[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS Upaya Menumbuhkan Minat Belajar Tahfidz Qur’an Melalui Pembelajaran Berbasis Audio Visual di Madrasah Diniyah (Penelitian Tindakan di Madrasah Diniyah Nurul Huda Cikancung Kab. Bandung) Penulis: Silmi Nurul Fadhilah Dosen Pembimbing: Udin Juhrodin A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang paling agung dan bacaan mulia serta dapat dituntut kebenaranya oleh siapa saja, sekalipun akan menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin canggih, alQur’an diturunkan dalam bahasa Arab sehingga bahasa Arab menjadi bahasa kesatuan umat Islam sedunia sehingga menimbulkan persatuan yang dapat dilihat pada waktu sholat jamaah dan ibadah haji selain dari pada itu bahasa Arab tidak berubah. Jadi sangat mudah diketahui bila al-Qur’an hendak ditambah atau dikurangi.1 Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Bagi yang membacanya adalah suatu ibadah dan mendapat pahala. Al-Qur’an disampaikan melalui malaikat Jibril yang terpercaya kepada Nabi Muhammad. Al-Qur’an berfungsi sebagai pedoman hidup bagi umat manusia menjadi ibadah bagi yang membacanya, serta pedoman dan sumber petunjuk dalam kehidupan.2 Untuk itu belajar Al-Qur’an harus diajarkan sejak dini kepada anak sebagai bentuk mengenalkan kepada mereka pedoman untuk mengarungi kehidupan kelak, karena anak merupakan aset generasi penerus bangsa yang akan membela agama dan bangsa mereka. Mengajarkan anakanak untuk menghafal Al-Qur’an adalah satu hal penting dan mulia. Al-Hafidz as-Suyuti berkata bahwa pengajaran Al-Qur’an adalah dasar dari prinsipprinsip islam. Anak-anak tumbuh diatas fitrahnya dan cahaya-cahaya hikmahnya yang masuk dalam kalbu mereka sebelum dikuasai oleh hawa 1 2 69. Inu Kencana Syafi’i, Pengantar Filsafat (Bandung: PT. Revika Aditama, 2004). 102. Muhamad Mas’ud, Quantum Bilangan-bilangan al-Qur’an (Yogyakarta: Diva Press, 2008). nafsu dan cahaya hitamnya yang dilekati kotoran-kotoran maksiat dan kesesatan.3 Para ulama sepakat bahwa hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardlu kifayah. Apabila di antara anggota masyarakat ada yang sudah melaksanakannya maka bebaslah beban anggota masyarakat yang lainnya, tetapi jika tidak ada sama sekali, maka berdosalah semuanya. Prinsip fardhu kifayah ini dimaksudkan untuk menjaga Al-Qur’an dari pemalsuan, perubahan dan pergantian seperti yang pernah terjadi terhadap kitab-kitab yang lain pada masa lalu.4 Madrasah Diniyah Takmiliyah Nurul Huda berada di Kp. Cikamuning Rt 002 Rw 006 Ds. Mandalasari Kec. Cikancung Kab. Bandung, berdiri sejak tahun 2011 hingga saat ini kurang lebih sudah mencapai kurang lebih 700 siswa-siswi. Madrasah Diniyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan Sekolah Dasar atau bisa disebut merupakan pelengkap dari sekolah formal yang memiliki ciri islam dan semua pelajaran mencakup keagamaan, seperti Al-qur’an, Hadits, Aqidah, Akhlaq, Fiqih, Tarikh Islam, Bahasa Arab, Kaligrafi dan BTQ. Madrasah Diniyah di kelola di bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai ciri khas Islam, madrasah memegang peranan penting dalam proses pembentukan kepribadian anak didik, karena melalui pendidikan madrasah ini para orang tua berharap anak-anaknya memiliki dua kemampuan sekaligus, tidak hanya pengetahuan umum di Sekolah Dasar (IPTEK) tetapi juga memiliki kepribadian dan komitmen yang tinggi terhadap agamanya (IMTAQ). Madrasah Diniyah Takmiliyah Nurul Huda adalah sebuah lembaga pendidikan yang berdiri dibawah naungan Yayasan Ahs-Sholihin, Kegiatan belajar mengajar di Madrasah Diniyah Nurul Huda yang selama ini terlaksana terkesan sederhana dan mudah, terutama dalam pembelajaran program Tahfidz Qur’an khususnya Juz’ama, para siswa terlihat tidak semangat dan tidak ada 3 Ahmad Salim, Panduan Cepat Menghafal aal-Qur’an (Yogyakarta: Diva Press, 2009). 229- 4 Sa’dullah, Cara Praktis Menghafal al-Qura’an (Depok: Gema Insani, 2008), 19. 230. rasa minat dalam mengikuti pembelajaran Tahfidz Qur’an, apalagi di zaman modern ini pengaruh perkembangan teknologi menyebabkan berkurang dan hilangnya minat dalam menghafal Al-Qur’an. Bukan hanya itu, penggunaan metode dan proses menghafal yang tidak bervariasi dapat menyebabkan siswa bosan dan kurang bersemangat. Oleh karena itu, Madrasah Diniyah Nurul Huda sedang berupaya bagaiaman cara menumbuhkan minat siswa dalam menghafal Al-Qur’an khususnya juz’ama, dan mencoba mengubah metode pembelajarannya. Dengan demikian, menurut pandangan saya selama mengamati kegiatan di Madrasah Diniyah Nurul Huda, bahwa Madrasah tersebut mempunyai strategi dalam permasalahan ini dengan menghubungkan kecanggihan teknologi pada zaman modern seperti saat ini. Adapun ciri-ciri sifat siswa yang mempengaruhi menurunnya minat dalam belajar Tahfidz Qur’an diantaranya, cepat merasa bosan dalam belajar Tahfidz Qur’an, kurang memiliki rasa percaya diri, sering melamun dan tidak aktif dalam belajar, tidak mau menjawab pertanyaan guru secara sukarela dan lebih berdiam diri, berusaha menghindar saat tes tahfidz. Dapat dibuktikan dengan presentase sebagai berikut : No 1 Indikator Cepat merasa bosan dalam Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6 Jumlah 7 4 9 6 7 5 38 2 2 1 2 2 2 11 1 - - - 1 1 3 2 3 4 1 2 2 14 belajar 2 Kurang memiliki rasa percaya diri 3 Sering melamun dan tidak aktif dalam belajar 4 Tidak mau menjawab pertanyaan guru secara dan sukarela lebih berdiam diri Berusaha 5 bolos saat ada tes 2 2 4 2 2 3 15 Jadi berdasarkan presentase diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang mempengaruhi dalam kurangnya minat belajar tahfidz qur’an adalah siswa merasa bosan dalam belajar dengan jumlah 38 siswa dari 81 siswa yang kurang minat belajar tahfidz, dengan presentase sebanyak 54%. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai batasan tentang pengertian minat, diantaranya adalah: a. Andi Maprare menyatakan bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri atas suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu.5 Andi Maprare b. Agus Sudjanto mengemukakan bahwa minat adalah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungannya. 6 Ahmad Sudjanto (1989. hlm 92) Minat merupakan tenaga pendorong yang kuat atau salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha dan hasil yang dicapai seseorang dalam aktivitas, yaitu dalam menghafal al-Qur’an. Minat berkaitan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena kebutuhan begitu juga minat, sehingga dapat dikatakan bahwa minat adalah alat motivasi yang pokok. Adapun fungsi menurut Sardiman A.M. adalah sebagai berikut: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang 5 6 Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usana Offset, n.d.), 62. Ahmad Sudjanto, Psikologi Umum (Jakarta: Aksara Baru, 1989), 92. harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfa’at bagi tujuan tersebut.7 Maka dari itu pentingnya menumbuhkan minat dari setiap siswa khususnya untuk belajar Tahfidz Qur’an, adapun hadits yang menerangkan betapa mulianya orang yang bisa belajar Al-Qur’an dan menghafalkannya. Hadits tersebut di riwayatkan oleh Imam Ibnu Majah: َ ‫آن ا ْق َر ْأ َوارْ َت ِق َو َر ِّت ْل َك َما ُك ْن‬ َ‫ك عِ ْند‬ ِ ‫ح‬ ِ ‫صا‬ َ ‫ت ُت َر ِّت ُل فِى ال ُّد ْن َيا َفإِنَّ َم ْن ِز َل‬ َ ‫ُي َقا ُل ِل‬ ِ ْ‫ب ا ْلقُر‬ ‫آخ ِِر آ َي ٍة َت ْق َرؤُ ﮬَا‬ Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti, “Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya ! Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” Dengan demikian, pengurus Madrasah Diniyah Nurul Huda akan berupaya menumbuhkan minat siswa dalam belajar Al-Qur’an dengan cara metode audio visual. Mengapa demikian, karena seiring berkembangnya teknologi dan kecanggihan teknologi, pengurus mengatakan bahwa kitaa sebagai pendidik harus bisa meyesuaikan dengan perubahan zaman atau tidak ketinggalan zaman dan tanpa terpengaruh dengan perkembangan zaman yang negatif. Dengan demikian ada beberapa keunggulan dari metode yang akan dipakai tersebut yaitu, Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara peserta didik dengan sumber belajar, meningkatkan hafalan karena dengan kegairahan dalam belajar menggunakan audio visual siswa otomatis akan terus mengulangnya, pembelajaran lebih jelas dan menarik. Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa tertarik untuk lebih mengetahui bagaimana implementasi yang akan dilakukan oleh Madrasah Diniyah Nurul Huda, yang dikemas dalam penelitian yang berjudul: Upaya Menumbuhkan Minat Belajar Tahfidz Qur’an Melalui Pembelajaran 7 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Press, 1992). 85. Berbasis Audio Visual di Madrasah Diniyah (Penelitian Tindakan di Madrasah Diniyah Nurul Huda Cikancung Kab. Bandung). B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi minat belajar tahfidz al-Qur’an di Madrasah Diniyah Nurul Huda Cikancung Kab. Bandung sebelum diterapkan pembelajaran berbasis audio-visual? 2. Bagaimana penerapan pembelajaran tahfidz al-Qur’an berbasis AudioVisual di Madrasah Diniyah Nurul Huda Cikancung Kab. Bandung? 3. Bagaimana perkembangan minat belajar tahfidz al-Qur’an melalui Pembelajaran berbasis Audio Visual di Madrasah Diniyah Nurul Huda setelah menerapkan Pembelajaran Audio-visual? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kondisi minat belajar tahfidz al-Qur’an di Madrasah Diniyah Nurul Huda Cikancung Kab. Bandung sebelum diterapkan pembelajaran berbasis audio-visual 2. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran tahfidz al-Qur’an berbasis audio-visual di Madrasaha Diniyah Nurul Huda Cikancung Kab. Bandung 3. Untuk mengetahui perkembangan minat belajar tahfidz al-Qur’an melalui pemebelajaran berbasis audio-visual di Madarasah Diniyah Nurul Huda setelah penerapan Pembelajaran Audio-Visual. D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian a. Manfaat Dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan penyelesaian sebuah masalah motivasi dan perkembangan belajar siswa yang terdapat dalam ilmu keagamaan khususnya di bidang Tahfidz Qurán. b. Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1) Bagi Lembaga sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan pendidikan di Madrasah Diniyah 2) Bagi Guru sebagai bahan evaluasi secara umum tentang pentingnya memperhatikan motivasi dan minat belajar Tahfidz Qur’an untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. 3) Bagi siswa sebagai masukan dalam memanfaatkan pendidikan di madrasah diniyah dan meningkatkan minat belajar dan menghafal AlQur’an sehingga mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. 4) Bagi peneliti sebagai sumbangan pemikiran pada jurusan Pendidikan Agama Islam tentang Upaya Menumbuhkan Minat dalam Belajar Tahfidz Qur’an. E. Kerangka Pemikiran 1. Landasan Teologis Penelitian ‫حدثنا آدم حدثنا شعبة حدثنا قتادة قال مسعت زرارة بن أوىف حيدث عن‬ ‫ ( مثل‬: ‫سعد بن ﮬشام عن عائشة عن النيب صلى ﮬلال عليه و سلم قال‬ ‫الذي يقرأ القرآن وﮬو حافظ له مع السفرة ومثل الذي يقرأ وﮬو يتعاﮬده‬ ‫وﮬو عليه شديد فله أجران الكرامالربرة‬ Artinya: Dari ‘Aisyah berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda , “Orang yang ahli dalam al Qur’an akan berada bersama malaikat pencatat yang mulia lagi benar, dan orang terbata-bata membaca Al-Qur’an sedang ia bersusah payah (mempelajarinya), maka baginya pahala dua kali.” (HR. Bukhari) Berdasarkan hadist diatas yang disebut “orang yang ahli dalam alQur’an” adalah orang yang hafal al-Qur’an dan senantiasa membacanya, apalagi dengan memahami arti dan maksudnya. Dan yang dimaksud ‘bersama-sama malaikat’ adalah ia termasuk golongan yang memindahkan al-Qur’anul Karim dari Lauhul Mahfudz dan menyampaikannya kepada orang lain melalui bacaanya. Dengan demikian, keduanya memiliki pekerjaan yang sama. Juga dapat berarti : Ia akan bersama para malaikat pada hari Mahsyar nanti. Dan orang yang terbata-bata membaca al-Qur’an akan memperoleh dua pahala; satu pahala karena bacaanya, dan satunya lagi karena kesungguhannya mempelajari Al-Qur’an berkali-kali. Salah satu upaya untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an adalah dengan cara menghafal seperti jalan yang ditempuh para sahabat Nabi, karena disamping menghafalkan Al-Qur’an menurut Imam Nawawi orang tersebut mesti berada dalam keadaan paling sempurna dan perilaku paling mulia, menjauhkan dirinya dari segala sesuatu yang dilarang Al-Qur’an, terpelihara dari pekerjaan yang rendah, berjiwa mulia, lebih tinggi derajatnya dari para penguasa yang sombong dan pencinta dunia yang jahat, merendahkan diri kepada orang-orang sholeh dan ahli kebaikan, serta kaum miskin, menjadi orang yang khusyuk memiliki ketenangan dan wibawa seperti keterangan berikut: ‫أ يكون على أكمل األحواء كأكر الشمائل كأن يرفع نفسه عن كل‬ ‫ما ﮬنى القرآن عنه إجاالل للقرآن كأن يكون مصونا عن دنئ االكتساب‬ ‫مرتفعا على اجلبابرة كاجلفاة من أﮬل الدنيا متواضعا للصاحلني كأﮬل‬ ‫اخلري كادلساكني كأن يكون متخشعا ذا سكينة ككقا‬ Dalam menghafalkan Al-Qur’an ini tentu tidak mudah, dengan sekali membaca langsung hafal. Akan tetapi`ada metodenya, dan juga ada berbagai macam problematikanya. Menjaga dan memelihara Al-Qur’an adalah perbuatan yang sangat mulia dihadapan Allah. Menghafal AlQur’an adalah salah satu cara untuk memelihara kemurnian Al-Qur’an. Oleh karena itu beruntunglah orang-orang yang dapat menjaga Al-Qur’an dengan menghafal, memahami dan mengamalkan kandungannya. ‫ِى‬ َ ‫ِّك ِب ْٱلح ِْك َم ِة َو ْٱل َم ْوعِ َظ ِة ْٱل َح َس َن ِة ۖ َو ٰ َجد ِْلهُم ِبٱلَّتِى ﮬ‬ َ ‫يل َرب‬ ِ ‫ْٱدعُ إِ َل ٰى َس ِب‬ .‫ل َعن َس ِبيلِهِۦ ۖ َوﮬ َُو أَعْ َل ُم ِب ْٱل ُم ْه َتدِين‬ َّ ‫ض‬ َ ‫َّك ﮬ َُو أَعْ َل ُم ِب َمن‬ َ ‫أَحْ َسنُ ۚ إِنَّ َرب‬ Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. An-Nahl ayat 125) Serulah (wahai rasul) oleh mu dan orang-orang yang mengikutimu kepada agama tuhanmu dan jalanNya yang lurus dengan cara bijakasana yang telah Allah wahyukan kepadamu di dalam al-qur’an dan -sunnah. Dan bicaralah kepada manusia dengan metode yang sesuai dengan mereka, dan nasihati mereka dengan baik-baik yang akan mendorong mereka menyukai kebaikan dan menjauhkan mereka dari keburukan. Dan debatlah mereka dengan cara perdebatan yang terbaik, dengan halus dan lemah lembut. sebab tidak ada kewajiban atas dirimu selain menyampaikan, Dan sungguh engkau telah menyampaikan, adapun hidayah bagi mereka terserah kepada Allah semata. Dia lebih tahu siapa saja yang sesat dari jalanNya dan Dia lebih tahu orang-orang yang akan mendapatkan hidayah. ‫ َفإِ َذا َق َر ْأ ٰ َن ُه‬.‫ إِنَّ َع َل ْي َنا َج ْم َعهُۥ َوقُرْ َءا َنهُۥ‬.‫َال ُت َحرِّ كْ ِب ِه ل َِسا َن َك لِ َتعْ َج َل ِب ِه‬ .‫ ُث َّم إِنَّ َعلَ ْي َنا َب َيا َنهُۥ‬.‫َفٱ َّت ِبعْ قُرْ َءا َنهُۥ‬ Artinya : Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya. (Qs. Al-Qiyamah ayat 16-19) “kewajiban Kami-lah untuk membuatmu mengingatnya dan menjadikannya dibaca dengan segenap pikiran dan hati”. Seperti ditunjukkan dalam catatan sebelumnya, Al-Quran hanya dapat dipahami jika dibaca dengan penuh perhatian sebagai suatu kesatuan yang utuh, dan bukan sekadar kumpulan pepatah moral, kisah-kisah, atau hukum-hukum yang terpisah-pisah. “ikutilah pembacaannya”, yakni, pesannya yang diungkapkan dalam kata-kata. Karena Allah-lah yang mewahyukan Al- Quran dan menganugerahkan kepada manusia kemampuan untuk memahaminya. َّ ‫عن أَبي أُما َم َة رضي‬ ُ ‫ سم‬: ‫َّللا عن ُه قال‬ ِ َّ ‫ِعت رسو َل‬ َ ‫َّللا‬ ُ‫صلّى َّللا‬ ْ ‫حاب ِه‬ َ ْ‫ « ا ْق َرؤُ ا القُر‬: ‫وسلَّم يقو ُل‬ َ ‫َع َل ْي ِه‬ ِ ْ‫آن فإِ َّن ُه َيأتي َي ْوم القيام ِة َشفِيعا ً ألص‬ )‫» (رواه مسلم‬ Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim) Al-Qur’an akan menjadi syafaat atau penolong di hari kiamat untuk para pembacanya. ۡ َ ‫َوأَن لَّ ۡي‬ .‫ِل ْن َس ِن إِ َّال َما َس َعى‬ ِ ‫سل‬ “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (Qs. An-najm ayat 39) (Dan bahwasanya) bahwasanya perkara yang sesungguhnya itu ialah (seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya) yaitu memperoleh kebaikan dari usahanya yang baik, maka dia tidak akan memperoleh kebaikan sedikit pun dari apa yang diusahakan oleh orang lain. .‫قُ ْل ُك ٌّل يَّعْ َم ُل َع ٰلى َشا ِك َلت ِٖۗه َف َر ُّب ُك ْم اَعْ َل ُم ِب َمنْ ﮬ َُو اَ ْﮬ ٰدى َس ِبي ًْال‬ Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masingmasing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. Sangatlah saling mendukung dan menguatkan akan pentingnya pendidikan minat atau kemauan pada diri masing-masing anak. Karena ketika seseorang dalam hatinya sudah tumbuh semangat untuk belajar maka tidak akan ada kata putus asa lagi untuk selalu menimba ilmu Allah. Karena Allah akan selalu memperlihatkan hasil dari apa yang sudah dilakukan oleh umatnya. 2. Konsep Tentang Pembelajaran Tahfizh Al-Quran Menurut Farid Wadji, tahfiz al-Qur’an dapat di definisikan sebagai proses menghafal al-Qur’an dalam ingatan sehingga dapat dilafadzkan / di ucapkan di luar kepala secara benar dengan cara-cara tertentu secara terus menerus. Orang yang menghafalnya disebut al-hafiz, dan bentuk pluralnya adalah al-huffaz. Farid Wadji (2008) Definisi tersebut mengandung dua hal pokok, yaitu, seorang yang menghafal dan kemudian mampu melafadzkannya dengan benar sesuai hukum tajwid harus ssuai dengan mushaf al-Qur’an. Kedua, seorang penghafal senantiasa menjaga hafalannya secara terus menerus dari lupa, karena hafalan al-Qur’an itu sangat cepat hilangnya. Dengan demikian, orang yang telah hafal sekian juz al-Qur’an dan kemudian tidak menjaganya secara terus menerus, maka tidak disebut sebagai hafidz al-Qur’an, karena tidak menjaganya secara terus menerus. Begitu pula jika ia hafal beberapa juz atau beberapa ayat alQur’an, maka tidak termasuk hafidz al-Qur’an.8 Terdapat beberapa manfaat dan keutamaan tentang kedudukan para penghafal al-Qur’an. Pertama, menghafal al-Qur’an berarti menjaga otentisitas al-Qur’an yang hukumnya fardlu kifayah, sehingga orang yang menghafal al-Qur’an dengan hati bersih dan ikhlas mendapatkan kedudukan yang sangat mulia di dunia dan di akhirat, karena mereka merupakan makhluk pilihan Allah. Jaminan kemuliaan ini antara lain bahwa orang yang al Qur’an akan memberi syafaat baginya, menghafal al Qur’an merupakan sebaik-baik ibadah, selalu dilindungi malaikat, mendapat rahmat dan ketenangan, mendapat anugerah Allah, dan menjadi hadiah bagi orang tuanya. Kedua, menghafal al-Qur’an membentuk akhlak mulia baik bagi pribadi sang hafidz maupun menjadi contoh bagi 8 2008). Farid W, “Tahfidz al Qur’an dalam Kajian Ulum al Qur’an” (UIN Syarif Hidayatulloh, masyarakat luas. Al-Qur’an merupakan “hudan li annas” (petunjuk bagi manusia). Semakin dibaca, dihafal dan dipahami, maka semakin besar petunjuk Allah didapat. Petunjuk Allah berupa agama Islam berisi tentang aqidah, ibadah dan akhlak. Akhlak merupakan inti dari agama yang menjadi misi utama Nabi Muhammad Saw diutus Allah. Ketiga, menghafal al-Qur’an meningkatkan kecerdasan. Pada dasarnya setiap manusia dibekali dengan bermacam-macam potensi/kecerdasan meliputi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual (multiple intelligence). Menghafal Al-Qur’an urgen untuk dikembangkan di setiap lembaga pendidikan Islam baik sekolah maupun madrasah karena merupakan usaha menjaga orisinalitas al-Qur’an yang mutlak menjadi kewajiban bagi umat Islam, membentuk pribadi mulia dan meningkatkan kecerdasan. Terbentuknya pribadi mulia dan cerdas, yakni pribadi yang taqwa kepada Allah dan RasulNya, dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan menjadi tujuan pendidkan dan karakteristik sebuah lembaga pendidikan Islam yang maju. Suksesnya program tahfidz al-Qur’an di sebuah lembaga pendidikan Islam menjadi jembatan menuju tercapainya keunggulan-keunggulan terhadap disiplin ilmuilmu yang lain. Oleh karena itu, mensukseskan program tahfidz al-Qur’an bagi lembaga pendidikan adalah hal yang penting. 9 Kesulitan menghafal AL-Qur’an bukan perkara gampang, apabila tidak didasari niat karena Allah. Banyak metode menghafal AL-Qur’an yang cepat dan mudah seperti, membaca sebanyak 20 kali, mushafnya jangan ganti-ganti, jika ayatnya panjang penggal menjadi beberapa bagian. Untuk mengurangi kesulitan dalam menghafalkan Al-Qur’an maka pada lembaga pendidikan tingkat dasar mengkhususkan hafalan Al-Qur’an pada hafalan Juz ‘Amma. Hal ini akan mengurangi banyak masalah dalam hafalah karena Juz ‘Amma lebih mudah dihafalkan dibanding juz lain dalam Al-Qur’an. Juz ‘Amma merupakn Juz terakhir dalam Al-Qur’an 9 Nurul Hidayah, “Strategi Pembelajaran Tahfidz Qur’an,” Ta’allum 4, no. 1 (2016): 63. yang surat-suratnya pendek dan meggunakan bahasa yang indah sehingga mudah diingat. Kandungan dalam Juz ‘Amma juga merupakan materi pokok ajaran Islam yang harus dikuasai oleh anak sekolah tingkat dasar. Seorang anak sebelum melakukan hafalan Al-Qur’an juga harus memenuhi beberapa syarat agar hafalannya berjalan dengan lancar. Adapun beberapa syarat yang harus dipenuhi terebut adalah sebagai berikut : 1) Mampu berkonsentrasi dan tidak memikirkan masalah-masalah yang yang bisa mengganggu hafalan. 2) Niat yang ikhlas, niat adalah syarat yang paling penting dan paling utama dalam hafalan Al-Qur’an, karena apabila seseorang melakukan pekerjaan tanpa ada niat yang jelas maka pekarjaan itu tidak akan bisa tercapai dengan maksimal. 3) Izin dari orang tua, seorang anak adalah tanggungjawab orang tua, sehingga apabila ia hendak melakukan suatau kegiatan apapun itu maka harus mendapatkan izin dari orang tua. 4) Tekat yang kuat dan bulat, tekat yang kuat dan bersungguhsungguh dalam hafalan akan menjadikan hafalan menjadi mudah dan berjaln dengan lancer. 5) Sabar, hafalan Al-Qur’an adalah hal yang memerlukan kesabaran karena membutuhkan waktu yang lama dan akan menemui banyak kendala.10 Ada beberapa strategi yang bisa diterapkan bagi lembaga pendidikan Islam yang mengelola program tahfidz al-Qur’an: Pertama, memperbaiki dan menyempurnakan manajemen tahfidz al-Qur’an dengan pemilihan waktu yang tepat akan menunjang konsentrasi peserta didik dalam menghafal al-Qur’an, menghilangkan kejenuhan dan memperbarui semangat. Kedua, mengaktifkan dan memperkuat peran instruktur tahfidz dalam membimbing dan memotivasi siswa 10 Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an (Yogyakarta: Diva Press, 2012), 41. penghafal al-Qur’an. Ketiga, menyempurnakan mekanisme dan metode yang diterapkan oleh guru tahfidz. Keempat, memperkuat dukungan orangtua. Kelima, memperkuat kontrol dan motivasi atasan. Kepala sekolah/ madrasah adalah pemimpin pendidikan yang merupakan penanggungjawab pertama dalam aktivitas yang dilaksanakan.11 3. Konsep tentang Pembelajaran Berbasis Audio Visual Media audio visual merupakan media yang dapat menampilkan unsur gambar dan suara penggabungan kedua unsur inilah yang memuat media audio visual memiliki kemampuan yang lebih baik.12 Menurut Semenderiadis Audiovisual media play a significant role in the education process, particularly when usedextensively by both teacher and children. Audiovisual media provide children with many stimuli, due to their nature (sounds, images). They enrich the learning environment, nurturing explorations, experiments and discoveries, and encourage children to develop their speech and express their thoughts (Media audio-visual memainkan peran penting dalam proses pendidikan, terutama ketika digunakan oleh guru dan peserta didik.13 Media audio visual merupakan seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa media audio visual adalah perantara atau peraga yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar yang pengunaan materi penyerapannya melalui pandangan (gambar) dan pendengaran (suara). Menurut Wati langkah-langkah dalam penggunaan media audio visual yaitu: Nurul Hidayah, “Strategi Pembelajaran Thfidz Qur’an,” Ta’allum 4, no. 1 (2016): 71–73. Andayani, “Pembelajaran Terpadu SD” (Universitas Terbuka, 2014). 13 Themistoklis Semenderiadis, “Using Audiovisual Media in Nursery School Within the Framework of the Interdisciplinary Approach,” 2009, 68. 11 12 a. Persiapan materi. Dalam hal ini, seorang guru harus menyiapkan unitpelajaran terlebih dahulu, setelah itu baru menetapkan media audio visual yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. b. Durasi media Seorang guru harus menyesuaikan durasi media dengan jam pelajaran. c. Persiapan kelas Persiapan ini meliputi persiapan peserta didik dan persiapan alat. d. Tanya jawab Setelah penggunaan media audio visual guru melakukan refleksi dan Tanya jawab dengan peserta didik, tujuannya untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan.14 Wati (2016. hlm 55-56) Selanjutnya Arsyad mengemukakan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan media audio visual adalah sebagai berikut: a. Mempersiapkan diri Pada tahap ini guru mempersiapkan diri dengan cara memeriksa dan menentukan apa yang akan digunakan untuk membangkitkan minat perhatian dan memotivai peserta didik sehingga dapat membantu peserta didik untuk memahami materi yang akan disamapikan. b. Membangkitkan kesiapan peserta didik Peserta didik dituntun untuk memiliki kesiapan untuk mendengar dan memperhatikan dengan memberikan petanyaan-pertnayaan. c. Mendengarkan dan melihat materi Guru menuntun peserta didik untuk menjalani pengalaman mendengar dan melihat dalam waktu yang tepat sehingga materi dapaat diserap. d. Diskusi Guru bersama peserta didik mendiskusikan materi yang telah ditayangkan.15 Media audio visual merupakan media yang cocok diterapkan pada pembelajaran di tingkatan sekolah dasar / Madrasah Ibtidaiyah. Karena membuat media audio visual membuat penyajian pembelajaran menjadi 14 15 Ega Rima Wati, Ragam Media Pembelajaran (Surabaya: Kata Pena, 2016). 55-56. Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017). 143-144. lebih menarik dan menyenangkan. Sehingga peserta didik bisa belajar dengan fokus serta maksimal dalam pembelajaran dikelasnya. 4. Skema Kerangka Pikir Penelitian Kondisi Awal Metode Konvensional Tindakan Model STT Nilai Rata-rata Pengetahuan Siswa di Bawah KKM Model Lewin 1. 2. 3. 4. Kondisi Akhir Plan Act Observe Reflect Maks 3 Siklus Pengetahuan Siswa Meningkat Sebesar 80% F. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian Umi Muafiah dkk, pada tahun 2019 dengan judul jurnal “Peningkatan belajar Siswa Melalui Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Fiqih”. Menyatakan hasil belajara fiqih peserta didik sesudah diterapkannya proses belajar melalui audio visual meningkat. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari perhitungan dan diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik sangat baik. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih dengan melalui media tersebut mengalami peningkatan signifikan. Dan karena minatnya siswa dalam belajar PAI karena metode konvensional digunakan oleh pendidik.16 2. Penelitian Atik Rohibah dengan judul skripsi “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Minat Baca Al-Qur’an Melalui Pembelajaran Multimedia di MI Nurul Huda Semarum, tahun 2014. Umi Muafiah et al., “Peningkatan Minat Belajar Siswa Melalui Media Audio Visual dalam Pembelajaran Fiqih,” Studi dan Sosial (2019). 16 Menyatakan adanya peningkatan rata-rata skor total siswa dari pratindakan I sampai tindakan II. Pembelajaran pratindakan yang tanpa menggunakan media gambar sederhana dinilai kurang efektif. Sedangkan pembelajaran pada siklus I dengan mengguanakan media gambar sederhana dinilai efektif, dan pembelajaran pada siklus II yang menggunakan media multimedia berbasis Audio visual dengan narasi dinilai sangat efektif.17 3. Nida Khofyya Hidayat dan Maemunah Sa’diyah, tahun 2020 dengan judul Jurnal “Upaya Meningkatkan Motivasi Anak Mempelajari Al-Qur’an Melalui Vidio Animasi Pada Masa Pandemi Covid-19. Menyatakan danya baground animasi yang dapat menarik minat dan perhatian anak, mempermudah anak cepat paham, sekaligus bisa meningkatkan motivasi anak. Dan mereka meyakini ketika selalu membaca Al-Qur’an bahwa Allah Swt. selalu menjaganya. Sehingga anak mampu memahami fungsi, manfaat, hingga keistimewaan yang dimiliki Al-Qur’an yang sangat berpengaruh positif dalam diri anak pada masa pandemi covid-19.18 Penelitian terdahulu dapat dilihat orisinilitasnya dalam tabel di bawah ini: Tabel 1.1. Perbedaan Penelitian Dengan Penelitian Sebelumnya Nama Peneliti, Judul dan Tahun Penelitian 1 Umi Muafiyah dkk, 2019, Peningkatan belajar Siswa Melalui Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Fiqih Atik Rohibah, 2014, Upaya Guru Pendidikan Persamaan Perbedaan Orisinilitas Peneliti 2 Menggunakan media audio visual dalam peningkatan belajar siswa 3 Mempengaruhi minat siswa dalam pembelajaran Fiqih Berupaya dalam Guru PAI yang Berupaya berupaya meningkatkan hasil 4 Menumbuhkan minat siswa dalam belajar tahfidz qur’an berbasis audio visual Atikah Rohibah, “Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Minat Baca al-Qur’an Melalui Pembelajaran Multimedia” (UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2014). 88-89. 18 Nida Khofyya Hidayat dan Maemunah Sa’diyah, “Upaya Meningkatkan Motivasi Anak Mempelajari al-Qur’an Melalui Vidio Animasi Pada Masa Pandemi Covid-19,” Jurnal Program Mahasiswa Kreatif 4, no. 1 (2020): 131. 17 Agama Islam dalam Meningkatkan Minat Baca Al-Qur’an Melalui Pembelajaran Multimedia di MI Nurul Huda Semarum Nida Khofyya Hidayat dan Maemunah Sa’diyah, 2020, Upaya Meningkatkan Motivasi Anak Mempelajari AlQur’an Melalui Vidio Animasi Pada Masa Pandemi Covid-19 meningkatkan meningkatkan minat belajar minat belajar siswa belajar siswa dalam peningkatan minat belajar motivasi dan minat siswa yang di upayakan untuk meningkatkan pembelajaran siswa Audio visual yang menjadi media pembelajaran dalam meningkatkan minat belajar tahfidz qur’an. Pembelajaran melalui video animasi pada masa pandemi covid-19 G. Hipotesis Tindakan Berdasarkan teori pembelajaran dan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, dengan menggunakan media audio visual akan dapat meningkatkan minat belajar tahfidz qur'an siswa Madrasah Diniyah Nurul Huda Cikancung Kab. Bandung Kelas III sebesar 80% dalam maksimal 3 siklus. H. Langkah-langkah Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang dipakai yaitu metode deskriptif. Merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.19 19 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Cv. Alfabeta, 2005), 21. Model penelitian yang digunakan yaitu Peneitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional. PTK berupaya meningkatkan dan mengembangkan profesionalisme guru dalam menunai kan tugasnya. Dalam literatur berbahasa Inggris, PTK dikenal dengan istilah clasroom action research, yang disingkat CAR. PTK atau CAR menjadi perhatian para ahli pendidikan dunia, seiring dengan perubahan pola pandang masyarakat terhadap tugas pendidik sebagai profesi yang tidak lagi inferior. Para praktisi pendidikan dunia berupaya memposisikan pekerjaan guru sebagai profesi yang sejajar dengan profesi-profesi yang lainnya. Kalau dulu guru dianggap sebagai semiprofesi, saat ini pekerjaan guru sedang digiring untuk menjadi profesi yang seutuhnya. Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset฀tindakan-riset-tindakan- …”, yang dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah individual action research dan collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang sama. Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Action research berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Action research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti.20 2. Tempat dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Madrasah Diniyah Nurul Huda Kp. Cikamuning Rt 002 Rw 006 Ds. Mandalasari Kec. Cikancung Kab. Bandung. 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3 yang terdiri dari laki-laki sebanyak 10 siswa dan perempuan sebanyak 17 siswa. Objek adalah hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Dengan kata lain objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi fokus dari sebuah penelitian. Jika kita bicara tentang objek penelitian, objek inilah yang akan dikupas dan dianalisis oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang sesuai dengan objek penelitian. Objek yang dijadikan sumber dalam penelitian ini adalah Upaya Menumbuhkan Minat Belajar Tahfidz Qur’an Berbasis Audio Visual di Madrasah diniyah Nurul Huda Cikancung Kab. Bandung. 4. Model Penelitian dan Desain Tindakan a. Model Penelitian Tindakan Model Penelitian dan desain tindakan yang digunakan yaitu Model Kurt Lewin. Ada empat komponen yang dikenalkan dalam penelitian tindakan yaitu, perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan dari keempat komponen tersebut dimaknai menjadi satu siklus. 20 Mahmud M dan Tedi Priatna, Penelitian Tindakan Kelas ( Teori dan Praktik ), ed. Ija Suntana (Bandung: Tsabita, 2008).19-20. Tindakan perencanaan pengamatan Refleksi Gambar 1.2. Model Penelitian Tindakan dari Kurt Lewin Berdasarkan gambar di atas bahwa model Kurt Lewin langkah pertama yang dilakukan adalah: 1) Perencanaan Merancang penelitian tindakan yang akan dilakukan. Kalau pelaksanaannya di kelas berarti rencana/perencanaan tersebut disesuaikan dengan objek dan masalah yang di tingkatkan. 2) Tindakan Melakukan intervensi sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tindakan dilaksnakan dengan hati-hati dan teliti agar dicapai peningkatan yang baik. 3) Pengamatan Mengamati dampak tindakan yang dilakukan. Apakah rencana dan tindakannya berhasil atau tidak. Artinya apakah ketika proses ada peningkatan atau tidak (peningkatan motivasi/semangat, peran, dan hasil). 4) Refleksi Membuka dan membahas kembali terhadap apa yang telah dilakukan. Refleksi di sini untuk mengetahui kekurangan, kelemahan dan ketidakberhasilan tindakan yang telah dilakukan kemudian menyusun rekomendasi dan saran-saran untuk melangkah pada siklus berikutnya jika belum tuntas.21 b. Desain Tindakan Setyawan Pujiyono, “Desain Penelitian Tindakan Kelas dan Teknik Pengembangan kajian Pustaka” (2008): 3–4. 21 1) Pra Kondisi Penelitian ini dikenakan pada siswa kelas III Madrasah Diniyah Nurul Huda Cikancung Kab. Bandung, karena yang dominan kurangnya minat belajar tahfidz qur’an terdapat di kelas III dengan jumlah siswa 27 orang. Sebelum diadakan tindakan, peneliti mengadakan dialog awal dengan salah seorang pengurus sekaligus guru mata pelajaran BTQ untuk mengetahui kondisi awal siswa dalam proses pembelajaran al-Qur’an. Dari hasil diskusi dengan guru BTQ, didapatkan beberapa masalah yang berkaitan dengan minat dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran al-Qur’an khususnya di bidang Tahfidz Qur’an. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti memberikan solusi untuk masalah tersebut dengan menerapkan media audio visual, guna mengatasi masalah minat dan hasil belajar al Qur’an di bidang Tahfidz. Dimana media audio visual ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar Tahfidz Qur’an. Rendahnya minat dan hasil belajar Tahfidz Qur’an di kelas III Madrasah Diniyah Nurul Huda Cikancung Kab. Bandung disebabkan karena guru tidak menggunakan media dan kurang tepat memilih strategi dan metode yang digunakan. Hal ini menyebabkan siswa bosan dalam mengikuti pembelajaran, siswa kurang semangat dalam menghafal. Berdasarkan dialog awal dengan guru BTQ, peneliti menemukan beberapa masalah mengenai minat dan hasil belajar untuk sejumlah 27 siswa kelas III yang mengikuti tes dan mampu menghafal Juz’ama sebanyak 11 siswa (41%) sedangkan siswa yang belum mengikuti tes dan belum menghafalnya sebanyak 18 siswa (59%). 2) Tindakan a) Perencanaan Rencana tindakan dilakukan di kelas III Madrasah Diniyah Nurul Huda yaitu pada hari kamis tanggal 17 Juni 2021 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat peneliti berdasarkan materi yang akan dipelajari yaitu Menghafal dan Memahami Surat At-takatsur. Pada tindakan kelas tersebut menggunakan media audio visual yaitu sebuah proyektor dengan materi Menghafal dan memahami surat atTakatsur. Dengan sub materi: surat beserta artinya, asbabun nuzul. b) Tindakan dan Pengamatan Pelaksanaan tindakan kelas dilaksanakan pada hari kamis tanggal 17 juni 2021, pembelajaran dimulai pada pukul 14:00 WIB. Siswa kelas III yang hadir sebanyak 27 siswa, materi yang disampaikan yaitu tentang surat at-takatsur beserta artinya, dan asbabun nuzul surat at-takatsur. Pelaksanaan dilakukan di kelas dengan menggunakan media audio visual yaitu sebuah proyektor, pada pelaksanaan tindakan pengajaran guru dibantu peneliti. Sedangkan penerima tindakan adalah siswa kelas III Madrasah Diniyah Nurul Huda. Selama pembelajaran, peneliti bertindak sebagai observasi dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah disepakati serta melakukan monitoring terhadap reaksi siswa. Peneliti juga mencatat kejadia-kejadian penting dalam suatu proses pembelajaran yang diperoleh peneliti dalam lembar observasi, lembar catatan lapangan dan setelah selesai pembelajaran, guru diminta untuk memberi tanggapan. c) Refleksi Refleksi tindakan kelas dilaksanakan setelah berakhir pembelajaran. Dalam kegiatan refleksi ini peneliti dan guru bersama-sama mendiskusikan hasil observasi. Dari observasi tersebut diperoleh beberapa hal, diantaranya:  Tindak Mengajar Peneliti telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menggunakan media audio visual yaitu proyektor. Penerapannya sudah maksimal karena peneliti dan siswa sudah menyesuaikan kondisi dikelas, pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru. Siswa tidak gaduh dan berbicara sendiri saat pembelajaran terutama saat menghafal. Dalam proses menghafal kemampuan siswa meningkat dilihat ketika sedang menghafal siswa tersebut fokus dan tidak banyak yang melamun juga terlihat lebih semangat.  Tindak Belajar Terdapat peningkatan dalam kondisi menghafal siswa meskipun belum signifikan. Hal ini terlihat pada fokus penelitian/indikator ciri-ciri sifat siswa yang mempengaruhi menurunnya minat dalam belajar Tahfidz Qur’an antara lain :  Siswa yang Cepat merasa bosan dalam belajar menjadi semangat dalam mengikuti pembelajaran dilihat dari cara siswa yang fokus dalam memperhatikan dan menyimak materi.  Semua siswa sudah merasa percaya diri dengan hafalannya.  Siswa lebih aktif dan semangat dalam menjalankan tes hafalan. 3) Post Kondisi Berdasarkan hasil dari pembelajaran yang dilakukan pada setiap penerapan media audio visual yaitu proyektor dapat dilihat adanya peningkatan minat belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tahfidz qur’an. Data yang diperoleh peneliti mengenai upaya menumbuhkan minat belajar tahfidz qur’an berbasis audio visual di Madrasah Diniyah Nurul Huda pada kelas III dari sebelum dilakukan tindakan sampai akhir tindakan kelas yaitu disajikan dalam table berikut : Kelas Cepat merasa bosan dalam belajar Kurang memiliki rasa percaya diri Sering melamun dan tidak aktif dalam belajar Tidak mau menjawab pertanyaan guru secara sukarela dan lebih berdiam diri III 2 - - 2 Berusaha bolos saat ada tes 1 5. Jenis dan Sumber Data Penelitian a. Jenis Data Penelitian Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Menurut Sugiyono Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka.22 Dalam hal ini data kuantitatif yang diperlukan adalah: gambaran motivasi belajar siswa, yang diperoleh dengan menggunakan observasi. b. Sumber Data Penelitian Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.23 Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data primer. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugasnya) dari sumber pertamanya.24 Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah Pengurus sekaligus Guru Btq Madrasah Diniyah Nurul Huda Cikancung Kab. Bandung. 22 Sugiyono, Statistik Untuk Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), 15. Suharsimi Arikunto, Preosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet.14. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 129. 24 Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1987), 93. 23 6. Teknik Pengumpulan Data Penelitian a. Metode Observasi Peneliti juga menggunakan metode observasi, dimana metode observasi ini tampaknya merupakan metode yang penting dan harus mendapat perhatian selayaknya. Observasi mengungkapkan gambaran sistemis mengenai peristiwa, tingkah laku, benda atau karya yang dihasilkan dan peralatan yang digunakan. Pengguanaan metode observasi secara tepat yang sesuai dengan persyaratan yang digunakan dalam teknik-tekninya, baik digunakan secara tersendiri, maupun digunakan secara bersama-sama dalam metode lainnya dalam suatu kegiatan di lapangan, akan sangat bermanfaat untuk memperoleh data yang tepat, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk melaksanakan metode observasi sebaik-baiknya perlu latihan dan pengalaman yang cukup, sekalipun banyak orang yang menganggap kegiatan observasi merupakan kegiatan yang paling mudah serta dapat dilakukan secara sambil lalu. Mereka mungkin menganggap bahwa metode observasi merupakan kegiatan sehari-hari dan tidak memerlukan pemahaman yang mendalam. Sebab metode ini menggunakan mata untuk melihat dan mengamati segala sesuatu yang ada di sekeliling atau yang sedang mita hadapi, bahkan seringkali hal ini terjadi tanpa sengaja atau tanpa suatu rencana.25 Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mengetahui minat siswa dalam mengikuti pembelajaran yang digambar dalam lembar observasi (LO). Selain lembar Observasi Minat, lembar observasi lainnya yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) LO Aktivitas Mengajar Guru 2) LO Penggunaan Media Audio-Visual 3) LO Kondisi Belajar Siswa Mohammad Arif Amiruddin, “Analisis Visual Kriya Kayu Lame di Kampung saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagadean Kabupaten Subang” (Universitas Pendidikan Indonesia, 2014), 41. 25 4) LO Interaksi Belajar Siswa b. Catatan Refleksi Refleksi dalam penelitian tindakan adalah kegiatan merenungkan, mencermati hasil analisis data. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahn dapat teratasi.26 Dalam penelitian ini catatan refleksi akan digunakan sebagai ajang pengamatan tindakan kelas dalam rangka memetakan minat belajar tahfidz qur’an di Madrasah Diniyah Nurul Huda Cikancung Kab. Bandung. 7. Analisis Data Penelitian a. Teknik Analisis Data Miles dan Hubermen (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/ verification). Analisis data kualitatif model Miles dan Hubermen terdapat 3 (tiga) tahap: 1) Tahap Reduksi Data Sejumlah langkah analisis selama pengumpulan data menurut Miles dan Huberman adalah : Pertama, meringkaskan data kontak langsung dengan orang, kejadian dan situasi di lokasi penelitian. Pada langkah pertama ini termasuk pula memilih dan meringkas dokumen yang relevan. 26 Jontarnababan, “Kegiatan Observasi dan Refleksi dalam PTK,” PTK-PTS (2020). Kedua, pengkodean. Pengkodean hendaknya memperhatikan setidak-tidaknya empat hal : 1) Digunakan simbul atau ringkasan. 2) Kode dibangun dalam suatu struktur tertentu. 3) Kode dibangun dengan tingkat rinci tertentu. 4) Keseluruhannya dibangun dalam suatu sistem yang integratif. Ketiga, dalam analisis selama pengumpulan data adalah pembuatan catatan obyektif.Peneliti perlu mencatat sekaligus mengklasifikasikan dan mengedit jawaban atau situasi sebagaimana adanya, faktual atau obyektif-deskriptif. Keempat, membuat catatan reflektif. Menuliskan apa yang terangan dan terfikir oleh peneliti dalam sangkut paut dengan catatan obyektif tersebut diatas. Harus dipisahkan antara catatan obyektif dan catatan reflektif. Kelima, membuat catatan marginal. Miles dan Huberman memisahkan komentar peneliti mengenai subtansi dan metodologinya. Komentar subtansial merupakan catatan marginal. Keenam, penyimpanan data. Untuk menyimpan data setidaktidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan: 1) Pemberian label 2) Mempunyai format yang uniform dan normalisasi tertentu 3) Menggunakan angka indeks dengan sistem terorganisasi baik. Ketujuh, analisis data selama pengumpulan data merupakan pembuatan memo. Memo yang dimaksud Miles dan Huberman adalah teoritisasi ide atau konseptualisasi ide, dimulai dengan pengembangan pendapat atau porposisi. Kedelapan, analisis antarlokasi. Ada kemungkinan bahwa studi dilakukan pada lebih dari satu lokasi atau dilakukan oleh lebih satu staf peneliti. Pertemuan antar peneliti untuk menuliskan kembali catatan deskriptif, catatan reflektif, catatn marginal dan memo masing-masing lokasi atau masing-masing peneliti menjadi yang konform satu dengan lainnya, perlu dilakukan. Kesembilan, pembuatan ringkasan sementara antar lokasi. Isinya lebih bersifat matriks tentang ada tidaknya data yang dicari pada setiap lokasi. 2) Tahap Penyajian Data / Analisis Data Setelah Pengumpulan Data Pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau penampilan (display) dari data yang dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya, mengingat bahwa peneliti kualitatif banyak menyusun teks naratif.Display adalah format yang menyajikan informasi secara tematik kepada pembaca. Miles dan Huberman memperkenalkan dua macam format, yaitu : diagram konteks (context chart) dan matriks. Miles, Huberman (1984) Penelitian kualitatif biasanya difokuskan pada kata-kata, tindakan- tindakan orang yang terjadi pada konteks tertentu. Konteks tersebut dapat dilihat sebagai aspek relevan segera dari situasi yang bersangkutan, maupun sebagai aspek relevan dari sistem sosial dimana seseorang berfungsi (ruang kelas, sekolah, departemen, keluarga, agen, masyarakat lokal). 27 Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapi tujuan penelitian. Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Miles dan Hubermen menyatakan: ”the most frequent form of display data for 27 Miles M.B dan Huberman A.M, Analisa Data Kualitatif, ed. TjeTjep Rohendi Rohidi (Malang: Wineka Media, 1984), 133. qualitative research data in the post has been narrative text” / yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. 3) Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Langkah selanjutnya adalah tahap penarikan kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan buktibukti buat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat peneliti kembali ke lapangan maka kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel. Kualitas suatu data dapat dinilai melalui beberapa metode, yaitu: a. mengecek representativeness atau keterwakilan data b. mengecek data dari pengaruh peneliti c. mengecek melalui triangulasi d.melakukan pembobotan bukti dari sumber data-data yang dapat dipercaya mengkontraskan data e. membuat f.menggunakan perbandingan kasus ekstrim atau yang direalisasi dengan memaknai data negatif. b. Model Analisis Data 1) Analisis Hasil Observasi Masing-masing Lembar Observasi dihitung dengan mencari nilai rerata minat siswa berdasarkan lembar observasi: Sedangkan kategori yang ditentukan adalah: Skala 80-100 60-79 Deskripsi Minat Sangat Tinggi Minat Tinggi 40-59 20-39 0-19 Minat Cukup Minat Kurang Tidak Ada Minat 2) Analisis Catatan Refleksi Catatan Refleksi akan dianalisis dengan mengacu kepada pemenuhan tuntutan perbaikan dalam proses pembelajaran dan dimasukkan pada bagian perencanaan di siklus berikutnya. 8. Analisis Keabsahan Data Penelitian Keabsahan datanya menggunakan uji validitas dengan menggunakan model triangulasi data, yaitu Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi ukurannya. Selain itu validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti. Validitas berhubungan dengan suatu perubah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Sedangkan Norman K. Denzin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu triangulasi metode, triangulasi antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok), triangulasi sumber data, dan triangulasi teori. Norman K. Denzin (2009) a. Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. b. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini untuk memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Namun orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi. c. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. d. Triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh.28 9. Ketuntasan Penelitian Penelitian ini dikatakan tuntas jika skor rata-rata minat siswa telah mencapai skor 80% dari seluruh siswa selama dalam waktu maksimal 3 siklus pembelajaran. 28 Norman K Denzin, Penelitian Kualitatif, 1 ed. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). LAMPIRAN 1. Format Lembar Observasi Minat Belajar Tiap Siklus Mata pelajaran : BTQ Kelas : III Hari/Tanggal : Variabel Indikator Butir Pertanyaan Siswa tidak berbicara sendiri ketika guru mengajar Perahtian dalam KBM siswa tidak mengantuk ketika guru mengajar Siswa suka dengan media yang digunakan oleh guru Siswa tidak bermain sendiri ketika guru mengajar Minat Belajar Siswa menjawab pertanyaan yang di berikan Guru Partisipasi Siswa bertanya kepada Guru jik tidak bisa menjawab dalam Siswa selalu maju didepan KBM kelas jika disuruh Guru Siswa aktif dalam diskusi kelompok Siswa merasa senang ketika Perasaan guru menggunakan media Audio Visual Senang terhadap Siswa senang jika guru KBM mengajar dengan menggunakan media Keterangan : 4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang 4 3 2 1 4 3 2 1 Keterangan 2. Format Lembar Observasi Penilaian Aktivitas Mengajar Guru Nama Guru : Materi Pokok : Kelas/Semester : No 1 Hal yang Diamati Guru Penguasaan Materi: a. Kelancaran menjelaskan materi b. Kemampuan menjawab pertanyaan c. Keragaman pemberian contoh 2 Sistematika penyajian: a. Ketuntasan uraian materi b. Uraian materi mengarah pada tujuan c. Urutan materi sesuai dengan SKKD 3 Penerapan Metode: a. Ketepatan pemilihan metode sesuai materi b. Keseuaian urutan sintaks dengan metode yang digunakan c.Mudah diikuti siswa 4 Penggunaan Media: a. Ketepatan pemilihan media dengan materi b. Ketrampilan menggunakan media c. Media memperjelas terhadap materi 5 Performance: a. Kejelasan suara yang diucapkan b. Kekomunikatifan guru dengan siswa c. Keluwesan sikap guru dengan siswa 6 Pemberian Motivasi: a. Keantusiasan guru dalam mengajar b. Kepedulian guru terhadap siswa c. Ketepatan pemberian reward dan punishman Keterangan : 4 = Sangat Baik 2 = Cukup 3 1 = Kurang = Baik 1 Skor 2 3 4 3. Format Lembar Observasi Penggunaan Media Audio-Visual No Aspek Observasi Kegiatan Awal 1 Guru Membuka Kegiatan Pembelajaran Dan Melakukan Pengelolaan Kelas (Mengecek Kehadiran Siswa, Berdoa Dan Memusatkan Perhatian 2 Guru Memberikan Apersepsi 3 Guru Memberikan Motivasi Guru Mempersiapkan Audio-Visual Yang Akan Digunakan Guru Menjelaskan LangkahLangkah Yang Akan Dilaksanakan Kegiatan Inti Guru Mengkondisikan Siswa Untuk Siap Menyaksikan Tayangan Vidio Yang Disajikan 4 5 6 7 8 9 10 11 Guru Menayangkan Qs. AtTakatsur Beserta Artinya Guru Menjelaskan Asbabun Nuzul Dari Surat AtTakatsur Guru Melakukan Sambung Ayat Dengan Siswa Kegiatan Akhir Guru Membimbing Siswa Dalam Membaca Dan Menghafal Qs. At-Takatsur Guru Memberikan Evaluasi Berupa Soal Tes Estapet Ayat Tanggapan Siswa SS Skor S J TP 12 Guru Menayangkan Vidio Refleksi Berupa Senam Otak 13 Guru Menutup Pembelajaran Keterangan : SS = Sangat Sering S = Sering J = Jarang TP = Tidak Pernah 4. Format Lembar Observasi Kondisi Belajar Siswa No Nama Siswa 1 Alifani Tursina Awaliah 2 Sinzy Rahma Hasari 3 Apip Solihin 4 Muhamad Fahrizal 5 Azkia Humairoh 6 Sri Mulyani 7 Abdulloh Khoiru Azam 8 Elsa 9 Nisa Anggraeni 10 Tiara Siti Kholifah 11 Aeni Rahmawati 12 Muhamad Hanif 13 Nuha Salwa Nafisah 14 Zaskia 15 Revina Marpani 16 Siti Dira Radiatulloh 17 Rizki Didam 18 Rizki Fauzi 19 Muhamad Adli A 1 2 B 3 4 1 2 3 4 Aspek yang diamati C 1 2 3 4 D 1 2 E 3 4 1 2 Jumlah 3 4 Kualifikasi 20 Suci 21 Sara Mahdalena 22 Rendi Pratama 23 Alinda 24 Tiara Dwi 25 Muhamad Revan Alfaqih 26 Lutviah Almunawaroh 27 Dzabir Aspek yang diamati : Keterangan : A = Memperhatikan penyampaian materi oleh guru 1. Kurang AKtif B = Bekerjasama dengan teman dalam kelompok 2. Cukup Aktif C = Kecepatan dan ketepatan jawaban mencocokan Ayat 3. Aktif D = Mengemukakan pendapat 4. Sangat Aktif E = Menjawab Kuis 5. Format Lembar Observasi Interaksi Belajar Siswa No Nama Siswa A 1 1 Alifani Tursina Awaliah 2 Sinzy Rahma Hasari 3 Apip Solihin 4 Muhamad Fahrizal 5 Azkia Humairoh 6 Sri Mulyani 7 Abdulloh Khoiru Azam 8 Elsa 9 Nisa Anggraeni 10 Tiara Siti Kholifah 11 Aeni Rahmawati 12 Muhamad Hanif 13 Nuha Salwa Nafisah 14 Zaskia 15 Revina Marpani 16 Siti Dira Radiatulloh 17 Rizki Didam 18 Rizki Fauzi 19 Muhamad Adli 2 B 3 4 1 2 3 4 Aspek yang diamati C 1 2 3 4 D 1 2 E 3 4 1 2 Jumlah 3 4 Kualifikasi 20 Suci 21 Sara Mahdalena 22 Rendi Pratama 23 Alinda 24 Tiara Dwi 25 Muhamad Revan Alfaqih 26 Lutviah Almunawaroh 27 Dzabir Aspek yang diamati : Keterangan : A = Siswa tidak mengantuk ketika guru mengajar 1. Kurang AKtif B = siswa selalu maju didepan kelas jika disuruh guru 2. Cukup Aktif C = siswa aktif dalam diskusi kelompok 3. Aktif D = siswa merasa senaang ketika guru menggunakan media Audio Visual 4. Sangat Aktif E = siswa bersemangat jika guru mengajar menggunakan media DAFTAR PUSTAKA A.M, Sardiman. Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press, 1992. Andayani. “Pembelajaran Terpadu SD.” Universitas Terbuka, 2014. Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017. Hidayah, Nurul. “Strategi Pembelajaran Tahfidz Qur’an.” Ta’allum 4, no. 1 (2016). ———. “Strategi Pembelajaran Thfidz Qur’an.” Ta’allum 4, no. 1 (2016). Hidayat, Nida Khofyya, dan Maemunah Sa’diyah. “Upaya Meningkatkan Motivasi Anak Mempelajari al-Qur’an Melalui Vidio Animasi Pada Masa Pandemi Covid-19.” Jurnal Program Mahasiswa Kreatif 4, no. 1 (2020). Jontarnababan. “Kegiatan Observasi dan Refleksi dalam PTK.” PTK-PTS (2020). M, Mahmud, dan Tedi Priatna. Penelitian Tindakan Kelas ( Teori dan Praktik ). Diedit oleh Ija Suntana. Bandung: Tsabita, 2008. Mappiare, Andi. Psikologi Remaja. Surabaya: Usana Offset, n.d. Mas’ud, Muhamad. Quantum Bilangan-bilangan al-Qur’an. Yogyakarta: Diva Press, 2008. Miles M.B, dan Huberman A.M. Analisa Data Kualitatif. Diedit oleh TjeTjep Rohendi Rohidi. Malang: Wineka Media, 1984. Mohammad Arif Amiruddin. “Analisis Visual Kriya Kayu Lame di Kampung saradan Desa Sukamulya Kecamatan Pagadean Kabupaten Subang.” Universitas Pendidikan Indonesia, 2014. Muafiah, Umi, Ani Khoirun Nisa, M. Zaimus Syarofi, Bunga Amanah F, dan Ulya Fawaida. “Peningkatan Minat Belajar Siswa Melalui Media Audio Visual dalam Pembelajaran Fiqih.” Studi dan Sosial (2019). Norman K Denzin. Penelitian Kualitatif. 1 ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Rohibah, Atikah. “Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Minat Baca al-Qur’an Melalui Pembelajaran Multimedia.” UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2014. Sa’dullah. Cara Praktis Menghafal al-Qur’an. Depok: Gema Insani, 2008. Salim, Ahmad. Panduan Cepat Menghafal al-Qur’an. Yogyakarta: Diva Press, 2009. Setyawan Pujiyono. “Desain Penelitian Tindakan Kelas dan Teknik Pengembangan kajian Pustaka” (2008): 1–9. Sudjanto, Ahmad. Psikologi Umum. Jakarta: Aksara Baru, 1989. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Cv. Alfabeta, 2005. ———. Statistik Untuk Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010. Suharsimi Arikunto. Preosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cet.14. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Sumardi Suryabrata. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali, 1987. Syafi’i, Inu Kencana. Pengantar Filsafat. Bandung: PT. Revika Aditama, 2004. Themistoklis Semenderiadis. “Using Audiovisual Media in Nursery School Within the Framework of the Interdisciplinary Approach,” 2009. W, Farid. “Tahfidz al Qur’an dalam Kajian Ulum al Qur’an.” UIN Syarif Hidayatulloh, 2008. Wahid, Wiwi Alawiyah. Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an. Yogyakarta: Diva Press, 2012. Wati, Ega Rima. Ragam Media Pembelajaran. Surabaya: Kata Pena, 2016.