[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2 tayangan9 halaman

Yuta Oshima

Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2 tayangan9 halaman

Yuta Oshima

Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 9

UAS ISDH

NAMA: YUTA OSHIMA

NPM : 04342211059

1. Inventarisasi Sumber Daya Hutan (SDH) adalah proses sistematis pengumpulan, pencatatan, dan
analisis data mengenai berbagai sumber daya yang terdapat di dalam hutan. Ini mencakup
informasi tentang jenis dan jumlah pohon, vegetasi, fauna, kondisi tanah, air, serta aspek
ekosistem lainnya. Tujuan utama dari inventarisasi ini adalah untuk memahami kondisi, potensi,
dan perubahan yang terjadi di dalam hutan, guna mendukung pengelolaan dan konservasi hutan
secara berkelanjutan.

Mengapa Penting untuk Mempelajari Mata Kuliah (M.K.) Inventarisasi SDH?

Pengelolaan Hutan Berkelanjutan: Inventarisasi memberikan data yang akurat dan komprehensif
yang diperlukan untuk mengelola hutan secara berkelanjutan. Dengan data ini, pemanfaatan hutan
dapat direncanakan tanpa merusak ekosistemnya, memastikan bahwa hutan tetap produktif dan
sehat untuk generasi mendatang.
Pelestarian Biodiversitas: Dengan mempelajari komposisi dan distribusi spesies di dalam hutan,
kita dapat mengambil langkah-langkah konservasi yang lebih efektif untuk melindungi flora dan
fauna yang terancam punah. Ini penting untuk menjaga keanekaragaman hayati yang memiliki
nilai ekologis, ekonomis, dan budaya.

Mitigasi Perubahan Iklim:


Hutan berperan penting dalam menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Inventarisasi membantu
memantau kesehatan hutan dan kapasitasnya untuk menyerap karbon, yang merupakan langkah
krusial dalam mitigasi perubahan iklim dan upaya mengurangi efek gas rumah kaca.

Perencanaan dan Kebijakan:


Data inventarisasi digunakan oleh pemerintah dan lembaga terkait untuk membuat kebijakan
yang berkaitan dengan penggunaan lahan, perlindungan hutan, dan rehabilitasi lahan yang
terdegradasi. Kebijakan yang berdasarkan data akan lebih efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan konservasi dan pengelolaan hutan.

Pemantauan dan Evaluasi:


Inventarisasi memungkinkan pemantauan perubahan yang terjadi di hutan dari waktu ke waktu,
baik karena faktor alami maupun akibat aktivitas manusia. Ini penting untuk evaluasi efektivitas
kebijakan dan tindakan pengelolaan hutan serta untuk menyesuaikan strategi pengelolaan sesuai
kebutuhan.

Manajemen Risiko Bencana:


Informasi tentang kondisi hutan membantu dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko
bencana seperti kebakaran hutan, banjir, dan tanah longsor. Dengan data yang tepat, langkah-
langkah mitigasi dan respon bencana dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan lebih baik.

Pengembangan Ekonomi Lokal:


Data inventarisasi dapat digunakan untuk mengembangkan potensi ekonomi dari sumber daya
hutan, seperti produk kayu, non-kayu (misalnya getah, madu, tumbuhan obat), dan ekowisata. Ini
dapat mendukung penghidupan masyarakat lokal dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Dengan mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa dan profesional di bidang kehutanan akan
memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan inventarisasi,
menganalisis data, dan membuat keputusan yang tepat dalam pengelolaan hutan. Hal ini sangat
penting untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya hutan dan konservasi
lingkungan.

2. Dalam teknik inventarisasi Sumber Daya Hutan (SDH), terdapat dua pendekatan utama yaitu
pendekatan sensus dan pendekatan sampling. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing
pendekatan beserta kelebihan dan kekurangannya:

 Pendekatan Sensus
Pengertian:

Pendekatan sensus adalah metode inventarisasi di mana data dikumpulkan dari seluruh populasi
atau area hutan tanpa pengecualian. Dalam konteks hutan, ini berarti mengumpulkan data dari
setiap pohon, plot, atau area hutan yang ada.

Kelebihan:

Akurasi Tinggi: Karena data dikumpulkan dari seluruh populasi, hasilnya sangat akurat dan
representatif.
Data Komprehensif: Memberikan gambaran lengkap tentang kondisi hutan, mencakup semua
spesies, struktur, dan komposisi ekosistem.
Dasar Data yang Kuat: Ideal untuk pengelolaan dan perencanaan hutan yang membutuhkan data
yang sangat detail dan presisi.

Kekurangan:

Biaya Tinggi: Proses sensus membutuhkan sumber daya yang besar, termasuk biaya tenaga kerja,
waktu, dan peralatan.
Waktu yang Lama: Memerlukan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan pengumpulan data
terutama pada hutan yang luas.
Logistik yang Rumit: Memerlukan perencanaan dan koordinasi yang sangat baik untuk mengelola
data dalam skala besar.

 Pendekatan Sampling
Pengertian:

Pendekatan sampling adalah metode inventarisasi di mana data dikumpulkan dari sebagian
populasi atau area hutan yang representatif. Biasanya, sejumlah plot atau sampel yang dipilih
secara acak atau sistematis diambil untuk mewakili keseluruhan hutan.

Kelebihan:

Biaya Lebih Rendah: Membutuhkan lebih sedikit sumber daya dibandingkan dengan sensus, baik
dalam hal biaya, tenaga kerja, maupun waktu.
Efisiensi Waktu: Proses pengumpulan data bisa dilakukan lebih cepat, memungkinkan
pengambilan keputusan yang lebih cepat juga.
Fleksibilitas: Metode ini lebih mudah disesuaikan dengan berbagai kondisi lapangan dan ukuran
hutan.

Kekurangan:

Potensi Kesalahan Sampling: Jika sampel tidak diambil dengan benar, hasilnya mungkin tidak
representatif dan dapat mengarah pada kesalahan dalam estimasi populasi.
Akurasi Lebih Rendah: Tidak seakurat sensus karena hanya sebagian dari populasi yang diukur.
Ketergantungan pada Metode Statistik: Memerlukan penerapan metode statistik yang tepat untuk
memastikan hasil yang representatif dan mengurangi bias.

Kesimpulan
Pendekatan Sensus cocok digunakan ketika akurasi dan detail data sangat penting, meskipun
membutuhkan biaya dan waktu yang besar.
Pendekatan Sampling lebih efisien dan ekonomis, cocok untuk area hutan yang luas atau ketika
sumber daya terbatas, namun harus dilakukan dengan metode yang tepat untuk mengurangi
kesalahan.
Memilih pendekatan yang tepat tergantung pada tujuan inventarisasi, ketersediaan sumber daya,
dan ukuran area hutan yang akan diinventarisasi.

3. Nilai dugaan (estimasi) yang dihasilkan dari pendekatan sampling dikatakan representatif dan
dapat digunakan sebagai data ilmiah ketika memenuhi beberapa kriteria berikut:

1. Ukuran Sampel yang Cukup

Kuantitas:
Ukuran sampel harus cukup besar untuk memberikan estimasi yang akurat tentang populasi.
Ukuran ini biasanya ditentukan berdasarkan metode statistik yang mempertimbangkan tingkat
kepercayaan dan margin of error yang diinginkan.
Kualitas:
Sampel harus mencakup variasi yang ada dalam populasi sehingga hasilnya mencerminkan
seluruh populasi.

2. Pemilihan Sampel yang Tepat

Random Sampling:
Sampel harus dipilih secara acak untuk memastikan bahwa setiap anggota populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih. Ini mengurangi bias dan membuat sampel lebih
representatif.
Stratified Sampling:
Dalam kasus di mana populasi memiliki subkelompok yang berbeda (misalnya, berbagai jenis
vegetasi atau topografi), stratified sampling dapat digunakan untuk memastikan bahwa setiap
subkelompok terwakili dalam sampel.

3. Desain Penelitian yang Baik

Protokol Standar:
Proses pengumpulan data harus mengikuti protokol standar yang diakui dalam bidang ilmiah
untuk memastikan konsistensi dan akurasi.
Kontrol Variabel:
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil harus dikontrol atau dicatat sehingga dapat
diperhitungkan dalam analisis.

4. Analisis Statistik yang Tepat

Metode Statistik:
Penggunaan metode statistik yang sesuai untuk menganalisis data sampel dan mengestimasi
parameter populasi. Ini termasuk penggunaan interval kepercayaan dan uji hipotesis untuk
mengukur keakuratan estimasi.
Penanganan Bias:
Identifikasi dan penanganan potensi bias dalam pengumpulan dan analisis data.

5. Validitas dan Reliabilitas

Validitas:
Data harus benar-benar mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Misalnya, jika tujuannya
adalah untuk mengukur kerapatan pohon, metode yang digunakan harus benar-benar mampu
mengukur kerapatan dengan akurat.
Reliabilitas:
Hasil yang diperoleh harus konsisten ketika diulang di bawah kondisi yang sama.

6. Replikasi dan Verifikasi

Replikasi:
Studi yang dapat direplikasi oleh peneliti lain dengan hasil yang konsisten meningkatkan
kepercayaan terhadap representativitas data.
Verifikasi:
Cross-checking data dengan sumber atau metode lain untuk memastikan keakuratan dan
konsistensi hasil.

7. Konsistensi dengan Penelitian Lain

Perbandingan:
Hasil yang konsisten dengan temuan dari penelitian lain dalam bidang yang sama atau dengan
data dari sumber yang berbeda menunjukkan bahwa estimasi tersebut representatif.
Jika nilai dugaan dari sampling memenuhi kriteria-kriteria di atas, maka hasil tersebut dapat
dianggap representatif dan valid untuk digunakan sebagai data ilmiah. Hal ini memastikan bahwa
keputusan dan kebijakan yang dibuat berdasarkan data tersebut didukung oleh bukti yang kuat
dan dapat diandalkan.

4. Untuk menjelaskan teknik pengamatan inventarisasi amfibi di lapangan, kita perlu mengetahui
jenis teknik yang biasa digunakan dalam penelitian amfibi. Berikut adalah dua teknik umum yang
mungkin tercermin dalam gambar kegiatan inventarisasi amfibi:

1. Visual Encounter Surveys (VES) atau Survei Penemuan Visual

Teknik Pengamatan:

Deskripsi:

Peneliti berjalan di sepanjang jalur yang telah ditentukan di habitat amfibi dan mencari amfibi secara
visual.

Langkah-langkah:

Persiapan Jalur:

Sebelum survei dimulai, jalur pengamatan ditentukan di habitat yang potensial untuk ditemukan
amfibi, seperti tepi sungai, kolam, atau hutan basah.

Pengamatan Langsung:

Peneliti berjalan perlahan di sepanjang jalur sambil mengamati permukaan tanah, vegetasi, dan
bawah benda-benda seperti batu atau kayu yang bisa menjadi tempat bersembunyi bagi amfibi.
Pencatatan Data:

Setiap amfibi yang ditemukan dicatat termasuk spesies, jumlah individu, lokasi, dan kondisi
lingkungan sekitar (suhu, kelembaban, dll.). Jika perlu, beberapa individu bisa diambil sampelnya
untuk identifikasi lebih lanjut di laboratorium.

Fotografi dan Dokumentasi:

Amfibi yang ditemukan bisa difoto untuk dokumentasi dan verifikasi lebih lanjut.

Kelebihan:

Relatif mudah dan tidak memerlukan peralatan mahal.

Dapat mencakup area luas dalam waktu singkat.

Kekurangan:

Efisiensi tergantung pada kondisi lingkungan dan keterampilan pengamat.

Tidak efektif untuk spesies yang sulit dilihat atau tersembunyi.

2. Pitfall Traps atau Perangkap Jatuh

Teknik Pengamatan:

Deskripsi:

Menggunakan perangkap yang ditempatkan di tanah untuk menangkap amfibi yang bergerak
melintasi area tersebut.

Langkah-langkah:

Persiapan Perangkap:

Perangkap berupa wadah seperti ember atau kaleng yang digali dan dimasukkan ke dalam tanah
dengan bibir wadah sejajar dengan permukaan tanah. Di atasnya bisa dipasang pagar kecil yang
memandu amfibi menuju perangkap.

Penempatan Perangkap:

Perangkap ditempatkan secara strategis di sepanjang jalur yang sering dilalui amfibi, biasanya di
habitat basah atau sepanjang tepi air.

Pemantauan Rutin:
Perangkap diperiksa secara berkala (misalnya setiap pagi dan sore) untuk mengumpulkan amfibi
yang terperangkap. Peneliti mencatat spesies, jumlah, dan kondisi individu yang tertangkap.

Pelepasan:

Setelah pencatatan data, amfibi dilepaskan kembali ke habitat aslinya untuk meminimalkan stres dan
kematian.

Kelebihan:

Efektif untuk menangkap spesies yang aktif di malam hari atau yang sulit dilihat.

Dapat digunakan untuk survei jangka panjang dengan pemantauan rutin.

Kekurangan:

Memerlukan peralatan dan pengaturan awal.

Bisa menyebabkan stres atau cedera pada amfibi jika tidak diperiksa secara teratur.

Kesimpulan

Visual Encounter Surveys (VES):

Peneliti secara aktif mencari amfibi dengan pengamatan langsung di lapangan, ideal untuk survei
cepat dan penemuan spesies yang mudah dilihat.

Pitfall Traps:

Menggunakan perangkap untuk menangkap amfibi secara pasif, cocok untuk spesies yang lebih sulit
ditemukan atau survei jangka panjang.

Teknik mana yang digunakan tergantung pada tujuan penelitian, kondisi habitat, dan spesies target
yang diinventarisasi.

5. Dalam pengamatan burung, terdapat berbagai metode yang dapat digunakan untuk mencatat
kehadiran dan keanekaragaman spesies. Berikut ini adalah penjelasan mengenai metode daftar
jenis dan metode kombinasi (titik hitung), beserta kekurangan dan kelebihannya:

1. Metode Daftar Jenis (Species List Method)

Deskripsi:

Metode ini melibatkan pencatatan semua spesies burung yang terlihat atau terdengar selama periode
pengamatan di area tertentu. Pengamat bergerak di dalam area tersebut dan mencatat setiap spesies
yang mereka temukan.
Kelebihan:

Kesederhanaan:

Metode ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan peralatan khusus, hanya buku catatan dan
mungkin teropong.

Cepat dan Efisien:

Ideal untuk survei awal untuk mendapatkan gambaran cepat tentang keanekaragaman spesies di suatu
area.

Fleksibilitas:

Dapat diterapkan di berbagai habitat dan kondisi cuaca, serta dapat dilakukan oleh pengamat dari
berbagai tingkat keahlian.

Kekurangan:

Subyektivitas:

Tergantung pada keahlian dan pengalaman pengamat, sehingga hasil bisa bervariasi antara pengamat
yang berbeda.

Tidak Kuantitatif:

Hanya mencatat kehadiran spesies, tidak memberikan data kuantitatif tentang jumlah individu atau
kepadatan populasi.

Bias Deteksi:

Spesies yang kurang mencolok atau sulit ditemukan mungkin terlewatkan, menyebabkan bias dalam
data yang dikumpulkan.

2. Metode Kombinasi (Titik Hitung) atau Point Count Method

Deskripsi:

Metode titik hitung melibatkan pengamatan burung dari titik-titik tetap yang telah ditentukan
sebelumnya dalam suatu area. Pengamat berdiri di satu titik untuk jangka waktu tertentu (misalnya, 5-
10 menit) dan mencatat semua burung yang terlihat atau terdengar dalam radius tertentu dari titik
tersebut.

Kelebihan:
Data Kuantitatif:

Memberikan data yang lebih kuantitatif tentang jumlah individu dan kepadatan populasi di setiap titik.

Standarisasi:

Metode ini lebih standar, memungkinkan perbandingan yang lebih baik antara berbagai lokasi atau
periode waktu.

Pengurangan Bias:

Dengan mengamati dari titik tetap, pengamat dapat mengurangi bias yang disebabkan oleh pergerakan
pengamat dan variasi deteksi spesies.

Kekurangan:

Keterbatasan Ruang:

Pengamatan dibatasi oleh jarak pandang dan radius efektif dari titik pengamatan, yang bisa membatasi
jumlah spesies yang terdeteksi.

Waktu yang Diperlukan:

Memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan survei, terutama jika banyak titik yang harus
diamati.

Kesulitan Akses:

Beberapa titik mungkin sulit diakses, terutama di medan yang sulit atau tidak dapat dijangkau.

Kesimpulan

Metode Daftar Jenis:

Kelebihan: Mudah dilakukan, cepat, fleksibel.

Kekurangan: Subyektif, tidak kuantitatif, bias deteksi.

Metode Titik Hitung:

Kelebihan: Data kuantitatif, standar, mengurangi bias.

Kekurangan: Terbatas oleh radius pengamatan, memerlukan lebih banyak waktu, sulit diakses di
beberapa lokasi.

Pemilihan metode yang tepat tergantung pada tujuan survei, kondisi lapangan, serta sumber daya yang
tersedia. Metode daftar jenis mungkin lebih cocok untuk survei awal atau ketika waktu dan sumber
daya terbatas, sementara metode titik hitung memberikan data yang lebih rinci dan kuantitatif untuk
analisis yang lebih mendalam.

Anda mungkin juga menyukai