Encephalitis Viral Akibat Dengue
Encephalitis Viral Akibat Dengue
Oleh:
PPDS 1
dr. Winda Nirmala
Pembimbing:
dr. Badrul Munir, Sp.S
LABORATORIUM/SMF NEUROLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DR.SAIFUL ANWAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi dengue adalah penyakit infeksi virus yang paling cepat menyebar di
dunia dengan penyebaran melalui gigitan nyamuk. Dalam waktu lima puluh tahun
terakhir, insiden infeksi dengue meningkat tiga puluh kali dengan peningkatan luas
geografi ke negara-negara baru dan terjadi penyebaran infeksi virus dengue dari
daerah perkotaan ke pedesaan.1 Di Indonesia angka kesakitan demam berdarah
dengue (DBD) terus meningkat dari 0,05 di tahun 1968 menjadi 35,19/100.000
penduduk pada tahun 1998,1,2 namun angka kematian menurun dari 41,3% di
tahun 1968 menjadi 0,86% pada tahun 2008. 3
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spektrum manifestasi
klinis yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile
illness), demam dengue (DD), DBD sampai DBD disertai syok (sindrom syok dengue
= SSD).4 Sejak tahun 1976, kasus dengue dihubungkan dengan keterlibatan
beberapa organ vital yang mengarah ke manifestasi yang tidak lazim (unusual) atau
yang tidak normal (atypical),5 dan sering berakibat fatal. Ada beberapa peneliti
mengklasifikasikan unusual manifestation infeksi virus dengue berupa keterlibatan
susunan saraf pusat (SSP), gagal fungsi hati, gagal fungsi ginjal, infeksi ganda dan
kondisi yang memperberat. Pengamatan terbaru menunjukkan bahwa profil klinis
DBD berubah dan bahwa manifestasi neurologis lebih sering dilaporkan.
Insiden dan prevalensi dengue ensefalitis dan bentuk lain dari dengue
neurologis akan bervariasi sesuai dengan tingkat endemik dan epidemi aktivitas
demam berdarah dalam wilayah geografis.yang Dilaporkan insiden ensefalopati
yang merupakan manifestasi neurologi paling sering infeksi virus dengue didapatkan
angkanya bervariasi dari 0,5-20,9%. 7-10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
II.2 EPIDEMIOLOGI
Keterlibatan neurologis terjadi pada 4% -5% dari kasus DBD. Kejadian infeksi
dengue pada pasien dengan dugaan sistem saraf (CNS) infeksi sentral tercatat
berkisar dari 4,2% di Vietnam Selatan, 13,5% di Jamaika. Dalam sebuah penelitian
frekuensi dengue ensefalitis antara 401 pasien dengan infeksi sistem saraf pusat
yang diduga virus ditemukan menjadi 6,9%. Manifestasi neurologis lain dari demam
berdarah meliputi; meningits (34%), kejang (11%), acute flaccid paralysis dan
sindrom Guillain-Barré (4%).
II.3 VIRUS DENGUE PADA CSF
Infeksi dengue adalah salah satu dari infeksi arbovirus yang paling umum di
dunia, terdapat pada lebih dari 100 negara. Diperkirakan total 50-100 juta kasus
deman berdarah dan sekitar 250.000-500.000 kasus demam berdarah dengue yang
muncul tiap tahunnya. Infeksi dengue disebabkan oleh empat serotype virus yang
berbeda dan ditransmisikan oleh nyamuk Aedes aegypti. Ini menyebabkan baik
infeksi nonsimtomatik atau dua klinis yang berbeda: dengue fever dan/atau dengue
hemorrhagic fever/dengue shock syndrome (DHF/DSS). Reservoir utama virus
dengue adalah manusia, dan umumnya ditransmisikan oleh nyamuk Aedes aegypti;
pada pemukiman pedesaan, spesies lainnya seperti Aedes albopictus mungkin
berperan dalam menyebarkan penyakit ini. Klinis awal ditandai oleh acute febrile
illness, dengan nyeri kepala, rash makulopapular, nyeri orbita dan sendi,
trombositopenia dan leukopenia yang muncul setelah 2-7 hari masa inkubasi. Gejala
umum DHF/DSS meliputi demam akut, manifestasi perdarahan, trombositopenia,
hemokonsentrasi dan kecenderungan untuk terjadi syok. 3,4
Nyamuk aedes berkembangbiak di air bersih dan jauh dari sinar matahari;
nyamuk betina cenderung menggigit saat siang hari. Meningkatnya frekuensi infeksi
dengue biasanya terjadi pada musim hujan ketika nyamuk mencari tempat yang
terhindar dari hujan dan menyerang rumah-rumah. 4
Demam dengue telah lama dikenal sejak dua dekade sebagai infeksi endemis
yang disebabkan oleh virus dengue. Sebelumnya dikenal sebagai “demam lima
hari”, infeksi dengue mempunyai gejala umumnya seperti acute febrile illness, nyeri
kepala, nyeri sendi dan otot, yang ditemukan dengan infeksi virus yang lain dan
rash.4
Dalam beberapa tahun, terdapat manifestasi yang tidak umum dari infeksi
dengue, termasuk sindroma neurologis. Sanguansermsri et al yang pertama kali
melaporkan kasus ini pada tahun 1976. Sejak saat itu, encephalopathy, myelitis,
GBS dan cranial nerve palsies telah diketahui sebagai manifestai dari infeksi virus
dengue.3
Komplikasi neurologis dapat muncul pada pasien dengan sedikit atau tanpa
gejala infeksi dengue. Rentang usia pasien yang terkena berkisar antara beberapa
bulan hingga 79 tahun, dan lebih sering pada anak-anak. Pada kebanyakan kasus,
manifestasi neurologis muncul antara dua sampai 30 hari setelah onset demam.
Gejala neurologis bermacam-macam dan berhubungan dengan lokasi lesi. Nyeri
kepala, gangguan kesadaran, iritabilitas, insomnia, kejang, dan defisit neurologis
fokal yang berhubungan dengan encephalitis, encephalopathy, dan gambaran
seperti stroke adalah gejala yang paling umum ditemukan selama masa akut infeksi
dengue. Manifestasi neurologis lainnya, seperti defisit motoris dapat muncul pada
infeksi dengue akut pada kasus myelitis dan myositis. 5
II.4 ETIOLOGI
II.5 PATOFISIOLOGI
Keadaan syok berat, dalam waktu 24-48 jam volume plasma dapat berkurang
lebih dari 30%. Perembesan plasma terbukti dengan adanya peningkatan kadar
hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga
serosa (efusi pleura, asites). Syok yang tidak ditangani secara adekuat, dapat
menyebabkan asidosis dan anoksia. Peranan tatalaksana syok sangat penting guna
mencegah perburukan. 7
Infeksi virus dengue pada CNS dibuktikan dengan adanya antigen virus dan
RNA DENV pada jaringan otak dan sampel CSF. Masuknya virus ke otak sepertinya
muncul melalui infiltrasi dari makrofag yang terinfeksi. Hubungan antara faktor virus
dan neuropathogenesis dijelaskan oleh Bordignon et al. Ia menulis bahwa mutan
DENV-1 menyebabkan leptomeningitis ekstensif dan encephalitis pada tikus.
Hipotesisnya adalah virus mutan mempresentasikan neurotropism, menembus
blood brain barrier. Bukti lain dari neurotropism DENV adalah ditemukannya sintesis
intrathecal dari antibodi spesifik pada pasien dengan myelitis dengue. 5
Jalur masuk virus ke CNS dapat melalui jalur hematogen maupun neuronal.
Penyebaran hematogen adalah yang paling umum dan dapat menyebabkan
gangguan blood-brain barrier. Setelah digigit oleh nyamuk dengan replikasi virus
lokal pada kulit, viremia transien menyebabkan penyebaran pada sistem
reticuloendothelial, dan juga otot. Dengan berlanjutnya replikasi virus, viremia
sekunder menyebabkan infeksi pada organ lainnya, termasuk CNS. Pada
encephalitis viral akut, inflamasi kapiler dan endothelial dari pembuluh darah kortikal
merupakan penemuan patologis, muncul umumnya pada grey matter atau grey
white junction. Infiltrasi perivaskular limfotik menyebabkan baik transfer pasif dari
virus di sepanjang endothelium pada junctions pinositotik dari pleksus koroid atau
replikasi virus aktif pada sel kapiler endothel. Seiring berkembangnya penyakit,
astrocytosis dan gliosis menjadi penemuan histopathologikal yang paling menonjol.
Bentuk histopathologikal yang unik yaitu inklusi intranuklear Cowdry type A dan
Negri bodies yang berhubungan dengan infeksi yang disebabkan oleh virus herpes
dan virus rabies.2
Ketika virus menembus blood-brain barrier, virus masuk sel neural, dengan
mengganggu fungsi sel, kongesti perivaskular, perdarahan, dan respon inflamasi
difus yang mempengaruhi gray matter. 1
II.6 MANIFESTASI KLINIS
Infeksi virus dengue biasanya ditandai oleh nyeri kepala, lesi kemerahan
pada kulit, dan manifestasi perdarahan. Kriteria klinis diagnosa DHF berdasarkan
WHO sebagai berikut:
Diagnosa DHF dibuat bila terdapat 2 atau lebih manifestasi klinis dengan
trombositopenia dann hemokonsentrasi.4,6
Gejala utama encephalitis dengue meliputi nyeri kepala, kejang, dan gangguan
kesadaran. Gejala tipikal seperti nyeri otot, rash dan perdarahan terdapat pada
kurang dari 50% kasus encephalitis. Solomon et al mengatakan bahwa dengue
harus dipertimbangkan sebagai penyebab semua pasien encephalitis pada area
endemik, tanpa memperhatikan ada atau tidaknya gejala umum. 6
1) Demam
2) Gejala akut keterlibatan cerebral
3) Munculnya antibodi IgM anti-dengue atau material genomik dengue pada
serum dan/atau cairan cerebrospinal
4) Eksklusi penyebab lain dari encpehalitis viral dan encephalopathy.
Hasil MRI dapat bervariasi. MRI mungkin normal, tetapi dapat terlihat
perdarahan, edema cerebral, dan kelainan pada basal ganglia, hipokampus, dan
thalamus. MRI kepala juga dapat menunjukkan perluasan lesi yang melibatkan
diencephalon, cerebellum, thalamus, dan regio temporal medial pada kedua sisi. 5
II.7 DIAGNOSIS
Isolasi virus dapat dilakukan dengan metode inokulasi pada nyamuk, kultur
sel nyamuk atau pada sel mamalia (vero cell LLCMK2 dan BHK21). Pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan yang rumit dan hanya dapat dilakukan pada enam hari
pertama demam.12
IgM anti dengue memiliki kadar bervariasi, pada umumnya dapat terdeteksi
pada hari sakit kelima, dan tidak terdeteksi setelah hari ke sembilan puluh. Pada
infeksi dengue primer, IgG anti dengue muncul lebih lambat dibandingkan dengan
IgM anti dengue, namun pada infeksi sekunder muncul lebih cepat. Kadar IgG anti
dengue bertahan lama dalam serum. Kinetik NS1 antigen virus dengue dan IgG
serta IgM anti dengue, merupakan petunjuk dalam menentukan jenis pemeriksaan
dan untuk membedakan antara infeksi primer dengan infeksi sekunder. 13
RT-PCR merupakan bagian dari test asam nukleat. Cara ini juga dapat
digunakan untuk mendeteksi materi genetik dari virus dengue. Cara ini diperkirakan
memiliki tingkat sensitivitas lebih baik dari isolasi virus pada kultur sel. Tingkat
sensitivitasnya dapat mencapai 93% hingga 100%, tergantung pada jenis serotip
yang diperiksa.16
II.8.1 Encephalopathy
II.9 TATALAKSANA
Penanganan kasus DBD yang utama adalah tindakan promotif dan preventif
karena secara kuratif tidak ada perawatan khusus untuk demam berdarah,
pengobatannya hanya bersifat simptomatis dan suportif. Obat-obatan diberikan
untuk meringankan demam dan rasa sakit. Penderita sebaiknya segera dirawat, dan
terutama dijaga jumlah cairan tubuhnya. Terapi yang dapat diberikan diantaranya
antipiretik, surface cooling dan antikonvulsan.5
Saat ini tidak ada agen antiviral yang tersedia untuk mengatasi infeksi virus
dengue. Maka dari itu, manajemen berupa terapi suportif. Pada kasus yang lebih
ringan, obat-obatan antipiretik dan cairan per-oral mungkin membantu. Derivat
acetyl-salicylic dan obat-obatan non-steroidal anti-inflamasi harus dihindari.
Manajemen komplikasi perdarahan harus ditangani secara konservatif. Diperlukan
manajemen yang tepat untuk cairan intravena, transfusi darah atau platelet
dibutuhkan hanya apabila terjadi perdarahan hebat.
Pada pasien dengan dengue berat dan gejala kebocoran plasma, resusitasi
cairan sangatlah penting, dengan monitor ketat volume cairan untuk mencegah
overload cairan. Cairan isotonik kristaloid harus digunakan, dengan cairan koloid
untuk pasien dengan gejala syok dan untuk pasien yang tidak berespon dengan
terapi kristaloid.
Penanganan syok perlu dilakukan simultan mulai dari ABC hingga resusitasi
cairan untuk meningkatkan preload yang diberikan secara cepat dan kurang dari
sepuluh menit. Resusitasi cairan paling baik dilakukan pada tahap syok hipovolemik
kompensasi, sehingga mencegah terjadinya syok dekompensasi dan ireversibel.
Setiap pasien tersangka demam dengue juga DSS sebaiknya dirawat di tempat
terpisah dengan pasien penyakit lain. Tata laksana pada demam berdarah dengue
atau DBD dengan syok adalah:
1) Perhatikan ABC
2) Pemberian cairan
3) Koreksi keseimbangan asam-basa
4) Beri darah segar bila ada perdarahan hebat. 12
Pasien DSS perlu diobservasi ketat terhadap kemungkinan terjadinya
perburukan. Observasi meliputi pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan umum,
nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan, serta HGB dan HCT setiap 4-6 jam
pada hari-hari pertama pengamatan, selanjutnya setiap 24 jam. Pemantauan platelet
tiap 12 jam, dan pemantauan keseimbangan cairan dan produksi urin. Terapi untuk
dengue shock syndrome (DSS) bertujuan untuk mengembalikan volume cairan
intravaskular ke tingkat yang normal, dan hal ini dapat tercapai dengan pemberian
segera cairan intravena. Jenis cairan yang dapat diberikan yakni cairan kristaloid
(dekstrosa, ringer laktat, atau normal salin) yang dapat diikuti dengan pemberian
cairan koloid sesuai dengan derajat DBD pasien. 11
Gambar 2.4. Bagan Protokol Demam Berdarah Dengue Derajat III dan IV
Gambar 2.5 Bagan Protokol Penanganan DSS
Pemberian acyclovir (10 mg/kg setiap 8 jam selama 14-21 hari) terbukti lebih
efektif bila dibandingkan vidarabine (15mg/kg/hari) dalam meningkatkan tingkat
keselamatan. Acyclovir merupakan terapi yang aman pada encephalitis viral.
Acyclovir mempunyai waktu paruh yang relatif singkat pada plasma dan diberikan
secara intravena 10mg/kg setiap 8 jam pada orang dewasa (dosis harian total 30
mg/kg). Lebih dari 80% acyclovir di sirkulasi diekskresikan di urin, gangguan renal
dapat mempercepat presipitasi toksiksitas acyclovir dan dosis therapeutik harus
disesuaikan dengan klirens ginjal.
II.10 PROGNOSIS
LAPORAN KASUS
Nama : Nn. UK
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : Guru
Alamat : Pasuruan
III.2 ANAMNESIS
a. Vital sign
b. Status Interna
Ext : oedema
c. Status Neurologis
N. Cranialis :
N. I Anosmia -, hiposmia -
N/ N
Kekuatan : 5 / 5
5/5
Atrofi : -
ANS : inkontinensia urin dan alvi (-), retensi urin dan alvi (-).
d. Laboratorium :
DL = 13,2/8770/39,5%/237.000
GDS = 90
Ur/Cr = 26/0,85
SGOT/SGPT = 119/147
Na/K/Cl = 143/3,71/108
III.5 DIAGNOSIS
f. Diagnosis klinis:
- Wanita, usia 24 tahun
- Gradual Decrease of Conciousness
- Subakut febris
- Subakut cephalgia
- Hipertonus upper extremity
- Kaku kuduk (+)
g. Diagnosa Topis: meningen-encephalon
h. Diagnosa Etiologis: Susp. ME viral
i. Diagnosa Banding: ME bacterial
j. Diagnosa Sekunder: Dengue Fever
2. Planning Diagnosis
a. CT scan kepala + kontras
Hasil CT scan dengan dan tanpa kontras
Kesimpulan:
- Saat ini tidak tampak
- Sinusitis kronis maxillaris kanan
3. Planning Terapi
a. Inj. Dexamethasone 3x5 mg tapp off
b. PO: acyclovir 5x800 mg
Pasien akan diraber jika keluarga pasien dan TS Psikiatri setuju.
4. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
04/03/17 - GCS: 445 1. Susp. ME - Inj.
TD: 130/80 viral dd bakteri Dexamethasone
N: 88 2. Dengue fever 3x5 mg
RR: 18 - PO acyclovir
Tax: 37.5 5x800 mg
05/03/17 - GCS: 445 1. Susp. ME - IVFD NaCl
TD: 130/80 viral dd bakteri 0.9% 20 tpm
N: 84 2. Dengue fever - Inj.
RR: 20 Dexamethasone
Tax: 37.3 2x5 mg
PO:
- acyclovir 5x800
mg
- clozapine
3x12.5 mg
THD 3x2 mg
06/03/17 GCS:445 1. Susp. ME - IVFD NaCl
TD: 120/70 viral dd bakteri 0.9% 20 tpm
N: 84 2. Dengue fever - Inj.
RR: 20 Dexamethasone
Tax: 36.7 1x5 mg
PO:
- acyclovir 5x800
mg
- clozapine
3x12.5 mg
- THD 3x2 mg
07/03/17 Bicara GCS: 456 1. Susp. ME - IVFD NaCl
melantur (kesadaran viral dd bakteri 0.9% 20 tpm
berubah) 2. GMO PO:
TD: 130/90 - acyclovir 5x800
N: 89 mg
RR: 20 - clozapine
Tax: 36.5 3x12.5 mg
- THD 3x2 mg
08/03/17 Pasien GCS: 456 1. Susp. ME - IVFD NaCl
marah- (kesadaran viral dd bakteri 0.9% 20 tpm
marah berubah) 2. GMO - Inj. Zyprexa
dan TD: 130/80 5mg IM (k/p
bicara N: 80 gelisah)
melantur RR: 20 PO:
Tax: 36.5 - acyclovir 5x800
mg
- clozapine
12.5mg – 12.5mg
– 25mg
- THD 3x2 mg
09/03/17 Pasien GCS: 456 1. Susp. ME - IVFD NaCl
gelisah, (kesadaran viral dd bakteri 0.9% 20 tpm
teriak- berubah) 2. GMO - Inj. Zyprexa
teriak, TD: 110/70 5mg IM (k/p
sulit tidur N: 84 gelisah)
RR: 20 PO:
Tax: 37.3 - acyclovir 5x800
mg
- clozapine
12.5mg – 12.5mg
– 25mg
- THD 3x2 mg
10/03/17 Pasien GCS: 456 1. ME viral - IVFD NaCl
sudah (kesadaran 2. Delirium dt 0.9% 20 tpm
mulai berubah) ME Viral - Inj. Zyprexa
tenang, TD: 120/80 3. Transaminitis 5mg IM (k/p
cukup N: 80 gelisah)
tidur RR: 18 PO:
Tax: 37.5 - acyclovir 5x800
mg
- clozapine
12.5mg – 12.5mg
– 25mg
- THD 3x2 mg
11/03/17 - GCS: 456 1. ME viral - IVFD NaCl
(kesadaran 2. Delirium dt 0.9% 20 tpm
berubah) ME Viral - Inj. Zyprexa
TD: 110/80 3. Transaminitis 5mg IM (k/p
N: 100 gelisah)
RR: 24 PO:
Tax: 36 - acyclovir 5x800
mg
- clozapine
12.5mg – 12.5mg
– 25mg
- THD 3x2 mg
12/03/17 - GCS: 456 1. ME viral - IVFD NaCl
(kesadaran 2. Delirium dt 0.9% 20 tpm
berubah) ME Viral - Inj. Zyprexa
TD: 120/70 3. Transaminitis 5mg IM (k/p
N: 85 gelisah)
RR: 19 PO:
Tax: 37.4 - acyclovir 5x800
mg
- clozapine
12.5mg – 12.5mg
– 25mg
- THD 3x2 mg
13/03/17 Bicara GCS: 456 1. ME viral - IVFD NaCl
melantur, (kesadaran 2. Delirium dt 0.9% 20 tpm
nyeri berubah) ME Viral - Inj. Zyprexa
perut TD: 110/80 3. Transaminitis 5mg IM (k/p
N: 90 gelisah)
RR: 20 PO:
Tax: 37.7 - acyclovir 5x800
mg
- fluoxetine 10mg
–0–0
- clozapine 0 –
12.5mg – 25mg
- THD 3x2 mg
- Paracetamol
3x500 mg bila
Tax > 37.5˚C
14/03/17 GCS: 456 1. ME viral - IVFD NaCl
(kesadaran 2. GMO 0.9% 20 tpm
berubah) - Inj. Zyprexa
TD: 120/90 5mg IM (k/p
N: 88 gelisah)
RR: 20 PO:
Tax: 36.3 - acyclovir 5x800
mg
- fluoxetine 10mg
–0–0
- clozapine 0 –
12.5mg – 25mg
- Paracetamol
3x500 mg bila
Tax > 37.5˚C
15/03/17 - GCS: 456 1. ME Viral - IVFD NaCl
(kesadaran 2. Delirium dt 0.9% 20 tpm
berubah) ME viral - Inj. Zyprexa
TD: 130/80 3. Transaminitis 5mg IM (k/p
N: 90 gelisah)
RR: 20 PO:
Tax: 36.7 - acyclovir 5x800
mg
- fluoxetine 10mg
–0–0
- clozapine 0 –
12.5mg – 25mg
- Paracetamol
3x500 mg bila
Tax > 37.5˚C
16/03/17 Bicara GCS: 456 1. ME Viral - IVFD NaCl
melantur (kesadaran 2. Delirium dt 0.9% 20 tpm
berubah) ME viral - Inj. Zyprexa
TD: 130/100 3. Transaminitis 10mg IM (k/p
N: 90 gelisah)
RR: 20 PO:
Tax: 36.5 - acyclovir 5x800
mg
- fluoxetine 10mg
–0–0
- clozapine 0 –
12.5mg – 25mg
- Paracetamol
3x500 mg bila
Tax > 37.5˚C
17/03/17 - GCS: 456 1. ME Viral - IVFD NaCl
(kesadaran 2. Delirium dt 0.9% 20 tpm
berubah) ME viral - Inj. Zyprexa
TD: 120/80 3. Transaminitis 10mg IM (k/p
N: 84 gelisah)
RR:20 PO:
Tax: 36.5 - acyclovir 5x800
mg
- fluoxetine 10mg
–0–0
- clozapine 0 –
12.5mg – 25mg
- Paracetamol
3x500 mg bila
Tax > 37.5˚C
18/03/17 - GCS: 456 1. ME Viral - IVFD NaCl
(kesadaran 2. Delirium dt 0.9% 20 tpm
berubah) ME viral - Inj. Zyprexa
TD: 120/80 3. Transaminitis 10mg IM (k/p
N: 80 gelisah)
RR: 20 PO:
Tax: 36.5 - acyclovir 5x800
mg
- clozapine 0 –
12.5mg – 25mg
- THD 1x1mg
- Risperidone
2x0.5mg
19/03/17 - GCS: 456 1. ME Viral - IVFD NaCl
(kesadaran 2. Delirium dt 0.9% 20 tpm
berubah) ME Viral - Inj. Zyprexa
TD: 110/70 3. Transaminitis 10mg IM (k/p
N: 84 gelisah)
RR: 20 PO:
Tax: 36.3 - acyclovir 5x800
mg
- clozapine 0 –
12.5mg – 25mg
- THD 1x1mg
- Risperidone
2x0.5mg
20/03/17 GCS: 456 1. ME Viral - IVFD NaCl
(kesadaran 2. Delirium dt 0.9% 20 tpm
berubah) ME Viral - Inj. Zyprexa
TD: 110/80 3. Transaminitis 10mg IM (k/p
N: 88 gelisah)
RR: 18 PO:
Tax: 36.5 - acyclovir 5x800
mg
- clozapine 0 –
12.5mg – 25mg
- THD 1x1mg
- Risperidone
2x0.5mg
21/03/17 - GCS: 456 1. ME Viral - IVFD NaCl
(kesadaran 2. Delirium dt 0.9% 20 tpm
berubah) ME Viral - Inj. Zyprexa
TD: 110/70 3. Transaminitis 10mg IM (k/p
N: 82 gelisah)
RR: 18 PO:
Tax: 36.5 - acyclovir 5x800
mg
- clozapine 0 –
12.5mg – 25mg
- THD 1x1mg
- Risperidone
2x0.5mg
22/03/17 - GCS: 456 1. ME Viral - IVFD NaCl
(kesadaran 2. Delirium dt 0.9% 20 tpm
berubah) ME Viral - Inj. Zyprexa
TD: 120/70 3. Transaminitis 10mg IM (k/p
N: 84 gelisah)
RR: 19 PO:
Tax: 36.6 - acyclovir 5x800
mg
- clozapine 0 –
12.5mg – 25mg
- THD 1x1mg
- Risperidone
2x0.5mg
23/03/17 - GCS: 456 1. ME Viral - IVFD NaCl
(kesadaran 2. Delirium dt 0.9% 20 tpm
berubah) ME Viral - Inj. Zyprexa
TD: 110/80 3. Transaminitis 10mg IM (k/p
N: 85 gelisah)
RR: 18 PO:
Tax: 36.5 - acyclovir 5x800
mg
- clozapine 0 –
12.5mg – 25mg
- THD 1x1mg
- Risperidone
2x0.5mg
24/03/17 GCS: 456 1. ME Viral - IVFD NaCl
(kesadaran 2. Delirium dt 0.9% 20 tpm
berubah) ME Viral - Inj. Zyprexa
TD: 120/70 3. Transaminitis 10mg IM (k/p
N: 84 gelisah)
RR: 19 PO:
Tax: 36.6 - acyclovir 5x800
mg
- clozapine 0 –
12.5mg – 25mg
- THD 1x1mg
- Risperidone
2x0.5mg
25/03/17 - GCS: 456 1. ME Viral - IVFD NaCl
(kesadaran 2. Delirium dt 0.9% 20 tpm
berubah) ME Viral - Inj. Zyprexa
TD: 110/70 3. Transaminitis 10mg IM (k/p
N: 86 gelisah)
RR: 10 PO:
Tax: 36.7 - acyclovir 5x800
mg
- clozapine 0 –
12.5mg – 25mg
- THD 1x1mg
- Risperidone
2x0.5mg
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.2 Penatalaksanaan
Pada encephalitis dengue dapat ditemukan demam, gejala akut keterlibatan
cerebral, munculnya antibodi IgM anti dengue atau material genomik dengue pada
serum dan/atau cairan cerebrospinal. Tatalaksana encephalitis dengue meliputi
pemberian acyclovir dan terapi supportif. Pemberian acyclovir (10 mg/kg setiap 8
jam selama 14-21 hari) terbukti lebih efektif bila dibandingkan vidarabine
(15mg/kg/hari) dalam meningkatkan tingkat keselamatan. Acyclovir merupakan
terapi yang aman pada encephalitis viral. Acyclovir mempunyai waktu paruh yang
relatif singkat pada plasma dan diberikan secara intravena 10mg/kg setiap 8 jam
pada orang dewasa (dosis harian total 30 mg/kg). Lebih dari 80% acyclovir di
sirkulasi diekskresikan di urin, gangguan renal dapat mempercepat presipitasi
toksiksitas acyclovir dan dosis therapeutik harus disesuaikan dengan klirens ginjal.
Pada pasien ini, diberikan terapi per oral acyclovir 5x800 mg selama 21 hari,
dengan tambahan terapi supportif lainnya seperti infus NaCl 0,9% 20 tetes per
menit, clozapine 12,5 mg - 12,5 mg – 25 mg, THD 2 x 2 mg. Selain itu, pasien harus
terus dipantau vital sign, warning sign, dan balance cairan serta melakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk memantau trombosit dan hematokrit setiap 12
jam.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA