Vol. 4 No.2 Juni 2021
Rang Teknik Journal
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL
Evaluasi Kebutuhan Air Irigasi Dengan Aplikasi Cropwat 8.0 Daerah Irigasi Amping Parak
Dasril1, Bambang Istijono 2, Nurhamidah 3
Fakultas Teknik, Universitas Andalas1
email: dasril.konsultan@gmail.com1
DOI: http://dx.doi.org/10.31869/rtj.v4i2.2656
Abstract: The prediction of water requirement is important in planning and managing irrigation
system. Based on this case, this study aims to evaluate water requirement of irrigation to obtain the
prediction of maximum value of water requirement. The research took place in Irrigation Area of
Ampiang Parak at Pesisir Selatan Regency with the area was 2,363 hectares. The descriptive
qualitative analysis approach was used to collect the data by using observation, interview and taking
of primer and secondary data. The tabulation of data used Cropwat version 8.0 software to analyze
water requirement values. The result of this research the calculation of water requirement values using
Cropwat version 8.0 software are 4.772 m3/sec in MT1, 4.770 m3/sec in MT2, and 5.051 m3/sec in
MT3. The data shows that irrigation area may not have dryness. However, there is some area that is
rainfed. Based on observation at Irrigation Area of Amping Parak there are leaking lines, and there are
area irrigations that have not connected according to irrigation area of Amping Parak scheme.
Keywords: Kebutuhan Air Irigasi, Jaringan Irigasi, Aplikasi Cropwat 8.0
merupakan sumber utama yang menampung
PENDAHULUAN
air dari beberapa anak sungai yaitu sungai
Irigasi sangat diperlukan petani untuk
Koto Ranah dan Sungai Sangku dan juga
mengalirkan air pada area pertanian. Tanpa
berasal dari tadah hujan.
adanya irigasi maka air yang mengalir tidak
Berdasarkan data awal yang penulis
maksimal atau tidak mengairi semua area
dapatkan di lapangan bahwasanya jaringan
pertanian. Oleh karena itu irigasi sangat
irigasi Amping Parak tidak sepenuhnya
penting bagi petani untuk mengatur
mengandalkan sumber air dari embung
pembasahan tanah supaya daerah pertanian
Taratak Paneh Amping Parak, namun beberapa
dapat
dialiri
sepanjang
waktu
dan
dari area juga mengandalkan tadah hujan.
menyuburkan tanah.
Berdasarkan kondisi tersebut, perlu adanya
Irigasi yang sering ditemukan pada area
evaluasi terhadap kebutuhan air yang
sawah adalah irigasi teknis, namun masih
diperlukan oleh tanaman pada area jaringan
banyak terdapat irigasi sederhana yang sumber
irigasi Amping Parak. Seiring dengan evaluasi
airnya berasal dari air permukaan dan tadah
tersebut, perlu dibahas tentang kondisi terkini
hujan. Upaya pemberian air ini merupakan
di area jaringan irigasi Amping Parak.
langkah untuk memenuhi kebutuhan air pada
Kemudian, untuk mengetahui kebutuhan air
tanaman.
yang diperlukan pada jaringan Irigasi Amping
Kebutuhan air irigasi adalah total debit air
Parak dapat diketahui melalui aplikasi
yang dibutuhkan untuk memenuhi keperluan
Cropwat versi 8.0.
pada evaporasi, kehilangan air, kebutuhan air
Aplikasi CROPWAT adalah decision
untuk tanaman dengan memperhatikan besaran
support system yang dikembangkan oleh
air yang diberikan melalui hujan dan
Divisi Land and Water Development FAO
pemberian air tanah (Priyonugroho:2014).
berdasarkan metode Penman Monteith, untuk
Kebutuhan air untuk persiapan lahan pada
merencanakan
dan
mengatur
irigasi.
dasarnya menentukan kebutuhan maksimum
CROPWAT dimaksudkan sebagai alat yang
air irigasi pada area pertanian, yang pekerjaan
praktis untuk menghitung laju evapotranspirasi
ini merupakan hal utama dalam proses
standar, kebutuhan air tanaman dan pengaturan
menanam.
irigasi tanaman (Marica, 2000).
Salah satu daerah irigasi yang akan dikaji
Selain
itu
melihat
perbandingan
dalam penelitian ini adalah daerah irigasi
perhitungan,
penulis
juga
melakukan
Amping Parak yang terletak di Kabupaten
perhitungan secara manual yang berdasarkan
Pesisir Selatan dengan luas 2.363 Ha. Sumber
KP-01.
air irigasi berasal dari Embung Taratak Paneh
Amping Parak yaitu sungai amping parak yang
ISSN 2599-2081
EISSN 2599-2090
Fakultas Teknik UMSB
374
Vol. 4 No.2 Juni 2021
Rang Teknik Journal
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL
Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah
mengevaluasi kebutuhan air irigasi dengan
Software Cropwat Version 8.0. dan
perhitungan secara manual berdasarkan KP-01
di D.I Amping Parak serta mengetahui kondisi
terkini dari Daerah Irigasi Amping Parak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Daerah Irigasi
Ampiang Parak di Kabupaten Pesisir Selatan
dengan luas areal irigasi yang diteliti sebesar
2.363 Ha.
Penenlitian ini menggunakan pendekatan
analisis kualitatif deskriptif eksploratif dimana
tujuannya adalah untuk mengungkapkan suatu
permasalahan atau kondisi yang ada sesuai
dengan fakta di lapangan, yang terkadang
memerlukan interpretasi atau analisis (Tika,
2005) untuk memperoleh data-data, peneliti
akan melakukan metode observasi dan
wawancara dilapangan, pengambilan data
primer dan data sekunder. Observasi
dilapangan bertujuan untuk mendapatkan
informasi kondisi fisik bangunan sistem
irigasi, persiapan lahan, jadwal tanam dan
variatas tanaman yang dibudiyakan selama
satu tahun terakhir. Sedangkan wawancara
bertujuan untuk menambahkan informasi
mengenai kondisi jaringan irigasi.
Dalam hal ini program Cropwat versi 8.0
digunakan
untuk
mengetahui
jumlah
kebutuhan air yang harus diterapkan pada
lahan yang ditentukan. Kebutuhan air irigasi
dinyatakan dalam kedalaman total air yang
harus diberikan. Kebutuhan air dan
penjadwalan irigasi dapat digunakan sebagai
dasar pemberian air pada rancangan bangunan
irigasi. Selain menggunakan aplikasi Cropwat
juga dilakukan perhitungan secara manual
berdasarkan KP-01.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisa data yang telah
dilakukan maka berikut ini terdapat hasil
sebagai berikut.
Evaluasi Kebutuhan Air Secara Manual
1. Kebutuhan Air Penyiapan Lahan
Kebutuhan air untuk pengolahan tanah
dipengaruhi oleh proses evapotranspirasi
potensial yang terjadi. Untuk menghitung
kebutuhan air selama masa penyiapan lahan
(Land Preparation) dengan menggunakan
persamaan rumus berikut.
ISSN 2599-2081
EISSN 2599-2090
E0
M
k
LP
=
=
=
=
1,1 x ETo
Eo + P
M . T/S
M . ek / (ek – 1)
Dimana :
S = air yang dibutuhkan untuk penjenuhan
ditambah 50 mm
T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)
e = 2,718281828
Dari hasil perhitungan akan diperoleh
penggunaan air yang paling minimum dari
setiap siklus, sehingga akan diperoleh suatu
pola tanam yang paling efisien bagi sistem
irigasi. Perhitungan nilai Land Preparation
disajikan dalam tabel 1 berikut ini :
Tabel 1: Perhitungan Kebutuhan Air untuk
Persiapan lahan
2. Kebutuhan Air Irigasi
Perhitungan kebutuhan air untuk tanaman
(water requirment) didasarkan pada suatu
kriteria keseimbangan air pada petak sawah,
dimana faktor-faktor iklim diperhitungkan
dengan memakai rumus-rumus empiris yang
telah biasa digunakan.
Perhitungan banyaknya air yang dibutuhkan
tanaman, dengan menerapkan pola tanam padipadi-padi, diperhitungkan terhadap satu jenis
tanaman padi yang ditanam yaitu padi genjah
yang berumur pendek dengan asumsi dapat
ditanam tiga (3) kali dalam setahun.
Kebutuhan air dipetak sawah (NFR) dihitung
berdasarkan persamaan rumus sebagai berikut:
NFR = ETc + P – Re + WLR
Sedangkan kebutuhan air irigasi untuk
tanaman padi dihitung berdasarkan persamaan
rumus sebagai berikut:
IR
Fakultas Teknik UMSB
375
Vol. 4 No.2 Juni 2021
Rang Teknik Journal
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL
Dimana :
ETc
= Penggunaan konsumtif (mm)
= kc x ETo
P
= Kehilangan air akibat perkolasi
(mm/hari)
RE
= Curah hujan efektif (mm/hari)
WLR = Penggantian lapisan air (mm/hari)
Kc
= Koefisien tanaman
ETo
= Evapotranspirasi (mm/hari)
IR
= Kebutuhan air irigasi (lt/detik/ha)
e
= Efisien irigasi secara keseluruhan
0,65
Tabel 2 : Perhitungan Kebutuhan Air D.I
Amping Parak Dengan Pola Tanam Padi-PadiPadi Awal Tanam Desember I
Tabel 3: Rekapitulasi Perhitungan Kebutuhan
Dengan Manual
Massa
Tanam
Bulan
Des
Jan
MT 1
Feb
Mar
April
Mei
MT 2
Juni
Juli
Agus
Sept
MT 3
Okto
Nov
Grafik 1: Grafik kebutuhan air irigasi dengan
Manual
Dari grafik kebutuhan air irigasi dengan
manual terlihat kebutuhan air maksimal terjadi
pada tahap penyiapan lahan untuk mengairi
lahan pertanian seluas 2363 Ha. pada MT1
kebutuhan air irigasi yaitu 6,19 m3/detik, MT2
kebutuhan air irigasi adalah 6,39 m3/detik dan
pada MT3 membutuhkan air irigasi sebesar
6,75 m3/detik. Untuk lebih jelasnya kebutuhan
air irigasi setiap periodenya dapat dilihat pada
tabel 3 berikut ini.
ISSN 2599-2081
EISSN 2599-2090
Periode
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Perhitungan Manual
DR
IR
mm/hari ltr/dtk/h m3/detik
22,64
2,62
6,19
20,104
2,327
5,5
11,107
1,286
3,04
7,542
0,873
2,06
13,009
1,506
3,56
12,808
1,482
3,5
10,279
1,19
2,81
4,907
0,568
1,34
23,369
2,705
6,39
22,83
2,642
6,24
10,551
1,221
2,89
12,488
1,445
3,42
9,587
1,11
2,62
13,268
1,536
3,63
7,522
0,871
2,06
6,572
0,761
1,8
24,671
2,855
6,75
22,212
2,571
6,08
8,718
1,009
2,38
10,84
1,255
2,96
12,562
1,454
3,44
9,73
1,126
2,66
2,759
0,319
0,75
0
0
-
Evaluasi Kebutuhan Air Dengan Software
Cropwat 8.0.
Menghitung kebutuhan air tanaman dan
kebutuhan air irigasi dilakukan di D.I Amping
Parak dengan luas area irigasi 2.363 hektar.
Alat yang digunakan berupa perangkat
komputer/ laptop yang sudah ter-install
software Cropwat 8.0 dan Microsoft Excel.
Data yang butuhkan yaitu data klimatologi dari
stasiun surantih dari tahun 2008 -2017. Data
curah hujan dari stasiun surantih dari tahun
1998-2017. Kemudain data pola tanam, data
tanaman dan data kondisi tanah.
1. Evapotranspirasi Potensial Tanaman
Kebutuhan air irigasi dapat diketahui
dengan menentukan nilai evapotranspirasi
menggunankan metode Penman–Moteith
dengan software cropwat 8.0. Dengan
menginput data Klimatologi rata-rata bulanan
selama 10 (sepuluh) dari data stasiun
klimatologi Surantih pada icon Climate/ETo
Cropwat 8.0. Data klimatologi yang dinput
berupa suhu/temperature, kelembaban relatif,
kecepatan angin dan lama penyinaran
matahari.
Perhitungan evapotranspirasi potensial
dengan software Cropwat 8.0 berfluktuasi
setiap tahun dan bulannya seperti yang terlihat
pada grafik 2 berikut:
Fakultas Teknik UMSB
376
Vol. 4 No.2 Juni 2021
Rang Teknik Journal
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL
Hasil analisa sesuai grafik diatas
menggambarkan
fluktuasi
nilai
Evapotranspirasi bulanan berdasarkan data
klimatologi Surantih mulai dari tahun 2008
sampai 2017.
Dimana Evapotranspirasi potensial yang
cukup besar terjadi pada bulan November
sedangkan Evapotranspirasi potensial terkecil
terjadi pada bulan Juni.
Besarnya nilai evapotranspirasi potensial
setiap bulanannya menggunakan software
Cropwat 8.0 dapat dilihat seperti table 4
berikut .
Tabel 4: Perhitungan Evapotranspirasi
Potensial
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil
analisis software Cropwat 8.0 berdasarakan
data klimatologi Surantih ketinggian dearah
stasiun klimatologi 5,0 m dari permukaan air
laut dan koordinat 1,57 0S. 100.70 0E
didapatkan jumlah evapotranspirasi rata-rata
adalah
4,41
mm/hari
dengan
total
evapotranspirasi 52,88 mm/hari dimana nilai
evapotranspirasi
maksimum terjadi pada
bulan November sebesar 4,63 mm/hari dan
evapotranspirasi minimum terjadi pada bulan
Juni yaitu 4,11 mm/hari.
2. Curah Hujan Efektif
Perhitungan curah hujan efektif untuk di
input pada program Cropwat di gunakan data
curah hujan rata-rata R80% perbulan periode
20 (dua puluh) tahun. Dengan di inputkan
angka hasil perhitungan rata-rata curah hujan
pada Icon Rain dengan data rata-rata R80 %
dari Januari sampai Desember ke Sofware
Cropwat 8.0 menggunakan metode fixed
percentage 70 %. Seacara otomatis hasil
perhitungan curah hujan efektif akan muncul
sepertti terlihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5: Perhitungan Curah Hujan Efektif
ISSN 2599-2081
EISSN 2599-2090
Berdasarkan Tabel 5 analisa curah hujan
efektif diatas dapat diketahui curah hujan
bulanan yang cukup tinggi terjadi pada bulan
November sebesar 287,0 mm/bulan dengan
curah hujan efektif 197,9 mm/bulan sedangkan
curah hujan bulanan minimum terjadi pada
bulan Mei yaitu 66,0 mm/bulan dan curah
hujan efektifnya 46,2 mm/bulan
dengan
jumlah curah hujan efektif total adalah
1062,10 mm/tahun.
Grafik 3: Grafik Perhitungan Curah Hujan
Efektif
Pada grafik perhitungan curah hujan
efektif untuk tanaman padi ditentukan sebesar
70 % dari R80, dari garafik diatas
menggambarkan fluktuasi rata-rata curah
hujan dalam periode selama 20 (dua puluh
tahun) yaitu tahun 1998 sampai tahun 2017.
3. Kebutuhan Air Irigasi dengan Aplikasi
Cropwat 8.0.
Dalam menghitung kebutuhan air irigasi
dengan software Cropwat 8.0 terdapat
beberapa tahapan yang dilakukan yaitu
menentukan data tanaman padi atau palawija
di D.I Amping Parak. Penginputan data
tanaman terdiri dari data tanggal mulai
dilakukan
penanaman,
data
tahapan
pertumbuhan, koofesien tanaman (Kc),
kedalaman perakaran, tingkat deplesi (P) dan
faktor respon hasil (Ky).
Data tanaman yang diinput di software
Cropwat 8.0 adalah data tanaman padi.
Berdasarkan informasi dari pengamat D.I
Fakultas Teknik UMSB
377
Vol. 4 No.2 Juni 2021
Rang Teknik Journal
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL
Amping Parak, pola tanam padi di D.I Amping
Parak
masih
tergolong
berubah-rubah
terkadang 2 (dua) kali setahun dan adakalanya
3 (tiga) kali setahun. Namun, untuk hasil
analisa perhitungan air irigasi lebih valid maka
diasumsikan 3 (tiga) kali dalam setahun.
Massa Tanam I (MT1) mulai dilakukan
pada tanggal 01 Januari dan akan dipanen pada
tanggal 31 Maret dan Massa Tanam II (MT2)
dilaksanakan pada tanggal 01 Mei kemudian
mulai dipanen tanggal 29 Juli sedangan Massa
Tanam III (MT3) dilaksanakan pada tanggal
01 September kemudian mulai dipanen tanggal
29 November.
Data Base Software Cropwat 8.0 sudah
menyediakan berbagai jenis tanaman dengan
bantua icon Crop.
Berikut ini adalah data tanaman sesuai
data base FAO (Open-FAO-Rice) di software
Cropwat 8.0 merupakan data default untuk
tanaman padi.
Grafik 4: Data Tanaman Padi Pada Software
Cropwat 8.0
Berdasarkan hasil analisa data tanaman
pada grafik 4 . Tanaman padi memiliki usia
total 120 hari, terdiri dari periode persiapan
lahan selama 30 hari dan beberapa fase
pertumbuhan, periode pertumbuhan awal 10
hari, periode perkembangan 20 hari, periode
pertengahan 40 hari dan periode akhir
pertumbuhan 20 hari.
Koofisien tanaman padi yang digunakan
pada data base software cropwat 8.0 yaitu
koofisien basah (K wet) dan koofisien kering
(Kday). Pada tahap penyiapan lahan K wet adalah
1,2 pada awal penanaman K wet adalah 1,10
kemudian pada pertumbuhan pertengan Kwet
adalah 1,20 dan pada tahap akhir pertumbuhan
Kwet adalah 1,05.
Tahapan selanjutnya adalah menentukan
Analisa data tanah pada daerah penelitian.
Analisa tanah terdapat pada icon Soil, dimana
pada
software
Cropwat
8.0
sudah
ISSN 2599-2081
EISSN 2599-2090
menyediakan berbagai jenis tanah. Seperti
pada gambar 1 berikut.
Gambar 1: Data Analisa Tanah
Berdasarkan data analisa tanah pada
software Cropwat 8.0 tekstur tanah yang
terdapat pada daerah irigasi Amping Parak
adalah tanah yang bertekstur lempung berpasir
medium (loam). Tanah medium merupakan
tanah yang baik sebagai media untuk
pertumbuhan tanaman padi.
Setelah menginput data tanah pada
software Cropwat 8.0 kemudian dapat
ditentukan kebutuhan air irigasi (irrigation
water requirement) untuk tanaman padi. Pada
icon CWR (Crop Water Requirement) di
software Cropwat 8.0 dapat dilihat kebutuhan
air irigasi setiap masa tanam seperti pada tabel
berikut.
Tabel 6: Kebutuhan Air Irigasi D.I Amping
Parak pada MT1
Tabel diatas menunjukkan kebutuhan air
pada
saat
penyiapan
lahan/Nursery
membutuhkan air irigasi cukup banyak pada
MT1 bulan Desember periode ketiga yaitu
174,5 mm/dec (dalam 10 hari) dengan curah
hujan efektif 36,4 mm/dec, pada fase
penanaman/initial stage membutuhkan air
irigasi 12,3 mm/dec kemudian pada saat fase
awal
pertumbuhan/developing
stage
membutuhkan air irigasi 13,2 mm/dec.
Pada fase perkembangan kebutuhan air
irigasi rata-rata 23,64 mm/dec, sedangkan fase
akhir pertumbuhan membutuhkan air irigasi
Fakultas Teknik UMSB
378
Vol. 4 No.2 Juni 2021
Rang Teknik Journal
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL
rata-rata sebesar 22,4 mm/dec, dengan total
kebutuhan air irigasi 407,8 mm/dec.
Kebutuhan air irigasi pada MT2 dapat
ditentukan dengan mengubah planting date
pada icon Crop menjadi bulan Mei. Secara
otomatis nilai kebutuhan air dapat dianalisa
pada icon CWR , dan begitu selanjut untuk
MT3.
Tabel 7: Kebutuhan Air Irigasi D.I Amping
Parak pada MT2
sebesar 184,7 mm/dec. Fase penanaman/initial
stege membutuhkan air irigasi 20,7 mm/dec,
Kemudian pada saat fase awal pertumbuhan
membutuhkan air irgasi rata-rata yaitu 15,9
mm/dec.
Pada fase akhir pertumbuhan kebutuhan
air tanaman bernilai Nol, tidak membutuhkan
air irigasi karena dibulan November curah
hujan di daerah irigasi Amping Parak cukup
tinggi sehingga kebutuhan air irigasi di bulan
tersebut dapat terpenuhi oleh curah hujan
efektif.
Tabel 9 : Rekapitulasi Perhitungan Kebutuhan
Air Irigasi Menggunakan Software Cropwat
8.0
M assa
Tana
m
Bulan
D esem ber
Januari
MT1
Pada Massa Tanam II terlihat pada tabel
diatas total air irigasi yang dibutuhkan adalah
437,9 mm/dec. Dengan kebutuhan air irigasi
maksimum terjadi pada saat penyiapan
lahan/Nursery pada bulan april ketiga sebesar
174,4 mm/dec.
Fase
penanaman
/
initial
stage
membutuhkan air irigasi
29,7 mm/dec
kemudian
fase
awal
pertumbuhan
membutuhkan air irgasi rata-rata 23,63
kemudian Pada fase akhir pertumbuhan
kebutuhan air irigasi maksimal di bulan Juli
kedua yaitu 20,8 mm/dec. Hasil perhitungan
kebutuhan air MT3 sebagai berikut.
Tabel 8 : Kebutuhan Air Irigasi D.I Amping
Parak pada MT3
Februari
M aret
A pril
M ei
MT2
Juni
Juli
A gustus
Sepetem be
MT3
O ktober
November
Pada Massa Tanam III terlihat pada tabel
diatas total air irigasi yang dibutuhkan adalah
333,6 mm/dec. Dengan kebutuhan air irigasi
maksimal terjadi pada saat penyiapan
lahan/Nursery pada bulan Agustus ketiga
ISSN 2599-2081
EISSN 2599-2090
D ecade
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Perhitungan Cropw at8.0
IR
DR
m m /dec m m /hari ltr/dtk/h m 3/detik
0
0
44,3
4,43
0,51
1,21
2,02
174,5
17,45
4,772
12,3
1,23
0,14
0,34
13,2
1,32
0,15
0,36
21,4
2,14
0,25
0,59
23,4
2,34
0,27
0,64
29,2
2,92
0,34
0,80
18,6
1,86
0,22
0,51
25,8
2,58
0,30
0,71
23,1
2,31
0,27
0,63
20,4
2,04
0,24
0,56
0
0
49,10
4,91
0,57
1,34
2,02
174,4
17,44
4,770
29,70
2,97
0,34
0,81
34,70
3,47
0,40
0,95
33,10
3,31
0,38
0,91
22,40
2,24
0,26
0,61
18,90
1,89
0,22
0,52
20,10
2,01
0,23
0,55
21,80
2,18
0,25
0,60
20,80
2,08
0,24
0,57
13,00
1,3
0,15
0,36
0
0
45,6
4,56
0,53
1,25
2,14
184,7
18,47
5,05
20,7
2,07
0,24
0,57
18,6
1,86
0,22
0,51
16,2
1,62
0,19
0,44
17,9
1,79
0,21
0,49
18,8
1,88
0,22
0,51
11
1,1
0,13
0,30
-
Berdasarkan hasil analisa kebutuhan air
irigasi dengan software Cropwat 8.0 daerah
irigasi Amping Parak dengan luas 2.363 hektar
kebutuhan air maksimal disaluran irigasi pada
massa tanam I terjadi pada 10 hari terakhir
pada bulan Desember ketiga yaitu sebesar
4,772 m3/detik dan pada massa tanam II
kebutuhan air irigasi maksimal terjadi pada
bulan April ketiga yaitu 4,770 m3/detik,
kemudian pada massa taman III kebutuhan air
irigasi maksimal terjadi pada bulan Agustus ke
3 yaitu 5,051 m3/detik.
Fakultas Teknik UMSB
379
Vol. 4 No.2 Juni 2021
Rang Teknik Journal
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL
Dengan dilakukan tiga kali massa taman
dalam satu tahun maka kebutuhan air irigasi
dapat terlihat seperti telihat pada grafik berikut
ini.
Grafik 5: Kebutuhan Air Irigasi
Terlihat kebutuhan air irigasi untuk
tanaman padi untuk penentuan ETo dengan
metode Penman Moteith pada fase penyiapan
lahan memerlukan air yang banyak sama
halnya dengan perhitungan dengan motode
Penman Modifikasi.
Pada software
Cropwat 8.0
dapat
ditentukan jadwal pemberian air irigasi setiap
periode massa tanamnya seperti pada gambar
berikut.
Gambar 2 : Jadwal Pemberian Air irigasi pada
MT1
Pada Massa tanam II direncanakan pada
01 Mei pemanenan dapat dilakukan pada 29
Juli, didapatkan efesiensi irigasi 100% dan
efsiensi curah hujan 100%.
Gambar 4: Jadwal Pemberian Air irigasi pada
MT3
Pada Massa tanam III (MT3) direncanakan
pada 01 September pemanenan dapat
dilakukan pada 29 November, didapatkan
efesiensi irigasi 89,4% dan efsiensi curah
hujan 100%.
Hasil kebutuhan air irigasi dengan cara
manual/KP-01 cenderung nilainya lebih besar
dari hasil yang didapatkan dengan software
Cropwat 8.0 untuk mengairi sawah seluas
2.363 Ha. Dari analisis beberapa Parameter
yang mempengaruhi kebutuhan air irigasi pada
tanaman padi dengan KP-01 dan CROPWAT
8.0, yaitu evapotranspirasi tanaman acuan,
hujan efektif, air untuk pengolahan tanah dan
air untuk irigasi padi dari tahap awal hingga
tahap akhir (Anggraeni, 2012).
Berikut terdapat tabel rekapitulasi kebutuhan
air dengan perhitungan manual (KP-01) dan
Aplikasi Cropwat 8.0.
Tabel 10. Rekapitulasi Analisa Kebutuhan Air
Irigasi
M assa
Tana Bulan
m
D esem ber
Dari gambar di atas dapat diketahui jadwal
irigasi tanaman padi pada massa tanam I
(MTI) pada tanggal 01 Januari software
Cropwat 8.0 bahwa pemanenan dapat
dilakukan pada tanggal 31 Maret. Dengan
Crop irrigation schedule dapat diketahui
kebutuhan irigasi dengan timing yang berbeda
beda. Efesiensi Irigasi 100% dan efisiensi
curah hujan efektif
100 %.
Gambar 3: Jadwal Pemberian Air irigasi pada
MT2
Januari
MT1
Februari
M aret
A pril
M ei
MT2
Juni
Juli
A gustus
Sepetem be
MT3
O ktober
November
ISSN 2599-2081
EISSN 2599-2090
Fakultas Teknik UMSB
D ecade
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Perhitungan Cropw at8.0
Perhitungan M anual
IR
DR
Periode IR
DR
m m /dec m m /hari ltr/dtk/h m 3/detik
m m /hari ltr/dtk/h m 3/detik
0
0
1
22,640 2,620
6,19
44,3
4,43
0,51
1,21
2,02
174,5
17,45
4,772
2
20,104 2,327
5,50
12,3
1,23
0,14
0,34
1
11,107 1,286
3,04
13,2
1,32
0,15
0,36
21,4
2,14
0,25
0,59
2
7,542
0,873
2,06
23,4
2,34
0,27
0,64
1
13,009 1,506
3,56
29,2
2,92
0,34
0,80
18,6
25,8
23,1
20,4
0
49,10
174,4
29,70
34,70
33,10
22,40
18,90
20,10
21,80
20,80
13,00
0
45,6
184,7
20,7
18,6
16,2
17,9
18,8
11
-
1,86
2,58
2,31
2,04
0
4,91
17,44
2,97
3,47
3,31
2,24
1,89
2,01
2,18
2,08
1,3
0
4,56
18,47
2,07
1,86
1,62
1,79
1,88
1,1
-
0,22
0,30
0,27
0,24
0,57
2,02
0,34
0,40
0,38
0,26
0,22
0,23
0,25
0,24
0,15
0,53
2,14
0,24
0,22
0,19
0,21
0,22
0,13
-
0,51
0,71
0,63
0,56
1,34
4,770
0,81
0,95
0,91
0,61
0,52
0,55
0,60
0,57
0,36
1,25
5,05
0,57
0,51
0,44
0,49
0,51
0,30
-
3,50
2
12,808
1,482
1
10,279
1,190
2,81
2
4,907
0,568
1,34
1
23,369
2,705
6,39
2
22,830
2,642
6,24
1
10,551
1,221
2,89
2
12,488
1,445
3,42
1
9,587
1,110
2,62
2
13,268
1,536
3,63
1
7,522
0,871
2,06
2
6,572
0,761
1,80
1
24,671
2,855
6,75
2
22,212
2,571
6,08
1
8,718
1,009
2,38
2
10,840
1,255
2,96
1
12,562
1,454
3,44
2
9,730
1,126
2,66
1
2,759
0,319
0,75
2
-
-
-
380
Vol. 4 No.2 Juni 2021
Rang Teknik Journal
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL
Dari tabel di atas terdapat debit
kebutuhan air irigasi maksimal dengan cara
manual pada MT1 yaitu 6,19 m3/detik
sedangkan dengan Cropwat 4,772 m3/detik.
Kebutuhan air irigasi dengan cara manual pada
MT2 yaitu 6,39 m3/detik dan Cropwat 4,770
m3/detik dan kebutuhan air irigasi MT3
dengan cara manual yaitu 6,75 m3/detik dan
Cropwat 5,051 m3/detik.
Perhitungan kebutuhan air dengan cara
manual dan software Cropwat 8.0 terdapat
perbedaan yang meyebabkan adalah Pada
penentuan nilai ETo menggunakan parameter
yang berbeda Cropwat 8.0 digunakan metode
Penman-Monteith dan KP-01 menggunakan
metode penman Modifikasi.
Pada tanaman, referensi iklim rumput
hijau metode Penman-Monteith digunakana
albedo 0,23 sedangan pada metode penman
Modifikasi menggunakan albedo 0,25 dari
kedua metode tersebut besarnya ETo yang
didapatkan dari penggunaan data iklim yang
sama menghasilkan nilai yang berbeda.
Kemudian, perhitungan kebutuhan air
pada saat penyiapan lahan pada cara manual
dan Software Cropwat 8.0 juga terdapat
perbedaan yaitu pada cara manual Metode
yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan
selama pengolahan tanah dikembangkan oleh
Van de GooZijlstra (1968) dan dengan
Software Cropwat 8.0 tahap pengolahan tanah
dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu
pengaturan
umum
pengolahan
tanah,
penjadwalan pra pelumpuran dan penjadwalan
pelumpuran.
Penelitian
ini
sehubungan
dengan
penelitian Saputra dan Wardana (2019) yang
mana hasil penelitian menunjukkan bahwa
hasil perhitungan kebutuhan air irigasi secara
manual (KP-01) adalah 0,842 lt/dt/ha,
sedangkan menggunakan Cropwat 0,50
lt/dt/ha. Perbedaan hasil manual dengan
Cropwat 8.0 disebabkan karena data tanah
pada KP-01 tidak sama dengan data tanah
pada Cropwat.
Untuk mengetahui bagimana kondisi
terkini dari jaringan irgasi DI. Amping Parak,
maka diperlukan penelusuran kembali dari
jaringan tersebut sebagaimana penjelasan
berikut ini.
Kondisi Eksisting Jaringan Irigasi
Observasi lapangan dilakukan untuk
mengetahui kondisi eksisting Jaringan Irigasi
ISSN 2599-2081
EISSN 2599-2090
dilaksanakan melalui penelusuran jaringan
irigasi yang dimulai dari bangunan utama
(Embung) sampai ke bangunan sadap akhir,
semua bangunan bagi, bagi/sadap, dan sadap
serta bangunan pelengkap lainnya dicatat
kondisi fisik masing-masing bangunan
tersebut, begitu juga kondisi salurannya
apakah masih berfungsi atau tidak berfungsi
lagi pada setiap ruasnya (antara sadap ke
sadap) dan apa sudah dilinning atau belum
(saluran tanah).
D.I. Amping Parak memanfaatkan air dari
embung Amping Parak dengan sumber air
berasal dari sungai Amping Parak yang
merupakan sungai utama yang menampung air
dari 2 (dua) anak sungai dan bermuara ke
lautan Hindia. Sungai Amping Parak
merupakan pertemuan dari beberapa buah
anak sungai yaitu sungai Koto Ranah dan
Sungai Sangku.
Bangunan pengambilan
dari sungai
Amping Parak melalui embung Amping Parak
dibangun pada tahun 2008 sampai 2009,
disadap melalui intake kanan dialirkan
kesaluran primer dan sekunder. Daerah Irigasi
Amping Parak merupakan jaringan irigasi
yang sedang dikembangkan, kondisi saluran
dan bangunan yang ada dalam kondisi baik
dan masih baru. Bangunan pengambilan dari
Sungai Amping Parak sudah direncanakan
bangunan embung yang disadap melalui intake
kanan dialirkan ke saluran Primer dan
sekunder daerah irigasi Amping Parak.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 14 /PRT/M/2015 Tentang
Kriteria Dan Penetapan Status Daerah Irigasi,
luas Daerah Irigasi Amping Parak adalah
2.363 Ha. Sedangkan menurut penelusuran
kami, luas sawah yang memamfaakan irigasi
Amping Parak yaitu yaitu 520,0 Ha. Daerah
irigasi Amping Parak masih dalam tahap
pengembangan belum semua saluran sekunder
terkoneksi sampai bangunan sekender akhir,
sehingga layanan air irigasi masih sedikit.
bangunan yang sudah dilining saluran sebelah
kanan sampai pada BAP.5 dan Pada saluran
sekuder sebelah kiri sungai amping parak juga
terlihat saluran sekunder yang sudah dilining
baru sampai BAT.2.
Bangunan-bangunan dan saluran yang ada
adalah sebagai berikut:
1. Saluran Primer/Induk Amping Parak dari
Embung BAP.0 sampai bangunan bagi
Fakultas Teknik UMSB
381
Vol. 4 No.2 Juni 2021
Rang Teknik Journal
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL
2.
3.
4.
5.
6.
BAP.1 panjang saluran 1006 m, embung
BAP.0 belum lengkap karena tidak ada
rumah jaga dan juga kantong lumpur
sebagai penampung sedimen dan dikuras
dengan bangunan penguras lumpur.
Saluran Sekunder Amping Parak dari
bangunan bagi BAP.1 sampai bangunan
sadap BAP.5 panjang saluran 2204,40 m
Saluran Muka/Tersier Taratak Paneh dari
bangunan
sadap
BTP.1(E)
sampai
bangunan sadap BTP.3(B) panjang saluran
318,50 m
Saluran Tersier Taratak Paneh dari
bangunan sadap BTP.1 sampai boks
BMTP.T2 panjang saluran 2081,50 m
Saluran Sekunder Gunung Pauh dari
bangunan sadap BAP.4 sampai bangunan
sadap BAP.6(B) panjang saluran 908,00 m
Saluran Sekunder Air Tawar dari BAP.1 –
BAT.1 sepanjang 500 m dan sudah
dilengkapi bangunan talang.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
penulis lakukan, sehingga dapat disimpulkan
sebagai hal berikut ini:
1. Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan
air irigasi D.I Amping Parak yang
bersumber dari Embung Amping Parak
dengan menggunakan Penman Monteinth
software cropwat 8.0 menunjukkan
kebutuhan air maksimal pada MT1
dihasilkan 4,772 m3/detik, pada masa
MT2 yaitu 4,770 m3/detik, dan pada masa
MT3 adalah 5,051 m3/detik.
2. Berdasarkan data penelusuran irigasi D.I
Amping Parak dan informasi dari PPA
luas daerah irigasi yang memanfaatkan
irigasi Amping Parak lebih kurang 520,0
Ha. Hal ini disebabkan oleh jaringan
irigasi yang tersedia belum terkoneksi
secara keseluruhan. Kemudian masih
ditemukan
beberapa
saluran
yang
mengalami
kerusakan
terjadinya
penyadapan liar dan tertimbun oleh
sedimen.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Indah Dwi Sukma. 2012. Analisis
Kebutuhan Irigasi Padi Berdasarkan
Metode KP-01 dan CROPWAT. 8.0.
Fakultas Teknik. Institut Pertanian Bogor.
ISSN 2599-2081
EISSN 2599-2090
Anonim. 2006. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor: 20 tentang Irigasi.
Anonim.2013. Stadar Perencanaan Irigasi
(Kriteria
Perencanaan
Bagian
Perencanaan
Jaringan
Irigasi).
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air, Direktorat
Irigasi dan Rawa.
Anonim. 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia
Nomor:
12/PRT/M/2015
tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi.
Anonim. 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 14 /PRT/M/2015
Tentang Kriteria Dan Penetapan Status
Daerah Irigasi.
Ardi. 2013. Hasil Besar Dari Irgasi Kecil.
Koran harian media Indonesia :Jakarta.
Fuadi, Najla Anwar, dkk. 2016. Study on
Water
Requirement
and
Water
Productivity of Paddy Field with SRI and
Conventional Water Supply System by
Using Pipe Irigation. Jurnal Irigasi Vol.11
No. 1 Hal. 23-32
FAO,2009. Crapwat Software,Food and
Agriculture Organization, Land and
Water Division;Available.
Hadihardjaja, Joetata, dkk. 1997. Irigasi dan
Bangunan Air. Gunadharma (ISBN: 9798382-463)
Monteith J.L. (1965). Evaporation and the
environment. In: The State and
Movement of Water in Living
Organisms. XIXth Symposium. Soc. for
xp.
Biol.,
Swansea.
Cambridge
University Press. pp. 205-234.
Sagita Ar, Dewi. 2020. Estimasi Kebutuhan
Air Irigasi Padi (Oryza sativa L.) di Desa
Koto Perambahan Kecamatan Kampar
Timur Berdasarkan Model Software
Cropwat 8.0. Jurnal Agroteknologi, Vol.
11 No. 1 Hal: 17-24
Santika, Oktari Ega. 2018. Evaluasi Neraca
Air Pada Budidaya Padi di Desa
Cikarawang
Kecamatan
Dramaga
Kabupaten Bogor. Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Fakultas Teknik UMSB
382