[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan24 halaman

Nurul Handayani - 2006125124 - Laprak Inventarisasi Hutan

Laporan praktikum ini membahas pengenalan dan penggunaan alat ukur tinggi pohon seperti garpu pohon dan kristen meter. Tujuannya adalah agar mahasiswa mengetahui alat-alat inventarisasi hutan dan cara penggunaannya untuk mengukur diameter dan tinggi pohon.

Diunggah oleh

Maulana Raja Irfan
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan24 halaman

Nurul Handayani - 2006125124 - Laprak Inventarisasi Hutan

Laporan praktikum ini membahas pengenalan dan penggunaan alat ukur tinggi pohon seperti garpu pohon dan kristen meter. Tujuannya adalah agar mahasiswa mengetahui alat-alat inventarisasi hutan dan cara penggunaannya untuk mengukur diameter dan tinggi pohon.

Diunggah oleh

Maulana Raja Irfan
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 24

LAPORAN PRAKTIKUM INVENTARISASI HUTAN

PENGENALAN DAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR


TINGGI POHON

Oleh:

Nurul Handayani

2006125124

Asisten Pembimbing Praktikum:

1. Bambang Utami

2. Vironika Julianti

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang mana


dengan rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan laporan
praktikum inventarisasi hutan yang berjudul “PENGENALAN DAN

MENGGUNAKAN ALAT UKUR TINGGI POHON” ini. Tidak


lupa pula shalawat beriring salam saya haturkan kepada junjungan alam
nabi besar Muhammad Saw. Dimana karena perjuangannya membawa
umat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang berilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang ini.

Terima kasih saya ucapkan kepada bang bambang utami dan


kak Vironika Julianti sebagai pembimbing praktikum yang telah
membantu saya menyelesaikan laporan ini, sehingga saya dapat
menyelesaikan lapoaran tepat waktu. Laporan ini dibuat berdasarkan hasil
praktikum saya, dan untuk memenuhi tugas praktikum mata
kuliahinventarisasi hutan. Harap dimaklumi untuk segala kekurangan dan
kesalahan didalam laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan kita semua mengenai sistem perakaran. Kritik dan
saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk kemajuan laporan ini.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih.

Bengkalis, 15 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover .......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR .............................................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................................3
DAFTAR TABEL ......................................................................................................4

I. PENDAHULUAN
1.1 latar belakang..................................................................................................5
1.2 tujuan praktikum .............................................................................................7
II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI

3.1 waktu dan tempat.............................................................................................11

3.2 alat dan bahan..................................................................................................11

3.3 prosedur kerja..................................................................................................13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 hasil..................................................................................................................13

4.1.1 gambar garpu pohon.....................................................................................13

4.1.2 gambar cristen meter.....................................................................................13

4.2 pembahasan......................................................................................................14

4.2.1 pengukuran diameter pohon..........................................................................14

4.2.2 pengukuran tinggi pohon..............................................................................16

BAB V PENUTUTP

5.1 Kesimpulan.....................................................................................................20

5.2 Saran...............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................21

LAMPIRAN........................................................................................................23

3
DAFTAR GAMBAR

4.1.1 gambar garpu pohon.....................................................................................13

4.1.2 gambar cristen meter.....................................................................................13

4
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bidang kehutanan dan pengelolaan kayu pengukuran tinggi dan


diameter pohon sangat di perlukan, karena dengan adanya data pengukuran
tersebut kita dapat mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun
komunitas pohon tertentu. Dalam memeperoleh data pengukuran, diperlukan alat
yang mendukung untuk memperoleh hasi data yang akurat. Jenis dan cara
penggunaan alat menjadi faktor utama penentu keakuratan data yang diperoleh.
Smakin bagus dan semakin matang kemampuan penggunaan alat, maka data yang
dihasilkan pada pengukuran akan semakin akurat.

Ada beberapa alat ukur diamater dan tinggi pohon yang dapat digunakan
dalam mendata tinggi pohon dan diamter pohon, pengukuran diameter pohon
dapat dilakukan dengan berbagai alat antara lain phi-band, garpu pohon, dan pita
keliling. Sedangkan alat ukur tinggi pohon adalah cristen meter dan haga meter.

Pengukuran diameter atau keliling batang setinggi dada dari permukaan


tanah disepakati, tetapi setinggi dada untuk setiap bangsa punya kesepakatan
masing-masing yang disesuaikan dengan tinggi rata-rata dada masyarakat bangsa
itu. Setinggi dada untuk pengukuran kayu berdiri di Indonesia disepakati setinggi
1,30 meter dari permukaan tanah (Huang, 2000). Pengukuran diameter pohon
dengan menggunakan beberapa alat yang berbeda akan menghasilkan data yang
berbeda pula. Dengan demikian, perbedaan relatif dari keakuratan data yang
diperoleh diantara alat yang berbeda akan terlihat. Sehingga dapat diketahui pula
kelebihan dan kelemahan suatu alat tertentu. Pohon sendiri adalah tumbuhan
cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan
sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda
karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup
panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas. Batang merupakan bagian
utama pohon dan menjadi penghubung utama antara bagian akar, sebagai
pengumpul air dan mineral, dan bagian tajuk pohon (canopy), sebagai pusat
pengolahan masukan energi (produksi gula dan bereproduksi). Cabang adalah

5
juga batang, tetapi berukuran lebih kecil dari berfungsi memperluas ruang bagi
pertumbuhan daun sehingga mendapat lebih banyak cahaya matahari dan juga
menekan tumbuhan pesaing di sekitarnya. Batang diliputi dengan kulit yang
melindungi batang dari kerusakan.

Diameter pohon merupakan salah satu parameter pohon yang mudah untuk
diukur. Dengan pengukuran diameter kita dapat mengetahui potensi tegakan suatu
komunitas hutan. Besarnya diameter pohon dipengaruhi kualitas tempat tumbuh
dan usia dari pohon tersebut. Semakin subur tempat tumbuh maka pertumbuhan
pohon akan semakin baik, hal ini ditunjukkan dengan besarnya ukuran diameter
pohon tersebut. Demikian pula pengaruh usia pohon dengan ukuran diameter
pohon, semakin tua umur pohon maka diameternya akan lebih besar. Pengukuran
merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat mengetahui atau
menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Dalam
memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan factor
penentu utama yang mempengaruhi keotentikan data yang diperoleh. Semakin
bagus alat yang dipergunakan maka semakin baik pula hasil pengukuran yang
akan didapat. Demikian pula halnya dengan kemampuan pengamat dalam
pengukuran, semakin baik dalam penggunaan suatu alat maka semakin baik pula
data yang dikumpulkan.

Dalam kegiatan pengelolaan hutan, data tinggi pohon diperlukan untuk


penentuan volume pohon dan tegakan serta penentuan kualitas tempat tumbuh
pohon(melalui hubungan antara umur dan peninggi). Dalam praktek pengukuran
tinggi pohon sering kali terjadi kebingan, bahkan kesalahan pengukuran, masih
banyak yang mengira bahwa tingi pohon sama dengan panjang pohon, padahal
keduanya memiliki pengertian dan cara pengukuran yang berbeda. Tinggi pohon
didefinisikan sebagai jarak terpendek antara suatu titik pada puncak pohon(atau
titik lain pada pohon tersebut) dengan titik proyeksinya pada bidang
datar(permukaan tanah), sedangan panjnag pohon merupakan jarak yang
menghubungkan dua titik yang diukur baik menurut garis lurus maupun tidak.

6
1.2 tujuan

1. Adapun tujuan dilakukannya praktikum pengenalan alat-alat dalam


inventarisasi hutan adalah mahasisawa mengetahui alat-alat apa saja yang
dipergunakan dalam kegiatan inventarisasi hutan.
2. Mengetahui cara penggunaan dan fungsi dari alat-alat ukur diameter dan
tinggi pohon.

7
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan merupakan pertambahan dimensi dari satu atau lebih


individu dalam suatu tegakan hutan pada periode waktu tertentu (Husch et
al.(1972); Vanclay (1994)). Setiap pohon mengalami dua bentuk pertumbuhan
yang berbeda, yaitu pertumbuhan vertikal atau tinggi dan pertumbuhan horizontal
atau diameter. Pertumbuhan tinggi dan diameter menyebabkan terjadinya
perubahan ukuran dan bentuk pohon yang pada gilirannya sangat menentukan
dalam pendugaan volume pohon maupun tegakan. Pengembangan metode
pendugaan potensi hutan, termasuk di dalamnya pendugaan model hubungan
antara karakteristik individual pohon seperti tinggi dan diameter telah banyak
dilakukan. Berbagai fungsi yang menyatakan hubungan tinggi dan diameter telah
banyak dipelajari dan diteliti (Husch et al.(1972); Huang et al. (2000); Newton
dan Amponsah (2007); Adame, et al. (2008)).

Pengukuran diameter pohon dapat dilakukan dengan berbagai alat antara


lain phi-band, garpu pohon, dan pita keliling (Ryan, 2015). Untuk pohon tanpa
banir, pengukuran diameter dilakukan pada ketinggian 1,3 meter di atas tanah atau
kurang lebih setinggi dada, sedangkan pada pohon berbanir dilakukan 5–10 cm di
atas banir. Pengukuran diameter tanpa kulit (dtk), sekalipun informasi ini lebih
penting daripada diameter dengan kulit (ddk), biasanya memerlukan lebih banyak
waktu dan relatif mahal dengan kemungkinan kesalahan yang lebih besar jika
dilakukan pada saat pohon berdiri (Li & Weiskittel, 2011).

Pengukuran diameter pohon dapat juga dilakukan menggunakan wood


land stick atau biasa disebut Biltmore stick atau cruiser stick. Alat ini lebih murah,
lebih cepat dan lebih mudah digunakan dibandingkan diameter tapes, namun
ketelitiannya tidak sebaik diameter tapes (Zobrist, 2009). Kendati demikian,
penggunaan alat yang berbeda dapat menghasilkan pengukuran yang berbeda,
dimana perbedaannya bisa nyata, kurang nyata atau tidak nyata. Karena data yang
digunakan adalah untuk keperluan pengukuran potensi hutan (forest sampling),
maka hendaknya dipilih alat yang ekonomis sehingga rasional untuk digunakan
(Weaver et al., 2015).

8
Selama ini, alat ukur diameter pohon yang digunakan adalah pita ukur
(phi-band). Pemakaian alat ini di lapangan menuntut cara pengukuran yang hati-
hati dan teliti karena kesulitan yang dihadapi khususnya untuk pohon berdiameter
besar (ø ≥ 50 cm) dan berbanir tinggi (≥ 1,8 m), sehingga waktu yang dibutuhkan
relatif lama (Endom & Soenarno, 2016). Selain itu, pengukuran dengan pita ukur
tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa diameter adalah hasil
pembagian keliling dengan phi (π = 3,14) hal ini disebabkan oleh adanya
pembulatan hasil perhitungan diameter pada setiap bontos kayu bulat contoh
(Cohen, Manion, & Morrison, 2011). Pengukuran diameter pohon dengan phiband
juga tidak dapat dilakukan hanya oleh satu orang, bahkan pada kondisi pohon dan
topografi yang ekstrim diperlukan lebih dari dua orang (Endom & Soenarno,
2016).

Pengukuran ini dilaksanakan pada seluruh pohon yang ada atau diukur
penuh 100%, pengukuran ini cukup berat dan melelahkan kemudian dilaksanakan
pengukuran sebagian saja dari populasi yang dikenal dengan pengambilan atau
penarikan contoh, cara sampling ini muncul setelah berkembangnya ilmu
statistika sebagai cabang dari ilmu matematika terapan. Cara ini dapat
dilaksanakan dalam waktu yang lebih cepat sehingga biaya yang ada dapat ditekan
tetapi dapat memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dengan pengukuran 100%
(Simon, 2007).

Balenovic dkk (2015) menyatakan bahwa tinggi pohon merupakan


variabel penting dalam memberikan gambaran kuantitatif dari pohon dan tegakan
yang dapat menentukan kualitas tapak dari tegakan dan memperkirakan beberapa
parameter seperti: biomassa, cadangan karbon, pertumbuhan tegakan, dll.
Sementara Larjavaara dan Muller-Landau (2013) menyatakan bahwa tinggi pohon
adalah variabel kunci untuk memperkirakan biomassa pohon dan menyelidiki
sejarah kehidupan pohon, namun sulit untuk melakukan pengukuran di hutan
dengan kanopi tinggi dan padat serta tajuk yang lebar. Avery (1975),
mengemukakan bahwa oleh karena banyak variabel bebas bergabung ke dalam
regresi untuk memprediksi volume pohon, pengukuran diameter pohon dan tinggi
cenderung dilakukan untuk menghitung volume. Pengukuran potensi tegakan

9
dengan menggunakan survey konvensional memerlukan biaya besar dan waktu
yang lama (Sahid, 2010).

Pada pengukuran tinggi pohon, Tinggi pohon berdiri tidak selalu sama
dengan panjang pohon tersebut sesudah rebah. Tinggi pohon berdiri dimaksudkan
sebagai panjang proyeksi dari titik ujung pohon sampai ke tanah (Lembaga
Penelitian IPB, 1985). Tinggi pohon didefinisikan sebagai jarak atau panjang garis
terpendek antara suatu titik pada pohon dengan proyeksinya pada bidang datar.
Istilah tinggi pohon hanya berlaku untuk pohon yang masih berdiri sedangkan
untuk pohon rebah digunakan istilah panjang pohon (Muhdin, 2003).

10
III. METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum ini saya lakukan pada hari kamis, 15 April 2021. Tempat
praktikum di Jl. Simpang Batu, Desa Sungai Siput, Kecamatan Siak Kecil,
Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

3.2 Alat Dan Bahan

Alat dan bahan:

1. Cristenmeter (alat pengukur tinggi pohon)


A.Alat Ukur Tinggi (Cristenmeter)

Alat Bahan
Gergaji Kayu ukuran (35×5 cm)
Tebal kayu 2 cm
Spidol
Penggaris

B. Prosedur kerja

Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


Gergajilah kayu sehingga membentuk huruf U
Kemudian beri skala disesuaikan dengan penggaris
2. Pita ukur (alat pengukur diamter batang)
3. Garpu pohon (alat pengukur diamter batang)
A.Alat Ukur Diameter pohon (Garpu pohon)

Alat Bahan
Gergaji Kayu untuk kaki garpu ukuran 35×2,5
cm
Spidol Kayu untuk tangkai 10 cm ukuran
Penggaris
Paku
Martil

B. Prosedur kerja

Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


Kaki garpu membentuk sudut 90
Buatlah interval jarak kelas 2,5 cm di masing kaki-kaki garpu menggunakan
penggaris dan diberi tanda dengan spidol sebnayak 10 kolom.

11
4. Phi band (alat pengukur diamter batang)
5. Haga meter (alat pengukur tinggi pohon)

3.3 Cara Kerja

1. Asisten praktikum akan memperkenalkan alat-alat yang digunakan untuk


kegiatan inventarisasi hutan.
2. Masing-masing alat yang ada di laboratorium kehutanan akan
diperlihatkan dan dijelakan penggunaannya oleh asisten praktikum.
3. Setelah dijelaskan di laboratorium, asisten akan mmebawa prasktikan
unutk menggunakan alat-alat tersebut sevcara langsung.
4. Dalam memperagakan alat-alat praktikum inventarisasi hutan, asisten
praktikum akan membawa praktikan untuk langsung mempergunakannya
di tegakan eukaliptus Rektorat Unri dan Arboretum.
5. Masing-masing praktikan akan memperagakan ulang sesuai dengan yang
akan diperagakan oleh asisten praktikum.
6. Setelah memperagakan alat-alat praktikum, mahasiswa dapat memahami
kelebihan dan kelemahan alat-alat yang digunakan.

12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambar garpu pohon

4.1.2 Gambar cristenmeter

13
4.2 Pembahasan

4.2.1 pengukuran diameter pohon

Pengukuran diameter adalah mengukur panjang garis antara dua titik pada
garis lingkaran. Dalam pengukuran diameter logs, sering dilakukan dengan cara
menghitung rata-rata pengukuran jarak terpanjang dan jarak terpendek, hal ini
disebabkan karena bentuk dari pohon tidak benar-benar bulat. Diameter pohon
diukur berdasarkan ketentuan dengan batas setinggi dada yang dikenal dengan
istilah DBH (Diameter at Breast Height). Untuk Indonesia dan Belanda yang
menggunakan sistem satuan ukuran metrik ukuran setinggi dada adalah 130 cm
dari permukaan tanah, untuk Amerika, India setinggi 4,5 kaki (137 cm) di Inggris
4 kaki 4 inch (132 cm). Sedangkan untuk pohon berbanir dan tinggi banir diatas
130 cm, maka letak pengukuran harus 20 cm diatas banir.

Alat-alat untuk mengukur diameter pohon adalah sebagai berikut:

1. Garpu pohon
Alat ini dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Hasil Hutan tahun
1934 berbentuk garpu yang mempunyai dua kaki yang membentuk sudut
90. Garpu pohon merupakan alat ukur diameter pohon yang bentuknya
seperti huruf ”V” atau garpu berkaki dengan sudut tertentu, dilengkapi
dengan tangkai sebagai pegangan. Pada kedua kaki terdapat skala ukuran
dengan interval tertentu. Garpu pohon dapat dibuat sendiri, bahan dari
logam atau kayu. Pengukuran diameter dengan menggunakan garpu pohon
hanya terbatas pada diameter tertentu, terutama pohon yang berdiameter
kecil saja mengingat bentunya yang sederhana. Hasil ukuran dalam bentuk
kelas diameter, karena diameter terukur dalam bentuk interval sehingga
ketelitiannyapun kurang. Keperluan pengukuran dimana diameter tiap-tiap
pohon diukur secara teliti, maka alat ini tidak cocok digunakan.
Penggunaan garpu pohon adalah sebagai berikut :
• Jepitkan kedua kaki garpu puhon sambil ditekan ke batang pohon
yang diukur.

14
• Posisi garpu pohon horizontal atau tegak lurus terhadap batang
pohon.
• Besarnya diameter ditunjukkan oleh skala angka pada kaki garpu
yang menempel dengan batang pohon, dikalikan dengan besaran
interval.
• Lakukan pengukuran berulang pada diameter terkecil dan terbesar
agar mendapatkan hasil pengukuran yang lebih teliti, dengan hasil
akhir dirata-ratakan.

Garpu pohon mempunyai kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut :

• Kelebihan o Penggunaan alat relatif mudah o Alat dapat dibuat


sendiri.
• Kekurangan o Terbatas pada diameter tertentu o Ketelitian kurang
karena diameter terhitung dalam interval o Ukuran cukup besar,
tidak praktis dibawa ke hutan o Pengukuran perlu dilakukan 2 kali
2. Pita diameter (phi band)
Pita diameter biasa disebut juga phi band atau dapat pula dikenal
dengan nama pita keliling dengan fungsinya sebagai alat untuk mengukur
diameter ataupun keliling pohon. Alat ini terbuat dari bahan kain, baja atau
plastik dengan ukuran lebar kurang lebih 12 mm. Skala pada alat ukur ini
di buat berdasarkan sistim metrik maupun sistem Inggris. Dalam
pengukuran dengan alat pita ukur ini harus diletakan benar-benar
(melingkari pohon dan benar – benar harus tegak lurus dengan batang
pohon), karena apabila letak alat ukur ini tidak benar-benar tegak lurus
maka pengukurannya akan terjadi bias/kesalahan dalam penentuan
diameter pohon.
Cara menggunakan Pita Ukur Diameter sebagai berikut :
• Pita diameter dililitkan pada batang pohon yang akan diukur
diameternya.
• Lilitan pita melingkar dan menempel pada batang pohon dengan
posisi horizontal/tegak lurus terhadap batang pohon.

15
• Diameter batang dapat dibaca pada skala diameter yang berimpit
dengan titik nol.
Pita Ukur Diameter pohon mempunyai kelebihan dan kekurangan, sebagai
berikut :
- Kelebihan
• Alat sederhana, berukuran kecil sehingga mudah dibawa.
• Harganya relatif murah.
• Kecermatan hasil pengukuran cukup baik.
• Dapat digunakan pada kayu yang kotor atau basah.
• Pengukuran cukup dilakukan satu kali.

- Kekurangan

• Agak sulit apabila pengukuran pada batang pohon berukuran besar.


• Pengukuran memberikan hasil lebih besar dari keadaan yang
sebenarnya mengingat bentuk batang pohon bervariasi.

4.2.2. pengukuran tinggi pohon

Tinggi pohon adalah jarak terpendek antara satu titik dengan titik proyeksinya
pada bidang dasar/horizontal. Sebagai salah satu komponen untuk menentukan
volume kayu maka tinggi pohon dapat dibedakan atas 2 (dua) macam yaitu:

• Tinggi pohon seluruhnya; yaitu jarak antara titik puncak pohon dengan
proyeksinya sampai ke permukaan tanah.
• Tinggi pohon bebas cabang; yaitu jarak antara titik puncak batas bebas
cabang sampai di permukaan tanah.

Alat-alat untuk mengukur tinggi pohon adalah sebagai berikut:

1. Cristen meter
Christen meter digunakan secara sederhana dengan menggunakan
alat bantu berupa galah. Alat tersebut terbuat dari kayu atau logam dengan
skala untuk ketinggian dibuat berdasarkan prinsip geometri.

16
Pengukuran dengan menggunakan alat ukur ini disarankan bagi si
pengukur agar berdiri jauh lebih dari yang diperkirakan tinggi pohon agar
ujung alat A dan B dapat melihat pangkal dan ujung pohon yang akan di
ukur tingginya. Misalnya sebelum kita melakukan pengukuran maka kita
harus menaksir tinggi pohon, kalau diperkirakan tinggi pohon sebesar 15
m maka kita harus berdiri dari pangkal pohon yang akan diukur tersebut
lebih jauh dari 15 meter, karena kalau tidak maka jarak antara titik nol ke
pangkal pohon dan titik akhir ke puncak pohon tidak akan ditemukan.
Cara menggunakan alat :
• Pengukur berdiri dengan jarak tertentu mengarah ke pohon yang
akan diukur tingginya.
• Pegang alat pada bagian benang sehingga alat bergantung dan
dapat bergerak bebas.
• Alat dibidikkan ke pohon yang akan diukur tingginya sedemikian
rupa sehingga pangkal dan ujung pohon tersebut berimpitan
dengan skala bawah dan atas alat (A’C’ berimpit dengan AC).
• Berdirikan galah pada pohon yang akan diukur tingginya.
• Mata diarahkan pada ujung galah sambil membaca berapa angka
tinggi pada pembagian skala alat yang berimpit dengan garis
pandang antara mata dan ujung galah tersebut.
Berikut kelebihan dan kekurangan alat Christen Meter :
- Kelebihan
• Alat dapat dibuat sendiri.
• Jarak pengukuran tidak ditentukan jaraknya.
• Pengukuran tinggi tidak dipengaruhi oleh kemiringan lereng
• Pengukuran cukup satu kali
- Kekurangan
• Hasil pengukuran menimbulkan bias apabila alat tersebut tidak
berdiri vertikal ketika dipegang oleh pengukurnya.
• Di butuhkan alat bantu galah pada saat pengukuran.
• Sulit mendapatkan posisi yang baik apabila pengukuran
dilakukan pada tegakan yang rapat.

17
• Pada pengukuran pohon yang relatif tinggi memberikan
peluang bias yang besar, karena interval skala alat semakin
sempit.
2. Haga meter

Haga merupakan salah satu alat ukur tinggi dengan prinsip Trigonometri
yang mempunyai skala tinggi langsung dapat dibaca pada alat. Besarnya sudut
pembidikan terhadap bidang datar ditunjukkan oleh pergerakan jarum yang
langsung menunjukkan berapa tinggi hasil pembidikan yang sudah dihitung
berdasarkan perkalian jarak datar dengan tangen sudut. Di butuhkan jarak
tertentu dalam penentuan tingginya. Pada Hagameter sudah disiapkan untuk
pengukuran tinggi dengan jarak ukur masing-masing 15 m, 20 m, 25 m dan 30
m. Skala tersebut dapat diatur sesuai kebutuhan dengan cara memutar knop
pemutar skala disesuaikan dengan jarak pengukuran yang dikehendaki. Selain
skala tinggi dalam satuan meter juga terdapat juga skala kemiringan bidang
dalam satuan persen. Penentu tinggi pohon dengan pembidikan yang
dilakukan 2 kali pembidikan yaitu pembidikan ke pangkal pohon dan ke
puncak pohon atau tinggi bebas cabang pertama. Tinggi pohon merupakan
penambahan atau pengurangan dari hasil 2 kali pembidikan tersebut
bergantung posisi pengukur terhadap pohon.

Cara menggunakan haga meter adalah sebagai berikut:

• Pengukur berdiri pada jarak tertentu sesuai dengan pengaturan jarak


pada alat mengarah ke pohon yang akan diukur tingginya, misalnya
jarak 15 m, 20 m, 25 m, atau 30 m. Jarak antara pohon dengan
pengukur merupakan jarak datar.
• Pegang alat dan bidikkan ke arah ujung pohon, tunggu jarum
penunjuk skala sampai berhenti kemudian tekan tombol penguncinya.
• Catat skala yang ditunjukkan oleh jarum sebagai data 1. o Lepas knop
pengunci jarum dengan menekan knop pelepas kunci sehingga jarum
penunjuk skala bergerak bebas.
• Lakukan hal yang sama untuk membidik pangkal pohon.
• Catat skala yang ditunjukkan oleh jarum sebagai data 2.

18
• Tinggi pohon adalah jumlah atau selisih dari kedua pembacaan itu
bergantung pada apakah pangkal pohon lebih rendah atau lebih tinggi
dari mata pengukur.

Berikut kelebihan dan kekurangan alat christen meter :

- Kelebihan
• Hasil pengukuran akan lebih teliti dibandingkan dengan alat
sederhana.
• Tinggi pohon dapat diketahui langsung
- Kekurangan
• Diperlukan koreksi jarak lapang pada daerah lereng untuk
mendapatkan jarak datar.
• Dua kali pengukuran

19
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Alat ukur diamater dan tinggi pohon yang digunakan dalam kegiatan
inventarisasi hutan sangat banyak dari yang modern hingga tradional, dari
yang harganya paling mahal sampai yang paling murah dan bisa dibuat
sendiri dirumah. Pada praktikum kali ini beberapa alat yang dapat
digunakan dalam pengukuran diameter pohon dapat dilakukan dengan phi-
band, garpu pohon, dan pita keliling. Sedangkan alat ukur untuk mengukur
tinggi pohon adalah cristen meter dan haga meter.
2. Penggunaan alat alat ukur tersebut berbeda-beda sesuai dengan alat
tersebut, terdapat kelebihan dan kekurangan pada masing-masing alat ukur
diameter dan tinggi pohon.

5.2 Saran

Saat membuat alat lebih baik menggunakan amplas agar permukaan kayu
yang akan digunakan sebagai alat lebih halus dan nyaman digunakan. Akan lebih
baik jika sebelum melaksanakan kegiatan inventarisasi hutan kita terlebih dahulu
memahami cara pengukuran diameter pohon dan tinggi pohon dan cara
menggunakan alat-alat inventarisasi hutan. Hal ini bertujuan untuk dapat
menghindari kesalahan-kesalahan pada saat pengukuran nantinya, sehingga data
yang kita dapatkan tepat dan akurat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Avery, Th. E. 1975. Measuring Standing Tree. Natural Resources Measurement.


Second Edition. New York. 69-89.

Balenovic, I., Seletković, A., Pernar, R & Jazbec, A. 2015. Estimation of The
Mean Tree Height of Forest Stands by Photogrammetric Measurement
Using Digital Aerial Images of High Spatial Resolution. Ann. For. Res.
58(1): 125-143.

Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2011). Research methods in education
(6th Ed.). London: Routledge Taylor & Francis Group

Endom, W., & Soenarno. (2016). Penyempurnaan alat ukur diameter pohon.
Rencana Penelitian dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.

Huang, S., Price, D., and Titus, S.J. 2000. Development of ecoregion-based
height-diameter models for white spruce in boreal forests. Forest Ecology
and Management 129, 125-141.

Husch, B., Miller, C.I. and Beers, T.W. 1972. Forest Mensuration. Second
Edition. The Ronald Press Company. New York.

Larjavaara, M. & Muller-Landau, H.C. 2013. Measuring Tree Height: A


Quantitative Comparison of Two Common Field Methods in A Moist
Tropical Forest. Methods in Ecology and Evolution:1-9

Li, R., & Weiskittel, A. R. (2011). Estimating and predicting bark thickness for
seven conifer species in the Acadian Region of North America using a
mixed-effects modeling approach: Comparison of model forms and
subsampling strategies. European Journal of Forest Research, 130(2), 219–
233. doi: 10.1007/s10342-010-0423-y.

21
Newton, P. F., and Amponsah, I. G. 2007. Comparative evaluation of five height-
diameter models developed for black spruce and jack pine stand-types in
terms of goodness-of-fit, lack-of-fit and predictive ability. Forest Ecology
and Management 247, 149-166.

Ryan, K. (2015). Mengenal alat ukur diameter dan tinggi pohon. Laporan
praktikum Biometrika Hutan. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,
Bandar Lampung.

Weaver, S. A., Ucar, Z., Bettinger, P., Merry, K., Faw, K., & Cieszewski, C. J.
(2015). Assessing the accuracy of tree diameter measurements collected at
a distance. Croatian Journal of Forest Engineering, 36(1), 73–84.

Zobrist, K. W. (2009). Lesson 6 : Measuring trees. Dalam virtual cruiser vest.


Washington: Washington State University Extension.

22
LAMPIRAN

23
24

Anda mungkin juga menyukai