Skip to main content
arry  pongtiku
  • jl.Kanguru no: 6, dok V atas,Jayapura-Papua, INDONESIA
  • +62 81343069699

arry pongtiku

Kata Sahabat "Since our first encounter in 2007, and through the medical survey that we undertook together in the Korowai area, I have been impressed with Dr. Arry's love for the Papuan people and for their health. On several... more
Kata  Sahabat

"Since our first encounter in 2007, and through the medical survey that we undertook together in the Korowai area, I have been impressed with Dr. Arry's love for the Papuan people and for their health. On several occasions, when we needed medical help for the Korowai people,  Dr. Arry helped us out. I feel privileged to call him my friend.
(Peter Jan de Vries, Bible translator)

Tulisan yang disajikan  dalam buku ini sederhana, ringan, dan enak  untuk dibaca ,          membuat kerinduan akan kampung  dan kedamaian                                                                        (Dr.Drs.Yanuarius Resubun, MSP, Bappeda Provinsi Papua).

Just do it now,  buku ini  memberikan informasi  yang sangat berguna bagi kita , penulis mengajak untuk melakukan apa saja yang bisa untuk masyarakat  dan  tidak perlu menunda  (Prof.Armanu Thoyib,MSc,PhD, Universitas Brawijaya)

Buku ini mengangkat isu yang  relevan dengan bahasa yang komunikatif  dan menarik dari hati dan pengalaman penulis itu sendiri                                                                                                  (dr.Beeri I.S Wopari, Dinkes Prov. Papua)

Drawing on his medical profession as well as his learning experiences in Australia,          Dr.Arry provides powerful insights into the marginalized groups of people                              with such cultural sensitivities and humanity                                                                                                                                      (Big Leung,PhD, Australia).

Dr Arry menulis dengan berani, memperhatikan kesetaraan budaya, hak hidup sehat, manajemen, filosofi  dan masyarakat khususnya di pedalaman.Walau hanya menambah semenit umur panjang sangatlah berarti. Buku ini tidak hanya cukup untuk dibaca.(Dr.Robby Kayame,SKM,MKes, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Paniai).

Buku yang ditulis seperti apa yang diajarkan daddy untuk kami, peduli sesama  serta  melakukannya. Waktu kecil kami pernah menangis dan protes melihat foto-foto di laptopnya  (Bella, Abby and Lachlan , my beloved daughter and sons)
Penyakit Terabaikan (neglected diseases) memberikan beban kesehatan kepada pasien dan masyarakat baik fisik ,psikologik dan ekonomi. Beban ini diperparah dengan adanya kecacatan. Beberapa penyakit terabaikan yang sering di tanah Papua... more
Penyakit Terabaikan (neglected diseases) memberikan beban kesehatan kepada pasien dan masyarakat baik fisik ,psikologik dan ekonomi. Beban ini diperparah dengan adanya kecacatan. Beberapa penyakit terabaikan yang sering di tanah Papua adalah penyakit kusta,frambusia, kaki gajah dan cysticercosis/kecacingan. Penyakit ini umumnya mengenai masyarakat miskin dan tinggal di daerah pedalaman.
Penyakit kulit dan penyakit terabaikan mempunyai variasi gambaran yang bermacam-macam. Seringkali pada penyakit kusta didapat kemiripannya penyakit kulit lainnya (leprosy is a great imitator) oleh karena itu perlu ketrampilan,pengalaman dan pengetahuan yang cukup bagi petugas. Dengan terbiasa melihat kasus dan gambar-gambar kita akan lebih mudah mempelajarinya penyakit-penyakit ini.
Buku ini terinspirasi dari Leprosy in Africans oleh dr.W.K.Jacyk (ILEP Publication) dan buku  Common Skin Diseases in Africa: An Ilustrated guide karangan Collete van Hees dan Ben Naafs. Buku disesuaikan dengan keadaan kasus-kasus  di tanah Papua.
Semoga sumbangsih ini bermanfaat bagi petugas kita yang bekerja di lapangan, para mahasiswa kedokteran dan keperawatan.
Buku ini adalah kami terjemahkan untuk membantu ekspansi program TB di tempat kerja .Buku ini adalah terjemahan dari penerbitan serial buku WHO. Buku ini mungkin berguna bagi mereka mempelajari sejarah perkembangan TB (This is a... more
Buku ini adalah kami terjemahkan untuk membantu ekspansi program TB di tempat kerja .Buku ini adalah terjemahan dari  penerbitan serial buku WHO. Buku ini mungkin berguna bagi mereka mempelajari sejarah perkembangan TB (This is a translation of DOTS at the workplace,2005 for solely proposed for sharing and those who are interested to learn TB history. )
Research Interests:
Buku ini ditulis dengan kerinduan bagaimana ilmu pengetahuan antara teori dan praktek bisa menjadi mudah dan membumi. Masih banyak mahasiswa S1, S2 dan S3 masih enggan mengunakan metode Kualitatif . Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif... more
Buku ini ditulis dengan kerinduan bagaimana ilmu pengetahuan antara teori dan praktek bisa menjadi mudah dan membumi. Masih banyak mahasiswa S1, S2 dan S3 masih enggan mengunakan metode Kualitatif . Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif memiliki pengikut masing-masing. Sebagian ilmuwan mengagap penelitian kuantitatif lebih tinggi nilai daripada kualitatif, sebaliknya peneliti kualitatif beranggapan bahwa penelitian kuantitatif terlalu kaku  dan cenderung mereduksi pikiran orang. Perlu disadari alur berpikir kuantitatif dan kualitatif setara dalam mencari suatu  kebenaran. Sebagian besar reaksi daripada mahasiswa bahwa penelitian kualitatif susah dan lama. Buku ini kami beri judul “Metodologi Penelitian : Kualitatif Saja” untuk menjawab tantangan itu , mengajak mahasiswa  dan peneliti  berani menulis dan berpikir bahwa penelitian kualitatif tidaklah  selalu susah  seperti yang dipikirkan. Janganlah takut, mari kita mencobanya ” Kualitatif saja”.
    Penelitian Kualitatif belum banyak dipelajari oleh para ilmuwan  di bidang sosial khususnya di Indonesia , salah satu kendalanya keterbatasan literatur berbahasa Indonesia. Buku ini membahas hal-hal yang mendasar berpikir kualitatif, sejarah dan filosofi, mulai dengan 5 pertanyaan, perbedaan kualitatif dan kuantitatif dalam menyatakan masalah, bagaimana menggali informasi melalui snow ball method, contoh aplikasi penelitian Kualitatif dari tesis dan disertasi (Biografi, Studi Kasus, Fenomenologi, Grounded Theory ,Etnomethodologi), memahami budaya dan terakhir tentang format proposal serta Tips menulis.
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunianya sehingga penyusunan buku Tumbuhan Obat Tradisional Papua; Berdasarkan Kearifan Lokal Masyarakat Papua ini dapat diselesaikan. Sudah... more
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunianya sehingga penyusunan buku Tumbuhan Obat Tradisional Papua; Berdasarkan Kearifan Lokal Masyarakat Papua ini dapat diselesaikan.
Sudah beratus tahun lamanya, beberapa potensi hutan sudah dimanfaat suku-suku di Papua sebagai bahan obat penyembuh berbagai penyakit. Misalnya, buah merah,sarang lebah,sarang semut,jahe, daun gatal,kulit kayu susu dan lain-lain. Masyarakat sudah sejak lama memiliki pengetahuan etno-wanafarma yang memadai sebagai bagian dari pengetahuan asli (indigeneous knowledge). Partisipasi masyarakat asli Papua dalam aktiviatas-aktivitas pelayanan bertujuan memperbaiki derajat kesehatan individu atau kelompok masyarakat, sudah berjalan berdasarkan suatu wilayah yang dilahirkan dengan talenta sebagai dukun kampung. Mereka inilah yang mempelopori lahir etno-warnafarma.
Papua memiliki keanekaragaman hayati yang sangat luar biasa. Tumbuhan obat di wilayah  ini merupakana salah satu pabrik biokimia yang menghasilkan senyawa- senyawa bioaktif yang dapat dikembangkan sebagai bahan dasar obat fitofarmaka yang potensial untuk mengatasi masalah kesehatan dan merupakan sumber daya alam yang  sangat  penting  bagi  kesejehteraan  masyarakat  Indonesia,  dan  khususnya  di Papua.
Pelayanan kesehatan tradisional merupakan salah satu bentuk Primary Health Care dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang diselenggarakan melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satu wujud peran Sentra Pengembangan dan Penerapanan Pengobatan Tradisional Dinkes Provinsi Papua adalah mengenalkan dan mengembangkan potensi tumbuhan obat tradisional dan pelayanan tradisional berdasarkan kearifan lokal masyarakat yang ada di wilayah Provinsi Papua melalui diterbitkannya buku tumbuhan obat tradisional Papua ini.
Saya ucapakan terimaksih kepada para kontributor, tim penyusun, editor dan seluruh pihak yang terlibat dalam proses penyusunan buku ini  yang menjadi dasar penelitian dan produksi obat-obat tradisonal di tahun-tahun yang akan datang.
 
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua,

drg Aloysius Giyai,MKes
Buku ini ditulis dengan kerinduan bagaimana ilmu pegetahuan antara teori dan praktek bisa menjadi mudah dan membumi. Dasar-dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat ditulis dalam bab-bab awal yang mengetengahkan bagaimana epidemiologi melihat... more
Buku ini ditulis dengan kerinduan bagaimana ilmu pegetahuan antara teori dan praktek bisa menjadi mudah dan membumi. Dasar-dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat ditulis dalam bab-bab awal yang mengetengahkan bagaimana epidemiologi melihat distribusi penyakit berdasarkan orang, tempat dan waktu. Bagaimana pemikiran dasar Public Health mengungkapkan penyakit, mengenal masalah dan melakukan pengendalian untuk itu. Bab berikutnya mengetengahkan beberapa Kejadian Luar Biasa bagaimana melakukan investigasi dan melaporkannya serta melakukan pengendalian. Kematian dan kesakitan yang dialami oleh masyarakat merupakan pengalaman yang mahal dan pegetahuan yang tak ternilai harganya, maka kita belajar dari lapangan. Buku ini memberikan contoh nyata yang terjadi di kabupaten Paniai.Tidak sedikit masalah kesehatan dibatasi karena ketidaktahuan masyarakat (ignorancy), kepercayaan masyarakat (belief ) atau budaya (culture), karena keterisolasian masyarakat tinggal di tempat yang jauh, dan harus menggunakan pesawat untuk mencapai daerah-daerah tersebut. Petugas kesehatan yang tidak tersedia, Perang antarsuku masih sering terjadi. Disisi yang lain faktor keamanan juga dirasakan. Tidak jarang faktor alam yang ekstrim seperti musim penghujan membawa timbulnya penyakit diare dan kelaparan karena tanaman umbi-umbian masyarakat membusuk. Namun dengan beriringan waktu dan komitmen pemerintah yang makin kuat pro rakyat, beberapa faktor-faktor tersebut sudah mulai lebih baik.

Kalau ingin perubahan maka caranya juga harus berbeda atau diubah dari kebiasaan, tidak ada hasil yang berbeda dengan cara yang sama. Dibutuhkan pemikiran out of box. Buku ini meringkas Teori Proactive Health Seeking Behaviour, membuat pandangan yang berbeda dimana mencari pertolongan kesehatan umumnya hanya melihat dari sisi pasien atau masyarakat, namun tulisan ini juga melihat sisi provider atau pelayanan kesehatan. Bagaimana kedua kutub antara pasien dan pelayanan kesehatan digerakkan dan dipertemukan. Petugas jangan hanya melayanai di puskesmas harus bergerak menjangkau masyarakat dan mengerakkan masyarakat untuk terlibat dengan menggunakan kearifan lokal. Beberapa hasil penelitian terkini tentang Hepatitis, Avian Influenza dan Survei

Terpadu Biologis Prilaku melengkapi buku ini. Tulisan ini dapat dibaca oleh masyarakat, mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat, mahasiswa Kedokteran, dapat menjadi sumber bacaan dan penelitian berikutnya. Lebih daripada itu penulis ingin agar kita dapat menghargai suatu budaya disaat budaya itu tengah memasuki proses perubahan karena adanya perkembangan baru dalam masyarakat, kompetisi penduduk dan sebab-sebab lainnya.


Tak ada laut yang tak berombak begitu pula tak ada gading yang tak retak, Kritikan saran dan masukan untuk penyempurnaan tulisan ini akan penulis terima dengan senang hati dan untuk itu penulis mengucapkan terimakasih. Semoga Tuhan memberkati kita semua. Koyaooo.




Enarotali, April 2016
Penulis, Robby Kayame & Arry Pongtiku
Buku “Cerita Yang tidak diceritakan ” menembus dimensi waktu yaitu dahulu dan sekarang serta harapan dan kenyataan .Tulisan ini merupakan catatan harian dan hasil survei yang dilakukan oleh penulis yang bekerja sebagai dokter... more
Buku “Cerita Yang tidak diceritakan ” menembus dimensi waktu yaitu dahulu dan sekarang serta harapan dan kenyataan .Tulisan ini merupakan catatan harian dan hasil survei yang dilakukan  oleh penulis yang bekerja sebagai dokter   kesehatan masyarakat, konsultan kesehatan dan juga sebagai pengajar di Tanah Papua. Pekerjaan yang diterima cukup menantang yaitu melayani masyarakat yang tinggal jauh di pedalaman, masyarakat miskin, kaum tidak beruntung penderita kusta, kaki gajah, HIV yang sebahagian petugas masih enggan menangani,tugas ini merupakan kebahagian dan kehormatan. Perubahan-perubahan saat ini seperti roda yang berjalan begitu cepat dipihak lain masih ada masyarakat merasa biasa-biasa saja ,masih hidup dengan penyakit yang dapat disembuhkan karena kesederhanaan, keterisolasian dan ketidaktahuan mereka (ignorancy). Kisah- kisah   dalam buku menjelaskan sisi lain mungkin masih kurang dibicarakan (untold stories).Tulisan ini merupakan fakta yang memberikan nilai sejarah, nilai medis, nilai manajemen, nilai kemanusian dan pesan moral. Buku ini juga disertai data pendukung dan gambar-gambar, sehingga mudah dicerna dan dapat menjadi masukan bagi pembangunan kesehatan khususnya di pedalaman, mengenalkan penyakit –penyakit yang ada di masyarakat Papua yang masih terabaikan, masalah sosial yang kerap dirasakan pasien dan keluarganya serta mengajak memahami orang lain dan memahami diri sendiri. Akhirnya tak habis-habisnya penulis merenung dan mengagumi makna hidup dan kemurahan Sang Khalik. I.S Kijne yang melayani Tanah Nieuw Guinea (1923) mengatakan “Barang siapa yang bekerja di tanah ini dalam iman dan dengar-dengaran akan berjalan dari satu pendapatan heran ke pendapatan heran yang lain”. Ucapan terimakasih kepada  Dinas   Kesehatan Propinsi Papua dan Papua Barat , NLR (Netherlands leprosy Relief), Kementerian Kesehatan RI,bapak dan ibu yang tak dapat disebutkan satu persatu banyak memberi dukungan. Semoga tulisan ini memberi inspirasi.
Research Interests:
Neglected Tropical Diseases cause not only physical and psychological issues but also economic issues in the form of health care cost for both patients and society. This burden is compounded by the existence of disability. Some Neglected... more
Neglected Tropical Diseases cause not only physical and psychological issues but also economic issues in the form of health care cost for both patients and society. This burden is compounded by the existence of disability. Some Neglected Tropical Diseases are existent in Papua including leprosy, yaws, lymphatic  filariaisis  and cysticercosis / worm infection.  Neglected diseases are closely related to poverty, poor sanitation, access to health services, service public  ignorance, lower quality of life due to disability, stigma and discrimination a limited resources, including funds and scarcity of health workers who deal with these diseases.
    Skin diseases and neglectedtropical  diseases have various appearances and are often mixed up. Leprosy often looks similar to other skin diseases (leprosy is a great imitator) therefore necessary skills, experiences  and knowledge  are needed for  the health  workers. With accustomed to seeing cases and pictures we will learn these diseases more easily.
    This book was inspired by Leprosy in Africans by dr.W.K.Jacyk (ILEP Publication) and the book of Common Skin Diseases in Africa: An essay guide Illustrated by Collette van Hees and Ben Naafs. This book was adapted to the circumstances of cases in Papua.
Hopefully, this book will prove to be useful to our health staffs who work in the field, and students in medicine, nursing and public health.

                                                                                                              Author, 2016


"The sole purpose of this illustrative  book (Atlas) is  to train and help field workers and is not meant for commercial purposes”
Research Interests: