RPS

Appel à communication du colloque Risques et ressources du travail émotionnel : actualités, enjeux pour la prévention, perspectives théoriques et méthodologiques Université Lyon 2-19 & 20 mai 2022
Argumentaire Suivant un « tournant affectif » (Clough, Halley, 2007), qui s'opère depuis la fin du XXe siècle, les émotions se sont imposées comme objet de recherche dans les différentes disciplines qui composent les SHS. Celles qui étudient le travail reconnaissent le rôle essentiel que jouent les émotions, tant dans les dimensions managériales (par exemple : Boisart-Castelluccia, Van

Standar Kompetensi : Diharapkan siswa mampu menganalisis berbagai macam pendekatan pengambilan keputusan dalam lingkup kebijakan sosial maupun politik Kompetensi Dasar : Diharapkan siswa mampu mengetahui, memahami tentang pengambilan keputusan dalam teori maupun contoh kasus. Selain itu siswa juga diharapkan mampu mengungkapkan dan mendiskusikan berbagai pendekatan pengambilan keputusan dalam lingkup ilmu sosial dan politik dikaitkan dengan isu-isu etika, dampak pengambilan keputusan serta hubungan antara individu dan masyarakat. Indikator : Setelah menyelesaikan seluruh materi perkuliahan diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan:

Capaian Pembelajaran (CP) Capaian Pembelajaran Lulus Program Studi: CPS-01 Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius. CPS-03 Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan Pancasila. CPS-04 Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme serta rasa tanggung jawab pada negara dan bangsa. CPS-07 Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. CPP-11 Menguasai landasan filosofis, yuridis, historis, sosiologis, kultural, psikologis, dan empiris dalam penyelenggaraanpendidikan dan pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam). CKU-01 Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam kontek pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya. CKU-05 Mampu mengambil keputusan secara tepat, dalam konteks penyelasaian masalah di bidang keahliannya berdasarkan hasil analisis informasi dan data. CKU-12 Mampu berkolaborasi dalam team, menunjukkan kemampuan kreatif (creativity skill), inovatif (innovation skill), berpikir kritis (critical thinking) dan pemecahan masalah (problem solving skill) dalam pengembangan keilmuan dan pelaksanaan tugas di dunia kerja: CKK-01 Mampu menerapkan kurikulum mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah sesuai dengan prosedur dan prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum.

Isolement, solitude, repli sur soi, être seul… les termes abondent pour désigner des situations qui peuvent être choisies ou subies par le salarié et qui recouvrent des réalités bien différentes, aux conséquences parfois lourdes sur la santé. Bien que traitée historiquement par l’INRS depuis les années 1980, la question de l’isolement au travail reste d'actualité puisque le baromètre 2019 ParisWorkplace réalisé par l’IFOP confirme que 26 % des salariés se sentent souvent isolés et que ce sentiment d'isolement ne semble pas être compensé par l'usage croissant des technologies d'information et de communication ni par le développement de nouveaux modes d’organisation du travail comme le « télétravail ». Cet article propose de mieux définir chacun de ces termes, avec les risques associés, et met en lumière les situations de travail réclamant une vigilance particulière de la part des acteurs de la prévention.

Since the boy band One Direction was formed on The X Factor in 2010 a controversial subsection of fans, primarily comprised of teenage girls, have devoted themselves to the real person slash (RPS) pairing of Harry Styles and Louis Tomlinson, otherwise known as ‘Larry Stylinson’. While RPS fandoms have long relied on the disclaimer that their creations are not real (Busse, 2006) Larry shippers insist that the two band members are involved in a secret-not-so-secret romantic relationship that is being forced to remain ‘in the closet’ according to the demands of One Direction’s management. Blurring the lines between shipping and tinhatting, and favouring ‘evidence’ construction over fictional narratives, I argue that the Larry fandom represents a generational shift in the form and practice of RPS which has been further complicated by the dominance of social media.

This paper will explore the polarization of fans across two different social media platforms, Tumblr and Twitter, and the internal politics that govern their use in this RPS fandom. Although blogs are publicly accessible, Tumblr is perceived as a safe and protected fan space in which to interact without the popstars’ knowledge or the prying eyes of the media. Fiercely protective over their fandom, Larry shippers condemn the use of Twitter for its role in exposing their fannish behaviour to the boys, while simultaneously utilising it to express their distress at their unveiling. Taking this into account, I will then consider the way tweets function as a form of narrative discourse that the Tumblr community draw upon in their compilation of Larry ‘evidence’.

Although Hellekson and Busse (2006) state that the Internet age has re-written traditional fandom rules; namely, to never write slash based on real people, I wish to re-open this debate by questioning how RPS is once-more potentially ‘risky’ in the age of social networking.

Abstrak—Memuaskan pelanggan pengguna jasa telekomunikasi yang berada di dalam gedung dengan layanan jaringan yang bagus dan berkualitas merupakan hal yang sangat penting. Penulisan Penelitian ini akan melakukan perancangan jaringan indoor HSDPA dan melakukan simulasi dari rancangan tersebut dengan menggunakan perangkat lunak yang berupa Radiowave Propagation Simulator (RPS). Sedangkan untuk menganalisa hasil perancangan maka dilakukan studi kasus yang berlokasi di gedung baru Kampus ST3 Telkom Purwokerto. Berdasarkan hasil analisa dan implementasi yang telah didapat hasil penelitian yang telah dilakukan maka jumlah FAP berdasarkan perhitungan kapasitas yaitu sebanyak 2 FAP. Sedangkan berdasarkan perhitungan cakupan (coverage) menggunakan Model Propagasi Cost 231 Multi Wall menghasilkan jumlah FAP sebanyak 2 FAP juga. Namun, dari kedua jenis perhitungan tersebut, perhitungan berdasarkan kapasitas lebih dipilih dari pada perhitungan berdasarkan cakupan untuk perancangan jaringan indoo...

Formed on The X Factor in 2010, One Direction has now become the world’s biggest boy band and the first to be predominantly fuelled by social media word-of-mouth. Despite coming a distant third in the competition, their army of fangirls took to Twitter and catapulted them to global success; breaking America with virtually no mainstream media involvement. While Twitter is intrinsic to the band’s continued fame, its use by the RPS subsection of the fandom, known as Larry Stylinson, has been met with much controversy. Enjoying closer proximity and access to the boys online, this sense of ‘knowing’ the stars has blurred the boundaries between shipping and tinhatting whereby fans insist the relationship is real and bypass traditional rules that keep such fan practices hidden.

In this paper I will examine how the fourth wall has been eroded as part of a joint effort between fan, celebrity and industry. While many fans, both ‘Larry shippers’ and ‘Directioners’ more generally, lament the use of direct tweets in exposing the boys to slash fandom, the mainstream media, aware of the fandom, has publicly questioned the boys about the alleged romance. Furthermore, the pop stars themselves have used Twitter to address these rumours, as have their friends and family. In turn, I will then consider how these Twitter interactions and the ‘outing’ of their fanworks are then utilised as further ‘evidence’ construction for ‘proving’ the pairing. In so doing, I illustrate some of the ways in which social media has impacted the relationship between fans and celebrities and how this functions within RPS fandom.