Juknis Invent KPHP Dan KPHL
Juknis Invent KPHP Dan KPHL
                              PETUNJUK TEKNIS
                         INVENTARISASI HUTAN PADA
      KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN
          KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)
þ
                                I.    PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
      Setiap KPH dibentuk institusi pengelola KPH yang bertugas antara lain
menyelenggarakan pengelolaan hutan yang meliputi:
2. Pemanfaatan hutan
      Dalam rangka tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan diperlukan data
dan informasi mengenai potensi sumber daya hutan, karakteristik wilayah, kondisi sosial
ekonomi, serta informasi lainnya pada suatu wilayah KPH. Untuk memperoleh data dan
informasi tersebut maka perlu dilakukan inventarisasi hutan pada wilayah KPH tersebut.
Selain sebagai bahan penyusunan tata hutan dan rencana pengelolaan hutan, data dan
informasi dari hasil inventarisasi hutan tersebut dapat digunakan sebagai bahan dalam
proses pengukuhan kawasan hutan, penyusunan neraca sumber daya hutan, dan
penyusunan sistem informasi kehutanan.
                                                                                    1
B. Maksud dan Tujuan
      Maksud disusunnya petunjuk teknis inventarisasi hutan pada KPHL dan KPHP
adalah untuk memberi panduan pelaksanaan inventarisasi potensi sumber daya hutan
secara efisien dan efektif di wilayah KPHL dan KPHP.
      Tujuan penyusunan petunjuk teknis inventarisasi hutan pada KPHL dan KPHP
adalah agar diperoleh data dan informasi potensi sumber daya hutan secara lengkap,
handal, dan akurat di wilayah KPHL dan KPHP.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup petunjuk teknis inventarisasi hutan pada KPHL dan KPHP adalah:
D. Dasar Penyelenggaraan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
   Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan, sebagaimana telah diubah
   dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008;
1. Hasil hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasa yang
   berasal dari hutan.
6. Intensitas sampling adalah besarnya unit contoh sampel yang diambil di dalam
   populasi tertentu dan dinyatakan dengan presentase.
7. Stratifikasi adalah suatu cara atau kegiatan pembagian hutan sebagai populasi ke
   dalam bagian yang lebih homogen atau seragam.
9. Areal berhutan adalah areal hutan yang ditumbuhi oleh pohon-pohon dengan tajuk
   yang saling menutup dengan sekurang-kurangnya menutup 30% seluruh areal
   yang bersangkutan serta dinyatakan sebagai areal penghasil kayu.
10. Areal tidak berhutan adalah areal hutan yang tidak produktif terhadap sumber daya
   hutan, dapat berupa tanah kosong, semak belukar, ladang alang-alang dan lain-
   lain.
11. Bentang alam spesifik adalah kondisi khas/spesifik setempat atau daerah tertentu
   yang memberikan nilai khas setempat.
12. Indeks nilai penting adalah nilai yang mencerminkan kedudukan ekologis suatu
   jenis dalam komunitasnya yang berguna untuk menetapkan status jenis terhadap
   jenis lainnya dalam masing-masing habitat, dihitung berdasarkan kerapatan relatif
   (Kr), frekwensi relatif (Fr) dan dominasi relatif (Dr).
13. Dbh (Diameter breast height) adalah diameter yang diukur pada ketinggian
   setinggi dada rata-rata orang Asia yaitu 1,3 meter.
14. Klaster adalah satuan unit contoh pengamatan di lapangan yang merupakan
   sekumpulan dari beberapa plot contoh.
15. Plot adalah satuan unit contoh yang terdiri dari sekumpulan sub plot pengamatan.
16. Sub Plot/petak pengamatan adalah satuan unit contoh terkecil di lapangan dalam
   pengumpulan data lapangan.
                                   II.      METODOLOGI
A. Ketentuan Umum
1. Inventarisasi sumber daya hutan dilaksanakan pada seluruh areal KPHL dan KPHP.
3. Dalam hal sebagian areal berhutan yang tidak dibebani perizinan tidak dapat
    dilakukan survei lapangan karena keterbatasan biaya, tenaga, dan waktu, maka
    penaksiran potensi dilakukan berdasarkan data hasil survei lapangan pada lokasi
    lain dalam wilayah KPH diintegrasikan dengan penafsiran penginderaan jauh dari
    citra satelit resolusi tinggi/sedang.
