[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
37 tayangan29 halaman

Laprak Bisdh Acara 1

Laporan praktikum ini membahas pengenalan alat dan pengukuran karakteristik individu pohon, dengan tujuan untuk memahami cara penggunaan alat ukur kayu dan membandingkan hasil pengukuran diameter serta tinggi pohon. Praktikum ini melibatkan pengukuran menggunakan berbagai alat, termasuk pitameter, kaliper, dan spiegel relaskop, serta penaksiran tinggi pohon dengan alat seperti christen hypsometer dan clinometer. Data hasil pengukuran disajikan dalam tabel untuk analisis lebih lanjut.
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
37 tayangan29 halaman

Laprak Bisdh Acara 1

Laporan praktikum ini membahas pengenalan alat dan pengukuran karakteristik individu pohon, dengan tujuan untuk memahami cara penggunaan alat ukur kayu dan membandingkan hasil pengukuran diameter serta tinggi pohon. Praktikum ini melibatkan pengukuran menggunakan berbagai alat, termasuk pitameter, kaliper, dan spiegel relaskop, serta penaksiran tinggi pohon dengan alat seperti christen hypsometer dan clinometer. Data hasil pengukuran disajikan dalam tabel untuk analisis lebih lanjut.
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 29

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOMETRIKA DAN INVENTARISASI SUMBER DAYA HUTAN


ACARA I
PENGENALAN ALAT DAN PENGUKURAN KARAKTERISTIK
INDIVIDU POHON

Disusun oleh:
Nama : Shafa Fernanda Novelia Putri
NIM : 21/481236/KT/09655
Co-Ass : Ilham Tri Aji

LABORATORIUM KOMPUTASI DAN BIOMETRIKA HUTAN


DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
ACARA I

PENGENALAN ALAT DAN PENGUKURAN KARAKTERISTIK INDIVIDU


POHON

I. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Dapat mengetahui prinsip kerja dan cara penggunaan alat-alat ukur kayu.
2. Dapat mengukur diameter pohon dengan menggunakan beberapa jenis
alat ukur dan membandingkan hasilnya.
3. Dapat menaksir tinggi pohon dengan menggunakan beberapa jenis alat
ukur tinggi dan membandingkan hasilnya.

II. DASAR TEORI


Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang menghasilkan produk
kayu olahan yang merupakan salah satu penghasil devisa negara terbesar,
khususnya pada tiga dekade terakhir. Saat ini, hasil hutan masih tetap menjadi
salah satu produk yang penting, sehingga perlu dilestarikan secara optimal agar
dapat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Dalam pemanfaatan sumber daya
alam, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang serta peraturan untuk
menjaga hutan agar tetap lestari (Bakrie, 2020).
Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk
mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara
lengkap (Tim Kemendikbud, 2013). Inventarisasi hutan dikenal juga dengan
nama Timber Cruising atau Cruising yang merupakan suatu Tindakan untuk
mengetahui kekayaaan suatu perusahaan yang dilaksanakan baik oleh
perusahaan, perorangan, maupun pemerintah. Dalam inventarisasi, hutan
menjadi objek dimana hutan tersusun oleh berbagai masyarakat tumbuhan yang
hidup, yang setiap saat dalam proses hidupnya akan mengalami pertumbuhan
dan melakukan peremajaan untuk mengganti bagian dari anggota-anggotanya.
Dengan demikian inventarisasi yang dilakukan untuk menaksir besarnya
kekayaan suatu hutan pada umumnya tidak sekali melainkan berulang pada
setiap periode waktu tertentu (Mardiatmoko dkk, 2014).
Pada dasarnya, inventarisasi hutan juga berkaitan dengan kegiatan
pengukuran dan penaksiran. Pengukuran adalah kegiatan yang paling penting,
karena untuk mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan atau komunitas
tertentu (Dephut, 1995). Pengukuran tinggi pohon berdiri dapat dilakukan secara
langsung atau tidak langsung. Pengkuran tinggi pohon secara langsung dapat
dilakukan dengan menggunakan tongkat berukuran, sedangkan secara tidak
langusng dapat menggunakan prinsip-prinsip ilmu trigonometri seperti Spiegel
relaskop, hagameter, dan klinometer serta ilmu geometri pada christen
hypsometer (Setiawan, 2019). Penaksiran adalah pengamatan yang dilakukan
dengan menggunakan alat ukur tertentu, tetapi terhadap sebagian objek yang
diamati (Tim Kemendikbud, 2013).

III. ALAT DAN BAHAN


Pada praktikum ini digunakan alat:
 Alat pengukur diameter:
1. Pitameter
2. Kaliper
3. Diameter tape (phiband)
4. Spiegel relaskop
 Alat penaksir tinggi pohon:
1. Christen hypsometer
2. Clinometer
3. Hagameter
4. Spiegel relaskop

Pada praktikum ini digunakan bahan:

1. Data sekunder
2. Tabel statistika (Tabel F)
IV. CARA KERJA
Cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
 Pengukuran tinggi pohon:

Tinggi pohon Kesimpulan dibuat


diukur dengan berdasarkan uji
hagameter hipotesis

Tinggi pohon Tabel anova satu


diukur dengan arah dibuat
christen berdasarkan hasil
hypsometer pengukuran tinggi

Tinggi pohon Tinggi pohon


diukur dengan diukur dengan
spiegel relaskop clinometer

 Pengukuran diameter pohon:

Diameter pohon Kesimpulan dibuat


diukur denga phi berdasarkan uji
band hipotesesis

Tabel anova dibuat


Diameter pohon
berdasarkan hasil
diukur dengan
pengukuran
kaliper
diameter

Diameter pohon Diameter pohon


diukur dengan diukur dengan pita
spiegel relaskop meter
 Penjelasan:
Langkah pertama yang dilakukan dalam praktikum ini
adalah dengan mengetahui cara pengambilan data dengan
pengukuran tinggi dan diameter pohon. Untuk mengukur ketinggian
pohon menggunakan alat seperti hagameter, christen hypsometer,
spiegel relaskop, dan clinometer. Sedangkan untuk mengukur
diameter diameter pohon menggunakan alat berupa phi band,
kaliper, dan pita meter serta alat ukur optik berupa spiegel relaskop.
Pengukuran dilakukan sesuai dengan cara kerja masing-masing alat.
Kemudian, data diolah ke dalam Microsoft Excel dengan membuat
tabel anova.

V. DATA DAN HASIL PERHITUNGAN


Tabel 1. Data Penaksiran Tinggi Pohon

Christen
Hagameter Hipsomete Sipiegel (%) Clinometer (%)
r
Kelompo
Data
k Tinggi Tinggi Tinggi
Ata Bawa Tinggi Bawa Bawa
Poho Atas S Pohon Atas Pohon
s h Pohon (B) h h
n (A) (C) (D)

1 12.8 12.3 65 8 15 8.55 60 -29 13.35


Ulin 2 15.2 15 130 20 15 16.5 45 -24 10.35
3 12.4 13 85 7 15 11.7 60 -31 13.65

1 27 -1 28 20 80 -5 20 17 120 -5 25
Kayu Putih 2 25 1 24 17 48 0 20 9.6 130 -5 27
3 25 1 24 17 54 20 20 6.8 130 -5 27
1 4 -1.5 5.5 5 20 -10 10 3 42 -18 6
Akasia 2 5 -1.5 6.5 5.8 51 -10 10 6.1 50 -15 6.5
3 5.5 -1.5 7 7 57 -10 10 6.7 56 -16 7.2
1 11 -2 13 13 70 -4 15 11.1 65 -20 12.75
Jati 2 12 0.5 11.5 13.4 75 -5 15 12 65 -15 12
3 13 -2 15 14 75 -6 15 12.15 61 -12 10.95
1 27 -1.5 28.5 22 125 5 15 18 150 15 20.25
Meranti 2 27 -1 28 21 125 5 15 18 150 20 19.5
3 21.8 -1.2 23 23 125 5 15 18 140 10 19.5
Cendana 1 22 -1 23 24 180 -15 15 29.25 56 -8 9.6
2 30 0 30 22 200 -10 15 31.5 65 -6 10.65
3 35 -1 36 18 270 -15 15 42.75 60 -7 10.05
1 24 -1 25 26 140 10 15 19.5 150 -10 24
Eboni 2 27 -1 28 26 180 10 15 25.5 150 3 22.05
3 29 -1 30 29 170 7 15 24.45 150 -5 23.25
1 6.5 -1 7.5 7.8 30 -5 15 5.25 35 -5 6
Pinus 2 10.5 -1 11.5 10.9 70 10 15 9 72 -2 11.1
3 6 -1 7 7.1 40 -10 15 7.5 45 -2 7.05
1 17 2 15 15 140 25 15 17.25 100 -10 16.5
Gaharu 2 22 -1 23 20 100 23 15 11.55 140 -7 22.05
3 20 1 19 18 112 31 15 12.15 71 -9 12
1 6 0.5 5.5 6 57 15 10 4.2 46 -11 5.7
Suren 2 6 0 6 6.2 53 10 10 4.3 48 -10 5.8
3 4.4 -1.4 5.8 6 45 9 10 3.6 44 -14 5.8
1 17 -2 19 15 100 -5 15 15.75 125 10 17.25
Mahoni 2 24 -1.5 25.5 16 120 -5 15 18.75 165 10 23.25
3 18 -1 19 16 140 -3 15 21.45 102 8 14.1
1 13 -1.5 14.5 13 50 -10 15 9 90 -10 8.1
Saga
2 14 -1 15 8.7 51 -5 15 8.4 130 -10 12.16
1 26 1 25 24 120 -5 20 25 120 -10 26
Matoa 2 20.5 -0.5 21 22 119 -5 20 24.8 120 -5 25
3 13 -1,5 14.5 14 72 0 20 14.4 60 -10 14
1 17 -1 18 22 120 -7 10 12.7 110 -20 13
Panggal
Buaya 2 17 -1 18 27 130 12 10 11.8 106 -11 11.7
3 24 -1 25 28 170 7 10 16.3 110 -10 12
1 19.5 -1.5 21 21 140 -10 15 22.5 130 -15 21.75
Leda 2 15 -1 16 18 120 -10 15 19.5 110 -10 18
3 9 -5.5 14.5 14 70 -10 15 12 80 -15 14.25
1 32.5 2 30.5 30 145 -5 20 30 118 -18 27.2

Bipa 2 25 -2 27 25 120 -10 20 26 110 -15 25

3 24 -1 25 25 120 -5 20 25 110 -6 23.2

1 8.25 -1.5 9.75 11 63 -7 15 10.5 45 -20 9.75


Kecapi 2 14 -1.4 15.4 14 97 -7 15 15.6 90 -25 17.25
3 11.8 -1.8 13.6 12 90 -5 15 14.25 70 -15 12.75
1 9 -2 11 13 70 -15 15 12.75 30 -20 3.6
Angsana
2 11 -2 13 15 70 -20 15 13.5 65 -10 11.25
3 11 -2 13 14 65 -20 15 12.75 63 -15 11.7
Tabel 2. Hasil Penaksiran Tinggi Pohon

Christen
Kelomp Dat Hagameter Sipiegel (%) Clinometer (%)
Hipsometer
ok a
A A2 B B2 C C2 D D2
1 12.8 163.84 12.3 151.29 8.55 73.10 13.35 178.22
Ulin 2 15.2 231.04 15 225 16.5 272.25 10.35 107.12
3 12.4 153.76 13 169 11.7 136.89 13.65 186.32
1 28 784 20 400 17 289 25 625
Kayu
Putih
2 24 576 17 289 9.6 92.16 27 729
3 24 576 17 289 6.8 46.24 27 729
1 5.5 30.25 5 25 3 9 6 36
Akasia 2 6.5 42.25 5.8 33.64 6.1 37.21 6.5 42.25
3 7 49 7 49 6.7 44.89 7.2 51.84
1 13 169 13 169 11.1 123.21 12.75 162.56
Jati 2 11.5 132.25 13.4 179.56 12 144 12 144
3 15 225 14 196 12.15 147.62 10.95 119.90
1 28.5 812.25 22 484 18 324 20.25 410.06
Meranti 2 28 784 21 441 18 324 19.5 380.25
3 23 529 23 529 18 324 19.5 380.25
1 23 529 24 576 29.25 855.56 9.6 92.16
2 30 900 22 484 31.5 992.25 10.65 113.42
Cendana
1827.5
3 36 1296 18 324 42.75 10.05 101.00
6
1 25 625 26 676 19.5 380.25 24 576
Eboni 2 28 784 26 676 25.5 650.25 22.05 486.20
3 30 900 29 841 24.45 597.80 23.25 540.56
27.562
1 7.5 56.25 7.8 60.84 5.25 6 36
5
Pinus
2 11.5 132.25 10.9 118.81 9 81 11.1 123.21
3 7 49 7.1 50.41 7.5 56.25 7.05 49.70
1 15 225 15 225 17.25 297.56 16.5 272.25
Gaharu 2 23 529 20 400 11.55 133.40 22.05 486.20
3 19 361 18 324 12.15 147.62 12 144
1 5.5 30.25 6 36 4.2 17.64 5.7 32.49
Suren 2 6 36 6.2 38.44 4.3 18.49 5.8 33.64
3 5.8 33.64 6 36 3.6 12.96 5.8 33.64
1 19 361 15 225 15.75 248.06 17.25 297.56
Mahoni 2 25.5 650.25 16 256 18.75 351.56 23.25 540.56
3 19 361 16 256 21.45 460.10 14.1 198.81
1 14.5 210.25 13 169 9 81 8.1 65.61
Saga
2 15 225 8.7 75.69 8.4 70.56 12.16 147.87
1 25 625 24 576 25 625 26 676
Matoa
2 21 441 22 484 24.8 615.04 25 625
3 14.5 210.25 14 196 14.4 207.36 14 196
1 18 324 22 484 12.7 161.29 13 169
Panggal
Buaya
2 18 324 27 729 11.8 139.24 11.7 136.89
3 25 625 28 784 16.3 265.69 12 144
1 21 441 21 441 22.5 506.25 21.75 473.06
Leda 2 16 256 18 324 19.5 380.25 18 324
3 14.5 210.25 14 196 12 144 14.25 203.06
1 30.5 930.25 30 900 30 900 27.2 739.84
Bipa 2 27 729 25 625 26 676 25 625
3 25 625 25 625 25 625 23.2 538.24
1 9.75 95.06 11 121 10.5 110.25 9.75 95.06
Kecapi 2 15.4 237.16 14 196 15.6 243.36 17.25 297.56
3 13.6 184.96 12 144 14.25 203.06 12.75 162.56
1 11 121 13 169 12.75 162.56 3.6 12.96
Angsana 2 13 169 15 225 13.5 182.25 11.25 126.56
3 13 169 14 196 12.75 162.56 11.7 136.89
950.9 20268. 16892. 815.6 16004. 794.8 14334.
Jumlah 878.2
5 46 68 5 20 6 38

Tabel 3. Data Pengukuran Diameter Pohon

Phiband Kaliper Spiegel Pita Meter


Kelompo
Data Diamete Diameter Jumla Diamete Diamete
k I II JD Keliling
r (A) (B) h RU r (C) r (D)
1 20 19.5 19.5 19.5 20 0.75 30 65 20.7
Ulin 2 24 23.5 24 23.75 20 0.75 30 77 24.5
3 24.5 24.5 24 24.25 20 0.75 30 77 24.5
1 33 30 31 30.5 20 1 40 95 30.26
Kayu Putih 2 25 24 27 25.5 20 0.5 20 85 27.07
3 22.5 22 21 21.5 20 0.75 30 71 22.61
1 9.93 9 12 10.5 10 0.5 10 41 13.06
Akasia 2 10.54 13 20 16.5 10 0.75 15 61 19.43
3 20.04 23 21 22 10 1.25 25 77 24.52
1 17.6 17.9 17.9 17.9 15 0.5 15 56.5 17.99
Jati 2 20 19 20.4 19.7 15 0.75 22.5 62.5 19.90
3 19.4 17.6 20.5 19.05 15 0.5 15 61.5 19.59
1 67 60 67 63.5 15 2.25 67.5 205.5 65.45
Meranti 2 56 50 56 53 15 2 60 171 54.46
3 47 47 44 45.5 15 1.5 45 149 47.45
1 43 44.2 41.7 42.95 15 1.25 37.5 135 42.9
Cendana
2 92 86.5 94.8 90.65 15 3 90 287 91.4
3 74 74.9 73.1 74 15 2.5 75 232 74
1 43.5 43 43 43 15 1.5 45 136 43.31
Eboni 2 64 64.5 60 62.25 15 2 60 200 63.69
3 61.8 61 61 61 15 1.75 52.5 195 62.10
1 12.5 12 12 12 15 0.5 15 39 12.42
Pinus 2 20 19.4 18 18.7 15 0.75 22.5 62 19.75
3 14 13.5 13.2 13.35 15 0.75 22.5 45 14.33
1 52 50 51 50.5 15 1.5 45 162 51.59
Gaharu 2 35 35 35 35 15 1 30 109 34.71
3 64 64 64 64 15 2 60 205 65.29
1 16 15 15 15 10 1 20 50 15.92
Suren 2 15.5 12 12 12 10 1 20 49 15.61
3 12.5 10 10 10 10 0.75 15 39 12.42
1 30 30 29 29.5 13 1 26 95 30.25
Mahoni 2 43.4 42 44 43 15 2 60 140 44.6
3 35 34 34 34 15 1 30 110 35
1 22 23.5 23.5 23.5 17 1 34 76 24.20
Saga
2 36 35 39 37 15 2.25 67.5 106 33.76
1 51.1 52 47 49.5 10 2.5 50 160 50.95
Matoa 2 61.1 50.5 62.5 56.5 10 3.5 70 197 62.73
3 36.2 36.5 34.5 35.5 10 2 40 141 36.3
1 30.5 31 31 31 15 2 60 97 30.89
Panggal
2 34.7 33 32 32.5 10 2 40 109 34.71
Buaya
3 42 39 40 39.5 10 2 40 131 41.71
1 20.8 27 27 27 10 2 40 87.4 27.83
Leda 2 20.5 24 26 25 10 2 40 79 25.16
3 30.8 36 40 38 10 1.5 22.5 120 38.22
1 41.6 41.6 41.5 41.55 20 1.1 44 132 42.06
Bipa 2 49.5 46.9 47.3 47.1 20 1.2 48 160 50.95
3 55 55 55.5 55.25 20 1.4 56 170 54.14
1 60 61 56 58.5 15 3 90 189 60.16
Kecapi 2 76.5 76 75 75.5 15 3.25 97.5 239 76.08
3 25.5 27 24 25.5 15 1.25 37.5 81 25.78
1 14 13 14 13.5 15 0.5 15 45 14.33
Angsana 2 19 19 18 18.5 15 0.5 15 60 19.1
3 16.8 16 16 16 15 0.5 15 53 16.87
Tabel 4. Hasil Pengukuran Diameter Pohon

