Inventarisasi Sumberdaya Hutan Erikh Sandy 195 (Kel. 1)
Inventarisasi Sumberdaya Hutan Erikh Sandy 195 (Kel. 1)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat. Karena atas
Berkat dan RahmatNya Modul Praktikum Inventarisasi Sumberdaya Hutan dapat diselesaikan.
Modul ini sebagai acuan dalam pelaksanaan praktik Mata Kuliah Inventarisasi Hutan
Untuk itu kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Pimpinan Fakultas, Bapak/Ibu Dosen Mata Kuliah Inventarisasi Sumberdaya Hutan.
Dalam Modul ini masih banyak kekurangan dan kesalahan yang tidak disengaja. Oleh sebab
itu kritik dan saran demi untuk tercapainya kesempurnaan modul ini sangat diharapkan dari
semua pihak. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi dosen dan mahasiswa.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. v
MODUL 1. PENGENALAN ALAT UKUR DIAMETER, TINGGI POHON, DAN
PEMETAAN ........................................................................................................... 1
MODUL 2. PENGUKURAN DIAMETER DAN TINGGI POHON........................................ 9
MODUL 3. PENGUKURAN DIMENSI TEGAKAN ............................................................. 18
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
1. pengukuran diameter pohon (Pohon normal terletak di tempat yang datar) ........................ 10
2. Pengukuran diameter pohon (Pohon berbanir)..................................................................... 10
3. Pengukuran diameter pohon (pohon tidak normal atau di tempat miring) ........................... 11
4. Perbandingan relatif hasil pengukuran tinggi total pohon contoh........................................ 15
5. Perbandingan relatif hasil pengukuran tinggi bebas cabang pohon contoh ......................... 15
v
MODUL 1. PENGENALAN ALAT UKUR DIAMETER, TINGGI
POHON, DAN PEMETAAN
I. Identitas Praktikum
a. Nama : Erikh Sandy
b. NIM : L13123195
c. Kelas : KHT-E
II. Deskripsi Kegiatan Praktikum
a. Pertemuan : Pertama (1)
b. Hari / Tanggal : Selasa 17 Juni 2025
c. Pokok Bahasan : Pengenalan Alat Ukur, Diameter, Tinggi Pohon dan Pemetaan
d. Tujuan Instruktusional Umum (TIU) :
Setelah menyelesaikan praktikum mata ajaran ini, mahasiswa akan dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan praktis tentang metode dan teknik inventarisasi sumber
daya hutan untuk keperluan pendugaan potensi sumber daya hutan, baik hutan
tanaman maupun hutan alam
e. Tujuan Instruktusional Khusus (TIK) :
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis alat
ukur diameter, tinggi pohon, dan pemetaan. Mahasiswa juga dapat menjelaskan
fungsi, komponen-komponen, keunggulan dan kelemahan, dan cara pemakaiannya.
III. Pengantar Praktikum
Pengukuran dimensi pohon berupa diameter dan tinggi merupakan kegiatan yang
perlu dilakukan dalam pendugaan potensi pohon dan tegakan. Oleh karena itu, pemahaman
yang benar tentang definisi diameter dan tinggi pohon serta cara-cara pengukuran diameter
dan tinggi pohon dengan bantuan alat-alat ukur mutlak diperlukan. Demikian pula,
pemahaman penggunaan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan pemetaan sangat
menunjang dalam kegiatan inventarisasi sumber daya hutan, terutama diperlukan dalam
pembuatan plot contoh di lapangan.
Alat-alat ukur diameter, tinggi pohon, dan pemetaan yang akan dipelajari dalam
praktikum ini adalah :
o Alat ukur diameter pohon (Pita Ukur, Phi Band, apitan pohon (Caliper))
o Alat ukur tinggi pohon (Suunto Clinometer, Haga Hipsometer)
o Alat ukur pemetaan (Pita ukur, Kompas, Suunto clinometer, Global Positioning System
(GPS)
1
IV. Tahapan Kegiatan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :
▪ Pemberian materi dan pengarahan kegiatan oleh dosen atau asisten.
▪ Pembagian alat-alat ukur kepada setiap regu.
▪ Identifikasi alat-alat ukur oleh para praktikan.
