[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
PRAKTEK TEKNIK PROPAGASI VEGETATIF TUMBUHAN LAPORAN PRAKTIKUM disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Propagasi Tumbuhan Dosen pengampu: Dr. rer. nat. Adi Rahmat, M.Si., Dr. Hj. Widi Purwianingsih, M.Si. Oleh: Kelompok 3 Pendidikan Biologi A 2017 Ariyanti Viani 1703661 Astrid Junita 1702129 Della Frisca Damayanti 1700069 Pretty Nurwhite Tika 1702261 Siti Nurjanah 1701081 Tika Triwahyuni 1703681 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2020 Judul Praktek teknik propagasi vegetatif tumbuhan. Waktu Pelaksanaan Hari, Tanggal : Waktu : Tempat : Tujuan Dasar Teori Seiring dengan berkembanganya zaman, manusia senantiasa berpikir bagaimana agar kualitas kehidupan dapat menjadi lebih baik, salah satunya dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Dengan hasil cipta karya manusia untuk mempertahankan kehidupannya, lahirlah berbagi teknik pembudidayaan tumbuhan baik secara generatif atau vegetatif, yang lebih jauhnya dikenal dengan teknik propagasi tumbuhan (Deselina, 2015). Teknik propagasi vegetatif banyak dilakukan dalam kehidupan sehari hari, mulai dari stek, cangkok, dan grafting. Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan suatu cara-cara perbanyakan atau perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar,untuk menghasilkan tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif tersebut tanpa melalui perkawinan atau tidak melalui biji dari tanaman induk. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun sekaligus (Rahman, dkk., 2012). Pembiakan vegetatif berlangsung dengan cara pelepasan organ vegetatif dari tumbuhan induknya yang kemudian tumbuh menjadi individu baru. Aseksual berlangsung tanpa perubahan-perubahan kromosom. Sehingga sifat yang diturunkan sama dengan sifat induknya. Perkembangbiakan tanaman secara vegetatif ini sudah banyak dilakukan, sebab perbanyakan secara generatif dengan biji, hasilnya banyak yang menyimpang dari induknya (Wudianto, 2002). Tanaman baru yang nantinya dihasilkan belum tentu mempunyai sifat yang sama dengan induknya, akan lahir varietas baru yang belum tentu lebih baik dari induknya Sekarang ini, propagasi tumbuhan dianjurkan adalah perbanyakan secara vegetatif, seperti okulasi, sambungan dan cangkok, hal ini tidak terlepas dari kualitas yang hasilkan calon bibit tersebut yang memiliki sifat yang sama dengan induknya. Ada banyak teknik dalam melakukan propagasi tumbuhan secara vegetatif (Marlon, 2018). Berikut ini merupakan beberapa teknik propagasi yang dilakukan dalam praktikum ini beserta tanaman targetnya: Stek Daun Sanseviera sp. Perbanyakan Sansevieria dengan cara stek daun dapat menghemat bahan stek karena menggunakan potongan-potongan daun serta dapat menghemat waktu karena dalam waktu singkat dapat menghasilkan stek dalam jumlah banyak (Sulistiana, 2013). Stek Batang Rosa sp. Cara memperbanyak tanaman dengan stek pada Rosa sp. lebih banyak dipilih, karena stek menghasilkan tanaman yang memiliki persamaan dalam umur, tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah banyak (Nilawati, 2002 dalam Hafizah, 2014). Stek Pucuk Syzigium aqueum Menurut Dwidjoseputro (1990) dalam Deselina et.al., (2015), stek adalah metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang dipisahkan dari induknya, dimana jika ditanam pada kondisi yang menguntungkan untuk beregenerasi akan berkembang menjadi tanaman yang sempurna. Bagian yang paling cocok dijadikan stek adalah bagian pucuk. Pucuk juga merupakan sumber auksin pada tanaman. Splice Grafting Solanum lycopersicum Splice grafting mirip dengan whip and tongue graft kecuali potongan kedua tidak dibuat. Potongan miring sederhana dengan panjang yang sama dibuat di batang atas dan batang bawah. Jika batang atas dan batang bawah berukuran tidak sama, maka sejajarkan keduanya di sepanjang satu sisi untuk memaksimalkan kontak cambial. Approach Grafting Solanum lycopersicum Grafting by approach atau inarching, yaitu cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing. Penyambungan disini berarti penyatuan antara batang atas (sepotong cabang dengan dua atau tiga tunas vegetatif) dengan batang bawah yang sehingga gabungan ini bersama-sama membentuk individu yang baru (Suwandi, Tanpa tahun). Cangkok Citrus aurantifolia Cangkok adalah cara perkembangbiakan pada tumbuhan dengan menanam batang atau dahan yang diusahakan berakar terlebih dahulu sebelum di potong dan di tanam di tempat lain (Tim Pertanian, 2019). Mencangkok dilakukan dengan cara menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm pada tanaman dikotil untuk kemudian dipindahkan ke dalam wadah lain saat akar telah tumbuh. Alat dan Bahan Tabel E.1. Alat yang digunakan pada Praktikum Stek Pucuk Jambu Air No. Nama Alat Jumlah 1. Gunting 1 unit 2. Polybag 3 unit 3. Plastik transparan 3 unit 4. Ember 1 unit 5. Cangkul 1 unit 6. Tali 1 meter Tabel E.2. Bahan yang digunakan pada Praktikum Stek Pucuk Jambu Air No. Nama Bahan Jumlah 1. Pohon jambu air 1 pohon 2. ZPT (Vitamin B1) 2-3 butir 3. Media tanam (tanah : kompos : cocopeat) 1 : ½ : ½ Tabel E.3. Alat yang digunakan pada Praktikum Stek Daun Lidah Mertua No. Nama Alat Jumlah 1. Pisau 1 unit 2. Gunting 1 unit 3. Pot 1 unit Tabel E.4. Bahan yang digunakan pada Praktikum Stek Daun Lidah Mertua No. Nama Bahan Jumlah 1. Tanaman Lidah Mertua 1 pot 2. Tanah subur Secukupnya 3. Air Secukupnya Tabel E.5. Alat yang digunakan pada Praktikum Stek Batang Mawar No. Nama Alat Jumlah 1. Pisau 1 unit 2. Gunting 1 unit 3. Pot 1 unit Tabel E.6. Bahan yang digunakan pada Praktikum Stek Batang Mawar No. Nama Bahan Jumlah 1. Tanaman bunga mawar 1 pot 2. Tanah subur Secukupnya 3. Air 1000 ml Tabel E.7. Alat yang digunakan pada Praktikum Approach Grafting Tomat No. Nama Alat Jumlah 1. Pisau 1 unit 2. Gunting 1 unit 3. Pot 1 unit 4. Cable ties 1 unit 5. Plastik 1 unit Tabel E.8. Bahan yang digunakan pada Praktikum Approach Grafting Tomat No. Nama Bahan Jumlah 1. Tanaman tomat buah besar 1 pot 2. Tanaman tomat buah kecil 1 pot 3. Tanah subur Secukupnya Tabel E.9. Alat yang digunakan pada Praktikum Splice Grafting Tomat No. Nama Alat Jumlah 1. Pisau 1 unit 2. Gunting 1 unit 3. Pot 1 unit 4. Cable ties 1 unit 5. Plastik 1 unit Tabel E.10. Bahan yang digunakan pada Praktikum Splice Grafting Tomat No. Nama Bahan Jumlah 1. Biji Semangka 200 buah 2. Air Secukupnya Tabel E.11. Alat yang digunakan pada Praktikum Air Layering Jeruk Nipis No. Nama Alat Jumlah 1. Pisau 1 unit 2. Jarum 1 unit 3. Plastik transparan 1 unit 4. Ember 1 unit 5. Tali/karet 2 unit Tabel E.12. Bahan yang digunakan pada Praktikum Air Layering Jeruk Nipis No. Nama Bahan Jumlah 1. Tanaman tomat buah besar 1 pot 2. Tanaman tomat buah kecil 1 pot 3. Tanah subur Secukupnya Langkah Kerja Gambar F.1. Langkah Kerja Praktikum Stek Pucuk Jambu Air Gambar F.2. Langkah Kerja Praktikum Stek Daun Lidah Mertua Gambar F.3. Langkah Kerja Praktikum Stek Batang Mawar Gambar F.4. Langkah Kerja Praktikum Approach Grafting Tomat Gambar F.5. Langkah Kerja Praktikum Splice Grafting Tomat Gambar F.6. Langkah Kerja Praktikum Air Layering Jeruk Nipis Hasil Pengamatan Tabel G.1. Hasil Pengamatan Praktik Teknik Propagasi Vegetatif Tumbuhan No. Teknik Propagasi Kondisi Awal Tanaman Kondisi Akhir Tanaman Keterangan 1. Stek Pucuk Jambu Air Gambar G.1. Kondisi Awal Stek Pucuk Jambu Air (Pretty, 2020) Gambar G.2. Kondisi Akhir Stek Pucuk Jambu Air (Pretty, 2020) Tumbuhan Hidup. Terjadi Pertumbuhan Akar dan Daun. 2. Stek Daun Lidah Mertua 3. Stek Batang Mawar Gambar G.5. Kondisi Awal Stek Batang Mawar (Siti, 2020) Gambar G.6. Kondisi Akhir Stek Batang Mawar (Siti, 2020) Tumbuhan Hidup. Tapi tidak terjadi Pertumbuhan akar dan daun. 4. Approach Grafting Tomat Gambar G.7 Kondisi Awal Approach Grafting Tomat (Della, 2020) Gambar G.8 Kondisi Akhir Approach Grafting Tomat (Della, 2020) Tumbuhan hidup Pertumbuhan akar dan daun terjadi, bahkan muncul bunga 5. Splice Grafting Tomat Gambar G.9 Kondisi Awal Splice Grafting Tomat (Ariyanti, 2020) Gambar G.10 Kondisi Akhir Splice Grafting Tomat (Ariyanti, 2020) Tumbuhan mati. Terjadi pembusukan di daerah sambungan. 6. Air Layering Jeruk Nipis Gambar G.11 Kondisi Awal Air Layering Jeruk Nipis (Astrid, 2020) Gambar G.12 Kondisi Akhir Air Layering Jeruk Nipis (Astrid, 2020) Tumbuhan hidup. Terjadi pertumbuhan pucuk daun. Mungkin terdapat pertumbuhan akar di dalam tanah, namun belum tampak. Tabel G.2. Parameter Praktik Teknik Propagasi Vegetatif Tumbuhan No. Teknik Propagasi Daun Akar Tinggi Tanaman Awal Akhir 1. Stek Pucuk Jambu Air 20 cm 35 cm 2. Stek Daun Lidah Mertua 3. Stek Batang Mawar - - 20 cm 22 cm 4. Approach Grafting Tomat 30 cm 36 cm 5. Splice Grafting Tomat - - 28 cm 28 cm 6. Air Layering Jeruk Nipis 0,0 cm 0,6 cm Pembahasan Stek Pucuk Jambu Air Salah satu teknik perbanyakan secara vegetatif adalah stek pucuk. Perbanyakan vegetatif dengan teknik ini menggunakan tunas atau trubusan dari batang muda yang masih dalam tahap pertumbuhan, selanjutnya ditumbuhkan pada media tanam sehingga mampu menghasilkan sistem perakaran yang baik hingga tumbuh dan berkembang menjadi bibit siap tanam di lapangan (Kurniaty, 2016 dalam Fadillah, 2018). Stek pucuk merupakan metode perbanyakan vegetatif dengan cara menumbuhkan terlebih dahulu tunas-tunas aksilar pada media tumbuh dipersemaian hingga tunas tersebut berakar (rooted cutting) sebelum semai yang dihasilkan di pindahkan ke lapangan. Keberhasilan stek pucuk tergantung beberapa faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam diantaranya adalah tingkat ketentuan donor stek, kondisi fisiologi stek, waktu pengumpulan stek, dan lain sebagainya. Adapun yang termasuk faktor luar antara lain adalah media perakaran, suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan hormon pengatur tumbuh (Na’iem, 2000 dalam Fadillah, 2018). Berdasarkan hasil pengamatan, stek pucuk yang dilakukan oleh kelompok 3A mengalami keberhasilan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan daun dan akar. Keberadaan daun sangat penting pada stek pucuk dan dapat mempengaruhi keberhasilan tumbuh stek. Daun yang disisakan pada saat melakukan stek perlu diperhatikan. Sebab apabila daun pada stek terlalu banyak/luas maka laju transpirasi akan menjadi tinggi sehingga menyebabkan stek menjadi layu. Stek Daun Lidah Mertua Tanaman Lidah Mertua dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu perbanyakan secara vegetatif dan perbanyakan secara generatif. Cara generatif sangat jarang digunakan karena tanaman lidah mertua sangat jarang menghasilkan biji. Hal ini disebabkan karena bunga jantan dan bunga betina yang tidak dalam satu kuntum bunga, sehingga sangat sulit terjadi penyerbukan. Perkembangbiakan secara vegetatif biasanya menggunakan bagian tubuh tanaman. Pada umumnya bagian tubuh tanaman Lidah Mertua yang digunakan untuk perkembangbiakan vegetatif adalah daun atau dikenal dengan istilah stek daun (Utama, 2015). Stek daun yaitu perbanyakan vegetatif yang menggunakan bahan perbanyakan berupa daun. Keuntungan perbanyakan Lidah Mertua dengan cara stek daun ini adalah menghemat bahan tanaman dan menghemat waktu. Hanya dalam waktu singkat dapat menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak (Rapilah et al, 2016). Selain itu, tanaman baru yang dihasilkan akan memiliki sifat yang sama dengan induknya dikarenakan perbanyakan secara vegetatif yaitu dengan mengambil bagian tanaman induk. Berdasarkan hasil pengamatan, stek daun Lidah Mertua yang dilakukan oleh kelompok 3A mengalami keberhasilan. Hal ini ditunjukkan dengan tumbuhnya akar baru. Akar dan tunas baru pada stek daun berasal dari jaringan meristem primer dan jaringan meristem sekunder. Pada tanaman Lidah Mertua akar dan tunas baru terbentuk dan berkembang dari meristem sekunder dari hasil pelukaan. Ada beberapa faktor yang menjadi penentu keberhasilan stek daun. Faktor tanaman dipengaruhi oleh macam bahan stek, umur bahan stek, adanya tunas dan daun pada bahan stek, kandungan nutrisi, kandungan zat tumbuh, dan pembentukan kalus. Faktor lingkungan dipengaruhi oleh media tanam, kelembapan, temperatur, dan cahaya. Faktor pelaksana ditentukan oleh perlakuan sebelum tanam dan teknik dalam perlaksanaan/skill (Utama, 2015). Stek Batang Mawar Tanaman mawar dapat diperbanyak secara generatif maupun secara vegetatif. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan dengan mengambil bagian dari tanaman. Perbanyakan secara vegetatif dapat dimulai dari cara yang paling sederhana seperti stek, cangkok, dan lain-lain, hingga cara yang rumit misalnya dengan sistem kultur jaringan. Perkembangbiakan secara vegetatif merupakan alternatif yang perlu diperhatikan, salah satunya dengan cara stek. Perkembangbiakan dengan cara stek diharapkan dapat menjamin sifat-sifat yang sama dengan induknya (Astuti, 2000 dalam Saputro, 2018). Salah satu contoh stek yang sering dilakukan pada tanaman mawar adalah stek batang. Stek batang merupakan pembiakkan tanaman dengan menggunakan bagian batang yang dipisahkan dari induknya, sehingga menghasilkan tanaman yang sempurna. Stek batang sebaiknya diambil dari bagian tanaman ortotrof, sehingga diharapkan dapat membentuk suatu batang yang pokok dan lurus keatas. Keuntungan dari stek batang adalah pembiakkan ini lebih efisien jika dibandingkan dengan cara lain karena cepat tumbuh dan penyediaan bibit dapat dilakukan dalam jumlah yang besar, sedangkan kesulitan yang dihadapi adalah selang waktu penyimpanan relatif pendek antara pengambilan dan penanaman. Dengan demikian sumber bahan vegetatif haruslah dicari atau dipilih pohon-pohon unggul dengan produksi tinggi, tahan hama, dan penyakit serta mudah penanamannya (Susanto, 2015). Berdasarkan hasil pengamatan, stek batang Mawar yang dilakukan oleh kelompok 3A mengalami kegagalan. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya akar ataupun tunas baru. Beberapa faktor yang menyebabkan tidak terbentuknya akar ataupun tunas baru bisa berasal dari faktor tanaman itu sendiri dan faktor lingkungan. Faktor utama yang menyebabkan kegagalan adalah karena tunas dan daun pada stek dihilangkan. Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin (Hartman, 1983 dalam Susanto, 2015). Approach Grafting Tomat Grafting merupakan metode perbanyakan vegetative buatan. Grafting/penyambungan adalah seni menyambungkan 2 jaringan tanaman hidup sedemikian rupa sehingga keduanya bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai satu tanaman gabungan. Approach Grafting adalah teknik menyambungkan 2 individu tanaman, yang masing-masing mempunyai tajuk dan system perakaran sendiri. Kedua individu tanaman tetap tumbuh selama penyambungan sehingga tingkat keberhasilan sambungan cukup besar. Berdasarkan hasil pengamatan, approach grafting tomat yang dilakukan oleh kelompok 3A mengalami kegagalan karena tidak terjadi penyambungan diantara kedua tomat. Pada awalnya tomat tumbuh dengan baik, bahkan hingga memunculkan bunga. Namun ternyata terjadi pembusukan pada bagian sambungan yang meyebabkan tomat mati. Pada daerah sambungan terlihat adanya pertumbuhan akar. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan approach grafting. Faktor pelaksanaan memegang peranan penting dalam penyambungan. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973) kecepatan penyambungan merupakan pencegahan terbaik terhadap infeksi penyakit. Pemotongan yang bergelombang dan tidak sama pada permukaan masing-masing batang yang disambungkan tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Kehalusan bentuk sayatan dari suatu bagian dengan bagian lain sangat penting untuk mendapatkan kesesuaian posisi persentuhan kambium, disamping itu ketrampilan dan keahlian dalam pelaksanaan penyambungan maupun penempelan serta ketajaman alat-alat yang digunakan juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan. Faktor lingkungan juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap keberhasilan penyambungan. Cahaya matahari sangat kuat berpengaruh terutama pada saat pelaksanaan penyambungan, oleh karena itu penyambungan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari. Penyambungan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau. Selain untuk menghindari kebusukan, pada musim kemarau batang sedang aktif mengalami pertumbuhan serta entris yang tersedia cukup masak (Hamid, 2010). Splice Grafting Tomat Menurut Purnomosidhi dkk, (2002), menyambung adalah cara perbanyakan tanaman dengan cara menyambung pucuk (batang atas) yang berasal dari suatu tanaman induk pada tanaman lain (batang bawah). Batang ataslah yang akan memberikan hasil sesuai dengan sifat induk yang diinginkan. Batang bawah hanyalah sebagai tempat untuk tumbuh dan mengambil makanan dari dalam tanah. Penyambungan batang bawah dan batang atas ini biasanya dilakukan antara dua varietas tanaman yang masih dalam spesies yang sama. Kadang-kadang bisa juga dilakukan penyambungan antara dua tanaman yang berlainan spesiesnya tetapi masih dalam satu famili. Berdasarkan hasil pengamatan, splice grafting tomat yang dilakukan oleh kelompok 3A mengalami kegagalan. Hal ini ditunjukan dengan tidak adanya pertumbuhan pada batang atas. Batang atas mengalami pembusukan dan akhirnya mati. Menurut Tambing dkk, (2009) dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa umur bibit batang bawah berpengaruh nyata terhadap persentase keberhasilan pertautan sambungan, sedangkan konsentrasi pupuk pelengkap benih dan interaksi antara kedua perlakuan tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata. Keberhasilan pertautan ambungan pada metode splice grafting  selain ditentukan oleh faktor umur bibit batang bawah, faktor lingkungan tumbuh dan pelaksanaan  grafting, kesesuaian diameter batang bawah dan entris, juga faktor fisiologis. Faktor lingkungan tumbuh, misalnya iklim dan tanah harus pada kondisi yang menguntungkan agar pertumbuhan tanaman berlangsung optimal. Di samping itu, faktor pelaksanaan grafting  juga menentukan, yaitu keterampilan orang yang melakukan penyambungan, ketajaman dan kebersihan alat yang digunakan Faktor fisiologis yaitu kuatnya daya rekat getah bibit batang bawah sangat memungkinkan terhambatnya pertautan sambungan. Semakin banyak jumlah daun yang disisakan pada tunas makin banyakmemacu pertumbuhan dan jumlah tunas sambungan atau entres. Hal ini diduga berkenaan diduga berkenaan dengan peran daun sebagai tempat fotosintesis yang menghasilkan energi. ketersediaan energi yang cukup dan pengatur tumbuh yang terdapat dalam bagian  tanaman (daun)  akan mendorong pembentukan kalus yang  cukup banyaksehingga kualitas pertautan antara batang bawah dengan batang atas akan lebih baik. Untuk mendapatkan keberhasilan yang tinggi dan kualitas sambungan yang baik diperlukan produksi kalus yang cukup banyak, baik dari batang bawahmaupun dari batang atas. Ketersediaan karbohidrat yang cukup akan mendorong produksi kalus yang cukup banyak. Penggabungan antara kalus yang dihasilkan oleh batang atas dan batang bawah memungkinkn terjadinya restorasi jaringan pengangkutan melalui induksi hormon-hormon tumbuhan. Proses penyatuan jaringan pengangkut tersebut berpengaruh terhadap kualitas sambungan, sehingga proses aliran hara dan air dari batang bawah berlangsung dengan baik (Suryadi,2009). Air Layering Jeruk Nipis Mencangkok merupakan salah satu teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Dalam hal kegiatan mencangkok akar akan tumbuh ketika cabang yang dicangkok masih berada padai pohon induknya. Berdasarkan hasil pengamatan, air layering jeruk nipis yang dilakukan oleh kelompok 3A mengalami keberhasilan. Hal ini ditunjukkan dengan tumbuhnya pucuk daun baru. Pembentukan pucuk baru pada cangkok terjadi karena adanya penyayatan pada kulit batang yang menyebabkan pergerakan karbohidrat ke arah bawah terbendung di bagian atas sayatan. Pada bagian tersebut akan menumpuk karbohidrat dan auxin, dan dengan adanya media pertumbuhan yang baik karbohidrat dan auxin tersebut akan menstimulir timbulnya pucuk daun baru. Keberhasilan dalam kegiatan pencangkokan tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain ukuran (umur) batang dan sifat media tanaman. Pemilihan diameter batang yang ideal, akan membentuk perakaran yang lebih banyak, hal ini karena permukaan bidang perakaran yang lebih luas akan tetapi umur batang sebaiknya tidak terlalu tua (berwarna coklat atau coklat muda). Sifat media tanam haruslah yang mampu menyerap banyak air, tidak becek, mampu menahan air meskipun terkena angin dan panas matahari (Prameswari et al. 2014). Kesimpulan Teknik propagasi tumbuhan secara vegetatif bertujuan untuk memperbanyak tumbuhan dengan teknik yang lebih praktis dan keuntungan yang banyak seperti masa muda tanaman relatif pendek, sifat anakan lebih baik atau persis induknya, serta tidak memerlukan lahan banyak. Beberapa teknik propagasi secara vegetatif yang dapat dilakukan diantaranya stek pucuk, stek daun, stek batang, approach grafting, splice grafting, dan cangkok (air layering). Ada banyak faktor yang menentukan keberhasilan teknik propagasi dan faktor tersebut akan berbeda secara spesifik pada teknik tertentu. Secara keseluruhan, faktor yang memengaruhi keberhasilan propagasi tumbuhan secara vegetatif adalah kondisi tumbuhan target (umur tumbuhan, ukuran, kemampuan tumbuhan dalam merespon perubahan lingkungan, faktor fisiologis, dll), jenis media yang digunakan, alat dan bahan yang dipakai ketika pengerjaan, faktor lingkungan luar (suhu, intensitas penyinaran, kelembapan), hormon pengatur tumbuh, serta teknik pelaksanaan yang baik. DAFTAR PUSTAKA Deselina; Hidayat, M. Fajrin; Wiratama Ganesya. (2015). Keragaman Stek Pucuk Syzgium Oleina terhadap Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Rootone-f Dan Komposisi Media Tanam. Jurnal Akta Agrosia. 18 (2), 11-21. Fadillah, S. (2018). Perbanyakan Vegetatif Salagundi (Rhoudolia teysmanii Hook. F.) Melalui Stek Pucuk. [online]. Diakses dari: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/7845/141201132.pdf?sequence=1&isAllowed=y (1 Desember 2020). Hafizah, Nur. (2014). Pertumbuhan Stek Mawar (Rosa Damascena Mill.) pada Waktu Perendaman Dalam Larutan Urine Sapi. Jurnal Ziraa’ah, Volume 39 Nomor 3, 129-135. Limbongan, Jermia. (2016). Teknologi Multipikasi Vegetatif Tanaman Budidaya. [online]. Diakses dari: http://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle/123456789/7069/TEKNOLOGI%20MULTIPLIKASI%20_LIMBONGAN-repo.pdf?sequence=1&isAllowed=y (2 Desember 2020). Marlon, David. (2018). 6 Jenis Teknik Perbanyakan Vegetatif Pada Tanaman Untuk Menghasilkan Bibit Yang Berkualitas Unggul. [online]. Diakses dari: https://medium.com/@davidmarlon981/6-jenis-teknik-perbanyakan-vegetatif-pada-tanaman-untuk-menghasilkan-bibit-yang-berkualitas-unggul-78b7fdb13368#:~:text=Perbanyakan%20secara%20vegetatif%20merupakan%20salah,baru%20yang%20sama%20dengan%20induknya.&text=Bahan%20tanaman%20yang%20berasal%20dari%20bagian%20vegetatif%20bisa%20disebut%20bibit. (2 Desember 2020). Prameswari, Z, K., Sri T, dan Sriyanto W. 2014. Pengaruh Macam Media dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Keberhasilan Cangkok Sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) pada Musim Penghujan. Vegetalika. 3(4): 107-118. Prastowo, Nugroho. (2006). Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. [online]. Diakses dari: http://www.worldagroforestry.org/downloads/Publications/PDFs/B13893.PDF (2 Desember 2020). Purnomosidhi, Suparman, J. M. Roshetko, dan Mulawarman.2002. Perbanyakandan Budidaya Tanaman Buah-Buahan dengan Penekanan pada Durian, Mangga, Jeruk, Melinjo, dan Saw:Pedoman Lapang. Bogor: International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan WinrockInternasional. Putri, Kurniawati P., D, Dharmawati F. , dan Suartana, M. 2007. Pengaruh Media dan     Hormon Tumbuh Akar Terhadap Keberhasilan Cangkok Ulin. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 4 (2):069 – 118. Rahman, E., Maria Lusia Hutagalung, dan Yomi Tasina Surbakti. (2012). Makalah Dasar-dasar Agronomi: Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif. Universitas Jambi: Fakultas Pertanian. Rapilah., et al. (2016). Pertumbuhan Stek Sansiviera cylindrica ‘Skyline’ pada Berbagai Ukuran Bahan Tanaman dan Komposisi Media Tanam. [online]. Diakses dari: ojs.unida.ac.id (1 Desember 2020). Saputro, H. (2018). Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Lama Perendaman Larutan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Stek Mawar Pagar (Rosa multiflora). [online]. Diakses dari: http://eprints.umm.ac.id/42651/ (1 Desember 2020). Sulistiana, Susi. (2013). Respon Pertumbuhan Stek Daun Lidah Mertua (Sansevieria Parva) Pada Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Sintetik (Rootone-f) Dan Asal Bahan Stek. Jurnal Matematika, Sains Dan Teknologi, Vol. 14 No. 2, 107-118. Suryadi, R. 2009. Pengaruh Jumlah Tunas dan Jumlah Daun TerhadapKeberhasilan Penyambungan Jambu Mete (Anacardium occidentale) DiLapangan. Littro, 20(1): 41-49. Susanto, A. (2015). Pengaruh Beberapa Konsentrasi ZPT dan Ukuran Diameter Stek Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Mawar (Rosa damascena Mill). [online]. Diakses dari: https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/77952/Aris%20Susanto091510501106_.pdf?sequence=1 (1 Desember 2020). Suwandi. (2013). Petunjuk Teknis Perbanyakan Tanaman dengan Cara Sambungan (Grafting). [online]. Diakses Dari: Https://Www.Forda-mof.Org/Files/Suwandi.Pdf. (2 Desember 2020). Tambing, Y., dan S. Launde. 2009. Kajian Umur Bibit Batang Bawah Nangka danTakaran Pupuk Pelengkap Benih Nutrifarm-SD terhadap KeberhasilanPertautan Sambung Pucuk. Agroland,16(1): 33-39. Tim Editor IFAS CALS. (Tanpa Tahun). Grafting Types: Splice Grafting. [online]. Diakses Dari: Https://Irrecenvhort.Ifas.Ufl.Edu/Plant-prop-glossary/06-grafting/02-graftingtypes/14-grafting-splice.Html (2 Desember 2020). Tim Pertanian. (2019). Cara Mencangkok Tanaman. [online] Diakses Dari: Http://Cybex.Pertanian.Go.Id/Mobile/Artikel/86868/Cara-mencangkok-tanaman/ (2 Desember 2020). Utama, M. H. R. (2015). Respon Penggunaan Zat Perangsang Tumbuh Sintetik dan Alami pada Pertumbuhan Stek Tanaman Hias Lidah Mertua. [online]. Diakses dari: http://repository.uma.ac.id/handle/123456789/984?locale=fr (1 Desember 2020). Wudianto, R. (2002). Cara Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta: Penebar Swadaya.