Kelompo Phiband Kaliper Sipiegel (%) Pitameter


Data
k A A2 B B2 C C2 D D2
1 20 400 19.5 380.25 30 900 20.7 428.49
Ulin 2 24 576 23.75 564.06 30 900 24.5 600.25
3 24.5 600.25 24.25 588.06 30 900 24.5 600.25
1 33 1089 30.5 930.25 40 1600 30.26 915.37
Kayu Putih 2 25 625 25.5 650.25 20 400 27.07 732.78
3 22.5 506.25 21.5 462.25 30 900 22.61 511.26
1 9.93 98.60 10.5 110.25 10 100 13.06 170.49
Akasia 2 10.54 111.09 16.5 272.25 15 225 19.43 377.41
3 20.04 401.60 22 484 25 625 24.52 601.33
1 17.6 309.76 17.9 320.41 15 225 17.99 323.77
Jati 2 20 400 19.7 388.09 22.5 506.25 19.90 396.19
3 19.4 376.36 19.05 362.90 15 225 19.59 383.61
Meranti 1 67 4489 63.5 4032.25 67.5 4556.3 65.45 4283.15
2 56 3136 53 2809 60 3600 54.46 2965.73
3 47 2209 45.5 2070.25 45 2025 47.45 2251.71
1 43 1849 42.95 1844.70 37.5 1406.3 42.9 1840.41
Cendana 2 92 8464 90.65 8217.42 90 8100 91.4 8353.96
3 74 5476 74 5476 75 5625 74 5476.00
1 43.5 1892.25 43 1849 45 2025 43.31 1875.94
Eboni 2 64 4096 62.25 3875.06 60 3600 63.69 4056.96
3 61.8 3819.24 61 3721 52.5 2756.3 62.10 3856.65
Pinus 1 12.5 156.25 12 144 15 225 12.42 154.27
2 20 400 18.7 349.69 22.5 506.25 19.75 389.87
3 14 196 13.35 178.22 22.5 506.25 14.33 205.38
1 52 2704 50.5 2550.25 45 2025 51.59 2661.53
Gaharu 2 35 1225 35 1225 30 900 34.71 1204.78
3 64 4096 64 4096 60 3600 65.29 4262.78
1 16 256 15 225 20 400 15.92 253.45
Suren 2 15.5 240.25 12 144 20 400 15.61 243.67
3 12.5 156.25 10 100 15 225 12.42 154.26
1 30 900 29.5 870.25 26 676 30.25 915.06
Mahoni 2 43.4 1883.56 43 1849 60 3600 44.6 1989.16
3 35 1225 34 1156 30 900 35 1225.00
1 22 484 23.5 552.25 34 1156 24.20 585.82
Saga
2 36 1296 37 1369 67.5 4556.3 33.76 1139.60
1 51.1 2611.21 49.5 2450.25 50 2500 50.95 2595.90
Matoa
2 61.1 3733.21 56.5 3192.25 70 4900 62.73 3935.05
3 36.2 1310.44 35.5 1260.25 40 1600 36.3 1317.69
1 30.5 930.25 31 961 60 3600 30.89 954.19
Panggal
Buaya
2 34.7 1204.09 32.5 1056.25 40 1600 34.71 1204.78
3 42 1764 39.5 1560.25 40 1600 41.71 1739.72
1 20.8 432.64 27 729 40 1600 27.83 774.51
Leda 2 20.5 420.25 25 625 40 1600 25.16 633.03
3 30.8 948.64 38 1444 22.5 506.25 38.22 1460.77
1 41.6 1730.56 41.55 1726.40 44 1936 42.06 1769.04
Bipa 2 49.5 2450.25 47.1 2218.41 48 2304 50.95 2595.90
3 55 3025 55.25 3052.56 56 3136 54.14 2931.14
1 60 3600 58.5 3422.25 90 8100 60.16 3619.23
Kecapi 2 76.5 5852.25 75.5 5700.25 97.5 9506.3 76.08 5788.17
3 25.5 650.25 25.5 650.25 37.5 1406.3 25.78 664.61
1 14 196 13.5 182.25 15 225 14.33 205.35
Angsana 2 19 361 18.5 342.25 15 225 19.1 364.81
3 16.8 282.24 16 256 15 225 16.87 284.60
1888.3 87644.99 1869.9 85045.2 210 10744 1926.7 89224.8
Jumlah 1 8 5 5 3 6 1 3

Tabel 5. Anova Tinggi Pohon

Varian db FK JK KT f hitung f tabel


Regresi 3 55807.834 -54534.2550 -18178.0850
Error 208 5 2971354.9051 14285.3601 -1.2725 2.64800969
Total 211 2916820.6501

Tabel 6. Anova Diameter Pohon

Varian db FK JK KT f hitung f tabel


Regresi 3 -279127.4825 -93042.49416
286096.55 15190277.007
Error 208 73030.17792
5 -1.2740 2.64800969
14911149.525
Total 211
0

Contoh perhitungan:
 Tinggi pohon
a. Hagameter
Tinggi pohon yang diperoleh menggunakan Hagameter diperoleh
dengan rumus Tinggi pohon = atas – bawah, sehingga:
Tinggi pohon 1 = atas – bawah
= 20,5 - (-0,5)
= 21 m

b. Christen Hypsometer
Tinggi pohon yang diperoleh menggunakan Christen Hypsometer
diperoleh langsung tanpa menggunakan rumus, karena tinggi pohon
sudah terbaca pada skala yang ada di galah.

c. Spiegel Relaskop
Tinggi pohon yang diperoleh menggunakan Spiegel Relaskop
diperoleh dengan rumus Tinggi pohon = ((% atas - % bawah) /
100) * S, sehingga:
Tinggi pohon 1 = ((% atas - % bawah) / 100) * S
= ((119 – (-5)) / 100) * 20
= 24,8 m

d. Clinometer
Tinggi pohon yang diperoleh menggunakan Clinometer diperoleh
dengan rumus yang sama seperti pada Spiegel Relaskop, Tinggi
pohon = ((% atas - % bawah) / 100) * S, sehingga:
Tinggi pohon 1 = ((% atas - % bawah) / 100) * S
= ((120 – (-5)) / 100) * 20
= 25 m

 Diameter pohon
a. Phi band
Diameter pohon yang diperoleh menggunakan Phiband diperoleh
langsung tanpa menggunakan rumus, karena diameter pohon sudah
terbaca pada skala berwarna merah yang ada di Phiband.

b. Kaliper
Diameter pohon yang diperoleh menggunakan Kaliper diperoleh
dengan rumus Diameter pohon = d1 + d2 / 2, sehingga:
Diameter pohon 1 = d1 + d2 / 2
= 50,5 + 62,5 / 2
= 56,5 cm

c. Spiegel Relaskop
Diameter pohon yang diperoleh menggunakan Spiegel Relaskop
diperoleh dengan rumus Diameter pohon = jumlah RU * JD (cm)
* 2% * 100 cm, sehingga:
Diameter pohon 1 = jumlah RU * JD (cm) * 2 % * 100 cm
= 3,5 * 10 * 2 % * 100 cm
= 70 cm

d. Pita Meter
Diameter pohon yang diperoleh menggunakan Pita Meter diperoleh
dengan rumus Diameter pohon = keliling / 3,14, sehingga:
Diameter pohon 1 = keliling / 3,14
= 197 / 3,14
= 62,73

 Anova Tinggi Pohon


a. Db
Db Regresi = jumlah alat (p) – 1
=4–1
=3
Db Total = (jumlah pohon (n) * jumlah alat (p)) – 1
= (53 * 4) – 1
= 211
Db Error = db total – db regresi
= 211 – 3
= 208

b. Faktor Koreksi (FK)


2
( ƩXij)
=
n. p

(950 , 95+ 878 ,2+ 815 ,65+ 794 , 86)2


=
(53.4 )

= 55807,8345

c. Jumlah Kuadrat (JK)


b+d + f +h
JK Regresi = −fk
n
=
20268 , 46+16892 , 68+16004 , 20+14334 ,38
−55807,8345
53
= -54534,2550
JK Total = (Ʃ a2 + Ʃ c2 + Ʃ e2 + Ʃ g2) – fk
= ((950,95)2+(878,2)2+ (815,65)2 + (794,86)2-55807,8345
= 2916820,6501
JK Error = JK Total – JK Regresi
= 2916820,6501 – (-54534,2550)
= 2971354,9501
d. Kuadrat Tengah (KT)
JK Regresi
KT Regresi =
db regresi
−54534,2550
=
3
= -18178,0850
JK Error
KT Error =
db error
2916820,6501
=
208
= 14285,3601

e. F Hitung
KT Regresi −18178,0850
=
KT Error 14285,3601
= -1,2725

f. F Tabel
(α, db regresi, db error)
= (0.05, 3, 208)
= 2,64800969

Kurva Tinggi Pohon


 Anova Diameter Pohon
a. Db
Db Regresi = jumlah alat (p) – 1
=4–1
=3
Db Total = ( jumlah pohon (n) * jumlah alat (p)) – 1
= (53 * 4) – 1
= 211
Db Error = db total – db regresi
= 211 – 3
= 208

b. Faktor Koreksi (FK)


2
( ƩXij)
n. p

2
(1888 , 31+1869 , 95+2103+1926 , 71)
=
53.4

= 286096,55
c. Jumlah Kuadrat (JK)
b+d + f +h
JK Regresi = −fk
n
¿
= 87644,998+ 85045 ,25+107445 ,5+89224 , 83 ¿ 53 −¿

286096,55
= -279127,4825
JK Total = (Ʃ a2 + Ʃ c2 + Ʃ e2 + Ʃ g2) – fk
= ((1888,31)2+(1869,95)2+(2103)2+(1926,71)2)-286096,55
= 14911149,5250
JK Error = JK Total – JK Regresi
= 14911149,5250 – (-279127,4825)
= 15190277,0075

d. Kuadrat Tengah (KT)


JK Regresi
KT Regresi =
db regresi
−279127,4825
=
3
= -93042,49416
JK Error
KT Error =
db error
15190277,0075
=
208
= 73030,17792

e. F Hitung
KT Regresi
KT Error
−93042,49416
=
73030,17792
= -1,2740
f. F Tabel
(α, db regresi, db error)
= (0.05, 3, 208)
= 2,64800969

Kurva Diameter Pohon

VI. PEMBAHASAN
Pengukuran dan penaksiran adalah dua hal yang berbeda. Pengukuran
adalah sebuah cara untuk menentukan suatu variabel (tinggi, diameter, dan
kuantitas) dengan bantuan alat yang satuannya pasti. Dapat dikatakan juga
pengukuran adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung menggunakan
alat ukur tertentu dan dilakukan terhadap seluruh objek yang diamati (Tim
Kemendikbud, 2013). Pengolahan data hasil pengukuran relatif sederhana
dibandingkan dengan penaksiran. Contohnya, yaitu pengukuran diameter pohon
dengan kaliper yang prinsip kerjanya mengukur diameter terbesar dan terkecil,
kemudian hasilnya adalah rata-rata dari dua pengukuran tersebut. Sedangkan
penaksiran adalah cara penentuan suatu variabel yang sulit diukur karena faktor
tertentu dengan menggunakan alat ukur yang memiliki satuan maupun tidak.
Pada prinsipnya, penaksiran umunya berhubungan dengan ilmu-ilmu yang
mampu memberikan penjelasan terhadap hasil penaksiran atau dapat dilakukan
dengan perkiraan.
Metode penaksiran yaitu bilangan bentuk, tabel lokal, tabel tegakan,
tabel hasil, dan tabel kelas bentuk (Tim Kemendikbud, 2013). Contohnya, yaitu
penaksiran tinggi pohon dengan christen hypsometer yang prinsip kerjanya
menerapkan ilmu segitiga sebangun. Perbedaan pengukuran dan penaksiran
yaitu jika pengukuran menghasilkan angka yang nyata dimana objek (diameter
pohon) mampu dijangkau secara langsung, sedangkan penaksiran dilakukan
ketika objek (tinggi pohon) tidak mampu dijangkau oleh pengamat secara
langsung. Selain itu, pada pelaksanannya, penaksiran lebih banyak kemungkinan
mengalami error daripada pengukuran, baik error yang disebabkan oleh manusia
maupun kondisi lingkungan.
Setiap jenis pohon memiliki karakteristik berbeda, karakteristik yaitu
penciri yang biasa digunakan untuk mengenali suatu jenis. Dalam bidang
biometrika, karakteristik pohon dapat dikenali memlalui kuantifikasi, seperti
diameter, tinggi, volume, dan lain-lain. Perhitungan tinggi dan diameter pohon
menjadi elemen yang penting diperhatikan pada pengukuran volume suatu
pohon (Simon, 2007). Pengukuran diameter ini penting karena merupakan
dimensi yang dapat diukur secara langsung dan dengan pengukuran diameter ini
dapat menentukan luas penampang melintang dari pohon atau luas bidang dasar
pohon. Selain itu, pengukuran tinggi pohon dapat menentukan kualitas tapak
dari tegakan dan memperkirakan beberapa parameter seperti biomassa, cadangan
karbon, pertumbuhan tegakan, dan lain-lain (Sari dan Aryanto, 2018).
Pengukuran tinggi dan diameter pohon menggunakan alat yang berbeda.
Maka dari itu, perlu mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu alat yang
digunakan untuk mengurangi kemungkinan kesalahan saat pengukuran
(Rahmananda dkk, 2018). Berikut alat ukur yang digunakan untuk mengukur
diameter dan tinggi pohon:
1. Diameter tape (phi band)
Penentuan diameter didasarkan pada pengukuran keliling batang
pohon, dengan anggapan bahwa penampang lintang batang kayu
berbentuk lingkaran. Prinsip kerja phi band sama persis dengan pita
meter yaitu mempunyai skala (satuan ukur). Satuan ukur yang digunakan
adalah cm dengan satuan ukur terkecil dalam mm. Adapaun kelebihan
dan kekurangan phi band adalah sebagai berikut:
 Kelebihan
a. Sederhana dan mudah dibawa
b. Kecermatan hasil pengukuran cukup baik
c. Pengukuran cukup dilakukan satu kali
 Kekurangan
a. Agak kesulitan dalam pengukuran pada batang yang
berukuran besar
b. Agak kesulitan dalam pengukuran jika tinggi banir lebih dari
1,8 meter
c. Panjangnya terbatas, biasanya hanya sampai 5 meter

2. Kaliper
Bentuk fisik kaliper berupa mistar yang mempunyai skala (satuan
ukur) yan dilengkapi dengan lengan geser. Lengan geser ini memiliki
fungsi sebagai pembaca skala pada mistar. Satuan ukur yang digunakan
adalah cm dengan satuan terkecil dalam mm. prinsip kerja dari kaliper
yaitu mengukur besarnya diameter dengan skala utama dan nonius.
Adapaun kelebihan dan kekurangan phi band adalah sebagai berikut:
 Kelebihan
a. Pengukuran tidak membutuhkan waktu yang lama
b. Mudah dalam pembacaan
c. Tingkat ketelitian cukup tinggi
 Kekurangan
a. Kurang praktis untuk dibawa
b. Sulit digunakan apabila diameter pohon lebih dari 100 cm
c. Terkadang sulit digerakan apabila terkena getah pada pohon

3. Pita meter

Bentuk fisik pita ukur berupa skala (satuan). Satuan ukur yang
digunakan adalah cm dengan satuan ukur terkecil dalam mm. prinsip
kerja pita ukur yaitu pengukuran langsung pada keliling batang dengan
pita berskala dengan anggapan bahwa penampang lintang batang kayu
berbentuk lingkaran. Adapun kelebihan dan kekurangan pita meter
adalah sebagai berikut:
 Kelebihan
a. Mudah dalam pemakaian
b. Sederhana dan mudah dibawa
c. Harga relatif murah
d. Kecermatan hasil pengukuran cukup baik
e. Dapat digunakan pada kayu kotor atau basah
f. Pengukuran cukup dilakukan satu kali

 Kekurangan
a. Menuntut cara pengukuran yang hati-hati dan teliti karena
kesulitan yang dihadapi khususnya untuk pohon berdiameter
lebih dari 50 cm dan pohon berbanir lebih dari 1,8 m.
sehingga waktu yang dibutuhkan relatif lama (Soenarno dan
Endom, 2018)
b. Tidak dapat dilakukan oleh satu orang, bahkan pada kondisi
pohon dan topografi yang ekstrim diperlukan lebih dari dua
orang (Soenarno dan Endom, 2018)
c. Panjangnya terbatas hanya 1 meter.

4. Spiegel relaskop

Spiegel relaskop adalah alat pengukur diameter pohon dan penaksir


tinggi pohon. Bentuk fisik Spiegel relaskop berupa alat yang terdiri dari
lensa objektif yang digunakan untuk melihat objek yang sedang diukur.
Pada tubuh alat terdpat celah pandang, celah cahaya, dan tombol pegas.
Apabila dilihat ke dalam spiegel relaskop melalui celah pandang akan
tampak skala diameter (pita bar) dan skala sudut (di sebelah kanan).
Prinsip kerja alat ini yaitu mengukur besarnya skala area (based area
factor) pada alat yang berimpitan terhadap penampakan batang pohon.
Sedangkan untuk penaksiran tinggi alat ini menggunakan prinsip kerja
trigonometri (Tim Kemendikbud, 2013). Adapun kelebihan dan
kekurangan spiegel relaskop adalah sebagai berikut:
 Kelebihan
a. Dapat mengukur diameter tanpa menyentuk objek pohon
b. Dapat mengukur diameter pada berbagai ketinggian

 Kekurangan
a. Memerlukan cahaya yang cukup untuk membaca skala
b. Pengukuran harus dilakukan pengulangan minimal dua kali
c. Hasil ukuran diameter tidak didapat secara langsung, tetapi
diperoleh melalui perhitungan
d. Harga relatif mahal

5. Christen hypsometer

Christen hypsometer merupakan alat pengukur tinggi sederhana


dengan prinsip geometri, penggunaan alat ini harus dibantu dengan alat
tambahan berupa galah. Bentuk fisik berupa mistar atau penggaris
dengan panjang ukuran skala 30 cm (CT). Dalam penggunaannya
dibantu dengan galah sepanjang 4 meter dan disarankan bagi pengukur
agar berdiri jauh lebih dari yang diperkirakan tinggi pohon, agar ujung
alat A dan B dapat melihat pangkal dan ujung pohon yang akan diukur
tingginya. Prinsip kerjanya menggunakan perbandingan segitiga
sebangun (geometri) (Tim Kemendikbud, 2013). Adapun kelebihan dan
kekurangan christen hypsometer adalah sebagai berikut:
 Kelebihan
a. Jarak pengukuran tidak ditentukan jaraknya
b. Pengukuran tinggi tidak dipengaruhi oleh kemiringan lereng
c. Mudah dibawa
d. Menghasilkan hasil yang cepat
 Kekurangan
a. Tidak cocok digunakan pada daerah rapat pohon
b. Hasil pembacaan bersifat subjektif
c. Hasil pengukuran menimbulkan bias apabila alat tersebut
tidak berdiri vertical ketika dipegang oleh pengukurnya.
Dibutuhkan alat bantu galah pada saat pengukuran
d. Sulit mendapatkan posisi yang baik apabila pengukuran
dilakukan pada tegakan yang rapat
e. Pada pengukuran pohon yang relatif tinggi memberikan
peluang bias yang besar, karena interval skala alat semakin
sempit

6. Clinometer
Clinometer sebenarnya adalah alat untuk mengukur kelerengan,
namun dapat pula digunakan untuk mengukur tinggi pohon. Hasil
pembacaan sudut berupa sudut (sudut bidik) dengan skala derajat (Sd)
dan persen (Sp) yang dihitung dari bidang datar. Rentang besaran nilai
skala sudut untuk skala derajat dari -90֩ sampai dengan +90֯, sedangkan
untuk skala persen dari -150% sampai dengan +150%. Kesamaan nilai
skala sudut pada rentangan 0֩ ~ 45֩ = 0% ~ 100%. Alat ini menggunakan
prinsip kerja trigonometri (Tim Kemendikbud, 2013). Adapun kelebihan
dan kekurangan clinometer adalah sebagai berikut:
 Kelebihan
a. Mudah dalam pemakaian
b. Mudah dibawa
 Kekurangan
a. Hasil pembacaan bersifat subjektif
b. Harga relatif mahal

