[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
243 tayangan17 halaman

Acara 1 PHH

Praktikum pengenalan alat-alat tebangan dan Reduced Impact Logging (RIL) memperkenalkan berbagai alat manual, semi mekanis, dan mekanis yang digunakan dalam pemanenan, seperti kapak, gergaji tangan, gergaji mesin. Tujuannya adalah mengetahui bagian, fungsi, dan cara pengoperasian masing-masing alat serta mengenal konsep RIL untuk meminimalkan kerusakan lingkungan akibat pemanenan.

Diunggah oleh

afi
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
243 tayangan17 halaman

Acara 1 PHH

Praktikum pengenalan alat-alat tebangan dan Reduced Impact Logging (RIL) memperkenalkan berbagai alat manual, semi mekanis, dan mekanis yang digunakan dalam pemanenan, seperti kapak, gergaji tangan, gergaji mesin. Tujuannya adalah mengetahui bagian, fungsi, dan cara pengoperasian masing-masing alat serta mengenal konsep RIL untuk meminimalkan kerusakan lingkungan akibat pemanenan.

Diunggah oleh

afi
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 17

LAPORAN PRAKTIKUM PEMANENAN HASIL HUTAN

ACARA 1
PENGENALAN ALAT-ALAT TEBANGAN & REDUCED IMPACT LOGGING (RIL)

Oleh :
Nama : Siti Afifah Amelia
Nim : 18/427466/KT/08778
CoAss : Criesna Monetha Dewy
Shift : Selasa, 15.30 WIB

LABORATORIUM PEMANENAN HASIL HUTAN


DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA I

PENGENALAN ALAT-ALAT TEBANGAN & REDUCED IMPACT LOGGING (RIL)

I. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Memperkenalkan alat-alat penebangan yang biasa digunakan di pemanenan hasil
hutan.
2. Mengetahui bagian-bagian alat dan fungsinya masing-masing.
3. Mengetahui cara-cara mengoperasikan alat dan melaksanakan pekerjaan.

II. DASAR TEORI


Peran pemanenan kayu sangat penting dalam kegiatan produksi kayu. Kegiatan
tersebut didominasi oleh penggunaan peralatan manual, semi mekanis dan mekanis.
Pada areal pengusahaan hutan produksi alam, penggunaan alat dalam pemanenan
kayu cenderung ke sistem semi mekanis dan mekanis. Namun tidak menutup
kemungkinan jika kegiatan pemanenan kayu masih ada yang menggunakan sistem
manual. Penggunaan alat semi mekanis dan mekanis harus dapat mengimbangi
jumlah kayu yang diproduksi dari hutan alam. Peningkatan produktivitas penggunaan
alat pemanenan kayu di hutan alam merupakan suatu tuntutan yang harus dipenuhi.
Produktivitas penggunaan peralatan pemanenan dapat menunjukkan tingkat efisiensi
dari alat itu sendiri (Suhartana, 2017).
Dalam kegiatan pemanenan, kerusakan lingkungan menjadi hal yang harus
diperhatikan agar kelestarian tetap terjaga. Kerusakan terjadi akibat tertimpa pohon
yang ditebang, kegiatan penyaradan, dan lainnya. Kerugian akibat penyaradan yaitu
matinya semai-semai yag berfungsi sebgai regenerasi alami (Cardenas, 2015). Oleh
karena itu perlu adanya langkah yang disusun untuk pemanenan yang ramah
lingkungan. RIL (Reduced Impact Logging) adalah suatu pendekatan sistematis
pemanenan kayu mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
terhadap pemanenan kayu. Dalam pelaksanaannya RIL meliputi penyempurnaan
praktik pembuatan jalan, penebangan, dan penyaradan yang sudah ada. Cara
pemanenan dengan menerapkan teknik RIL menyebabkan faktor pemanfaatan kayu
cenderung lebih tinggi dibanding pemanenan kayu secara konvensional (Soenarno,
2018).
Menurut Klauberg dkk (2017), Reduced impact logging (RIL) adalah
pengelolaan hutan yang terencana dan dikendalikan dengan hati-hati untuk tujuan
produksi kayu. Manajemen RIL lebih menguntungkan karena mengurangi dampak
lingkungan pada tegakan hutan dan tanah, terutama untuk meminimalisir kerusakan
pada pohon sisa dan pemadatan tanah. Selain itu juga dapat mengurangi kecelakaan
dan biaya kerja. Prosedur RIL antara lain seperti pemetaan pohon yang dapat
dipanen, aliran air, topografi, penebangan terarah, jalan sarad, dan perencanaan
geladak kayu. Beberapa efek RIL adalah produktifitas ekonomis dan ekologis sebagai
konservasi alami dari regenerasi spesies pohon komersial dapat dicapai.

III. ALAT
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Bermacam-macam kapak
2. Gergaji tangan
3. Gergaji mesin (chainsaw)
4. Video alat-alat semi mekanis dan mekanis

IV. CARA KERJA


Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

Pengenalan alat-
Menggambar alat-
alat tebangan dan Penjelasan bagian-
alat penebangan
penjelasan RIL bagian alat dan
yang
(Reduced Impact fungsinya
diperkenalkan
Logging)

Menyebutkan
Menguraikan cara
bagian-bagian alat
pengoprasian alat
dan fungsinya
Uraian cara kerja:
Dalam sistem pemanenan diperlukan pengenalan alat-alat tebangan, antara lain
kapak, gergaji, chain-saw, harvester, dan feller buncher. Alat-alat tersebut kemudian
digambar beserta bentuk, fungsi, macam dan bagian alatnya. Selanjutnya penjelasan
mengenai bagian, fungsi, dan macam dari masing-masing alat, serta penguraian cara
pengoperasian alat tebangan. Selain itu juga ada penjelasan tentang Reduced Impact
Logging (RIL).
V. PEMBAHASAN
Pemanenan merupakan proses memindahkan atau mengambil hasil hutan (kayu
atau non kayu) dari dalam areal hutan ke konsumen atau industri pengelolaan hasil
hutan dengan mencakup kegiatan sebelum dan sesudah pemanenan. Dalam kegiatan
pemanenan ini, diperlukan alat tebangan, yaitu alat yang digunakan untuk
berproduksi pada kegiatan pemanenan hasil hutan. Penggunaan alat tebangan yang
tepat dan selektif diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pemanenan secara
optimal. Berikut macam-macam alat tebangan yang digunakan saat pemanenan:
1. Alat pemanenan manual, terdiri dari komposisi 90% tenaga manusia dan 10%
tenaga mesin. Contoh alat:
a. Kapak
Kapak merupakan alat yang telah digunakan semenjak zaman batu. Fungsi
dari kapak adalah untuk membelah dan memotong kayu, yang outputnya
berupa potongan dan belahan kayu yang pendek. Alat ini sangat umum
digunakan di hutan rakyat dan HTI besar. Kapak diklasifikasikan menjadi 3,
yaitu berdasarkan fungsi terdapat kapak belah dan kapak potong, berdasarkan
tangkai terdapat kapak lengkung dan kapak lurus, dan berdasarkan sisi
ketajaman terdapat kapak bermata satu dan kapak bermata dua. Secara umum
kapan tersusun atas dua bagian pokok, yaitu kepala kapak yang terbuat dari
logam dan tangkai kapak yang terbuat dari kayu. Pada bagian kepala kapak
terdapat rumah tangkai, pipi kapak, tumit, dan lengkung tajam. Kelebihan
kapak adalah harganya lebih murah, banyak dijual di pasaran,
penggunaannya mudah karena tidak memerlukan keahlian khusus dalam
teknologi, lebih praktis untuk di bawa kemana–mana karena ukurannya yang
tidak terlalu besar dan biaya perawatannya pun murah. Kekurangannya yaitu
memerlukan tenaga ekstra untuk menggunakannya, kurang efektif dan efisien
jika di gunakan untuk kegiatan pemanenan dengan diameter pohon yang
besar dan dalam jumlah pohon yang banyak karena akan membutuhkan
waktu yang lama, serta membutuhkan banyak tenaga kerja. Cara
menggunakan kapak yaitu dengan kedua tangan memegang tungkai kapak,
kemudian dipukulkan ke batang pohon yang akan ditebang pada mata
kapaknya secara berulang kali hingga pohon tersebut tumbang.
b. Gergaji tangan
Gergaji tangan terdiri dari dua bagian utama yaitu blade dan handle, serta ada
juga yang menggunakan frame. Blade adalah pita metal dengan gigi – gigi
tajam di satu sisinya, sedangkan handle adalah pegangan untuk
pemakaiannya. Fungsi dari gergaji tangan adalah untuk membelah dan
memotong kayu, yang outputnya berupa kayu panjang dan kayu pendek.
Gergaji berdasarkan jumlah orang yang mengoperasikannya ada dua jenis,
yaitu gergaji satu tangan dan gergaji dua orang. Berdasarkan penggunaannya
dibedakan menjadi gergaji belah dan gergaji potong. Kelebihan gergaji
tangan adalah harga lebih murah, praktis, lebih ringan dibanding gergaji
mesin, tidak memerlukan perawatan yang rumit dan pengerjaan lebih mudah
dibanding kapak, serta tidak menimbulkan polusi udara dan polusi suara.
Kekurangannya adalah apabila perawatan tidak optimal maka pada gergaji
akan mudah karatan dan patah, tidak cocok untuk melakukan penebangan
skala besar, limbah yang dihasilkan cukup banyak.
2. Alat pemanenan semi mekanis, terdiri dari komposisi 70% tenaga manusia dan
30% tenaga mesin. Contoh alat:
a. Chainsaw (gergaji mesin)
Alat tebang semi mekanis adalah chainsaw (gergaji mesin). Alat ini hanya
dapat digunakan satu orang. Chainsaw berfungsi untuk menebang pohon,
membagi batang, serta membelah dan memotong kayu. Ada 3 jenis chainsaw
yang dapat digunakan, yaitu chainsaw minya, chainsaw listrik, dan chainsaw
baterai. Pada chainsaw minyak menggunakan bahan bakar bensin campur
dan terdiri dari tiga bagian pokok yakni power unit, control unit, dan cutting
unit. Pada chainsaw listrik terdiri dari cutting unit, power unit, control unit,
dan kabel listrik yang harus disambungkan pada stop kontak jika ingin
menggunakannya. Pada chainsaw baterai terdiri dari cutting unit, power unit,
control unit, dan baterai. Kelebihan chainsaw yaitu dapat memotong dan
membelah kayu dengan cepat dan hasil pemotongannya rapi, biaya perawatan
lebih murah dari pada alat mekanis, tidak memerlukan energi dan tenaga
yang besar dari pekerja dan hemat tenaga manusia. Kekurangannya yaitu
harga lebih mahal dibanding gergaji tangan maupun alat manual lainnya,
lebih berat, biaya perawatan dan operasional lebih mahal, memerlukan tenaga
profesional, membuat polusi udara dan polusi suara di daerah penebangan.
3. Alat pemanenan mekanis, terdiri dari komposisi 30% tenaga manusia dan 70%
tenaga mesin. Contoh alat:
a. Harvester
Harvester adalah alat yang digunakan untuk menebang pohon sekaligus
membersihkan cabang dan membagi batang sesuai dengan diameter dan
tinggi atau panjang tertentu yang dikehendaki. Bagian-bagian alat ini ada
penebang, ruang operasional, roda, dan tuas atau tangan. Kelebihannya yaitu
dapat bekerja secara efektif pada medan yang cukup curam, waktu
pengerjaan lebih efisien dan produktivitasnya tinggi, memiliki kemampuan
tambahan dibanding alat tebang lainnya yaitu kayu dapat langsung di kupas
dan dipotong menjadi sortimen dengan panjang tertentu. Kekurangnya yaitu
harga alat mahal, biaya perawatan mahal, memerlukan tenaga pengoperasian
yang telah terlatih dan terdidik, memerlukan jalan yang besar dan lebar untuk
jalan lintasan, serta dampak lingkungan yang ditimbulkan relatif sangat besar.
b. Feller buncher
Feller buncher adalah alat penebangan modern berupa traktor yang
dilengkapi dengan peralatan pemotong kayu mekanis. Alat ini berfungsi
untuk menjepit kayu dan menebang satu pohon atau lebih sekaligus. Bagian-
bagian alat ini terdiri dari penjepit pohon, ruang operasional, dan roda
berantai. Kelebihan alat ini yaitu pohon yang ditebang dapat direbahkan
kearah yang sesuai dengan yang diinginkan, dapat bekerja pada berbagai
areal dengan kemiringan tinggi, pohon yang di tebang dapat lebih banyak,
operator lebih aman, dan tenaga manusia yang digunakan lebih sedikit.
Kekurangannya yaitu batas diameter pohon yang dapat ditebang terbatas,
biaya kepemilikan relatif mahal, boros bahan bakar, jalan yang diperlukan
sebagai lintasan alat dapat berdampak besar pada lingkungan, dan hanya bisa
digunakan pada jenis tanah berkepadatan tinggi.
Alat-alat pemanenan yang telah disebutkan dan dijelaskan diatas tidak
semuanya dapat digunakan/diterapkan di Indonesia. Negara kita pun pada biasanya
masih menggunakan alat manual dan semi mekanis. Hal ini disebabkan alat mekanis
memiliki harga yang cukup mahal, dan jenis hutan di Indonesia yang masih berupa
hutan alam, yaitu hutan dengan kerapatan tinggi sehingga kurang cocok untuk
penggunaan alat mekanis. Apabila alat mekanis ini diterapkan di Indonesia, maka
akan menimbulkan kerusakan hutan yang cukup parah.
Dalam kegiatan pemanenan terdapat dampak positif maupun dampak negatif.
Dampak positifnya yaitu diperoleh keuntungan secara finansial dari log/kayu yang di
panen. Sedangkan dampak negatifnya yaitu menimbulkan dampak lingkungan yang
tinggi, dapat menimbulkan kerusakan yang tinggi pada tanah hutan, menurunkan
jumlah flora dan fauna, terganggunya tata air dan mencakup pula dampak terhadap
aspek–aspek ekonomi dan sosiokultural. Meilhat dampak negatif yang besar, maka
muncul suatu pedoman penerapan teknik pemanenan yang ramah lingkungan dan
dikenal dengan RIL (Reduce Impact Logging). RIL merupakan pedoman berupa
pendekatan sistematis dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
pemanenan kayu yang memperhatikan fungsi produksi dan konservasi hutan. Tujuan
di terapkan RIL adalah untuk mengurangi dampak negatif pemanenan kayu terhadap
lingkungan dan dapat menghasilkan pemanfaatan sumber daya hutan yang maksimal
dan lestari.
Prinsip dasar RIL adalah efisiensi dan prinsip dalam penerapannya terdiri dari:
a. Planning yaitu perencanaan yang disusun sebelum dilaksanakan kegiatan
pemanenan secara terpadu.
b. Doing yaitu pelaksanaan kegiatan pemanenan oleh tenaga–tenaga yang kompeten
serta dengan prosedur pelaksanaan yang baku.
c. Controlling yaitu pengawasan dan supervisi pada pelaksanaan kegitan
pemanenan.
d. Evaluation yaitu menganalisis hasil dari pemanenan, dan menentukan kegiatan
yang dilakukan jika terdapat kesalahan.
e. Action yiatu pengambilan tindakan-tindakan yang di perlukan sesuai hasil
pengawasan dan pemantauan, termsuk tindakan pasca panen.
Adapun ciri–ciri RIL, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Inventarisasi sebelum penebangan’
b. Penyusunan rencana pemanenan
c. Pelaksanaan kegiatan pemanenan yang cermat
d. Intensitas pemaenan yang rendah
e. Kontrol dan supervisi teknis yang memadai pada saat pelaksanaan kegiatan
f. Pemabatasan-pembatasan dalam operasi logging
g. Tindakan setelah pemanenan
Pengaplikasian kegiatan RIL penebangan lebih menekankan pada perencanaan
yang mendetail dan terperinci menggunakan teknik-teknik yang tepat pada pelaksanaan
pemanenan, serta dengan melakukan pengawasan yang ketat dalam operasi pemanenan
untuk meminimalkan kerusakan pada tegakan tinggal dan tanah. RIL tidak hanya
diterapkan di hutan produksi di luar jawa melainkan juga di pulau jawa, supaya
kegiatan pemanenan berlangsung optimal, serta kelestarian hutannya tetap terjaga
dengan dampak kerusakan lingkungan dapat diminimalisir.
Menurut Jurnal Penelitian Hasil Hutan (Soenarno, 2018), cara pemanenan
dengan menerapkan teknik RIL (Reduced Impact Logging) menyebabkan faktor
pemanfaatan kayu cenderung lebih tinggi dibanding pemanenan kayu secara
konvensional. Pemanenan kayu di hutan alam mempunyai peranan strategis, tidak
hanya menentukan kualitas produksi kayu bulat tetapi juga limbah yang dihasilkan.
Limbah pemanenan kayu tersebut terjadi di petak tebang akibat proses penebangan
(felling), pembagian batang (bucking), dan kondisi batang pohon yang cacat dan/atau
pecah. Limbah pemanenan kayu sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan baku
industri pengolahan kayu, seperti industri papan partikel, papan serat, papan blok,
papan sambung, pulp dan kertas serta industri arang kayu. Penelitian dalam jurnal ini
bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran, bentuk, dan kondisi limbah serta
menghitung besarnya faktor pemanfaatan kayu dan faktor residu/limbah akibat
pemanenan kayu. Ada dua lokasi yang digunakan untuk penelitian, yaitu PT. A yang
telah menerapkan pembalakan berdampak rendah (reduced impact logging/RIL), dan
PT. B masih secara konvensional. Berdasarkan hasil yang diperoleh, faktor
pemanfaatan kayu di PT. A tidak berbeda nyata dengan di PT. B. Faktor pemanfaatan
kayu di kedua perusahaan berkisar antara 86,2 – 87,8% dengan rata-rata 86,9%. Faktor
pemanfaatan kayu di PT. A cenderung lebih tinggi dibandingkan di PT. B. Hal ini
dikarenakan cara pemanenan kayu di PT. A telah menerapkan teknik RIL, sedangkan
di PT. B masih dilakukan secara konvensional.

VI. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah:
1. Alat tebangan yang banyak digunakan adalah alat tebang manual (kapak dan
gergaji tangan), alat tebang semi mekanis (chainsaw) dan alat tebang mekanis
(harvester dan feller buncher).
2. Alat-alat pemanenan tersebut memiliki bagian-bagian yang mendukung kinerja
alat serta fungsi masing-masing yaitu :
a. Kapak, terdiri dari bagian kepala dan tangkai kapak
Fungsi : memotong dan membelah kayu
b. Gergaji tangan, terdiri dari handle dan saw blade, ada yang memiliki frame
juga
Fungsi : memotong dan membelah kayu
c. Chainsaw, terdiri dari power unit dan cutting unit
Fungsi : menebang pohon, membagi batang, memotong dan membelah kayu
d. Harvester, terdiri dari penebang, ruang operasional, roda, dan tuas/tangan
Fungsi : menebang pohon sekaligus membersihkan cabang dan memotong
batang menjadi sortimen
e. Feller buncher, terdiri dari penjepit pohon, ruang operasional, dan roda
berantai
Fungsi : menebang beberapa pohon secara bersamaan
3. Cara pengoperasian alat tebang:
a. Kapak : tangkai kapak dipegang, dan mata kapak diayunkan ke batang pohon
b. Gergaji tangan : mata gergaji kayu digesekkan ke kayu
c. Chainsaw : mesin dinyalakan kemudian mata gergaji diarahkan ke pohon
yang akan dipotong.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Cardenas, Erick, JM Kranabetter, Graeme Hope, Kendra R Maas, Steven Hallam, dan
William W Mohn. 2015. Forest Harvesting Reduces The Soil Metagenomic
Potential for Biomass Decomposition. The ISME Journal, 09, 2465-2476.
Klauberg, Carine, Vidal, Edson, Silva, A. Carlos, Hudak, T. Andrew, Oliveira,
Manuela and Higuchi, Pedro Higuchi. 2017. Short-Term Effects of Reduced-
Impact Logging on Copaifera spp. (Fabaceae) Regeneration in Eastern Amazon.
Journal of Forests, 8(7), 257.
Soenarno, Wesman Endom, dan Sona Suhartana. 2018. Studi Faktor Pemanfaatan dan
Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Alam Papua Barat. Jurnal Penelitian Hasil
hutan. 36 (02) hal 67-84.
Suhartana, Sona dan Yuniawati. 2017. Penggunaan Jumlah Peralatan Pemanenan
Kayu Yang Efisien Guna Mencapai Rencana Produksi Kayu di Satu Perusahaan
Hutan Produksi Alam, Kalimantan Utara. Jurnal Hutan Tropis. 5 (1) hal 78-86.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai