Skip to main content

mohamad ishaq

Penghitungan konstanta elastik medium dapat dilakukan dengan mengukur kecepatan gelombang P dan S. Melalui perangkat transducer-receiver gelombang P dan S dan diukur dengan display osiloskop, travel-time dapat diukur dan kecepatan... more
Penghitungan konstanta elastik medium dapat dilakukan dengan mengukur kecepatan gelombang P dan S. Melalui perangkat transducer-receiver gelombang P dan S dan diukur dengan display osiloskop, travel-time dapat diukur dan kecepatan gelombang P dan S dapat dihitung. Penelitian ini dilakukan terhadap sampel core buatan dengan komposisi pasir 80%, semen 15-19% dan air 1-5%. Pengukuran dilakukan dalam dua keadaan yaitu keadaan B dalam keadaan tersaturasi penuh 100% dan dalam keadaan C dimana core dikeringkan melalui pengering sentrufgal. Kondisi A adalah kondisi di mana core dikeringkan dalam oven bertempratur 80-90C selama 24 jam, sehingga seluruh fuida yang terkandung di dalam core hilang. Dari pengukuran dalam dua keadaan ini, kita akan menganalisis pengaruh kehadiran fluida dalam pori sampel core tersebut terhadap konstanta-konstanta elastik seperti modulus geser, modulus Young, poisson ratio, modulus Bulk dan konstanta Lame
Ibn al-Haytham (d. 1039) is a well known scholar for his contributions in natural and mathematical sciences. The research focuses on his works in sciences and mathematics and only a few studies carry out on his contribution on philosophy... more
Ibn al-Haytham (d. 1039) is a well known scholar for his contributions in natural and mathematical sciences. The research focuses on his works in sciences and mathematics and only a few studies carry out on his contribution on philosophy due to the lack of the primary sources. The only known surviving Ibn al-Haytham’s work on philosophy is Kitāb Thamarah al-ḥikmah. However, few studies have examined and explored this work. Based on this work, the present study tries to scrutinize Ibn al-Haytham’s epistemology and focused mainly on his classification of knowledge. The comparative study of Ibn al-Haytham’s classification of knowledge and that of al-Fārābī‘s, Ibn Ḥazm’s, Ṭūsī’s, and al-Ghāzālī  is also carried out. The result shows that Ibn al-Haytham has two mode of classifications: the ontological and epistemological. It is also obvious that Ibn al-Haytham tries to integrate Greek philosophy and sciences within the worldview of Islām. The results of the present study also suggests th...
... In isotropic sample, with variational overburden pressure 500 to 3500 psi and pore pressure 500-3500 psi, P wave velocity increase about 25% to 52% with water inclusions, and 12% to 41% due to light oil inclusions. ... Fax,... more
... In isotropic sample, with variational overburden pressure 500 to 3500 psi and pore pressure 500-3500 psi, P wave velocity increase about 25% to 52% with water inclusions, and 12% to 41% due to light oil inclusions. ... Fax, 62-22-2500089. E-mail Administrator, digilib@lib.itb.ac.id ...
This paper will analyze the extent of predictions to what extent the disruption predicted by Christensen has influenced the dynamics of universities in Indonesia and whether we have readiness in facing the disruption era and what... more
This paper will analyze the extent of predictions to what extent the disruption predicted by Christensen has influenced the dynamics of universities in Indonesia and whether we have readiness in facing the disruption era and what strategies need to be taken so that universities can survive and carry out their role as important educational institutions in National development. The method used in this study is to study literature and collect quantitative data from various official sources including official reports from the Indonesian Ministry of Research and Technology and Higher Education and then process the data. The result of the study shows that disruptive technology has a negative impact only on learning institutions closely related to specific professions. However, the impact not so much shown in general.
Fractured reservoir rock becoming important study recently, it is due to the high de- mand of oil and gas. Some of fractured reservoir are basement rock, carbonate as well as vulcanic rock. They have two kinds of porosity, primary and... more
Fractured reservoir rock becoming important study recently, it is due to the high de- mand of oil and gas. Some of fractured reservoir are basement rock, carbonate as well as vulcanic rock. They have two kinds of porosity, primary and secondary porosity. The primary porosity is caused by matrix and frame, and it is much smaller compared to secondary porosity that caused by fractured zone. Elastic isotropy is assumed in most cases of seismic analysis, processing and interpretation. Anisotropic especially trans- verse isotropic behavior of seismic velocity, however, is found to exist in most crustal and subsurface media especially in fractured reservoir rock. In this research, some studies are done to investigate the effect of saturation on three types of fracture: iso- tropic, vertical transverse isotropic and horizontal transverse isotropic rock. They are studied using analytical model through extended Gassmann modeling and seismic core physics laboratory. The analytical model of fr...
ABSTRAK Permasalahan utama pada peralatan dan struktur bahan yang terbuat dari logam adalah korosi yang mengikis struktur pada logam sampai pada taraf yang sangat merusak. Akibat korosi pada logam ini dapat menimbulkan bahaya bahkan... more
ABSTRAK Permasalahan utama pada peralatan dan struktur bahan yang terbuat dari logam adalah korosi yang mengikis struktur pada logam sampai pada taraf yang sangat merusak. Akibat korosi pada logam ini dapat menimbulkan bahaya bahkan korban jiwa, seperti halnya korosi yang terjadi pada jembatan yang dapat menyebabkan runtuhnya jembatan tersebut dan pipa gas yang dapat menyebabkan kebakaran akibat kebocoran pada pipa gas. Permasalahan ini menjadi bagian yang sangat penting dan serius untuk ditangani. Salah satu upaya untuk mencegah korosi ini adalah dengan dirancangnya suatu sistem pencegahan korosi yang menggunakan metoda Impressed Current Cathodic Protection. Sistem ini dibuat untuk mengendalikan arus proteksi pada logam supaya tetap berada pada kriteria perlindungan, yaitu antara 0.850 V sampai 1.5 V (dalam nilai absolut) terhadap elektroda referensi Ag/AgCl. Sistem ini diujikan pada logam baja dengan ukuran 10 x 10 cm 2 dengan ketebalan 0,2 cm. Logam yang akan diproteksi ini ditem...
Ibn al-Haytham (965-1039) is hitherto known merely as a prominent scientist and mathematician who contributed to the development of science and mathematics. His contribution in philosophy and religious sciences are not exposed yet,... more
Ibn al-Haytham (965-1039) is hitherto known merely as a prominent scientist and mathematician who contributed to the development of science and mathematics. His contribution in philosophy and religious sciences are not exposed yet, therefore some scholars e.g. Muhammad Saud (1990), Saleh Beshara Omar (1977), Roshdi Rashed (2007), and many others, consider him neglecting philosophical and religious issues and regarded him to be a secular-positivist scholar. consider him to be uninterested in philosophical and religious issues. However, study has been done from the his primary works, especially his work namely Kitab Thamarah al-Ḥikmah that still rarely studied by researchers of Ibn al-Haytham thought. The method used in this study is the historical and philosophical methods. The results obtained clearly show that Ibn al-Haytham was not merely scientist and mathematician, he was also a philosopher who had contributed in explaining human psychology which accepted other philosophers. He ...
Proses pembelajaran harus dikemas dengan menarik agar peserta didik termotivasi untuk belajar. Maka dari itu, diperlukan media interaktif yang menunjang proses pembelajaran didukung oleh alat-alat berupa media yang menarik seperti... more
Proses pembelajaran harus dikemas dengan menarik agar peserta didik termotivasi untuk belajar. Maka dari itu, diperlukan media interaktif yang menunjang proses pembelajaran didukung oleh alat-alat berupa media yang menarik seperti teknologi Augmented Reality. Teknologi ini banyak digunakan untuk industri hiburan karena  dapat memberikan kesan nyata kepada penggunanya sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi para peserta didik dalam belajar. Pada topik ini, penelitian dikhususkan pada pembuatan Augmented Reality tentang tutorial praktikum fisika dasar modul kalorimeter pada jurusan Sistem Komputer di Universitas Komputer Indonesia yang berbasis Android. Aplikasi ini menyajikan pengenalan alat dan bahan praktikum serta langkah-langkah praktikum. Selain itu, dapat melakukan pemrosesan data praktikum menggunakan metode fuzzy Mamdani karena dalam melakukan pengukuran sering terjadi kesalahan yang mengakibatkan hasilnya tidak tepat sama dengan data kalor jenis zat sehingga kesulitan ...
Pada tahun 2018 hasil riset dari Institut Ilmu Alquran (IIQ), mencatat bahwa sekitar 65% masyarakat Indonesia buta huruf Alquran. Kondisi tersebut dipengaruhi banyak faktor, salah satunya karena tidak semua orang berkesempatan belajar... more
Pada tahun 2018 hasil riset dari Institut Ilmu Alquran (IIQ), mencatat bahwa sekitar 65% masyarakat Indonesia buta huruf Alquran. Kondisi tersebut dipengaruhi banyak faktor, salah satunya karena tidak semua orang berkesempatan belajar secara penuh untuk membaca Alquran. Dengan didasari hal tersebut maka akan dibuat aplikasi pengenalan huruf dan makharijul huruf hijaiyah, sebagai media pembelajaran bagi para pengguna. Aplikasi ini dapat menampilkan huruf-huruf hijaiyah serta bagaimana cara mengucapkan huruf-huruf tersebut secara audio visual, sehingga dapat membantu para pengguna aplikasi. Software yang digunakan untuk membangun aplikasi ini adalah Unity, Vuforia dan Blender. Aplikasi ini telah dapat menjalankan semua fungsinya yaitu scan marker, menampilkan huruf 3D hijaiyah, menampilkan animasi pengucapan, latihan soal dan riwayat untuk melihat nilai latihan soal yang sudah lalu dan hasil kuisioner menunjukan bahwa semua responden merasa terbantu dengan aplikasi ini. Kata Kunci – p...
Ibn al-Haytham (965-1039) is so far known merely as a mathematician and scientist. It is understand-able because most of his available works at this time are on mathematics and science. As a result, researches on his philosophical,... more
Ibn al-Haytham (965-1039) is so far known merely as a mathematician and scientist. It is understand-able because most of his available works at this time are on mathematics and science. As a result, researches on his philosophical, psychological, and theological thought are still lacking. This paper discusses Ibn al-Haytham’s philosophy of happiness, using historical research method by collecting and analyzing his works linguistically, particularly his Thamarat al-H{ikmah. The results reveal that Ibn al-Haytham, as well as Muslim philosophers of his time, accepted the concept of happiness from Greek philosophers, such as Socrates, Plato and Aristotle. However, he incorporated religio-metaphysical dimensions to his concept of happiness. This finding shows that Ibn al-Haytham is not only a mathematician and scientist, but also a philosopher like al-F?r?b?, Ibn Miskawayh, and al-Ghaz?l?.
Ibn al-Haytham (d. 1039) is a well known scholar for his contributions in natural and mathematical sciences. The research focuses on his works in sciences and mathematics and only a few studies carry out on his contribution on philosophy... more
Ibn al-Haytham (d. 1039) is a well known scholar for his contributions in natural and mathematical sciences. The research focuses on his works in sciences and mathematics and only a few studies carry out on his contribution on philosophy due to the lack of the primary sources. The only known surviving Ibn al-Haytham’s work on philosophy is Kitāb Thamarah al-ḥikmah. However, few studies have examined and explored this work. Based on this work, the present study tries to scrutinize Ibn al-Haytham’s epistemology and focused mainly on his classification of knowledge. The comparative study of Ibn al-Haytham’s classification of knowledge and that of al-Fārābī‘s, Ibn Ḥazm’s, Ṭūsī’s, and al-Ghāzālī  is also carried out. The result shows that Ibn al-Haytham has two mode of classifications: the ontological and epistemological. It is also obvious that Ibn al-Haytham tries to integrate Greek philosophy and sciences within the worldview of Islām. The results of the present study also suggests that the nexus between the concept of classification of knowledge and the concept of perfect man (al-insān al-tāmm) is obvious.
Ibn al-Haytham (d. 1038/9) is hirherto known merely as a scientist and mathematician. However, his works in other fields, such as in philosophy, is unavailable. Therefore, most of studies on his thought in philosophy were based only on... more
Ibn al-Haytham (d. 1038/9) is hirherto known merely as a scientist and mathematician. However, his works in other fields, such as in philosophy, is unavailable. Therefore, most of studies on his thought in philosophy were based only on his scattered excerpts in works on science and mathematics, or used secondary sources and indirect references. There has been little research done so far on his only surviving work known on philosophy Kitāb Thamarah al-Ḥikmah or Maqālah ʿan Thamarah al-Ḥikmah; in fact, this work contains many philosophical aspects that are crucial to understand his thought and views on philosophy in general. The manuscript of Kitāb Thamarah al-Ḥikmah MS 1604 is held at Köprülü library Turkey and has been firstly edited in 1991. This paper introduces this  work and discusses some philosophical aspects mainly on his philosophy of science, such as the purposes of studying nature, ontological, and epistemological aspects mainly on the channels of knowledge, and the framework used by Ibn al-Haytham in the study of natural phenomena. The study found that the fundamental concepts of his philosophy of science are in line with the worldview of Islām.
Abstrak Ibn al-Haytham (w. 1038/9 M) lebih dikenal sebagai seorang saintis dan ahli matematika hingga saat ini. Kajian ini bertujuan untuk meninjau kembali posisinya diantara sarjana muslim melalui penyelidikan dan peninjauan lebih... more
Abstrak Ibn al-Haytham (w. 1038/9 M) lebih dikenal sebagai seorang saintis dan ahli matematika hingga saat ini. Kajian ini bertujuan untuk meninjau kembali posisinya diantara sarjana muslim melalui penyelidikan dan peninjauan lebih seksama terhadap sumber-sumber riwayat hidupnya dan karya-karyanya, untuk memperoleh gambaran yang lebih sesuai. Kaidah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kaidah sejarah khususnya penyelidikan bio-bibliografi. Hasilnya, meskipun Ibn al-Haytham merupakan tokoh yang menonjol dalam sains dan matematika, tetapi sebenarnya Ibn al-Haytham merupakan seorang filsuf muslim yang menghasilkan karya dalam spektrum bidang keilmuan beragam. Satu-satunya karya yang banyak membahas segi filsafat ternyata masih dapat diperoleh saat ini yaitu Kitāb Thamarah al-Ḥikmah, yang memperkuat bukti bahwa ia bukan saja seorang saintis dan ahli matematika tetapi juga seorang filsuf muslim. Abstract Ibn al-Haytham (d. 1038/9) is hirherto regarded merely as a great scientist and mathematician. The purpose of the present study is to reevaluate his position among muslim scholars by keen examination and survey on his bio-bibliographical sources in order to obtain a proper understanding about his figure and position in the history. The historical method is carried out in this study particularly bio-bibliographical method of historical research. The results show that Ibn al-Haytham is not only a prolific scientist and mathemtician but also a muslim philosopher who produces a various spectrum of works. Thamarah al-Ḥikmah is the only surviving Ibn al-Haytham's work that confirms his position not only as a scientist and mathematician but also as a muslim philosopher.
Research Interests:
-
-
-
-
-
-
This volume is a compilation of articles on science in Islamic civilization from philosophical and historical perspectives. Those of George Saliba, Osman Bakar, Sonja Brentjes, Cemil Akdogan, and Adi Setia have been translated into... more
This volume is a compilation of articles on science in Islamic civilization from philosophical and historical perspectives. Those of George Saliba, Osman Bakar, Sonja Brentjes, Cemil Akdogan, and Adi Setia have been translated into Indonesian from English. The book includes an interview with Paul Lettinck on the occasion of his visit to give a series of lectures organized by INSISTS at the University of Indonesia, Depok.
Research Interests:
Research Interests:
SINOPSIS IBN AL-HAYTHAM: PEMBAWA CAHAYA SAINS Namanya adalah Abū ʿAlī al-Ḥasan ibn al-Ḥasan Ibn al-Haytham, masyarakat eropa mengenalnya dengan nama Alhazen. Ibn al-Haytham adalah salah satu saintis besar muslim yang hidup antara tahun... more
SINOPSIS IBN AL-HAYTHAM: PEMBAWA CAHAYA SAINS