7. Hagameter

Hagameter adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian


pohon. Prinsip kerja alat ini adalah trigonometri. Hagameter dapat
menentukan jarak panjang datar dengan cepat dan tepat dari jarak 15, 20,
25 atau 30 meter (Tim Kemendikbud, 2013). Adapun kelebihan dan
kekurangan hagameter adalah sebagai berikut:
 Kelebihan
a. Praktis
b. Tidak membutuhkan ketinggian tertentu
c. Hasil pengukuran akan lebih teliti dibandingkan dengan alat
sederhana
 Kekurangan
a. Diperlukan koreksi jarak lapang pada daerah lereng untuk
mendapatkan jarak datar
b. Dua kali pengukuran
c. Harga relatif mahal
d. Membutuhkan jarak tertentu

Pengukuran diameter pohon dengan menggunakan empat alat ukur ini


menghasilkan nilai diameter pohon yang berbeda dengan menggunakan satu alat
dengan alat yang lain, begitu juga dengan penaksiran tinggi pohon nilai tinggi
dengan menggunakan satu alat dengan alat lain yang berbeda pula. Akan tetapi,
jika dilihat dari rata-rata hasil pengukuran dan penaksiran dari beberapa alat
yang digunakan perbedaannya tidak jauh berbeda.

Contohnya, data pohon 2 kelompok Matoa dalam penaksiran tinggi


pohon pada hagameter diperoleh 21 meter, pada alat christen hypsometer
diperoleh 22 meter, pada alat Spiegel relaskop diperoleh 24,8 meter, dan pada
alat clinometer diperoleh 25 meter. Sehingga diperoleh hasil dari f hitung tinggi
pohon sebesar -1,2725 dan f tabel tinggi pohon sebesar 2,64800969. Dapat
disimpulkan bahwa f hitung < f tabel, maka Ho diterima, artinya tidak ada
perbedaan hasil yang signifikan antara satu alat dengan alat yang lain.

Sedangkan dalam pengukuran diameter pohon, pada alat phi band


diperoleh 61,1 cm, pada alat kaliper diperoleh 56,5 cm, pada alat spiegel
relaskop diperoleh 70 cm, dan pada alat pita meter diperoleh 62,73 cm. sehingga
diperoleh hasil dari f hitung diameter pohon sebesar -1,2740 dan f tabel diameter
pohon sebesar 2,64800969. Dapat disimpulkan bahwa f hitung < f tabel, maka
Ho diterima, yang artinya tidak ada perbedaan hasil yang signifikan antara satu
alat dengan alat yang lain.

Dalam pengukuran tinggi dan diameter pohon dapat memungkinkan


terjadinya kesalahan yang disebabkan oleh human error maupun non-human
error seperti faktor lingkungan. Maka dari itu, perlu adanya faktor koreksi.
Faktor koreksi adalah parameter perhitungan untuk mengakomodir hal-hal yang
mungkin menimbulkan kesalahan di lapangan maupun dalam perhitungan
diameter dan tinggi pohon (Hadiyanto dkk, 2019).

Dari beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengukur diameter


batang, alat ukur phi band merupakan alat yang paling efektif di lapangan karena
relatif murah, akurat, dan sederhana, serta tingkat terjadi biasnya sangat kecil.
Sedangkan alat ukur untuk menaksir tinggi pohon yang paling efektif di
lapangan yaitu hagameter karena hasil pengukuran dapat diperoleh dengan
mudah dan termasuk alat yang praktis.

VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Prinsip kerja dan cara penggunaan alat-alat ukur antar satu alat dengan
alat lainnya berbeda. Dimana dalam pengukuran diameter, alat diameter
tape dan pita meter menggunakan prinsip kerja pengukuran langsung
pada batang dan pita berskala, kaliper menggunakan pengukuran dengan
skala utama dan nonius, dan Spiegel relaskop menggunakan prinsip kerja
pengukuran Based Area Factor. Sedangkan penaksiran tinggi pohon
menggunakan prinsip kerja geometri dan trigonometri.
2. Pengukuran diameter pohon dilakukan dengan cara menggunakan alat
seperti diameter tape (phi band), pita meter, Spiegel relaskop, dan
kaliper. Dari keempat alat ukur ini, nilai yang dihasilkan memiliki selisih
yang kecil dan alat yang paling efisien digunakan adalah phi band.
3. Penaksiran tinggi pohon dilakukan dengan menggunakan beberapa alat,
seperti spiegel relaskop, hagameter, clinometer, dan christen hypsometer.
Dari keempat alat ukur ini, nilai yang dihasilkan memiliki selisih yang
keecil dan alat yang paling efisien digunakan adalah hagameter.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Bakrie, I., 2020. Teknik Pengukuran Kayu Gelondongan Untuk Menghasilkan Volume
Optimal . Jurnal AGRIFOR, 19(2): 107-113.

Departemen, Kehutanan., 1995. Hutan Rakyat. Jakarta: Departemen Kehutanan.

Hadiyanto, H., Sudarno, S., Purnamasari, E., (2019). Inventarisasi Emisi Gas Rumah
Kaca Sektor Pertanian di Kabupaten Boyolali. Jurnal Publikasi Ilmiah, 3(1):
326-337.
Mardiatmoko., 2014. Ilmu Ukur Kayu dan Inventarisasi Hutan. Ambon: BPFP-Unpatti.

Sari, D. R., Ariyanto., 2018. Analisis Waktu Kerja Pengukuran Tinggi Pohon
Menggunakan Klinometer dan Hagameter. Jurnal Hutan Tropis, 2(2): 79-84.

Setiawan, S., 2019. Rancang Bangun Alat Pengukur Tinggi Pohon Tegak Berbasis
Mikrokontroler At-Mega 16. Jurnal Keteknikan dan Sains (JUTEKS), 2(1):14-
19.

Simon., 2007. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soenarno, S., Endom, W., 2018. Uji Coba Rekayasa Alat Ukur Diameter Pohon di
Hutan. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 36(2): 101-112.

Tim, Kemendikbud., 2013. Buku Teks Ajaran Siswa: Ilmu Ukur Kayu. Jakarta:
Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai