Nurul Handayani - 2006125124 - Laprak Inventarisasi Hutan
Nurul Handayani - 2006125124 - Laprak Inventarisasi Hutan
Oleh:
Nurul Handayani
2006125124
1. Bambang Utami
2. Vironika Julianti
JURUSAN KEHUTANAN
PEKANBARU
2021
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
Cover .......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR .............................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................................3
DAFTAR TABEL ......................................................................................................4
I. PENDAHULUAN
1.1 latar belakang..................................................................................................5
1.2 tujuan praktikum .............................................................................................7
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODOLOGI
4.1 hasil..................................................................................................................13
4.2 pembahasan......................................................................................................14
BAB V PENUTUTP
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................20
5.2 Saran...............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................21
LAMPIRAN........................................................................................................23
3
DAFTAR GAMBAR
4
I. PENDAHULUAN
Ada beberapa alat ukur diamater dan tinggi pohon yang dapat digunakan
dalam mendata tinggi pohon dan diamter pohon, pengukuran diameter pohon
dapat dilakukan dengan berbagai alat antara lain phi-band, garpu pohon, dan pita
keliling. Sedangkan alat ukur tinggi pohon adalah cristen meter dan haga meter.
5
juga batang, tetapi berukuran lebih kecil dari berfungsi memperluas ruang bagi
pertumbuhan daun sehingga mendapat lebih banyak cahaya matahari dan juga
menekan tumbuhan pesaing di sekitarnya. Batang diliputi dengan kulit yang
melindungi batang dari kerusakan.
Diameter pohon merupakan salah satu parameter pohon yang mudah untuk
diukur. Dengan pengukuran diameter kita dapat mengetahui potensi tegakan suatu
komunitas hutan. Besarnya diameter pohon dipengaruhi kualitas tempat tumbuh
dan usia dari pohon tersebut. Semakin subur tempat tumbuh maka pertumbuhan
pohon akan semakin baik, hal ini ditunjukkan dengan besarnya ukuran diameter
pohon tersebut. Demikian pula pengaruh usia pohon dengan ukuran diameter
pohon, semakin tua umur pohon maka diameternya akan lebih besar. Pengukuran
merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat mengetahui atau
menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Dalam
memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan factor
penentu utama yang mempengaruhi keotentikan data yang diperoleh. Semakin
bagus alat yang dipergunakan maka semakin baik pula hasil pengukuran yang
akan didapat. Demikian pula halnya dengan kemampuan pengamat dalam
pengukuran, semakin baik dalam penggunaan suatu alat maka semakin baik pula
data yang dikumpulkan.
6
1.2 tujuan
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
8
Selama ini, alat ukur diameter pohon yang digunakan adalah pita ukur
(phi-band). Pemakaian alat ini di lapangan menuntut cara pengukuran yang hati-
hati dan teliti karena kesulitan yang dihadapi khususnya untuk pohon berdiameter
besar (ø ≥ 50 cm) dan berbanir tinggi (≥ 1,8 m), sehingga waktu yang dibutuhkan
relatif lama (Endom & Soenarno, 2016). Selain itu, pengukuran dengan pita ukur
tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa diameter adalah hasil
pembagian keliling dengan phi (π = 3,14) hal ini disebabkan oleh adanya
pembulatan hasil perhitungan diameter pada setiap bontos kayu bulat contoh
(Cohen, Manion, & Morrison, 2011). Pengukuran diameter pohon dengan phiband
juga tidak dapat dilakukan hanya oleh satu orang, bahkan pada kondisi pohon dan
topografi yang ekstrim diperlukan lebih dari dua orang (Endom & Soenarno,
2016).
Pengukuran ini dilaksanakan pada seluruh pohon yang ada atau diukur
penuh 100%, pengukuran ini cukup berat dan melelahkan kemudian dilaksanakan
pengukuran sebagian saja dari populasi yang dikenal dengan pengambilan atau
penarikan contoh, cara sampling ini muncul setelah berkembangnya ilmu
statistika sebagai cabang dari ilmu matematika terapan. Cara ini dapat
dilaksanakan dalam waktu yang lebih cepat sehingga biaya yang ada dapat ditekan
tetapi dapat memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dengan pengukuran 100%
(Simon, 2007).
9
dengan menggunakan survey konvensional memerlukan biaya besar dan waktu
yang lama (Sahid, 2010).
Pada pengukuran tinggi pohon, Tinggi pohon berdiri tidak selalu sama
dengan panjang pohon tersebut sesudah rebah. Tinggi pohon berdiri dimaksudkan
sebagai panjang proyeksi dari titik ujung pohon sampai ke tanah (Lembaga
Penelitian IPB, 1985). Tinggi pohon didefinisikan sebagai jarak atau panjang garis
terpendek antara suatu titik pada pohon dengan proyeksinya pada bidang datar.
Istilah tinggi pohon hanya berlaku untuk pohon yang masih berdiri sedangkan
untuk pohon rebah digunakan istilah panjang pohon (Muhdin, 2003).
10
III. METODOLOGI
Praktikum ini saya lakukan pada hari kamis, 15 April 2021. Tempat
praktikum di Jl. Simpang Batu, Desa Sungai Siput, Kecamatan Siak Kecil,
Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
Alat Bahan
Gergaji Kayu ukuran (35×5 cm)
Tebal kayu 2 cm
Spidol
Penggaris
B. Prosedur kerja
Alat Bahan
Gergaji Kayu untuk kaki garpu ukuran 35×2,5
cm
Spidol Kayu untuk tangkai 10 cm ukuran
Penggaris
Paku
Martil
B. Prosedur kerja
11
4. Phi band (alat pengukur diamter batang)
5. Haga meter (alat pengukur tinggi pohon)
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
13
4.2 Pembahasan
Pengukuran diameter adalah mengukur panjang garis antara dua titik pada
garis lingkaran. Dalam pengukuran diameter logs, sering dilakukan dengan cara
menghitung rata-rata pengukuran jarak terpanjang dan jarak terpendek, hal ini
disebabkan karena bentuk dari pohon tidak benar-benar bulat. Diameter pohon
diukur berdasarkan ketentuan dengan batas setinggi dada yang dikenal dengan
istilah DBH (Diameter at Breast Height). Untuk Indonesia dan Belanda yang
menggunakan sistem satuan ukuran metrik ukuran setinggi dada adalah 130 cm
dari permukaan tanah, untuk Amerika, India setinggi 4,5 kaki (137 cm) di Inggris
4 kaki 4 inch (132 cm). Sedangkan untuk pohon berbanir dan tinggi banir diatas
130 cm, maka letak pengukuran harus 20 cm diatas banir.
1. Garpu pohon
Alat ini dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Hasil Hutan tahun
1934 berbentuk garpu yang mempunyai dua kaki yang membentuk sudut
90. Garpu pohon merupakan alat ukur diameter pohon yang bentuknya
seperti huruf ”V” atau garpu berkaki dengan sudut tertentu, dilengkapi
dengan tangkai sebagai pegangan. Pada kedua kaki terdapat skala ukuran
dengan interval tertentu. Garpu pohon dapat dibuat sendiri, bahan dari
logam atau kayu. Pengukuran diameter dengan menggunakan garpu pohon
hanya terbatas pada diameter tertentu, terutama pohon yang berdiameter
kecil saja mengingat bentunya yang sederhana. Hasil ukuran dalam bentuk
kelas diameter, karena diameter terukur dalam bentuk interval sehingga
ketelitiannyapun kurang. Keperluan pengukuran dimana diameter tiap-tiap
pohon diukur secara teliti, maka alat ini tidak cocok digunakan.
Penggunaan garpu pohon adalah sebagai berikut :
• Jepitkan kedua kaki garpu puhon sambil ditekan ke batang pohon
yang diukur.
14
• Posisi garpu pohon horizontal atau tegak lurus terhadap batang
pohon.
• Besarnya diameter ditunjukkan oleh skala angka pada kaki garpu
yang menempel dengan batang pohon, dikalikan dengan besaran
interval.
• Lakukan pengukuran berulang pada diameter terkecil dan terbesar
agar mendapatkan hasil pengukuran yang lebih teliti, dengan hasil
akhir dirata-ratakan.
15
• Diameter batang dapat dibaca pada skala diameter yang berimpit
dengan titik nol.
Pita Ukur Diameter pohon mempunyai kelebihan dan kekurangan, sebagai
berikut :
- Kelebihan
• Alat sederhana, berukuran kecil sehingga mudah dibawa.
• Harganya relatif murah.
• Kecermatan hasil pengukuran cukup baik.
• Dapat digunakan pada kayu yang kotor atau basah.
• Pengukuran cukup dilakukan satu kali.
- Kekurangan
Tinggi pohon adalah jarak terpendek antara satu titik dengan titik proyeksinya
pada bidang dasar/horizontal. Sebagai salah satu komponen untuk menentukan
volume kayu maka tinggi pohon dapat dibedakan atas 2 (dua) macam yaitu:
• Tinggi pohon seluruhnya; yaitu jarak antara titik puncak pohon dengan
proyeksinya sampai ke permukaan tanah.
• Tinggi pohon bebas cabang; yaitu jarak antara titik puncak batas bebas
cabang sampai di permukaan tanah.
1. Cristen meter
Christen meter digunakan secara sederhana dengan menggunakan
alat bantu berupa galah. Alat tersebut terbuat dari kayu atau logam dengan
skala untuk ketinggian dibuat berdasarkan prinsip geometri.
16
Pengukuran dengan menggunakan alat ukur ini disarankan bagi si
pengukur agar berdiri jauh lebih dari yang diperkirakan tinggi pohon agar
ujung alat A dan B dapat melihat pangkal dan ujung pohon yang akan di
ukur tingginya. Misalnya sebelum kita melakukan pengukuran maka kita
harus menaksir tinggi pohon, kalau diperkirakan tinggi pohon sebesar 15
m maka kita harus berdiri dari pangkal pohon yang akan diukur tersebut
lebih jauh dari 15 meter, karena kalau tidak maka jarak antara titik nol ke
pangkal pohon dan titik akhir ke puncak pohon tidak akan ditemukan.
Cara menggunakan alat :
• Pengukur berdiri dengan jarak tertentu mengarah ke pohon yang
akan diukur tingginya.
• Pegang alat pada bagian benang sehingga alat bergantung dan
dapat bergerak bebas.
• Alat dibidikkan ke pohon yang akan diukur tingginya sedemikian
rupa sehingga pangkal dan ujung pohon tersebut berimpitan
dengan skala bawah dan atas alat (A’C’ berimpit dengan AC).
• Berdirikan galah pada pohon yang akan diukur tingginya.
• Mata diarahkan pada ujung galah sambil membaca berapa angka
tinggi pada pembagian skala alat yang berimpit dengan garis
pandang antara mata dan ujung galah tersebut.
Berikut kelebihan dan kekurangan alat Christen Meter :
- Kelebihan
• Alat dapat dibuat sendiri.
• Jarak pengukuran tidak ditentukan jaraknya.
• Pengukuran tinggi tidak dipengaruhi oleh kemiringan lereng
• Pengukuran cukup satu kali
- Kekurangan
• Hasil pengukuran menimbulkan bias apabila alat tersebut tidak
berdiri vertikal ketika dipegang oleh pengukurnya.
• Di butuhkan alat bantu galah pada saat pengukuran.
• Sulit mendapatkan posisi yang baik apabila pengukuran
dilakukan pada tegakan yang rapat.
17
• Pada pengukuran pohon yang relatif tinggi memberikan
peluang bias yang besar, karena interval skala alat semakin
sempit.
2. Haga meter
Haga merupakan salah satu alat ukur tinggi dengan prinsip Trigonometri
yang mempunyai skala tinggi langsung dapat dibaca pada alat. Besarnya sudut
pembidikan terhadap bidang datar ditunjukkan oleh pergerakan jarum yang
langsung menunjukkan berapa tinggi hasil pembidikan yang sudah dihitung
berdasarkan perkalian jarak datar dengan tangen sudut. Di butuhkan jarak
tertentu dalam penentuan tingginya. Pada Hagameter sudah disiapkan untuk
pengukuran tinggi dengan jarak ukur masing-masing 15 m, 20 m, 25 m dan 30
m. Skala tersebut dapat diatur sesuai kebutuhan dengan cara memutar knop
pemutar skala disesuaikan dengan jarak pengukuran yang dikehendaki. Selain
skala tinggi dalam satuan meter juga terdapat juga skala kemiringan bidang
dalam satuan persen. Penentu tinggi pohon dengan pembidikan yang
dilakukan 2 kali pembidikan yaitu pembidikan ke pangkal pohon dan ke
puncak pohon atau tinggi bebas cabang pertama. Tinggi pohon merupakan
penambahan atau pengurangan dari hasil 2 kali pembidikan tersebut
bergantung posisi pengukur terhadap pohon.
18
• Tinggi pohon adalah jumlah atau selisih dari kedua pembacaan itu
bergantung pada apakah pangkal pohon lebih rendah atau lebih tinggi
dari mata pengukur.
- Kelebihan
• Hasil pengukuran akan lebih teliti dibandingkan dengan alat
sederhana.
• Tinggi pohon dapat diketahui langsung
- Kekurangan
• Diperlukan koreksi jarak lapang pada daerah lereng untuk
mendapatkan jarak datar.
• Dua kali pengukuran
19
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Alat ukur diamater dan tinggi pohon yang digunakan dalam kegiatan
inventarisasi hutan sangat banyak dari yang modern hingga tradional, dari
yang harganya paling mahal sampai yang paling murah dan bisa dibuat
sendiri dirumah. Pada praktikum kali ini beberapa alat yang dapat
digunakan dalam pengukuran diameter pohon dapat dilakukan dengan phi-
band, garpu pohon, dan pita keliling. Sedangkan alat ukur untuk mengukur
tinggi pohon adalah cristen meter dan haga meter.
2. Penggunaan alat alat ukur tersebut berbeda-beda sesuai dengan alat
tersebut, terdapat kelebihan dan kekurangan pada masing-masing alat ukur
diameter dan tinggi pohon.
5.2 Saran
Saat membuat alat lebih baik menggunakan amplas agar permukaan kayu
yang akan digunakan sebagai alat lebih halus dan nyaman digunakan. Akan lebih
baik jika sebelum melaksanakan kegiatan inventarisasi hutan kita terlebih dahulu
memahami cara pengukuran diameter pohon dan tinggi pohon dan cara
menggunakan alat-alat inventarisasi hutan. Hal ini bertujuan untuk dapat
menghindari kesalahan-kesalahan pada saat pengukuran nantinya, sehingga data
yang kita dapatkan tepat dan akurat.
20
DAFTAR PUSTAKA
Balenovic, I., Seletković, A., Pernar, R & Jazbec, A. 2015. Estimation of The
Mean Tree Height of Forest Stands by Photogrammetric Measurement
Using Digital Aerial Images of High Spatial Resolution. Ann. For. Res.
58(1): 125-143.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2011). Research methods in education
(6th Ed.). London: Routledge Taylor & Francis Group
Endom, W., & Soenarno. (2016). Penyempurnaan alat ukur diameter pohon.
Rencana Penelitian dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
Huang, S., Price, D., and Titus, S.J. 2000. Development of ecoregion-based
height-diameter models for white spruce in boreal forests. Forest Ecology
and Management 129, 125-141.
Husch, B., Miller, C.I. and Beers, T.W. 1972. Forest Mensuration. Second
Edition. The Ronald Press Company. New York.
Li, R., & Weiskittel, A. R. (2011). Estimating and predicting bark thickness for
seven conifer species in the Acadian Region of North America using a
mixed-effects modeling approach: Comparison of model forms and
subsampling strategies. European Journal of Forest Research, 130(2), 219–
233. doi: 10.1007/s10342-010-0423-y.
21
Newton, P. F., and Amponsah, I. G. 2007. Comparative evaluation of five height-
diameter models developed for black spruce and jack pine stand-types in
terms of goodness-of-fit, lack-of-fit and predictive ability. Forest Ecology
and Management 247, 149-166.
Ryan, K. (2015). Mengenal alat ukur diameter dan tinggi pohon. Laporan
praktikum Biometrika Hutan. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,
Bandar Lampung.
Weaver, S. A., Ucar, Z., Bettinger, P., Merry, K., Faw, K., & Cieszewski, C. J.
(2015). Assessing the accuracy of tree diameter measurements collected at
a distance. Croatian Journal of Forest Engineering, 36(1), 73–84.
22
LAMPIRAN
23
24