus pelacakan dan pengecekan kepada pihak ketiga atau sumber data ketiga guna

meningkatkan peluang-peluang riset itu menjadi lebih kredibel (Ali dan Asrori, 2004: 137).

Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan

triangulasi teknik.

1. Triangulasi sumber

Menurut Ali dan Asrori (2009: 138), triangulasi dengan modus penggunaan sumber

data yang berbeda dan lebih dari satu mengandung makna bahwa suatu informasi yang

diperoleh dari suatu sumber data dicek silang pada sumber data lain. Tujuannya adalah

39
untuk memperoleh dari sumber data sebelumnya atau bahkan memperkaya informasi yang

diperoleh dari sumber data pertama. Selanjutnya sugiyono (2015: 368), mengatakan bahwa

triangulasi sumber bertujuan untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber

data atau sumber informasi adalah kepala sekolah, tiga guru kelas tinggi dan siswa kelas

tinggi di SDK Ruteng VI yang memiliki akun media sosial. Data dari sumber tersebut

dipadukan dan dikategorisasikan mana pandangan yang sama, pandangan yang berbeda, dan

mana spesifikasi dari sumber data tersebut.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi ini menguji kredibilitas dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2016: 274), maka peneliti akan

memastikan data mana yang dianggap benar sebab dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

Misalnya data yang diperoleh melalui wawancara, kemudian akan dicek dengan teknik

observasi ataupun dokumentasi, teknik ini akan memastikan mendapatkan data yang

dianggap benar.

40
DAFTAR PUSTAKA

Angela, dkk. 2023. Urgensi Kkmunikasi Dalam Ilmu Sosial. CV Sinar Jaya Berseri

Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo

Chaer,A. 2019. Linguistik Umum. Rineka Cipta: Jakarta.

Chandra, Fabian. 2021. Social Media Marketing. Diva Press: Yogyakarta.

Dagur, Antony Bagul. 2008. Budayah Daerah Dalam Konteks Komunikasi. Rutang: Nusa Indah.

Fallianda. 2018. Kesantunan Berbahasa Pengguna Media Sosial Instagram: Kajian

Sosiopragmatik. Jurnal Etnolingual Vol 2 No 1, 35-54

Herimanto, Winarno. 2012. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Henderi, Yusuf, M., & Graha, Y. 2007. Pengertian Media Sosial. Jakarta: Kencana.

Kotler, Philip, Keller. 2012. Marketing Management, 14th Edition. United States of America:

Pearson.

Kurniawan, Puguh. 2017. “Pemanfaatan Media Sosial Instagram Sebagai Komunikasi

Pemasaran Modern Pada Batik Burneh” dalam Jurnal Kompetensi, Vol 11, No 2.

Latif Mukthar. 2015. Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafat Ilmu. Jakarta: Kancana.

Margono S. 2014. Metodologi Penelitian pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Mulawarman, & Nurfitri, A. D. (2017). Perilaku Pengguna Media Sosial beserta Implikasinya

Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan. Buletin Psikologi, Vol. 25 (1), 36 – 44.

Nasrullah, R., 2015. Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya dan Sositeknologi. Bandung:

Simbiosa Rekatama.

41
Nuning Indah Pratiwi. 2017. Pengguna Media Video Call Dalam Teknologi Komunikasi. Jurnal

Ilmiah Dinamika Sosial, Vol 1, No 2.

Puntoadi, Danis. 2011. Menciptakan Penjualan Melalui Media Sosial. Jakarta: PT Elex

Komputindo

Puntoadi, Danis. 2011. Meningkatkan Penjualan Melalui Media Sosial. Jakarta: PT. Gramedia:

Pustaka Utama.

Ratnamulyani, I. A., & Maksudi, B. I. 2018. Peran Media Sosial dalam Peningkatan Partisipasi

Pemilih Pemula Dikalangan Pelajar di Kabupaten Bogor. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan

Humaniora, 20 (2), 154–161.

Rohani, A. (2014). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Tosepu, Yusrin Ahmad. 2018. Media Baru Dalam komunikasi Politik (Komunikasi Politik di

Dunia Virtual). CV. Jakad Publishing: Surabaya.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

bandung: Alfabeta.

42

You might also like