LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
INVENTARISASI SDH 2015
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Dalam istilah pengelolaan hutan konservasional, inventore hutan diperlukan untuk
mengetahui kekayaan yang terkandung di dalam suatu hutan pada saat tertentu dengan
dominasi pohon-pohonan selalu mengalami perubahan setiap waktu. Oleh karena itu jumlah
kekayaan yang terkandung di dalam hutan juga selalu berubah. Hal itu menyebabkan
inventore hutan tidak mudah untuk dilaksanakan, namun adanya kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh inventorehutan justru mendorong perkembangan tekhnik inventore hutan itu
sendiri dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya.
Nilai kekayaan suatu hutan tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan hutan yang ada pada
inventore yang ada serta taksiran perubahan yang terjadi, tetapi juga ditentukan oleh faktorfaktor yang lain di luarnya. Semua itu merupakan elemen-elemen yang terkandung di
dalamnya yang akan dicatat dalam suatu inventore hutan.
Suatu inventarisasi hutan lengkap dipandang dari segi penaksiran kayu harus berisi
deskripsi areal berhutan serta pemilikannya, penaksiran volume (parameter lain seperti berat)
pohon-pohon yang masih berdiri, dan penaksiran tambah-tumbuh dan pengeluaran hasil.
Dalam inventarisasi tertentu, dapat diberikan tekanan atau pembatasan pada satu atau
beberapa masalah tersebut, bergantung pada asas tujuan. Tetapi untuk suatu penilaian yang
menyeluruh terhadap suatu areal hutan dan terutama bermaksud untuk mengelolanya berdasar
asas hasil lestari, semua elemen itu harus dikuasai.
Kegiatan inventarisasi tegakan merupakan salah satu tahapan awal yang sangat penting
dalam pengusahaan hutan. Di dalam kegiatan inventarisasi hutan, keadaan tegakan,
komposisi serta penyebaran jenis pohon memegang peranan yang sangat penting dalam
menentukan tindakan-tindakan silvikultur yang akan diterapkan. Ketelitian data yang
diperoleh dari kegiatan inventarisasi potensi tegakan tersebut merupakan kunci dari
tercapainya kelestarian pengusahaan dan kelestarian sumberdaya hutan yang akan dikelola.
Mengingat bahwa pembangunan, dan pemanfaatan hutan tidak terlepas bahkan merupakan
bagian dari pada usaha pembangunan daerah, maka dalam inventarisasi hutan lawasa
cakupannya tidak terbatas hanya pada tegakan hutan saja, tetapi mencakup pula masalah
social ekonomi yang erat kaitannya dengan pemanfaatan hutan yang direncanakan
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum Inventarisasi Hutan adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui sekaligus memahami cara pengembilan data dengan benar dari tegakan
hutandalam
hal
pengukuran
parameter
pohon dengan
menggunakan
metode Line Plot SystematicSampling.
Kegunaan
dari
praktikum
Inventarisasi
Hutan
ini
adalah
agar
mahasiswa dapatmemahami tata cara pembuatan jalur petak ukur, cara menentukan arah jalur,
serta cara pengukuran jarak petak ukur pada masing-masing jalur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Inventarisasi Hutan
Inventarisasi Hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta
mengenai sumberdaya hutan untuk rencana pengelolaannya. Tujuannya adalah
mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai bahan
perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka panjang, jangka menengah dan
operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalam inventarisasi yang
dilaksanakan.
Ruang lingkup inventarisasi hutan meliputi survei mengenai status dan keadaan fisik
hutan, flora dan fauna, sumberdaya manusia serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan
sekitar hutan.
Inventarisasi hutan merupakan suatu teknik pengumpulan, pengevaluasian, dari
menyajikan informasi yang terspesifikasi dari suatu areal hutan karena secara umum hutan
merupakan areal yang luas, maka data biasanya di kumpulkan dengan kegiatan sampling.
Di dalam merencanakan suatu inventarisasi hutan, ada beberapa hal yang harus selalu
diperhatikan walaupun bagi masing-masing tidak perlu mendapatkan perhatian yang sama.
Hal-hal yang yang perlu mendapatkan perhatian dalam melaksanakan inventarisasi hutan
2.2 Pengertian Sistematik Sampling
Sampling sistematik adalah satu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan satu
pola yang bersifat sistematik (systematic pattern), yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Bentuk pola tersebut bermacam-macam, bergantung pada tujuan inventore, waktu dan biaya
yang tersedia, serta kondisi populasi yang dihadapi (Simon H. 2007).
Line plot systematic sampling merupakan perkembangan dari continous strip sampling.
Latar belakang penggunaan line plot sampling adalah untuk menghemat waktu dan biaya
dengan mengurangi pekerjaan pengukuran di lapangan tetapi diharapkan tidak mengurangi
kecermatan sampling yang diperoleh (Simon H., 1996).
Intensitas sampling adalah suatu bilangan yang menggambarkan perbandingan antara
jumlah contoh dengan jumlah populasi seluruhnya tergantung dari besar kecilnya intensitas
sampling tergantung pada tingkat kecermatan yang di inginkan dan heterogenitas dari
populasi yang di hadapi (Madyana. Th., 1989).
Dalam rancangan sampling jalur sistematik pemilihan jalur pertama secara acak (random
start) dan selanjutnya jalur di tempatkan secara sistematik. Adanya pengambilan contoh
secara sistematik dengan awal acak ini sangatlah tepat karena untuk memperkecil
kekurangan sistematik sampling, maka jalan keluarnya adalah dengan mengkombinasikan
metode sistematik sampling dengan metode random sampling.
2.3 Pengelolaan Petak Ukur
Petak ukur adalah satuan sampling yang berupa bagian dari luasan sebuah tegakan
dimana akan dilakukan pengukuran dan pengamatan karakter tegakan dan kondisi lahannya.
Pencatatan dan pengolahan data memperoleh perhatian yang cermat, khususnya selama
permulaan tahap perencanaan suatu invenntore hutan karena sarana pengolahan data
(misalnya tersedianya fasilitas dan personil untuk perhitungan) atau biayanya akan
mempunyai dampak yang berarti pada rancangan, intensitas dan pembagian waktu seluruh
inventore. Didalam kerangka informasi yang diperlukan serta uang dan waktu yang tersedi,
perlakuan terhadap data harus dipandang sebagai faktor pembantu yang secara langsung
mempengaruhi pemilihan metode inventore. Secara umum akan ditekankan, semakin
sederhana rancangan inventorenya, semakin murah biaya penanganan data dan semakin
sedikit waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Walaupun pengolahan data
lebih membantu sebagai sarana inventore hutan daripada sebagai faktor penentu, namun
pengaruhnya terhadap realisasi inventore tak dapat dianggap kecil
Secara umum tipe petak ukur dapat dipisahkan menjadi tiga macam yaitu petak ukur
sederhana dengan berbagai bentuk, petak ukur terkombinasi, dan petak ukur satelit.
2.4 Populasi dan Sampel (Contoh)
Salah satu bagian dalam desain penelitian adalah menentukan populasi dan sampel penelitian.
Dewasa ini, kegiatan penelitian banyak dilakukan dengan penarikan sampel, karena metode
penarikan sampel lebih praktis, biayanya lebih hemat, serta memerlukan waktu dan tenaga yang lebih
sedikit dibandingkan dengan metode sensus. Pengambilan sebagian dari keseluruhan objek, dan
atas hasil penelitian suatu keputusan atau kesimpulan mengenai keseluruhan objek populasi dibuat,
disebut sebagai metode penarikan sampel (sampling). Penelitian yang memakai sampel untuk
meneliti atau menyelidiki karakteristik objek penelitian, dilakukan dengan beberapa alasan antara lain:
objek yang diteliti sifatnya mudah rusak, objek yang diteliti bersifat homogen, tidak mungkin meneliti
secara fisik seluruh objek dalam populasi, untuk menghemat biaya, untuk menghemat waktu dan
tenaga, serta keakuratan hasilsampling.
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel
sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi,
akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam
survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau
subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik
populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan
secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat
mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria
terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil
penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik
populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang
dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang
populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya
sampel.
Dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit analisis, baik pada penelitian dengan
pendekatan kuantitatif dan penelitian dengan pendekatan kualitatif, setidaknya terdapat dua hal yang
menjadi masalah atau persoalan yang dihadapi, yaitu: pertama, bahwa persoalan sampling adalah
proses untuk mendapatkan sampel dari suatu populasi. Di sini sampel harus benar-benar bisa
mencerminkan keadaan populasi, artinya kesimpulan hasil penelitian yang diangkat dari sampel
harus merupakan kesimpulan atas populasi. Sehingga masalah yang dihadapi adalah bagaimana
memperoleh sampel yang representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili elemen lain dalam
populasi atau mencerminkan keadaan populasi. Kedua, masalah yang dihadapi dalam penelitian
yang menggunakan sampel sebagai unit analisis adalah tentang bagaimana proses pengambilan
sampel, dan berapa banyak unit analisis yang akan diambil. Sehingga masalah yang dihadapi
diantaranya teknik penarikan sampel manakah yang cocok dengan karakteristik populasi, tujuan dan
masalah penelitian yang akan dikaji. Selain itu berapa banyak unit analisis atau ukuran sampel
(sample size) yang akan dilibatkan dalam kegiatan penelitian.
Populasi merupakan keseluruhan rangkaian unsur-unsur di mana kita sedang mencari informasi
tentang sesuatu dan ini harus diberi batasan secara baik. Suatu sampel adalah suatu bahagian dari
populasi yang kita harapkan merupakan wakil populasi. Suatu sampel terdiri atas pengamatanpengamatan dan terdapat n observasi di dalam satu sampel (Paine P.D., 1992).
Di dalam pengukuran parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam pengukuran kayu
adalah diameter atau keliling, tinggi pohon, tinggi batang, diameter tajuk dan volume. Di samping
dapat diukur pada berbagai ketinggian, pengukuran diameter pohon melibatkan beberapa macam
alat, baik untuk dimensi dengan atau tanpa kulit (Simon H., 2007).
Sampel merupakan bagian populasi yang secara statistik dianggap refresentatif untuk mewakili
karakteristik atau menggambarkan parameter populasi tersebut (Simon H., 2007).
Sampling merupakan bagian populasi yang secara statistik dianggap representatif untuk
mewakili karakteristik atau menggambarkan parameter populasi tersebut. Sifat dari populasi
dapat di ukur dengan tingkat kepercayaannya (degree of confidence)dan ini merupakan eror
sampling (sampling erorr) yang selalu melekat pada sampel manapun. Hal ini disebabkan
oleh dua hal yang berkaitan dengan sifat alami populasi, yaitu :
a. Variasi di dalam populasi, dan
b. Kesempatan untuk memilih sampel/dan juga eror non-sampling (non-sampling erorr).
Kedua macam eror tersebut sama sekali terpisah kedudukannya dalam statistik.
Penggunaan sampel ukur (sampel plot) dalam kehutanan untiuk berbagai keperluansuda
dilakukan sejak lama, bentuk-bentuk petak ukur yang lazim digunakan adalah persegi
panjang, bujur sangkar, jalur dan lingkaran.
Besarnya anggota sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti praktis,
ketepatan, nonresponden dan analisi data. Teknik untuk menghitung besarnya anggota sampel
secara umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara proporsi dan ketelitian estimasi (Usman,
H., 2008).
Menurut Nasoetion, contoh adalah bagian dari populasi yang digunakan guna pengamatan atau
penyelidikan. Contoh ini merupakan suatu irisan sifat populasi, haruslah keseluruhan anggota contoh
yang terpilih mencerminkan keadaan populasi sewajarnya.
Pengambilan contoh menurut Teken, dilakukan atas pertimbangan biaya waktu dan tenaga yang
tersedia dalam suatu penelitian.
Menurut Mubyarto, pengambilan contoh dilakukan atas
pertimbangan sumberdaya yang terbatas, keterbatasan data dan pengujian yang sifatnya merusak.
2.5 Pengambilan Sampel Secara Sistematik
Sampling sistematik adalah satu cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan satu
pola yang bersifat sistematik (systematic pattern), yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Bentuk pola tersebut bermacam-macam, bergantung pada tujuan inventore, waktu dan biaya
yang tersedia, serta kondisi populasi yang dihadapi. Pada line plot systematic sampling
merupakan perkembangan dari continous strip sampling. Latar belakang penggunaan line
plot sampling adalah untuk menghemat waktu dan biaya dengan mengurangi pekerjaan
pengukuran di lapangan tetapi diharapkan tidak mengurangi kecermatan sampling yang
diperoleh.
Menurut Sutarahardja bahwa metode sampling jalur sistematik merupakan suatu
metode
yang ditentukan
berdasarkan
luas
tertentu dari
unit
contohnya, yakni berdasarkandengan unit contoh berbentuk
jalur yang
terdistribusi secara sistematik. Sistematik di sini diartikan bahwa jalur tersebar merata
dengan lebar jalur dan jarak antar jalur yang selalu tetap dari satu jalur ke jalur lainnya.
Bentuk petak ukur yang lazim digunakan dalam inventore hutan adalah bentuk petak
ukur persegi panjang, bujur sangkar, jalur dan lingkaran. Digunakannya petak ukur dalam
kehutanan disebabkan karena hutan bukan semata-mata sebagai kumpulan dari pohon,
melainkan merupakan suatu asosiasi dari flora dan fauna di suatu wilayah yang cukup luas,
mulai dari mikroorganisme sampai tumbuhan berbunga dan binatang menyusui (Madyana
Th.,1989).
Dalam inventarisasi hutan dikenal beberapa istilah yang digunakan dalam melakukan
pengukuran dan penaksiran potensi suatu tegakan yaitu populasi, sampel (contoh), dan
parameter. Menurut Cochran, populasi digunakan untuk menyatakan kumpulan dari mana
contoh diambil, sedangkan Husch mengatakan populasi merupakan kumpulan keseluruhan
anggota dan individu yang akan diteliti atau dipelajari.
Sampel merupakan bagian populasi yang secara statistik dianggap refresentatif untuk
mewakili karakteristik atau menggambarkan parameter populasi tersebut. Sedangkan
parameter adalah ciri suatu populasi, seperti harga rata-rata populasi atau simpangan baku
populasi.
Diameter merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam
pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan. Dengan keterbatasan
alat yang tersedia, seringkali pengukuran keliling (K) lebih banyak dilakukan, baru kemudian
dikonversi ke diameter (D), dengan menggunakan rumus yang berlaku untuk lingkaran
yaitu D = k/ (Kadri Wartono Ir., DKK, 1992).
Selain pengukuran keliling dan diameter, tinggi pohon juga merupakan variabel dari
parameter pohon yang mempunyai arti yang tak kalah pentingnya dalam melakukan
pengukuran dan penaksiran potensi tegakan hutan dan hasil hutan. Tinggi pohon merupakan
parameter lain yang mempunyai arti penting dalam penaksiran hasil hutan. Bersama
diameter, tinggi pohon diperlukan untuk menaksir volume dan riap. Secara khusus tinggi
pohon dapat dihubungkan dengan umur hutan tanaman untuk menentukan kelas kesuburan
tanah (bonita) (Simon H., 2007).
Dalam inventarisasi hutan biasanya dikenal beberapa macam tinggi yaitu tinggi total,
tinggi batang bebas cabang, tinggi batang komersil dan tinggi tunggak. Dalam kegiatan
praktikum inventarisasi hutan di hutan produksi Desa Oloboju variable tinggi pohon yang
diamati adalah tinggi batang bebas cabang dan tinggi total pohon. Tinggi batang bebas
cabang yaitu tinggi pohon dari pangkal batang di permukaan tanah sampai cabang pertama,
sedangkan tinggi total yaitu tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak
pohon (Simon H., 2007).
Pengukuran keliling, diameter dan tinggi pohon merupakan data inventarisasi yang
diperoleh langsung di lapangan. Setelah data-data tersebut terkumpul selanjutnya akan
dilakukan analisis data untuk mendapatkan hasil perhitungan volume dari setiap pohon
sampel pada masing-masing petak ukur dan perhitungan volume rata-rata dari semua pohon
sampel pada keseluruhan petak ukur. Agar hasil yang diperoleh dari perhitungan volume
pohon dapat memberikan keyakinan bagi si penaksir maka diperlukan analisis data yang lain
berupa perhitungan ragam (varians), simpangan baku (standar deviasi), galat baku (standard
error), kesalahan pengambilan contoh (sampling error), tingkat kecermatan dan konviden
interval (selang kepercayaan).
Volume merupakan salah parameter yang paling penting dalam melakukan
inventarisai hutan secara obyektif. Dalam menentukan volume dari sebatang pohon yang
ditaksir maka digunakan suatu tabel volume. Tabel volume disususn berdasarkan suatu
persamaan yang menggambarkan hubungan antara beberapa parameter pohon yang mudah
untuk diukur dengan volume pohon tersebut. Dalam melakukan penyusunan tabel volume
diperlukan perhitungan volume pohon yang masih berdiri untuk menentukan hubungan
volume dengan parameter pohon lainnya seperti keliling, diameter, dan tinggi pohon.
Secara alami volume kayu dapat dapat dibedakan menurut berbagai macam klasifikasi
sortimen. Jenis sortimen kayu yang lazim dipakai sebagai dasar penaksiran ada lima macam,
yaitu volume kayu tunggak, kayu batang komersil, kayu cabang komersial, kayu batang nonkomersial dan kayu ranting (Simon H., 2007).
Pada dasarnya ada dua macam cara untuk
menaksir
volume
kayu yaitu penaksiransecara langsung
dan
tidak langsung. Penaksiran secara tidak
langsung dilakukan denganmenggunakan tabel volume sedangkan dengan cara langsung dila
kukan
dengan mengukurparameter
individu
pohon di lapangan, kemudian dihitung
volumenya dengan menggunakan metode rumus analisis data kuantitatif (matematisstatistik). Dalam penaksiran volume pohon yang masih berdiri seluruhnya hanya
dapat dilakukan
secara
langsung denganketinggian 2
meter, selebihnya
harus menggunakan taksiran.
BAB III
METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan tempat
Pelaksanaan Praktikum Inventarisasi Hutan ini dilaksanakan pada hari Minggu 26 April
2015, Pukul 09.00- 10.00 WITA. bertempat di Desa Labuan Kunguma, Kecamatan
Tanantovea, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, Palu.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
1)
2)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Inventarisasi Hutan adalah sebagai berikut :
Meteran Roll
Kompas Bidik
Parang
Pita Ukur
Hagameter
Alat Tulis Menulis
Kayu
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
Tally Sheet
Tali Rafia
3.3
Cara kerja
Pertama-tama kita menentukan plot dengan ukuran 20 m x 20 m untuk menganalisis tingkat
pohon, 10mx10m untuk tingkat tiang, 5m x 5m untuk tingkat panacang, dan 2m x 2m untuk
tingkat semai.
Kemudian untuk plot berukuran 20m x 20m kita mengukur keliling pohon satu persatu
untuk menentukan diameter pohon tersebut nantinya.
Pohon yang telah diukur diameternya, diberi label gantung. Setelah itu dlakukan pengukuran
tinggi bebas cabang pohon dan tinggi total pohon. Dengan menggunakan alat hagameter.
Untuk melakukan pengukuran TBC dan TT pohon pertama-tama kita menentukan jarak
antara pengukur dan pohon yang akan diukur.
Setelah itu kita mengukur tinggi mata pengamat dari ujung kaki sampai ke mata
pengamat/pengukur.
Setelah itu kita membidik TBC dan TT pohon antara mata pengukur dengan TBC ataupun
TT pohon, untuk menentukan berapa besar sudut yang terbentuk dengan menggunakan alat
hagameter.
Setelah dilakukannya pengukuran pada plot 20m x 20m untuk tingkat pohon, kita
menganalisis tingkat tiang pada plot yang berukuran 10 m x 10 m. Pengukuran yang
dilakukan sama perlakuannya dengan tingkat pohon, hanya saja pengukuran yang dilakukan
hanya pada tingkat tiang, begitupun pengukuran yang dilakukan pada tingkat pancang pada
plot yang berukuran 5m x 5m.
Untuk tingkat semai penkuran yang dilakukan hanya menentukan berapa tinggi dar semai
tersebut pada plot dengan ukuran 2m x 2m.
9) Semua hasil data dilapangan dicatat pada tali sheet, dan kita perlu menggambar skema
pengkuran kita.
3.4 Metode pengumpulan data
Pembuatan Plot 20x20 untuk pohon, 10x10 untuk tiang, 5x5 untuk pancang, 2x2 untuk
semai, Menggunakan Metode sampling untuk mengidentifikasi potensi tegakan dalam plot.
Mengukur Keliling pohon, Tinggi Total pohon, Batang Lepas Cabang, dan menghitung
jumlah vegetasi dan diameter pohon, tiang dan pancang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh hasil sebagai berikut
:
Tabel 1. Hasil Pengukuran tiap-tiap vegetasi.
Keliling
Diameter
Jenis
No
(m)
(m)
Pohon Jenis 1
1,05
0,334
1
Pohon Jenis 1
0,96
0,305
2
Pohon Jenis 2
0,85
0,271
3
Pohon Jenis 2
0,71
0,225
4
Tiang Jenis 1
0,45
0,142
5
Tiang Jenis 2
0,55
0,176
6
Pancang Jenis 2
0,19
0,059
7
Pancang Jenis 1
0,20
0,064
8
Semai Jenis 1
9
Semai Jenis 2
10
Perhitungan Volume Rata-rata Pohon pada plot 5 :
Perhitungan Volume Rata-rata Pohon pada plot 5:
Pohon Jenis 1 :
V = 1/4 d^2.t .fk
V =( 1/4 x 3,14 x 0,334^2 )x 12,5 x 0,7
= 0,77 m3.
Pohon Jenis 1 :
V = 1/4 d^2.t .fk
V = ( 1/4 x 3,14 x 0,305^2 )x 10,0 x 0,7
= 0,51 m3.
Pohon Jenis 2 :
V = 1/4 d^2.t .fk
V = ( 1/4 x 3,14 x 0,271^2 )x 9,5 x 0,7
= 0,38 m3.
Pohon Jenis 2 :
V = 1/4 d^2.t .fk
V = ( 1/4 x 3,14 x 0,225^2 )x 8,5 x 0,7
= 0,24 m3.
TBC
(m)
8,0
6,0
7,0
6,5
-
Tinggi total
(m)
12,5
10,0
9,5
8,5
5,5
6,0
4,5
3,5
0,25
0,15
Volume rata-rata pohon :
V = (Vi)/n
= 1,90/4
= 0,47 m3.
Perhitungan Rata-rata Tiang
Tiang jenis 2
V = 1/4 d^2.t .fk
V = ( 1/4 x 3,14 x 0,142^2
= 0,06 m3.
Tiang jenis 2
V = 1/4 d^2.t .fk
V = ( 1/4 x 3,14 x 0,176^2
= 0,10 m3.
Volume rata-rata tiang :
V = (Vi)/n
= 0,163/2
= 0,08 m3.
Perhitungan Rata-rata Pancang
Pancang jenis 2
V = 1/4 d^2.t .fk
V = ( 1/4 x 3,14 x 0,059^2
= 0,01 m3.
Pancang jenis 2
V = 1/4 d^2.t .fk
V = ( 1/4 x 3,14 x 0,064^2
= 0,01 m3.
Volume rata-rata Pancang :
V = (Vi)/n
= 0,016/2
= 0,008 m3.
)x 5,5 x 0,7
)x 6 x 0,7
)x 4,5 x 0,7
)x 3,5 x 0,7
Keterangan :
V
= Volume pohon
= Diameter pohon
= Tinggi total pohon
fk
= Faktor koreksi
= Jumlah pohon
4.1 Pembahasan
Metode yang dikembangkan dalam kegiatan inventarisasi hutan baik teknik
pengambilan data, penggunaan bentuk unit contoh, maupun pengolahan datanya adalah
metode line plot sampling karena tatanan cara dalam pengambilan contoh hanya
dilakukan pada sebagian elemen dari populasi, tidak semua elemen dalam populasi
diukur atau dengan kata lain pendugaan karakteristik suatu populasi berdasarkan
contoh (sample) yang diambil dari populasi tersebut yang digunakan untuk
memperoleh nilai dugaan dari populasi yang sedang dipelajari. Cenderung
menguntungkan karena menghemat sumberdaya (biaya, waktu, dan tenaga), kecepatan
mendapatkan informasi (up to date), ruang lingkup (cakupan) lebih luas, data/informasi
yang diperoleh lebih teliti dan mendalam serta pekerjaan lapangan lebih mudah.
Penentuan metode sampling jalur sistematik berkaitan dengan penandaan petak
ukur pengamatan. Petak ukur ini berbasis pada plot persegi yang umumnya dibuat
tegak lurus garis kontur atau sungai yang mengarah ke puncak gunung atau bukit
agar keragaman karakteristik tegakan yang diukur dapat terwakili. Adanya penentuan
petak ukur ini tidak lepas dari pengamatan, pengukuran , dan penandaan pohon inti
yang meliputi jumlah, jenis, keliling, diameter, tinggi bebas cabang, tinggi total, dan
volume tegakan pohon.
Kawasan hutan Desa Labuan Kunguma merupakan kawasan hutan alam yang
wilayahnya cukup luas, oleh karena itu diperlukan suatu pengamatan potensi tegakan hutan.
Dan untuk mengetahui potensi tegakan tersebut maka diadakan inventarisasi hutan dengan
melakukan pengamatan, pengukuran, dan penaksiran dari sampel (contoh) yang diambil.
Dalam praktikum ini kondisi hutan yang ada didesa Labuan Kunguma termasuk hutan
sekunder karena vegetasi dalam hutan dalam proses perkembangan dan jumlah vegetasi yang
masih sedikit.
Dari hasil praktikum inventarisasi hutan di hutan produksi Desa Labuan Kunguma yang
telah dilaksanakan diperoleh hasil pengukuran volume rata-rata pohon dengan pengambilan
sampel sebanyak 4 pohon pada petak ukur (plot).
Pada pelaksanaan praktikum yang pertama kali dilakukan adalah menentukan jalur dan
jarak antar jalur dengan menggunakan alat meteran roll, selanjutnya jika jalur telah
ditentukan kemudian menetukan arah jalur dengan menggunakan kompas bidik. Selanjutnya
membuat petak ukur dengan ukuran 20 m x 20 m. Setelah petak ukur dibuat selanjutnya
mengamati dan menghitung jumlah pohon yang akan dijadikan sampel, terdapat 4 pohon
sampel yang masing-masing akan dilakukan pengukuran dan penaksiran pada parameter
pohon tersebut.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan praktikum dapat diketahui potensi
tegakan pohon dalam hal ini volume pohon dengan menggunakan plot yang berukuran 20 m
x 20 m dengan melakukan pengukuran atau penaksiran pada parameter pohon yang terdiri
dari diameter, tinggi total dan tinggi bebas cabang, penambahan nilai phi ( (3,14)) dan faktor
koreksi (fk (0,7)) adalah sebesar 1,90 m3
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam praktikum ini dapat diketahui selain potensi
tegakan pohon, juga diperoleh volume tegakan rata-rata tiang sebesar 0,08 m3 dan volume
rata-rata tegakan pancang sebesar 0,008 m3.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka diambil suatu kesimpulan:
1. Kondisi hutan yang ada didesa Labuan Kunguma termasuk hutan sekunder karena vegetasi
dalam hutan dalam proses perkembangan dan jumlah vegetasi yang masih sedikit.
2. Sampling merupakan tatanan cara dalam penarikan contoh yang metode pengukurannya
hanya dilakukan pada sebagian elemen dari populasi, tidak semua elemen dalam populasi
diukur atau dengan kata lain pendugaan karakteristik suatupopulasi berdasarkan contoh
(sample) yang diambil dari populasi tersebut yangdigunakan untuk memperoleh nilai dugaan
dari populasi yang sedang dipelajari.
3. Pembuatan petak ukur dengan ukuran 20 m x 20 dan diperoleh 8 hasil jumlah pohon yang
akan dijadikan sampel, dari jenis pohon sebanyak 4, tiang sebanyak 2, pancang sebanyak 2,
dan semai sebanyak 2.
4. Volume rata-rata pohon adalah sebesar 1,90 m3. volume tegakan rata-rata tiang sebesar 0,08
m3 dan volume rata-rata tegakan pancang sebesar 0,008 m3.
5.2 Saran
Untuk kelancaran praktikum berikutnya sebaiknya fasilitas seperti alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum lebih dilengkapi agar hasil yang diperoleh dalam pengambilan data lebih maksimal
dan kesalahan dalam pengambilan data juga dapat berkurang. Selain itu agar praktikum dapat
berjalan dengan maksimal sebaiknya disediakan penuntun praktikum bagi praktikkan.
DAFTAR PUSTAKA
Inventarisasi hutan.2013. www.dephut.go.id
Diakses tanggal 1 Mei 2015
Kadri Wartono Ir., DKK. 1992. Buku Ajar Inventarisasi Hutan. Universitas Tanjungpura.
Madyana Th. 1989. Macam-macam Bentuk Petak Ukur.Penerbit Djambatan, Jakarta.
Simon H. 2007, Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelayar, Yogyakarta
Usman, H., 2008. Metode Sampling Inventarisasi Hutan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.