[go: up one dir, main page]

0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
67 tayangan25 halaman

Case DBD Stad III Greg

Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Dokumen tersebut membahas tentang kasus demam berdarah dengue grade III, (2) Menguraikan tinjauan pustaka tentang epidemiologi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, dan kriteria diagnosis demam berdarah dengue, (3) Sangat penting untuk memahami penyakit ini agar dapat mendiagnosis dan menangani kasus dengan tepat.

Diunggah oleh

Lucky Andika Putra
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
67 tayangan25 halaman

Case DBD Stad III Greg

Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Dokumen tersebut membahas tentang kasus demam berdarah dengue grade III, (2) Menguraikan tinjauan pustaka tentang epidemiologi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, dan kriteria diagnosis demam berdarah dengue, (3) Sangat penting untuk memahami penyakit ini agar dapat mendiagnosis dan menangani kasus dengan tepat.

Diunggah oleh

Lucky Andika Putra
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 25

PRESENTASI KASUS

DEMAM BERDARAH DENGUE GRADE III

Pembimbing:
Dr. Aristarkus Pauntu, SpA

Presentan:

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


Periode : 9 Agustus 2004 16 Oktober 2004

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen


Indonesia
JAKARTA
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN
Pada saat ini DBD di banyak negara di kawasan Asia Tenggara merupakan
penyebab utama

perawatan anak di rumah sakit. Penyakit infeksi ini masih

menimbulkan masalah kesehatan

di negara sedang berkembang khususnya

Indonesia, karena masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas.


Di Indonesia sejak tahun 1962 sudah mulai ditemukan penyakit yang
menyerupai DHF yang terjadi di Filipina ( 1953) dan Muangthai (1958).Baru tahun
1970 dibuktikan dengan pemeriksaan virulogi untuk pertama kalinya.Sejak saat itu
jumlah penderita dari tahun ketahun semakin meningkat dan semakin meluas.
Program pencegahan DBD di Indonesia digalakkan dan dilaksanakan
secara terorganisir di kota maupun desa, mencakup penyuluhan dan pendidikan
pengelolaan penderita bagi dokter dan paramedis, dan pemberantasan sarang
nyamuk dengan peranserta masyarakat.Sehingga diharapkan kedepannya angka
penderita DBD di Indonesia ini dari tahun ketahun akan menurun.

DEFINISI
Adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan
melalui gigitan Nyamuk Aedes Aegypti.

EPIDEMIOLOGI
1779, David Bylon melaporkan terjadinya letusan demam dengue di Batavia.
Disebut Demam 5 hari (Knel Trouble ntan Knokkel Koortz), karena demam hilang
dalam 5 hari disertai nyeri sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala. 1871-1873, wabah di
Zanzibar kemudian di pantai Arab dan terus menyebar ke Samudera Hindia. 1953,
Qvintos melaporkan kasus di Filipina. Dekade 60an mulai menyebar ke Thailand &
Vietnam, kemudian menyebar ke Asia Tenggara. Dekade 70an menyerang kawasan
Pacifik danpada dekade 80an menyerang negara-negara Amerika Latin.
Sekitar 2,5 Milyar orang ( 2/5 penduduk dunia ) mempunyai resiko terkena
infeksi virus Dengue. Lebih dari 100 negara Tropis dan sub Tropis pernah mengalami
letusan Demam Dengue & DBD, 500.000 kasus setiap tahun di rawat di RS
dengan ribuan orang lainnya Meninggal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD
sangat kompleks, yaitu:
1. pertumbuhan penduduk yang tinggi
2. urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali
3. tidak adanya control vector nyamuk yang efektif di daerah endemis,dan
4. peningkatan sarana transportasi.

ETIOLOGI
DBD disebabkan oleh virus dengue yang merupakan group B Arthropod
borne virus ( arboviruses ) dan sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili
flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe , yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.
Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang paling banyak sebagai
penyebab.Di Indonesia terutama oleh DEN-3 , walaupun akhir-akhir ini ada
kecenderungan DEN-2.
Penularan :

Terdapat tiga factor yang berperan pada penularan infeksi dengue yaitu
manusia, virus dan vektor perantara.Nyamuk aedes aegypti dapat menularkan virus
dengue pada manusia secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung : setelah menggigit orang yang sedang mengalami viremia, secara
tidak langsung setelah melalui masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10
hari( periode inkubasi ekstrinsik ), pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari ( periode
inkubasi intrinsic )sebelum menjadi sakit setelah virus masuk dalam tubuh.
Pada nyamuk sekali virus masuk dan berkembang biak maka nyamuk tersebut
seumur hidupnya dapat menularkan virus.Tapi pada manusia penularan hanya dapat
terjadi saat tubuh dalam keadaan viremia antara 3-5 hari.
Di Indonesia dikenal 2 jenis nyamuk Aedes, yaitu :
1. Aedes aegypti
Nyamuk aides aegypti berasal dari mesir yang kemudian menyebar ke
seluruh dunia dengan adanya kapal laut dan udara.

Paling sering ditemukan baik di kota maupun di desa

Nyamuk hidup dan berkembang biak melalui air bersih dan tidak langsung
berhubungan dengan tanah,seperti : Bak mandi/ WC, minuman burung,
air tempayan/gentong, kaleng, ban bekas, dll.

Nyamuk ini sepintas nampak berlurik, berbintik-bintik putih.

Tersebar luas di pelosok Tanah Air kecuali ketinggian > 1000 m d p

Daur hidup nyamuk: 10-12 hari ( telur dewasa )

Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah terutama


pagi dan sore hari .Umur nyamuk Betina: 2 minggu 3 bulan , dengan
rata-rata 1,5 bulan tergantung suhu dan kelembaban udara.

Kemampuan terbang: 40-100m dari tempat perkembang biakkannya.

Tempat istirahat: benda-benda yang

tergantung dalam rumah seperti

gordyn, kelambu, pakaian di kamar gelap dan sembab.

2. Aedes albopictus
Nyamuk

jenis

ini

kurang

berdarah,hal ini karena

berperan

menyebarkan

penyakit

demam

hidup dan berkembang biaknya di kebun atau

semak-semak,dimana tertampung air ujan yang bersih yaitu pohon pisang,


pandan, dll.menggigit pada siang hari dan jarak terbangnya hanya 50 meter.
Kepadatan nyamuk meningkat di musim hujan, karena banyak genangan air bersih
yang merupakan tempat berkembang biaknya.

Puncak kasus: pada musim hujan ( Desember Maret ), untuk perkotaan


puncaknya Juni / juli yaitu permulaan musim kemarau.

DBD: salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan Wabah


( UU No. 4/ 1984, PerMenKes No. 560/1989 )

PATOGENESIS
Mekanisme sebenarnya tentang patogenesis , patofisiologi , hemodinamika dan
perubahan biokimia pada DBD hingga kini belum diketahui secara pasti , hanya
sampai saat ini sebagian besar ahli masih menganut Hipotesis infeksi heterolog
sekunder, yaitu bahwa demam berdarah dengue dapat terjadi apabila seseorang
setelah terinfeksi dengan virus dengue pertama kali mendapat infeksi ulangan
dengan tipe virus dengue lainnya.
Terdapat berbagai teori patogenesis terjadinya DBD:
1. Teori virulensi virus
Sampai sekarang belum ada penandaaan virulensi virus. Artinya semua
serotipe virus dengue dapat menimbulkan manifestasi klinis yang nyata mengenai
demam berdarah dengue. Pertanyaan yang muncul mengapa disuatu daerah lebih
banyak Den-3, didaerah lain Den-2, sedangkan Den-1 dan Den-4 relatif lebih jarang
menimbulkan demam berdarah dengue belum dapat dijawab.
2.
3. fgfgf
4. fgf
5. fgf
6. gf
7. fgf
Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan The Secondary Heterologous Infection
Hypothesis dapat dilihat pada rumusan yang di kemukanan Survatte (1977), yaitu :
akibat infeksi kedua oleh tipe virus yang berlainan pada seorang penderita dengan

kadar antibody anti dengue yang rendah , maka respon antibody amnestik yang
akan terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi
limfosist imun dengan menghasilkan titer tinggi antibody IgG anti dengue, juga terjadi
replikasi

virus

sehingga

jumlah

virus

menjadi

lebih

banyak.Inilah

yang

mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi ( virus-antibodi kompleks),


dimana selanjutnya :
1. Akan mengaktivasi system komplemen. Pelepasan C3a dan C5a, akibat
keduanya akan terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu.
Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan menimbulkan anoksia
jaringan, asidosis metabolic dan berakhir dengan kematian.
2. Dengan terdapatnya kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah, maka
mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi

dan mengalami

metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh system RE dengan akibat terjadinya


trombositopenia hebat dan perdarahan. Disamping itu trombosit mengalami
metamorfosis akan melepaskan factor trombosit 3 yang mengaktivasi system
koagulasi.
1. Akibat aktivasi factor Hageman (factor XII) yang selanjutnya juga akan mengaktivasi

system

koagulasi

dengan

akibatnya

terjadinya

pembekuan

intravaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini maka plasminogen akan
berubah menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilktosisn
dan penghancuran Fibrin Degradation Product (FDP)
Disamping

factor XII akan menggiatkan kinin yang berperan

dalam proses

meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah.Menurunnya factor koagulasi ini


dan kerusakan hati akan menambah beratnya perdarahan.

Manifestasi klinis :
Infeksi virus dengue pada manusia juga merupakan self limiting infectious disease
Yang akan berakhir sekitar 2-7 hari. Manifestasi klinusnya bervariasi antara penyakit
yang paling ringan (Mild undifferentiared febrile illness), dengue fever, dengue
haemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock syndrome (DSS).
Demam Dengue
Masa Tunas berkisar 3 - 15 hari, umumnya 5 - 8 hari. Permulaan penyakit biasanya
mendadak. Pada umumnya ditemukan sindrom trias: demam tinggi, nyeri anggota

badan dan timbulnya ruam. Demam biasanya berlangsung 2 - 7 hari cenderung


tinggi dan terus menerus, tidak mempan dengan antipiretik atau hanya menurun
sedikit yang kemudian naik kembali.
Penderita juga mengeluh malaise, mual, muntah, sakit kepala, anoreksia,obstipasi,
nyeri epigastrium dan nyeri kolik,fotofobia,batuk. Kelenjar getah bening servikal
membesar yang disebut: Castelani.
DHF
Ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu demam tinggi, perdarahan terutama
perdarahan kulit, hepatomegali dan kegagalan peredaran darah.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan
DHF dengan demam dengue ialah meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya

volume plasma, hipotensi,trombositopenia,

dan diatesis

hemoragik.

KRITERIA KLINIK WHO (1997)


- Demam 2-7 hari,timbul mendadak ,tinggi terus menerus tanpa sebab yang jelas
- Manifestasi pendarahan ,baik karena manipulasi ( uji torniquet ) maupun karena
spontan ( petekia, purpura, ekimosis, epistaksis dan perdarahan gusi ), hematemesis, melena.
- Pembesaran hati
- Syok: nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20 mmHg, atau hipotensi
menjadi 80 mmHg , akral dingin, penurunan kesadaran, sianosis sirkumoral.
KRITERIA LABORATORIK
1. Trombositopenia: jumlah trombosit 100.000/mm3
2. Hemokonsentrasi: meningginya nilai hematokrit > 20 % dari normal.
Diagnosis di tegakkan bila di dapat 2 gejala klinik disertai trombositopenia dengan
atau tanpa hemokonsentrasi.

Klasifikasi

Demam Dengue

Gejala
Demam disertai 1 atau lebih gejala: nyeri

Keterangan
Rawat Jalan

kepala,nyeri belakang mata, nyeri otot,nyeri


DBD Derajat I

sendi
Gejala diatas di tambah uji bendung (+)

DBD Derajat II
DBD Derajat III

Rawat jalan
Gejala diatas ditambah perdarahan spontan Rawat inap
Gejala diatas ditambah tanda-tanda: nadi Rawat inap

Rawat Observasi

cepat, penurunan TD, ujung-ujung tangan


DBD Derajat IV

dan kaki dingin


Syok berat.

Rawat inap

Keterangan :
1. Derajat I dan II disebut DBD tanpa renjatan
2. Derajat III dan IV disebut DBD dengan renjatan atau DSS.
-Pada seleksi pertama ,diagnosis di tegakkan berdasarkan atas anamnesis dan
pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan Hb, Ht,dan jumlah trombosit .
-Penderita tersangka DBD dengan hasil darah dalam batas normal ,dapat di
pulangkan dengan anjuran kontrol ulang dalam waktu 24 jam atau bila keadaan
memburuk segera kembali ke UGD/ EMG
Pemeriksaan Penunjang :
Diagnosis definitive inveksi virus dengue hanya dapat dilakukan di laboratorium
dengan cara : isolasi virus,deteksi antigen virus atau RNA dalam serum atau jaringan
tubuh dan deteksi antibody spesifik.
1. Diagnosis serologi ada 5 jenis :

Uji Hemaglutinasi inhibisi

Uji komplemen fiksasi

Uji Neutralisasi

IgM Elisa

IgG Elisa

Mac Elisa merupakan uji serologi yang paling banyak dipakai. Hal-hal yang perlu
diperhati pada uji ini adalah :
a. Pada perjalanan penaykit hari 4-5 infeksi virus dengue akan timbul
IgM dan diikuti IgG

b. Kadang kala hasil uji IgM masih negatif maka perlu diulang, apabila
hari ke 6 IgM masih negatif berarti dilaporkan negatif.
c. IgM da[pat bertahan dalam darah 2-3 bulan setelah adanya
infeksi.Untuk memperjelas hasil uji IgM maka dapat dilakukan uji IgG
d. Uji Mac Elisa ini hanya memerlukan satu serum akut saja dengan
spesifitas yang sama dengan uji HI
e. Beberapa merk dagang yang beredar adalah : IgM/IgG Dengue blot,
dengue rapid IgM/IgG
Cara diagnostik baru

dapat dilakukan suatu uji yaitu

Reverse Transcriptase

Polymera Chain Reaction (RTPCR). Cara ini merupakan cara diagnosis yang cepat
didapat dan dapat diulang dengan mudah, sangat sensitive dan spesifik untuk
serotipe tertentu.Cara ini dapat mendeteksi virus RNAS dari spesimen yang berasal
dari darah, jaringan tubuh manusia dan nyamuk.

DIAGNOSIS BANDING
1. Demam Chikungunya
Biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang penyakit ini dan
penularan mirip dengan influenza.
2. Petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa penyakit infeksi seperti
sepsis, dan meningitis.
3. Idiopatic Thrombocytopenic Purpura, yaitu dimana pada ITP tidak terdapat
hemokonsentrasi dan pada fase penyembuhan DBD jumlah trombosit lebih
cepat kembali normal daripada ITP.
4. Perdarahan dapat juga terjadi pada leukaemia dan anemia aplastik.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan DBD hanyalah bersifat simtomatis dan supotrif

Pemberian cairan yang cukup untuk mengurangi supaya tidak terjadi dehidarasi
akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah.

Antipiretik, yaitu golongan Acetaminofen (Parasetamol). Jangan memberikan


golongan salisilat karena akan lebih memperberat perdarahan

Surface cooling yaitu dengan kompres air dingin

Antikonvulsan, bila kejang dapat diberikan Diazepam dan fenobarbitol.

Kriteria pemulangan pasien :


1. Tidak demam selama 24 jam tanpa anti piretik
2. Secara klinis tampak ada perbaikan
3. Hematokrit stabil
4. Trombosit > 50.000/mm3

PROGNOSIS
Bila tidak disertai renjatan maka prognosa baik, biasanya 24-36 jam cepat menjadi
baik. Kalau > dari 36 jam belum terlihat tanda-tanda adanya perbaikan maka
kemungkinan sembuh kecil dan prognosa menjadi jelek.

UPAYA PENANGGULANGAN
Kebijaksanaan
-Belum ada vaksin dan obat
titik berat pada pemberantasan nyamuk penularnya ,disamping kewaspadaan
dini .
*PSN 3M.
(18 juni 1997)
-Kep .Menkes no.581/1992:
Pemberantasan penyakit DBD
POK JA DBD ( kini )
Mulai tingkat Kecamatan Pusat
STRATEGI
1. Kewaspadaan dini
Mencegah dan membatasi KLB /wabah .
-

3M

Penyembuhan intensif

Kerja bakti

Pemantauan jentik berkala

2. pemberantasan Vektor
a. Fogging /penyemprotan
b. Penyembuhan
c. Abatisasi selektif
d. Kerja bakti :3M .
Kegiatan pokok
1. Penemuan dan pelaporan penderita .
2. Penanggulangan fokus
-kunjungan rumah (Radius min.100 meter ).
-Kunjungan sekolah (harus anak sekolah )
3. Pemberantasan vektor intensif
- Fogging fokus
- Abatisasi
(10 gram /1 sdm abate untuk 100 L air ).
4. Pengobatan kepada masyarakat
5. Pemantauan jentik Berkala
-Tri wulan
-100 rumah sampel /desa atau kelurahan .

KESIMPULAN
1. DBD di Indonesia makin tersebar luas dan insidennya makin meningkat dari
tahun ke tahun, hal ini disebabkan ke 4 serotipe sudah ada di Indonesia, dan
nyamuk aedes aegypti sudah tersebar luas diseluruh Indonesia.
2. Sampai saat ini belum ada imunisasi yang bisa mencegah wabah DBD ini
selain upaya pencegahannya yang digalakkan oleh pemerintah baik pusat
maupun daerah, yaitu yang terkenal dengan gerakan 3 M.

3. Peranan dokter baik Puskesmas maupun Rumah Sakit dapat menurunkan


angka kematian dengan memberikan pertolongan yang cepat dan tepat.

BAB II
TINJAUAN KASUS
IDENTITAS
PASIEN
Nama pasien : An. S. S. M
Umur

: 3 tahun 2 bulan

Jenis kelamin : Laki laki


Agama

: Kristen

Suku

: Jawa

Alamat

: Jl. Kusuma Utara, Bekasi

ORANG TUA
Ibu
Nama

: Ny. I

Umur

: 35 tahun

Pekerjaan

: Perawat

Pendidikan

: SPK

Agama

: Kristen

Suku

: Jawa

Alamat

: Jl. Kusuma Utara, Bekasi

Ayah
Nama

: Tn. S. M

Umur

: 40 tahun

Pekerjaan

: Wiraswasta

Pendidikan

: SMA

Agama

: Kristen

Suku

: Jawa

Alamat

: Jl. Kusuma Utara, Bekasi

RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan utama

Panas
Keluhan tambahan :
Muntah-muntah dan mimisan

RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT :


2 hari sebelum masuk RS pasien mengalami panas yang tiba-tiba tinggi,
tidak turun naik, tidak menggigil, tidak kejang, batuk dan pilek tidak ada, mencret
tidak ada. Oleh ibunya pasien diberi paracetamol tapi panas tidak turun.
2 jam sebelum masuk RS pasien mengalami muntah-muntah 2 x sehari,
isi makanan, darah dan lendir tidak ada, banyaknya 1 gelas belimbing, muntah tidak
menyemprot, dan riwayat trauma tidak ada. Bersamaan dengan muntah pasien
mengalami mimisan dari hidung kanan. Darah yang keluar dari hidung kanan tidak
berhenti walau telah ditekan dengan kapas dalam beberapa menit. Mimisan ini baru
pertama kali dialami pasien. BAB biasa, BAK biasa. Kemudian pasien dibawa ke RS
FK-UKI dan disarankan untuk dirawat.
Dalam 3 bulan ini pasien dalam pengobatan tuberkulosis paru, nafsu
makan biasa, berat badan tidak turun, pasien juga sering mengalami panas tetapi
tidak setinggi sekarang dan tidak naik turun juga sering mengalami keringat pada
malam hari. Obat yang diminum sampai sekarang adalah Rifampisin, INH, Vitamin
B6, Amoxsan, dan Vometa sirup.

RIWAYAT KELAHIRAN
Tanggal lahir

: 20 Maret 2001

Anak ke

:2

Tempat bersalin

: Rumah Sakit

Penolong Persalinan

: Dokter

Cara persalinan

: Sectio Caesarea

Usia kehamilan

: cukup bulan (39 minggu)

Berat badan lahir

: 2600 gram

Panjang badan lahir

: 48 cm

RIWAYAT PERKEMBANGAN
Perkembangan fisik/motorik

Umur

Gigi pertama
Duduk
Jalan sendiri
Bicara
Membaca

8 bulan
7 bulan
15 bulan
Ibu lupa
-

IMUNISASI DASAR
Jenis

II

III

BCG
DPT
Polio
Tipa
Campak
Hapatitis B

KESAN : Imunisasi Dasar Lengkap

RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA


Disangkal
RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA
Disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Komposmentis

Frekwensi Nadi

: 120 x/menit (isi cukup, kuat angkat, reguler)

Tekanan darah

: 90 / 60 mmHg

Frekwensi Pernafasan: 30 x/menit (adekuat, reguler)


Suhu tubuh

: 38 O C (axilla)

Berat badan

: 13 kg

Tinggi badan

: 95 cm

Kepala

: bulat, lingkar kepala 48 cm

Rambut

: Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Mata

: Kelopak mata tidak cekung, konjunctiva tidak

Ulangan

pucat, sklera tidak ikterik


Telinga

: Lapang, serumen -/-

Hidung

: Lapang, sekret -/-, septum deviasi (-), pernafasan


cuping hidung (-)

Bibir

: Mukosa bibir lembab, sianosis sirkum oral tidak ada.

Gigi geligi

: Baik, karies tidak ada.

Lidah

: Tidak kotor, tremor (-)

Tonsil

: T1 T1, tidak hiperemis

Faring

: Tidak hiperemis

Leher

: Kelenjar Getah bening tidak teraba

Toraks
Inspeksi

: Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris


Retraksi suprasternal (-)

Palpasi

: Stem fremitus kiri dan kanan simetris

Perkusi

: Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor

Auskultasi

: Bising napas dasar vesikuler


Ronki -/- (basah halus), Wheezing (-)
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Perut datar

Auskultasi

: Bising usus (+) normal : 5 x/menit

Palpasi

: Perut lemas, Hepar dan Lien tidak teraba


Nyeri tekan tidak ada

Perkusi

: Timpani

Genitalia:
Laki-laki, fimosis (-), hipospadia (-), desensus testis (-)

Ekstremitas:
Akral hangat, sianosis tidak ada, petikie spontan (-), capillary refill < 2 detik.

Uji Rumple Leede (+).

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah : (Tanggal: 11 - 06 - 2004)

LED

: 6 mm/jam

Hb

: 13,6 g/dL

Eritrosit

: 5,16 juta/uL

Leukosit

: 18.500 /uL

Trombosit

: 156.000 /uL

Hematokrit

: 40 %

Hitung jenis

Eosinofil

:-

N.Batang

:-

N.Segmen

:4%

Limfosit

: 83 %

Monosit

: 12 %

Retikulosit

:1%

Air seni: (Tanggal: 11 - 06 - 2004)

BJ

: > 1030

pH

: 5, 5

Urobilin

:+

Lekosit

:23

Eritrosit

:01

Sel epitel

:+

Foto toraks
Tanggal

: 21-06-2004

Hasil

: Kesan Bronkopneumonia

RESUME
Pasien seorang anak laki laki umur 3 tahun 2 bulan, berat badan 13 kg, panjang
badan 95 cm, datang ke RS FK UKI dengan keluhan utama panas dan keluhan
tambahan muntah-muntah dan mimisan
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Komposmentis

Frekuensi Nadi

: 120x/menit (isi cukup, kuat angkat, reguler)

Tekanan darah

: 90 / 60 mmHg

Frekuensi Pernapasan: 30 x/menit (adekuat, reguler)


Suhu tubuh

: 38 O C (axilla)

Kepala

: Dalam batas normal

Mata

: Kelopak mata tidak cekung, konjunctiva tidak


pucat, sklera tidak ikterik

Telinga

: Dalam batas normal

Hidung

: Dalam batas normal

Bibir

: Dalam batas normal

Tonsil

: T1 T1, tidak hiperemis

Faring

: Tidak hiperemis

Leher

: Kelenjar Getah bening tidak teraba

Toraks
Inspeksi

: Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris


Retraksi suprasternal (-)

Palpasi

: Stem fremitus kiri dan kanan simetris

Perkusi

: Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor

Auskultasi

: Bising napas dasar vesikuler


Ronki -/- (basah halus), Wheezing (-)
Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Perut datar

Auskultasi

: Bising usus (+) normal : 5 x/menit

Palpasi

: Perut lemas, Hepar dan Lien tidak teraba


Nyeri tekan tidak ada

Perkusi

: Timpani

Genitalia:
Laki-laki, fimosis (-), hipospadia (-), desensus testis (-)

Ekstremitas:
Akral hangat, sianosis tidak ada, capillary refill < 2 detik.
Uji Rumple Leede (+).

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah : (Tanggal: 11 - 06 - 2004)

LED

: 6 mm/jam

Hb

: 13,6 g/dL

Eritrosit

: 5,16 juta/uL

Leukosit

: 18.500 /uL

Trombosit

: 156.000 /uL

Hematokrit

: 40 %

Hitung jenis

Eosinofil

:-

N.Batang

:-

N.Segmen

:4%

Limfosit

: 83 %

Monosit

: 12 %

Retikulosit

:1%

Air seni: (Tanggal: 11 - 06 - 2004)

BJ

: > 1030

pH

: 5, 5

Urobilin

:+

Lekosit : 2 3

Eritrosit

:01

Sel epitel

:+

Foto toraks
Tanggal

: 21-06-2004

Hasil

: Kesan Bronkopneumonia

DIAGNOSA KERJA :
1. Demam Berdarah Dengue derajat 2
2. TBC Paru
DIAGNOSA BANDING :
1. Bronkopneumonia

PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan:

Rawat inap

Diet: Lunak

IVFD: KAEN 3 B 12 tetes/menit (makro)

Obat:

o Amoxan 3 x 400 mg (IV)


o

Paracetamol 4 x 150 mg (PO)

Vometa sirup 3 x 1 cth

2. Rencana Pemeriksaan

Pemeriksaan feses lengkap

Test Widal

SOAP, 11 Juni 2004


BB: 13 kg PH: 1 hari PP: 3
S: Muntah 1 x pada saat makan, Panas(+),
mimisan (-)
O : Keadaan umum: Tampak sakit sedang

SOAP, 12 Juni 2004


BB: 13 kg PH: 2 hari PP: 4
S : panas (+), menggigil (+)
O : Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: komposmentis

Kesadaran: komposmentis

Frekuensi nadi: 110 X/menit

Frekuensi nadi: 120 X/menit

Frekuensi nafas: 30 X/menit

Frekuensi nafas: 30 X/menit

Suhu : 37,6 C

Suhu: 37,8 C

Hidung: lapang, sekret -/-

Hidung:pernafasan cuping hidung (-)

Mulut: Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis

Mulut : Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis


Faring hiperemis

Faring tidak hiperemis


Thorax :

I : pergerakan statis dinamis simetris


P: Stem fremitus simetris
Thorax :

P: sonor

I : pergerakan statis dinamis simetris

A: BND vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

P: Stem fremitus simetris, retraksi


suprasternal (-)

Abdomen : dalam batas normal

P: sonor

Ekstremitas : dalam batas normal

A: BND vesikuler, ronkhi -/-, wheezing+/+

Lab: - trombosit: 95.000


- hematokrit: 40 %

Abdomen : dalam batas normal

- Widal (-)
A: - Demam Berdarah Dengue derajat 2 dalam

Ekstremitas : dalam batas normal

perbaikan
- TBC Paru

A: - Demam Berdarah Dengue derajat 2


- TBC Paru
P: - Diet lunak
- IVFD: KAEN 3 B 12 tetes/menit (makro)
- Obat:

P: - Diet lunak
- IVFD: KAEN 3 B 12 tts/mnt (makro)
- Obat:

Amoxan 3 x 400 mg (IV)

Amoxan 3 x 400 mg (IV)

Paracetamol 4 x 150 mg (PO)

Paracetamol 4 x 150 mg (PO)

Vometa sirup 3 x 1 cth

Vometa sirup 3 x 1 cth

Rifampisin 1 x 150 mg (PO)

INH 1 x 150 mg

Vit B6 1x1 tab

1x1 pulv (PO)

SOAP, 13 Juni 2004


BB: 13 kg PP: 5 hari PH: 3
S : Panas (-), Menggigil (-), mual (+),
muntah (-), makan sedikit.

SOAP, 14 Juni 2004


BB: 13 kg PP: 6 hari PH: 4
S : Panas (-), Menggigil (-), mual (+),
muntah (-), makan mulai banyak

O: Keadaan umum: Tampak sakit sedang

O : Keadaan umum: Tampak sakit ringan

Kesadaran: komposmentis

Kesadaran: komposmentis

Frekuensi nadi: 100 X/menit

Frekuensi nadi: 110 X/menit

Frekuensi nafas: 33 X/menit

Frekuensi nafas: 30 X/menit

Suhu : 36,5 C

Suhu: 37,8 C

Hidung: dalam batas normal

Hidung: dalam batas normal

Mulut: dalam batas normal

Mulut: dalam batas normal

Thorax: dalam batas normal

Thorax: dalam batas normal

Abdomen: dalam batas normal

Abdomen: dalam batas normal

Ekstremitas: dalam batas normal

Ekstremitas: dalam batas normal

A: - Demam Berdarah Dengue derajat 2

A : - Demam Berdarah Dengue derajat 2

dalam perbaikan

dalam perbaikan

- TBC Paru

- TBC Paru

P: - Diet lunak

P : - Diet lunak

- IVFD: KAEN 3 B 12 tts/mnt (makro)


- Obat:

- Obat:

Cefspan 2 x 35 mg (PO)

Amoxan 3 x 500 mg (IV)

Paracetamol 4 x 150 mg (PO)

Paracetamol 4 x 150 mg (PO)

Vometa sirup 3 x 1 cth

Vometa sirup 3 x 1 cth

Rifampisin 1 x 150 mg (PO)

Rifampisin 1 x 150 mg (PO)

INH 1 x 150 mg

INH 1 x 150 mg

Vit B6 1x1 tab

Vit B6 1x1 tab

Elkana syr 1x1 cth (PO)

1x1 pulv (PO)

1x1 pulv (PO)

SOAP, 15 Juni 2004


BB: 13 kg PP: 7 hari PH: 5
S: Panas (-), mual (+), muntah (-), batuk (+)
tidak berdahak.

SOAP, 16 Juni 2004


BB: 13 kg PP: 8 hari PH: 7
S : Panas (-), Menggigil (-), mual (-),
muntah (-), batuk (+) tidak berdahak.

O: Keadaan umum: Tampak sakit ringan

O : Keadaan umum: Tampak sakit ringan

Kesadaran: komposmentis

Kesadaran: komposmentis

Frekuensi nadi: 120 X/menit

Frekuensi nadi: 110 X/menit

Frekuensi nafas: 36 X/menit

Frekuensi nafas: 30 X/menit

Suhu : 36,5 C

Suhu: 36,3 C

Hidung: dalam batas normal

Hidung: dalam batas normal

Mulut: dalam batas normal

Mulut: dalam batas normal

Thorax: dalam batas normal

Thorax: dalam batas normal

Abdomen: dalam batas normal

Abdomen: dalam batas normal

Ekstremitas: dalam batas normal

Ekstremitas: dalam batas normal

Lab: - trombosit: 114.000

Lab: - trombosit: 130.000

- hematokrit: 36 %

- hematokrit: 38 %

- DBT: - IgM: (+)


- IgG: (+)

A : - Demam Berdarah Dengue derajat 2


dalam perbaikan

A: - Demam Berdarah Dengue derajat 2

- TBC Paru

dalam perbaikan
- TBC Paru

P : - Diet lunak
- Obat:

P: - Diet lunak
- Obat:

Cefspan 2 x 35 mg (PO)

Paracetamol 4 x 150 mg (PO)

Cefspan 2 x 35 mg (PO)

Vometa sirup 3 x 1 cth

Paracetamol 4 x 150 mg (PO)

Rifampisin 1 x 150 mg (PO)

Vometa sirup 3 x 1 cth

INH 1 x 150 mg

Dysflatyl tab 3 x 1

Vit B6 1x1 tab

Rifampisin 1 x 150 mg (PO)

Elkana syr 1x1 cth (PO)

INH 1 x 150 mg

Vit B6 1x1 tab

Elkana syr 1x1 cth (PO)

1x1 pulv (PO)

1x1 pulv (PO)

DAFTAR PUSTAKA
1. Rampengan T.H, Dr., DSAK, Laurents I.R, Dr., DSA: Penyakit Infeksi Tropik
Pada Anak. EGC. 1997; 135 157. Halaman 135-143.
2. Hadinegoro Sri R.H, Satari Hinra G: Demam Berdarah Dengue. Naskah
Lengkap Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2004.
3. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. Buku Kuliah jilid. 2 Ilmu Kesehatan Anak.
Cetakan ke enam 1991.
4. Hadinegoro Sri R.H, Soegijanto Soedeng: Tatalaksana Demam Dengue di
Indonesia. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan. 2001

Anda mungkin juga menyukai