TULISAN ini adalah suatu refleksi awal mengenai posisi, peran dan juga prospek manusia dalam Kapitalisme. Istilah 'manusia' di sini hendak diberi penekanan, sehingga dalam mengujarkannya diharapkan pembaca memberikan kehati-hatian khusus....
moreTULISAN ini adalah suatu refleksi awal mengenai posisi, peran dan juga prospek manusia dalam Kapitalisme. Istilah 'manusia' di sini hendak diberi penekanan, sehingga dalam mengujarkannya diharapkan pembaca memberikan kehati-hatian khusus. Pasalnya, dalam tulisan ini, manusia hendak ditandaskan sebagai 'subjek', bahkan subjek universal. Di sinilah kemudian muncul beberapa problem, seperti antropomorfisme dan antroposentrisme. Memahami problem-problem ini dan – jika mungkin – memecahkannya, sekiranya dapat menjadi modalitas penting untuk memahami di mana dan bagaimana posisi subjek di dalam sejarah panjang mutasi Kapitalisme. Pembahasan akan difokuskan pada pemikiran Karl Marx, khususnya di Economic and Philosophical Manuscript, 3 dan resonansinya dalam pemikiran dari tradisi 'marxis-pekerjais' (marxist-workerist/operaist). 4 Melalui pemikiran pekerjais ini, argumen universalitas manusia-subjek akan diekstrapolasikan ke argumen universalitas pekerja-subjek di dalam kapitalisme. Pemahaman ini pada gilirannya akan memberikan pandangan baru mengenai potensialitas pekerja-subjek dalam mengupayakan perlawanan di dalam dan terhadap kapital. Tulisan ini terbagi ke dalam tiga bagian. Di bagian pertama, penulis membangun argumen spekulatif mengenai manusia sebagai subjek universal. Sekalipun menandaskan universalitas manusia, argumen yang dibangun mampu untuk keluar dari manusia-sentrisme yang dalam tulisan ini disebut narsisisme spesies manusia, sehingga pada gilirannya mampu menyandangkan predikat nir-manusia pada argumen ini. Di bagian ini pula penulis mengusulkan tiga tesis universalitas manusia sebagai suatu subjek. Ketiga tesis inilah yang pada bagian kedua akan diekstrapolasikan untuk pekerja di dalam kapitalisme. Apabila pada bagian sebelumnya klaim yang dibangun adalah " manusia adalah universal, " maka pada bagian kedua ini klaimnya adalah " pekerja adalah universal. " Bagian ketiga adalah upaya untuk menurunkan ketiga tesis spekulatif, yang karenanya aksiomatik, 'pekerja adalah universal' ke ranah teoritik yang akan lebih berguna untuk kerja-kerja di ranah empiris dan praksis. Untuk upaya ini, penulis menggunakan pemikiran Mario Tronti, sebagai salah satu perintis tradisi pekerjais. Namun demikian, karena keterbatasan tempat, pembahasan hanya akan dibatasi pada derivasi tesis pertama saja. Dua tesis universalitas pekerja lainnya akan menjadi porsi pembahasan di kesempatan lainnya.