[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
J. Trop. Biodiv. Biotech., Vol. 2 (2017), 10—15 Journal of Tropical Biodiversity and Biotechnology journal homepage: http://jtbb.or.id Uji Aktivitas Antibakteri Campuran Ekstrak Biji Kelor (Moringa oleifera) dan Daun Kersen (Muntingia calabura) terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtilis Syuhuud Arumbinang Wajdi, Sri Kasmiyati*, Susanti Puji Hastuti Faculty of Biology, Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga, Indonesia *Corresponding author, email: kas@staff.uksw.edu, tel.: + 0298 3404505 , ARTICLE INFO ABSTRACT Article history: Received 10/10/2016 Received in revised form 11/06/2017 Accepted 11/06/2017 Moringa oleifera and Muntingia calabura leaves have been reported to have an antibacterial activity that could inhibit the growth of gram positive and negative bacteria. However, the antibacterial activity of mixed extracts of M. oleifera seeds and M. calabura leaves has not been widely reported. The purpose of this study was to test antibacterial activity of the mixed extract of M. oleifera seeds and M. calabura leaves on the growth of Pseudomonas aeruginosa and Bacillus subtilis. The experiment was conducted by agar disc diffusion method using three groups of extract treatments i.e. M.oleifera seeds extract, M.calabura leaves extract, and mixed extracts of M. oleifera seeds and M. calabura leaves with a ratio of 1: 1 (v / v). The extraction of M. oleifera seeds and M. calabura leaves was conducted by soxhlation method and using ethanol as solvent. The three groups of extract treatments with a concentration of 400 ppm, 800 ppm, 1200 ppm, and 1600 ppm were tested on P. aeruginosa. The antibacterial activity test of M. oleifera seed extract against B. subtilis carried out at the level of concentrations i.e. 150 ppm, 300 ppm, 450 ppm, 600 ppm, and 750 ppm, meanwhile, M. calabura leaves extract was done at concentration 1500 ppm, 3000 ppm, 4500 ppm, 6000 ppm, and 7500 ppm. The result showed that the three groups of extract treatments possess antibacterial activity against P. aeruginosa. The mixed extracts of M. oleifera seeds and M. calabura leaves with a ratio of 1: 1 (v / v) at level concentration of 400 ppm and 800 ppm were tested against P. aeruginosa significantly increased, and at concentrations of 1200 ppm and 1600 ppm significantly decreased the inhibition diameter of bacterial growth than the other extracts treatments. The antibacterial test results of M.oleifera seeds extract and M.calabura leaves extract against B. subtilis shows that increased concentrations of the extract significantly increase the inhibition diameter of bacterial growth especially at high concentrations ( 600 ppm and 750 ppm) on M. oleifera seeds extract, as well as 6000 ppm and 7500 ppm in M. calabura leaves extract. Keywords: Moringa oleifera Muntingia calabura antibacteria extract seed DOI: 10.22146/jtbb.13728 1. Pendahuluan (narrow spectrum) adalah antibiotik golongan ini hanya aktif Antibiotik adalah suatu bahan kimia yang dikeluarkan terhadap beberapa jenis bakteri (Widjajanti, 1989). Ada juga hasil sintesis yang mempunyai senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri struktur yang sama dan mampu memusnahkan jasad renik yang terkandung pada berbagai macam tumbuhan yang ada yang lainnya. Antibiotik mampu menekan pertumbuhan disekitar. Tumbuhan tersebut selain dimanfaatkan sebagai bakteri gram positif dan gram negatif. Antibiotik terdapat dua obat penyakit yang disebabkan oleh infeksi juga dapat macam yaitu (broad spectrum), yaitu antibiotik yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan konsumsi dan keperluan lainnya mematikan Gram positif dan bakteri gram negatif dan (Kitula, 2007; Ajibesin et al., 2008; Wu et al., 2008). oleh jasad renik maupun 10 J. Trop. Biodiv. Biotech., Vol. 2 (2017), 10—15 Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat pada berbagai macam Selain bakteri Gram negatif ada juga bakteri yang penyakit, masyarakat dapat memilih tumbuhan yang berada termasuk Grgram positif yang sering digunakan dalam disekitar mereka sesuai dengan apa yang diajarkan turun pengujian antibakteri yaitu Bacillus subtilis. Spesiesnya temurun dan sudah menjadi tradisi atau kebiasaannya berbentuk batang dan memiliki sifat aerobik (genus Bacillus) (Hariyanto, 1991). Kelor merupakan tumbuhan berfamili dan yang lainnya anaerobik (genus Clostridium). Bakteri ini Moringaceae yang dapat dijumpai pada negara yang beriklim beserta endosporanya tersebar luas dan dan dapat tropis. Biji kelor juga sering digunakan sebagai penjernih air, ditemukan didalam tanah, tumbuh-tumbuhan, air (Jawetz et dikarenakan memiliki senyawa koagulan alami (Teja et al., al., 1995). Bacillus subtilis memiliki bentuk morfologi berupa 2006). Kemampuan daya hambat bakteri pada daun kelor batang dan merupakan bakteri yang dapat ditemukan di sudah banyak dilaporkan, salah satunya dari penelitian saluran pencernaan seperti didalam usus, apabila jumlah Agustie dan Samsuharto pada tahun 2013, bahwa daun kelor bakteri Bacillus subtilis terlalu banyak didalam usus maka mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus mampu menyebabkan penyakit diare yang ditularkan melalui aureus. kontaminasi makanan (Jawetz et al., 1995). Penelitian ini oleh Selain kelor ada juga tumbuhan yang biasa digunakan bertujuan untuk menguji potensi antibakteri dari campuran masyarakat ekstrak biji kelor dan daun kersen terhadap pertumbuhan yaitu kersen (Muntingia calabura) dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Tumbuhan Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtilis. kersen (M. calabura) termasuk dalam famili Elaeocarpaceae (Morton, 1987). Tumbuhan kersen memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah pada bagian daun, batang dan akar yang 2. Metode Penelitian Penelitian secara eksperimental dilakukan di sudah mampu dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Biologi, Universitas tradisional di daerah Asia dan Amerika yang beriklim tropis Kristen Satya Wacana, Salatiga. Alat yang digunakan dalam (Nshimo et al., 1993). Kersen memiliki kandungan sapoinin, penelitian meliputi mikropipet, bluetip,hotplate, timbangan tanin, flavonoid yang dapat difungsikan sebagai antibakteri digital, erlenmeyer, tabung reaksi, ose, autoclave, pilius, pipet (Zakaria et al., 2010). Kemampuan ekstrak daun kersen volume .Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi biji menggunakan pelarut ether dan methanol dilaporkan kelor yang diperoleh dari daerah Wonosobo dan daun kersen memiliki menghambat yang diperoleh dari daerah Ambarawa Kabupaten Semarang. pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae (Purwaningsih Biji kelor yang digunakan adalah biji yang memiliki et al., 2015). Selain itu dilaporkan juga oleh Yuliani et al. karakteristik biji yang sudah tua dan kering, sedangkan daun (2014), ekstrak daun kersen menggunakan pelarut ethanol, kersen yang digunakan dipilih yang memiliki karakteristik daya hambat dan mampu Fraksi n-heksan, Fraksi etil asetat, Fraksi etanol air, mampu sudah membentang sempurna (fully expanded) dan berwarna menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus, B.subtilis, E.coli, hijau tua. Bakteri yang digunakan adalah Pseudomonas S.sonnei. Besaran daya hambat senyawa anti bakteri yang aeruginosa dan Bacillus subtilis yang diperoleh dari disampaikan oleh Morales et al. (2003) terdapat empat Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Biologi, Universitas macam yang diantaranya lemah (< 5 mm), sedang (5-10 mm), Kristen Satya Wacana, Salatiga. Bahan lain yang digunakan kuat ( 10-20 mm) dan sangat kuat ( 20-30 mm). Pseudomonas adalah etanol 70% sebagai pelarut ekstrak, media nutrien aeruginosa merupakan bakteri yang bergram negatif yang agar (NA) untuk menumbuhkan bakteri, dan akuades steril. bersifat patogen. Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 µm. Bakteri ini terlihat sebagai 2.1. Pembuatan ekstrak biji Kelor dan daun Kersen bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang membentuk Biji kelor dan daun kersen dihaluskan terlebih dahulu rantai yang pendek. Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif, menggunakan blender. Sampel biji kelor dan daun kersen oksidase positif, tidak mampu memfermentasi tetapi dapat yang sudah dihaluskan ditimbang sebanyak 15 gram mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora, tidak dilakukan ekstraksi dengan metode soxhletasi. Pelarut yang mempunyai flagel digunakan untuk proses ekstraksi adalah etanol 70%. monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu Ekstraksi dilakukan selama 8 jam (AOAC, 1984). Penentuan bergerak. Bakteri Pseudomonas aeruginosa merupakan konsentrasi ditentukan oleh katagori zona lemah, sedang dan bakteri yang mengakibatkan infeksi pada luka, selain itu kuat. Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak biji kelor dan daun bakteri ini juga merupakan bakeri busuk pada ikan (Jawetz et kersen terhadap Pseudomonas aeruginosa dilakukan pada al., 1995). konsentrasi sebesar 400 ppm, 800 ppm, 1200 ppm, dan 1600 selubung (sheat) dan mempunyai 11 J. Trop. Biodiv. Biotech., Vol. 2 (2017), 10—15 ppm. Konsentrasi ekstrak biji kelor yang digunakan untuk uji Hasil pengukuran diameter daya hambat (DDH) aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtilis adalah 150 pengujian ekstrak biji kelor, daun kersen dan campuran biji ppm, 300 ppm, 450 ppm, 600 ppm, dan 750 ppm. Konsentrasi kelor dan daun kersen dengan perbandingan 1:1 terhadap P. ekstrak daun kersen yang diuji aktivitas antibakterinya aeruginosa (Gambar 1 dan Gambar 2) menunjukkan terdapat terhadap Bacillus subtilis adalah 1500 ppm, 3000 ppm, 4500 perbedaan signifikan antara kontrol (streptomisin) dengan ppm, 6000 ppm, dan 7500 ppm. Campuran ekstrak biji kelor perlakuan berbagai macam ekstrak. Semua perlakuan ekstrak dan daun kersen dengan perbandingan 1 : 1 (v/v) diujikan pada konsentrasi 400 ppm menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap terhadap P. aeruginosa. Semua ekstrak yang diujikan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan konsentrasi sebesar 400 ppm, 800 ppm, 1200 ppm, dan 1600 konsentrasi 400 ppm ppm. bakteri P. aeruginosa yang ditunjukkan oleh adanya mampu menghambat pertumbuhan pembentukan diameter daya hambat disekitar paperdisk. 2.2. Perlakuan ekstrak terhadap pertumbuhan bakteri Paperdisk direndam dalam masing-masing perlakuan Pada konsentrasi 400 ppm, aktivitas antibakteri ekstrak biji kelor dan daun kersen tidak menunjukkan ekstrak, kemudian diletakkan diatas medium yang telah perbedaan dicampur dengan inokulum bakteri. Cawan petri kemudian dibandingkan dengan ekstrak campuran biji kelor dan daun dibungkus dan diinkubasi pada suhu 30-320C selama 24 jam. kersen terdapat perbedaan yang signifikan. Pada konsentrasi Kedua bakteri uji yang telah diremajakan pada tabung reaksi, 400 ppm, ekstrak campuran biji kelor dan daun kersen terjadi kemudian diencerkan 10x dalam akuades steril Selanjutnya peningkatan pada nilai daerah daya hambat (DDH) bakteri P. yang signifikan, namun keduanya bila masing-masing bakteri yang sudah diencerkan diambil aeruginosa. Semua ekstrak pada konsentrasi 800 ppm sebanyak 1000 µl untuk dicampurkan dalam media NA, menunjukan aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa dan kemudian dihomogenkan, selanjutnya dituang kedalam semua macam ekstrak tidak terdapat perbedaan yang masing-masing cawan petri. signifikan dalam daya hambat bakteri P. aeruginosa, namun pada konsentrasi 800 ppm terjadi peningkatan pada nilai DDH 3. Hasil Dan Pembahasan Pengukuran diameter daya hambat bakteri pada bakteri P.aeruginosa dibandingkan pada konsentrasi 400 ppm. Semua ekstrak pada konsentrasi 1200 ppm, ekstrak yang diujikan terhadap pertumbuhan bakteri menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtillis dilakukan dan