V. Pelaksanaan Praktikum
Lakukan identifikasi terhadap alat-alat ukur diameter, tinggi pohon, dan pemetaan.
Cantumkan hasil pengamatan Anda pada lembar kerja di bawah ini !
2
Phi Band 1. Fungsi :
a) Mengukur diameter pohon secara
cepat dan praktis
b) Mempermudah pekerjaan pengukuran
c) Menghasilkan nilai diameter langsung
d) Plastik fleksibel tahan air
2. Bahan :
a) Fiberglass
b) Kain khusus
3. Satuan Skala :
a) centimeter (cm)
4. Komponen (lihat gambar & alatnya)
a) Pita fleksibel
b) Skala diameter (cm)
c) Ujung pengait/kait
d) Pegangan atau gulungan
5. Cara Pemakaian :
1. Tentukan tinggi pohon yang akan diukur diameternya (umumnya 1,3 m dari
tanah atau disebut tinggi dada).
2. Lilitkan pita Phiband mengelilingi batang pohon secara rata dan tidak miring.
3. Pastikan pita menempel seluruhnya dan tidak longgar.
4. Baca angka yang tertera pada sambungan awal pita — angka tersebut adalah
diameter pohon dalam cm.
5. Catat hasilnya
3
Caliper 1. Fungsi :
2. Bahan :
3. Satuan Skala :
4. Komponen (lihat gambar & alatnya)
5. Cara Pemakaian :
4
Suunto Clinometer 1. Fungsi :
a) Mengukur kemiringan atau sudut
lereng dalam derajat
b) Mengukur tinggi pohon atau objek
vertikal
c) Menghitung ketinggian medan,
tinggi tiang, atau struktur vertikal
lainnya
2. Bahan :
a) logam ringan (aluminium) atau plastik
tahan benturan
b) Lensa
c) jarum penunjuk
3. Satuan Skala :
a) Derajat (°)
4. Komponen (lihat gambar & alatnya)
a) Lensa bidik
b) Skala derajat
c) Jarum pengukur
d) Tombol pengunci
Casing logam/plastik
5. Cara Pemakaian :
1. Tentukan jarak horizontal dari titik berdiri ke pohon (misal: 15 meter) dengan pita ukur
atau rangefinder.
2. Arahkan lensa bidik ke pucuk pohon, baca sudut kemiringan bagian atas pohon (misalnya
+40°).
3. Lalu arahkan ke pangkal pohon, baca sudut (misalnya -5° jika berada di bawah garis mata).
Gunakan rumus trigonometri
5
Haga Hipsometer 1. Fungsi :
a) Mengukur tinggi pohon atau
objek vertikal lainnya secara
tidak langsung menggunakan
prinsip sudut dan jarak.
2. Bahan :
a) logam ringan atau plastik tahan
benturan
b) jarum magnetis
c) Komponen optik seperti lensa
dan kaca bidik
3. Satuan Skala :
a) Skala tinggi (meter)
b) Skala sudut (derajat
4. Komponen (lihat gambar & alatnya)
a) Lensa bidik
b) Skala tinggi/sudut
c) Tombol pengatur skala jarak
d) Pegangan untuk menggenggam
Casing
5. Cara Pemakaian :
1. Tentukan jarak horizontal dari pohon (misalnya: 15 meter), ukur dengan pita
ukur atau rangefinder.
2. Sesuaikan skala jarak pada alat sesuai dengan jarak yang telah ditentukan (putar
tombol skala).
3. Arahkan lensa bidik ke pucuk pohon, baca angka pada skala (misalnya 18 m).
4. Arahkan ke pangkal pohon, baca angka (misalnya -1 m).
Hitung total tinggi pohon dengan rumus:
6
Kompas 1. Fungsi :
a) Menentukan arah mata angin
b) Menentukan azimut atau sudut kompas
suatu objek terhadap utara magnetis.
c) Membantu navigasi di lapangan,
penentuan arah petak hutan, atau membuat
sketsa peta.
2. Bahan :
a) logam ringan (aluminium) atau plastik
keras.
b) Jarum magnetis
c) Kaca penutup dari plastik
3. Satuan Skala :
a) Derajat (°)
4. Komponen (lihat gambar & alatnya)
a) Jarum magnetis
b) Lingkaran derajat
c) Kaca bidik / lensa bidik
d) Garis orientasi
e) Cermin
f) Penunjuk arah mata angin
5. Cara Pemakaian :
7
Berdasarkan hasil pengamatan Anda, buatlah ulasan tentang keunggulan dan kelemahan dari
alat-alat ukur diameter dan tinggi pohon di atas dengan melengkapi tabel berikut ini :
3 Caliper - -
8
MODUL 2. PENGUKURAN DIAMETER DAN TINGGI POHON
I. Identitas Praktikum
a. Nama : Sitti Sainap Mughny
b. NIM : L13123191
c. Kelas : KHT-E
II. Deskripsi Kegiatan Praktikum
a. Pertemuan : Pertama (1)
b. Hari / Tanggal : Selasa 17 Juni 2025
c. Pokok Bahasan : Pengukuran Diameter dan Tinggi Pohon
d. Tujuan Instruktusional Umum (TIU)
Setelah menyelesaikan praktikum mata ajaran ini, mahasiswa akan dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan praktis tentang metode dan teknik inventarisasi sumber
daya hutan untuk keperluan pendugaan potensi sumber daya hutan, baik hutan
tanaman maupun hutan alam.
e. Tujuan Instruktusional Khusus (TIK) :
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat menggunakan alat-alat ukur
untuk mengukur diameter dan tinggi pohon dengan baik dan benar.
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa dapat memperoleh gambaran hasil
pembandingan dari pengukuran diameter dan tinggi pohon dengan menggunakan alat
ukur yang berbeda.
III. Pengantar Praktikum
Diameter merupakan dimensi pohon yang sangat penting dalam pendugaan potensi
pohon dan tegakan. Data diameter diperlukan antara lain untuk : penentuan lbds pohon dan
tegakan, penentuan volume pohon dan tegakan, pengaturan penebangan dengan batas
diameter tertentu (misal : dalam TPTI minimal 50 cm), serta untuk mengetahui struktur
tegakan.
Pengukuran diameter pohon pada dasarnya merupakan pengukuran panjang garis
antara dua titik pada garis lingkaran batang pohon yang melalui titik pusat lingkaran
batang pohon tersebut. Untuk keseragaman pengukuran, telah ditetapkan ketentuan
pengukuran diameter pohon antara lain sebagai berikut :
▪ Pada pohon yang tumbuh normal, diameter diukur pada ketinggian 1,3 m di atas tanah
(dat), yang disebut sebagai “diameter setinggi dada (diameter at breast height)”.
9
Gambar 1. pengukuran diameter pohon (Pohon normal terletak di tempat yang datar)
▪ Untuk pohon yang memiliki banir di atas 1,3 m dat, diameter pohon diukur pada
ketinggian 20 cm di atas banir.
2m
10
▪ Penentuan tinggi ukur untuk pengukuran diameter pohon (pohon tidak normal atau di
tempat miring):
Gambar 3. Pengukuran diameter pohon (pohon tidak normal atau di tempat miring)
Berdasarkan data diameter pohon tersebut, selanjutnya dapat ditentukan pula luas
bidang dasar (lbds) dari pohon tersebut. Luas bidang dasar merupakan luas penampang
lintang batang pohon dengan asumsi bahwa penampang lintang batang pohon
11
tersebut berbentuk lingkaran. Dengan demikian, lbds (dalam m2) pohon dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
❖ Tinggi bebas cabang (lepas cabang atau sampai batas tajuk), yakni tinggi yang diukur
titik lepas cabang atau batas tajuk dengan titik proyeksinya pada permukaan tanah.
12
Dalam prakteknya, tidaklah mudah menentukan “bebas cabang” tersebut, karena
setiap orang dapat endapat dalam menginterpretasikannya.
❖ Tinggi pada ketinggian tertentu, yakni tergantung pada tujuan dan kegunaan
pengukuran tinggi tersebut.
Pada praktikum ini, praktikan akan melakukan pengukuran diameter pohon dengan
menggunakan beberapa macam alat ukur diameter dan tinggi pohon yang telah dipelajari
pada praktikum sebelumnya. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, selanjutnya praktikan
akan membuat perbandingan tentang keakuratan hasil pengukuran antar alat ukur.
IV. Bahan dan Alat yang digunakan
Dalam praktikum ini, praktikan harus mengukur 4 pohon contoh (berbagai ukuran dan
jenis). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat-alat ukur diameter sebagai berikut
:
1. Pita ukur (pita keliling atau phiband)
2. Caliper
3. Suunto clinometer
4. Haga hypsometer
V. Tahapan Kegiatan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :
Berikut ini adalah data hasil pengukuran diameter pohon contoh dengan
menggunakan dua macam alat ukur :
13
Tabel 1. Hasil Pengukuran Diameter Pohon Contoh
Diameter Pohon (cm) Selisih Hasil
Nama/Jenis
No Pita Ukur Phi Band (Pb) Pengukuran (Pb-P)
Pohon xc
(P) 1 2
1. Trambesi (Samanea 142 15 17 16 -0.2
Sama)
2. Trambesi (Samanea 88 16 12 14 0,0
Sama)
3. Trambesi (Samanea 121 21 18 19,5 -5.0
Sama)
4. Trambesi (Samanea 165 25 29 27 3.0
Sama)
5. Trambesi (Samanea 100 29 16 18 -82.0
Sama)
6. Trambesi (Samanea 77 25 12 13.5 -63.5
Sama)
Keterangan:
✓ Hasil pengukuran diameter dan rata-ratanya dalam cm dan dicatat sampai 1 angka desimal
✓ 1 = pengukuran pertama
✓ 2 = pengukuran kedua
✓ xi = rata-rata pengukuran pertama dan kedua pada alat jenis ke-i
Berdasarkan data hasil pengukuran diameter pada masing-masing pohon (Tabel 1),
dapat ditentukan luas bidang dasarnya seperti terlihat pada Tabel 2.
14
3. Hasil Pengukuran Tinggi Pohon
Berikut ini adalah data hasil pengukuran tinggi pohon contoh dengan menggunakan
dua macam alat ukur :
15
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat perbandingan hasil pengukuran dari setiap alat
untuk masing-masing pohon contoh dengan memplotkan tinggi pohon tersebut (baik
tinggi total, tinggi bebas cabang, dalam bentuk grafik berikut ini :
Tinggi Total (m)
1 2 1 2 1 2 1 2 Alat Ke i
Pohon Ke 1 Pohon Ke 2 Pohon Ke 3 Pohon Ke 4 Pohon Ke n
1 2 1 2 1 2 1 2 Alat Ke i
Pohon Ke 1 Pohon Ke 2 Pohon Ke 3 Pohon Ke 4 Pohon Ke n
Gambar 5. Perbandingan relatif hasil pengukuran tinggi bebas cabang pohon contoh
16
4. Pembahasan
✓ Perbandingan ketelitian dan ketepatan hasil pengukuran diameter pohon dari tiap alat
dengan pita ukur dengan asumsi bahwa variasi hasil pengukuran hanya disebabkan
karena perbedaan alat.
✓ Secara deskriptif, bagaimanakah hasil perhitungan lbds pada masing-masing alat ?
✓ Bagaimanakah pengalaman Anda dalam mengukur diameter pohon dengan alat-alat
tersebut, baik dari segi kepraktisan maupun ketepatan hasil pengukurannya
(hubungkan dengan hasil pengujian ketelitian dan ketepatan alat).
✓ Perbandingan secara visual (dari gambar) tentang hasil pengukuran tinggi pohon pada
tiap alat untuk masing-masing pohon, baik untuk tinggi total, tinggi bebas cabang.
Secara visual, untuk masing-masing pohon contoh, manakah alat yang memberikan
hasil pengukuran tinggi pohon yang cenderung lebih tinggi atau lebih rendah
dibanding alat lainnya? Mengapa demikian ?
✓ Kemukakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan (dan bagaimana pengaruhnya)
dalam pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan alat-alat ukur tersebut. Apa
yang bisa Anda rekomendasikan tentang alat-alat ukur tersebut ?
✓ Apa yang dapat Anda bahas tentang pengukuran tinggi total, tinggi bebas cabang ?
Bagaimana tingkat kesulitan pengukuran keduanya ? Bisakah Anda menjelaskan
lebih lanjut tentang keduanya ?
Pembahasan
Berdasarkan data hasil pengukuran diameter, pengujian ketepatan hasil pengukuran, dan
1. Perbandingan ketelitian dan ketepatan hasil pengukuran diameter pohon dari tiap alat dengan pita
ukur
• Perbedaan hasil pengukuran diameter pohon dari berbagai alat (phiband, pita ukur) disebabkan
oleh perbedaan prinsip kerja dan sensitivitas masing-masing alat. Pita ukur manual
memberikan hasil yang cukup akurat namun sangat bergantung pada posisi dan keterampilan
17
pengguna dalam membentuk lingkaran yang presisi. Sementara itu, alat seperti diameter tape
khusus (phiband) bisa memberikan hasil yang lebih konsisten karena telah dikalibrasi untuk
a) Posisi pengukuran yang tidak pada titik diameter dada (DBH) tepat 1,3 meter.
Menggunakan pita ukur biasa memerlukan keterampilan tinggi untuk memastikan lingkaran alat
tepat di sekitar batang pohon. Pada pohon dengan kulit kasar atau tidak bulat sempurna,
pengukuran dengan phiband terasa lebih mudah karena langsung menunjukkan nilai diameter.
Ketepatan pengukuran sangat dipengaruhi oleh posisi DBH dan pengulangan pengukuran dari
arah berbeda.
Secara visual, pengukuran tinggi dengan alat seperti Haga atau Suunto Clinometer sering
menghasilkan perbedaan karena ketergantungan pada sudut pandang pengamat dan jarak
pandang. Tinggi total lebih sulit diukur karena bagian pucuk seringkali tertutup tajuk lain,
terutama jika di hutan lebat. Dibandingkan alat lain, Suunto lebih cepat dan praktis, namun
tetap perlu pelatihan agar sudut pembacaan tepat. Kesalahan umum terjadi saat posisi
18
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran tinggi
• Kalibrasi alat dan latihan penggunaan penting untuk menghindari kesalahan sistematis.
Rekomendasi: Gunakan alat digital seperti laser hypsometer jika tersedia untuk meningkatkan
• Tinggi total adalah jarak dari permukaan tanah sampai ke pucuk pohon tertinggi. Ini penting
• Tinggi bebas cabang adalah tinggi dari permukaan tanah ke cabang pertama. Ini penting untuk
Kesulitan: Pengukuran tinggi total sering terhambat oleh pandangan terhalang atau bentuk
tajuk tidak jelas. Sedangkan tinggi bebas cabang lebih mudah, namun tetap bergantung pada
posisi pengamat. Kesalahan sudut bisa memengaruhi hasil pengukuran kedua jenis tinggi ini.
19
MODUL 3. PENGUKURAN DIMENSI TEGAKAN
I. Identitas Praktikum
a. Nama : Erikh Sandy
b. NIM : L13123195
c. Kelas : KHT-E
II. Deskripsi Kegiatan Praktikum
a. Pertemuan : Pertama (1)
b. Hari / Tanggal : Selasa 17 Juni 2025
c. Pokok Bahasan : Pengukuran Dimensi Tegakan
d. Tujuan Instruktusional Umum (TIU)
Setelah menyelesaikan praktikum mata ajaran ini, mahasiswa akan dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan praktis tentang metode dan teknik inventarisasi sumber
daya hutan untuk keperluan pendugaan potensi sumber daya hutan, baik hutan
tanaman maupun hutan alam.
e. Tujuan Instruktusional Khusus (TIK) :
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat mengukur berbagai dimensi
tegakan, baik diameter, tinggi, lbds, maupun volume tegakan.
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan dapat mengetahui cara-cara
pendugaan potensi tegakan.
III. Pengantar Praktikum
Dalam kegiatan pengelolaan hutan, pengukuran dimensi pohon dilakukan dalam rangka
pendugaan potensi tegakan dari areal yang dikelola. Pada dasarnya, tegakan merupakan
kumpulan individu - individu pohon yang tumbuh pada suatu areal dengan luasan tertentu.
Dengan demikian, pengukuran dimensi tegakan dilakukan dengan mengukur dimensi dari
pohon-pohon yang ada dalam areal tersebut.
✓ Diameter rata-rata, yakni merupakan rata-rata diameter dari seluruh pohon yang ada
dalam tegakan.
✓ Tinggi rata-rata, yakni merupakan rata-rata tinggi dari seluruh pohon yang ada dalam
tegakan.
20
✓ Peninggi, yakni rata-rata tinggi dari 100 pohon tertinggi dalam luasan 1 ha atau rata-rata
tinggi dari 10 pohon tertinggi dalam luasan 0,1 ha. Peninggi merupakan indikator
kualitas tempat tumbuh dari suatu tegakan.
✓ Luas bidang dasar tegakan, yakni penjumlahan dari luas bidang dasar seluruh pohon
dalam luasan tertentu.
✓ Kerapatan tegakan, yakni jumlah/banyaknya pohon per satuan luas tegakan.
✓ Volume tegakan, yakni penjumlahan dari volume seluruh pohon dalam tegakan, baik
berupa total volume (m3) maupun rata-rata volume (m3/ha).
IV. Bahan dan Alat Yang digunakan
Dalam praktikum ini, praktikan harus membuat suatu petak ukur berupa plot persegi
ukuran 20 m x 20 m, 10 m x 10 m, 5 m x 5 m dan 2 m x 2 m. Pada petak ukur tersebut
dilakukan pengukuran dimensi tegakan yang meliputi: diameter rata-rata, tinggi rata-rata,
lbds, kerapatan tegakan, dan volume tegakan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
alat-alat ukur sebagai berikut :
21
Tabel 4. Hasil Pengukuran Tingkat Semai
22
6 Pohon Angasa 14 40 5,7 0,0154 m2 0,0785 m3
(Pterocarpus indicus)
7
8
9
10
Jumlah
Rata-Rata
Keterangan :
D = diameter (cm), K = keliling (cm) (cukup diisi salah satunya saja, sesuai alat ukur yang Anda
gunakan) T = tinggi total (m)
Lbds = luas bidang dasar (m2)
V = volume (m3) = (catatan: diasumsikan angka bentuk pohon 0,7)
23
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengukuran dimensi tegakan serta analisis datanya, buatlah
pembahasan mengenai hal-hal berikut :
✓ Secara deskriptif jelaskan bagaimana hasil pengukuran dimensi tegakan dari plot persegi
0,04 ha.
✓ Jelaskan kegunaan data dimensi tegakan dalam kegiatan pengelolaan hutan !
✓ Lain-lain yang menurut Anda relevan dengan materi ini.
Pembahasan
terdapat di dalam suatu areal hutan, dalam hal ini menggunakan plot ukur seluas 0,04 hektar.
Berdasarkan hasil pengukuran pada enam pohon jenis Trambesi (Samanea Saman), diperoleh
data diameter, tinggi, luas bidang dasar (Lbds), dan volume pohon.
Dari pengukuran tersebut, diperoleh diameter rata-rata sebesar 36,33 cm dan tinggi rata-
rata sebesar 15,33 m. Nilai ini menunjukkan bahwa pohon-pohon dalam plot tersebut termasuk
dalam kategori tegakan berdiameter sedang dengan tinggi sedang pula. Kerapatan tegakan
dihitung dengan mengalikan jumlah pohon pada plot dengan skala luas hektar.
Selanjutnya, perhitungan luas bidang dasar tegakan (Lbds) menunjukkan angka sebesar
16,0 m²/ha, yang mencerminkan luas penampang batang tegakan pada satu hektar areal hutan.
Sementara itu, volume tegakan dihitung berdasarkan rumus volume silvikultur (dengan angka
bentuk pohon 0,8) dan diperoleh hasil sebesar 180,8 m³/ha. Volume ini menggambarkan
24
PENGESAHAN
Praktikan Dosen/Asisten Dosen
( )
25
Link video upload tiktok ( https://vt.tiktok.com/ZSkpRgPen/ )
26
FOTO KELOMPOK
27
28