[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
PERUBAHAN REILAKU SOSIAL KEAGAMAAN DI DESA CINYASAG KECAMATAN PANAWANGAN KABUPATEN CIAMIS Laporan Penelitian Individu Diajukan untuk Mendapat Bantuan Dana dari DIPA UIN Sunan Gunung Djati Bandung Tahun Anggaran 2015 Oleh: Dr. H.A. Rusdiana, MM. NIP: 196104041986031001 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015 PERUBAHAN REILAKU SOSIAL EKONOMI MANTAN TKW DAN KEBERLANGSUNGAN HIDUP KELUARGA DI DESA CINYASAG KECAMATAN PANAWANGAN KABUPATEN CIAMIS ABSTRAK A. Rusdiana. Penelitian ini dilatarbelakangi kenyataannya, bahwa perubahan sosial saat ini menggambarkan dan menjelaskan bahwa agama menjadi salah satu faktor perubahan sosial. Judul penelitian ini: Perubahan Perilaku Sosial keagamaan di Desa Cinyasag Kecamatan Kab. Ciamis. Peneltian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran hubangan kekeluargaan dan adat istiadat di masyarakat, bagaimana Faktor-faktor Perubahan perilaku sosial keagamaan dan mengetahui bagaimana proses perubahan sosial keagamaan masyarakat di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis. Dalam membedah permasalahan yang akan dilakukan pada penelitian ini menggunakan teori teori perubahan sosial, perubahan Perilaku, dan teori sosial ekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu suatu pendekatan yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti, yang dalam hal ini adalah untuk mendapatkan data deskriptif mengenai Perubahan Perilaku Sosial keagamaan di Desa Cinyasag Kecamatan Kabupaten Ciamis. Hal ini dapat di simpulkan bahwa, perubahan sosial-keagamaan akan membawa kepada perubahan kehidupan masyarakat yang sejahtera. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis i Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis ii Kata Pengantar Bismillahirahmanirrahim, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala karunianyaNya, sehingga proposal penelitian ini dapat berhasil diselesaikan sesuai waktu yang telah ditetapkan. Tema yang dipilih dalam kajian kebijakan sosial ekonomi dengan judul ”Perubahan perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis” Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap, semoga proposal ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak yang terkait dalam Pengembangan Fakultas Sains dan Teknologi pada khusunya dan bagi peneliti lain, pada umumnya. Bandung, 30 Agustus 2015 Peneliti, Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis iii Daftar Isi ABSTRAK ...................................................................................... i ABSTRACT................................................................................... ii Kata Pengantar .............................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. Latar Belakang ......................................................................... Identifikasi Masalah ................................................................. Perumusan Masalah ................................................................. Signifikansi Penelitian ............................................................. 1 5 6 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Perubahan Sosial....................................................... 11 B. Perilaku Sosial Sosial Keagamaam........................................ 22 C. Kerangka Berfikir Penelitian ................................................. 35 BAB III METODE PENELTIAN A. B. C. D. E. Jenis, Metode, dan Objek Penelitian...................................... 47 Variabel Penelitian................................................................. 52 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 57 Teknik Pengolahan Data ......................................................... 58 Teknik Analisis Data.............................................................. 59 BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...................................................................... 63 B. Permasalah Sosial ekonomi dan Keagamaam ....................... 76 C. Pembahasan Penelitian ........................................................... 89 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan dan Saran ......................................................... 115 B. Rekomendasi/Saran.............................................................. 116 Daftar Pustaka.......................................................................... 119 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis iv Daftar Tabel dan Gambar Tabel 4.1. Penduduk Desa Cinyasag Berdasarkan Kelompok Umur ............................................................................................ 65 Tabel 4.2 Penduduk Cinyasag Berdasarkan Tingkat Pendidikan 68 Tabel 4.3 Penduduk Desa Cinyasag Berdasarkan Mata Pencaharian .................................................................................. 73 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis v LEMBAR PERNYATAAN Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Dr. H. A. Rusdiana, Drs., MM NIP : 196104041986031001 Satuan Karja : Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bdg. Judul Penelitian : Perubahan perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis Dengan ini kami menyatakan bahwa penelitian ini disusun sepenuhnya adalah hasil karya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan ini dikutif dari hasil karya orang laing telah ditulis sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian penelitian ini bukan hail karya tim, kami bersedia menerima sanksi yang ditujukan kepada kami. Bandung, 30 Agustus 2015 Peneliti Dr. H. A. Rusdiana, Drs., MM NIP. 196104041986031001 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa mengalami suatu perubahan. Perubahan pada manusia mempunyai kepentingan yang tak terbatas. Dalam pandangan sosiolog, perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu perubahn evolusi dan perubahan revolusi, perubahan terencana dan perubahan tak terencana. Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru. Perubahan sosial terjadi ketika ada kesediaan anggota masyarakat untuk meninggalkan unsur-unsur budaya dan sistem sosial lama dan mulai beralih menggunakan unsurunsur budaya dan sistem sosial yang baru. Perubahan sosial dipandang sebagai konsep yang serba mencakup seluruh Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 1 kehidupan masyarakat baik pada tingkat individual, kelompok, masyarakat, negara, dan dunia yang mengalami perubahan. Dalam perubahan sosial, unsur-unsur kemasyarakatan mengalami perubahan biasanya adalah mengenai nilai sosial, norma sosial, pola perilaku, organisasi sosial, kekuasaan, tanggung jawab, dan kepemimpinan. Dalam masyarakat maju atau masyarakat berkembang perubahan sosial berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi. Lingkup perubahan sosial meliputi berbagai bidang, seperti bidang sosial, ekonomi, politik hukum, dan teknologi. Sebaliknya, perubahan sosial yang terjadi tidak dapat hanya meliputi bidang tertentu saja dan terbatas pula kedalamnya. Intinya gerakan perubahan akan meninggalkan faktor-faktor yang diubah, akan tetapi setelah meninggalkan faktor-faktor tersebut, mungkin perubahan akan bergerak kepada suatu bentuk yang ada dimasa lampau. Perubahan akan nampak setelah tatanan dan kehidupan masyarakat yang lama dapat dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan masyarakat yang baru. Perubahan yang terjadi dapat merupakan kemajuan atau mungkin justru kemunduran. Begitupun terjadi dalam dunia komunikasi dan teknologi informasi. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 2 Perubahan sosial merupakan realitas kehidupan yang dibuktikan oleh gejala depersonalisasi, frustasi dan apati (kelumpuhan mental), pertentangan dan perbedaan pendapat mengenai norma-norma susila yang sebelumnya di anggap mutlak, adanya pendapat generation gap dan lain-lain. Perubahan sosial dapat mengganggu keseimbangan antar satuan sosial (sosial unit) dalam masyarakat. Banyak penyebab perubahan masyarakat, diantaranya, ilmu pengetahuan, kemajuan tekhnologi serta penggunaannya oleh masyarakat, komunikasi dan transportasi, urbanisasi, perubahan atau peningkatan harapan dan tuntutan manusia, yang pada gilirannya mempengaruhi perubahan masyarakat. Karakteristik masyarakat desa yang mempunyai hubungan yang erat dan lebih mendalam serta berpegangan pada adat istiadat, memiliki prinsip kekeluargaan dan gotong royong saat ini kian memudar. Seperti menipisnya rasa kekeluargaan, meningkatnya sikap individualis, meningkatnya tingkat persaingan, meningkatnya pola hidup konsumtif, berkurangnya sikap gotong royong dan mulai memudarnya kepercayaan-kepercayaan yang selama ini sudah dianut.1 1 Soekanto, Soekanto 2013. Sosiologi Suatu Pengantar (cet-45). Jakrta: Rajawali, hlm. 225 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 3 Fenomena perubahan sosial saat ini menggambarkan dan menjelaskan kepada kita bahwa agama menjadi salah satu faktor perubahan sosial. Agama yang hidup dan berkembang dalam masyarakat memiliki peranan penting dan tidak terlepas keterikatannya dengan agama. Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat individu maupun dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat. Selain itu agama juga memberi dampak bagi kehidupan seharihari. Dengan demikian, agama memiliki kekuatan yang mengagumkan dan sulit ditandingi oleh keyakinan di luar agama, baik doktrin maupun ideologi yang bersifat profan. Menggagas pemikiran tentang peran agama dan perubahan sosial, berlandaskan pada pemikiran bahwa perubahan sosial merupakan suatu fakta sosial yang sedang berlangsung, yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang sebagian besar berada di luar kontrol kita dan tidak ada kemungkinan untuk menghentikannya. Posisi agama berada pada dua sisi yang berbeda. Di satu sisi agama dapat menjadi penentang perubahan, dan di sisi yang lain dapat menjadi pendorong terjadinya perubahan sosial. Hal ini dijelaskan olah Nanang Martono (2013) bahwa agama dari sudut pendekatan ilmu sosial, dipersepsikan memiliki dua peranan yaitu sebagai Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 4 institusi yang menghambat proses perubahan sosial dan yang kedua memandang bahwa agama menjadi unsur penting yang turut mempercepat terjadinya perubahan sosial.2 . Kenyataan inilah yang kemudian menarik minat untuk dikaji, mengapa hal tersebut bisa terjadi?, sehingga perubahan perilaku keagamaan masyarakat menjadi persoalan yang menarik untuk dicermati. Bagaimana masyarakat bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, bagaimana perubahan perilaku keagamaan dan dampaknya. Berangkat dari relitas dan pemikiran tersebut, sangat dan relevan jika dilakukan penelitian mengenai “PERUBAHAN REILAKU SOSIAL KEAGAMAAN DI DESA CINYASAG KECAMATAN PANAWANGAN KABUPATEN CIAMIS”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi perubahan perilaku sosial keagamaan di Desa Cinyasag Kecamatan Panawamgan Kabupaten Ciamis, sebagai berikut: 1. Latar belakang hubungan kekeluargaan dan adat istiadat di masyarakat Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis 2 Nanang Martono, 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Raja Grafindo, hlm. 173-174. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 5 2. Perilaku sosial keagamaan di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis 3. Proses perubahan sosial pedesaan di Desa Cinyasag keagamaan di Kecamatan masyarakat Panawangan Kabupaten Ciamis. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian Perubahan Reilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis meliputi: perubahan hubungan kekeluargaan dan adat istiadat di masyarakat, faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan budaya di masyarakat, dan proses perubahan sosial keagamaan masyarakat. Perumusannya meliputi: 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, bahwa agama dari sudut pendekatan ilmu sosial, dipersepsikan memiliki dua peranan yaitu sebagai institusi yang menghambat proses perubahan sosial dan yang kedua memandang bahwa agama menjadi unsur penting yang turut mempercepat terjadinya perubahan sosial, maka penelitian di atas, Perubahan perilaku disini adalah ditinjau dari sisi sosial dan keagamaam. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 6 2. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang, perumusan, dan pembatasan masalah di atas, pertanyaan penelitian disini adalah sebagai berikut: 4. Bagaimana latar belakang hubangan kekeluargaan dan adat istiadat di masyarakat Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis? 5. Bagaimana Faktor-faktor Perubahan perilaku keagamaan di Desa Cinyasag Kecamatan sosial Panawangan Kabupaten Ciamis ? 6. Bagaimana proses perubahan sosial keagamaan masyarakat pedesaan di Desa Cinyasag di Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis ? D. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Peneltian Perubahan perilaku disini bertujuan: a. Mengetahui latar belakang hubangan kekeluargaan dan adat istiadat di masyarakat Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis? b. Mengetahui Faktor-faktor Perubahan perilaku keagamaan di Desa Cinyasag Kecamatan sosial Panawangan Kabupaten Ciamis? Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 7 c. Mengetahui proses perubahan sosial keagamaan masyarakat pedesaan di Desa Cinyasag di Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis? 2. Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai perubahan perilaku sosial keagamaam di masyarakat pedesaan yang beberapa tahun ke belakang mengalami perubahan baik dalam sistem nilai, norma maupun kebiasaan seperti gotong royong yang kian memudar dan mendekati kehidupan masyarakat perkotaan yang individualis. Selain itu penelitian ini sebagai landasan awal untuk melakukan penelitian selanjutnya. Secara khusus peneltian ini diharapkan mempeoleh manfaat: a. Untuk Peneliti Penelitian ini sangat berguna bagi peneliti karena mendapatkan informasi sekaligus aplikasi ilmu yang peneliti dapat di bangku kuliah dalam ranah sosial. b. Untuk Mahasiswa Bagi mahasiswa umumnya memberikan informasi dan menambah khasanah keilmuan khususnya pengetahuan mengenai permasalahan sosial Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 8 c. Untuk masyarakat Memberikan informasi akan pentingnya bertindak lebih teliti dalam mengambil keputusan berperilaku sosial dan keagamaan. d. Untuk UIN Bandung Sebagai salah satu refrensi dalam kaitannya dengan program-program pengabdian masyarakat. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 9 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam membedah permasalahan yang akan dilakukan pada penelitian ini menggunakan konsep teori berikut: Perubahan Sosial, Teori Perilaku, Teori sosial keagamaan. A. Konsep Perubahan Sosial 1. Pengertian Perubahan Sosial Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada kehidupan sosial masyarakat. Perubahan sosial merupakan salah satu kajian ilmu sosiologi, mencakup perubahan norma-norma sosial, nilai-nilai sosial, interaksi sosial, pola-pola perilaku, organisasi sosial, lembaga kemasyarakatan, lapisan masyarakat, susunan kekuasaan, dan wewenang. Karena luasnya bidang-bidang perubahan sosial tersebut, maka diperlukan suatu pengertian perubahan sosial yang mampu mencakup seluruh bidang tersebut. Kingsley Davis, berpendapat bahwa perubahan sosial, merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan seterunya, bahkan perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial.3 Sebagai contoh dikemukakannya perubahan pada logat bahasa 3 Loc. Cit. Soekanto, 2013. Sosilogi..., hlm. 262. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 11 sia setelah terpisah dari induknya. Akan tetapi perubahan tersebut, tidak mempengaruhi organi sosial masyarakatnya. Perubahan tersebut lebih merupakan mengarah pada perubahan budayaan ketimbang perubahan sosial. Substansi dalam perubahan sosial, adalah unsur-unsur kemasyarakatan yang mengalami perubahan biasanya adalah mengenai nilai sosial, norma sosial, pola perilaku, organisasi sosial, kekuasaan, tanggung jawab, dan kepemimpinan. Dalam masyarakat maju atau masyarakat berkembang perubahan sosial berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi. 4 Dalam mendefinisikan perubahan sosial dikalangan para sosiolog memiliki pengertian yang berbeda. Berbedanya pengertian perubahan sosial tersebut sebagai konsekuensi dari kekaburan yang sering dialami ahli sosial di dalam memberikan penjelasan tentang ruang lingkup, batasan pengertian dan aspek-aspek, terutama dalam perubahan sosial. Sebagai upaya untuk menghindari kesulitan tersebut, maka paktor utama yang paling penting untuk diketahui dan dipahami adalah tentang batas dan pengertian dari perubahan sosial. Adapun pengertian perubahan sosial menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: 4 Abdulsyani, 2007. Sosiaologi: Skematika Teori dan Terapan.(cet-4). Jakrta: Bumi Akasara, hlm. 182 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 12 Selo Soemardjan (1964), berpendapat bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara kelompok masyarakat.5 Roucek dan Warren (1984), Kedua ahli ini mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan dalam proses sosial atau dalam struktur sosial.6 Soedjono Dirdjosisworo (1985), Soedjono merumuskan bahwa definisi perubahan sosial sebagai perubahan fundamental yang terjadi dalam struktur sosial, system sosial dan organisasi sosial.7 Karl Manheim, menjelaskan mengenai inti dari suatu perubahan. Ia mengungkapkan bahwa: “…changing community is not determined by a set of unshakable commands, but is engaged in a permanent search for new norms to exprem ss change experiences. The content of conscience is accordingly not determined by explicit and rule but is continuously shaping itself a new”8 Jelaslah, bahwa perubahan masyarakat esensinya ialah perbahan norma-norma masyarakat. Karena perubahan norma 5 Loc. Cit. Sorjono Soekanto, hlm. 263 Loc. Cit. Abdulsyani, hlm. 164 7 Ibid. 8 Lauer. Roberth H.,1993. PerspektifTentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.238. 6 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 13 dan proses pembentukan norma baru merupakan inti dari usaha mempertahankan persatuan hidup kelompok, dengan sendirinya proses perubahan masyarakat menjadi proses disintegrasi dalam banyak bidang, sehingga demi kemajuan harus diusahakan adanya reintegrasi, yaitu: penampungan kembali dalam dalam suatu kehidupan bermasyarakat yang lebih cocok dengan kebutuhan baru masyarakat dimana normanorma yang lebih cocok ini akan merupakan ikatan dari masyarakat yang baru/lebih luas.9 2. Ruang Lingkup dan Faktor Perubahan Sosial a. Ruang lingkup perubahan sosial Ruang lingkup perubahan sosial meliputi bidang yang sangat luas. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Selo Soemardjan perubahan sosial adalah “segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap, dan perilaku diantara kelompok dalam masyarakat” 10 Perubahan sosial meliputi berbagai bidang, seperti bidang pendidikan, ekonomi, hukum, dan teknologi. 9 Loc. Cit. Astrid S. Susanto. 1965. Pengantar….., hlm. 160. Loc. Cit. Abdulsyani, hlm. 182. 10 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 14 Sebaliknya, perubahan sosial yang terjadi dapat hanya meliputi bidang tertentu saja dan terbatas pula kedalamnya. Misalnya perubahan pada bidang pendidikan yang baru mencapai tarap normal dan nilai belum Sampai pada tarap perilaku. 1) Perilaku sosial dapat terjadi pada tingkat individu, kelompok sosial, kelompok besar, maupun kelompok yang sangat besar. 2) Perubahan sosial pada bidang tertentu yang akan pada tingkat yang luas, misalnya tentang timbulnya kesadaran terhadap usaha pelestarian. b. Faktor-Faktor Perubahan Sosial Perubahan sosial menghadapkaan manusia pada situasi baru yang mengarahkan pada suatu bentuk kegiatan yang baru. Terhadap banyak faktor yang terkait dan menyebabkan perubahan perilaku dan budaya manusia serta struktur didalam masyarakat. Para sosiolog telah mengidentifikasikan sejumlah faktor utama yang dampaknya sangat berbeda satu sama lainnya, tergantung pada situassi, waktu dan tempat.setelah memulai proses analisis yang panjang, para sosiolog sepertinya telah menyaring beberapa faktor utama pendorongan perubahan sosial. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 15 Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964), menyatakan bahwa secara umum peneyebab dari perubahan sosial dibedakan atas dua golongan besar, yaitu: perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri, dan perubahan yang berasal dari luar masyarakat.11 1) Perubahan yang berasal dari masyarakat Perubahan yang bersumber dari masyarakat itu sendiri, meliputi: (a) Perkembangan ilmu pengetahuan Perkembangan ilmu pengetahuan, melahirkan berbagai pertemuan baru. Penemuan baru, banyak faktor yang menyebabkan individumencari penemuan baru, beberapa diantaranya adalah: (1) Kesadaran dari orang perorang akan ketergantungan dalam masyarakat; (2) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan, dan (3) Adanya perangsang bagi aktivitas-aktivitas pencipta dalam masyarakat. Pada saat awal seseorang memulai keinginan untuk mewujudkan cita-citanya pertama kali yang dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error) secara spekulatif. Pada priode tersebut, 11 justru mengalami kegagalan dijadikan bahan Loc. Cit. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, hlm. 489. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 16 pertimbangan atau perbaikan untuk mencapai keberhasilan dimsyarakat berikutnya. Perubahan yang dilalui tidak menunjukkan adanya suatu peningkatan yang berarti, lingkungan kemajuan bersiklus tidak menentu. Arah siklus lingkaran bergerak mendatar dari titik A kembali ketitik A. Oleh karenanya, dapat dijelaskan bahwa ide-ide keyakinan dan dan hasil-hasil karya yang bersifat fisik dalam pengertian penemuan baru, semuanya merupakan faktor pendorong kearah perubahan kehidupan masyarakat. Dalam bentuk apapun penemuan baru itu, senantiasa akan membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat, baik secara cepat (revolusi) maupun lambat (evolusi), dalam skala perubahan yang kecil, sebagian atau keseluruhan. (b) Jumlah penduduk Faktor penduduk, perubahan pada jumlah, komposisi dan distribusi penduduk dapat mempengaruhi budaya dan struktur sosial. Bertambahnya penduduk suatu daerah, dapat mengakibatkan perubahan pada struktur masyarakat, terutama mengenai lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebagai contoh yang paling releven adalah program transmingrasi, jika program transmingrasi dijalankan secara ideal dengan memperhatikan aspek sosial ekonomi, budaya, politik, agama, Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 17 dan keagamaan, sangat mungkin akan terjadi perubahan yang sangat positif. Artinya pendatang baru yang terampil dan sikap bekerja dilokasi baru, maka besar kemungkinan tidak saja akan menguntungkan transimingrasi, melainkan jug dapat mempengaruhi positf pada penduduk asli. Penduduk asli dapat pula bekerja dengan pola yang menguntungkan sama dengan para pendatang. Kehidupan bermasyarakat pun akan berubah kerena pencampuran antara berbagai macam pola perilaku sosial dan budaya,demikian pula dengan ekonomi, politik, agama, dan keaamanan. Bahkan Rauccek dan Warren (1984), menggambarkan bahwa perubahan sosial lebih berkembang pada masyarakat heterogen. Dikatakan bahwa masyarakat yang berasal dari berbagai etnik yang bergaul dengan be3bas dan mendifusikan adat, pengetahuan,teknologi dan ideologi, biasanya mengalami kadar perubahan pesat.12 (c) Pertentangan dan pemberontakan Pertentangan (konflik) dalam nilai dan norma-norma, politik, etnis, dan agama dapat menimbulkan perubahan sosial yang luas. Pertentangan individu terhadap nilai-nilai dan norma-norma serta adat istiadat yang telah berjalan lama akan 12 Roucek, S.J dan Warren, L.R, 1984. Pengantar Sosiologi. (terjemahan). Jakarta. Bina Aksara, hlm. 55. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 18 menimbulkan perubahan bila individu-individu tersebut beralih dari nilai, norma, dan adat kebiasaan yang telah diikuti selama ini, misalnya, adanya anggapan umum masyarakat Indonesia, bahwa “makin banyak anak makin banyak rizki”, setiap anak mempunyai rizkinya,masing-masing,” sehingga tidak menimbulkan kecemasan setiap kali anaknya lahir. Kini pandangan itu mengalami perubahan, bahwa “makin banyak anak makin besar beban ekonomi”. Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pertentangan politik dan pemberontakan di Indonesia telah menunjukkan buktinya. Perubahan-perubahan yang ditimbulkan akibat pertentangan dan pembetontakan selalu berakibat buruk, seperti terhentinya aktivitas perekonomian, inflasi, timbulnya saling curiga, kecemasan, dan lain-lainnya. Pertentangan antara anggota-anggota masyarakat dapat terjadi karena perubahan masyarakat yang pesat, sebagaimana dijelaskan oleh Roucek dan Warren (1984), masyarakat yang heterogen biasanya ditandai kurang dekatnya hubungan antara orang yang satu dengan orang atau kelompok lainnya; individu cenderung mencari jalannya sendiri-sendiri. 13 Sementara itu, kondisi sumber pemenuhan kebutuhan semakin terbatas, sehingga persaingan tidak dapat dihindari; 13 Op. Cit. hlm. 57. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 19 jika proses ini memuncak, maka pertentangan akan terjadi pada masyarakat yang bersangkutan. Pada saat masyarakat dalam keadaan konflik dapat timbul kekecewaan dan keresahan sosial, maka pada saat itu pula individu-individu pada umumnya sangat mudah terpengaruh terhadap hal-hal baru. 2) Perubahan yang berasal dari luar masyarakat Perubahan yang bersumber dari luar masyarakat, terdiri atas: (a) Kebudayaan masyarakat lain Faktor kebudayaan, dapat menyebabkan terjadinya nperubahan masyarakat. Secara timbal balik perubahan pada unsur budaya dapat mendorong pada bentuk dan hubungan sosial kemasyarakatan. Perubahan disesbabkan oleh sosial masyarakat faktor kebudayaan tidak yang semata-mata ada dalam masyarakat itu sendiri,melainkan dapat pula disebabkan oleh pengaruh kebudayaan yang dating dari masyarakat sekitar (luar). Terdapat kemungkinan perubahan sosial masyarakat sama sekali tidak disebabkan oleh perubahan kebudayaan masyarakat sekitar, atau kebudayaan yang berbeda. Pengaruh Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 20 kebudayaan tersebut mengakibatkan beberapa skenerio perubahan sosial masyarakat, yaitu antara lain: (1) Kebudayaan saling berdampingan dan bercampur menjadi atau kebulatan; (2) Salah satu kebudayaan menjadi pudar karena kebudayaan lain; (3) Masing-masing kebudayaan akan menjadi lebur, timbul kebudayaan baru sebagai akibat saling mempengaruhi. (b) Peperangan Peperangan yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat lain menimbulkan berbagai dampak, seprti halnya dampak yang ditimbulkan oleh adanya pemberontakan dan pertentangan-pertentangan. Akan tetapi, dampak negatif yang ditimbulkan oleh peperangan lebih dahsyat karena peralatan perang biasanya lebih canggih pula. 3. Teori Perubahan Sosial di Masyarakat Menurut (Adiwikarta, 1988), perubahan suatu masyarakat dapat terjadi akibat pertumbuhan penduduk, penerapan teknologi baru, kontak dengan budaya luar, gerakan sosial, (emansipasi) dan kejadian alam.14 14 Adiwikarta, Sudardja, 1988, Sosiologi Pendidikan 2 Isyu dan Hipotesis Tentang. Hubungan Pendidikan Dengan Masyarakat. Jakarta: Dikbud, hlm. 57. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 21 Sehuungan dengan itu, Anwar, (2007) menjelaskan bahwa perubahan sosial bisa timbul dengan sendirinya, tetapi juga bisa direncanakan. Demikian halnya pada perilaku sosial keagamaam juga bersifat dinamis. 15 B. Perilaku Sosial Sosial Keagamaam 1. Pengertian dan Konsep Perilaku Sosial Menurut Skinner yang disebut sebagai kepribadian adalah sekelompok respon terhadap lingkungan: jika respon tersebut mendapat imbalan, respon tersebut akan lebih mudah kembali muncul. Skinner berpendapat bahwa hampir semua perilaku manusia atau organisme lain mengikuti prinsip itu, dan perilaku seperti inilah bersama-sama yang kita sebut sebagai kepribadian.16 Konsep perilaku sosial mengacu pada Krech yaitu Perilaku adalah reaksi individu yang dipengaruhi oleh sikap untuk memenuhi kebutuhannya yang dibagi dalam kategori produktif, konsumtif, dan distributif. Perilaku sosial setiap orang berbeda karena dipengaruhi oleh pendapatan yang 15 Anwar, 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Penerbit Alfabeta. hlm. 51 dan 55 16 Howard S. Friedman dan Miriam W. Schustack, 2006. Kepribadian; Teori Klasik dan Riset Modern, edisi ketiga. Jakarta: Erlangga., hlm. 229. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 22 dimilki, setting sosial, lingkungan, tingkat pendidikan, pengalaman dan kelompok acuan. 17 2. Perilaku Sosial-Keagamaam Hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial setiap individu dalam menjalani hidup berinteraksi dengan orang lain atau sering kita kenal dengan sebutan relasi interpersonal. Berbagai aktivitas antar individu satu dangan lainnya disebut dengan perilaku sosial. Begitu juga dengan kehidupan Panawangan dipengaruhi masyarakat di Desa Cinyasag Kecamatan dimana perubahan perilaku mereka juga dan mempengaruhi interaksi sosial dan keagamaam. a. Perilaku Sosial Lewin (Garna 1992), mengungkapkan “Bahwa orang akan cenderung berubah jika didekati sebagai anggota suatu kelompoknya, ia memerlukan kesepakatan dari kelompok, karena itu ia menyesuaikan tingkah laku kepada ukuran kelompok, dengan demikian akan mudah pula ia berubah jika ukuran kelompok tersebut juga berubah.18 17 Anwar, 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Penerbit Alfabeta. hlm. 51 dan 55 18 Garna, Judistira K., 1992. Teori-teori Perubahan Sosial. Bandung: Program Pascasarjana Unpad. hlm. 83. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 23 b. Arti Agama bagi Masyarakat Agama bagi manusia khususnya bangsa Indonesian merupakan unsur pokok yang menjadi kebutuhan spiritual, yang berisi kaidahkaidah yang dilarang dan menunjukkan halhal yang diwajibkan serta agama menggariskan perbuatanperbuatan yang baik dan buruk. Demikian pula bagi mahasiswa alumni pondok pesantren normanorma agama tetap diakui sebagai kaidah-kaidah suci yang bersumber dari Tuhan. Kaidah-kaidah yang digariskan dalam agama selalu baik, sebab-sabab kaidah-kaidah tersebut bertujuan untuk membimbing manusia ke arah jalan yang benar. Bagi masyarakat agama sangat diperlukan adanya pemahaman pendalaman serta ketaatan terhadap ajaran-ajaran agama yang dianut. Pada garis besarnya arti agama bagi mahasiswa alumni ini menjadi kompleks, sebab agama sesuai dengan fungsi dan tujuannya, yakni merupakan suatu subyek yang memiliki dua kondisi ialah jasmaniah dan rokhaniah. 19 Rokhaniah bertujuan memperbaiki dan meluruskan sifat tabiat watak manusia kearah tujuan yang benar. c. Perilaku Keagamaan Perilaku keberagamaan berasal dari dua kata yaitu perilaku dan keberagamaan. Perilaku menurut Kamus Besar 19 Anwarul Haq, 2012. Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia. Bandung: Marja, hlm. 80 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 24 Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dari gerak (sikap) tidak hanya dari badan ataupun ucapan.20 Sehingga perilaku itu merupakan cerminan dari kepribadian, yaitu gerak motorik yang terapresiasi dalam bentuk perilaku ataupun aktivitas. Sedangkan keberagamaan berasal dari kata agama yang diartikan sekumpulan peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk mengikuti peraturan tersebut sesuai kehendak dan pilihannya sendiri untuk mencapai kebahagiaan didunia ataupun akhirat. Dari perspektif psikologi keimanan agama dirumuskan sebagaimana terdapat dalam kitab suci, perilaku agama personal diukur dengan kegiatan, seperti sembahyang, membaca kitab suci dan perilaku lainnya yang mendatangkan manfaat spiritual.21 Jadi perilaku keberagamaan adalah aktifitas atau perilaku yang didasarkan oleh nilai-nilai agama. Perilaku keberagamaan harus dibahas karena dari perilaku tersebut menimbulkan kesadaran agama dan pengalaman agama. Kesadaran agama dapat hadir dalam pikiran dan dapat dikaji dengan intropeksi. Sedangkan pengalaman agama perasaan 20 W.J.S Poerwadarmanto, 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 431. 21 Jalaluddin Rakhmat, 2003. Psikologi Agama, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 32 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 25 yang hadir dalam keyakinan sebagai buah hasil dari keagamaan.22 d. Bentuk-bentuk Perilaku Sosial Keagamaan Pada dasarnya secara biologis manusia itu mempunyai persamaan dan perbedaan. Tetapi di sana ada dasar persatuan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan susila dan menyelaraskan antara tindakan dan susila itu. Sedangkan bentuk perilaku atau tingkah laku manusia di dunia ini banyak dan berbeda-beda. Namun dalam pembahasan ini yang sesuai dengan perilaku keberagamaan yang penulis jadikan indikator adalah aspek ibadah. Pengertian ibadah adalah hal memperhambakan diri kepada A llah dengan taat melaksanakan segala perintah dan anjuran-Nya serta menjauhi larangan-Nya karena Allah semata. Sahal Mahfudh membagi ibadah menjadi dua yaitu ibadah syakhsiyah dan ibadah ijtima ’iyah23 1) Ibadah syakhsiyah adalah bentuk ibadah yang bersifat vertikal atau langsung berhubungan dengan Allah (ibadah yang bermanfaat untuk pribadi). Meliputi: 1) Ibadah shalat; b) Ibadah puasa; dan c) haji. 22 23 Op. Cit, hlm. 45. Mahfudh, Sahal, 1994. Nuansa Fiqih Sosial, Yogyakarta: LkiS, hlm. 20. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 26 2) Ibadah ijtima ’iyah adalah ibadah (perbuatan yang ditujukan karena Allah) yang berkaitan dengan masalah masyarakat sosial. (shadaqah dan sosial kemasyarakatan). 3. Perubahan Perilaku Keagamaan pada Masyarakat a. Perubahan perilaku Bahwa perubahan perilaku dalam kelakuan religius pada diri seseorang merupakan suatu kemungkinan, baik dalam segi kualitas dan kuantitas maupun dalam segi perubahan struktur secara total. Segi kualitas yaitu perubahan nilai kelakuan religius apakah meningkat atau menurun, bermutu atau tidak bermutu. Perubahan perilaku religius seseorang merupakan suatu kemungkinan dan salah satu faktor penyebabnya adalah kultur masyarakat interaksi sosial adalah sosial antara seseorang dengan orang lain atau dengan sekelompok orang (masyarakat) maka ada titik singgung antara akibat sosial dengan perubahan perilaku keagamaan. Perubahan sosial adalah proses dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial.24 Perubahan tersebut juga merupakan gejala yang di refleksikan oleh kekuatan dari dalam misalnya: kondisi iman, kondisi psikis atau fisik, dan cultur masyarakat. Perilaku adalah 24 Adam Ibrahim Indrawijaya, 2005. Perilaku Organisasi, Cet IV. Bandung: Sinar Baru, hlm. 42. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 27 suatu yang berkaitan dengan interaksi seseorang dengan orang lain atau suatu yang lainnya, perilaku juga identik dengan tingkah laku atau akhlak kita, kepribadian yang baik dan tutur kata yang santun. Adapun keagamaan diberi pengertian sifat-sifat yang terdapat dalam agama, atau segala sesuatu mengenai agama.25 Skinner beranggapan bahwa manusia di tentukan oleh aturanaturan, bisa di ramalkan dan bisa dibawa kedalam kontrol lingkungan atau dikendalikan, skinner juga yakin bahwa tingkah laku manusia itu sebagian besar terdiri dari respon kategori kedua yakni tingkah laku operan atau instrumental, yang dilakukan oleh kejadian yang mengikuti respon. Seluruh masalah yang dihadapi dunia modern, ini adalah menyangkut tingkah laku manusia, ledakan penduduk, kejahatan, kriminalitas populasi lingkungan dan lain sebagainya. Kesemuanya berkaitan dan di tentukan oleh tindakan dan tempat tinggal manusia. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut manusia tidak hanya bisa mengandalkan kepada kimia dan fisika yang dibutuhkan adalah tingkah laku teknologi. 25 Loc. Cit. Poerwodarminta, 2003. Kamus ..., hlm. 64. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 28 Ada menurut beberapa Sidiq pandangan (Arkanudin, 2007), tentang masyarakat: masyarakat adalah kumpulan manusia yang merupakan satu kesatuan hidup yang memiliki adat istiadat dan sistem nilai serta norma yang pada dasarnya mengatur pola hubungan diantara mereka.26 Ralph Linton (1936) mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.27 Herskovits (1952), mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan yang mengikuti satu cara hidup tertentu. Gillin dan Gillin 1954 (Soekanto, 2013), menyatakan bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama.28 Adapun Garna (1992:7), mendefenisikan masyarakat sebagai suatu kelompok manusia yang menempati suatu kawasan geografis yang terlibat dalam aktivitas ekonomi, 26 Arkanudin. 2007. Perubahan Sosial Masyarakat Peladang Berpindah, Studi Kasus pada orang Dayak Ribun yang berada di sekitar PIR-Bun Kelapa Sawit Parindu Sanggau Kalimantan Barat. (Disertasi). Bandung: Program Doktor Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran., hlm. 87. 27 Linton, Ralph. 1936. The Study of Man. New York: Appleton Press, hlm. 91. 28 Loc. Cit. Soekanto, 2013. Sosilogi....., hlm. 133. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 29 politik dan juga membentuk suatu satuan yang memiliki nilainilai tertentu dan kebersamaan.29 Haviland (1988), masyarakat mempunyai arti penting bagi manusia, karena memberi identitas dan bantuan kepada para anggotanya. Dalam berbagai hal, masyarakat dituntut untuk dapat berperanan lebih nyata terhadap perubahan atau paling tidak menjadi pendukung dari sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Kesadaran yang tumbuh dalam masyarakat untuk melakukan perubahan terhadap sistem yang cenderung berorientasi pada kekuasaan, menuntut peranan yang lebih dari mahasiswa sebagai agen perubahan sosial. Sebagai masyarakat dalam bertindak dan bertingkah laku diatur oleh ajaran syari’at islam. Karenanya kita sebagai orang yang mengidentitaskan dirinya sebagai muslim hendaklah mengetahui tata cara sebagai seorang pelajar, apalagi kita yang masih berkecimpung dalam samudera ilmu pengetahuan.30 Perlu diketahui, bahwa moral, nilai-nilai agama, ataupun adab kesopanan yang harus dipelihara dan dipegangi 29 Judhistira Garna, 1992. Masyarakat Baduy di Banten, Masyarakat Terasing di Indonesia, Jakarta: Kerjasama Gramedia dan Pustaka Jaya, hlm.7. 30 Mudjab, Mahali, 2012. Etikha Kehidupan, Yogyakarta: BPFE, hlm. 214. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 30 oleh para pelajar, menghasilkan santri ilmu dan pengetahuan mahasiswa yang di dalam berguna dan bermanfa’at. Dengan demikian pada masyarakat sangat menentukan bagaimana perilaku keagamaan seorang masyarakat. Di sini masyarakat di lihat sebagai intelektual yang identik dengan kreativitas dan potensi akankah dibawa kemana, apakah dibawa kearah yang positif yaptu dengan tidak mengabaikan nilai-nilai keagamaan atau kearah yang negatif dengan tidak peduli lagi dengan nilai-nilai agama. b. Perilaku Sosial Keagamaan Perilaku sosial adalah sifat seseorang yang tercermin dalam ucapan dan tindakannya yang dilakukan sehari-hari. Perilaku Sosial juga merupakan tingkah laku manusia yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Weber seorang jerman dan juga salah satu tokoh sosiologi pada tahun (1864-1920) yang mana bentuk perilaku sosial timbal balik. Gejala itu kemudian tercermin pada pengertian sosial yang mana para individu secara mutual mendasarkan perilakunya pada perilaku yang diharapkan oleh pihak-pihak lain.31 31 Soerjono Soekanto, 2002. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 9. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 31 Sehingga dari kesimpulan yang tersebut diatas dapat di jelaskan bahwa perilaku sosial keagamaan adalah sifat seseorang yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang sifat tersebut tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat. Agama berasal dari bahasa sansekerta yang tersusun dari A= tidak gam= tidak teratur atau kocar-kacir jadi agama berarti tidak kocar-kacir atau juga bisa disebut teratur. Definisi agama sebenarnya sudah banyak yang merumuskan, namun satu sama lain ada segi segi kesamaannya.32 Agama merupakan sesuatu yang sangat sakral bagi pemeluknya, ajarannya memberikan petunjuk bagi kehidupan manusia di muka bumi mulai dia lahir hingga sampai dia mati dan sampai manusia itu di bangkitkan kembali sepanjang itulah agama mempunyai peran dan fungsi yang nyata bagi kehidupan manusia itu sendiri baik bagi individu maupun bermasyarakat, dengan agama manusia akan selalu terkontrol dari segala perbuatan yang dapat merugikan diri dan masyarakat, karena dalam hal ini agama berfungsi sebagai pengontrol perilaku manusia dan masyarakat untuk selalu berhati-hati dalam menjalani kehidupannya, agama juga mengajarkan mana yang 32 Dadang Kahmad, 2006. Sosiologi Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm.54. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 32 hak dan mana yang batil, mana yang baik dan mana yang buruk dalam hal ini manusia yang mempunyai keyakinan yang tinggi dalam beragama dia akan menjadi hamba Tuhan yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan yang maha esa. Perubahan sosial pada pola pergeseran perilaku keagamaan yang sangat nampak terjadi sekarang ini dalam suatu masyarakat adalah perubahan sosial keagamaan dikalangan mahasiswa alumni pondok pesantren. Dimana para mahasiswa alumni seperti sekarang ini mengalami perubahan ditingkat perilaku keagamaan. Perkembangan kemajuan teknologi terkadang juga terasa sebagai suatu perubahan nilai sosial dan keagamaan yang mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku keagamaan pada mahasiswa alumni pondok pesantren. Perkembangan sosial selalu diiringi dengan perilaku sosial antar sesamanya dan selalu diikuti dengan perkembangan lainnya, seperti fisik, perkembangan bicara, perkembangan emosi, penyesuaian sosial, perkembangan moral dan perkembangan kepribadian. Akan tetapi disini lebih difokuskan perhatiannya kepada perkembangan perubahan sosial yang mengarah pada perubahan perilaku keagamaan. Karena perubahan perilaku sosial merupakan sosialisasi untuk mendapatkan perilaku yang baik maupun yang buruk.33 33 Soejitno Irmim, 2008. Menjadi Insan Kamil, (Bandung: Seyma Media, hlm. 3-4. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 33 Berikut ini, Jamaludin Kaffie, (2003) medekripsilan pengertian perilaku sosial yang identik dengan tingkah laku, akhlak, dan budi pekerti, adalah sebagai berikut:34 1) Tingkah laku adalah semua proses (yaitu keadaan jiwa yang timbul dari nilai-nilai seseorang kemudian di terima oleh panca indra dan selanjutnya menimbulkan satu keputusan), yang merupakan dasar pembentukan sikap yang akhirnya melalui ambang terjadinya tindakan. Hal ini merupakan wujud dari nilai-nilai dan sikap seseorang untuk memiliki tingkah laku yang baik dalam masyarakat, yang dibentuk untuk memiliki kepribadian jiwa dan akhlak yang mulia. Tingkah laku seseorang terbentuk atas dasar jiwanya sendiri yang muncul sebagai suatu kepribadian seseorang. Jadi setiap seseoranglah yang membentuk karakter tingkah lakunya sendirisendiri. 2) Budi pekerti adalah perbuatan dan hasil rasio dan rasa yang di manifestasi pada kasta dan tingkah laku masyarakat.35 Budi pekerti merupakan perbuatan yang kita lakukan seharihari di lingkungan masyarakat, yang mana perbuatan tersebut mencerminkan perilaku kita sehari-hari. 3) Akhlak menurut Ibnu Maskawih seorang tokoh islam 34 35 Jamaludin Kaffie, 2003. Psikologi Dakwah . Surabaya: Indah, hlm.48 Djamaludi Rahmat, 2005. Sistem Etika Islam. Surabaya: Pustaka Islam, hlm. 26 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 34 terkemuka dari timur tengah yang terkenal dengan akhlak dan budi pekertinya. Mengartikan akhlak merupakan keadaan gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan tidak mengahajatkan pikiran.36 Dari pengertian ini diketahui akhlak merupakan suatu penentu tindakan seseorang untuk mengambil ataupun memilih keputusan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Untuk melakukan proses perubahan masyarakat yang ingin merubah tindakan perilaku dari segi positif ke segi negatif karena suatu hal baru yang masuk kedalam lingkungan masyarakat sekitar mereka. Dari sini dapat diketahui bahwa seseorang individu menentukan perbuatan mana yang akan di pilih antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang tidak baik. Dengan demikian perilaku masyarakat yang seharusnya memberikan contoh yang baik terhadap masyarakat, bukan malah memberikan contoh yang negatif. C. Kerangka Berfikir Analisis Perubahan perilaku SosialKeagamaan Kerangka analisis perubahan sosial-keagamaam adalah kerangka analisis dasar yang merupakan suatu jaringan atau 36 Suparman Syukur, 2004. Etika Religius. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, hlm. 265 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 35 matriks untuk mengumpulkan data ditingkat mikro dalam suatu komunitas atau rumahtangga. Kerangka perubahan perilaku biasanya dipakai oleh penganut aliran ilmu sosial konflik yang memusatkan perhatian pada pergeseran pola sosial yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi. 1. Fungsi Agama dalam kehidupan Individu Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum, norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku. agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas yang membentuk sistem nilai dalam diri individu adalah agama dan segala bentuk simbol-simbolnya. Mujizat, magis, maupun upacara spiritual sangat berperan membentuk sistem nilai dalam diri seseorang. Setelah terbentuk, maka seseorang serta merta mampu menggunakan sistem nilai ini dalam memahami, mengevaluasi, serta menafsirkan situasi dan pengalaman. Dengan kata lain, sistem nilai yang dimilikinya terwujud dalam bentuk norma-norma tentang sikap diri. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 36 Nilai adalah daya pendorong dalam kehidupan manusia, yang memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang. Dilihat dari fungsi dan peran agama dalam memberi pengaruhnya terhadap individu baik dalam bentuk sistem nilai, motivasi maupun pedoman hidup, maka pengaruh yang paling penting adalah sebagai pembentuk kata hati. Pada diri manusia telah ada sejumlah potensi untuk memberi arah dalam kehidupan manusia. Potensi tersebut antara lain: 1) Hidayat Al ghaziyyat (naluriah), 2) Hidayat Al hiss yyat (indrawi); 3) Hidayat Al aqliyyat (nalar); 4) Hidayat al-Diniyyat (agama)37 Melalui pendekatan ini, maka agama sudah menjadi potensi fitrah yang dibawa sejak lahir. Karena itu, pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses dan rasa puas. Perasaan positif ini lebih lanjut akan menjadi pendorong untuk berbuat. Agama dalam kehidupan individu selain menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan. Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai memiliki unsur kesucian, serta ketaatan. 37 Kaelany, HD, 2000. Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan Jakarta: Bumi Aksara, hlm.9 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 37 Ketaatan ini akan memberi pengaruh pada diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan agama sebagai nilai etika, maka dalam melakukan suatu tindakan, seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran agamanya. Sebaliknya, agama juga memberi harapan bagi pelakunya, di mana seseorang yang melaksanakan perintah agama karena adanya suatu harapan terhadap pengampunan dari Allah swt. Tujuan Analisis Perubahan perilaku sosial-keagamaan adalah mengidentifikasi pergeseran pola sosial-ekonomi (gaya hidup, pola konsumsi dan interaksi terhadap masyarakat dan keluarga), mengetahui latar belakang adanya perubahan perilaku dan merumuskan masalah akibat adanya perubahan sosial-ekonomi. Analisis ini merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk mempertimbangkan dampak suatu kegiatan atau aktivitas yang mungkin terjadi pada perempuan mantan pekerja migran, dampak keberlangsungan hidup keluarga dan dampak sosial ekonomi di masyarakat. Teknik analisis menggunakan analisis kualitatif model interaktif dari Miles dan Huberman. Dengan proses kerja analisis tiga alur yaitu: mereduksi data, menyajikan data dan penarikan kesimpulan, diamana ketiganya dilaksanakan bersamaan sebagai sesuatu yang terkait dan interaktif pada saat, Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 38 selama, dan sesudah pengumpulan informasi dan data. Untuk tekhnik pengecekan validitas data menggunakan triangulasi. 2. Faktor-faktor yang memengaruhi Perilaku Keagamaan Dalam menganalisa perubahan perilaku sosial keagamaam pada masyarakat terdapat beberapa kategori yang terkait, diantaranya adalah pembentukan perilaku keagamaan tidak terjadi dengan sendirinya. Pembentukan keagamaan senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan objek tertentu. Sehingga perilaku itu dapat dipelajari dan dapat berubah sesuai dengan objek tertentu kemungkinan bisa muncul adanya perilaku yang positif dan perilaku yang negatif. Pembentukan perilaku manusia tidak dapat terjadi dengan sendirinya akan tetapi selalu berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan obyek tertentu. Sebagaimana dikatakan Jalaluddin bahwa perilaku keagamaan terbentuk dari dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.38 a. Faktor Intern Faktor intern adalah faktorfaktor yang timbul dalam diri individu sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang datang dari luar individu. Faktor intern adalah faktor yang 38 Loc, Cit. Jalaluddin Rakhmat, 2003. Psikologi ........, hlm. 99. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 39 berasal dari dalam diri manusia itu, yaitu selektifitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri, atau minat perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya itu. Faktor intern ini meliputi:39 1) Pengalaman pribadi Semua pengalaman yang dilalui orang-orang sejak lahir adalah pengalaman pribadinya. Menurut Zakiah Daradjat (1982), bahwa pengalaman pribadi termasuk pengalaman beragama, maka dalam pembentukan sikap dan perilaku keagamaan hendaknya ditanamkan sendiri mungkin dalam pribadi seseorang, yakni sejak dini dalam kandungan. 2) Pengaruh emosi Menurut Syamsu Yusuf (2000), emosi adalah warna afektif yang menyertai sikap keadaan atau perilaku individu. Yang dimaksud dengan warna afektif adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami seseorang pada saat menghadapi suatu situasi tertentu. Contohnya: gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci dan sebagainya.40 Zakiah Daradjat (1982) menyatakan bahwa sesungguhnya emosi memegang peranan penting dalam sikap 39 Zakiah Daradjat 1982. Peran Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang, hlm. 114. 40 Syamsul Yusuf LN, 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT. Remaja Rosdakarya, hlm. 115 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 40 dan tindak agama. Tidak ada satu sikap atau tindak agama seseorang emosinya. yang dapat dipahami, tanpa mengindahkan 41 Oleh karena itu, jika seseorang sedang tidak stabil emosinya maka perasaannya tidak tentram, keyakinannya terlihat maju mundur, pandangan terhadap agama dan Tuhan aka berubah sesuai dengan kondisi emosinya pada waktu itu. Jadi, emosi menentukan arah di mana tingkah laku individu turut mengambil bagian dalam setiap situasi kehidupan. 3) Minat Minat adalah “kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar”. Seseorang yang mempunyai minat terhadap suatu objek yang dilakukannya, maka ia akan berhasil dalam aktivitasnya karena aktivitas tersebut dilakukan dengan perasaan senang dan tanpa paksaan. Adapun minat pada agama antara lain tampak dalam keaktivan mengikuti berbagai kegiatan keagamaan, membahas masalah agama dan mengikuti pelajaran agama di sekolah. Misalnya seseorang yang mempunyai minat terhadap pendidikan agama Islam, maka ia akan selalu mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan begitu ia akan 41 Loc, Cit. Zakiah Daradjat 1982. Peran ...., hlm 77 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 41 berusaha mentaati segala peraturan yang terdapat dalam agama tersebut.42 Menurut Jalaluddin Rakhmat (1992), bahwa faktor internal ini digaris besarkan menjadi dua yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktorfaktor sosiopsikologis. Bahwa warisan bio-manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh memori biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. Begitu besarnya pengaruh warisan biologis ini sampai muncul aliran baru yang memandang segala kegiatan manusia, termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya. Aliran ini menyebut dirinya sebagai aliran sosiobiologi. 43 Faktor sosiopsikologis manusia sebagai makhluk sosial memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif. Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia, komponen afektif 42 Soegarda Poerbakawatja & Harahap 1982. Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung , hlm. 214.. 43 Loc, Cit. Jalaluddin Rakhmat, 2003. Psikologi ........, hlm. 34. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 42 merupakan aspek emosional dan komponen konatif adalah aspek yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak 44. b. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah hal-hal atau keadaan yang di luar diri individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah perilaku. Dalam hal ini dapat terjadi secara langsung. Artinya adanya hubungan secara langsung antara individu dan individu yang lain, antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok. Pembentukan perilaku dapat terjadi melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman, yang ditempuh melalui hal berikut:45 1) Interaksi Interaksi adalah hubungan timbal balik antara orang perorangan, antara kelompok dengan kelompok atau antara orang perorangan dengan kelompok Apabila dua orang bertemu, berinteraksi, maka akan terjadi saling pengaruh mempengaruhi baik dalam sikap atau perilaku baik yang berhubungan dengan kehidupan sosial maupun keagamaan.46 44 Ibid. Walgito, Bimo.2002, Psikologi Umum .Yogyakarta: Andi, hlm. 120. 46 Loc, Cit. Soekanto, Soekanto. 194. Sosiologi ....., hlm. 67. 45 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 43 2) Pengalaman Setiap manusia pasti mempunyai pengalaman pribadi masing-masing tentang pengalaman. Zakiah Daradjat (1982) menyatakan, bahwa semua pengalaman yang dilalui orang sejak lahir merupakan unsur-unsur pembentukan pribadinya, termasuk di dalamnya adalah pengalaman beragama.47 Oleh karena itu pembentukan perilaku keagamaan hendaknya ditanamkan sejak dini mungkin dalam pribadi seseorang yakni sejak dalam kandungan.48 Hal ini karena semakin banyak unsur-unsur agama dalam diri seseorang maka sikap, tindakan, tingkah laku dan cara seseorang menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama. 3. Analisis Dampak Siklus Kegiatan Berusaha untuk menelaah kegiatan dari informasi yang telah diperoleh. Proses yang dipakai adalah mempertanyakan bagaimana proses keberlangsungan hidup keluarga setelah pulang dari negara tempat bekerja. Siklus kegiatan yang akan ditanyakan secara terperinci adalah melalui analisis keadaan, mulai dari keadaan sebelum dan sesudah perubahan. 47 48 Loc, Cit. Zakiah Daradjat 1982. Peran ...., hlm 11 Hasyim, Umar,1983, Cara Mendidik Anak dalam Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu, hlm. 15. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 44 4. Kerangka Berfikir Penelitian Perubahan perilahu Sosial keagamaam di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis” dijelaskan pada gambar. 1 berikut: INPUT 1.Orang akan cenderung berubah jika dide kati sebagai ang-gota suatu kelom-poknya, ia memer-lukan kesepakat-an dari kelompok, karena itu ia menye-suaikan tingkahla-ku kepada ukuran ke-lompok, dengan demikian ia akan mudah berubah jika ukuran kelompok tsb,. juga berubah. (Lewin: Garna 1992), 2.a.Agama sebagai insti-tusi yang meng hambat proses perubahan sosial. b.Agama sebagai unsur penting yg mempercepat perubahan sosial. (Martono, 2013) Faktor-faktor Perubahan suatu masyarakat dapat terjadi akibat: - pertumbuhan penduduk, - penerapan teknologi baru, - kontak dengan budaya luar, - gerakan sosial, (emansipasi) - kejadian alam; (Adiwikarta, 1988) Perubahan sosial bisa timbul: - dengan sendirinya, - direncanakan (Anwar, 2007) Dampak 1. Kecenderungan respon sosial individu meliputi: -peranan, -sosiometrik -ekspresi. 2.Kategori periku keagmaan: -Ibadah syakhsiyah Shalat-puasahaji. -Ibadah ijtima’iyah (shadaqah&sosial kemasyarakatan). Mahfudh, 1994 Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 45 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 46 BAB III METODE PENELTIAN A. Jenis, Metode, dan Objek Penelitian 1. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, kepercayaan orang yang akan diteliti dan kesemuanya tidak dapat di ukur dengan angka. Pendekatan kualitatif yaitu suatu pendekatan yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti,49 Teori yang digunakan dalam penelitian tidak dipaksakan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang telah diteliti.50. Dalam penelitian kualitatif mewakili jumlah, tidak menggunakan intensitas atau alat-alat frekuensi. yang Peneliti menggunakan dirinya sendiri sebagai perangkat penelitian, 49 Bogdan, R. and Taylor, S.J. 1985. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Pustaka Utama., hlm. 5. 50 Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra., hlm. 24 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 47 mengupayakan kedekatan dan keakraban antara dirinya dengan obyek atau subyek penelitiannya. Meleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.51 Dalam hal ini adalah untuk mendapatkan data deskriptif mengenai perubahan perilaku sosial keaganaan di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis. Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka.52 Menurut Sugiyono, (2005) penelitian kualitatif berfunsgi untuk mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif 51 Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk IlmuIlmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, hlm. 9. 52 Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Meode Penelitian Pendidikan. Bandung; Remaja Rosdakarya., hl. 21. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 48 ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci.53 2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sulistyo Basuki, penelitian deskriptif yaitu penelitian yang mencoba mencari penjelasan yang tepat dan cukup dari semua aktifitas, obyek, proses dan manusia. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan fakta, identifikasi dan meramalkan hubungan dalam dan antara variabel.54 Menurut Arikunto (2010) bahwa penelitian deskriptif yaitu mengumpulkan data berdasarkan faktor-faktor yang menjadi pendukung terhadap objek penelitian, kemudian menganalisa faktor- faktor tersebut untuk dicari peranannya.55 Dalam penelitian ini desain metode yang digunakan adalah analisis kualitatif yaitu merangkum sejumlah data besar yang masih mentah menjadi informasi yang dapat 53 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta., hl, 43. 54 Loc. Cit. Sulistyo-Basuki. 2006. Metode....., hlm. 31 55 Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta., hlm. 151. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 49 diinterpretasikan. Data yang dimaksud adalah hasil wawancara mendalam dengan masyarakat Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis. 3. Objek dan Subjek Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang dimaksud subjek penelitian adalah informan yang memberikan data penelitian melalui wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis yang terdiri dari para tokoh, pamong Desa, guru. Sementara objek penelitian adalah masyarakat Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis. Informan dalam penelitian kualitatif menggunakan teknik purposive sampling, yaitu cara penentuan informan yang ditetapkan secara sengaja atas dasar kriteria atau pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini, pemilihan informan didasarkan kriteria dengan urutan sebagai berikut: a. Tokoh masyarakat b. Ulama c. Pamong Desa Peneliti menambahkan para pelaku usaha yang mengelola pendidikan sebagai informan pendukung dalam penelitian ini. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 50 4. Jenis dan Sumber Data Dalam setiap penelitian, selain menggunakan metode yang tepat juga diperlukan kemampuan memilih metode pengumpulan data yang relevan. Data merupakan faktor penting dalam penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. a. Data primer Sumber data primer, menurut Arikunto, (2010) adalah data yang diperoleh secara langsung dengan penelitian melalui wawancara mendalam, pengamatan langsung serta peneliti terlibat. Dalam penelitian ini pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan tujuan tertentu dengan syaratsyarat yang harus dipenuhi.56 b. Data Sekunder Sumber sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literature. Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari berbagai literature yang berhubungan dengan perubahan perikau sosial keagamaam di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis. 56 Op. Cit. Arikunto, hlm. 183. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 51 5. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam Penelitian ini peneliti mengambil lokasi di di Desa Cinyasag kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis. Sehubungan dengan peneliti disini memakai metode penelitian kualitatif yang membutuhkan waktu yang lama untuk menggali data dari informan agar mendapat data yang valid. Dan Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu bulan Juni-September 2015. B. Variabel Penelitian Ibnu Hajar (1999) mengartikan variabel adalah objek pengamatan atau fenomena yang diteliti.57 Untuk hal itu, Suharsimi Arikunto (210) menjelaskan bahwa variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.58 Sutrisno Hadi (1982), menjelaskan bahwa variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi, perlakuan, atau tindakan yang dapat memengaruhi hasil eksperimen.59 57 Ibnu, Hajar, 1999, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam. Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, hlm. 156... 58 Loc. Cit. Arikunto, S. 2010. Prosedur...., hlm. 199. 59 Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi Research I, Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM, hlm. 437. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 52 Sesuai dengan penelitian ini berjudul “Perubahan Perilaku Sosial Keagamaam di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis”, maka variabel penelitian ini adalah: 1. Varibel bebas (variabel X) Variabel bebas,menurut Sangadji, dkk. (2010) bisa disebut variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain.60 Menurut Tahir, (2011) variabel ini dapat diberi masukan, dimanipulasi. Variabel ini dianggap dapat menyebabkan, mengakibatkan atau memengaruhi hasil tersebut.61 Variabel bebas atau independent kadang-kadang disebut variabel prediktor, treatment, stimulus, penyebab, input dan lain-lain adalah variabel yang dimanipulasi untuk mengamati efeknya terhadap variabel tergantung, selanjutnya disebut Variabel X. Pariabel X dalam penelitian ini mengacu pada pernyaan Adiwikarta, (1988), masyarakat dapat terjadi akibat: bahwa perubahan suatu 62 a. pertumbuhan penduduk, b. penerapan teknologi baru, 60 Sangadji, Etta Mamang., dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan. Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi., hlm. 136. 61 Tahir, M. 2011. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar, Makassar., hlm. 33. 62 Loc. Cit. Adiwikarta,1988, Sosiologi...., hlm. 57., Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 53 c. kontak dengan budaya luar, d. gerakan sosial, (emansipasi) e. kejadian alam; 2. Variber terikat (variabel Y) Variabel terikat atau variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen, menurut Sangadji, dkk (2010), variabel ini adalah hasil atau akibat dari bagaimana variabel bebas dimanipulasi. Variabel tergantung atau terikat atau dependent disebut variabel akibat atau output adalah variabel yang diukur untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas, selanjutnya disebut variabel Y. Pariabel X dalam penelitian ini mengacu pada pernyataan Mahfudh, (1994), bahwa kecenderungan respon sosial indi-vidu meliputi: peranan, sosiometrik ekspresi. Adapun kategori periku keagmaan, terdiri atas:63 a. Ibadah syakhsiyah, yaitu shalat, puasa, haji. b. Ibadah ijtima’iyah (shadaqah dan sosial kemasyarakatan). 3. Variabel Moderating Variabel moderating adalah varaibel mediasi yang sudah diidentifikasi, diukur dan dipertanggungjawabkan untuk memengaruhi keterkaitan variabel independent dan dependent. 63 Loc. Cit. Mahfudh, Sahal, 1994. Nuansa ....., hlm. 20. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 54 Kedudukan variabel moderating adalah memoderasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Menurut Sugiyono (2011) varibel moderator dapat menentukan kuat, lemahnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terkait.64 Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (Memperkuat dan Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat. Variabel Moderator disebut juga Variabel Independen Kedua. Dengan demikian variabel moderating memberi efek memperlemah pengaruh. Dalam penenelitian yang diangap turut memengaruri perubahan perilaku sosial keagamaam di Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis. Sebagaimana dikatakan Jalaluddin bahwa perilaku keagamaan terbentuk dari dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.65 Faktor intern ini meliputi:66 a. Pengalaman pribadi; b. Pengaruh emosi; dan c. Minat 64 Loc. Cit. Sugiyono. 2010. Metode....., hlm, 62. Loc, Cit. Jalaluddin Rakhmat, 2003. Psikologi ........, hlm. 99. 66 Loc. Cit. Zakiah Daradjat 1982. Peran...., hlm. 114. 65 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 55 Adapun faktor eksternal, dalam pembentukan perilaku dapat terjadi melalui: 1) hasil belajar dari interaksi, dan 2) pengalaman, yang ditempuh melalui hal berikut:67 Oleh karena itu pembentukan perilaku keagamaan hendaknya ditanamkan sejak dini mungkin dalam pribadi seseorang yakni sejak dalam kandungan.68 Hal ini karena semakin banyak unsur-unsur agama dalam diri seseorang maka sikap, tindakan, tingkah laku dan cara seseorang menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama. Apabila digambarkan, kedua varibel tersebut, adalah sebagai berikut: Varibel Y Ibadah syakhsiyah: puasa, haji. Varibel X Varibel Moserator shalat, Ibadah ijtimaiyah (shodakoh dan sosial kemasyarakatan Gambar: 2.1 Variabel Penelitian 67 68 Loc. Cit. Walgito, Bimo.2002, Psikologi...., hlm. 120. Hasyim, Umar,1983, Cara Mendidik Anak dalam Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu, hlm. 15. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 56 C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data perlu dilakukan dengan tujuan agar mendapatkan data-data yang valid dalam penelitian. Peneliti menggunakan metode sebagai berikut : 1. Observasi Peneliti mengumpulkan data melalui pengamatan langsung di tempat penelitian. Peneliti mengamati perilaku Sosial keagamaan, dan masyarakat, serta aktifitas masyarakat yang terjadi di Desa Cinayasag. Hasil pengamatan digunakan peneliti sebagai informasi tambahan dalam penelitian. 2. Wawancara Menurut Moleong (Herdiansyah, 2010) bahwa; wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak.69 Yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan berkenaan perubahan perilaku sosial keagamaan. Hasil wawancara digunakan peneliti sebagai sumber data utama dalam penelitian ini. 69 Loc. Cit. Herdiansyah 2012. Metode Penelitian......, hlm. 118. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 57 3. Metode Dokumentasi Peneliti menggunakan metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mencari dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian. Dokumen dalam penelitian ini dapat berupa gambar, potensi Desa, dan dokumen lainnya yang dapat membantu mempercepat proses penelitian. D. Teknik Pengolahan Data Dalam penelitian ini, data yang telah terkumpul akan diolah dan pengolahan data dilakukan dengan triangulasi, reduksi, penyajian data, penarikan kesimpulan. 1. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data sebagai pembanding terhadap data tersebut. Terdapat tiga macam triangulasi yaitu triangulasi dengan sumber, triangulasi dengan teknik, dan triangulasi waktu. Pada penelitian ini penulis menggunakan triangulasi dengan menggunakan sumber yaitu dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Pada penelitian ini, untuk menguji kredibilitas data pemanfaatan koleksi e-book, maka data yang diperoleh diujikan kepada pemustaka yang merupakan subyek dari penelitian serta disesuaikan dengan teori-teori yang ada. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 58 2. Reduksi Reduksi yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok, dan memfokuskan pada hal-hal penting. Dengan begitu, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada pemanfaatan koleksi e-book yang dilakukan oleh pemustaka 3. Penyajian Data Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Data disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Data disajikan dengan mengelompokkan sesuai dengan sub bab masing-masing. 4. Penarikan Kesimpulan Setelah data di sajikan, langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan. Setelah menjabarkan berbagai data yang telah diperoleh, peneliti membuat kesimpulan yang merupakan hasil dari suatu penelitian. E. Teknik Analisis Data Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dalam menganalisis data. Data yang diperoleh melalui wawancara dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisis deskritif kualitatif yaitu dengan cara data yag diperoleh dari hasil wawancara dengan informan Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 59 dideskritifkan secara menyeluruh. Data wawancara dalam penelitian adalah sumber data utama yang menjadi bahan analisis data untuk menjawab masalah penelitian. Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan. Setelah melakukan wawancara, peneliti membuat transkip hasil wawancara dengan cara memutar kembali rekaman wawancara kemudian menuliskan kata- kata yang sesuai dengan apa yang ada direkaman tersebut. Setelah peneliti menulis hasil wawancara ke dalam transkip, selanjutnya peneliti membuat reduksi data dengan cara abstraksi, yaitu mengambil data yang sesuai dengan konteks penelitian dan mengabaikan data yang tidak diperlukan. Penelitian kualitatif harus memiliki kredibilitas sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Kredibilitas adalah keberhasilan mencapai maksud mengeplorasikan masalah yang majemuk atau keterpercayaan terhadap hasil data penelitian. Dalam upaya untuk menjaga kredibilitas dalam penelitian menurut Sugiyono, (2012) adalah melalui langkahlangkah sebagai berikut:70 70 Loc. Cit. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian., hlm, 270. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 60 1. Perpanjangan pengamatan Peneliti kembali ke lapangan untuk melakukan pengamatan untuk mengetahui kebenaran data yang diperoleh maupun menemukan data baru. 2. Meningkatkan ketekunan Melakukan pengamatan secara lebih cermat. Dengan meningkatakan ketekunan, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang ditemukan benar atau salah. 3. Triangulasi Pengecekan data sebagai sebagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. 4. Analisis kasus negatif Peneliti mencara data yang berbeda dengan data yang ditemukan. Apabila tidak ada data yang berbeda maka data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. 5. Menggunakan bahan referensi Bahan referensi yang dimaksud adalah sebagai pendukung data yang ditemukan, sebagai contoh data hasil wawancara perlu didukung adanya rekaman wawancara. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 61 6. Menggunakan member check Mengadakan kesepakatan dengan informan bahwa data yang telah diterima sudah sesuai dengan hasil wawancara. Apabila data sudah benar maka data sudah dianggap valid, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data agar penafsiran akan data yang diperoleh dapat disepakati. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 62 BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Desa Cinyasag a. Letak Geografis Desa Cinyasag adalah salah satu wilayah administratif di Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis dengan luas wilayah 479.749 Ha atau 11.993 Km2, dengan kepadatan 85 jiwa/Ha atau 467 jiwa/Km2. Jarak dari Desa Cinyasag ke Ibu Kota Kecamatan ± 3 KM, jarak ke ibu Kota Kabupaten Ciamis ± 35 KM dan jarak ke ibu Kota Provinsi Jawa Barat ± 175 KM. Kondisi wilayah Desa Cinyasag sebagaian besar adalah tanah miring. Wilayah Desa Cinyasag dilalui jalan raya Propinsi yang menghubungkan Kota Tasikmalaya dengan Kota Cirebon, Batas wilayah Desa Cinyasag adalah sebagai berikut : 1) Sebelah Utara berbatasan Desa Gardujaya dan Giri Jara 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Panawangan 3) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Indragiri 4) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jagabaya Desa Cinyasag terbagi dalam 7 Dusun 16 RW dan 48 RT, sebagian penduduknya bekerja sebagai petani. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 63 Seluruh penduduk sudah dapat memanfaatkan penerangan listrik dan memasak dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah. Masih terdapat lahan terbuka hijau untuk persawahan dengan tingkat kesuburan tanah sedang, hasil dari bercocok tanam hanya dikonsumsi sendiri dan tidak dijual. Aktivitas warga dihubungkan dengan jalan beraspal dan ditunjang sarana transportasi ojeg. Penduduknya beragama Islam, sehingga kehidupan spiritual mereka diisi dengan acaraacara pengajian yang dilaksanakan secara rutin pada setiap minggunya. b. Kependudukan Jumlah penduduk Desa Cinyasag pada Desember 2012 sebanyak 5.610 jiwa atau 1.728 KK, terdiri dari 2.708 lakilaki dan 2.902 perempuan dengan Rasio Jenis Kelamin (RJK) sebesar 98, artinya dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Jumlah penduduk usia produktif (15– 64 tahun) sebesar 3.622 jiwa atau 64,60 % dari jumlah penduduk, dengan Rasio Beban Tanggungan (RBT) Usia Produktif sebesar 64, artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 64 penduduk usia non produktif. Komposisi penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut: Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 64 Tabel 4.1 Penduduk Desa Cinyasag Berdasarkan Kelompok Umur N O KELOMPOK JENIS KELAMIN UMUR LK PRP JUMLAH JIWA/OR G PERSE NTASE (%) 1. 0 – 12 bulan 22 44 66 1.2 2. 1 – 4 Tahun 154 184 338 6.0 3. 5 – 6 Tahun 91 98 189 3.4 4. 7 – 12 Tahun 212 266 478 8.5 5. 13–15 Tahun 71 94 165 2.9 6. 16–18 Tahun 89 72 161 2.9 7. 19–25 Tahun 502 509 1011 18.0 8. 26–35 Tahun 467 415 882 15.7 9. 10. 36–45 Tahun 341 353 694 12.4 46–50 Tahun 165 181 346 6.2 51–60 Tahun 288 240 528 9.4 61–65 Tahun 145 181 326 5.8 66–75 Tahun 99 155 254 4.5 76< Tahun 62 109 171 3.0 JUMLAH 2708 2902 5610 100 11. 12. 13. 14. Sumber: Laporan Potensi Desa Cinyasag 2014 Jumlah penduduk Angkatan Kerja sebesar 3.948 orang dan Angka Reit Partisipasi Angkatan Kerja (RPAK) sebesar 39, artinya pada setiap 100 penduduk usia kerja terdapat 39 orang penduduk yang telah bekerja, hal ini melukiskan bahwa tingkat pengangguran di komunitas Cinyasag cukup tinggi. Berdasarkan laporan Kependudukan Desa Cinyasag 2014, terdapat 748 penduduk usia 16–65 tahun yang tidak memiliki Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 65 pekerjaan atau pengangguran, yang terdiri dari pengangguran tetap sebesar 330 jiwa dimana mereka tidak mempunyai mata pencaharian sama sekali. Yang termasuk dalam kelompok ini digambarkan oleh Kepala Desa (Bapak ASP): “Pengangguran di Desa Cinyasag kebanyakan adalah anak-anak muda yang telah selesai menamatkan pendidikan sekolah Lanjutan Atas atau putus sekolah tetapi tidak tertampung dalam lapangan pekerjaan karena tidak memilki keterampilan.71 2. Peta Sosial, dan Ekonomi Desa Cinyasag a. Sumber Daya Lokal Sumber daya lokal yang ada di Desa Cinyasag bisa dilihat dari: 1) Sumber daya alam Sumber daya alam (lahan yang tersedia), kepemilikan aset tempat tinggal dan produksi, sumber daya manusia (SDM), dan kepemilikan kendaraan bermotor yang bernilai ekonomis. Dari luas wilayah Lahan yang tersedia 479.749 Ha, telah dipergunakan untuk pemukiman umum 89 Ha, pertanian sawah 202 Ha, lading/tehalan 56, 3949 ha, pekuburan 3.1 Ha. dan perkantoran dan sekolah 2.3 Ha. 71 Wawancara Responden-1 (tanggal 3 Agustus 2015) Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 66 Dilihat dari kepemilikan tempat tinggal, penduduk yang telah mempunyai rumah sendiri sebanyak (1628 KK). 2) Sumber daya manusia Sumber daya manusia atau tenaga kerja (usia produktif) di komunitas Desa Cinyasag cukup potensial. Meskipun sebagian besar penduduk berpendidikan relatif rendah, akan tetapi penduduk yang telah berhasil menamatkan SMA juga cukup besar, yaitu sebanyak 33,71 %, dan penduduk yang memiliki jenjang pendidikan di atas SMA sebanyak 11,17 %, hal tersebut memungkinkan mereka memiliki daya saing untuk memasuki lapangan pekerjaan di sektor formal. Kelompok ini kebanyakan adalah warga yang tinggal di kompleks-kompleks perumahan. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok pengangguran tidak kentara berjumlah 523 jiwa, mereka adalah yang bekerja tetapi tidak tetap atau musiman, seperti buruh bangunan, tukang gali sumur, buruh angkut, buruh tani, dan para pekerja borongan. Penduduk Desa Cinyasag berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut: Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 67 Tabel 4.2 Penduduk Cinyasag Berdasarkan Tingkat Pendidikan NO 1 TINGKAT PENDIDIKAN 2 JUMLAH (ORANG) 3 PERSENTASE (%) 4 1. Tidak Tamat SD 56 1 2. Tamat SD 2250 49 3. Tamat SLTP 1206 27 4. Tamat SLTA 907 20 5. Akademi / D3 52 1 6. S1 / Sarjana 149 1 7. S2 24 0 8. S3 5 0 4.759 100 JUMLAH Catatan: Jumlah Penduduk Seluruhnya = 5.610 Jumlah Penduduk usia 0-12 Tahun = 1.071 Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan= 4.539 Sumber: Laporan Potensi Desa Cinyasag 2014 Tabel di atas menunjukan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Cinyasag masih relatif rendah dimana penduduk yang menamatkan SD dan tidak melanjutkan ke tingkat SLTP cukup tinggi yaitu sebanyak 2.290 jiwa atau 40,81 %. Sedangkan penduduk yang menamatkan pendidikan SLTP tetapi tidak melanjutkan ke SMA berjumlah 907 jiwa atau 17,92 %. Relatif rendahnya tingkat pendidikan penduduk berpengaruh pada Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 68 kecilnya kesempatan untuk bisa bersaing memperoleh lapangan pekerjaan di tingkat lokal yang jumlahnya sangat terbatas, terlebih dalam komunitas masyarakat Cinyasag juga tercatat 56 jiwa yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Komunitas penduduk Desa Cinyasag seluruhnya beragama Islam (100 %), (Data Potensi Desa BPS Kabupaten Ciamis 2014). b. Struktur Sosial Struktur sosial komunitas masyarakat Cinyasag dicirikan oleh adanya sistem pelapisan sosial yang terjadi di dalamnya. Pelapisan sosial yang terbentuk dapat diamati dalam bentuk kelompok-kelompok yang memiliki minat tertentu didasarkan pada: 1) Jabatan yang disandang baik formal maupun informal. Jabatan formal seperti perangkat Desa, pengurus RW dan pengurus RT. Sedangkan jabatan informal seperti orang yang duduk dalam kepengurusan organisasi baik organisasi keagamaan atau tokoh agama (ulama), maupun organisasi sosialkemasyarakatan (PKK, IKPSM, BKM, LPM, BPD dan Karang Taruna). 2) Ketokohan kharismatik, yaitu orang-orang atau tokoh masyarakat yang memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 69 3) Jenis pekerjaan, seperti aggota komunitas yang bekerja di pemerintahan sebagai PNS, Polisi dan TNI, kemudian pengusaha. 4) Pendidikan formal yang ditempuh dan kekayaan yang dimiliki. 5) Sistem pelapisan sosial di komunitas Cinyasag juga memperhatikan jenjang pendidikan formal yang ditempuh anggotanya, karena pendidikan ini berkaitan dengan jenis pekerjaannya. Selain itu, kekayaan seseorang juga mempengaruhi cara pandang masyarakat kepada dirinya yang ditempatkan di kelas yang tinggi, terlebih kekayaan yang dimilikinya memberikan manfaat bagi warga sekitar. c. Tanggapan Masyarakat Terhadap Kepemimpinan Lokal Masyarakat Desa Cinyasag memberi dukungan dan kepercayaan yang tinggi kepada tokoh masyarakat yang dianggap memiliki kepedulian dan perhatian terhadap masalahmasalah yang dihadapi warganya. Kepemimpinan formal dalam hal ini aparat Desa, Dusun, Ketua RW dan Ketua RT memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas kehidupan komunitas yang kondusif dan bersinergi dengan para pimpinan organisasi sosial dan keagamaan, Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 70 sebagaimana disampaikan oleh Bapak NNG Sekretaris Desa Cinyasag: “….Selama saya bekerja di Desa Cinyasag kurang lebih 15 tahun Kepatuhan masyarakat Cinyasag terhadap pemimpin dalam hal ini pemerintah Desa, Dusun, Ketua RW dan Ketua RT cukup tinggi karena mereka memang dipilih oleh warganya. Akan tetapi demikian bagi Ketua RW atau Ketua RT yang kurang memberikan perhatian dan kurang peduli dengan masalah warganya terutama warga yang kurang mampu, biasanya warga menjadi kurang menghormati 72 kepemimpinannya”. Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Kadus Puhun: “......Masyarakat Desa Cinyasag, khususnya di Kampung/dusun Puhun umumnya patuh dengan kepemimpinan Kadus RW dan Ketua RTnya, karena Ketua RW dan Ketua RT adalah tokoh masyarakat yang menjembatani atau memfasilitasi kebutuhan warga dengan program-program pemerintah, baik yang bersifat program bantuan seperti bantuan Raskin, Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kartu Askeskin maupun program pembangunan”.73 Berdasarkan informasi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Cinyasag melihat seorang figur pemimpin sebagai orang yang dianggap memiliki kedudukan atau jabatan, serta mempunyai kepedulian kepada warga miskin, serta dapat dipercaya mampu mengakomodir 72 73 Wawancara dengan Responden-2 (tanggal 3 Agustus 2015) Wawancara dengan Responden-3 (tanggal 3 Agustus 2015) Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 71 berbagai aspirasi yang berasal dari masyarakat, sebagaimana diungkapkan oleh Rosidin (Karang Taruna dan Bapak ADT (waga Dusun Puhun desa Cinyasag ) “....Kami Warga Dusun Puhun Desa Cinyasag disini melihat dan menghargai pemimpin sebagai seorang wakil warga masyarakat yang bisa dijadikan contoh dan tauladan yang baik, serta memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap orang miskin”74 Selain sebagai tokoh masyarakat yang bersifat formal, Kepala Dusun, Ketua RW dan Ketua RT bersama dengan tokoh agama juga berperan mengaktifkan warga dalam hal memupuk kebersamaan melalui kegiatan kerja bakti sebulan sekali dan juga dalam menyambut perayaan-perayaan nasional maupun keagamaan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari aparat Desa Cinyasag tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan yang diharapkan oleh warga adalah pemimpin yang bisa dijadikan figur dan tauladan, sekaligus memiliki kepekaan sosial terhadap warganya. d. Ekonomi Mata pencaharian penduduk Desa Cinyasag sangat heterogen, sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut:75 74 75 Wawancara dengan Responden-4 (tanggal 3 Agustus 2015) Laporan Potensi Desa Cinyasag 2014 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 72 Tabel 4.3 Penduduk Desa Cinyasag Berdasarkan Mata Pencaharian NO MATA PENCAHARIAN 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 11 2 Petani Buruh tani Tukang Kayu/Batu JUMLAH (ORANG) PERSENTASE (%) 3 4 771 695 51 Buruh bangunan 94 Tukang Jahit 16 Tukan Cukur 8 Pedagang 52 PNS 244 TNI/POLRI 11 Pensiunan 74 TNI/POLRI Warung 78 Home Industri 21 Jasa Angkutan 78 Speda Motor Sewa Alat Pesta 6 Tukang Rias 4 TKI 60 2263 Sumber : Laporan Potensi Desa Cinyasag 2014 34.07 30.71 2.25 4.15 0.71 0.35 2.30 10.78 0.49 3.27 3.45 0.93 3.45 0.27 0.18 2.65 100 Tabel di atas menunjukan mayoritas penduduk Desa Cinyasag bekerja sebagai petani (47,11 %) yang meliputi petani dan buruh tani yang lebih mengandalkan tenaga dari pada pendidikan, sehingga upah yang diterima kurang Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 73 memenuhi kebutuhan keluarga. Penduduk yang bekerja sebagai buruh industri sangat kurang, kebanyakan bekerja di luar wilayah Desa Cinyasag, karena di Cinyasag hanya ada 10 buah industri kecil (Pengerajian Kayu dan huler Gabah). Adapun penduduk yang bekerja sebagai buruh tukang sebagian bekerja di luar wilayah Cinyasag. Mata pencaharian penduduk yang menonjol lainnya adalah PNS (10.78 %) baik yang bekerja di lingkungan pemerintah Kabupaten Ciamis, maupun di luar lingkungan pemerintah majalengka. Keberadaan industri di Cinyasag memunculkan usaha sektor Kabupaten kemudian informal perdagangan, dan pelayanan jasa transportasi, seperti ojek, becak, delman dan angkot. Usaha perdagangan meliputi warung atau toko kelontong (436 buah) warung makan atau restoran (78 buah), wartel 1 buah, jasa angkutan ojeg (memiliki 2 pangkalan ojeg dan ada 75 unit motor/orang yang bekerja sebagai tukang ojeg), angkutan barang (4 orang), 4 unit perbengkelan dan 30 buruh. 3. Kelembagaan Organisasi Sosial dan Keagamaam Kelembagaan sosial yang ada di komunitas terbentuk berdasarkan inisiatif dari warga dan dari pihak luar (Pemerintah), misalnya PKK (memiliki kader 967 orang), Dasa Wisma (508 orang) Pos yandu (memiliki kader 107 orang), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Karang Taruna Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 74 (memiliki kader 214 orang), Taman Kanak-kanak (3 buah), Sekolah Dasar Negeri dan Swasta (4 buah), SLTP negeri dan swasta (1 buah), SMA negeri (1 buah), pondok pesantren (2 buah), penyelenggara perguruan tinggi swasta (1 buah), dan Poliklinik atau Balai Kesehatan Desa 1 buah. Kelembagaan-kelembagaan yang dimunculkan dalam bentuk organisasi ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan komunitas di antaranya kebutuhan spiritual, pendidikan, kesehatan, politik, mata pencaharian, dan kebutuhan sosial, juga sebagai tempat proses sosialisasi tentang norma-norma, aturan-aturan yang berlaku dan harus ditaati oleh warga. Berikut kelembagaan yang ada di Desa Cinyasag: a. Lembaga keagamaan: DKM, IPMA, MUI, Majlis ta’lim b. Lembaga politik: Organisasi Partai politik c. Lembaga Kesehatan: Posyandu, poliklnik, d. Lembaga pendidikan: Sekolah TK, SD, SLTP & SLTA, Pondok Pesantren, PKBM, e. Lembaga keuangan: Bank, Koperasi Pondok Pesantren f. Lembaga Kesenian: Calung g. Lembaga Pemerintahan: Desa, kantor pemerintah h. Lembaga sosial: PKK, IKPSM, KT, Orsos, Ormas, LSM i. Lembaga kemasyarakatan: gotong royong (kerja bakti), Arisan. 76 76 Laporan Potensi Desa Cinyasag 2014 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 75 B. Permasalah Sosial ekonomi dan Keagamaam Desa Cinyasag Kehidupan masyarakat itu sangat kompleks, dimana masalah yang satu berbaur/menyatu dengan masalah yang lain, saling pengaruh mempengaruhi identifikasi masalah yang akan dirangkum mungkin akan lebih banyak masalah "keagamaan" yang terjadi di tengah komunitas "sosial" di pedesaan, tidak terkecuali di Desa Cinayasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis 1. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa relatif belum baik Kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa relatif belum baik dan pendapatannya terbatas guna mencukupi biaya hidup minimal. Apabila dibandingkan dengan kondisi kehidupan pada dekade 60-an, keadaan sekarang relatif memang lebih baik. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan kondisi kehidupan masyarakat kota, di bidang "pendidikan", rasanya sangat ketinggalan. Dengan hasil pertanian yang mereka usahakan, asset untuk mendapatkan pendidikan tingkat "tinggi" relatif sulit mereka capai. Pada era 2000-an ini, dalam era global, dalam tekanan harga BBM di tingkat internasional, kehidupan ekonomi Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 76 masyarakat desa, jatuh terjeremba1. Akses untuk berkernbang di bidang ekonomi, semakin menurun. Permasalahan sosial yang paling menonjol di Desa Cinyasag adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Jumlah penduduk miskin di Desa Cinyasag sebanyak 173 KK atau 10 % dari 1.728 KK yang ada di wilayah Desa Cinyasag (165 KK adalah penerima BLT), atau 9 % dari jumlah seluruh keluarga miskin yang ada di Kabupaten Ciamis (14.078 KK). Kantong-kantong kemiskinan di Desa Cinyasag tersebar di Dusun Puhun, Kaliwon, Cirikip, Kondang, Gudang dan Cenkirmanis besar warganya bekerja sebagai buruh tani. Contoh lain dari keluarga miskin adalah keluarga Bapak STRM (75 tahun) warga RT 04 RW 02 Dusun Puhun, ayah dua anak yang bekerja sebagai buruh tani (tukang macul) penarik becak di kompleks perumahan ABRI Desa Cinyasag: “….Saya buburuh macul sudah 30 tahun lamanya, sebelumnya saya bekerja sebagai tukang batu. Pendapatan perhari dari nyangkul 15.000,- sampai dengan 30 ribu per hari. Dengan penghasilan tersebut saya hanya bisa menyekolahkan anak hingga SD, bahkan yang paling kecil DO kelas 1 SD. Saya tidak punya keterampilan lain untuk mencari pekerjaan yang pendapatannya lebih baik, sedangkan untuk masuk pabrik tidak bisa karena pendidikan saya hanya sampai SD kelas4.77 77 Wawancara dengan Responden-5 (tanggal 4 Agustus 2015) Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 77 Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat ditarik gambaran bahwa keluarga miskin di Desa Cinyasag memilki karakteristik: 1) Berpendidikan relatif rendah (tidak tamat Sekolah Dasar). 2) Bergantung pada sedikit sumber penghasilan tertentu. 3) Tidak memiliki keterampilan. 4) Tidak memiliki lahan untuk aktivitas ekonomi. 5) Kurang mendapatkan informasi dan tidak mempunyai koneksi. Menurut Bp. Ohen Tokoh Pemuda/Ketua PKBM Tresna Bhakti, Kepala Sekolah dasar, menyatakan bahwa: “…Dengan melihat karakteristik dari keluarga miskin di Desa Cinyasag ini, maka strategi atau program pengentasan kemiskinan yang dianggap relevan adalah dengan meningkatkan keterampilan kerja yang mendorong produktivitas keluarga miskin yang salah satunya adalah melalui Kelompok Belajar Usaha (KBU) di PKBM “Tresna Bhakti” Desa Cinyasag.78 2. Kehidupan sosial keagamaam Kehidupan masyarakat itu sangat kompleks, dimana masalah yang satu berbaur/menyatu dengan masalah yang lain, saling pengaruh mempengaruhi identifikasi masalah yang akan 78 Wawancara dengan Responden-6 (tanggal 4 Agustus 2015) Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 78 dirangkum mungkin akan lebih banyak masalah "keagamaan" yang terjadi di tengah komunitas "sosial" di pedesaan. 1) Pemimpin agama pada tingkat lokal Kurangnya pemimpin agama pada tingkat [okal, dan yang dimaksud pemimpin agama disini adalah pemuka-pemuka agama yang mampu membimbing masyarakat dalarn hidup beragama sehari-hari yang menyatu dengan yang dibimbing, pemuka agama yang mampu rnenjabarkan butir-butir ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, memimpin kegiatankegiatan ritual agama. Kurangnya pemimpin agama ini disebabkan kurangnya proses kaderisasi, kurangnya kaum muda yang tekun rnerapelajari/mendalami ajaran agama maupun lingkungan yang kurang kondisuf bagi munculnya suasana hidup yang agamis. Masyarakat yang banyak mentolerir berlangsungnya berbagai bentuk kemaksiatan di kalangan kaum muda atau di seluxuh lapisan masyarakat pada umumnya, akan menjadi faktor penyebab utama "pemimpin agama" tidak akan lahir. Ada sementara pihak yang berpendapat, bahwa pada suatu saat, secara alami, "pemimpin agama" akan iahir dengan sendirinya, yang akan secara tekun membimbing masyarakatnya/umatnya ke arah kehidupan yang lebih baik. Pendapat tersebut "mungkin" ada juga benarnya, tetapi, tentu dalam jumlah yang "sangat" terbatas dan bersifat incidental, pad ahal, suatu kehidupan Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 79 bersifat kontinyu, berkesinarnbungan dan mestinya menuju ke arah yang iebih baik, sehingga dibutuhkan pemimpin, penyuluh dan pembimbing dalam jumlah yang cukup. Pemimpin yang lahir secara alami jelas sangat terbatas jumiahnya dan sangat tidak mencukupi bagi pembinaan umat, apalagi pemimpin agama dalam arti yang luas. Pemimpin agama yang ketersediaannya direncanakan, "direkayasa", dengan dibekali dengan banyak ilmu, diharapkan kelak akan mampu menjawab berbagai tantangan zaman, apalagi apabila dilengkapi dengan berbagai ilmu bantu sesuai dengan perkembangan masyarakat yang maju dengan pesat. Di wilayah pedesaan seperti halnnya di Desa Cinyasag yang mata pencaharian penduduknya bersifat homogen (petani/peternak, nelayan, buruh tani d1l), dan waktunya banyak disita untuk kegiatan-kegiatan operasional mencari sumber hidup, nuansa kehidupan beragama tidak akan nampak manakala tidak tersedia pemimpin agama di tin gkat lokal. Masyarakat desa tidak akan mend apat sentuhan/siraman niharti, hidupnya hanya akan berkisar bekerja, istirahat, makan, tidur dan bekerja lagi. Sangat miskin nuansa agama. 2) Sarana Ibadah Kurangnya pemanfatan sarana Ibadah, Jumlah sarana ibadah bagi kaum muslimin di Desa Cinyasag nampak semakin Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 80 tercukupi pada kurun waktu 25-30 tahun terakhir, semasa Orde Baru, meskipun dari segi kualitas belum memadai. Itupun baru terbatas pada sarana phisik. Di dusun-dusun tertentu bahkan sarana ibadah tersebut baru berdiri pada drkade 90-an. Betapapun sebelum sarana ibadah tersebut berdiri kaum muslimin sudah melaksanakan kegiatan ibadah di rumah-rumah penduduk/ rumah-rumah tertentu, dapat dipahami, kualitas beragama mereka masih belum menggembirakan. Bahkan akan banyak didapati lapisan kaum tua (pria maupun wanita), yang masa kecilnya/masa mudanya tidak mendapatkan pengalaman hidup beragama dengan baik, termasuk kegiatan-kegiatan yang bersifat ritual. Kehidupan mereka akhirnya dipandu oleh kebiasaan-kebiasaan, naluri, adat istiadat yang mereka warisi dari nenek moyangnya dengan tidak mernpersoalkan semuanya itu bertentangan dengan ajaran agama atau tidak. Dalam kondisi yang seperti ini, lapisan kaum tua akan "sangat" lamban untuk menerima dan melaksanakan kegiatankegiatan ritual keagamaan. Sarana ibadah yang sudah tersedia di suatu wilayah/desa, baru dapat berfungsi secara minimal. Mengapa? jawabannya adalah, sarana pisik tersebut memang masih berfungsi minimal. Sebagai contoh, apabila suatu masjid sudah berdiri, maka, sarana untuk: tempat wudlu/MCK, ruang ta'mir masjd, gudang, ruangan Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 81 TPA/TKA, tempat sandal, tempat garasi sepeda, persediaan air/sumur, tikar untuk shalat, peralatan almari untuk tempat inventaris masjid, sound system, perpustakaan dan lain-lain, masih belum ada/memadai dan merupakan agenda masalah yang bersifat klasik Hal ini akan semakin menarik untuk dikaji manakala kita mengambil contoh wilayah pedesaan yang terpencil. Kalaupun kita dapati sarana ibadah tersebut sudah nampak lengkap, persoalan berikutnya adalah, sudahkah sarana tersebut dapat berfungsi secara maksimal? Kendalanya terletak pada sektor Sumber Daya Manusia (SDM), baik pihak pengurus Ta'mir Masjid, jamaah maupun masyarakatnya. Kelemahan sarana ibadah di pedesaan umumnya kurang terawatnya/ terpeliharanya sarana yang dinniliki, baik menyangkut usaha pemeliharaan kebersihan, keamanan barang, perawatan barang inventaris, maupun penggunaan barang secara maksimal. Sarana ibadah nampak kurang terawat, tidak sebagaimana mereka "pada umumnya" merawat rumahnya sendiri. Untuk menanggulangi persoalan ini, perlu diciptakan tumbuhnya suatu kesadaran secara berangsur-angsur di semua lapisan kaum musIimin agar semakin gemar beramal saleh meialui pemeliharaan sarana ibadah dengan cars yang persuasif dan contoh-contoh yang konkrit. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 82 Perlu ditumbuhkan kepedulian masyarakat sekitar untuk memetihara sarana ibadah tersebut, gemar memakmurkan masjid, memanfaatkannya bagi pembinaan anak-anak, remaja, orang tua dan lain-lain. 3) Wadah lembaga yang menangani kegiatan keagamaan secara teratur Kurangnya Wadah/lembaga yang menangani kegiatan keagamaan secara teratur, terutama yang menyangkut dengan kegiatan pendidikan agama bagi anak-anak. Dengan semakin kurangnya perhatian bagi tumbuh dan berkembangnya ruhani anak-anak, kelak, akan kita dapati generasi muda yang akan acuh terhadap kehidupan beragama. Kurangnya wadah dan kegiatan beragama dapat ditengarai dengan kurangnya kegiatan/frekwensi baca Al-Qur'an bagi anakanak sebelum/sesudah shalat Maghrib di serambi rnasjid atau di rumah-rumah penduduk/guru ngaji, kurang giatnya kegiatan TKA-TPA (kalau sudah berdiri di suatu masjid), tidak aktifnya majlis kalau sudah ada kegiatan pengajian, sifatnya "rutin" dan tidak ada target apa-apa. Demikian pula munculnya suatu kenyataan "agama tidak terrefleksi daIam kenyataan hidup mereka sehari-hari". Tidak berIebih-lebihan manakala dikataIcan bahwa masyarakat Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 83 sekarang, secara ideal, semakin jauh dari cita ideal ajaran agamanya, karena mereka gampang melakukan praktek hidup yang kurang terpuji. 4) Kurangnya contoh pengamalan ajaran agama dari Pemimpin Formal Kita sadari bersama bahwa masyarakat kita sangat bersifat gampang mencontoh apa yang dilakukan oleh pemukanya/pemimpinnya. Mereka cenderung meniru apa yang dikerjakanoIeh pemimpinnya, dengan kurang kritis. Sifat paternalistik seperti itulah yang menjadi faktor penyebab kita lambat maju. Pemimpin formal yang ada di pedesaan, umumnya, pada masa kecil mereka, sebagairnana umumnya dunia kanak-kanak pada masa itu, juga kurang mendapatkan pengalaman hidup beragama secara utuh. Mereka belum banyak belajar dan mendapatkan pengalaman hidup beragama. Sehingga memasuki masa rernaja dan kelak dewasa, tidak mendapatkan pengalaman hidup beragama secara memadai, kecuali seclikit yang secara khusus masuk madrasah atau dunia pesantren. Untuk yang terakhir ini, umurnnya, justru secara pro aktif ingin merubah suasana dan lingkungan desanya agar lebih agamis. Dan usaha yang demikian ini, rasanya wajar-wajar raja. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 84 Sifat paternalistik masyarakat desa tidak akan gampang berubah/bergeser, sepanjang tingkat pendidikannya masih tetap 'rendah"; mereka akan tetap rasional dalam menghadapi berbagai persoalan, termasuk didalamnya meninggaIkan kebiasaan yang didapat dari pemimpinnya yang kurang balk. kebiasaan masyarakat desa bermain Judi kecil-kecilan misalnya, akan banyak dipengaruhi oleh perilaku pemimpinnya terhadap judi. Apabila mentolerir judi kecil-keciIan sebagai: alat begadang malam, sekedar hiburan/iseng, teman siskamling, penyegaran murah dll, maka lambat laun kegiatan tersebut akan merupakan kebiasaan yang sulit dihilangkan. 5) Kurang nampaknya suasana hidup beragama Setiap aktivitas manusia dalam bidang apapun, sepanjang diniatkan untuk bcrbakti kepada kepentingan orang banyak dan bagi pengabdian kepada Allah SWT, disebut ibadah. Kegiatan hidup sehari-hari seperti: bekerja di ladang/sawah/kebun, belajar di sekolah mengajar, bekerja di pasar, bekerja di terminal, menggembala ternak mencari rumput/kayu bakardan segala macam kegiatan keseharian, juga kegiatan ubudiyah di setiap waktu, memang selayaknya masuk dalam ruang lingkup ibadah. Secara khusus, suasana hidup beragama pada masyarakat pedesaan nampak, manakala kegiatan-kegiatan yang bernuansa Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 85 ubudiyah (vertikal) secara massal banyak dilakukan masyarakat. Kegiatan shalat berjamaah, menghadiri majlis taklim, peringatan hari-hari besar Islam yang dilengkapi dengan berbagai jenis perlombaan, suasana silaturahmi antar warga yang intens, kehidupan yang aman tenteram, merupakan ciri kehidupan yang agamis dan Isiami. Secara sederhana, kiranya, dapat kita katakan bahwa suasana kehidupan di pedesaan seperti di atas, semakin tidak banyak kita saksikan. Mungkin, kendalanya memang banyak. Kehidupan pada masa sekarang yang cenderung semakin materialistik hedonistik dan perrnissiftnus, baik di pedesaan dan apalagi di perkotaan, mendorong orang untuk sibuk bekerja dengan tidak menyeimbangkan kegiatan dirinya dengan masalah ruhani/ibadah. Norma sosial, adat dan agama, dalam penerapannya, bergeser sedikit demi sedikit, semakin longgar. Kurangnya masyarakat giat shalat berjamaah di masjid, mudahnya meninggalkan shalat fardlu, sepinya masjid/mushala (dengan jamaah yang minim pada saat sudah masuk waktu shalat), kurang berfungsinya masjid/mushalla bagi kegiatan anak-anak/remaja masjid hampir sepanjang tahun (kecuali bulan puasa), merupakan salah satu indikator suasana hidup beragama yang kurang makmur. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 86 Banyaknya tayangan media elektronika dengan berbagai macam hiburan yang menarik dan bervariasi, (dan sering bablasan) ikut memberikan andil bagi semakin kurangnya aktivitas keagamaan. Suatu peristiwa yang cukup unik atau mungkin cukup menggelitik, pengajian/jasinan/tahlilan/khatmil adalah bergesernya Qur'an yang secara disesuaikan dengan "menunggu selesainya tayangan" acara televisi yang menarik, seperti ketoprak mataram, mbangun desa/dagelan, olahraga dan semacamnya. Kompromi semacam ini, meskipun dalam jangka pendek merupakan jalan tengah yang sating menguntungkan, tetapi pada tahap-tahap berikutnya, akan mengurangi "bobot" kegiatan keagamaan. Tidak mustahil, makin lama masyarakat akan memandang lebih penting menikmati hiburan daripada mengikuti "khatmil Qur'an". Di daerah/desa yang sejak dulu sudah terbiasa dengan kegiatan-kegiatan keagamaan (yang dapat disebut dengan "kaum putihan"), contoh/gambaran diatas, rasanya, tidak perlu terjadi dan tidak perlu dirisaukan. Perlu kiranya penulis memberi gambaran sedikit mengenai suasana tempat ibadah di "perkotaan", agar supaya kita mampu berfikir, bahwa betapapun suasana di pedesaan sudah agak mengkhawabrkan, tetapi masih tetap agak "lumayan". Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 87 Di perkotaan sekarang ini gampang kita jumpai suatu kenyataan yang memprihatinkan: di awal malam hari, suasana di masjid sudah semakin sepi, lampu-larnpunya sudah muIai dipadamkan, akan tetapi kehidupan malam di tempat-tempat hiburan, semacam bola sodok, disko dll, semakin hidup dan ramai, dan bahkan semakin malam, semakin larut, suasana semakin ramai oleh para pengunjung, Sela in klab malam dll., yang ini berfungsi sebagai hiburan, justru juga menyuburkan tindak yang menjurus pada "kemaksiatan"?. Ini merupakan tantangan yang tidak mudah diberikan jawabannya. 6) Masih adanya berbagai bentuk tindakan a-moral Merupakan keprihatinan kita bcrsama, sebagaimana sudah disinggung di muka, masyarakat kita (di pedesaan maupun terutama di perkotaan) semakin permisif terhadap tindakantindakan yang "negatif". Tindakan kejahatan yang di desa dikenal dengan istilah ma-limo, yaitu main (berjudi), minum (minum-minuman keras), maling (mencuri), madat (menghisap narkotika/ganja dan sebangsanya) dan madon (tindak asusila/ berzinah/main perempuan), mulai dari kadar yang kecil masih biasa dikenal/dilakukan oleh masyarakat desa. Hal ini disebabkan oleh longgarnya norma-norma susila/ sosial/adat/agama untuk dapat dilanggar, dan betapa masyarakat Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 88 gampang niernaafIcan/mentoterir rind akan negative tersebut. Suasana mengedepankan/mementingkan segi-segi kebendaan ("ekonomi") berakibat mengesampingkan aspek moral spiritual. Untuk menanggulangi persoalan ini, harus ditumbuhkan suatu kesadaran bersama bahwa kehidupan masyarakat harus seimbang antara kebutuhan lahiriah dan batiniah, dan agar supaya tidak terbiasa terjadi pelanggaran, pelanggaran secara terus menerus dari bentuk yang kecil ke arah yang leb ih besar, seluruh anggota masyarakat, dari yang paling kecil sampai kepada par a pemimpinnya, harus sadar untuk selalu "menangkal" a tau "mencegah" setiap bentuk tindakan yang negatif yang terjadi di lingkungannya. Pemuka masyarakat harus semakin menyadari, bahwa mereka selalu dijadikan suri tauladan bagi masyarakat lapisan bawah. C. Pembahasan Penelitian Pebahsan penelitian Perubahan Perilaku sosial keagamaam di masyarakat Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis, sesuai dengan variabel yang telah ditentukan sebagai berikut: 1. Latar belakang hubangan kekeluargaan dan adat istiadat Desa Cinysag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis termasuk daerah Suku Sunda adalah kelompok etnis Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 89 yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan). Suku Sunda merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,2% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Jika Suku Banten dikategorikan sebagai sub suku Sunda maka 17,8% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang Sunda beragama Islam, akan tetapi ada juga sebagian kecil yang beragama Kristen, Hindu, dan Sunda Wiwitan (Jati Sunda). 79 Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy di Lebak Banten yang berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda. Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang.80 79 Anonimus. 2011. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik., 101. 80 Gunardi, Gugun. 2011. Membangun Karakter Anak Sunda: Kajian Ungkapan Bahasa Sunda: dalam Internasional Seminar on Reformulating and Tranforrming Sundanese Culture. Bandung: PPS.UNPAD., hlm. 77. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 90 Orang Portugis mencatat dalam Suma Oriental bahwa orang sunda bersifat jujur dan pemberani. Orang sunda juga adalah yang pertama kali melakukan hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain. Sang Hyang Surawisesa atau Raja Samian adalah raja pertama di Nusantara yang melakukan hubungan diplomatik dengan Bangsa lain pada abad ke-15 dengan orang Portugis di Malaka. Hasil dari diplomasinya dituangkan dalam Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal. Beberapa tokoh Sunda juga menjabat Menteri dan pernah menjadi wakil Presiden pada kabinet RI. Disamping prestasi dalam bidang politik (khususnya pada awal masa kemerdekaan Indonesia) dan ekonomi, prestasi yang cukup membanggakan adalah pada bidang budaya yaitu banyaknya penyanyi, musisi, aktor dan aktris dari etnis Sunda, yang memiliki prestasi di tingkat nasional, maupun internasional.81 a. Pandangan Hidup Orang Sunda Selain agama yang dijadikan pandangan hidup, orang Sunda juga mempunyai pandangan hidup yang diwariskan oleh nenek 81 moyangnya. Pandangan hidup tersebut tidak Rosidi, Ayip. 1966. Revitalisasi dan Aplikasi Nilai-nilai Budaya Sunda dalam Pembangunan Daerah. Jakrta. Balai Pusta, hlm. 77. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 91 bertentangan dengan agama yang dianutnya karena secara tersurat dan tersirat dikandung juga dalam ajaran agamanya, khususnya ajaran agama Islam. Pandangan hidup orang Sunda yang diwariskan dari nenek moyangnya dapat diamati pada ungkapan tradisional sebagai berikut: "…Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke, aya ma beuheula aya tu ayeuna, hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna. Hana tunggak hana watang, tan hana tunggak tan hana watang. Hana ma tunggulna aya tu catangna." Artinya: Ada dahulu ada sekarang, bila tak ada dahulu tak akan ada sekarang, karena ada masa silam maka ada masa kini, bila tak ada masa silam takan ada masa kini. Ada tunggak tentu ada batang, bila tak ada tunggak tak akan ada batang, bila ada tunggulnya tentu ada batangnya.82 Ungkapan tradisional tersebut tidak jauh dengan amanat Bung Karno dalam pidato HUT Proklamasi 1996: “Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” b. Hubungan antara sesama manusia Hubungan antara manusia dengan sesama manusia dalam masyarakat Sunda pada dasarnya harus dilandasi oleh sikap 82 Suryani NS, Elis 1997. Ragam Pesona Budaya Sunda. Jakarta: Ghalia Indonesia. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 92 “silih asih, silih asah, dan silih asuh”, artinya harus saling mengasihi, saling mengasah atau mengajari, dan saling mengasuh sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang diwarnai keakraban, kerukunan, kedamaian, ketentraman, dan kekeluargaan, seperti tampak pada ungkapan-ungkapan berikut ini: 1) Kawas gula eujeung peueut yang artinya hidup harus rukun saling menyayangi, tidak pernah berselisih. 2) Mulah marebutkeun balung tanpa eusi yang artinya jangan memperebutkan perkara yang tidak ada gunanya. 3) Mulah ngaliarkeun taleus ateul yang artinya jangan menyebarkan perkara yang dapat menimbulkan keburukan atau keresahan. 4) Mulah nyolok panon buncelik yang artinya jangan berbuat sesuatu di hadapan orang lain dengan maksud mempermalukan. 5) Buruk-buruk papan jati yang artinya berapapun besar kesalahan saudara atau sahabat, mereka tetap saudara kita, orang tua tentu dapat mengampuninya. c. Hubungan antara manusia dengan negara dan bangsanya Hubungan antara manusia dengan negara dan bangsanya, menurut pandangan hidup orang Sunda, hendaknya didasari Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 93 oleh sikap yang menjunjung tinggi hukum, membela negara, dan menyuarakan hati nurani rakyat. Pada dasarnya, tujuan hukum yang berupa hasrat untuk mengembalikan rasa keadilan, yang bersifat menjaga keadaan, dan menjaga solidaritas sosial dalam masyarakat. Masalah ini dalam masyarakat Sunda terpancar dalam ungkapan-ungkapan: 1) Kudu nyanghulu ka hukum, nunjang ka nagara, mupakat ka balareya (harus menjunjung tinggi hukum, berpijak kepada ketentuan negara, dan bermupakat kepada kehendak rakyat. 2) Bengkung ngariung bongkok ngaronyok (bersama-sama dalam suka dan duka). 3) Nyuhunkeun bobot pangayon timbang taraju (memohon pertimbangan dan kebijaksanaan yang seadil-adilnya, memohon ampun) d. Sistim Kekerabatan Suku Sunda Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat bilateral, garis keturunan ditarik dari pihak bapak dan ibu. Dalam keluarga Sunda, bapak yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 94 Dalam suku Sunda dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan kekerabatan. Dicontohkannya, sebagai brikut: 1) saudara yang berhubungan langsung, ke bawah, dan vertikal. Yaitu anak, incu (cucu), buyut (piut), bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur atau gantungsiwur; 2) saudara yang berhubungan tidak langsung dan horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak saudara kakek atau nenek, anak saudara piut; 3) saudara yang berhubungan tidak langsung dan langsung serta vertikal seperti keponakan anak kakak, keponakan anak adik, dan seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal pula kosa kata sajarah dan sarsilah (salsilah, silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah dan silsilah dalam bahasa Indonesia. Makna sajarah adalah susun galur/garis keturunan. e. Falsafah Suku Sunda Paham atau ajaran dari suatu agama senantiasa mengandung unsur-unsur yang tersurat dan yang tersirat. Unsur yang tersurat adalah apa yang secara jelas dinyatakan sebagai pola hidup yang harus dijalani, sedangkan yang tersirat adalah pemahaman yang komprehensif atas ajaran tersebut. Ajaran Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 95 Sunda Wiwitan pada dasarnya berangkat dari dua prinsip, yaitu Cara Ciri Manusia dan Cara Ciri Bangsa. Cara Ciri Manusia adalah unsur-unsur dasar yang ada di dalam kehidupan manusia. Ada lima unsur yang termasuk di dalamnya: 1) Welas asih: cinta kasih 2) Undak usuk: tatanan dalam kekeluargaan 3) Tata krama: tatanan perilaku 4) Budi bahasa dan budaya 5) Wiwaha yudha naradha: sifat dasar manusia yang selalu memerangi segala sesuatu sebelum melakukannya Kalau satu saja cara ciri manusia yang lain tidak sesuai dengan hal tersebut maka manusia pasti tidak akan melakukannya. Prinsip yang kedua adalah Cara Ciri Bangsa. Secara universal, semua manusia memang mempunyai kesamaan di dalam hal Cara Ciri Manusia. Namun, ada hal-hal tertentu yang membedakan antara manusia satu dengan yang lainnya. Dalam ajaran Sunda Wiwitan, perbedaan-perbedaan antarmanusia tersebut didasarkan pada Cara Ciri Bangsa yang terdiri dari: 1) Rupa 2) Adat 3) Bahasa Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 96 4) Aksara 5) Budaya Kedua prinsip ini tidak secara pasti tersurat di dalam Kitab Sunda Wiwitan, yang bernama Siksa Kanda-ng karesian. Namun secara mendasar, manusia sebenarnya justru menjalani hidupnya dari apa yang tersirat. Apa yang tersurat akan selalu dapat dibaca dan dihafalkan. Hal tersebut tidak memberi jaminan bahwa manusia akan menjalani hidupnya dari apa yang tersurat itu. Justru, apa yang tersiratlah yang bisa menjadi penuntun manusia di dalam kehidupan. Awalnya, Sunda Wiwitan tidak mengajarkan banyak tabu kepada para pemeluknya. Tabu utama yang diajarkan di dalam agama Sunda ini hanya ada dua: 1) Yang tidak disenangi orang lain dan yang membahayakan orang lain 2) Yang bisa membahayakan diri sendiri Akan tetapi karena perkembangannya, untuk menghormati tempat suci dan keramat (Kabuyutan, yang disebut Sasaka Pusaka Buana dan Sasaka Domas) serta menaati serangkaian aturan mengenai tradisi bercocok tanam dan panen, maka ajaran Sunda Wiwitan mengenal banyak larangan dan tabu. Tabu (dalam bahasa orang Kanekes disebut "Buyut") paling banyak diamalkan oleh mereka yang tinggal di kawasan Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 97 inti atau paling suci, mereka dikenal sebagai orang Baduy Dalam. f. Adat Dalam ajaran Sunda Wiwitan penyampaian doa dilakukan melalui nyanyian pantun dan kidung serta gerak tarian. Tradisi ini dapat dilihat dari upacara syukuran panen padi dan perayaan pergantian tahun yang berdasarkan pada penanggalan Sunda yang dikenal dengan nama Perayaan Seren Taun. Di berbagai tempat di Jawa Barat, Seren Taun selalu berlangsung meriah dan dihadiri oleh ribuan orang. Perayaan Seren Taun dapat ditemukan di beberapa desa seperti di Kanekes, Lebak, Banten; Ciptagelar Kasepuhan Banten Kidul, Cisolok, Sukabumi; Kampung Naga; dan Cigugur, Kuningan. Di Cigugur, Kuningan sendiri, satu daerah yang masih memegang teguh budaya Sunda, mereka yang ikut merayakan Seren Taun ini datang dari berbagai penjuru negeri. Meskipun sudah terjadi inkulturasi dan banyak orang Sunda yang memeluk agama-agama di luar Sunda Wiwitan, paham dan adat yang telah diajarkan oleh agama ini masih tetap dijadikan penuntun di dalam kehidupan orang-orang Sunda. Secara budaya, orang Sunda belum meninggalkan agama Sunda ini. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 98 2. Faktor-faktor Perubahan perilaku sosial keagamaan Perubahan sosial keagamaan dalam kehidupan masyarakat modern telah membawa konsekuensi yang sangat sublimatif dalam kehidupan masyarakat Desa Cinyasag Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis. Perubahan yang terjadi pada masyarakat tersebut ditandai dengan adanya perubahan dari agraris tradisional ke industrialisasi modern. Perubahan yang terjadi juga mempengaruhi pola pikir dan gaya hidup masyarakat Desa Cinyasag, seperti pandangan bahwa kebersamaan (egaliter) adalah bagian dari ajaran agama dan warisan luhur budaya bangsa berubah menjadi masyarakat yang memiliki pola pikir individualistis, cenderung egoistis dan apatis terhadap aspek-aspek metafisis. Kecenderungan ini terjadi karena adanya imbas dari proses industrialisasi yang menyertai perubahan sosial masyarakat yang memperlemah fungsi agama dalam dominasi kehidupan masyarakat. Hal-hal sakral yang dianggap sebagai bagian dari kehidupan masyarakat tradisional yang berfungsi sebagai faktor sublimasi dan pengokohan eksistensi dan misi kehidupan manusia yang bersifat luhur berubah dan digantikan oleh halhal yang serba rasional, sehingga terjadilah dekonstruksi transendensi kognisi manusia secara serius. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 99 Sedangkan sektor-sektor masyarakat dan kebudayaan secara rigid dipisahkan dari supremasi nilai-nilai luhur dan simbolsimbol religius yang sarat makna, yang mengakibatkan kehidupan kolektif manusia dan masyarakat menjadi hampa nilai dan makna. Masyarakat Desa Cinyasag sebagai bagian dari communal society tidak hanya mengalami metamorfosis dari masyarakat agraris tradisionil menjadi masyarakat modern, akan tetapi juga nampak perilaku masyarakatnya semakin pragmatis. Kendatipun demikian, pola kehidupan masyarakat Desa Cinyasag tidak sepenuhnya mengabaikan hal-hal tradisionil yang bersifat sakral. Artinya praksisme keagamaan masih mewarnai perilaku masyarakat setempat. Pada prinsipnya perubahan sosial keagamaan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat harus diterima sebagai suatu kondisi dinamis atau suatu keharusan dalam hidup manusia. Sebagai makhluk yang memiliki naluri dinamis, kecenderungan untuk selalu tumbuh berkembang dan berubah pasti ada. Ibarat air bah yang terus mengalir dengan derasnya, manusia terus menerus berjuang untuk melakukan perubahan menuju kesempurnaan. Dinamika pemahaman keagamaam masyarakat Desa Cinyasag terhadap perubahan yang terjadi membuat Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 100 masyarakat melakukan konsolidasi dan internalisasi nilainilai agama yang pernah ditanamkan oleh perintis Desa Cinyasag. Dalam kaitannya dengan pemahaman keagamaan, faktor ini juga menjadi indikasi untuk melihat dan mengukur bagaimana masyarakat Desa Cinyasag menghadapi hal-hal tersebut sesuai dengan sudut pandangan keagamaan. Moh. Hanafi (51 tahun) warga Desa Cinyasag mengakui: “…bahwa kendatipun terjadi perubahan sosial, tidak berarti masyarakat Desa Cinyasag mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan agama. Kewajiban-kewajiban yang digariskan agama tetap menjadi tradisi bagi masyarakat. 83 “…indikasi tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya intensitas beragama masyarakat seperti melakukan kewajiban sholat, dana amalan yang berkaitan dengan ibadah sosial seperti mengeluarkan sebagian harta untuk pengembangan sarana ibadah dan lain-lain.84 Faktor imitasi adalah salah satu penyebab terjadinya perubahan sosial keagamaan masyarakat Desa Cinyasag. Mereka melakukan peniruan terhadap apa yang mereka amati dari gejala yang ada. Perubahan sosial, misalnya telah menyebabkan masyarakat, khususnya anak muda meniru trend yang dianggap modern. Termasuk dalam hal pelaksanaan ajaran agama. 83 84 Wawancara dengan Responden-7 (tanggal 5 Agustus 2015) Wawancara dengan Responden-8 (tanggal 5 Agustus 2015) Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 101 Ibu Hj. O. Nurhayati (70 tahun) pengurus pengajian Mesjid Jami Al-Ikhlas Desa Cinyasag, mengakui bahwa: “…meningkatnya intensitas beragama di kalangan masyarakat Desa Cinyasag, khususnya di kalangan ibu-ibu remaja tidak lepas dari tiruan. Akan tetapi hal ini dianggap sebagai hal yang positif karena dengan adanya kecenderungan seperti ini, berarti mereka langsung atau tidak langsung telah melakukan upaya preventif dalam menghindari hal-hal negatif akibat dari peru bahan.85 Masih dari sumber yang sama, Ibu Hj. O. Nurhayati (70 tahun) mengatakan bahwa: “…kesadaran masyarakat untuk meningkatkan pengamalan ajaran agama tidak lepas dari pemahaman individu terhadap ajaran agama. Kesadaran individu ini muncul berkat adanya pengajian yang dilakukan secara rutin di Mesjid Jami Desa Cinyasag.86 Bapak KH. Anang Ridlwan (50 tahun) selaku Da’i kelompok pengajian agama dan sekaligus ketua MUI Desa Cinyasag, Beliau mengemukakan: “… terdapat tiga kelompok pengajian yang sangat intens diikuti masyarakat. Kelompok-kelompok pengajian tersebut: kelompok Yasinan, kelompok umum dan kelompok pengajian remaja.87 . Kelompok Yasinan adalah semacam kelompok pengajian untuk melanggengkan tradisi keagamaan yang telah 85 Wawancara dengan Responden-9 (tanggal 5 Agustus 2015). Wawancara dengan Responden-9 (tanggal 5 Agustus 2015). 87 Wawancara dengan Responden-10 (tanggal 5 Agustus 2015). 86 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 102 lama ditekuni masyarakat setempat, kelompok ini pada umumnya diikuti oleh ibu-ibu dan pelaksanaannya setiap malam Jum'at. Sedangkan kelompok umum adalah kelompok pengajian yang diikuti oleh semua warga masyarakat. Dalam kelompok ini seluruh komponen masyarakat (penduduk asli dan pendatang) berbaur menjadi satu sehingga sulit dibedakan. Pengajian ini dilaksanakan setiap hari mulai dari Senin sampai Sabtu. Sedangkan materi yang dikaji adalah menyangkut dimensi-dimensi keislaman seperti tafsir, hadits, fiqih, dan sebagainya yang dapat memberikan nuansa keagamaan dalam kehidupan masyarakat. Adapun kelompok remaja adalah pengajian yang diikuti oleh remajaremaja Desa Cinyasag, pelaksanannya setiap malam Kamis ba’da Maghrib. Andi Cahyanto (24 tahun) dan Farid M. (28 tahun) mengatakan bahwa: ”... pengajian ini diarahkan untuk remaja dengan maksud agar tidak terlena dengan berbagai implikasi negatif dari perubahan yang terjadi seperti pergaulan bebas dan sebagainya yang kebanyakan menggerogoti ABG dewasa ini.88 88 Wawancara dengan Responden-11-12 (tanggal 5 Agustus 2015). Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 103 Terlepas dari itu, kebersamaan masyarakat dalam suasana keagamaan yang kondusif telah melahirkan kontak sosial yang begitu erat antara penduduk asli dengan pedatang. Masyarakat pendatang merasa terkontaminasi dengan kebudayaan keagamaan masyarakat lokal. Dede A. Hasanuddin. (24 tahun) salah seorang kelahiran Bandung, mahasiswi PT. di Ciamis yang berdomisili di Desa Cinyasag mengatakan bahwa: ”... sebagai pendatang ia merasa senang mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di Desa Cinyasag. Hal ini dapat memberikan penyadaran diri baginya dalam memahami ajaran agama sehingga ia juga sangat intens melakukan kegiatan-kegiatan yang dianjurkan oleh agama seperti sholat secara sendiri maupun kolektif.89. Syamsul Hadi (26 tahun) memberikan penguatan terhadap pernyataan Dede, tersebut. Dapat dikatakan bahwa: ”...perubahan sosial dan agama berjalan secara proposionil yang memungkinkan masyarakat dapat meredam efek negatif dari perubahan kehidupan”.90 Dari uraian tersebut di atas dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut: Bahwa perubahan sosial keagamaan (Islam) di Desa Cinyasag terjadi sekitar tahun 2000, seperti dituturkan oleh Bapak H. Ridlwan: 89 90 Wawancara dengan Responden-13 (tanggal 5 Agustus 2015). Wawancara dengan Responden-14 (tanggal 5 Agustus 2015). Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 104 “...Sebagai pendatang baru saya masuk desa ini pada tahun 1984. Masyarakat di sini mayoritas muslim tradisional, mereka lebih suka mengidentifikasi sebagai orang NU. Pada tahun 1988 saya bersama teman-teman mengadakan kajiankajian keagamaan melalui pendekatan pemahaman dengan pemikiran yang logis terhadap al-Qur’an dan al-Hadits dengan maknanya serta membongkar adanya perbedaan pendapat terhadap paham-paham keagamaan yang ada”.91 Bahwa perubahan di bidang keagamaan yang dimaksud adalah perubahan dalam pemahaman beragama dan wawasan berpikir sebagian masyarakat muslim Desa Cinyasag. Hal ini seperti dikemukakan oleh Bapak H. Ridlwan bersama Bapak R. Susanto sebagai Ta’mir Masjid Desa Cinyasag: “…Masyarakat Cinyasag terkenal sebagai muslim berpaham NU. Apa saja yang berasal dari NU dianggap sebagai suatu yang tidak boleh dibantah, sebaliknya apabila ada pendapat yang berbeda dengan paham NU tentang masalah agama dianggap sebagai suatu yang harus ditolak”.92 Adapun contoh-contoh tentang perubahan dimaksud dapat dikemukakan sebagai berikut: Dulu 1 Mereka menganggap hanya NU yang benar, bukan NU berarti bukan Islam 91 92 Sekarag 2 Anggapan seperti tersebut dikatakan sudah tidak ada. Wawancara dengan Responden-15 (tanggal 5 Agustus 2015). Wawancara dengan Responden-15 (tanggal 5 Agustus 2015). Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 105 1 Mencari menantu kalau tidak seorganisasi tidak mau Belajar agama cukup dengan membaca tanpa mengkaji maknanya dan kitabkitab kuno sebagai referensinya. 2 Tidak membedakan organisasi yang penting Islam Sudah membaur jadi satu melalui kajian keagamaan secara kritis dan bermakna serta pembahasan mendalam terhadap berbagai perbedaan paham keagamaan (Islam) yang ada. 3. Proses Terjadinya Kesadaran Beragama (Religiusitas) Setelah mengetahui tahapan-tahapan perubahan sosial beserta implikasinya terhadap perubahan keagamaan masyarakat Desa Cinyasag, pembahasan berikutnya diarahkan pada temuan penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya intensitas beragama. Permasalahan ini merupakan bagian dari permasalahan sebelumnya. Seperti diungkapkan dalam hasil analisa data sebelumnya bahwa perubahan sosial di Desa Cinyasag justru dijadikan sebagai mediator untuk membenahi diri yang ditandai dengan meningkatnya intensitas beragama. Kecenderungan meningkatkan masyarakat intensitas Desa Cinyasag beragama, untuk tampaknya Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis telah 106 mentradisi dalam kehidupan mereka, walaupun tidak semua warga melakukan hal tersebut. Namun, apabila diukur secara kuantitatif, mayoritas masyarakat Karang bong cenderu ng untu k mempertahankan tradisi keagamaan mereka. Gaya hidup keagamaan masyarakat Desa Cinyasag yang semula “sami’na wa atha’na” berubah menjadi kesadaran untuk mengetahui dan memahami aspek-aspek nilai agama lewat kajian-kajian tentang ibadah-ibadah fardiyah dan ibadah-ibadah ijtima'iyah dan aspek-aspek mu'amalah lainnya. Kesadaran beragama masyarakat Desa Cinyasag ditengah gencarnya perubahan sosial justru sangat positif bagi wahana konstruktif dan pembentukan kepribadian. Ini berarti meningkatnya intensitas beragama yang terjadi pada masyarakat Desa Cinyasag tidak lepas dari pengetahuan mereka terhadap hal-hal yang intrinsik. Maksudnya, agama memberikan identitas diri terhadap individu sehingga dengan menyadari identitas itu seseorang akan bersikap dan berperilaku sebagaimana yang dipahaminya dari ajaran agama. H. Ridlwan (50 tahun), selaku pembimbing agama mengatakanbahwa: “… individu yang melakukan sholat secara intensif sekalipun, namun tidak memiliki kepekaan sosial, maka pemahaman sholatnya masih dipertanyakan. Pemahaman Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 107 secara individual misalnya, dapat dilihat melalui tingginya frekuensi pengamalan ajaran agama baik yang wajib maupun ibadah-ibadah sunnah. Ini dapat diukur, misalnya dengan adanya kesadaran kolektif untuk melakukan hal-hal baik yang menyangkut ibadah, seperti sholat berjamaah. Sedangkan aspek yang berdimensi sosial seperti kesadaran untuk melakukan program Jum'at bersih, mengeluarkan zakat maal dan hal-hal lain yang bersifat sosial.93. Mendukung pernyataan di atas, Ibu. Hj. Entin. (60 tahun) ketika diwawancarai penulis pada saat mengikuti pengajian harian mengatakan bahwa: “.. intensitas beragama seperti sholat berjamaah di masjid disebabkan karena pemahaman agama yang diperolehnya mengatakan bahwa ganjaran (reward) sholat berjamaah lebih besar daripada sholat sendiri di rumah.94 Ia juga mengakui bahwa hal ini dilakukan agar memperoleh ketenangan baik secara lahiriah maupun secara bathiniyah. Secara lahiriah, maksudnya bahwa dengan adanya komunikasi intensif dengan Sang Khaliq akan memberikan kesejukan dan kedamaian dalam hati. Sedangkan secara bathiniyah ketenangan itu diperoleh melalui komunikasi yang intensif tetapi pengaruhnya akan merefleksi kepada kehidupan sosial. 93 94 Wawancara dengan Responden-15 (tanggal 5 Agustus 2015). Wawancara dengan Responden-16 (tanggal 5 Agustus 2015). Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 108 Dari pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa meningkatnya intensitas beragama di Desa Cinyasag tidak lepas dari kesadaran akan makna dan fungsi agama, yaitu fungsi maknawi dan fungsi identitas. Fungsi maknawi dapat dilihat dari adanya kecenderungan sebagian masyarakat untuk menemukan kedamaian melalui meningkatkan intensitas beragama. Agama dalam konteks ini menyajikan dunia kosmos, seperti ketenangan bathin (kedamaian) dan kematian dipandang sebagai variabel keagamaan yang penuh dengan makna. Sedangkan fungsi identitas dapat disimak dari kecenderungan melakukan ibadah-ibadah sosial agar dapat diterima oleh anggota masyarakat lain sebagai bagian dari kehidupan mereka (tidak teraliensi) sekaligus menunjukkan identitas diri sebagai penganut taat seperti kebanyakan orang dalam lingkungan masyarakat ia tinggal. Kasus serupa dapat ditemukan pada informan lain yang berasal dari luar desa (pendatang). Mereka menjadikan momen ini sebagai wahana yang strategis untuk memperbaiki diri. Bagi sebagian pendatang yang berdomisili di Desa Cinyasag meningkatkan intensitas beragama merupakan dorongan intrinsik karena rasa ingin menemukan suatu makna intrinsik yang selama ini terabaikan. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 109 Khumaidi (35 tahun) ketika diwawancarai mengatakan: “.. bahwa ia sadar selama ini sikap dan perilakunya jauh dari ajaran agama dan nilai-nilai etika. Ia ingin dirinya memiliki identitas baru sebagai manusia yang baik dan taat beragama. Dengan begitu ia merasakan fungsi maknawi dari keberagamannya.95 Abd. Majid (45 tahun) mengatakan, bahwa: “… kebanyakan pendatang baru mengakui bahwa mereka ingin hidup layak sebagai manusia yang beragama dengan cara merubah sikap dan perilaku mereka yang selama ini bertentangan dengan ajaran agama.96 “…Bagi sebagian pendatang, sangat penting untuk meningkatkan intensitas beragamanya. Hal ini disebabkan untuk membangun citra diri di tengah lingkungan baru dan juga didorong oleh perasaan butuh untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat, apalagi jika individu itu berada jauh dari sanak saudara dan keluarga. Seperti yang dialami oleh Muchtaromah (35 tahun). Ia mengatakan: “…bahwa agar diakui dan diterima oleh masyarakat setempat, ia menunjukkan identitas diri sebagai warga masyarakat yang baik dan beragama, sehingga masyarakat tidak beranggapan lain. 97 Bagi pendatang yang selama ini mengalami disorganisasi diri, intensitas beragana menjadi moment yang 95 Wawancara dengan Responden-17 (tanggal 5 Agustus 2015). Wawancara dengan Responden-18 (tanggal 5 Agustus 2015). 97 Wawancara dengan Responden-19 (tanggal 5 Agustus 2015). 96 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 110 tepat untuk memperbaiki diri dan mengadakan interaksi sosial dengan penduduk setempat. Kondisi seperti ini adalah kebutuhan dasar bagi semua manusia, yaitu kebutuhan akan penghargaan dan keselamatan. Faktor lain yang mendorong masyarakat untuk meningkatkan intensitas beragama adalah karena kesadaran mereka bahwa agama dan seperangkat ajaran yang terkandung di dalamnya harus diaplikasikan secara intensif. Agama merupakan kebutuhan rohani, landasan spiritual dan moral yang harus ditingkatkan dan diletakkan di barisan depan sehingga dapat menuntun segala aktifitas keseharian manusia. Dalam kondisi kehidupan yang serba pragmatis seperti sekarang ini agama menjadi pedoman yang mengandung perintah dan larangan yang harus ditaati manusia dalam mengaktualisasikan kehidupannya sesuai dengan misinya sebagai khalifah dan hamba Allah. Beberapa informan: H. Ridlwan (50), M. Khayyi (48), Ny. Munikah (42) yang diwawancarai penulis tanggal 6 Agustus 2015, menyatakan bahwa: “.. meningkatkan intensitas beragama sangat perlu, hal ini sebagai landasan moral etik dan spiritual yang menjadi penuntun (pedoman) bagi manusia dalam menjalankan kehidupan yang semakin kompleks ini.98 98 Wawancara dengan Responden-20-21 (tanggal 6 Agustus 2015). Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 111 Dari penuturan di atas dapat dihayati bahwa meningkatnya intensitas beragama merupakan suatu kebutuhan psikis yang tidak dapat diabaikan, karena ia mengandung dimensi individu dan sosial sekaligus. Pemahaman tersebut merupakan cerminan pemahaman mereka atas agama secara umum dan mendasar. Artinya, agama yang mereka wujudkan dalam perilaku kesehariannya mereka pahami sebagai seperangkat aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama serta manusia dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Ketiganya, dipahami oleh masyarakat Desa Cinyasag sebagai konsep segitiga di mana Tuhan diletakkan dan dipandang berada di atas puncak yang tinggi karena memiliki kekuatan adidaya. Sedangkan manusia dengan alam berada dalam garis lurus dan posisi sejajar. Sebagai sistem keyakinan, agama diyakini berbeda dengan ideologiideologi modern yang digayuti oleh kebanyakan masyarakat, landasan keyakinan agama adalah yang kudus, berbeda dengan unsur-unsur lain yang bersifat profane. Ajaran agama selalu diyakini oleh masyarakat Desa Cinyasag sebagai suatu yang bersumber dari wahyu yang mengandung muatan-muatan moral dan etika yang tidak dapat dilunturkan oleh perubahan situasi dan perkembangan zaman. Karena itu, tandas M. Amin (73 tahun) tokoh masyarakat/mantan kepala sekolah, menyatakan bahwa: Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 112 ”... agama menjadi inti dari sistem nilai-nilai yang ada yang menjadi paradigma dalam hidup manusia, ia (agama) dapat menjadi pendorong dan penggerak serta pengontrol bagi tindakan anggota masyarakat untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran agama.99 Ibu Sukaenah MP.d.I. (40 th) Lulusan S2, seorang guru TK/Paud, mengatakan bahwa: ”... sebagian besar masyarakat desa Cinyasag melakukan pengamalan keagamaan yang sangat tinggi. Masyarakat desa Cinyasag terutama ibu-ibu, aktif mengaji al-Qur’an dan belajar shalat yang baik, melakukan shadaqoh, melakukan silaturrahmi kepada sesama anggota pengajian yang kena musibah ataupun sakit.100 Hal ini juga dibenarkan oleh bapak H. Dodo (66 th) Tokoh masyarakat/mantan kepala Mts, bahwa: “…masyarakat desa Cinyasag sangat aktif dalam meningkatkan kualitas keagamaan mereka dengan melakukan pengajian rutin, yasinan dan tahlil”.101 Dalam kondisi perubahan sosial dan perubahan perubahan lainnya, agama tetap menjadi petunjuk, secara langsung atau tidak, ia adalah etos yang tetap menjadi acuan, pedoman bagi seluruh kegiatan dan berbagai pranata dalam kehidupan manusia yang akan mempengaruhi dan mengarahkan tindakan dan perilaku warga masyarakat Desa Cinyasag. 99 Wawancara dengan Responden-22 (tanggal 6 Agustus 2015). Wawancara dengan Responden-23 (tanggal 6 Agustus 2015). 101 Wawancara dengan Responden-23 (tanggal 6 Agustus 2015). 100 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 113 Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak selaras dengan ajaran agama, masyarakat Desa Cinyasag secara terusmenerus diberikan pemahaman bahkan disiapkan fasilitas seperti yang baru-baru ini didirikan yaitu Biro Bimbingan dan Pembinaan Agama Islam (BBPAI) yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi peningkatan kesadaran keagamaan masyarakat Desa Cinyasag. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 114 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan penelitian ini, ada dua kesimpulan menarik yang dapat dikemukakan: 1. Desa Cinyasag merupakan suatu kawasan pedesaan yang bercorak tradisionil yang mengalami perubahan menjadi kawasan perindustrian modern. Perubahan tersebut membawa implikasi pada perubahan sosio-budaya masyarakat setempat. Dengan sendirinya ikut mempengaruhi perubahan pemahaman keagamaan. Unsurunsur budaya lokal yang bernuansa agama mengalami perubahan yang intens sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan sosial yang terjadi dengan deras menjadi wahana untuk meningkatkan stamina spiritualitas. 2. Faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya religiusitas adalah bertemunya tradisi keagamaan dengan perubahan sosial tampaknya menjadi apresiasi positif bagi masyarakat Desa Cinyasag. Agama tetap menjadi wacana paradigmatik yang tetap eksis bahkan mengalami dinamika. Hal ini ditandai dengan meningkatnya semangat beragama masyarakat setempat seperti melakukan kewajiban sholat, puasa, dan sebagainya di tambah dengan ibadah-ibadah mahdah dan ibadahibadah yang bersifat sosial. 3. Meningkatnya kesadaran beragama masyarakat Desa Cinyasag dilatarbelakangi oleh kesadaran dan pemahaman Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 115 bahwa agama memberikan identitas diri bagi masyarakat sehingga masyarakat berperilaku sebagaimana yang mereka pahami dari ajaran-ajaran agama. Hal lain, disebabkan karena agama memiliki fungsi maknawi di samping fungsi identitas. Fungsi maknawi yang terkandung dalam agama dapat melahirkan ketenangan dan kedamaian lahir dan batin yang bisa dicapai melalui komunikasi vertikal dan horisontal baik dengan al-Khaliq maupun dengan sesama makhluk lain. Agama, dengan demikian, merupakan kebutuhan rohani yang memiliki fungsi penyelamat, landasan spiritual dan moral yang dapat menuntun segala aktifitas manusia yang meliputi segala lini kehidupan. B. Rekomendasi/Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut penting untuk dipikirkan bersama bagaimana semangat beragama masyarakat Desa Cinyasag yang konstruktif dan positif dapat ditingkatkan lebih mendalam lagi dengan tetap diiringi kesadaran dan pemahaman yang lebih tinggi sehingga mengkristal dalam kehidupan yang semakin kompleks. Karena itu para agen sosial dan tokoh agama dan pemerintah setempat perlu meningkatkan penghayatan terhadap nilai-nilai keagamaan untuk semakin mendorong dan mendukung segala upaya masyarakat dan generasi muda dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat melestarikan tradisi keagamaan. Sehingga nilai-nilai agama semakin Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 116 mendapat tempat untuk menjadi way of life baik bagi individu maupun masyarakat. Pemerintah dan ulama serta masyarakat perlu menggalakkan kebersamaan dan kerjasama yang terus menerus untuk melestarikan tradisi keagamaan beserta tranformasinya sehingga tetap langgeng dari generasi ke generasi. Dengan demikian, agama tidak akan kehilangan fungsi dan makna di tengah perubahan kehidupan manusia di samping itu, agama tidak hanya dipandang sebagai kewajiban tetapi juga sebagai kebutuhan primer. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 117 Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 118 Daftar Pustaka Abdulsyani, 2007. Sosiaologi: Skematika Teori dan Terapan.(cet-4). Jakrta: Bumi Akasara. Adam Ibrahim Indrawijaya, 2005. Perilaku Organisasi, Cet IV. Bandung: Sinar Baru. Adiwikarta, Sudardja, 1988, Sosiologi Pendidikan 2 Isyu dan Hipotesis Tentang. Hubungan Pendidikan Dengan Masyarakat. Jakarta: Dikbud, hlm.Anonimus. 2011. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Anwar, 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Anwarul Haq, 2012. Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia. Bandung: Marja. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arkanudin. 2007. Perubahan Sosial Masyarakat Peladang Berpindah, Studi Kasus pada orang Dayak Ribun yang berada di sekitar PIR-Bun Kelapa Sawit Parindu Sanggau Kalimantan Barat. (Disertasi). Bandung: Program Doktor Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Bogdan, R. and Taylor, S.J. 1985. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Pustaka Utama. Dadang Kahmad, 2006. Sosiologi Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Djamaludi Rahmat, 2005. Sistem Etika Islam. Surabaya: Pustaka Islam. Garna, Judistira K., 1992. Teori-teori Perubahan Sosial. Bandung: Program Pascasarjana Unpad. Gunardi, Gugun. 2011. Membangun Karakter Anak Sunda: Kajian Ungkapan Bahasa Sunda: dalam Internasional Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 119 Seminar on Reformulating and Tranforrming Sundanese Culture. Bandung: PPS.UNPAD. Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi Research I, Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM. Hasyim, Umar,1983, Cara Mendidik Anak dalam Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu, Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Howard S. Friedman dan Miriam W. Schustack, 2006. Kepribadian; Teori Klasik dan Riset Modern, edisi ketiga. Jakarta: Erlangga,. Ibnu, Hajar, 1999, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam. Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Jalaluddin Rakhmat, 2003. Psikologi Agama, Bandung: Remaja Rosdakarya. Jamaludin Kaffie, 2003. Psikologi Dakwah. Surabaya: Indah. Judhistira Garna, 1992. Masyarakat Baduy di Banten, Masyarakat Terasing di Indonesia, Jakarta: Kerjasama Gramedia dan Pustaka Jaya. Kaelany, HD, 2000. Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan Jakarta: Bumi Aksara. Lauer. Roberth H.,1993. PerspektifTentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Linton, Ralph. 1936. The Study of Man. New York: Appleton Press. Mahfudh, Sahal, 1994. Nuansa Fiqih Sosial, Yogyakarta: LkiS. Mudjab, Mahali, 2012. Etikha Kehidupan, Yogyakarta: BPFE. Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Meode Penelitian Pendidikan. Bandung; Remaja Rosdakarya. Nanang Martono, 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Raja Grafindo, Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 120 Rosidi, Ayip. 1966. Revitalisasi dan Aplikasi Nilai-nilai Budaya Sunda dalam Pembangunan Daerah. Jakrta. Balai Pusta. Roucek, S.J dan Warren, L.R, 1984. Pengantar Sosiologi. (terjemahan). Jakarta. Bina Aksara. Sangadji, Etta Mamang., dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian Pendekatan. Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi. Soegarda Poerbakawatja & Harahap 1982. Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung . Soejitno Irmim, 2008. Menjadi Insan Kamil, (Bandung: Seyma Media. Soekanto, Soekanto 2013. Sosiologi Suatu Pengantar (cet-45). Jakrta: Rajawali. Soerjono Soekanto, 2002. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Suparman Syukur, 2004. Etika Religius. Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Suryani NS, Elis 1997. Ragam Pesona Budaya Sunda. Jakarta: Ghalia Indonesia. Syamsul Yusuf LN, 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT. Remaja Rosdakarya. Tahir, M. 2011. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar, Makassar. W.J.S Poerwadarmanto, 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Walgito, Bimo.2002, Psikologi Umum .Yogyakarta: Andi, Zakiah Daradjat 1982. Peran Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang. Lapora Penelitian: Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan di Desa Cinyasag Panawangan Ciamis 121