4. Pada areal yang telah dibebani perizinan, inventarisasi sumber daya hutan
    dilakukan melalui kompilasi data hasil inventarisasi hutan yang telah dilaksanakan
    oleh pemegang izin.
5. Plot inventarisasi hutan pada KPHL dan KPHP merupakan plot sampel permanen
    yang akan diukur ulang setiap 5 tahun sekali.
6. Pelaksanaan inventarisasi sumber daya hutan pada KPHL dan KPHP dilaksanakan
    minimal 1 (satu) kali dalam 5 tahun.
B. Jenis Data
      Inventarisasi hutan pada KPHL dan KPHP dilakukan untuk memperoleh data dan
informasi tentang potensi (flora, fauna, jasa lingkungan), karakteristik, bentang alam,
serta informasi lainnya. Data dan informasi yang akan diperoleh dari inventarisasi hutan
tersebut dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Data Primer
    Data yang diperoleh melalui pengamatan lapangan atau survei secara terestris
    yaitu:
   a. Potensi Flora
        Data dan informasi flora yang dikumpulkan adalah data potensi kayu (semai,
        pancang, tiang, dan pohon) dan non kayu (rotan, bambu, sagu, nipah, gaharu,
        kemenyan, damar, lebah madu, sarang burung walet, dll).
        Data dan informasi potensi fauna yang dikumpulkan adalah mengenai nama
        species dan jumlah (kualitatif/kuantitatif). Sedangkan data dan informasi
        potensi jasa lingkungan (sumber air, panas bumi, obyek wisata, dll) yang
        dikumpulkan adalah nama dan lokasi.
2. Data Sekunder
   Data sekunder adalah data yang tidak harus diperoleh melalui pengukuran di
   lapangan tetapi dapat diperoleh melalui sumber/rujukan lain yaitu:
        Data status dan fungsi kawasan hutan diperoleh dari Peta Kawasan Hutan
        terbaru. Informasi yang disajikan berupa status, fungsi, dan luas kawasan
        hutan.
        Data dan informasi tentang perizinan di dalam kawasan hutan diperoleh dari
        Peta Pemanfaatan Hutan (Peta Izin IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, Hkm,dll) dan Peta
        Penggunaan Kawasan Hutan.
c. Penutupan Lahan
        Data dan informasi jenis tanah diperoleh dari Balai Besar Litbang Sumber Daya
        Lahan Pertanian (BBSDLP) - Kementerian Pertanian atau lembaga penelitian
        lainnya. Informasi jenis tanah yang disajikan adalah berupa ordo tanah.
     Kelerengan lapangan dan topografi diperoleh dari peta kontur RBI atau SRTM
     (Shuttle Radar Topography Mission) . Data kelerengan disajikan dalam bentuk
     persentase.
e. Iklim
      Data dan informasi iklim yang dikumpulkan berupa data curah hujan rata-rata
      tahunan/bulanan/harian, suhu, dan kelembaban relatif udara rata-rata harian
      serta tipe iklim menurut Schmidt Forgusson yang bersumber dari Stasiun
      Pengamatan Cuaca atau Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
f. Hidrologi/tata air
      Data dan informasi Hidrologi/tata air yang dikumpulkan berupa batas dan luas
      DAS/Sub DAS yang diperoleh dari peta daerah aliran sungai (DAS), letak KPH
      dalam DAS (Dalam satu DAS atau lintas DAS, berada di hulu, tengah, atau
      hilir), bentuk DAS, dan panjang sungai utama, serta orde sungai.
      Data potensi sumber daya hutan pada areal izin pemanfaatan hutan diperoleh
      dari laporan hasil inventarisasi hutan para pemegang izin pemanfaatan hutan,
      terutama hasil inventarisasi hutan menyeluruh berkala (IHMB). Dalam hal
      pemengang izin belum melaksanakan IHMB, maka data dapat diperoleh dari
      hasil inventarisasi lainnya.
      Data dan informasi diperoleh dari hasil penelitian atau publikasi lainnya. Data
      dan informasi potensi fauna yang dikumpulkan adalah nama species, jumlah,
      habitat dan penyebaran. Sedangkan data dan informasi potensi jasa lingkungan
      (sumber air, panas bumi, obyek wisata, dll) yang dikumpulkan adalah nama
      dan lokasi.
C. Metode Inventarisasi
1. Inventarisasi Flora
a. Desain Sampling
( ) .......................................................................................................2.1
             100 m
                     100 m
                                                           3 Km
3 Km
     Plot inventarisasi hutan pada hutan lahan kering berupa klaster berbentuk
persegi dengan ukuran 100 m x 100 m yang di dalamnya terdapat plot berbentuk
lingkaran sebanyak 5 buah yang ditempatkan pada setiap sudut klaster dan di
tengah klaster dengan masing-masing luas plot 0,1 ha (jari-jari = 17,8 m) sehingga
luas satu klaster adalah 0,5 ha. Sedangkan pada hutan rawa dan hutan mangrove
ukuran klaster adalah 50 m x 50 m dengan luas dan penempatan plot sama dengan
di hutan lahan kering.
     Pada masing-masing plot lingkaran ukuran 0,1 ha (jari-jari = 17,8 m) dibuat
lagi beberapa subplot pengamatan berbentuk lingkaran dengan ukuran sebagai
berikut:
1) Sub plot jari-jari 1 m untuk pengamatan tingkat semai yaitu permudaan pohon
    dengan tinggi < 1,5 m.
3) Sub plot jari-jari 5 m untuk pengamatan tingkat tiang yaitu pohon dengan dbh
    ≥ 5 cm sampai dengan < 20 cm kecuali untuk hutan mangrove ukuran tiang
    adalah dbh ≥ 5 cm sampai dengan < 10 cm.
    Pada plot ini juga diamati rotan muda (belum siap panen) yaitu rotan yang
    mempunyai panjang batang dari leher akar ke daun hijau pertama (bebas
    pelepah) < 3 m.
4) Sub plot jari-jari 10 m untuk pengamatan hasil hutan bukan kayu seperti rotan
    dewasa (siap panen) yang mempunyai panjang batang ≥ 3 m, bambu, dan
    sagu, dll.
5) Sub plot jari-jari 17,8 m untuk pengamatan pohon yang mempunyai dbh ≥ 20
    cm kecuali untuk hutan mangrove dbh ≥ 10 cm.
     Penomoran plot dalam klaster adalah searah jarum jam dimana plot nomor 1
berada pada sudut barat daya titik tengah klaster dan plot nomor 5 berada di titik
tengah klaster. Titik pusat Plot 1 disebut juga titik pusat klaster. Desain klaster dan
plot sampling dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
                                                                  10 m
                                                                               5m
                                                                               2m
                                                                               1m
17,8 m
(a) (b)
     Gambar 2. (a) Desain klaster berbentuk persegi ukuran 100 m x 100 m untuk
                   hutan lahan kering, sedangkan ukuran 50 m x 50 m untuk hutan
                   rawa dan mangrove;
                 (b) Desain Plot Sampling.
         Data dan informasi tentang potensi fauna dan jasa lingkungan dapat
   diperoleh dengan cara:
         Pada areal KPHL dan KPHP yang dibebani perizinan, pendugaan potensi
   sumber daya hutan dilakukan melalui kompilasi data hasil inventarisasi hutan yang
   telah dilakukan oleh para pemegang izin. Informasi yang disajikan berupa potensi
   kayu dan hasil hutan bukan kayu.
D. Pengolahan Data
           Jenis pohon (mulai dari tingkat semai sampai dengan pohon) dicatat dalam
   nama lokal/daerah dikonversi ke dalam nama perdagangan dan nama botani. Jenis-
   jenis tersebut kemudian dikelompokkan menjadi kelompok jenis:
V = ¼ x x D2 x T x f...................................................................................2.2
Rumus yang digunakan dalam menduga potensi tegakan (diameter ≥20cm) adalah:
.................................................................................................2.5
                           ∑                                                                                                                            2.6
                                       ..................................................................................................................
        Dimana:
4. Analisis Vegetasi
a. Kerapatan
        Kerapatan (K) menunjukkan jumlah individu dalam suatu petak ukur. Kerapatan
        tiap species dibedakan berdasarkan tingkat pertumbuhan semai, pancang,
        tiang, dan pohon.
()
()
b. Frekuensi
()
()
c. Dominansi
()
                         ()
    d. Indeks Nilai Penting
Pancang INP = KR + FR
INP = KR + FR + DR
E. Analisis Data
c. Penutupan Lahan
e. Iklim
f. Hidrologi/tata air
I. Potensi Kayu
1. Pengumpulan peta dasar dan peta tematik seperti: peta RBI, peta areal kerja
   KPHL/KPHP, peta kawasan hutan, peta perizinan di dalam kawasan hutan, peta
   penutupan lahan, dan citra satelit resolusi tinggi minimal liputan 2 tahun terakhir.
   Dalam hal citra satelit resolusi tinggi tidak tersedia maka dapat digunakan citra
   satelit resolusi sedang.
   c.   Luas minimal stratum untuk bisa ditempatkan satu klaster adalah 900 ha untuk
        hutan lahan kering, sedangkan untuk hutan rawa dan hutan mangrove minimal
        seluas 200 ha.
4. Perencanaan Titik Ikat (T1) di lapangan ditentukan dengan memilih obyek- obyek di
   lapangan yang bersifat permanen (tetap) dan tidak berubah seperti:
   Pertimbangan dalam menentukan titik ikat adalah titik yang paling dekat dengan
   titik klaster dan mudah dicari di lapangan. Koordinat titik ikat di lapangan dicatat
   koordinat geografis, ditentukan arah azimuth ke titik pusat klaster (T2) serta jarak
   datarnya.
   Contoh penempatan titik ikat klaster di lapangan dapat dilihat pada Gambar 3
   berikut.
                              U
                               135 0
                                       jalan
T1
2 3
                                               1,5 km
                                                                               10
                                                                               0
                                                                               m
                                                                  5
1 4
T2 100 m
5. Berdasarkan point 1 – 4, maka dibuat peta kerja inventarisasi hutan dengan skala
   1:50.000 atau 1:100.000 yang berisi informasi minimal berupa: rencana titik ikat
   (T1) (koordinat, azimuth ke T2, jarak datar ke T2), desain sampling klaster
   (koordinat, penyebaran klaster, dan nomor urut klaster), fungsi kawasan hutan,
   penutupan lahan, jaringan jalan, sungai, dan perkampungan/desa/permukiman.
   a. Dalam hal lokasi kegiatan berada pada provinsi yang berbeda, maka koordinasi
        dan pengumpulan data di provinsi diperlukan waktu selama 3 hari.
   c.   Waktu untuk mencapai titik ikat (T1) klaster dan ke titik pusat klaster (T2)
        adalah berkisar antara 1 s/d 3 hari sesuai dengan aksesibilitas menuju lokasi.
   d. Satu regu kerja dalam menginventarisasi satu klaster pada hutan lahan kering
         dibutuhkan waktu selama 3 hari untuk pengamatan dan perpindahan lokasi
         antar klaster, sedangkan pada hutan rawa dan hutan mangrove dibutuhkan
         waktu selama 4 hari.
   Jumlah personil dalam satu regu kerja berjumlah 9 (sembilan) orang yang terdiri
   dari:
 Anggota 2 orang.
   Ketua regu adalah PNS dengan pendidikan minimal D3 Kehutanan atau staf yang telah
   mengikuti pendidikan/pelatihan di bidang Inventarisasi Hutan.
8. Perencanaan biaya
b. Camping unit.
c. Obat-obatan.
d. Alat tulis.
   g. Upah kerjantara.
   h. Asuransi tenaga teknis.
j. Biaya penginapan.
l. Biaya transportasi.
1) 1 unit Kompas.
8) Alat pengukur jarak meteran (meteran, distance meter, laser meter, dll).
        1) Instruksi kerja dan peta kerja dengan skala 1 : 50.000 atau 1 : 100.000
            sebanyak 2 lembar.
        2) Alat tulis yang terdiri dari: tally sheet, pensil/ballpoint, spidol, penghapus,
            penggaris, buku tulis, dll.
3) Bahan makanan.
4) Obat-obatan.
6) Camping unit.
        7) Personal use.
                          IV. PELAKSANAAN INVENTARISASI
2.   Melakukan pencarian titik ikat klaster (T1) berdasarkan titik koordinat pada Peta
     Kerja. Gunakan GPS sebagai panduan dalam menemukan titik T1. Apabila titik T1
     sudah ditemukan, kemudian lakukan pengukuran titik koordinat T1 lapangan
     menggunakan GPS dan catat pada Tally Sheet. Hasil pengkuruan titik koordinat T1
     yang berada di layar GPS difoto sebagai dokumentasi pelaporan.
     Tanda titik ikat (T1) difoto sebagai dokumentasi pada pelaporan sekaligus
     berfungsi untuk penunjuk pada saat dilakukan pegukuran ulang periode
     berikutnya.
     Contoh pemberian tanda dan informasi pada titik ikat T1 dapat dilihat pada
     Gambar 4 berikut.
T1
Nomor Klaster
                 LU/LS           : ......
                 BT              : ......
                 Azimuth ke T2 : ......
                 Jarak ke T2     : .....
3.   Dari titik T1 dilakukan pencarian titik T2 menggunakan GPS dengan cara tracking.
     Selama tracking, lakukan perekaman titik koordinat setiap 100 m sampai
     ditemukannya Titik T2 dan dicatat pada Tally Sheet. Setelah lokasi Titik T2
     ditemukan, lakukan pengukuran titik koordinat T2 lapangan menggunakan GPS
     dan hasil pengukuran yang ada pada layar GPS difoto sebagai dokumentasi pada
     pelaporan. Pada tahap selanjutnya, pengukuran titik koordinat lapangan
     menggunakan GPS dan pengambilan foto layar GPS dilakukan di setiap titik pusat
     klaster.
     Beri patok pada Titik T2 berupa pipa paralon (berdiameter ± 1 inchi) sepanjang
     50 cm dan patok dari kayu awet sepanjang 1 m yang diberi cat warna merah
     pada ujung atas patok sepanjang 10 cm. Pipa paralon dan patok ditanam
     berdampingan tegak lurus di tanah sedalam 30 cm. Patok pada titik T2 adalah
     sebagai penanda pusat klaster yang juga sekaligus merupakan penanda titik pusat
     plot 1. Hal yang sama juga dilakukan untuk penanda pada semua titik pusat plot
     lainnya. Contoh penanda pusat klaster & pusat plot dapat dilihat pada Gambar 5.
               Gambar 5. Penanda pada Pusat Klaster dan Pusat Plot.
Titik T2 kemudian diikatkan lagi pada 2 (dua) titik saksi berupa obyek yang mudah
dikenali, memiliki ciri khas dan awet seperti pohon, batu besar, dll, yang terdekat
dengan patok T2. Catat informasi titik saksi tersebut berupa nama objek, jarak
datar, dan azimuth dari Patok Titik T2. Penempatan titik saksi hanya dilakukan di
pusat klaster (pusat plot satu). Pada salah satu titik saksi tersebut kemudian
dipasang papan pengumuman informasi berupa:
Setiap titik pusat klaster dan titik pusat plot diambil fotonya ke arah utara yang
memperlihatkan patok pusat klaster/plot dan kondisi hutan di lokasi tersebut.
Cara peletakan Titik Saksi T2 dan pembuatan Papan Pengumuman Titik T2 dapat
dilihat pada Gambar 6.
                                                       100
2 3
                                                       5
                             Titik
                                               1                  4
Titik
                                                       Titik Pusat T2
                                          Nomor Klaster / Nomor Plot
                        LU/LS                          : ......
                        BT                             : ......
          - Amati semua permudaan pohon yang memiliki tinggi < 1,5 m di dalam sub
            plot,   kemudian   identifikasi   nama   jenis   (nama   species/lokal/daerah/
            perdagangan) dan hitung jumlahnya menurut masing-masing nama jenis.
            Hasil pengamatan dicatat pada Tally Sheet Lampiran 1.
d. Sub plot berjari-jari 10 m untuk pengamatan hasil hutan bukan kayu (HHBK).
   - HHBK yang diamati adalah: rotan dewasa (rotan yang mempunyai panjang
      batang ≥ 3 m), bambu, dan sagu. Jika tidak dijumpai rotan, bambu dan
      sagu harus dicatat/dinyatakan secara jelas di tally sheet.
   - Bambu dicatat menurut spesies dan rumpun. Untuk rumpun yang sebagian
      berada di dalam sub plot, hanya batang-batang yang berada di dalam sub
      plot saja yang disampel. Hanya bambu setinggi 5 m atau lebih dan dbh 2,5
      cm atau lebih yang dicatat. Tally sheet pencatatan bambu sebagaimana
      Lampiran 2.
      Untuk setiap rumpun, hitung jumlah batang total dicatat di kolom 13.
      Hitung pula tonggak yang masih hidup dan dicatat di kolom 16. Kemudian
      amati dan ukur diameter rata-rata dan panjang rata-rata bambu dalam
      setiap rumpun. Diameter diukur satu meter dari leher akar dan D rata-rata
      diukur dari yang kelihatannya merupakan rata-rata batang di dalam
      kelompok. Batang yang dianggap mempunyai panjang rata-rata dapat
      ditaksir untuk mendapatkan L rata-rata.
- Sagu dicatat menurut spesies atau varietas, menurut rumpun dan menurut
  batang dengan kelas kemasakan M1, M2 dan M3. Semai (masih tak
  berbatang) dan tanaman lampau masak (bunganya sudah terbuka atau
  berbuah) dicacah menurut rumpun. Tally sheet pengamatan sagu
  sebagaimana Lampiran 3.
  Kolom 5 untuk mencatat DBH, kolom 6 untuk mencatat tinggi batang bebas
  cabang, kolom 7 untuk kelas kemasakan (M1, M2, M3).
  Kelas kemasakan diamati untuk setiap tanaman sagu di dalam sub plot : M0
  (sangat muda/semai/pancang; batangnya belum nampak; M1 (sagu muda,
  lajur hitam di pelepah daun belum terputus atau duri mulai longgar dan
  lepas); M2 (masak, lajur hitam di bagian bawah pelepah daun telah hilang
  atau duri di daun lepas atau pelepah daun muda lebih pendek atau mayang
      bunga mulai muncul atau akan membuka); M3 (sedikit lampau masak,
      bunganya telah keluar dan membuka; dan M4 (lampau masak, bunga telah
      terbuka seluruhnya atau berbuah)
   - Apabila di dalam plot atau pada saat proses perpindahan antar plot maupun
      saat perpindahan antar klaster selama survei ditemukan HHBK selain
      tersebut di atas seperti gaharu, nipah, kemenyan, damar, lebah madu,
      sarang burung walet, dll, maka juga dilakukan pendataan. Hasil pendataan
      tersebut dicatat pada Tally Sheet Lampiran 4.
   - Untuk pohon berbanir, titik pengukuran dbh pohon berada pada ketinggian
      20 cm di atas banir utama. Beberapa ketentuan pengukuran diameter
      pohon dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.
Gambar 7. Ilustrasi posisi pengukuran diameter pohon pada berbagai kondisi.
- Tinggi pohon adalah jarak vertikal antara titik pangkal dengan pucuk
  pohon. Pengukuran tinggi pohon total diukur dari permukaan tanah atau
  pangkal pohon sampai dengan puncak tajuk. Sedangkan tinggi pohon
  bebas cabang diukur dari pangkal pohon sampai dengan cabang pertama.
  Hitungan tinggi pohon menggunakan rumus:
(% atas - % bawah ) x jarak
Dimana:
% atas = pembacaan pada titik cabang pertama pohon jika yang dihitung
           tinggi bebas cabang, dan atau pada pucuk tertinggi pohon jika yang
           dihitung tinggi total.
% bawah = setinggi titik bidik ke pohon pada pembacaan ke bawah,
berikut.
x DJ
Tinggi Total CD
AB
        - Setelah semua parameter pohon diukur, maka tempelkan label tepat pada
           tempat pengukuran dbh dengan arah label menghadap pada pusat plot.
           Pada label dicatat nomor pohon sesuai dengan urutan pengukuran.
           Pencatatan hasil pengamatan dan pengukuran pohon dilakukan pada Tally
           Sheet Lampiran 1.
       Gambar 10. Ilustrasi pengamatan fauna dan jasa lingkungan pada saat
                    perpindahan antar klaster.
     a. Dari plot 1 ke plot 2 yaitu dengan menarik jarak datar 100 m dari pusat plot 1
        ke arah utara dengan azimuth 0o.
     b. Dari plot 2 ke plot 3 yaitu dengan menarik jarak datar 100 m dari pusat plot 2
        ke arah Timur dengan azimuth 90o.
     c.   Dari plot 3 ke plot 4 dengan menarik jarak datar 100 m dari pusat plot 3 ke
          arah selatan dengan azimuth 180o.
     d. Dari plot 4 ke plot 5 dengan menarik jarak datar 50 m dari pusat plot 4 ke
          arah barat azimuth 270o dan beri tanda. Kemudian dari titik tersebut tarik lagi
          garis datar sejauh 50 m ke arah utara dengan azimuth 0o.
     e. Khusus pada hutan rawa dan mangrove jarak datar antar plot adalah 50 m
          sedangkan jarak datar dari plot 4 menuju ke plot 5 adalah 25 m ke arah barat
          dengan azimuth 2700 kemudian dari titik tersebut ditarik lagi jarak datar 25 m
          ke arah utara dengan azimuth 00.
8.   Setelah seluruh plot dalam satu klaster selesai diinventarisasi, maka dilakukan
     perpindahan klaster dengan mengacu pada titik koordinat klaster di peta kerja.
     Dengan bantuan GPS, dari pusat klaster lakukan rintisan dengan jarak datar 3 km
     menuju ke klaster berikutnya. Setelah titik pusat klaster yang baru ditemukan,
     maka dilakukan kembali langkah-langkah kegiatan seperti pada point 3 sampai
     dengan 8.
9.   Pergeseran titik pusat klaster di lapangan yang tidak sesuai dengan rencana pada
     peta kerja dapat dilakukan apabila:
     Pergeseran titik pusat klaster dikarenakan hal tersebut di atas ke lokasi yang baru
     dapat dilakukan dengan ketentuan pergeseran maksimal radius jarak datar ± 200
     m. Pergeseran lokasi klaster juga harus disertai berita acara pergeseran yang di
     tanda tangani ketua regu dan anggota serta dilampirkan foto lokasi klaster awal
     dan klaster perpindahan.
                                   V.      PELAPORAN
A. Format Laporan
PETA PEMANDANGAN
KATA PENGANTAR
RINGKASAN
SUSUNAN TIM
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I.   PENDAHULUAN
     A. Latar Belakang
     B. Maksud dan Tujuan
     C. Ruang Lingkup dan Sasaran Kegiatan
     D. Dasar Pelaksanaan dan Sumber Dana
II. METODOLOGI
     A. Metode
     B. Pelaksanaan
     C. Pengolahan Data dan Analisis
III. KEADAAN UMUM WILAYAH
     A. Letak dan Luas Wilayah
     B. Topografi
     C. Geologi dan Tanah
     D. Iklim
     E. Tata Air/DAS
     F. Aksesibilitas
     G. Bentang Alam Spesifik
     H. Perizinan
IV. HASIL INVENTARISASI HUTAN DAN PEMBAHASAN
   A. Tipe Hutan dan Penutupan Lahan
   B. Volume Tegakan
   C. Permudaan
   D. Flora, Fauna, dan Jasa Ligkungan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
   A. Kesimpulan
   B. Saran
DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN :
1. PETA PEMANDANGAN
   Memuat gambar peta pemandangan dengan informasi lokasi areal KPH di dukunng
   dengan informasi tambahan berupa sungai dan anak sungai, batas provinsi, ibukota
   provinsi dan kota kabupaten.
2. KATA PENGANTAR
   Memuat tentang maksud dilaksanakan inventarisasi, selain itu diuraikan dasar
   pelaksanaan, instansi pelaksana, pelaksana survei, tanggal pelaksana, sumber
   anggaran, luas, dan nama lokasi.
3. RINGKASAN
   Memuat tentang dasar pelaksanaan, letak dan lokasi, dasar peta yang digunakan,
   penutupan lahan, kondisi topografi, metode penarikan contoh dan studi pustaka.
4. SUSUNAN TIM
   Memuat susunan tim terdiri atas pembina dan pelaksana terdiri dari ketua tim dan
   anggota.
5. DAFTAR ISI
   Memuat daftar indeks judul bab dan sub judul dengan nomor halaman, isi laporan
   hasil inventarisasi.
6. DAFTAR TABEL
   Memuat daftar indeks yang terdaftar dalam laporan hasil inventarisasi.
7. DAFTAR GAMBAR
   Memuat daftar indeks tentang gambar gambar yang terdapat laporan hasil
   inventarisasi.
8. DAFTAR LAMPIRAN
   Memuat daftar index lampiran-lampiran baik peta maupun dalam pelaksaan
   inventarisasi.
9. PENDAHULUAN
   Memuat laporan secara singkat tentang latar belakang, serta maksud dan tujuan
   diadakaannya kegiatan inventarisasi, landasan hukumnya, lingkup kegiatan dan
   lokasinya serta sumber dana pembiayaaan kegiatan.
10. METODOLOGI
   Memuat tentang metode survei, pelaksanaan serta pengolahan dan analisa
   tegakan.
NO KLASTER                    :
                                                   TUTUPAN LAHAN                :
NO PLOT                       :
                                                   KETINGGIAN                   :
KOORDINAT PLOT
                                                   SLOPE                        :
ZONE                          :
                                                   FUNGSI HUTAN                 :
LU/LS                         :                    TERRAIN                      :
BT                            :
Tinggi Total
                                                                                                                                                                                                                                                       Jarak Datar
                                                                                                                                                                                                             % Atas (Bacaan
                                                                                                                                                                                                                                    % Atas (Bacaan
                                                                                                                                                                              % Bawah (Baca
                                                                                                     Diameter
                                                                                                                                                         Jarak Datar
          SUB PLOT                                                        SUB PLOT
                                                                                                                                                                                                                                                                     Azimut
                                                       PANCANG
                                      SEMAI
                                                                                                                                                                                                                              Tinggi Total)
                                                                                                                                                                       Pada Pangkal)
 No.                                                             No.
          r = 1 m (semai)                                                 r = 5 m (tiang)
                                                                                                                                                                                                                                                                              39
                                                                                    Lampiran 2. Tally Sheet Inventarisasi Rotan dan Bambu
Diameter Rata-rata
                                                                                                                                                                                                                                                                                                              Panjang Rata-rata
                                                                                                                                                                                                              Panjang Rata-rata
                                                           Diameter Rata-rata
Panjang Rata-rata
Jumlah Batang
No. Rumpun
                                                                                                                                                                                                                                                                                         Diameter Rata-rata
                                                                                                                                                                                                                                                                         Jumlah Batang
                                           Jumlah Batang
                              No. Rumpun
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   Tonggak Hidup
NO PLOT                   :                                                                                            KETINGGIAN             :
LU/LS : TERRAIN :
BT                        :
Nama KPH                  :                                                                                       Koordinat Titik Ikat (T1)       :
Regu Kerja                :                                                                                       Jarak Datar T1 ke T2            :
Pelaksana                 :                                                                                       Catatan                         :
Le mbar ke : dari
                                                                                                                                                        No. Rumpun
SUB PLOT :                                                                                               SUB PLOT :                                                                                                               SUB PLOT :
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  40
                     Lampiran 3. Tally Sheet Inventarisasi Sagu
NO PLOT : KETINGGIAN :
LU/LS : TERRAIN :
BT :
Pelaksana        :                                                    Catatan                                                              :
                                     Diameter Rumpun (m)
Lembar ke : dari
                                                                                                                                                                                                                                                               (M4)Masak dalam
NAMA JENIS                                                                                                                                                                                                                 PERMUDAAN DAN
                                                           KELAS KEMASAKAN M1, M2, M3,                                                                         TINGGI BATANG
                      Nomor Rumpun
LAMPAU MASAK
                                                                                                                                                                                                          % Atas (Bacaan
                                                                                                                                                                           % Bawah (Baca
                                                                                                                         Kelas Kemasakan
                                                             Ʃ Batang Dalam
                                                                                                         Tinggi Batang
                                                                              Nomor Batang
                                                                                                                                                 Jarak Datar
                                                                                             Diameter
SUB PLOT
                                                                                                                                                                                                                                                          Ʃ Lampau
                                                                                                                                                                                           Tinggi Bebas Cabang)
                                                                                                                                                                    Pada Pangkal)
                                                           Rumpun
KETERANGAN
                                                                                                                                                                                                                                                       Rumpun
r = 10 m
                                                                                             0.1cm
                                                                                                        0.1m                                   0.01m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
                                                                                                                                                                                                                                                                                      41
       Lampiran 4. Tally Sheet Inventarisasi HHBK Lainnya
                                              Koordinat
No            Nama Obyek                                             Keterangan
                                      LU/LS               BT