Hemoptisis
Hemoptisis
HEMOPTISIS
Bp.Pt umur 61 tahun, seorang pekerja bangunan.Bp.Pt periksa ke rumah sakit
karena batuk-batuk dengan dahak dan kadang-kadang dahak bercampur darah.Batuk
ini dialami sejak 6 bulan sebelumnya, tetapi dianggap batuk biasa.Bp.Pt adalah
seorang perokok.Sering berkeringat dingin pada malam hari.Merasa berat badannya
turun. Dari pemeriksaan didapatkan BB 48kg, TB 167cm, suhu 37,4oC, respirasi
28x/menit, nadi 114x/menit. Saat ini ia merasa sesak nafas. Radiologis menunjukkan
gambaran kesuraman di lapangan atas paru dan efusi pleura minimal.
STEP 1
1. Hemoptisis: keadaan batuk dengan pengeluaran darah yang tampak jelas dari
dalam traktus respiratorius.1
2. Dahak: Cairan dan lendir yang dihasilkan sel goblet di dalam paru dan sistem
pernapasan.2
3. Batuk: mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan yang merupakan
gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi tenggorokan karena
adanya lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya.3
4. Radiologis: cabang ilmu kesehatan mengenai zat radioaktif dan energi
pancarannya yang erhubungan dengan diagnosis dan pengobatan penyakit,
baik dengan cara radiasi ionisasi (seperti sinar X) maupun non-ionisasi
(ultrasonografi).1
5. Efusi pleura: suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah
yang
berlebihan
di
dalam
rongga
pleura,
yang
disebabkan
oleh
STEP 3
1. Batuk merupakan suatu refleks untuk membersihkan saluran pernapasan dari sekret
(berupa mucus), bahan nekrotik, benda asing, dan sebagainya. Refleks ini bisa pula
ditimbulkan berbagai rangsangan pada mukosa saluran pernapasan dan juga dari
rangsangan pleura parietalis. Batuk yang menetap cenderung di dapat pada perokok,
bronchitis, asma, sinusitis, dan kanker paru.
Sementara batuk darah biasanya timbul karena adanya lesi saluran pernapasan
dari hidung sampai paru yang juga mengenai pembuluh darah.Untuk mengetahui
penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa pendarahan tersebut berasal dari
saluran pernapasan bawah, dan bukan berasal dari nasofaring atau gastro instestinal.
Dengan perkataan lain bahwa penderita tersebut benar-benar batuk darah bukan
muntah darah.
Penyebab batuk berdarah (hemoptisis):
-
Minimal: 1-30cc.
Mild: 30-150cc.
Moderate: 150-500cc.
Massive: 600cc.
Batuk sudah terjadi 6 bulan sebelumnya dan tergolong sebagai batuk kronis.
Batuk akut
Batuk kronis
2. Keluar keringat dingin saat malam hari merupakan gejala khas pada infeksi kuman
Mycobacterium tuberculosa. Pada saat malam hari tubuh tidak melakukan aktivitas
menyebabkan metabolisme basalnya menurun. Saat terinfeksi kuman tersebut,
metabolisme akan meningkat di malam hari sehingga timbul keringat malam hari.
Keringat malam hari sendiri merupakan gejala subjektif berupa berkeringat di
malam hari yang diakibatkan oleh irama temperatur sikardian normal yang
berlebihan.Variasi antara suhu tubuh terendah dan tertinggi juga dapat mengakibatkan
keringat di malam hari.Pada TB paru keringat malam terjadi sebagai respon salah satu
molekul sinyal peptida yaitu tumor necrosis factor alfa (TNF-) yang dikeluarkan
oleh
sistem
imun
dimana
mereka
bereaksi
terhadap
bakteri
infeksius
(M.Tuberculosis).5
3. Sesak merupakan akibat kurang lancarnya pemasukan udara pada saat inspirasi atau
pengeluaran udara saat ekspirasi, yang disebabkan oleh adanya penyempitan ataupun
penyumbatan pada tingkat bronkeolus/bronkus/trakea/larings. Sebab lain adalah
karena berkurangnya volume paru yang masih berfungsi baik, juga berkurangnya
elastis paru, bisa juga karena ekspansi paru terhambat.
Pada saluran nafas besar, kandungan rokok akan menyebabkan sel mukosa
alveoli
Pada struktur saluran nafas terjadi perubahan anatomi dengan timbul
perubahan fungsi paru menjadi obstruksi paru dan dikenal sebagai PPOM
(penyakit obstruksi paru menahun)
Pasien bekerja sebagai tukang bangunan.Hubungan pekerjaan pasien dengan
IMT
BB
TB( m)2
Weight Status
< 18,5
18,5 - 24
25  29
48
(1,67)2 =
48
2,78
IMT
BB kurang (under weight)
Normal
Kelebihan BB (over weight)
> 30
-
Obesitas
Respiratory Rate 28x/ menit menunjukan takipnea dan Heart Rate 114x/ menit
juga menunjukkan takikardi. Hal itu terjadi karena peningkatan metabolisme
tubuh dan penurunan kapasitas difusi paru yang menyebabkan gangguan
pertukaran gas.
Suhu 37,4oC menunjukkan demam subfebris yang sering terjadi pada penderita
influensa. Keadaan ini sangat bergantung pada daya tahan tubuh penderita dan
Laki-laki
61 tahun
Perokok
Pekerja
bangunan
Rumah
Sakit
Anamnesis
-
Pmx fisik:
- BB : 48 kg
- TB : 167 cm
Diagnosa
Differential
- RR
: 28x/menit :
HR
:sementara
114x/menit TB
TBDiagnosa
paru,
kanker
paru,
Tatalaksana
& bronkitis
- suhu 37,4C
Infeksi
Pmx penunjang:
Tekanan hidrostatik
Edema
Transudasi
Cavum pleura
Skema Patofisiologi
EFUSI PLEURA
Sesak nafas
Nyeri dada
STEP 5
1.
2.
3.
4.
STEP 7
I.
Anatomi dan Fisiologi Pulmo dan Pleura
A. Anatomi Pulmo6
Pulmo atau paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan terletak
dalam rongga dada, kedua paru dipisahkan oleh mediastinum yang berisi jantung dan
pembuluh-pembuluh darah besar.
Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari3
lobus (lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo dekstra media,
lobus pulmo dekstra inferior) dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus
(lobussinistra superior dan lobus sinistra inferior).Tiap-tiap lobus terdiri dari
belahan yang lebih kecil yang bernama segmen. Paru-paru kiri memiliki 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior.
a. Perdarahan paru
Arteri Bronchiales (cabang aorta descenden) adalah yang memperdarahi bronkus,
jaringan ikat paru dan pleura visceralis. Vena Bronchiales (yang berhubungan dengan
vena pulmonales) mengalirkan darahnya ke V. Azygos dan V. Hemiazygos.
Alveoli menerima darah teroksigenase dari cabang-cabang terminal arteria
pulmonales cabang-cabang vena pulmonales  dua vena pulmonales atrium
sinistra jantung.
b. Aliran limfe paru
Pembuluh limfe berasal dari plexus superficialis dan plexus profundus.
Plexus superficialis (sub pleural) mengalirkan cairan dari permukaan paru ke
hilum pulmonalis lalu ke nodi bronchopulmonales.
Plexus profundus berjalan sepanjang bronkus dan arteri dan vena pulmonalis
ke
nodi
tracheobronchiales
bronchomediastinalis.
c. Persarafan paru
kemudian
menuju
truncus
lymphaticus
Pada radix tiap paru terdapat plexus pulmonalis yang terdiri atas serabut
eferen dan aferen saraf otonom. Plexus dibentuk dari cabang-cabang saraf simpatis
ndan menerima serabut-serabut parasimpatis dari bervus vagus.
B. Anatomi Pleura6
Pleura adalah membra tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura visceralis dan
parietalis.Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesothelial, jaringaan
ikat, dan dalam keadaan normal, berisikan lapisan cairan yang sangat tipis.Membran
serosa yang membungkus parekim paru disebut pleura viseralis, sedangkan membran
serosa yang melapisi dinding thorak, diafragma, dan mediastinum disebut pleura
parietalis.Rongga pleura terletak antara paru dan dinding thoraks.Rongga pleura
dengan lapisan cairan yang tipis ini berfungsi sebagai pelumas antara kedua
pleura.Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hillus paru. Dalam hal ini, terdapat
perbedaan antara pleura viseralis dan parietalis, diantaranya :
Pleura visceralis :
-
Permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesothelial yang tipis < 30mm.
Diantara celah-celah sel ini terdapat sel limfosit
Di bawah sel-sel mesothelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan
histiosit
Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-serat
elastik
Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak
mengandung pembuluh darah kapiler dari a. Pulmonalis dan a. Brakhialis
Pleura parietalis :
-
Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat (kolagen
dan elastis)
Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari a. Intercostalis
dan a. Mamaria interna, pembuluh limfe, dan banyak reseptor saraf sensoris
yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Keseluruhan berasal
C. Fisiologi Pulmo5
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang
telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi, volume
toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi
blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai faktor
utama.
D. Fisiologi Pleura
Cairan
permukaan
pleura
berfungsi
p l e u r a parietalis
untuk
dan
memudahkan
pleura
viseralis
kedua
bergerak
viseralis
lebih
besar
dari
pada
pleura
Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit, hanya beberapa
mililiter yaitu 1-5 ml. Dalam kepustakaan lain menyebutkan bahwa jumlah
cairan pleura sebanyak 12-15 ml. Kapanpun jumlah ini menjadi lebih dari
cukup untuk m e m i s a h k a n k e d u a p l e u r a , m a k a k e l e b i h a n t e r s e b u t
a k a n d i p o m p a k e l u a r o l e h pembuluh limfatik (yang membuka secara
langsung) dari rongga pleura ke dalam mediastinum, permukaan superior
dari diafragma, dan permukaan lateral pleural parietalis. Oleh karena itu,
ruang pleura (ruang antara pleura parietalis dan pleura v i s c e r a l i s )
disebut
ruang
potensial,
karena
ruang
ini
normaln ya
begitu
II.
Hemoptisis 5,7,8
Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah, atau
berupa
darah. Setiap
proses
yang
mengakibatkan perdarahan.
Untuk membedakan antara muntah darah (hematemesis) dan batuk darah
(hemoptoe) bila dokter tidak hadir pada waktu pasien batuk darah, maka pada batuk
darah (hemoptoe) akan didapatkan tanda-tanda sebagai berikut :
Tanda-tanda batuk darah:
-
makanan.
pH asam.
Frekuensi muntah darah tidak sekerap hemoptisis.
Pembagian Hemoptisis menurut jumlah darah yang keluar:
1. Pursel
Derajat I : bloodstreak
Derajat II: 1-30 ml / 24 jam
Derajat III: 30-150 ml / 24 jam
Derajat IV: 150-500ml / 24 jam
2. Masive: > 500ml / 24 jam
a. Etiologi8
- Traktus respiratorius
 Bronkitis
 Bronkiektasis
 Aspergilosis
 Neoplasma
- Paru-paru
 Emboli pulmoner
 Tuberkulosis
 Pneumonia
 Abses paru
- Ekstrarespiratotius
 Penyakit jantung : kegagalan ventrikel kiri, stenosis mitralis
 Trauma : trauma oleh karena penetrasi pleura akibat iga yang patah
 Sindrom goodpasture : merupakan suatu penyakit autoimun yang
mengenai pembuluh kapiler paru dan glomerolus ginjal, karena pada
b. Patofisiologi4
Pada TB paru hemoptisis terjadi karena proses ulserasi mukosa dan dinding
pembuluh darah pada lesi. Hemoptisis masif terjadi karena iritasi dari Aneurisme
Rasmussen pada dinding kavitas.
Sumber perdarahan : arteri bronkialis (dari bronkus utama sampai terminalis),
arteri pulmonalis, anastomosis arteri dan ena bronkopulmonal.
Berdasarkan letak lesi :
- Perdarahan pada lesi endobronkial (sirkulasi bronkial)
- Perdarahan pada lesi parenkima (sirkulasi pulmonal)
Berdasarkan penyakit yang mendasari :
-
Carsinoma bronkogenik:
Perdarahan berasal dari nekrosis tumor, hipervaskularisasi pada tumor, invasi
c. Penegakan Diagnosa
Anamnesis
- Onset : Sudah berapa lama hemoptisis berlangsung?
- Lokasi : Darimanakah lokasi sumber perdarahan? Nasofaring? Paru? Adakah
-
banyak dan darah yang keluar banyak? Setelah minum obat dahakk
bercampur darah berkurang?
Fundamental 4 :
-
sempurna.
 Status gizi bisa normal atau BB kurang.
 Suhu : demam.
Palpasi paru dan jantung
Adanya nyeri tekan pada dada (paru), adanya pergerakan pernafasan
yang tertinggal, pada traktil fermitus suara terdengar melemah. Apakah
d. Komplikasi7
-
e. Penatalaksanaan
Suplementasi oksigen
Penderita dengan keadaan umum berat dan refleks batuk kurang adekuat,
maka posisi penderita Tredelenberg untuk mencegah aspirasi darah ke sisi
yang sehat
Bronkoskopi terapeutik
 Bilas bronkus dengan larutan garam fisiologis dingin (iced saline lavage)
 Pemberian obat topikal
 Tamponade endobronkial
 Fotokoagulasi laser (Nd-YAG Laser)
Terapi non-bronkoskopik
 Pemberian terapi medikamentosa
 Vasopresin intravena
 Asam traneksamat (antifibrinolitik)
 Kortikosteroid sistemik  pada autoimun
 Gonadotropin releasing hormon agonist (GnRH) atau danazol 
hemoptisis katamenial
 Antituberkulosis, antijamur ataupun antibiotik
 Radioterapi
Embolisasi arteri bronkialis dan pulmoner, teknik ini terutama dipilih untuk
penderita dengan penyakit bilateral, fungsi paru sisa yang minimal, menolak
operasi ataupun memiliki kontraindikasi tindakan operasi
Bedah
Prioritas tindakan awal  penderita lebih stabil, kemudian mencari sumber dan
penyebab perdarahan
III.
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi.
a. Etiologi
- Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan
seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum,
-
Efusi eksudat :
Terjadi bila ada proses peradangan yang mengakibatkan permeabilitas kapiler
meningkat sehingga sel mesothelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi
pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. penyebabnya yang paling sering
Efusi transudat
Transudat terbentuk karena perubahan faktor sistemik yang mempengaruhi
infeksi
Permeabilitas vaskuler
Tekanan hidrostatik
edema
transudasi
Cavum pleura
Efusi pleura
c. Penegakan Diagnosa
Anamnesis
Anamnesis terdiri dari secret seven, dimana dokter menggali informasi
gejala dan tanda-tanda penyakit penderita berdasarkan :
- keluhan utamanya : baruk-batuk dengan dahak, kadang disertai darah.
- lokasinya : traktuss respiratorius
- onsetnya : pertama di anggap batuk biasa, kemudian batuk berdahak dan
kadang disertai darah. Sering berkeringat di malam hari dan merasa BB
-
turun
kronologis : batuk dialami sejak 6 bulan sebelumnya.
kualitas : semakun lama batuk semakin berat dan dahak kadang bercampur
darah
derajat  kuantitas : factor pengubah : gejala lain yang menyertai : keringat dingin pada malam hari
Kemudian fundamentak four, dimana dokter menggali informasi lebik
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kasus terdiri dari 4 pokok utama, yaitu :
- Inspeksi. Melihat pasien dengan teliti dan seksama.
Terdiri dari inspeksi keadaan umum penderita seperti :
 tingkat kesadarannya : biasanya berupa compos mentis atau letargi.
 Wajah : biasanya pucat atau lemas, adanya tanda-tanda pernafasan
cenderung
memilih
duduk
dengan
sempurna.
 BB : 48 KG
 TB : 167 CM
 Suhu : 37,40C
Palpasi paru
Adanya nyeri tekan pada dada (paru), adanya pergerakan pernafasan
yang tertinggal, pada traktil fermitus suara terdengar melemah.
Perkusi paru
 Perkusi paru : biasanya berupa hipersonor.
 Perkusi batas paru-hati
 Perkusi peranjakan paru
Auskultasi paru : biasa berupa pleura friction rub dan terdengar adanya
dilakukan drainase.
Large efusi : lebih dari separuh hemithorakk pada lateral decubitus; cairan
terlokalisie dan perlu dilakukan drainase.
USG
Alat diagnostik dan alat bantu torakosentesis.
Kelebihan USG :
 Dapat membedakan massa dan cairan
 Menentukan lokasi cairan pleura
 Menilai kelainan subpulmonal atau subfrenik
CT Scan dada
Potongan cross sectional mampu menunjukkan kelainan anatomi secara tepat
(rongga pleura dan parenkim, empiema, masa, cairan terlokalisir)
Torakosentesis
Aspirasai pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterioe dengan
jarum abbocath no 14 atau 16.Diambil maksimal 1000-1500 cc.
Laboratorium
Menurut kriteria light dkk:
 Rasio protein CP / protein serum >0,5
 Rasio lactate dehidrogenase (LDH) CP / LDH serum > 0,6
 LDH CP > 2/3 batas atas nilai normal LDH serum
Eksudat : memenuhi 1 atau lebih kriteria
Transudat : tidak memenuhi ketiganya
Lainnya : PH dan glukosa
Sitologi cairan pleura
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura amat penting untuk diagnosis
penyakit pleura, terutama bila ditemukan sel-sel patologis atau sel-sel tertentu, yaitu:
Sel mesotel : bila jumlahnya meningkat, ini menunjukan adanya infark paru
d.
-
Komplikasi
Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum)
Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)
Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam, menyebabkan udara
Torakosintesis
Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan
tampilan, sitologi, berat jenis. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak),
berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa
mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
Torakosentesis dilakukan untuk tujuan mencari penyebab ataupun menghilangkan
rasa sesak dengan cara mengeluarkan cairan serta memasukan antibiotik dan
antiseptik ke rongga pleura pasien. Kontra indikasi adalah pada pasien yang
mengalami kelainan pembekuan darah. Torakosentesis dilakukan pada posisi duduk,
untuk menentukan batas atas dari efusi dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik.
Torakosentesis dilakukan di sela iga di linea aksilaris, Pungsi pleura diantara
linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. linea aksilaris posterior
ujung tulang belikat dan linea aksilaris anterior di bawah permukaan cairan, dan
permukaan kulit tempat tusukan harus bebas dari segala penyakit dan jarum tusukan
sedalam 5  10 cm ke arah vertebra.. Analisa Cairan Pleura.Normal cairan pleura
seperti air, tidak berwarna dan tidak berbau.
IV.
No
1.
Definisi
2.
Etiologi
TB Paru
Penyakit infeksi bakteri
menahun
yang
menyerang pulmo
Bakteri Mycobacterium
Ca. Paru
Pertumbuhan
sel
kanker
yang tidak
terkendali pada jaringan
paru
Zat-zat
Bronkitis Kronik
Radang
pada
bronkus yang terjadi
lebih dari 6 minggu
asap
rokok
3.
4.
5.
Gejala Klinis
Cara
penularan
Pemeriksaan
Fisik
tuberculosis.
Merupakan
kuman
yang bersifat aerob,
dormant (dapat bangkit
kembali), dan banyak
mengandung
lipid
(BTA)
 Demam (subfribril)
 Batuk/hemoptisis
 Nyeri dada
 Mallaise
(nafsu
makan
menurun,
berat
badan
menurun, nyeri otot,
keringat
pada
malam hari, dll)
Droplet nuclei
beracun/karsinogen,
(tembakau),
debu
seperti : Rokok, polusi, dan asap industri,
makanan penumbuh sel polusi udara
kanker
Batuk/hemoptisis
Mengi/wheezing
Atelektasis
Dyspnea
Nyeri dada
Batuk
dahak/batuk
produktif
Dahak
kental
dan purulen
Sesak napas
Mengi
Endogenik
1. Pada
inspeksi 1. Pada
inspeksi 1. Pada
inspeksi
didapat : keadaan
ditemukan hal yang
pasien
terlihat
umum
agak
sama
kesusahan
palpasi
menderita, anemis, 2. Pada
bernpas dan ada
didapatkan
pernapasan
sulit,
napas
yang
pembesaran paru,
konjungtiva anemis,
tertinggal,
nyeri tekan pada
penurunan
status
diikuti
suara
lapangan
paru,
dan
gizi
mengi
2. Pada
palpasi
retraksi
otot-otot 2. Pada auskultasi
didapatkan atrofi,
interkostalis
terdengar suara
perkusi
retraksi
otot-otot 3. Pada
surau krok-krok
ditemukan
suara
interkostal
dan
dikarenakan
redup
pada
pernafasan
yang
adanya
dahak
lapangan paru yang
tertinggal
tang tersumbat
3. Pada
perkusi
terdapat sel kanker
3. Pada
perkusi
didapatkan
suara
didapat
suara
apex paru yang redu
timpani
pada
(dikarenakan
lesi
sebagian
TB di bagian apex
lapangan paru
Pemeriksaan
Penunjang
 Foto
Rontgen
Sitologi
Uji BTA
Terlihat
suram
7.
8.
Uji
Tuberkulin
Pencegahan
Vaksinasi
BCG,
memakai masker, dll
Pengobatan
Kombinasi
obatobat pilihan adalah
isoniazid
(hidrazid
asam isonikkotinat =
INH)
dengan
etambutol(EMB) atau
rifamsipin (RIF).
Dosis lazim INH untuk
orang dewasa biasanya
5-10mg/kg
atau
sekitar 300 mg/hari,
EMB,
25
mg/kg
selama 60 hari,
kemudian
15mg / kg ,R IF
Hindari etiologi
Hindari etiologi
Pembedahan
Terapi radiasi
Kemoterapi
Obat-obatan
penghambat kanker
paru,
seperti
:
erlotinib
Bronkodilator
Mukolitik
Terapi oksigen
Antibiotika
xamthone plus
60 0 mg
s e h a ri .
Gagal Jantung
Etiologi
Manifestasi
Klinik
s ek al i
Bronkiektasis
Mitral Stenosis
Kongenital, Obstruksi Penyakit
Disfungsi
miocard
(Kegagalan
miokard)
Beban Tekanan
Berlebihan
Beban
Volum
Berlebihan
Kebutuhan
Metabolik Yang
Meningkat
Hambatan
Pengisian
Ventrikel
CHF kiri
Batuk
kronik,
Penurunan
hemoptisis,
dyspnea,
kapasitas aktivitas
Dispnea (mengi, demam berulang
orthopnea, PND)
Batuk
(hemoptisis)
Letargi
dan
kelelahan
Penurunan nafsu
makan dan berat
badan
Kulit lembab
Tekanan
darah
(tinggi,
rendah
Bronkus
Jantung
Rematik
Sesak napas
Orthopnea
Paroxysmal
nocturnal
dyspneu
Hemoptisis
Palpitasi disertai
fibrilasi atrial
Sakit dada (chest
pain
Suara
(hoarseness)
parau
Diagnosis
atau normal)
Denyut
nadi
(volume normal
atau
rendah)
(alternans/takikar
dia/aritmia)
Pergeseran apeks
Regurgitasi
mitral fungsional
Krepitasi paru
( efusi pleura)
CHF kanan
Pembengkakan
pergelangan kaki
Dispnea (namun
bukan orthopnea
atau PND)
Penurunan
kapasitas aktivitas
Nyeri dada
Denyut
nadi
(aritmia
takikardia)
Peningkatan JVP
Edema
Hepatomegali
dan ascites
Gerakan
bergelombang
parasternal
S3 atau S4 RV
Efusi pleura
EKG
:
pembesaran
ventrikel
kanan/kiri, atrium
kanan/kiri
Ada
ronki
basah,
pada
lobus
paru
bawah
Pf : mitral facies,
diastolic
thrill,
bunyi jantung I
mengeras,
Foto toraks :
Kongesti
vena
paru,
berkembang
menjadi edema
interstitial;
Redistribusi
vaskular
pada
lobus atas paruparu;
Kardiomegali
Laboratorium:
Hipona
tremi
Hipoka
lemi/kalium
normal/hiperkal
emi pada tahap
lanjut
BUN
meningkat
Kreatin
in meningkat
Urine
pekat,
berat
jenis
meningkat,
natrium
menurun
Alkali
fosfatase
meningkat
SGPT
meningkat
AST
meningkat
Retraksi
Tes
lab
opening
:
snap,
murmur diastolik,
Proteinuria,
murmur
Polisitemia
presistolik,
graham
-
steel
murmur
EKG : gelombang
P lebar dengan
notch di lead II,
RVH (deviasi axis
ke kanan)
Radiologi :atrium
kiri
membesar,
vena
pulmonal
menonjol,
-
kongesti paru
ECHO
penebalan
karena
katub
fibrosis,
berkurangnya
pembukaan katub
mitral, RVH.
Penatalaksa
naan
ECHO : cardiac
tamponade
Diuretik
Drainase, Pembedahan
Penghambat ACE
Penyekat Beta
Antagonis
penyekat reseptor
angiotensin II
Glikosida jantung
(digitalis)
Kombinasi
Hidralazin
dengan
Isosorbide
Dinitrat (ISDN)
Antikoagulan &
antiplatelet.
Antibiotik
untuk
mencegah
-
reaktivasi PJR
Digitalisasi untuk
dekompensasio
kordis
Pembatasan garam
DAFTAR PUSTAKA
1. Horrison. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume I edisi 13. Jakarta :
EGC
2. Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland ed. 29. Jakarta :
EGC.
3. Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi kedokteran ed.9.
Jakarta:
EGC
4. Mansjoer, Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius
5. Price, Sylvia. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi
6. Jakarta:EGC
6. Snell, Richard. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran edisi 6.
Jakarta: EGC.
7. Sudoyo, W. A., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.
8. Mattingly, D & Seward, C. diterjemahkan : Hartono, A., dkk. Bedside
Diagnosis. Edisi ketigabelas. Yogyakarta : FK UGM)
9. Huon H et all. 2005. Lecture Notes Kardiologi. Jakarta: EMS.
10. Pembekalan dr. Kuntio S. Herlambang, SpPD.