Namanya adalah Abū ʿAlī al-Ḥasan ibn al-Ḥasan Ibn al-Haytham, masyarakat eropa mengenalnya dengan nama Alhazen. Ibn al-Haytham adalah salah satu saintis besar muslim yang hidup antara tahun 965-1038 M. Sosoknya unik dan kisah perjalanan hidupnya penuh liku. Jika anda pernah menyaksikan kisah hidup seorang ahli matematika pemenang Nobel John Forbes Nash yang ditampilkan dalam film A Beautiful Mind, anda harus mengetahui perjalanan hidup Ibn al-Haytham yang tak kalah seru, kisah hidupnya penuh dinamika: Ia pernah dipenjara oleh penguasa Mesir atas usahanya menanggulangi banjir sungai Nil, uniknya ia pernah dikisahkan menunjukkan perangai seperti orang  hilang ingatan, tetapi ia juga diriwayatkan mengembalikan upah mengajarnya sebesar 3600 dinar dan tidak mau menerima gaji seorang penguasa, kecuali untuk keperluannya sehari-hari.  Meski begitu ia seorang prolific tulen karyanya mencapai lebih dari 185 buah, dan ia adalah polymath sejati sebab karyanya meliputi berbagai bidang keilmuan seperti matematika, fisika, astronomi, metafisika, anatomi tubuh, akuntansi hingga kaligrafi.
Namanya sering dikaitkan dengan camera obscura yang merupakan cikal bakal kamera saat ini; ia memperkenalkan nama bagian-bagian mata yang kita kenal melalui terjemah Latinnya seperti vitreous humour, aqueous humour, retina, kornea, dan lain-lain; ia meredakan polemik beratus tahun lamanya tentang teori penglihatan; memunculkan permasalahan klasik dalam matematika di mana dunia mengenalnya dengan Alhazen’s Problem yang baru dapat dipecahkan secara eksak pada 1997 lalu oleh matematikawan Oxford Peter Neumann dan yang lebih penting ia juga disebut Robert Briffault dan ramai sarjana Timur maupun Barat sebagai peletak dasar  metoda saintifik yang digunakan masyarakat sains saat ini, benarkah semua fakta ini?
Meski mungkin tak banyak saat ini generasi muda muslim di tanah air yang mengenal sosoknya, tetapi ahli astronomi berkebangsaan Polandia Johannes Hevelius (1611-1687) dalam karya astronominya Selenographia Sive Lunae Descriptio pada 1647 memberi ilustrasi menarik pada sampul depan bukunya. Ilustrasi tersebut menggambarkan dua sosok dalam keadaan tegak berdiri memegang gulungan besar yang memuat judul buku. Salah satu sosok itu adalah Galileo Galilei sang jenius eropa; yang lainnya adalah Ibn al-Haytham. Galileo memegang teleskop sebagai simbol eksperimen, sementara Ibn al-Haytham memegang gambar-gambar geometris sebagai lambang dari pembuktian matematis. Mengapa Hevelius memberikan penghargaan sedemikian tinggi kepadanya? Pada tahun 1651 Gianbattista Riccioli menerbitkan sebuah buku berjudul Almagestum Novum yang memuat peta permukaan bulan, ia menamakan sebuah kawah bulan sekitar 32 kilo meter lebarnya berada di koordinat 15.9°N 71.8°E sebagai Alhazen, mengapa Ibn al-Haytham diberi kehormatan seperti itu?
Namanya bersanding dengan para sarjana besar Eropa di abad pertengahan seperti Roger Bacon, Friedrich Risner, Albertus Magnus, Snellius dan lain-lain, namun menariknya dua sejarawan seperti al-Qifṭī dan al-Bayhaqī menggambarkannya sebagai sosok yang zuhud, wara, pengagung shariʿat namun juga pekerja sains yang kritis dan pekerja keras. Sulit menemukan kombinasi dua hal semacam ini dalam satu sosok pada masa sekarang.
Jika anda terutama peminat sains, generasi muda muslim, para pendidik tertarik mengenal sosoknya, buku ini tepat untuk anda. Dilengkapi dengan berbagai data dan fakta menarik, rujukan pada beberapa sumber primer, dan mencoba memberikan gambaran bagaimana saintis muslim di masa lalu berkiprah dalam dunia sains, buku ini mudah-mudahan memberikan sumbangan bagi dunia sains Islām di tanah air. Insha Allāh.
Sinopsis Wacana hubungan sains dan agama memang merupakan tema yang sensitif, yang bukan saja akan menguras fikiran namun juga emosi. Akan tetapi bagi Islām sebenarnya perdebatan antara sains dengan agama adalah wacana yang tidak... more
Sinopsis

Wacana hubungan sains dan agama memang merupakan tema yang sensitif, yang bukan saja akan menguras fikiran namun juga emosi. Akan tetapi bagi Islām sebenarnya perdebatan antara sains dengan agama adalah wacana yang tidak relevan, seandainya kaum muslimin sendiri memahami dengan benar pandangan hidupnya. Penyakit traumatis ini muncul dalam peradaban Barat dan saat ini mewabah di kalangan saintis muslim yang belum memiliki framework keilmuan yang jelas. Para saintis muslim di masa lalu berhasil menjawab tantangan pemikiran yang datang bertubi-tubi mengguncang sendi-sendi agama, jelaslah karena mereka telah memiliki suatu pandangan yang jernih tentang sains dan agama. Bukanlah klaim yang berlebihan sekiranya dikatakan mereka telah mampu menjawab tantangan peradaban lain, tidak ada para saintis muslim di masa lalu menjadi ateis ataupun agnostik karena gagap dan silau pada tantangan pemikiran saat itu. Karena itu, nampaknya saat ini diperlukan karya yang mengulas dan menjelaskan seputar permasalahan ini.
Buku ini mencoba mengupas permasalahan hubungan sains dan agama dari berbagai segi, mulai aspek bahasa, sejarah, falsafah, hingga operasionalisasi. Pendidikan sains dan pendidikan karakter juga mendapatkan tempatnya dalam buku ini. Pembaca juga akan disuguhi pembahasan menarik seputar sains Islām dan islamisasi sains yang masih langka dikupas di tanah air. Beberapa data dan fakta yang diungkap akan sangat menarik, misalnya padangan para saintis sangat dikenal ternyata memiliki keyakinan ateis dan agnostik, sejarah kontribusi saintis muslim pada peradaban Barat yang diserta data yang mengejutkan, termasuk beberapa nama sarjana Barat yang menjadi pelajar di negeri-negeri Islām di masa lalu. Singkatnya buku ini penting bagi anda yang tertarik pada permasalahan hubungan sains dengan agama, sejarah sains, pendidikan, filsafat, dan pemikiran.
(http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/16/04/22/o60ws69-menjawab-persoalan-islam-dan-sains) Judul : Islamic Science Paradigma, Fakta dan Agenda Penulis : Hamid Fahmy Zarkayi, Osman Bakar, Adi Setia, Budi... more
(http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/16/04/22/o60ws69-menjawab-persoalan-islam-dan-sains)

Judul        : Islamic Science Paradigma, Fakta dan Agenda
Penulis    : Hamid Fahmy Zarkayi, Osman Bakar, Adi Setia, Budi Handrianto, Syamsuddin Arif (ed.), George Saliba, Cemil Akdogan, Sonja Brentjes, Mohammad Ishaq, Paul Lettinck.
Penerbit    : INSISTS
Cetakan    : I, Februari 2016
Tebal        : 204

Beberapa umat Islam mungkin masih ada yang menganggap bahwa Islam dan ilmu pengetahuan atau sains saling bertentangan. Padahal, Islam dan sains mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab, keduanya sama-sama dapat saling memberikan kontribusi dalam memperoleh suatu ilmu pengetahuan.

Dalam hal ketuhanan, misalnya, bukti-bukti adanya Tuhan bisa kita ketahui dengan cara menguasai ilmu pengetahuan atau sains tersebut. Kemudian, firman-firman Allah SWT dalam Alquran ternyata juga bisa dibuktikan kebenarannya dengan suatu ilmu pengetahuan sehingga semakin menegaskan bahwa Alquran merupakan kitab suci yang pantas dijadikan pedoman bagi umat manusia.

Namun, persoalan tentang Islam dan sains saat ini masih diselimuti berbagai macam kekeliruan. Karena itu, jelaslah bahwa kedua istilah Islam dan sains merupakan hal utama bagi keseluruhan wacana sehingga umat Islam perlu mencoba memahami kembali definisi kedua istilah tersebut.

Buku berjudul Islamic Science ini mencoba untuk menjawab persoalan-persoalan tentang Islam dan sains. Buku ini menawarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, seperti bagaimana kedudukan sains dalam Islam, sejauh mana peran kontribusi orang Islam dalam pengembangan sains, dan di manakah letak perbedaan antara sains yang Islami dan tidak.

Untuk mengetahui jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut, para pembaca harus sedikit mengerutkan dahi dan harus mempunyai waktu khusus untuk membaca buku ini. Beberapa materi akan terasa sulit dipahami bagi kalangan yang masih awan terkait wacana sains Islam karena penulisan dalam buku ini cenderung bergaya akademis.

Kendati demikian, paparan penulis dalam buku ini dapat memberikan pencerahan mengenai definisi, eksistensi, dan kontribusi para ilmuwan Muslim. Karena itu, buku ini dapat memotivasi kaum terpelajar Muslim di dunia kampus untuk melakukan penelitian serius terhadap sains Islam seperti yang dilakukan di berbagai belahan dunia.

Materi-materi buku ini ditulis oleh 10 penulis atau pemikir yang aktif mengkaji persoalan Islam dan sains. Di antaranya pengasuh Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo, Hamid Fahmy Zarkasyi. Dalam buku ini, penulis tersebut memaparkan tentang Islamic worldview sebagai paradigma sains Islam.

Secara umum, worldview atau pandangan hidup sering diartikan filsafat hidup atau prinsip hidup, dan terkadang juga disebut paradigma. Hamid mengatakan, setiap kepercayaan, bangsa, kebudayaan atau peradaban, bahkan setiap orang pasti mempunyai pandangan hidup masing-masing.

Ia menyimpulkan bahwa Islam adalah pandangan hidup yang lahir dari turunnya wahyu yang dijelaskan oleh Nabi dan para sahabat. Dari kandungan wahyu yang sarat dengan konsep-konsep keilmuan itu, lahirlah tradisi intelektual Islam yang berhasil mengembangkan konsep-konsep keilmuan, yang pada akhirnya melahirkan berbagai disiplin ilmu dalam Islam.

Jadi, menurut Hamid, ilmu dalam Islam itu lahir dari pandangan hidup Islam dan bukan dari pandangan hidup atau kebudayaan lain. Sebab, ilmu tidak dapat timbul dan berkembang pada suatu masyarakat dari hasil impor.

Tidak hanya pandangan Hamid, buku ini juga menyajikan pemikiran guru besar sejarah dan filsafat sains Islam, Paul Lettinck. Namun, sajian pemikian Paul dalam buku ini dikemas dengan bentuk wawancara tanya jawab. Dalam wawancara tersebut, paul mengungkapkan tantangan agenda umat Islam terkait sains Islam.

Tulisan ini disajikan kepada para pembaca dalam rangka mengiringi seri kuliah yang digelar Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) dengan tema "Sains Islam hingga Abad ke-15." Kuliah tersebut bertempat di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI) Depok pada awal tahun 2016 lalu.

Buku ini cocok untuk dijadikan referensi atau rujukan untuk memperkaya khazanah keislaman. Karena buku ini mengungkap banyak fakta dan agenda apa yang harus dilakukan umat Islam saat ini.  c39, ed: Hafidz Muftisany