584
ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI UNTUK
PERTANIAN DI KECAMATAN PADANG GANTING KABUPATEN
TANAH DATAR
Fajri Saputra
Program Studi Geografi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang
Email : fajrisaputra64@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung berapa ketersediaan air di Batang Selo,
menghitung berapa kebutuhan air irigasi untuk pertanian padi di Kecamatan Padang Ganting dan
menentukan pola tanam yang tepat berdasarkan ketersediaan air yang ada di Kecamatan Padang
Ganting.
Jenis penelitian menggunakan metode deskriktif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
adalah sawah irigasi teknis seluas 692 ha. Teknik pengumpulan data yaitu dari pengumpulan data
sekunder, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menemukan sebagai berikut: Debit rata-rata Batang Selo yaitu sebesar
5,41 m3/dt dan debit yang sampai ke saluran irigasi pada saluran primer adalah sebesar 1,56 m 3/dt,
pada saluran sekunder sebesar 0,024 m3/dt dan saluran tersier 0,0011 m3/dt. Kebutuhan air untuk
pertanian yaitu berkisar antara 0,10 m3/dt sampai 0,62 m3/dt untuk masa tanam I dan kebutuhan air
untuk masa tanam II yaitu 0,10 sampai 0,57 m3/dt dan untuk pola tanam yang tepat pada daerah
penelitian adalah Padi-padi-palawija dengan kebutuhan air pada masa tanam I yaitu 0,12 sampai
0,40 dan untuk kebutuhan air pada masa tanam II yaitu 0,11 sampai 0,42 m3/dt.
Kata kunci: Debit sungai, kebutuhan air irigasi, pola Tanam.
ABSTRACT
The research aims to calculate the availability of water in Batang Selo, the quantity of
water irrigation, necessity for paddy farming in Padang Ganting District and establish the right
cropping pattern based on water availability in Padang Ganting Subdistrict.
This research uses a quantitative deskrictive method. The population in this research is
technical irrigation rice field of 692 ha. Data collection techniques are from secondary data
collection, observation and documentation.
The results are : The average discharge of Batang Selo was 5.41 m3 /sec and just 1.56 m3
/ sec flows to primary irrigation channel, secondary is 0.024 m3 / sec and tertiary is 0.0011 m3 /
sec. The water requirement for agriculture is between 0.10 m3 / sec to 0.62 m3 / sec for the first
planting period and second period is 0.10 to 0.57 m3 / dt. The proper cropping pattern in this
research area is rice-rice-palawija with water requirement at planting period I is 0,12 until 0,40
and for water requirement at planting period II is 0,11 until 0,42 m3 / sec.
Keywords: river flow, irrigation water, necessity, planting pattern.
Jurnal Buana – Volume-2 No-2 2018
E-ISSN : 2615-2630
585
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu
sumberdaya alam dan elemen penting
untuk
menunjang
keberlanjutan
kehidupan di muka bumi. Manusia
memanfaatkan sumberdaya air untuk
memenuhi berbagai kepentingan seperti
untuk kebutuhan domestik, pertanian,
perikanan dan industri. Jumlah potensi
air tawar yang terdapat di bumi hanya
dapat digunakan kurang dari 1% atau
0,01% dari total air yang ada di bumi.
Rata-rata air di dunia digunakan 70%
untuk kebutuhan pertanian, 8 % untuk
kebutuhan domestik dan 22% untuk
kebutuhan industri. Penggunaan air ini
sangat bervariasi antara negara satu
dengan negara lain, Afganistan dan
India lebih dari 95% air digunakan
untuk pertanian, Kanada dan Inggris
lebih dari 70% penggunaan air untuk
industri. Jepang, Indonesia dan Brasil
termasuk negara yang 60% penggunaan
air masih pada bidang pertanian (Walhi,
2008).
Pertanian merupakan sektor yang
sangat penting untuk menunjang
persediaan pangan masyarakat. Adanya
persebaran potensi sumberdaya air yang
tidak merata mengakibatkan lahan
pertanian tidak mendapatkan pengairan
dengan baik sehingga produktivitas
tanaman menjadi tidak maksimal. Untuk
mendapatkan hasil pertanian yang baik
maka perlu dibuat sistem pemenuhan
kebutuhan air untuk tanaman pada lahan
pertanian yaitu dengan membuat sarana
irigasi. Irigasi adalah suatu usaha untuk
pemanfaatan air yang tersedia di sungaisungai atau sumber air lainnya dengan
jalan
Jurnal Buana – Volume-2 No-2 2018
menggunakan jaringan irigasi sebagai
prasarana pengairan dan pembagi air
tersebut untuk pemenuhan kebutuhan air
pertanian (Partowiyoto 1977 dalam
Prihandono, 2005).
Kebutuhan air untuk pertanian
terus mengalami peningkatan seiring
dengan laju pertumbuhan penduduk.
Semakin
meningkatnya
jumlah
penduduk maka perlu diimbangi dengan
peningkatan kebutuhan akan bahan
pangan. Untuk meningkatkan produksi
pangan maka dilakukan peningkatan
produktifitas lahan pertanian, baik
dengan cara intensifikasi, ekstensifikasi
maupun diversifikasi. Penggunaan caracara
tersebut
tentunya
akan
meningkatkan jumlah kebutuhan air
yang diperlukan untuk pertanian.
Dengan kebutuhan air yang terus
mengalami
peningkatan
maka
diperlukan pengelolaan sumberdaya air
yang efektif dan efisien agar kebutuhan
air pertanian dapat terpenuhi.
Keberhasilan
dalam
bidang
pertanian turut dipengaruhi oleh
ketersediaan air dan pengelolaan
pengairan pada lahan. Oleh karena itu
diperlukan
perencanaan
dalam
pengelolaan irigasi dengan pengolahan
data klimatologi dan hidrologi yang
bertujuan
untuk
memperkirakan
besarnya ketersediaan air dan kebutuhan
air pada lahan pertanian sehingga
didapatkan kesesuaian antara potensi air
irigasi yang ada dengan pola
penggunaan
air.
Selain
itu
pengalokasian pemakaian air secara
tepat dapat meningkatkan efisiensi
irigasi sehingga luas daerah pengairan
dapat meningkat dan lahan dapat terairi
secara maksimal.
E-ISSN : 2615-2630
586
Kecamatan
Padang
Ganting
memiliki potensi pertanian lahan basah
yang cukup luas, Kecamatan Padang
Ganting memiliki sawah seluas 987 ha
atau 13,59% dari luas Kecamatan yang
tersebardi dua nagari yaitu nagari
Padang Ganting seluas 739 ha dan di
Nagari Atar 248ha, dari luas tersebut
sawah yang mempunyai irigasi teknis
yaitu seluas 692.Suplai air untuk irigasi
di Kecamatan Padang Ganting berasal
dari Batang Selo melalui bendungan
Palo Banda. Maka dari itu perlu
dilakukan pemanfaatan air irigasi secara
optimal
dengan
mengefisienkan
penyaluran dan penggunaan air irigasi
sehingga lahan pertanian yang ada dapat
diairi secara maksimal. Masalah yang
sering dihadapi para petani yaitu adalah
kekurangan air terutama pada musim
kemarau
sehingga
menimbulkan
masalah seperti berkurangnya hasil
panen, rentan serangan hama dan
perebutan air untuk lahan sawah. Untuk
mengefisienkan penggunaan air irigasi
perlu dilakukan penyesuaian jumlah
kebutuhan air kebutuhan air untuk
tanaman serta pengaturan pola tanam
sesuai dengan ketersediaan air. Dari
latar belakang di atas peneliti memberi
judul penelitian ini yaitu “Analisis
Ketersedian Dan Kebutuhan Air
Irigasi Untuk Pertanian Padi di
Kecamatan
Padang
Ganting
Kabupaten Tanah Datar”
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian menggunakan
metode deskriktif kuantitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah sawah
irigasi teknis seluas 692 ha. Teknik
Jurnal Buana – Volume-2 No-2 2018
pengumpulan
data
yaitu
dari
pengumpulan data sekunder, observasi
dan dokumentasi.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Satu set alat untuk mengukur debit
sungai sebagai berikut : Meteran,
Stopwach, Pelampung dari Botol,
Tongkat.
2. Alat tulis dan kalkulator untuk
mencatat dan menghitung.
3. Kamera untuk dokumentasi.
4. Software arcgis10.1 muntuk
memetakan lokasi peneltian
5. Microsof exel dan microsoft word
untuk mengolah dan membuat
laporan.
6. Peta-peta seperti peta topografi, Peta
DAS, Peta penggunaan lahan, Peta
jenis tanah, Peta saluran irigasi di
Kecamatan Padang Ganting.
7. Data luas areal sawah di Kecamatan
Padang Ganting.
8. Data curah hujan di Kecamatan
Padang Ganting.
9. Data debit Batang Selo.
Tahap Penelitian
Adapun tahapan dalam penelitian ini
adalah sebagi berikut:
Tahapa pra lapangan
Kajian Pustaka
Kajian pustaka dilakukan untuk
mendapatkan penguasaan teori, materi
dan metode yang dijadikan landasan
dalam penelitian ini. Kajian pustaka
dilakukan dengan mengutip pendapatpendapat, teori-teori dari sumber yang
relevan.
Persiapan ke lapangan
Persiapan alat-alat yang akan
dibutuhkan di lapangan dan pengurusan
E-ISSN : 2615-2630
587
prosedur penelitian berupa surat izin
penelitian kepada instansi terkait, izin
pengembilan data, dan pembuatan peta
penelitian.
Tahap Kerja Lapangan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
ini adalah :
a) Melihat perkolasi melalui tekstur
tanah di lokasi penelitian.
b) Melakukan pengukuran debit saluran
irigasi.
c) Melakukan dokumentasi.
3. Tahap Pasca Lapangan
Kegiatan yang dilakukan dalam
tahap pasca lapangan adalah:
a) Melakukan pengolahan data.
b) Menghitung curah hujan efektif,
evapotranspirasi dan menghitung
evaporasi.
c) Menghitung CWR, NFR, ID, PWR.
d) Menganalisi pola tanam di lokasi
penelitian
e) Penulisan laporan penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Data Debit.
Data debit sungai didapatkan dari
hasil debit rata-rata Batang selo dalam
lima tahun terakhir yang diperoleh dari
PSDA. Penghitungan debit saluran
irigasi dapat dilakukan di bagian saluran
yang relatif lurus dengan tidak
banyaknya arus tidak beraturan
menggunakan metode apung. Jarak
antara dua titik pengamatan yang
diperlukan
ditentukan
sekurangkurangnya yang memberikan waktu
perjalanan
selama
20
detik
(Asdak,1995).
Kebutuhan Air Untuk pertanian.
Pegolahan data dilakuakan dengan
cara menghitung kebutuhan konsumtif
tanaman, kebutuhan petak sawah,
Jurnal Buana – Volume-2 No-2 2018
kebutuhan air di pintu pengambilan dan
kebutuhan total air untuk pertanian.
Data dari observasi ke lapangan.
Pengumpulan data-data meliputi,
data curah hujan, data usaha tani,
datatekstur tanah, citra satelit,serta petapeta daerah studi yang diperoleh dari
hasil pengamatan di lapangan dan
instansi terkait serta dari studi literatur.
Teknik Analisis Data
Perhitungan Ketersedian Air di
Batang Selo
Dalam menentukan ketersediaan
air, maka perlu menghitung debit ratarata 2012 – 2016 yang didapatkan di
PSDA
Perhitungan Debit di Saluran Irigasi
Perhitungan debit digunakan
untuk mengetahui berapa debit yang
masuk ke saluran irigasi sehingga dapat
menjadi acuan atau perbandingan untuk
menentukan kebutuhan air untuk
pertanian.
Perhitung debit air dengan
menggunakan rumus :
Q = A.V
Dimana :
Q = debit air (m3/detik)
V = kecepatan aliran air (m/detik)
A = luas penampang (m2)
Ketepatgunaan pengairan
Untuk mengetahui dan menentukan
ketepatgunaan penyaluran pengairan
dapat dimanfaatkan rumus berikut:
=
100%
Keterangan:
Eu
: ketepatgunaan saluran irigasi
(%)
Qf : Banyaknya air pengairan yang
sampai di petak sawah (m³/dt)
Qr : Banyaknya air yang dialirkan dari
sumber (m³/dt)
E-ISSN : 2615-2630
588
(Sumber: Kartasapoetra dan Sutedjo,
1994)
Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
Untuk Pertanian
Berdasarkan langkah-langkah di
atas, maka dapat diketahui rumus-rumus
dalam penentuan kebutuhan air irigasi
dari berbagai sumber. Rumus-rumus
tersebut sebagai berikut:
Curah Hujan Efektif
Curah hujan efektif dapat dihitung
dengan mengikuti cara FAO ( Standar
Perencanaan Irigasi, 1986), dapat
didekati dengan persamaan (KP-01,
2010):
Dimana:
1
Re = 0,7 x 15 . R80
Re = Curah Hujan efektif (mm/hr)
R80 = curan hujan setengan
bulanan dan rangking yang dipilih
Evapotranspirasi Potensial (Eto)
Besarnya evapotranspirasi dihitung
dengan cara metode Blaney-Criddle
sebagai berikut:
=
(0,46
+ 8,13)
Keterangan
:
Eto = evapotranspirasi potensial
(mm/bln)
p = fraksi lama penyinaran matahari
perbulan dalam waktu satu tahun
(Lampiran 1). T= Suhu rata-rata (°C)
Kebutuhan Air Selama Penyiapan
Lahan
Kebutuhan Air Selama Penyiapan
Lahan yang dikemukakan olehVan de
Goor dan Zijlsha (1968) didasarkan
pada laju air konstan dalam liter/detik
selama periode penyiapan lahan dan
menghasilkan rumus-rumus sebagai
berikut :
Jurnal Buana – Volume-2 No-2 2018
.ᴷ=
ᴷ −1
Keterangan :
IR = kebutuhan air irigasi ditingkat
persawahan (mm/hari)
M = kebutuhan air untuk mengganti
kehilangan air akibatevaporasi dan
perkolasi di sawah yang sudah
dijenuhkan.
E = bilangan nafier (2,72)
(Sumber: Direktorat Pengairan, 2010)
Dengan:
= +
Keterangan:
Eo = evaporasi air terbuka yang diambil
1,1 kali dengan Eto selama penyiapan
lahan (mm/hari)
P = perkolasi, mm/hari
(Sumber: Direktorat Pengairan, 2010)
Dengan:
.
=
Keterangan :
T = jangka waktu penyiapan lahan
(hari)
S = kebutuhan air, untuk penjenuhan
ditambah dengan lapisan air 50 mm.
(Sumber:Direktorat Pengairan, 2010)
Penggunaan Air Konsumtif (CWR)
Penggunaan konsumtif dihitung dengan
rumus berikut :
= .
Keterangan
CWR : kebutuhan air konsumtif
tanaman
Eto=
Evapotranspirasi
Potensial
(mm/hari)
Kc = Kofisien Tanaman
Kebutuhan Air di Sawah (NFR)
Banyaknya kebutuhan bersih air pada
petak
sawah
dapat
dirumuskan
berdasarkan standar perencanaan irigasi
(KP. 01-05) sebagai berikut :
E-ISSN : 2615-2630
589
Keterangan :
NFR = Netto Field Water Requirement/
kebutuhan bersih air di sawah
(mm/hari).
CWR = Crop water requirment/
kebutuhan air konsumtif (mm/hari)
P
= Perkolasi (mm/hari).
Re = Curah hujan efektif (mm/hari).
WLR = Penggantian lapis air.
(Sumber: Direktorat Pengairan, 2010 )
Kebutuhan Air di Pintu Pengambilan
Kebutuhan
air
dipintu
pengambilan dapat diperkirakan dengan
rumus berdasarkan standar perencanaan
irigasi (KP. 01-05) sebagai berikut :
( )
=
. 8,64
DR
=
Kebutuhan
air
dipintu
pengambilan (lt/dt/ha)
NFR = Kebutuhan air di sawah
(mm/hari)
Ef =Efisiensi yang terdiri dari efisiensi
di saluran dan bangunan tersier,
sekunder dan primer (%)
8,64 = Angka konversi satuan dari
mm/hari ke lt/dt/ha
(Sumber: Direktorat Pengairan, 2010)
Kebutuhan Air Secara Keseluruhan
(PWR)
Dalam menghitung kebutuhan air
irigasi secara keseluruhan (paddy water
requirement) diperlukan data luas areal
pertanian dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
(Sumber: Direktorat Pengairan, 2010)
Menentukan Pola Pertanian Analisis
data yang dilakukan meliputi :
Analisa kondisi iklim, penentuan
klasifikasi iklim menggunakan sistem
Schmid-Forguson sehingga diperoleh
tipe klim daerah studi. Berdasarkan tipe
iklim tersebut dapat ditentukan jenis
tanaman dan sistem pertanaman yang
memungkinkan untuk diterapkan pada
daerah studi.
Menghitung debit rata-rata dan
curah sungai dan curah hujan efektif
yang menjadi sumber air untuk
pertanian di Kecamatan Padang
Ganting.
Mencari kebutuhan air irigasi,
untuk menentukan jumlah air yang
dibutuhkan guna memenuhi keperluan
air irigasi dapat dilakukan dengan
langkah-langkah, yaitu: (a) Menghitung
evapotranspirasi potensial, (b) Analisis
kebutuhan air tanaman, (c) Perkiraan
laju
perkolasi,
(d)
Perhitungan
kebutuhan air untuk pengolahan tanah
dan persemaian, (f) Perhitungan
kebutuhan air di sawah, (g)Penentuan
efisiensi irigasi, (h) Perhitungan
kebutuhan air di pintu pengambilan.
Gambar 1. Diagram alir penelitian
= .
Keterngan
PWR: Paddy
water
requirement/
kebutuhan bersih air irigasi
secaara keseluruhan (m3/dt).
NFR: Netto field Water Requirment/
kebutuhan bersih air di sawah
(lt/dt/ha).
L
: Luas areal pengairan (ha).
Jurnal Buana – Volume-2 No-2 2018
E-ISSN : 2615-2630
590
HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak, Batas dan Luas
Gambar
2.
Peta
Administrasi
Kecamatan Padang Ganting
Kecamatan
Padang
Ganting
merupakan salah satu kecamatan yang
terletak di Kabupaten Tanah Datar
dengan ketinggian 450-550 mdpl.
Secara astronomis kecamatan ini
terletak pada 0o 28’ 23”– 0o 34’ 29”
Lintang Selatan dan 100o 37’ 49”– 100o
47’ 00” Bujur Timur. Kecamatan yang
berjarak ± 20 Km dari Batusangkar
sebagai ibu kota Kabupaten Tanah
Datar ini memiliki batas-batas wilayah
sebagai berikut :
1. Sebelah Utara :
KecamatanTanjungEmas
2. Sebelah Selatan :Kota
Sawahlunto
3. Sebelah Timur :
KecamatanLintauBuo
Jurnal Buana – Volume-2 No-2 2018
4. Sebelah Barat
:
KecamatanRambatan
Geomorfologi
Berdasarkan bentukan lahannya
maka Kecamatan Padang Ganting
termasuk
pada
bentukan
asal
Denudasional dimana bentukan lahan
ini
terjadi
akibat
proses-proses
pelapukan, erosi dan gerak masa batuan
serta proses pengendapan.
Hidrologi
Kondisi hidrologi suatu kawasan
sangat dipengaruhi oleh kondisi
beberapa faktor, yang salah satunya
adalah curah hujan, sehingga data hujan
yang
telah
dikumpulkan
dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi
kondisi hidrologi yang meliputi air
permukaan dan air tanah.
E-ISSN : 2615-2630
591
Air permukaan adalah air yang
muncul atau mengalir dipermukaan
seperti mata air, danau, sungai dan
rawa. Potensi air permukaan yang ada di
Kecamatan Padang Ganting adalah
berupa sungai-sungai kecil, Telaga dan
Batang Selo yang memiliki lebar 10 m
dan melewati Nagari Padang Ganting.
Batang selo memiliki Debit Rata-Rata
yaitu sebesar 5,41 m3/dt.
Tanah
Pembentukan tanah dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya: iklim,
organisme, bahan induk, topografi
(relief), danwaktu. Jenis tanah akan
mempengaruhi tekstur tanah, struktur
tanah dan konsistensinya. Berdasarkan
peta
jenis tanah yang diperoleh,
Kecamatan Padang Ganting terdapat 3
jenis tanah sebagai berikut:
Kambisol (inceptisol) Tanah
inceptisol mempunyai karakteristik dari
kombinasi sifat-sifat :tersedia air untuk
tanaman lebih dari setengah tahun atau
lebih dari 3 bulan berturut-turut dalam
musim kemarau, satu atau lebih horizon
pedogenetik dengan sedikit akumulasi
bahan selain karbonat atau silica amorf,
tekstur lebih halus dan pasir geluhan
dengan beberapa mineral lapuk, dan
kemampuan menahan kation fraksi
lempung yang sedang sampai tinggi.
Jenis tanah ini terdapat diseluruh jorong
yang berada di Nagari Atar dan juga di
Jorong Koto Gadang.
Podsolik
Merah
Kuning
merupakan Tanah mineral telah
berkembang, solum (kedalaman) dalam,
tekstur lempung hingga berpasir,
struktur gumpal, konsistensi lekat,
bersifat agak asam (pH kurangdari 5.5),
kesuburan rendah hingga sedang, warna
Jurnal Buana – Volume-2 No-2 2018
merah hingga kuning, kejenuhan basa
rendah, pekaerosi. Tanah ini berasal dari
batuan pasir kuarsa, tufvulkanik, bersifat
asam. Tersebar di daerah beriklim basah
tampa bulan kering, Curah hujan lebih
dari 2500 mm/tahun. Jenis tanah ini
terdapat diseluruh bagian Kecamatan
ini.
Gleisol merupakan jenis tanah ini
perkembangannya lebih dipengaruhi
oleh factor lokal, yaitu topografi
merupakan
dataran
rendah
atau
cekungan, hampir selalu tergenang air,
solum tanah sedang, warna kelabu
hingga kekuningan, tekstur geluh hingga
lempung, struktur berlumpur hingga
masif, konsistensi lekat, bersifat asam
(pH 4.5 – 6.0), kandungan bahan
organik. Ciri khas tanah ini adanya
lapisan gleikontinu yang berwarna
kelabu pucat pada kedalaman kurang
dari 0.5 meter akibat dari profil tanah
selalu jenuh air. Penyebaran jenis tenah
ini berada di seluruh jorong yang berada
di Nagari Padang Ganting
Keadaan Iklim
Berdasarkan hasil analisis daerah
penelitian memiliki jumlah bulan basah
108, bulan lembab 15 dan bulan kering
12. Dalam penentuan tipe iklim menurut
clasifikasi Schmid-Forguson dengan
menggunakan formula:
12
∑
ℎ
100% ∑
108
100%
= 11 %
Tipe iklim menurut SchmidForgusondapat di lihat pada tabel
berikut :
E-ISSN : 2615-2630
592
Tabel 1. Tipe iklim menurut SchmidForguson
A
B
C
D
E
F
G
H
0% Q < 14,3 %
14,3 % < Q < 33,3
%
33,3 % < Q < 60
%
60 % < Q < 100 %
100 % < Q < 167
%
167 % < Q < 300
%
300 % < Q < 700
%
700 > Q
Sangat Basah
Basah
Agak Basah
Sedang
Agak Kering
Kering
Sangat Kering
Luar Biasa
Kering
Sumber : wisnabruto, Aminah dan
Nitisapto, 1983 dalam Triyatno,
2004 dalam Rendi, 2009
Berdasarkan tipe iklim di atas maka
daerah penelitian memiliki tipe kategori
iklim sangat basah dengan nilai Q = 11
%.
Penggunaan Lahan
Berdasarkan peta penggunaan
lahan di Kecamatan Padang Ganting,
penggunaan lahan terdiri dari sawah,
hutan, semak, kebun masyarakat, lahan
terbuka, permukiman dan sungai. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2. dan
peta penggunaan lahan berikut :
Tabel 2. Penggunaan lahan di
kecamatan Padang Ganting
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
Penggunaa
n Lahan
Sawah
Sungai
Pemukiman
Hutan
Kebun
masyarakat
Lahan
terbuka
Tubuh air
Semak
Jumlah
Luas
(ha)
987
44
152
2.022
Persentase
(%)
13,59
0,62
152
28,34
1.415
19,83
24
6
2.501
232,25
0,34
0,09
35,06
100.00
Jurnal Buana – Volume-2 No-2 2018
Sumber : UPT Dinas Pertanian
Kecamatan Padang Ganting
Ketersedian air
Sumber utama penyediaan air
untuk pertanian di Kecamatan Padang
Ganting yaitu berasal dari aliran sungai
Batang Selo, dimana air dialirkan
melalui bendungan Palo Banda dan
disalurkan melalui Saluran irigasi,
besarnya debit Batang Selo diperoleh
dari hasil pengolahan data yang diambil
dari Dinas PSDA Provinsi Sumatera
Barat, dimana rata-rata debit
pertahunnya yaitu 5,41 m3/dt atau 5.410
lt/dt. Selanjutnya untuk perhitungan
besarnya air yang mengalir pada saluran
irigasi yaitu pada saluran Primer air
yang mengalir adalah sebesar 1,6629
m3/dt, saluran sekunder 0,0317 m3/dt
dan pada saluran yang sampai ke petak
sawah atau tersier adalah 0,0011 m3dt
atau 1,1 lt/dt. Sedangkan kebutuhan air
pada petak sawah tertinggi hanya 0,91
lt/dt/ha. Jadi, berdasarkan hal tersebut
lahan pertanian dapat teraliri dan masih
bisa dikembangkan lagi. Tabel. 3 Debit
Saluran Irigasi
Nama
saluran
Saluran
Primer
Saluran
Sekunder
Saluran
tersier
A
(m2/dt)
3,12
V
(m/dt)
0,533
Q
(m3/dt)
1,6629
0,248
0,128
0,0317
0,012
0,094
0,0011
Sumber : Hasil perhitungan
Kebutuhan air irigasi
Selain dari faktor debit sungai,
kebutuhan air irigasi juga tergantung
pada curah hujan efektif dan faktor lain
juga perlu menjadi pertimbangan seperti
evapotranspirasi potensial, kebtuhan air
E-ISSN : 2615-2630
593
konsumtif, kebutuhan air untuk
penyiapan lahan, kebutuhan air yang
perlu diambil pada pintu pengambilan,
perkolasi dan juga pergantian lapisan
airnya.
Curah hujan efektif adalah hujan
yang diharapkan terjadi selama satu
musim tanam berlangsung, di daerah
penelitian besar curahhujan yang turun
setiap bulannya lebih 200mm/bulan,
dengan banyak bulan basah 8 bulan
lembab 3 dan 1 bulan kering. Dalam
penentuan
curah
hujan
efektif
ditentukan melalui curah hujan efektif
(R80%) yang dikalikan dengan 0,7
sehingga diperoleh curah hujan efektif
pada daerah penelitian yaitu antara 0,25
mm/hari – 0,93 mm/ hari.
Evapotranspirasi yang diperoleh
pada daerah penelitian dapat dihitung
menggunakan rumus blaney-criddle,
besarnya evapotranspirasi pada daerah
penelitian adalah berkisar antara 1,61
mm/hari- 1,78 mm/hari, dimana
evapotranspirasi tertinggi terjadi pada
bulan Oktober dan evapotranspirasi
terendah terjadi pada bulan Maret. Hal
ini
dipengaruhi
oleh
lamanya
penyinaran matahari dan suhu rata-rata
daerah penelitian. Untuk jelasnya dapat
di lihat pada tabel. 4 berikut:
Jurnal Buana – Volume-2 No-2 2018
Tabel. 4 Nilai-nilai Evapotranspirasi
Kecamatan Padang Ganting
Bula 0,46
T
( C)
28,03
27,94
28,02
28,15
27,51
27,67
27,62
27,54
27,88
27,91
28,05
27,98
8,13
P
Eto
8,13
8,13
8,13
8,13
8,13
8,13
8,13
8,13
8,13
8,13
8,13
8,13
(%)
0,085
0,085
0,077
0,077
0,085
0,085
0,082
0,082
0,085
0,085
0,082
0,082
(mm/hari)
1,78
1,78
1,61
1,62
1,76
1,77
1,70
1,70
1,78
1,78
1,72
1,72
o
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
0,46
0,46
0,46
O,46
0,46
0,46
0,46
0,46
0,46
0,46
0,46
0,46
Sumber : Hasil Olahan 2017
Tingkat
perkolasi
daerah
penelitian yaitu sebesar 2 mm/hari
dimana
tanah
daerah
penelitian
memiliki tekstur lempung, selanjutnya
kebutuhan air untuk penyiapan lahan
yaitu sebesar 1,20 lt/dt/ha sampai 1,21
lt/dt/ha.
Berdasarkan
perhitungan
kebutuhan air berdasarakan pola tanam
yang dilakukakan masyarakat dimana
pada masa tanam I yaitu pada bulan
April periode 2 sampai Agustus periode
1 kebutuhan airnya sebagai berikut,
untuk kebutuhan air konsumtif yaitu
sebesar 0,19 sampai 0,23 lt/dt/ha, untuk
kebutuhan air di petak sawah itu sendiri
yaitu sebesar 0,39 sampai 0,89 lt/dt/ha
sedangkan untuk kebutuhan air di pintu
pengambilan 0,60 sampai 1,36 lt/dt/ha.
Masa tanam II terjadi pada bulan
Oktober 2 sampai Februari periode 1
dengan kebutuhan airnya sebagai
berikut, untuk kebutuhan air konsumtif
0,20 sampai 0,23 lt/dt/ha, Kebutuhan air
di petak sawah 0,28 sampai 0,91 lt/dt/ha
sedangkan kebutuhan air di pintu
pengambilan 0,63 sampai 1,13 lt/dt/ha.
E-ISSN : 2615-2630
594
Setelah komponen-komponen di atas
dihitung maka selanjutnya menghitung
kebutuhan air secara keseluruhan, Pada
masa tanam I untuk masa vegetatif yaitu
0,27 sampai 0,33 m3/dt/ha, untuk masa
reproduktif 0,31 sampai 0,62 m3/dt/ha
dan untuk masa pematangan yaitu 0,29
sampai 0,56 m3/dt/ha. Selama masa ini
air mulai berangsur-angsur dikurangi
sampai sama sekali tidak memerlukan
air sesudah masa matang kuning.
Sedangkan pada masa Tanam II untuk
masa vegetatif 0,29 sampai 0,30
m3/dt/ha, untuk masa reproduktif
kebutuhan air yaitu 0,30 sampai 0,57
m3/dt/ha dan untuk masa pematangan
yaitu 0,31 sampai 0,51 m3/dt/ha.
Pola pertanian yang tepat
Pola pertanian daerah studi di
tentukan berdasarkan dari ketersediaan
air yang ada di daerah pertanian
tersebut, dimana ketersedian air bisa
berasal dari sungai maupun hujan, serta
perlu juga menentukan besarnya
evapotranspirasi pada daerah studi.
Metode yang digunakan adalah dengan
cara deskripsi, yang terdiri dari suatu
penilaian atau pengukuran kondisi
klimatologi, curah hujan, tanah,
sehingga diperoleh informasi tentang
kondisi
daerah studi,
kemudian
dianalisa sehingga dapat ditentukan pola
tanam dan operasi pintu air yang sesuai
dengan kebutuhan usaha pertanian di
lokasi studi dan untuk perhitungan
kebutuhan air irigasi maka dilakukan
berdasarkan
rumus
yang
sudah
ditentukan. Hal tersebutlah yang
menjadi acuan dalam menentukan pola
tanam yang sesuai untuk daerah
penelitian, dimana masa tanam dapat
dilakukan 2 kali dalam setahun seperti
Jurnal Buana – Volume-2 No-2 2018
yang telah dilakukan masyarakat setiap
tahunnya.
Untuk
acuan
dalam
menentukan tanam tersebut maka dilihat
kapan debit tertinggi pada debit sungai
dan curah hujan efektif seperti pada
tabel. 5 berikut ini.
Tabel. 5 Debit Rata-rata Batang Selo
dan Curah Hujan Efektif
Masa tanam I dilakukan pada awal
september periode 1 sampai januari
periode 2 dan untuk masa tanam
II dilakukan pada bulan februari 1
sampai juni periode 2, dengan memakai
sistem ini maka pertanian akan lebih
efektif pemakaian airnya karena
kebutuhan air lebih sedikit, hal tersebut
disebabkan adanya keseimbangan antara
kebutuhan air dengan ketersedian air
yang ada di lokasi penelitian selanjutnya
dengan memakai sitem pola pertanaman
ini maka akan dapat dilakukan satu kali
penanaman palawija seperti yang tertera
pada (tabel. 3).
E-ISSN : 2615-2630
595
Tabel 3. Rekapitulasi hasil nilai
kebutuhan air irigasi pola padi-padi
berdasarkan kebiasan masyarakat dan
berdasarkan pola yang di anjurkan.
tepat adalah padi-padi-palawija, hasil
perbandingan dapat dilihat sebagai
berikut, pada pola tanam kebiasaan
masyarakat kebutuhan air maksimum
pada masa tanam I yaitu sebesar 0,58
m3/dt dan untuk minimumnya 0,10
Sumber: hasil perhitungan 2017
PENUTUP
Kesimpulan
Jumlah ketersedian air di Batang
Selo cukup besar, dimana rata-rata
debitnya yaitu sebesar 5,41 m3/dt.
Selanjutnya debit yang sampai ke
saluran irigasi pada saluran primer
adalah sebesar 1,56 m3/dt, pada saluran
sekunder sebesar 0,024 m3/dt dan pada
saluran tersier sebesar 0,0011 m3/dt atau
1,1 lt/dt.
Hasil Perhitungan Kebutuhan air
irigasi untuk pertanian di Kecamtan
Padang Ganting dengan pola tanam
Padi-Padi
menunjukkan
bahwa
kebutuhan air pada masa Tnama I yaitu
berkisar antara 0,10 sampai 0,62 m3/dt
dan untuk masa tanam II kebutuhan air
berkisar antara 0,10 sampai 0,57 m3/dt.
Berdasarkan hasil analisis dan
perhitungan
didapatkanlah
pola
pertanian yang tepat dan kebutuhan air
irigasinya, dimana pola pertanian yang
Jurnal Buana – Volume-2 No-2 2018
m3/dt, sedangka untuk pola yang
dianjurkan pada masa tanam I,
kebutuhan air lebih sedikit dimana
kebutuhan maksimum yaitu 0,40 m3/dt
dan
minimumnya
0,12
m3/dt.
Selanjutnya pada masa tanam II
perhitungan kebutuhan air berdasarkan
pola tanam masyarakat yaitu 0,57 m3/dt
untuk maksimumnya dan untuk
minimumnya adalah sebesar 0,10 m3/dt.
Sedangkan perhitungan berdasarkan
pola yang yang dianjurkan kebutuhan
maksimunya hanya 0,42 m3/dt dan
untuk minimumnya 0,11 m3/dt.
Saran
Atas dasar hasil penelitian penulis
mengemukakan saran sebagai berikut:
Pertanian di Kecamatan Padang Ganting
dapat dikembangkan lagi baik secara
intensivikasi, ekstensivikasi maupun
diversivikasi, dikarenakan potensi
ketersediaan air di Kecamatan Padang
Ganting yang besar.
Peningkatan pengawasan jadwal
tanam untuk meminimalkan terjadinya
perubahan awal masa tanam maupun
lama massa tanam, sehingga tidak
menimbulkan gangguan pada siklus
pola tanam.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. (1995). Hidrologi Dan
Pengelolaan
Daerah
Aliran
Sungai. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Direktorat Jenderal Pengairan. 2010.
Standar Perencanaan Irigasi (rev
E-ISSN : 2615-2630
596
kp. 01-05). Departemen Pekerjaan
Umum. Padang : PSDA Sum-Bar.
Kanisius. 1990. Budidaya Tanaman
Padi. Yogyakarta : IKAPI.
Kastasapoetra dkk. (1991). Teknologi
Pengairan
Pertanian
dan
Irigasi.Jakarta : Bumi Aksara.
Prihandono, Didik. (2005). Evaluasi
Ketersediaan Air Permukaan
Untuk
Irigasi
Pertanian
Kecamatan
Prambanan
Kabupaten
Sleman
Daerah
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta
: UGM
Sidaharta, (1997). Irigasi dan Bangunan
Air : Gunadarma.
Walhi. (2008). Kebutuhan Air Domestik
120 Juta Liter Per Hari, Walhi.
Diakses tanggal 5 Januari 2017,
dari http://walhi - sumsel.
blogspot.
com
/2008/06/
kebutuhan - air - domestik - 120 juta-liter. Html
Jurnal Buana – Volume-2 No-2 2018
E-ISSN : 2615-2630