9 Sarmadan Hasibuan 93241 2194 2013
9 Sarmadan Hasibuan 93241 2194 2013
9 Sarmadan Hasibuan 93241 2194 2013
DISERTASI
Oleh:
SARMADAN HASIBUAN
NIM: 93241
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
ABSTRACT
i
ABSTRAK
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
vi
8. Ibunda tercinta, Hj Tiasmin Pulungan yang dengan penuh kasih sayang dan
kesabarannya senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis, doa untuk
almarhum ayahanda tercinta H. Akbar Hasibuan semoga Allah SWT
menempatkan beliau di tempat yang diridoiNya. Kepada kedua almarhum
tercinta H. Sutan Sinaloan Lubis dan Hj. Tonggol Nur Aisah Hasibuan sebagai
mertua penulis yang sangat penulis hormati, semoga Allah SWT
menempatkan keduanya di tempat yang diridhoiNya;
9. Istriku tercinta Hj. Nuraja Lubis yang dengan sabar dan dengan pengorbanan
selama 21 tahun setia mendampingi penulis, serta senantiasa memberikan
dukungan dan doa sehingga penulis mampu mencapai keberhasilan saat ini.
Untuk anak-anakku tersayang: Yogi Akbar Hasibuan, Feriansyah Hasibuan,
dan Raisyah Rahmadani Hasibuan yang senantiasa memberikan dorongan
dengan doa dan pengertiannya selama penulis menempuh studi dan
menyelesaikan desertasi ini serta telah banyak kehilangan kesempatan dan
waktunya untuk bersama-sama dan bercengkrama;
10. Sahabat-sahabat penulis tertistimewa kepada Dr. H. Zulfadli M.Pd, Herix
Sonata, Muhammad Kristiawan S.Pd. M.Pd, dan Drs. Burhanuddin, M.Pd
yang secara mitra dapat berdiskusi dan membatu penulis; dan sahabat Iswardi,
SE, Zulhendri Nasution, Fandi Pulungan yang membantu penulis demi
menyelesaikan studi ini.
Semoga bantuan, perhatian dan kemudahan yang diberikan dinilai Allah
SWT sebagai amal ibadah yang mulia di sisi-Nya.
Sarmadan Hasibuan
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .................................................................................................. i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
PERSETUJUAN KOMISI PROMOTOR/PENGUJI ................................. iv
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian........................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian......................................................................... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .............................................................................. 8
1. Hakikat Pendidikan Sekolah Menengah Atas .......................... 8
2. Fungsi dan Peran Guru ............................................................. 10
3. Pengembangan Profesional Berkelanjutan ............................... 17
4. Kompetensi Guru...................................................................... 23
5. Pengembangan Kompetensi Guru ............................................ 28
6. Kompetensi Profesional Guru .................................................. 34
7. Teknologi Informasi dan Komunikasi ...................................... 39
8. Model Pengembangan Kompetensi Profesional Guru
Berkelanjutan Dengan Menggunakan
Teknologi Informasi dan Komunikasi ..................................... 52
B. Hasil Penelitian yang Relevan....................................................... 55
viii
C. Kerangka Berfikir .......................................................................... 59
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 61
B. Rangkaian Kegiatan Pengembangan Kompetensi Profesional
Berkelanjutan Guru SMA Kota Padangsidimpuan
Menggunakan TIK ......................................................................... 62
C. Desain Penelitian ........................................................................... 66
D. Lokasi Penelitian ........................................................................... 69
E. Populasi dan Sampel ..................................................................... 69
F. Definisi Operasional ...................................................................... 71
G. Instrumen Penelitian ...................................................................... 73
H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................... 78
I. Teknik Analisis Data ..................................................................... 80
J. Langkah Mengembangkan Model Pengembangan Kompetensi
Profesional Guru Berkelanjutan Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri di Kota Padangsidimpuan Menggunakan TIK ....... 82
ix
Atas (SMA) NegeriKota Padangsidimpuan
Menggunakan TIK Dalam Mengembangkan
Kompetensi Profesional Guru .................................................. 113
B. Pembahasan .................................................................................. 117
1. Kelemahan yang Terjadi Saat Ini Dalam
Pengembangan Kompetensi Profesional Guru
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di
Kota Padangsidimpuan............................................................. 117
2. Upaya yang telah Dilakukan Pemerintah
Kota Padangsidimpuandalam Rangka Pengembangan
Kompetensi Profesional Guru Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri di Kota Padangsidimpuan ................................ 121
3. Faktor-faktor yang Menghambat
Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional
Guru Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri di Kota Padangsidimpuan ................................ 123
4. Langkah-Langkah Mengembangkan Model
Pengembangan Kompetensi Profesional Guru
Berkelanjutan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri
Kota Padangsidimpuan Menggunakan TIK ............................. 125
5. Model Pengembangan Kompetensi Profesional
Guru Berkelanjutan Sekolah Menengah Atas(SMA)
Negeri Kota Padangsidimpuan
Menggunakan TIK ................................................................... 128
C. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 142
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A................................................................................................ Kesi
mpulan ........................................................................................... 138
B. Implikasi ........................................................................................ 144
C. Saran .............................................................................................. 148
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 151
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
Tabel 20. Observasi Kegiatan Guru Pada 30 Orang Guru
SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8 ...................................... 115
Tabel 21. Observasi Aktivitas Siswa ............................................................... 116
Tabel 22. Kompetensi Profesional Guru
SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 6 ...................................... 117
Tabel 23. Kompetensi Profesional Guru
SMA Negeri 1 danSMA Negeri 8 ....................................... 117
Tabel 24. Analisis SWOT Sebagai Evaluasi Kebijakan
Penggunaan TIK .................................................................. 134
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
otonomi daerah dan otonomi pendidikan terasa berat tak terkecuali bagi Kota
Padangsidimpuan yang hampir 25% gurunya belum S-1, dan persoalan ini
profesional, sosial) sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta
1
2
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Guru merupakan salah satu bagian
kini masih banyak guru yang gagap dalam pemakaian komputer dalam mengakses
dan pengemasan informasi yang bakal dihadapkan dan disajikan kepada siswanya.
Hal ini menuntut kreativitas guru dalam pemanfaatan TIK. Karena ada
kemungkinanan siswa telah memahami lebih jauh satu persoalan dari pada
gurunya. Berangkat dari hal tersebut nampaknya kita harus ingat sebuah pesan
karena sebagian besar guru masih banyak yang belum dapat memanfaatkan
kemajuan TIK atau dengan perkataan lain masih gagap, dan mengakibatkan
keluarnya berita buruk yaitu guru di SMA Negeri di Kota Padangsidimpuan yang
sudah disertifikasi sebanyak 59,95% atau 235 guru dari 387 guru, artinya guru
Kompetensi Guru yang diikuti 226 peserta hanya satu orang yang lulus.
yang lebih tinggi, khususnya SMA Negeri se-Kota Padangsidimpuan, yaitu setiap
guru yang mengajar pada SMA Negeri wajib memiliki kualifikasi minimal Strata
ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun ternyata hasil
memuaskan.
menggunakan TIK. Model pengembangan ini akan menjadi salah satu alternatif
adalah suatu keharusan, suka atau tidak suka TIK telah mengalir pada setiap aspek
kehidupan. TIK memiliki potensi dan fungsi yang sangat besar dalam peningkatan
kualitas pendidikan.
B. Identifikasi Masalah
pendidikan yang lebih baik. Merujuk pada latar belakang masalah di atas, maka
1. Ada kelemahan yang terjadi saat ini dengan guru-guru Sekolah Menengah
3. Kompetensi guru layak untuk menjadi sesuatu yang harus menjadi nilai
C. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja kelemahan yang terjadi saat ini dalam pengembangan kompetensi
Padangsidimpuan?
5
Kota Padangsidimpuan?
D. Tujuan Penelitian
Kota Padangsidimpuan.
Kota Padangsidimpuan.
menggunakan TIK.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis
2. Manfaat Praktis
kompetensi guru;
A. Landasan Teori
didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang
a. Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang
diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur
pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas,
8
9
a. Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah
yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan
oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas
(SMA).
b. Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam
bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
c. Pendidikan Akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program
sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada
penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
d. Pendidikan Profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah
program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk
memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.
e. Pendidikan Vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4
setara dengan program sarjana (strata 1).
f. Pendidikan Keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar,
menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
10
yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, namun peran guru atau
pendidik lebih dominan dibanding dengan factor lain. Oleh sebab itu, tidak
ditentukan.
melandasi pekerjaan merupakan syarat yang paling esensial. Hal ini karena
keilmuan dan teori yang mendasarinya. Begitu pula halnya profesi pendidikan
saran penting untuk memperoleh ilmu adalah melalui penelitian, baik yang
kemudian harus ditulis dan dipublikasikan. Bila temuan/ teori yang dihasilkan
formal”.
di sekolah. Di antara peran dan fungsi guru tersebut adalah sebagai berikut
“Tugas dan tanggung jawab utama guru di suatu satuan pendidikan, mencakup
garis besar, tugas guru dapat ditinjau dari tugas-tugas yang langsung
Menurut Uzer (1990 dalam Uno, 2011: 20) terdapat tiga jenis fungsi
guru, yakni fungsi dalam bidang profesi, fungsi kemanusiaan, dan fungsi
dalam proses pembelajaran tatap muka sebagai berikut (Uno, 2011: 21).
“Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta
Semua orang pasti akan membenarkan pernyataan ini jika mengerti sejauh
mana peran dan tanggung jawab seorang guru. Sebenarnya menjaga sikap dan
tindak tanduk positif itu tidak hanya tanggung jawab para guru dan
seorang guru. Guru harus berusaha agar keluarganya baik dan tidak korupsi
Peran guru tidak hanya sebatas tugas yang harus dilaksanakan di depan
sehari hari.
tuntut tidak melakukan kesalahan sedikitpun, sedikit saja sang guru salah
dalam bertutur kata itu akan tertanam sangat mendalam dalam sanubari si
anak. “Jika sang guru mempunyai kebiasaan buruk dan itu di ketahui oleh
sang murid, tidak ayal jika itu akan dijadikan referensi bagi si murid tentang
diharapkan tidak hanya didasari oleh gaji guru yang akan dinaikkan, bukan
merupakan pilihan terakhir setelah tidak dapat berprofesi di bidang yang lain,
tidak juga karena peluang. Selayaknya cita-cita untuk menjadi guru didasari
oleh sebuah idealisme yang luhur, untuk menciptakan generasi penerus yang
berkualitas.
Guru tidak hanya dipandang sebagai profesi saja, tetapi adalah bagian
Idealisme itu seharusnya tidak tergantikan oleh apapun termasuk uang. Guru
tugas guru membantu dan membuat peserta didik belajar. Perlu diingat,
peserta didik dan mungkin orangtua mereka. Namun demikian, tetap harus
didik belajar (to help the others learn), yang bahkan terlepas dari persoalan
waktu ke waktu dan perubahan itu semakin cepat dan semakin cepat. Satu-
satunya yang abadi di dunia ini adalah perubahan itu sendiri. “Pada tahun
18
dewasa ini sedang dihadapkan pada empat krisis pokok, yang berkaitan
Lebih lanjut harapan perbaikan pendidikan belum bisa kita rasakan. Terbukti
dari 174 negara peserta menunjukkan bahwa Indonesia menduduki urutan ke-
102 tahun 1996, ke-99 tahun 1997, ke-105 tahun 1998, ke-109 tahun 1999 dan
menampati peringkat ke-61, 68, 73 dan 75. Demikian pula di tingkat SMP
pada tahun 1999, TIMS (The third Internasional Mathematics and Science
Study) menempatkan Indonesia pada peringkat ke-32 untuk IPA dan ke-34
institusi adalah penting, namun hal yang lebih penting adalah berdasarkan
dan Kurniatun (Saud, 2011: 100) memberikan beberapa prinsip yang perlu
kependidikan, yaitu:
moral dan tanggung jawab sosial tertentu yang wajib dijaga agar kredibilitas
pada sistem manajemen pendidikan dan orang yang menjadi manajer institusi
anak bangsa.
profesi keguruan, sehingga akan ada keseimbangan antara hak dan kewajiban
bagi seseorang yang berprofesi guru, antara lain: Indonesia memerlukan guru
yang bukan hanya disebut guru, melainkan guru yang profesional terhadap
profesinya sebagai guru. “Aturan profesi keguruan berasal dari dua kata dasar
profesional guru secara khusus, dan (3) sosok profesional guru sekolah dasar,
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
2005).
tertentu. Secara teoretik, ini sejalan dengan syarat pertama profesi menurut
Raharjo, 2010: 5). Sekedar contoh, siapa pun bisa trampil melakukan
23
saja bisa trampil mengajar orang lain, tetapi hanya mereka yang berbekal
hanya bisa diperoleh melalui pendidikan formal bidang dan jenjang tertentu”
4. Kompetensi Guru
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Oleh karena itu,
kompetensi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
berarti kecakapan atau kemampuan. Oleh karena itu, dapat pula dikatakan
(Roestiyah NK, 1986: 4). Dalam karya yang berbeda disebutkan bahwa
(Depdiknas, 2003: 9). Atau dengan kata lain, bahwa “kompetensi itu
dalam menjalankan tugas dan tagung jawabnya. Untuk itu, seorang guru perlu
kepribadian yang kokoh sebagai dasar kompetensi. Jika guru tidak memiliki
tugas dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kompetensi mutlak dimiliki
guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Hal
keprofesionalan”.
melainkan saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain dan
satu sama lainnya kompetensi yang satu mendasari kompetensi yang lainnya.
26
sekaligus menjadi indikator yang harus dicapai oleh setiap guru, sebagaimana
Selain itu empat kompetensi guru dijelaskan juga oleh PSDMP dan
PMP Kemendikbud dalam tabel berikut ini (PSDMP dan PMP Kemendikbud,
2012: 17).
A. Pedagogik
1 Menguasai karakteristik peserta didik
2 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
3 Pengembangan kurikulum
4 Kegiatan pembelajaran yang mendidik
5 Pengembangan potensi peserta didik
6 Komunikasi dengan peserta didik
7 Penilaian dan evaluasi
B. Kepribadian
8 Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan
nasional
9 Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan
10 Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru
C. Sosial
11 Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
12 Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta
didik, dan masyarakat
D. Profesional
13 Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu
14 Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan reflektif
Sumber: Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan Kemendikbud
Berdasarkan hal itu, juga dapat diketahui bahwa tidak semua aspek
diperoleh itu, tidak sesuai lagi dengan perkembangan atau kebutuhan yang ada
setelah menjadi guru. Di samping itu, sering kali beberapa aspek kemampuan
diperoleh melalui usaha sendiri atau pengalaman ketika telah menjadi guru,
dan acap kali beberapa aspek kompetensi baru bisa dipahami dan dapat
pada peningkatan mutu hasil belajar siswa” (Danim, 2010 : 5). Oleh karena
kebutuhan yang amat mendesak dan tidak dapat ditunda-tunda. Hal ini
mengingat perkembangan atau kenyataan yang ada saat ini maupun di masa
depan.
semakin maju dan pesat, menuntut setiap guru untuk dapat menguasai dan
29
itu, memicu semakin banyaknya tuntutan peserta didik yang harus dipenuhi
pasar bebas, yang akan berdampak pada semakin ketatnya persaingan baik
desentralisasi.
kurikulum seperti ini, tidak saja peserta didik yang dituntut untuk menguasai
sangat tergantung pada unjuk kerja gurunya” (Mulyasa, 2010 : 62). Atau
penting dan wajib apabila dikaitkan dengan peningkatan jenjang karier dalam
secara berkelanjutan, sulit dan bahkan tidak mungkin bagi guru untuk
menapaki jabatan fungsional yang lebih tinggi. Lebih-lebih setelah lahir dan
No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Dalam peraturan tertulis ini ditegaskan, bahwa guru yang akan naik pangkat
atau menduduki jabatan fungsional dari Guru Pertama Golongan IIIb hingga
Guru Utama Golongan IVe harus menulis publikasi ilmiah dan karya inovatif,
bahkan guru yang ingin naik jabatan fungsional atau pangkat dari Guru Madya
31
kependidikan (guru) “dapat dilakukan dengan cara on the job training dan in
service training” (Mulyasa, 2004 : 154). Model pengembangan guru ini, dapat
melalui cara informal lainnya, seperti “melalui media massa televisi, radio,
koran, dan majalah” (Saud, 2009: 104). Dalam ruang lingkup yang lebih luas
pengawas. Sebab, “sebutan guru mencakup: (1) guru itu sendiri, baik guru
kelas, guru bidang studi maupun guru bimbingan konseling atau guru
bimbingan karir; (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; dan
(3) guru dalam jabatan pengawas” (Danim, 2010: 2 – 3). Sehingga, “Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) saja tidak cukup, harus Penelitian Tindakan Sekolah
satuan pendidikan, asosiasi guru, guru secara pribadi, dan lain-lain” (Danim,
2010: 4). Di samping itu, dapat juga dilakukan oleh Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) dan pengguna jasa guru (lihat Saud, 2009: 121-
127). Dari kesemua itu, yang paling berperan penting dalam pelaksanaan
kemauan, tekad dan kreativitas yang tumbuh dari diri sendiri, maka akan sia-
berbagai kemampuan yang dimiliki, sikap dan minat yang positif serta
penting bagi setiap individu yang terlibat di dalam lembaga pendidikan dalam
proses pelayanan yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan itu
sendiri.
34
atau trainable (Alma, 2010: 129). Untuk mewujudkan keadaan dinamis ini
tugasnya.
belajar.
materi bidang profesi secara luas dan mendalam. Misalnya, untuk mencapai
kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang mantap dan memadai sehingga
kemampuan maksimal”. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang
yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya
dibidangnya.
sesuai yang diamanatkan UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
a. Diversity (Keragaman)
Pendidikan sering dikaitkan dengan transmisi pengetahuan dan
pengembangan perilaku dan keterampilan sosial yang pemahaman
mengenainya seringkali diseragamkan. Pendidikan juga merupakan
transmisi nilai, baik di generasi yang sama maupun antar generasi
38
Saat ini dunia telah memasuki era informasi yang akan berkembang
oleh semua orang, semua kalangan baik itu instansi pemerintah maupun
dan negara maju lainnya tidak pernah lepas dari penguasaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK). Salah satu ukuran maju tidaknya suatu
sumber daya manusia (SDM). Persaingan era global telah dipenuhi segala
global.
kolaborasi antara guru, siswa, orang tua, komunitas, dan sekolah yang lebih
tersebut, sebab jika tidak, pengembangan SDM bangsa ini akan terus
yang tidak lama lagi, institusi pendidikan dari luar negeri di mungkinkan
satu hasil produktivitas dari manusia yang memiliki pengetahuan yang didapat
semua manusia dalam kapasitas dan dengan waktu yang sama. Keterbatasan
manusia dan waktu tersebut menuntut adanya spesialisasi dalam semua cabang
Pendidikan sebagai suatu ilmu, teknologi dan profesi tidak luput dari
gejala perkembangan itu. Kalau semula hanya orang tua yang bertindak
sebagai pendidik, kemudian kita kenal profesi guru yang diberi tanggung
jawab mendidik. Sekarang ini secara konseptual maupun legal telah dikenal
dan ditentukan sejumlah keahlian khusus, jabatan dan atau profesi yang
oleh sejumlah tenaga yang dapat dibedakan dalam empat kategori yaitu
Mukhtar dan Iskandar, 2010: 326). Keempat kategori tenaga ini mempunyai
2010: 326):
menguasai bahan ajar tetapi mampu membuat peserta didik hidup dalam era
informasi” (Mukhtar dan Iskandar, 2010: 330). Hal ini ditandai dengan
informasi yang makin meluas dan seketika, serta tersajinya informasi dalam
Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dalam hal ini kita sebut
kita lihat dan dengar di semua bidang sudah menggunakan komputer yang
yang duduk di bangku sekolah dan mahasiswa juga terbantu dengan adanya
internet dalam mengerjakan tugas sekolah atau tugas kuliah. Para mahasiswa
dapat mencari bahan skripsi di internet atau para siswa mencari bahan tugas
Manfaat TIK tidak hanya pada bidang pendidikan saja, tetapi juga pada
bidang ekonomi. TIK dapat mendorong usaha kecil dan menengah pedesaan
informasi terbaru tentang benih padi unggul, bibit uggul atau bibit unggul
peternakan. Manfaat TIK lainnya dalam bidang e-education juga ada. Kita
kita lihat dari web statis sekarang menjadi web dinamis dan interaktif dengan
dimulai dari fixed line/ telpon tetap sekarang menjadi mobile phone/telpon
dilakukan secara bergerak pula. Kemajuan komputasi juga maju secara cepat,
komputer pentium IV saat ini sudah tertinggal, karena telah ada teknologi dual
computer) berubah menjadi komputer server dan mainframe kemudian saat ini
berbelanja dengan cara-cara baru dan membayar dengan cara baru pula
45
paypal. Aspek sosial juga terpengaruh dengan hadirnya social network semisal
facebook, myspace dan lain-lain. Hubungan sosial yang dahulu terhalang sekat
jarak, usia dan waktu saat ini bisa ditembus karena teknologi.
Aspek pendidikanpun tidak luput dari pengaruhnya saat ini kita kenal e-
learning, e-kampus dan sebagainya. Hal inilah menurut hemat peneliti yang
hal yang baru. Pada era kejayaan radio kita bisa belajar bahasa Inggris dengan
materi ajar menjadi lebih mudah, murah dan variatif. Contoh paling
gambar dan bahkan film dengan mudah. Contoh lain software Camtasia
murah, mudah dan cepat. Bandingkan dengan jaman dahulu di mana harga
47
dengan teknologi cetak dengan printer saat ini juga sangat murah sehingga
kita bisa membuat modul ataupun buku secara mandiri dengan biaya
murah.
c. Blog:
sering kali dimuat dalam urut terbalik (isi terbaru dahulu baru kemudian
diikuti isi yang lebih lama), meskipun tidak selamanya demikian. Situs
web seperti ini biasanya dapat diakses oleh semua pengguna Internet
sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut. Sebagai
salah satu saluran penyebaran informasi blog tidak memerlukan biaya serta
pada umumnya (Ms. Word, Writer dll). Anda hanya mendaftar di situs
Bandingkan dengan era 2004 kebawah di mana web hanya bisa dibuat oleh
d. YouTube Edu:
populer yang didirikan pada Februari 2005 oleh tiga orang bekas
karyawan PayPal: Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim. Menurut
pangsa pasar sebesar 43%. Para pengguna dapat memuat, menonton, dan
adalah klip musik (video klip), film, TV, serta video buatan para
kisarannya berasal dari bahan pelajaran untuk siswa. Beberapa materi ini
adalah suatu ensiklopedia online yang bebas disunting oleh siapa saja.
secara maksimal.
keberhasilan belajar karena dengan teknologi ini maka kita bisa membuat
pengalaman buatan semisal game. Salah satu yang saat ini tengah diteliti
dalam bentuk game yang dikenal dengan game edukasi. Keunggulan game
edukasi dibandingkan dengan e-learning yang kita kenal saat ini adalah
materi teks, suara, gambar ataupun multimedia. Bisa kita bayangkan jika tidak
ada mesin pencari semisal Google, Yahoo, Bing dan lain lain maka kita akan sulit
mendapatkan materi yang kita inginkan di Internet. Bahkan bisa memakan waktu
yang lama jika mesin pencari tidak secanggih sekarang. Sehingga kemajuan
suatu tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta
profesional, dan (5) menumbuhkan ikatan batin antara guru dan kepala
kompetensi profesional guru adalah (1) bimbingan dan tugas, (2) pendidikan
dan pelatihan, (3) kursus-kursus, (4) studi lanjut, (5) promosi, (6) latihan
53
jabatan, (7) rotasi jabatan, (8) konferensi, (9) penataran, (10) lokakarya, (11)
menggunakan TIK.
Dalam hal ini, hubungan antara kepala sekolah dan guru bersifat proaktif
dinamis.
telah memiliki kecakapan kognitif, afektif, dan unjuk kerja yang memadai,
ditujukan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, namun yang lebih
spring board bagi guru untuk terus menerus menata komitmen melakukan
mampu menghasilkan output dan outcome yang mencapai standar. Jika guru
sebagai alternatif landasan bagi guru dan lembaga pendidikan untuk senantiasa
Keolahragaan Di Indonesia:
Usia Dini:
melainkan saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain dan
satu sama lainnya kompetensi yang satu mendasari kompetensi yang lainnya.
Aspek yang menjadi bagian dari keempat kompetensi tersebut, yang sekaligus
menjadi indikator yang harus dicapai oleh setiap guru dan menjadi tolak ukur
materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program
satuan pendidikan, baik mata pelajaran, konsep dan metode disiplin keilmuan,
satuan pendidikan, mata pelajaran dan kelompok mata pelajaran yang akan
guru dan kondisi kemajuan IPTEK yang cepat. Kebijakan ini dilakukan sesuai
a. Apa saja kelemahan yang saat ini terjadi dengan guru SMA Negeri di Kota
Padangsidimpuan, karena hanya 1 orang yang lulus Uji Kompetensi Guru (UKG);
Masalah b. Upaya apa yang telah dilakukan Dinas Pendidikan Kota padangsidimpuan dalam
pengembangan kompetensi profesional guru SMA Negeri;
c. Faktor apa saja yang menghambat upaya pengembangan kompetensi profesional
guru SMA Negeri
d. Butuh kebijakan untuk mengembangkan kompetensi profesional guru
berkelanjutan SMA Negeri Kota Padangsidimpuan menggunakan TIK yang
dinilai efektif.
e. Bagaimana langkah mengembangkan kebijakan pengembangan kompetensi
profesional guru SMA Negeri Kota Padangsidimpuan berkelanjutan
menggunakan TIK
A. Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama dengan metode kualitatif
sehingga dapat diperoleh rancangan produk dan penelitian tahap kedua dengan
penelitian ini dilakukan sebelum kebijakan ditentukan atau dibuat, sehingga hasil
penelitian ini mengarah pada jenis kebijakan tertentu yang paling tepat
dalam proses pelaksanaan tahapan penelitiannya, setelah tahap analisis dari semua
alternatif rancangan bentuk kebijakan yang dipandang paling tepat dilakukan pada
61
62
orang yang lulus. Berdasarkan data tersebut peneliti akan melakukan penelitian
dengan metode kualitatif melalui wawancara dan observasi terhadap guru yang
gagal dalam Uji Kompetensi Guru yang besar kemungkinan akibat dari gagap
pengembangan kompetensi profesional pada sampel yaitu guru SMA Negeri 1 dan
SMA Negeri 8 dengan cara penggunaan TIK. Metode kuantitatif di sini untuk
mengadopsi model ADDIE (Dick & Carey, 1996; Molenda, 2003; Chuck
ANALYSIS
DESIGN
DEVELOPMENT
IMPLEMENTATION
EVALUATION
1. Menganalisis (Analysis)
Pada tahap ini peneliti menganalisis kelemahan guru terutama pada Uji
235 guru dari 387 guru, artinya guru yang sudah dianggap profesional
gagap teknologi.
TIK
2. Mendesain (Design)
TIK ini diperuntukkan bagi guru SMA Negeri 01 dan SMA Negeri 08
65
3. Mengembangkan (Development)
4. Mengimplementasikan (Implementation)
5. Mengevaluasi (Evaluation)
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap proses dan hasil pengembangan
yaitu akan dilakukan Uji Kompetensi Guru Mandiri bagi guru SMA
C. Desain Penelitian
petanyaan-prtanyaan penelitian, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
empiris yang sedang dikaji. Ada empat pertanyaan dasar yang menjadi kerangka
dikemukakan di atas, berikut ini dikemukakan desain penelitian lebih rinci yaitu:
sudah disertifikasi sebanyak 59,95% atau 235 guru dari 387 guru, artinya guru
yang sudah dianggap profesional sebanyak 59%. Namun kenyataannya saat Uji
Kompetensi Guru yang diikuti 226 peserta hanya satu orang yang lulus; 2)
D. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada penelitian ini maka lokasi
penelitian yang digunakan sebagai sumber data adalah SMA Negeri 01 dan SMA
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/ subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/ subjek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek
itu.
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari guru-guru SMA Negeri di Kota
informasi tentang (1) Apa saja kelemahan yang saat ini terjadi dengan guru SMA
Negeri di Kota Padangsidimpuan, karena hanya satu orang yang lulus Uji
Kompetensi Guru (UKG); (2) Upaya apa yang telah dilakukan Dinas Pendidikan
Negeri; (3) Faktor apa saja yang menghambat upaya pengembangan kompetensi
menggunakan TIK yang dinilai efektif. Dari data Dinas Pendidikan Daerah Kota
70
sekolah. Dari jumlah SMA Negeri tersebut diambil beberapa guru SMA Negeri 01
dan guru SMA Negeri 08 secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel
unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil
No Sekolah Jumlah
1 SMA Negeri 1 Padangsidimpuan 24 Orang Guru
2 SMA Negeri 2 Padangsidimpuan 12 Orang Guru
3 SMA Negeri 3 Padangsidimpuan 13 Orang Guru
4 SMA Negeri 4 Padangsidimpuan 9 Orang Guru
5 SMA Negeri 5 Padangsidimpuan 5 Orang Guru
6 SMA Negeri 6 Padangsidimpuan 9 Orang Guru
7 SMA Negeri 7 Padangsidimpuan 3 Orang Guru
8 SMA Negeri 8 Padangsidimpuan 15 Orang Guru
Jumlah 90 Orang Guru
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek
Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya; (2) Lebih cepat dan lebih mudah; (3)
Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam; dan (4) Dapat ditangani lebih
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
71
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu, “sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif
sumber data dalam penelitian ini adalah guru SMA Negeri 01 dan guru SMA
No Sekolah Jumlah
1 SMA Negeri 1 Padangsidimpuan 15 Orang Guru
2 SMA Negeri 8 Padangsidimpuan 15 Orang Guru
Jumlah 30 orang Guru
F. Definisi Operasional
1. Kompetensi Profesional
dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang
akan diampu.
abad 21, yaitu: a) keterampilan melek TIK dan media (ICT and media literacy
3. Berkelanjutan
baru. Walaupun guru telah tersertifikasi, yang dapat diasumsikan mereka telah
memiliki kecakapan kognitif, afektif, dan unjuk kerja yang memadai, namun
G. Instrumen Penelitian
adalah pengumpulan data pada sampel dari populasi yang dipilih. “Pengumpulan
1990: 89). Data dalam penelitian ini adalah pengelola pendidikan di Kota
profesional dan guru yang gagal Uji Kompetensi Guru. Untuk mendapatkan data
tersebut maka teknik yang dilakukan yaitu observasi, kuesioner, studi dokumen
dan wawancara dengan guru SMA Negeri 01 dan guru SMA Negeri 08 dan
1. Observasi
profesional guru sesuai bidang studi masing-masing. Hal ini untuk mengetahui
2. Wawancara
SMA Negeri 01 dan guru SMA Negeri 08 untuk mengetahui kelemahan yang
permasalahan yang harus diteliti, dan juga mengetahui hal-hal dari responden
data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self report,
yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan
terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun
mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih
191).
3. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti
76
variabel yang diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden”
bentuk skala likert untuk menjawab rumusan masalah nomor empat. “Skala
tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan.
mempunyai gradasi dari yang sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
skor:
mengeluarkan kebijakan.
No Skala Skor
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Ragu-Ragu 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiyono, 2012: 136
Skala Likert dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk pilihan ganda.
menggunakan TIK.
4. Studi Dokumen
sumber data dari studi dokumen hanya sebagai data tambahan (sekunder),
akan tetapi data ini berfungsi memperjelas dan melengkapi data utama.
Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena
memperoleh tingkat kepercayaan dari hasil penelitian. Menurut Lincoln dan Guba
hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian
mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa
kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil
adalah valid, reliabel dan objektif. Validitas merupakan derajat ketepatan antara
data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh
peneliti. Dengan demikian “data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara
data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada
penelitian dengan hasil yang dicapai. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat
2011: 362). Bila dari 100 orang, terdapat 99 orang menyatakan bahwa terdapat
80
warna merah dalam objek penelitian itu, sedangkan yang satu orang menyatakan
Kegiatan ini dilakukan guna memberi makna terhadap data dan informasi
yang telah dikumpulkan yang dilaksanakan secara berkelanjutan dari awal sampai
akhir penelitian. Pelaksanaan analisis data dalam penelitian belum ada prosedur
baku yang dijadikan pedoman para ahli. Hal ini terungkap dalam pernyataan yang
dianjurkan oleh Miles dan Huberman (1994: 21) yaitu: “reduksi data, penampilan
Data Data
Collection Display
Data
Reduction Conclusions: drawing/
verifying
menyimpulkan dan melakukan verifikasi atas data-data yang sudah diproses atau
Baik).
dengan menentukan skor total, skor rerata, skor ideal dan presentase tingkat
No Skala Kriteria
1 90-100% Sangat Baik atau Sangat Tinggi
2 80-89% Tinggi atau Baik
3 65-79% Sedang atau cukup baik
4 55-64% Kurang
5 < 54% Rendah
Sumber: Arikunto (1998)
dengan metode eksperimen, di mana kebijakan tersebut diuji cobakan pada guru
Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri 1 dan guru Sekolah Menegah Atas (SMA)
Kebijakan Massal
Revisi
Penggunaan TIK Untuk
Kebijakan
Seluruh Guru SMA Negeri
di Kota Padangsidimpuan
terutama pada Uji Kompetensi Guru (UKG). Fakta menunjukkan bahwa guru di
atau 235 guru dari 387 guru, artinya guru yang sudah dianggap profesional
sebanyak 59%. Namun kenyataannya saat Uji Kompetensi Guru yang diikuti 226
persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, khususnya SMA Negeri se-Kota
Padangsidimpuan, yaitu setiap guru yang mengajar pada SMA Negeri wajib
yang lebih tinggi. Namun upaya pemerintah daerah tersebut belum bisa
kelemahan guru.
Padangsidimpuan yang kemudian divalidasi oleh tim ahli yang sekaligus sebagai
85
promotor dan kontributor (Prof. Dr. Rusdinal, M.Pd., Prof. Dr. Mukhaiyar, Prof.
Dr. Gusril, M.Pd., Prof. Jalius Jama, M.Ed, Ph.D. dan Prof. Dr. Sufyarma
guru SMA Negeri 01 dan SMA Negeri 08 yang kemudian akan berlanjut ke
menggunakan TIK ini pada guru SMA Negeri 01 dan SMA Negeri 08. Setelah
dilakukan uji coba kemudian dilakukan revisi model sesuai dengan kebutuhan.
dilakukan revisi kembali pada bagian yang perlu diperbaiki dan disempurnakan.
Negeri Kota Padangsidimpuan menggunakan TIK yang semula untuk guru SMA
Negeri 01 dan SMA Negeri 08 akan dikembangkan ke semua guru SMA Negeri
berkelanjutan menggunakan TIK. Berikut ini adalah uraian hasil penelitian yang
telah dilakukan.
A. Deskripsi Data
guru Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk melanjutkan studi ke jenjang yang
lebih tinggi. Selain itu Dinas Pendidikan Kota Padangsidimpuan juga telah
walaupun sudah banyak kegiatan yang telah dilakukan Dinas Pendidikan tetap
pada saat ujian mereka kesulitan untuk menjawab soal yang disajikan secara
online.
86
87
Data jumlah guru yang Jumlah guru profesional tingkat SMA di Kota
profesional dan yang tidak Padangsidimpuan yang PNS sebanyak 318 orang,
professional sementara yang non PNS sebanyak 26 orang
Yang tidak lulus UKG Uji Kompetensi Guru yang diikuti 226 peserta
ternyata hanya 1 orang yang lulus
Hasil UKG Para guru SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8 hanya
bisa jawab 50% sedangkan target ketercapaian
adalah 70%. Jadi UKG menurut para guru SMA
Negeri 1 dan SMA Negeri 8 kurang memuaskan
karena kurang mampu memanfaatkan waktu yang
tersedia kemudian ada perasaan was-was akan tidak
tercapainya standar
Masalah yang Muncul dalam Masalah yang muncul dalam UKG adalah jadwal
Proses UKG yang berubah-ubah karena tidak konek. Koneksi
internet terganggu sehingga lama baru bisa
mengerjakan. Kemudian adanya kesulitan
mengoperasikan komputer. Tidak bagusnya
jaringan, kemudian ketidak cocokan soal dengan
jawaban
Penggunaan Laptop Para guru dari SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8
belum menggunakan laptop dalam pembelajaran
karena media tersebut belum ada
Persiapan powerpoint Para guru dari SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8
belum mennyiapkan powerpoint dalam
pembelajaran karena belum mampu membuatnya,
sementara ada yang mampu Cuma 10%
Penggunaan Audiovisual Para guru dari SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8
belum menggunakan media audiovisual dalam
pembelajaran karena media tersebut belum ada,
mereka berharap media tersebut segera
dianggarkan agar pembelajaran semakin
menyenangkan
Penggunaan Blog/ Wordpress Untuk wordpress dan blog para guru dari SMA
Negeri 1 dan SMA Negeri 8 belum mampu
membuat Blog ataupun wordpress jadi mereka
tidak menggunakan media tersebut dalam
pembelajaran selain tidak mampu juga karena tidak
ada yang mengajarkannya.
Penggunaan Email Dalam Para guru dari SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8
Pengumpulan Tugas Siswa belum menggunakan media email dalam
pengumpulan tugas siswa. Tugas siswa cukup
dikumpul di kelas atau di meja guru. Sekarang
masih meningkatkan kemampuan untuk
mempelajari penggunaan email
Jejaring Sosial (facebook, Para guru dari SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8
Twitter dll) ada yang sudah memiliki facebook namun belum
menggunakan media facebook sebagai media
pembelajaran. Saat ini guru-guru SMA Negeri 1
dan SMA Negeri 8 masih meningkatkan
kemampuan untuk mempelajari facebook dan
89
berikut.
S2 dan S3;
Sementara itu, dari hasil wawancara dengan para guru yang ditemukan
dalam penelitian di SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 6 dan penelitian pada
90
guru SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8 adalah bahwa kelemahan yang terjadi
menghadapi Uji Kompetensi Guru, mereka kelabakan dan tidak mampu untuk
mengoperasikan komputer.
dan 8 ternyata tidak ada perbedaan. Baik wawancara dengan SMA Negeri 2
dan SMA Negeri 6 dengan wawancara dengan SMA Negeri 1 dan SMA
Negeri 2 dan SMA Negeri 6 dan hasil observasi pada 30 orang guru SMA
kegiatan inti guru tidak menggunakan komputer, karena mereka rata-rata tidak
mereka juga belum memiliki email dan blog. Akhirnya proses penugasanpun
dikumpulkan secara manual dan penampilan materi atau untuk review materi
Berikut hasil observasi dengan 30 orang guru dari SMA Negeri 2 dan
SMA Negeri 6.
91
Padangsidimpuan.
Tabel 10. Observasi Kegiatan Guru Pada 30 Orang Guru SMA Negeri 1 dan
SMA Negeri 8 Padangsidimpuan
Dari hasil angket dalam penelitian di SMA Negeri 2 dan SMA Negeri
6 dan hasil angket pada SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8 menunjukkan
Berikut adalah hasil angket pada SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8 Kota
Padangsidimpuan.
Data empiris yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa upaya yang
Pelatihan Karya Tulis Ilmiah Pelatihan pembuatan Karya Tulis ini diperuntukkan
kepada guru-guru dan pengawas sekolah golongan
IVb dangan jumlah peserta 45 orang sedangkan
dana yang tertampung dalam DPA Dinas
Pendidikan Daerah Kota Padangsidimpuan Rp.
80.000.000. dari hasil kegiatan tersebut 2 orang
telah berhasil keluar penetapan angka kreditnya
dari tim penilai angka kredit pusat di Kemendikbud
yaitu Drs. H. Miswar Nasution pengawas sekolah
SD dan Salamat Siregar, M.Si. guru Matematika
SMA Negeri 4 Padangsidimpuan, kedua orang
tersebut kenaikan pangkatnya tinggal menunggu
keluar SKnya dari kantor gubernur Prov. Sumatera
Utara.
Sementara itu, dari hasil wawancara dengan para guru dalam penelitian
di SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 6 menunjukkan bahwa upaya yang harus
SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8 yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
powerpoint.
SMA Negeri 6 dan hasil kuesioner dalam penelitian di SMA Negeri 1 dan
guru untuk maju juga baik, kemudian komitmen Dinas Pendidikan Kota
Peningkatan kompetensi
1 profesional guru melalui 4.23 84.67 Baik
seminar, pelatihan
Kesempatan melanjutkan
2 pendidikan 4.20 84.00 Baik
3 Mendukung usaha untuk maju 4.20 84.00 Baik
Komitmen pengembangan
4 kompetensi guru 4.20 84.00 Baik
5 Membantu pelaksanaan UKG 3.87 77.33 Cukup Baik
6 Memberi simulasi UKG 3.70 74.00 Cukup Baik
7 Mengevaluasi kinerja guru 4.10 82.00 Baik
Mem-follow up semua
8 kegiatan pendidikan 3.93 78.67 Cukup Baik
Bentuk hasil kuesioner di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8 adalah
sebagai berikut.
Peningkatan kompetensi
1 profesional guru melalui 4.33 86.67 Baik
seminar, pelatihan
Kesempatan melanjutkan
2 pendidikan 4.53 90.67 Sangat Baik
3 Mendukung usaha untuk maju 4.50 90.00 Sangat Baik
Komitmen pengembangan
4 kompetensi guru 4.40 88.00 Baik
5 Membantu pelaksanaan UKG 4.63 92.67 Sangat Baik
6 Memberi simulasi UKG 4.40 88.00 Baik
98
atau sarana pengembangan seperti komputer, fasilitas internet dan juga media
penghambat itu terdapat pada guru itu sendiri seperti tidak ada waktu,
profesional mereka.
Para guru dalam penelitian di SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 6 rata-
adalah melalui peningkatan sarana seperti komputer, LCD, VCD dan media
mempelajarinya.
atau tidak ada perbedaan dengan hasil wawancara di SMA Negeri 2 dan SMA
Negeri 6 Padangsidimpuan.
berikut.
sekolah.
Negeri 2 dan SMA Negeri 6 dan hasil observasi 30 orang guru pada SMA
Berikut hasil observasi kegiatan guru pada SMA Negeri 2 dan SMA
Negeri 6 Padangsidimpuan.
101
Tabel 17. Observasi Kegiatan Guru Pada 30 Orang Guru Guru SMA
Negeri 2 dan SMA Negeri 6 Padaangsidimpuan
Padangsidimpuan.
Tabel 18. Observasi Kegiatan Guru Pada 30 Orang Guru SMA Negeri 1
dan SMA Negeri 8 Padangsidimpuan
UKG TIDAK
]
dari 387 guru, artinya guru yang sudah dianggap profesional sebanyak 59%.
Namun kenyataannya saat Uji Kompetensi Guru yang diikuti 226 peserta
dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, khususnya SMA Negeri
se-Kota Padangsidimpuan, yaitu setiap guru yang mengajar pada SMA Negeri
jenjang yang lebih tinggi. Namun upaya pemerintah daerah tersebut belum
prasarana yang dimiliki sekolah; 4) masih banyak guru yang belum mampu
yang kemudian divalidasi oleh tim ahli yang sekaligus sebagai promotor dan
kontributor (Prof. Dr. Rusdinal, M.Pd., Prof. Dr. Mukhaiyar, Prof. Dr. Gusril,
M.Pd., Prof. Jalius Jama, M.Ed, Ph.D. dan Prof. Dr. Sufyarma Marsidin,
diperuntukkan bagi guru SMA Negeri 01 dan SMA Negeri 08 yang kemudian
evaluasinya.
Padangsidimpuan menggunakan TIK ini pada guru SMA Negeri 01 dan SMA
TIK.
guru SMA Negeri 01 dan SMA Negeri 08 dikembangkan ke semua guru SMA
berikut.
105
Guru di SMA Negeri di Kota Padangsidimpuan yang sudah disertifikasi sebanyak 59,95% atau
235 guru dari 387 guru, artinya guru yang sudah dianggap profesional sebanyak 59%. Namun
kenyataannya saat Uji Kompetensi Guru yang diikuti 226 peserta hanya 1 orang yang lulus
ANALISIS SWOT
Setelah melihat data dan informasi mengenai kelemahan yang saat ini
dari hasil penelitian di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8 pun juga efektif.
berikut.
107
DESAIN
MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU
BERKELANJUTAN SMA NEGERI KOTA PADANGSIDIMPUAN
MEENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI (TIK):
Model ini telah dituangkan dalam Peraturan Daerah (PERDA) No. 03 Tahun 2012
Tanggal 19 November 2012 dan Peraturan Walikota (PERWALI)
Padangsidimpuan No. 09/PW/2012 Tentang Penjabaran Perubahan APBD T.A.
2012 yang tertuang dalam RKA Dinas Pendidikan Kota Padangsidimpuan Kota
Padangsidimpuan T.A. 2012
a. Arah Kebijakan Pengembangan Kompetensi Profesional Guru
Berkelanjutan SMA Negeri Padangsidimpuan menggunakan TIK
Padangsidimpuan;
profesional guru.
dalam bentuk tindak lanjut sehingga diharapkan seluruh guru SMA Negeri
yang efektif.
c. Analisis SWOT
2001: 20).
timbul.
Menggunakan TIK
KEBIJAKAN
PENGGUNAAN TIK
PENGGUNAAN
TIK MELALUI SUBSIDI
ANALISIS SWOT
2) Tahap Pelaksanaan
ANALISIS KEMAMPUAN
PEMERINTAH DAERAH GURU MENGGUNAKAN
KOTA PADANG SIDIMPUAN TIK
KEGIATAN
PENGGUNAAN TIK
PENGGUNAAN TIK
MELALUI SUBSIDI
KEGIATAN WORKSHOP
PEMANFAATAN TIK
GURU SMA NEGERI 1 DAN DALAM PBM
SMA NEGERI 8 KOTA
PADANGSIDIMPUAN
KEGIATAN
PROGRAM
MENGANALISIS
PEMERINTAH
KOMPETENSI
DAERAH
PROFESIONAL GURU
113
TIK.
yang berkelanjutan.
memuat materi ke dalam blog juga rendah, dan menggunakan email dalam
Hasil observasi kegiatan guru SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 6 dan
hasil observasi kegiatan guru pada SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8 yang
Tabel 19. Observasi Kegiatan Guru Pada 30 Orang Guru SMA Negeri 2
dan SMA Negeri 6 Padangsidimpuan
Tabel 20. Observasi Kegiatan Guru Pada 30 Orang Guru SMA Negeri 1
dan SMA Negeri 8 Padangsidimpuan
presentasi menggunakan LCD juga rendah, melihat materi melalui blog juga
materi ajar dalam power point, menggunakan LCD, menggunakan VCD, dan
118
B. Pembahasan
dan SMA Negeri 8 menjadi kebijakan penggunaan TIK untuk semua SMA
Padangsidimpuan adalah sebagai berikut: 1). Kurangnya tenaga ahli; 2). Masih
minimnya tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi akademik S2 dan S3; 3).
Masih kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah; 4). Masih
banyak yang belum memiliki komputer/ laptop; dan 5). Guru masih banyak
inti, para guru tidak menggunakan komputer, karena mereka rata-rata tidak
menyajikan materi dalam bentuk slide dan menggunakan LCD. Kemudian dari
masih kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah diatasi dengan
dan masalah guru masih banyak yang belum terlatih menggunakan media
guru Sekolah Menengah Atas (SMA) menurut peneliti harus segera diatasi.
Perlu adanya kerja sama antara pemerintah dan juga guru untuk meningkatkan
122
komputer, LCD, VCD dan media lainnya agar guru dapat belajar dan
dan BIMTEK.
point.
belum maksimal. Upaya yang harus dilakukan saat ini menurut peneliti
seperti warnet.
pada guru itu sendiri seperti tidak ada waktu, kurangnya motivasi, dan
Awal Terhadap Hasil Belajar Sains Siswa Kelas V SDN 001 Minas Barat
Kecamatan Minas yang menyatakan bahwa hasil belajar sains siswa yang
diajar dengan pembelajaran bermedia VCD lebih tinggi dari pada hasil
125
melibatkan siswa aktif. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas dan sarana
peserta didik. Komputer atau TIK bukan saja dapat membantu guru dalam
proses belajar.
terdapat pada guru itu sendiri seperti tidak ada waktu, kurangnya motivasi,
mereka akan berkurang mana kala hasil dari kebijakan penggunaan TIK
dari 387 guru, artinya guru yang sudah dianggap profesional sebanyak
59%. Namun kenyataannya saat Uji Kompetensi Guru yang diikuti 226
kebutuhan tersebut.
setelah melihat data dan informasi bahwa terdapat kelemahan yang saat ini
penggunaan TIK.
ini dimulai dari mencari masalah dan melihat potensi untuk menyelesaikan
Guru di SMA Negeri di Kota Padangsidimpuan yang sudah disertifikasi sebanyak 59,95% atau
235 guru dari 387 guru, artinya guru yang sudah dianggap profesional sebanyak 59%. Namun
kenyataannya saat Uji Kompetensi Guru yang diikuti 226 peserta hanya 1 orang yang lulus
ANALISIS SWOT
KEBIJAKAN
PENGGUNAAN TIK
PENGGUNAAN
TIK MELALUI SUBSIDI
ANALISIS SWOT
sumber daya yang masih kurang dan lebih sedikit guru yang telah
2) Evaluasi Kebijakan
pemanfaatan internet.
(STRENGTH) (WEAKNESS)
ANCAMAN
STRATEGI (S-T) STRATEGI (W-T)
(THREAT)
tanggal 15 April 2008 oleh Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc. dengan
perluasan interaksi yaitu: interaksi antara peserta didik atau teman sejawat,
meliputi tempat belajar, metode, media, system penilaian, serta sarana dan
lebih mudah. Penelitian ini melaporkan bahwa ada hubungan positif antara
dengan siswa 26% dan beban kerja guru 36%. Temuan ini membuktikan
bahwa dalam mencapai guru profesional, peranan TIK dinilai cukup besar,
guru.
dan di mana saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Selain itu, dengan
memilih dan memanfaatkan TIK secara efektif dan efisien di dalam proses
dalam menjadikan siswa lebih aktif dalam belajar (student centre). Guru
Dari data ini jelas bahwa kebijakan yang dikeluarkan dari hasil penelitian
Padangsidimpuan.
Berkelanjutan
sebagai berikut:
(1) Mendidik dan melatih guru terbiasa dan bisa mengelola kelas
profesionalnya;
b) Mempersipakan Peralatan
guru;
c) Prosedur Pelaksanaan
d) Pengawasan
Menggunakan TIK
dan Email).
C. Keterbatasan Penelitian
karena hanya guru-guru dari SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 8 Kota
Padangsidimpuan;
144
Padangsidimpuan;
IV, maka bagian ini akan dideskripsikan kesimpulan, implikasi dan saran.
A. Kesimpulan
dan S3; c) masih kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah; d)
komputer.
145
146
pada guru itu sendiri seperti tidak ada waktu, kurangnya motivasi, dan
menunjukkan bahwa mereka sangat setuju dan dinilai lebih efektif, karena
B. Implikasi
perubahan mendasar baik bagi guru maupun bagi pejabat pengelola pendidikan di
Kota Padangsidimpuan.
diri untuk mengubah tradisi lama dalam mengajar yang selama ini sangat kurang
informasi dan komunikasi. Hal ini di karenakan bahwa era globalisasi menuntut
teknologi terkini. Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia masa depan harus
relevan dengan jenis ragam kondisi fisik sosial ekonomi dan budaya Indonesia,
dan cocok dalam menghadapi IPTEKS; dan mampu belajar cepat dan beradaptasi
Implikasi dari penelitian ini adalah guru harus mampu membuat materi
ajar menjadi lebih mudah, murah dan variatif. Contoh paling sederhana adalah
penggunaan Microsoft Power Point atau Impress sebagai pembuatan materi ajar.
Software ini mampu menggabungkan suara, teks, gambar dan bahkan film dengan
mudah.
yang terlibat dalam pengembangan kompetensi profesional guru harus ikut ambil
berturut-turut:
Padangsidimpuan;
Komunikasi;
C. Saran
sarana sekolah; kemudian masalah masih banyak guru yang belum mampu
sebaiknya dilakukan lebih maksimal. Upaya yang harus dilakukan saat ini
150
penghambat yang terdapat pada guru itu sendiri seperti tidak ada waktu,
meningkat;
Dick, W. & Carey, L. 1996. The Systematic Design of Instruction. New York:
Harper Collinc College Publisher.
Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2005. Cetak Biru
Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Depdiknas.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Djamarah. Saiful Bakri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.
152
153
Fraenkel, Jack. R. & Norman, E. Wallen. 1990. How To Design and Evaluate
Research. New York: McGraw-Hill Publishing Company.
Jalal, Fasli. dan Dedi Supriadi. 2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
McClelland, David. 1973. Testing for Competence Rather Than for Intelligence.
http://en.wikipedia.org/wiki/Competence_%28human_resources%29
PSDMP dan PMP. 2012. Bahan Ajar Diklat Penguatan Kemampuan Kepala
Sekolah ’’Strategi Pembimbingan Materi PKB Untuk Guru”. Diterbitkan
oleh Kemendikbud.
Teemu Leinonen. 2005. History of ICT in Education and Where We Are Heading.
http://flosse.dicole.org/?item=critical-history-of-ict-in-education-and-
where-we-are-heading
Virgoana, Me. & Pipih Dewi Purusitawati. 1998. Application and Utilisation The
Technology Watch and Competitive Intelligence on Banking Sector
International Journal of Information Sciences for Decision Making,
Volume 1 page 1.
Wegner B. Scott, Holloway C. Ken dan Garton M. Edwin. 1999. The effects of
Internet Based Instruction on Student Learning. Jurnal of Asynchronous
Learning Network. Southwest Missouri State University