merdeka belajar

Merdeka belajar merupakan konsep pembelajaran yang menciptakan situasi bebas dan mandiri bagi siswa dan lembaga mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi. Dengan merdeka belajar diharapkan tujuan mengurangi beban administrasi guru selain tugas pokok pendidikannya dapat tercapai. Selain itu, melalui pembelajaran mandiri, guru diharapkan dapat mengembangkan strategi untuk mengembangkan metode pengajaran yang lebih kreatif, inovatif dan adaptif dengan lingkungan. Merdeka belajar bagi siswa juga bertujuan menstimulasi kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan logis dan merenungkan apa yang mereka pelajari. Konsep Merdeka belajar jika dilakukan dengan persiapan matang berpeluang besar untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan. Kurikulum merdeka merupakan kurikulum menggunakan pembelajaran intrakurikuler yg beragam. Kurikulum merdeka serius dalam konten – konten yg esensial supaya siswa mempunyai kemampuan saat mendalami konsep & menguatkan kompetensi. Berbagai studi nasional juga internasional menerangkan bahwa Indonesia sudah mengalami krisis pembelajaran. Menurut Undang-undang tentang Perlindungan terhadap Anak Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih dalam kandungan. Adapun tujuan capaian pembelajaran di PAUD adalah memberikan arah yang sesuai dengan usia perkembangan anak pada semua aspek perkembangan (nilai agama- moral, fisik motorik, emosi-sosial, bahasa, dan kognitif) agar anak siap mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan demikian, anak menunjukkan kegemaran mempraktikkan dasar-dasar nilai agama dan budi pekerti; kebanggaan terhadap jati dirinya; kemampuan literasi dan dasar-dasar sains, teknologi, rekayasa, seni dan matematika untuk membangun kesenangan belajar dan kesiapan mengikuti pendidikan dasar. Kegiatan pembelajaran intrakurikuler dirancang agar anak dapat mencapai kemampuan yang tertuang di dalam capaian pembelajaran. Capaian Pembelajaran dan Profil Pelajar Pancasila memiliki keterkaitan yang sangat erat. Rancangan pembelajaran yang disiapkan oleh guru harus bisa memberikan stimulasi supaya anak bisa mengenal agamanya, beribadah sesuai agamanya dengan tetap menunjukkan toleransi kepada pemeluk agama lain serta dapat berperilaku sopan. Seperti yang dikatakan Ki Hadjar Dewantara, belajar ilmu saja tidak cukup, siswa harus menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan nyata.
Kata Kunci : Implementasi, Kurikulum Merdeka, PAUD

Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) merupakan kebijakan Mendikbud yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Kampus Merdeka memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memilih mata kuliah yang akan mereka ambil.

Oleh: Nur Laili Kemajuan zaman dan teknologi menuntut manusia mengikuti derasnya perkembangan. Internet of things buah dari revolusi industry 4.0 menjadi penggerak kehidupan manusia saat ini. Roadmap yang ditawarkan adalah dengan menggunakan Big Data sebagai sumber perindustrian. Perusahaan yang cepat bergerak dan lihai dalam mengambil peluang akan mampu bertahan dalam disrupsi tersebut. Nama dan modal besar suatu perusahaan sudah tidak menjadi penentu kesuksesan. Dampak dari IoT adalah terkoneksinya banyak benda dengan internet, bukan hanya manusia dengan manusia. Manusia yang tidak terampil dan kreatif, sudah pasti akan tergeser dan digantikan perannya oleh artificial intelligence atau kecerdasan buatan. Kolom pakar UGM merilis bahwa pada tanggal 21 Januari 2019, kantor PM Jepang menciptakan skema yang lebih humanis, disebut Society 5.0. Skema tersebut bertujuan untuk mengamankan posisi manusia ketika dihadapkan dengan kecerdasan buatan. Konsep Masyarakat 5.0 berpusat kepada manusia (human centered) dan berbasis teknologi (technology centered). Roadmap society 5.0 sebagai tindak lanjut atas era disrupsi dan Revolusi Industri 4.0. Arief Budiman (Guru besar Fakultas Teknik UGM) (2019) mengatakan bahwa melalui Masyarakat 5.0 kecerdasan buatan akan mampu untuk mentransformasikan jutaan data yang dikumpulkan dalam internet ke dalam segala bidang kehidupan. Penekanan dalam maysarakat 5.0 adalah keseimbangan antara pencapaian ekonomi, dan peranan sosial dalam masyarakat. Keidanren (Japan Business Federation) (2016) menyajikan, sesuai tujuan Society 5.0 adalah agar "setiap individu termasuk orang tua dan wanita dapat hidup aman dan terjamin kehidupan yang nyaman dan sehat dan setiap individu dapat mewujudkan gaya hidup yang diinginkannya". Sebagai contohnya Jepang sedang mengembangkan drone agar dapat menjadi media mengirim barang, mensurvei tempat, dan alternative penolong ketika bencana.

Seiring dengan perkembangan zaman, dunia pendidikan terus mengalami perkembangan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim telah menetapkan 4 pokok kebijakan bidang pendidikan nasional melalui program “Merdeka Belajar”. Salah satu pokok kebijakan tersebut adalah mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP). Berdasarkan hal tersebut, peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan kebijakan merdeka belajar dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis konten dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, Pertama, berdasarakan konsep Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan format yang sudah ada selama ini dianggap bersifat kaku. Sehingga, kebijakan merdeka belajar dalam pemangkasan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari yang awalnya 13 komponen menjadi 3 komponen dianggap lebih efisien dan efektif, yang nantinya guru memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran. Kedua, penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus memiliki dan memerhatikan prinsip utamanya, yaitu: (1) efisien, penyusunan RPP harus efisien berarti penulisan RPP dilakukan dengan tepat dan tidak banyak menghabiskan waktu dan tenaga; (2) efektif, penyususan RPP harus efektif berarti penulisan RPP dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran; dan (3) berorientasi pada peserta didik, berarti penulisan RPP dilakukan dengan mempertimbangkan kesiapan, ketertarikan, dan kebutuhan belajar peserta didik di kelas, sehingga nantinya dapat meningkatkan minat belajar peserta didik. Ketiga, penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dianggap lebih efektif dan efesien, karena guru menjadi lebih fokus terhadap penguasaan materi pelajaran yang nantinya akan disampakaikan kepada peserta didik. Selain itu, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) satu lembar juga memberikan waktu terhadap guru untuk istirahat serta memersiapkan dan mengevaluasi pembelajaran dengan kualitas mengajar yang lebih baik lagi.

Pada dasarnya pendidikan jasmani mengajak siswa bergerak dengan fisik untuk belajar demi mendapatkan ilmu pengetahuan, namun saat ini gerakan aktivitas fisik harus sesuai dengan protokol kesehatan, karena sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Merdeka belajar telah diinstruksikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2020 ini untuk dilaksanakan di Lembaga Pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia. Kemerdekaan dalam belajar yaitu kebebasan lembaga pendidikan dalam merancang kebijakannya yang agar pendidik terhindar dari birokratisasi yang rumit serta peserta didik dapat memilih bidang pendidikan yang mereka senangi (Kemendikbud, 2020)

The urgency of Merdeka Belajar policy is certainly a challenge for teachers to carry out the learning process in schools. This policy makes teachers have to independently find methods and ways of learning that suit the situation in school. This study aims to explore teachers' perceptions regarding Merdeka Belajar policy that will be applied today. A mixed research design was used in this study by involving thematic content analysis to get an overview of teachers' perceptions about the implementation of Merdeka Belajar policy at schools. Then the researcher tested the extent of the teacher's readiness to use a portfolio instrument which was an implementation of Merdeka Belajar. This study involved 30 teachers who received a set of open-ended questionnaires, conducted the FGD process, and filled out a portfolio assessment questionnaire. The results showed that the majority of teachers considered Merdeka Belajar policy to be an effective alternative in providing instruction to students in accordance with the resources owned by the school. However, technically, teachers feel the need to be given structured socialization, clear guidance, and freedom based on the abilities and personalities of teachers in schools. In addition, the percentage of portfolio instruments usage seems to have been widely practiced in learning activities.

Buku ini berisi tentang bagaimana implementasi Kampus Merdeka dan target pencapaian IKU Perguruan Tinggi dapat dioptimalkan dalam rangka mengatasi persoalan bangsa, khususnya stunting. Selain itu, buku ini juga berisi tentang hasil pemikiran kontributor dari berbagai latar belakang profesi dan keilmuan. Hasil pemikiran tersebut ada yang berupa hasil penelitian dan kajian literatur. Pembahasan dibagi menjadi empat bagian. Bagian satu menjelaskan tentang bagaimana Universitas Teuku Umar melaksanakan Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) tahun 2021 yang fokus pada penanganan stunting di enam kabupaten di Provinsi Aceh. Bagian dua berkaitan dengan kajian sosial dan ekonomi dalam ruang lingkup isu stunting. Bagian tiga berisi kajian hukum dan politik tentang penanganan stunting. Bagian empat pembahasan tentang industri pertanian dan marina sebagai alternatif solusi penanganan stunting.

Merebaknya pandemi COVID-19 di awal tahun 2020 di seluruh dunia, telah mengubah tatanan kehidupan dan perilaku seluruh masyarakat. Seluruh kegiatan belajar, bekerja, maupun kegiatan sosial dilarang dilakukan karena melibatkan kerumunan massa yang berpotensi menimbulkan kontak fisik sebagai salah satu cara penyebaran virus Corona.

Penerapan merdeka belajar dalam sistem pembelajaran daring tentunya tidak serta merta lancar dan tanpa hambatan. Pada faktanya banyak peserta didik yang kecanduan terhadap gadget dan media sosial yang digunakan untuk kesenangan belaka tanpa didominasi oleh proses belajar. Untuk menjawab permasalahan ini, penulis menyediakan saran berupa penerapan self management program guna mengurangi perilaku kecanduan media sosial. Menyusun self management program harus disertai observasi dan analisis terhadap target perilaku serta dampak yang ditimbulkan dari adanya target perilaku tersebut. Prosedur self management program yang dapat dilakukan salah satunya dengan menerapkan sistem punishment. Dengan berkurangnya perilaku kecanduan media sosial diharapkan sistem merdeka belajar yang dicanangkan oleh pemerintah dapat diterapkan secara efisien.

Pandemi Covid-19 merubah hampir semua kegiatan untuk dilakukan dari rumah termasuk kegiatan pembelajaran di tingkat pendidikan tinggi. Walaupun kini telah diterapkan sistem pembelajaran jarak jauh atau daring, bukan berarti tidak perlu dilakukan sebuah inovasi. Di masa sebelum terjadi pandemi yang mana mahasiswa menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar di kampus, hal ini ternyata dirasa kurang mendukung mahasiswa untuk berkarya setelah melepas diri dari perguruan tinggi. Demi mewujudkan pendidikan Indonesia yang unggul, pemerintah berupaya membentuk suatu program Merdeka Belajar-Kelas Merdeka. Program tersebut memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar di luar pembelajaran perguruan tinggi karena mereka berhak mengasah kemampuan diri di luar mata kuliah yang diambil. Dengan begitu, ketika lulus mahasiswa akan memiliki soft skill yang memadai sehingga terbentuklah sumber daya manusia yang unggul.

Kampus Mengajar sebagai bagian dari program Kampus Merdeka yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa belajar dan mengembangkan diri lewat aktivitas di luar kampus. Dalam pelaksanaannya, mahasiswa diharapkan bisa membantu Bapak/Ibu guru serta siswa-siswi SD untuk mendapat kesempatan belajar yang optimal ditengah kondisi pandemi Covid-19. Sekolah yang menjadi sasaran dalam pelaksanaan program ini adalah SD Islam Subulussalam yang berlokasi di Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Program yang diusulkan meliputi: Pembuatan Pohon Literasi, Pembuatan Majalah Dinding, Senam Sehat, Pembagian Masker, Memberikan Kelas Tambahan Bahasa Inggris dan Calistung lewat Kelompok Belajar (KeJar), Penerapan Protokol Kesehatan, Membantu Administrasi, Pendampingan Pengajaran, Pembelajaran Berbasis Proyek, Evaluasi Kegiatan, serta Menata Perpustakaan dan Donasi Buku. Dari program kegiatan yang telah dilaksanakan terdapat beberapa hambatan, antara lain: waktu libur yang terlalu panjang, pandemi Covid-19 yang membuat kegiatan di sekolah tidak bisa optimal, sulitnya mengumpulkan semua rekan untuk melaksanakan kegiatan, donasi buku yang sedikit, dan beberapa hal lainnya. Perbedaan rencana dan teori yang diberikan saat pembekalan dengan kenyataan dilapangan membuat mahasiswa harus berpikir kritis, cepat, dan mengambil keputusan tepat agar kegiatan dapat berjalan dengan optimal.
Kata Kunci: Kampus Mengajar, SD Islam Subulussalam, Pandemi Covid-19.

ABSTRAK-Tujuan disusunnya artikel penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dinamika pendidikan di Indonesia dalam upaya peningkatan kualitas dan mutunya. Yang mana dalam hal ini merupakan permasalahan klasik yang masih terus diupayakan penyelesaiannya. Dalam hal ini, permasalahan klasik yang sering muncul ialah mengenai kurangnya penghargaan terkait dengan bagaimana tugas seorang guru. Kesenjangan-kesenjangan yang terjadi akibat dari perbedaan status antara PNS dan pegawai swasta/honorer yang masih belum diangkat, menjadi permasalahan klasik yang selalu jadi sorotan. Peningkatan kualitas mutu juga mengalami berbagai dinamika yang menarik untuk disimak dan dipahami, bahwa sejatinya dalam meningkatan kualitas pendidikan, pemerintah selalu mengupayakannya. Seiring berkembangnya zaman, globalisasi membawa pengaruh yang besar, terutama dalam hal ini dalam bidang pendidikan. Upaya modernisasi selalu dilakukan dengan berbagai inovasiinovasi. Namun, dalam upaya-upaya yang terjadi, seperti bergantinya masa pemerintahan, selalu menjadi permasalahan pokok yang dinamis, karena dalam hal ini mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang masih bersifat uji coba, atau bahkan bisa dikatakan baru setengah jalan.

Kata Kunci: Jokowi-Ma’ruf Amin, Pendidikan Indonesia, Merdeka Belajar.

ABSTRACK- The purpose of this research article is to find out how the dynamics of education
in Indonesia are in an effort to improve its quality and quality. Which in this case is a classic
problem that is still being pursued to solve. In this case, the classic problem that often arises
is the lack of appreciation related to how a teacher does the job. The gaps that occur as a result
of the difference in status between civil servants and private/honorary employees who have not
been appointed have become classic problems that are always in the spotlight. Improving the
quality of quality also experiences various interesting dynamics to listen to and understand,
that in fact, in improving the quality of education, the government always strives for it. Along
with the development of the times, globalization brings a great influence, especially in this case
in the field of education. Modernization efforts are always carried out with various innovations.
However, in the efforts that occur, such as the change of government period, it is always a
dynamic main problem, because in this case it affects policies that are still piloting, or can
even be said to be only half way. The focus of this research is the leadership of President
Jokowi-Ma'ruf Amin, programs related to the reign of Jokowi-Ma'ruf Amin, are the result of a
major program of the Ministry of Education and Culture, Research and Technology, namely:
Merdeka Learning, which has various forms of programs, such as: procedures, funding,
infrastructure, technology, leadership, curriculum, pedagogy, and assessment.

Keywords: Jokowi-Ma’ruf Amin, Indonesian Education, Free to Learn (Merdeka Belajar).

Dimasa pandemi ini pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yakni merdeka belajar. Dengan memiliki 4 kebijakan. Salah satunya yakni UN diganti menjadi assessment dan survei karakter. Dengan tujuan untuk memperbaiki sistem belajar dan mengontrol pelajaran disetiap siswa meskipun dalam pembelajaran daring atau online .

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim kembali meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar. Diberi tajuk Kampus Merdeka, kali ini, terdapat empat penyesuaian kebijakan di lingkup pendidikan tinggi. Kebijakan pertama adalah otonomi bagi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Swasta (PTS) untuk melakukan pembukaan atau pendirian program studi (prodi) baru. Otonomi ini diberikan jika PTN dan PTS tersebut memiliki akreditasi A dan B, dan telah melakukan kerja sama dengan organisasi dan/atau universitas yang masuk dalam QS Top 100 World Universities. Pengecualian berlaku untuk prodi kesehatan dan pendidikan. Ditambahkan oleh Mendikbud, “Seluruh prodi baru akan otomatis mendapatkan akreditasi C”. Kebijakan Kampus Merdeka yang kedua adalah program re-akreditasi yang bersifat otomatis untuk seluruh peringkat dan bersifat sukarela bagi perguruan tinggi dan prodi yang sudah siap naik peringkat. Mendatang, akreditasi yang sudah ditetapkan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Ti...

Pendidikan yang memerdekakan merupakan pendidikan yang menekankan pada kualitas fitrah manusia secara komprehensif, yakni pendidikan tanpa tekanan, pendidikan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya secara bebas, nyaman, tenang, dan gembira bagi peserta didik.

Maka dari itu, untuk memahami secara jauh, maka diperlukan telaah dalam kaca mata sosiologi pendidikan dengan penekanan pada teori fungsionalisme dan teori konstruktivisme.

Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) merupakan kebijakan Mendikbud yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Kampus Merdeka memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memilih mata kuliah yang akan mereka ambil.

Lahirnya kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) merupakan keniscayaan bagi perguruan tinggi untuk menyesuaikan kembali sistem dan model penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia. MBKM diharapkan tidak hanya diimplementasikan untuk pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi, tetapi juga dapat berkontribusi terhadap penyelesaian masalah bangsa, seperti stunting. Tingginya prevelansi stunting di Indonesia menjadikan isu ini sebagai prioritas nasional yang harus ditangani segera. Keterlibatan perguruan tinggi dalam mencegah dan mengatasi stunting sangat strategis, khususnya melalui implementasi MBKM.

This research aims to explain how the existence of Islamic Boarding School (pesantren) ISC Aswaja Lintang Songo Piyungan Yogyakarta in implementing education that liberates its students and how progressivism views a liberating education in this pesantren. This research is a naturalistic qualitative research and the strategy used is a case study. At the same time, this research objects are a pesantren leader (kiai) and several senior teachers. The data obtained through observations, interviews, and documentation. The data analysis technique uses the Miles and Huberman model analysis. This research indicates that independent education in this pesantren is the starting point for implementing liberating education. This pesantren has an education system which is different from other pesantren, in that kiai gives liberation for their students (santri) to choose activities inside and outside pesantren.