Penelitian Kualitatif

ABSTRACT -
Sukabumi Regency has an interesting landscape condition to study regarding the potential for landslides. One of them is Gegerbitung sub-district which has steep hilly sedimentary morphology. The geology of this area is dominated by lithology of sandstones, breccias, limestone and limestone gloconite sandstones, colored green, claystone, marl and sandy marl, thus forming rough hills. Gegerbitung is an area with an altitude between 600 - 1000 meters above sea level. The shape of the area is on the surface consisting of hills and mountains so that the Gegerbitung area is land with 51% of land, 25% of slightly undulating land, while land with hilly slopes is 44%. Weathering soil that is on top of impermeable rocks on hills / ridges of Gegerbitung with moderate to steep slopes can potentially cause landslides in the rainy season with high quantity of rainfall. The purpose of this study was to analyze slope stability based on data from BPBD, the Geological Agency of the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM), Sukabumi Regency in the form of slope slope, morphology, slope class, soil fill weight, soil cohesion and internal friction angle as well as mapping the areas. which has the potential for land movement in Sukabumi Regency. The method used in this research is literature study which includes analysis of topographic maps, geological maps, morphometric maps, maps of disaster-prone areas, strategic map of the area, and from the map a table of risk analysis and potential zoning of landslide movements can be made with the help of the GeoStudio 2012 software application. This analysis can be used for disaster prevention and spatial planning management in Gegerbitung sub-district. Based on existing data, the results of this study can be concluded that Gegerbitung sub-district has various levels of risk of landslides from low to high levels.
   
Keywords: Landslide Movement, Risk Analysis, Gegerbitung, Sukabumi

ABSTRAK-
Kabupaten Sukabumi memiliki kondisi bentang alam yang menarik untuk dikaji terkait potensi bencana tanah longsor. Salah satunya kecamatan Gegerbitung memiliki morfologi perbukitan sedimen yang curam. Geologi wilayah ini didominasi oleh litologi batupasir, breksi, batugamping dan batupasir glokonit gampingan,berwarna hijau, batulempung, napal dan napal pasiran, sehingga membentuk bukit – bukit kasar. Gegerbitung merupakan daerah dengan ketinggian antara 600 – 1000 meter diatas permukaan air laut. Bentuk wilayahnya berada pada permukaan yang terdiri dari perbukitan dan pegunungan sehingga kawasan gegerbitung merupakan lahan dengan dataran seluas 51%, lahan yang sedikit bergelombang seluas 25%, sementara lahan dengan kemiringan berbukit seluas 44%. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan gegerbitung dengan kemiringan sedang hingga terjal dapat berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis stabilitas lereng berdasarkan data dari BPBD, Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kabupaten Sukabumi berupa kemiringan lereng, morfologi, kelas lereng, berat isi tanah, kohesi tanah dan sudut gesek dalam serta memetakan daerah-daerah yang memiliki potensi terjadinya pergerakan tanah di Kabupaten Sukabumi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur yang meliputi analisis peta topografi, peta geologi, peta morfometri, peta wilayah rawan bencana, strategis peta wilayah, dan dari peta dapat dibuat tabel analisis risiko dan zonasi potensial pergerakan tanah longsor dengan bantuan aplikasi software GeoStudio 2012.
Analisis ini dapat digunakan untuk pencegahan bencana dan pengelolaan perencanaan tata ruang di kecamatan Gegerbitung. Berdasarkan data yang ada, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kecamatan Gegerbitung memiliki berbagai tingkat risiko bencana tanah longsor dari tingkat rendah hingga tinggi.
    Kata Kunci : Pergerakan Tanah Longsor, Analisis resiko, Gegerbitung, Sukabumi

Buku ini merupakan Buku Ajar untuk Mata Kuliah Penelitian Kualitatif bagi mahasiswa di Program Studi Ilmu Pemerintahan. Karena itu, topik yang ditulis per bab sudah disesuaikan dengan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan logika penyusunan penelitian ilmiah, sejak cara menentukan topik penelitian hingga teknik analisa dan menulis kutipan, sitasi, dan daftar pustaka. Tujuan penulisan buku ajar ini adalah memudahkan mahasiswa yang mengambil mata kuliah Penelitian Kualitatif dalam memahami setiap materi per pertemuan sehingga mereka cukup memiliki buku ajar ini dan dengan mudah mempelajarinya perlahan-lahan.
Ada sepuluh bab yang disajikan oleh buku ajar ini. Di awal tiap babnya disajikan gambaran umum, hubungan ilmu dengan kehidupan nyata atau dunia kerja, dan capaian pembelajaran. Setelah itu, barulah masuk pada topik pembahasan. Setelah topik pembahasan, diberikan dinamika kelas berupa tanya jawab dan diskusi serta tindak lanjut agar mereka memahami dengan benar setiap pertemuan di dalam kelas. Selain itu, buku ajar ini bisa menjadi panduan umum untuk kegiatan praktik karena mata kuliah ini juga termasuk salah satu mata kuliah praktikum. Hanya saja, panduan praktikum harus tetap dibuat secara terpisah agar lebih detail dan praktis. Di lampiran buku ajar ini, disajikan juga RPS perkuliahan sehingga mahasiswa memiliki kemudahan untuk melihat topik per pertemuan. Kehadiran buku ajar ini diharapkan dapat memudahkan mahasiswa yang ketinggalan materi akibat tidak bisa masuk kelas karena alasan yang beragam.

A critical question is " Was the theory which I developed really Grounded Theory (GT)?. GT aims to develop a new theory, it is perhaps one of the most abused phrases in qualitative study. Increasingly, researchers are making claims to have used a GT approach. This method is relatively little productive discussion in management literature. Grounded Theory of mode 2 knowledge-production system brings together the 'supply side' of knowledge, including universities, with the 'demand side', including business. The whole system depends for its effectiveness on a rapid interplay between management theory and practice. Mode 2 clearly focuses on management actions and describes the importance of involvement of participants and researcher through multidisciplinary approaches. This paper explains history of GT, principles of GT, data analysis, an example in building: Competitive Stakeholder Theory and finally working out complexity of GT " .