masing-masing terdapat perbedaan yang signifikan dalam dengan cara mengukur luasan diameter daya hambat (DDH) penghambatan bakteri P. aeruginosa. Pada konsentrasi 1200 yang terbentuk di sekitar paperdisk. Besaran daerah daya ppm, ekstrak biji kelor dan daun kersen terjadi peningkatan hambat yang terbentuk merupakan ekspresi dari senyawa pada nilai DDH bakteri P.aeruginosa, namun pada ekstrak kimia terkandung dalam ekstrak yang dapat menghambat campuran daun kersen dan biji kelor terjadi penurunan pada aktifitas bakteri. daerah daya hambat bakteri dibanding konsentrasi sebelumnya. Pada konsentrasi 1600 ppm, menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa dan masingmasing terdapat perbedaan yang signifikan dalam penghambatan bakteri P. aeruginosa. Pada konsentrasi 1600 ppm, ekstrak biji kelor dan daun kersen terjadi peningkatan nilai DDH bakteri P.aeruginosa dibanding konsentrasi sebelumnya. Ekstrak campuran biji kelor dan daun kersen pada konsentrasi 400 ppm, menunjukan hasil lebih efektif dalam penghambatan P. aeruginosa dibanding dua ekstrak lainnya karena agen antibakteri yang berada pada ekstrak campuran biji kelor dan daun kersen memberikan efek sinergis dalam Gambar 1. Hasil pengukuran diameter daya hambat (DDH) dari perlakuan ekstrak terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. Kontrol = streptomisin, SCE = ekstrak kasar biji kelor, LCE = ekstrak kasar daun kersen, SCE:LCE = campuran ekstrak kasar biji kelor dan daun kersen. Huruf a, b, c, dan d menunjukkan beda nyata di antara perlakuan berdasarkan uji statistik. 12 penghambatan bakteri P. aeruginosa , namun pada konsentrasi yang lebih tinggi ekstrak campuran biji kelor dan daun kersen tidak begitu efektif menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa dikarenakan kedua antibakeri yang J. Trop. Biodiv. Biotech., Vol. 2 (2017), 10—15 resisten tidak memiliki kepekaan terhadap antibiotik atau senyawa antibakteri. Menurut Jawetz et al., (1995) resistensi bakteri dapat bersifat genetik maupun non genetik. Resisten secara genetik terjadi karena perubahan genetik, sedangkan resistensi non genetik terjadi karena penggunaan antibakteri yang tidak sesuai dosis/konsentrasi. Bakteri P. aeruginosa memiliki daya tahan terhadap lingkungan fisik dan bahan kimia dibandingkan bakteri jenis lain (Radji, 2011). Hasil pengukuran diameter daya hambat (DDH) pengujian ekstrak biji kelor terhadap B. subtilis (Gambar 2 dan Gambar 3) menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara kontrol (streptomisin) dengan perlakuan ekstrak biji kelor. Perlakuan ekstrak biji kelor pada setiap konsentrasi, menunjukan aktivitas antibakteri terhadap B. subtilis. Tidak terjadi perbedaan yang signifikan dalam penghambatan bakteri B. subtilis pada rentang 150 hingga 450 ppm, namun pada konsentrasi 450 ppm hingga 750 ppm terjadi perbedaan yang signifikan dalam penghambatan bakteri B. subtilis. Gambar 2. Hasil uji aktivitas antibakteri dari ekstrak kasar biji kelor (SCE) terhadap P. aeruginosa (A) dan B. subtilis (B), ekstrak daun kersen (LCE) terhadap P. aeruginosa (C) dan B. subtilis (D), serta campuran ekstrak biji kelor dan daun kersen (SCE:LCE) terhadap P. aeruginosa (E) terkandung tidak dapat menunjukkan efek sinergis dalam penghambatan bakteri Pseudomonas aeruginosa, melainkan efek antagonis (Naelaz, 2014). Efek antagonis terjadi disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan satu jenis bakteri oleh jenis bakteri lain bila satu jenis bakteri menimbulkan pengaruh buruk terhadap lingkungan bakteri lain. Misalnya kombinasi antibiotik bakterisida (penisilin atau ampisilin) dengan bakteriostatik (kloramfenikol) untuk menangani infeksi campuran di rongga perut, apabila suatu jenis bakteri kebetulan peka terhadap kloramfenikol yang menghambat pertumbuhan bakteri, hal ini akan melumpuhkan kerja penisilin sebagai inhibitor sintesis Peningkatan konsentrasi ekstrak kasar biji kelor meningkatkan secara signifikan aktivitas antibakteri terhadap B. subtilis, terutama peningkatan konsentrasi ekstrak mulai dari 450 – 750 ppm. Ekstrak pertumbuhan biji kelor bakteri P. (SCE) mampu aeruginosa dan menghambat B. subtillis dikarenakan pada biji kelor mengandung pterygospermin, moringine, glycosides 4-(α-L-rhamnosyloxy)-benzylisothio- cyanate dan 4-(α-L-rhamnosyloxy)-phenylacetonitrile. Zat-zat tersebut biasanya digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis, Mycobacterium phei, Serratia marcescens, E.coli, Pseudomonas aeruginosa, Shigella and Streptococcus (Jahn, 1986). Hasil pengukuran diameter daya hambat (DDH) pengujian ekstrak daun kersen terhadap B. subtilis (Gambar 2 dan Gambar 4) menunjukkan terdapat perbedaan signifikan dinding sel yang membutuhkan pertumbuhan aktif bakteri (Jawetz, 1975). Ekstrak campuran biji kelor dan daun kersen tidak dapat diperlakukan terdapat perbedaan pada bakteri B. subtilis dikarenakan konsentrasi dalam menghambat pertumbuhan bakteri.sehingga tidak dimungkinkan kedua ekstrak dicampur dalam perbandingan 1:1(v/v). Kedua bakteri uji (B. subtilis dan P. aeruginosa) menunjukkan respon yang berbeda terhadap konsentrasi yang sama dari ekstrak kedua tumbuhan (kersen dan kelor), hal ini diduga berkaitan erat dengan daya resistensi kedua bakteri tersebut. Menurut Setiabudy dan Gan (1995), resistensi sel bakteri merupakan suatu sifat tidak terganngunya kehidupan sel bakteri, dan merupakan mekanisme untuk bertahan hidup. Bakteri yang Gambar 3. Hasil pengukuran diameter daya hambat (DDH) dari perlakuan ekstrak kasar biji kelor (SCE) pada berbagai konsentrasi terhadap bakteri B. subtilis. Huruf a, b, c, dan d menunjukkan beda nyata di antara perlakuan berdasarkan uji statistik 13 J. Trop. Biodiv. Biotech., Vol. 2 (2017), 10—15 antara kontrol (streptomisin) dengan perlakuan ekstrak daun kersen. Perlakuan ekstrak daun kersen pada setiap konsentrasi, menunjukan aktivitas antibakteri terhadap B. subtilis. Tidak terjadi perbedaan yang signifikan dalam penghambatan bakteri B. subtilis pada rentang 1500 hingga 4500 ppm, namun pada konsentrasi 4500 ppm hingga 7500 ppm terjadi perbedaan yang signifikan dalam penghambatan bakteri B.subtilis. Efek penghambatan ekstrak kersen terhadap pertumbuhan bakteri B. subtilis meningkat secara nyata pada konsentrasi tinggi (lebih dari 4500 ppm). Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kersen yang diberikan semakin besar pula daya hambat terhadap pertumbuhan B. subtilis. Menurut Schlegel dan Schmidt (1994), kemampuan suatu bahan antimikrobia dalam meniadakakan kemampuan hidup Gambar 4. Hasil pengukuran diameter daya hambat (DDH) dari perlakuan ekstrak kasar daun kersen (LCE) pada berbagai konsentrasi terhadap bakteri B. subtilis. Huruf a, b, c, dan d menunjukkan beda nyata di antara perlakuan berdasarkan uji statistik mikroorganisme tergantung pada konsentrasi bahan mikrobia tersebut. Selain faktor konsentrasi, menurut Ajizah (2004) meningkatkan secara signifikan nilai diameter daya hambat bahan antimikrobia yang terkandung dalam ekstrak juga (DDH) dibandingkan perlakuan ekstrak tunggal (hanya terdiri menentukan pertumbuhan dari ekstrak biji dan daun kersen). Pada konsentrasi tinggi mikrobia. Aktivitas antibakteri dari suatu ekstrak diduga (1200 ppm dan 1600 ppm), campuran ekstrak biji kelor dan disebabkan oleh adanya kandngan senyawa flavonoid, daun kersen menurunkan secara signifikan nilai diameter polifenol, saponin, alkaloid dan minyak atsiri. Semakin besar daya hambat (DDH) dibandingkan perlakuan ekstrak tunggal konsentrasi maka akan semakin besar senyawa aktif sebagai (hanya terdiri dari ekstrak biji dan daun kersen). Ekstrak biji antibakteri yang terkandung di dalam suatu ekstrak akan kelor memiliki aktivitas antibakteri lebih tinggi dibandingkan memiliki daya hambat yang besar terhadap pertumbuhan daun kersen terhadap B. subtilis. kemampuan menghambat bakteri. Ekstrak daun kersen (LCE) mampu menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa dan B. subtillis dikarenakan pada biji kersen mengandung flavonoid, saponin, tanin (Zakaria et al., 2010). Flavonoid merupakan anti bakteri yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Flavonoid memiliki berbagai macam kemampuan yang diantaranya mampu menghambat fungsi membran sitoplasma pada bakteri, menghambat sintesis asam nukleat, menghambat aktivitas metabolisme energi (Noorhamdani dkk, 2010). Saponin memiliki karakteristik merusak membran sel pada mikroba, sehingga mengakibatkan keluarnya komponen penting dalam sel mikroba seperti asam nukleat, protein (Agung et al., 2013; Cheeke, 2004). Tanin merupakan zat yang terkandung dalam daun kersen yang memiliki sifat mengkoagulasi protoplasma bakteri sehingga sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhan bakteri terhambat (Juliantina et al., 2009; Zakaria et al., 2007). 4. Kesimpulan Campuran ekstrak biji kelor dan daun kersen (1:1) (v/v) memiliki aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa. Pada konsentrasi 400 ppm dan 800 ppm, campuran ekstrak biji kelor dan daun kersen yang diujikan pada P. aeruginosa Acuan Agustie, A. W. D. dan Samsumaharto, R.A. 2013. Lamk.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Biomedika 6(2): 14 -19. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta. Agung G., Nengah I., Kerta dan Hapsari. 2013. Daya hambat perasan daun sirsak terhadap Escherichia coli. Indonesia Medicus Veterinus 2(2): 162-169 AOAC. 1984. Official Methods of Association of Official Analytical Chemists. (W. Horwitz, ed.). Association of Official Analytical chemists (AOAC), Washington, DC. Ajibesin, K. K., Ekpo, B. A., Bala, D. N., Essien, E.E., Adesanya, S. A. (2008). Ethanobotanical survey of akwa lbom state of Nigeria. Journal of Ethanopharmacology, 115(3):387-408. Aizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium terhadap Ekstrak Daun Psidium guajava L. Bioscientiae. 1(1): 31-38. Cheeke, R.. P., 2004. Saponins: surprising benefits of desert plants. Linus Pailing Institute, USA, p.621-632. Hariyanto dan Subiandono, E. 1991. Pemanfaatan jenis tumbuhan obat dan hutan tropis Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Bogor. Jahn, S. A, Musnad, H. A, Burgstaller H. The tree that purifies water: cultivating multipurpose Moringaceae Unasylva. 1986;38:23-8. 14 Uji aktivitas antibakteri ekstrak maserasi daun kelor (Moringa oleifera in the Sudan. J. Trop. Biodiv. Biotech., Vol. 2 (2017), 10—15 Jawetz, E., 1975, Synergism and antagonism among antimicrobial drugs. The Westren Journal of Medicine, 123, 87-91. Radji, M. 2011. Mikrobiologi.Buku Kedokteran ECG. Jakarta. Hal: 154 -159. Jawetz, E., J.L. Melnick., E. A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan Schlegel, H.G.m dan Schmidt, K. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi L.N.Ornston. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20 (Alih Keenam. Terjemahan oleh Baskoro, T. Gadjah Mada bahasa: Nugroho & R.F.Maulany). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal.211,213,215. University Press. Yogyakarta. Setiabudy, R., dan Gan, V.H.S. 1995. Farmakologi Terapi: Pengantar Juliantina, Citra, Nirwani, Nurmasitoh, T dan Bowo E.T. 2009. Manfaat sirih merah (Piper crocatum) sebagai agen Antimikroba. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal: 571-583. antibakterial terhadap bakteri gram positif dan gram Teja, D. S, Morina A, Novrianto T. 2006. Buah kelor (Moringa oleifera negatif. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia 1(1): 12- Lamk.) tanaman ajaib yang dapat digunakan untuk 20. mengurangi kadar ion logam dalam air. Jurnal Gradien Vol.3 Kitula, R. A. (2007). Use of medicinal plants for human health in Udzungwa mountains forests: a case study of New Dabaga Ulongambi Forest Reserve, Tanzania. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine. 3:7. No.1 Januari 2007 : 219-221. Wu, J., Jiang, Z., Chen, H., Lu, G, Zhao, Z. (2008). Ethnobothanical study of medicinal plants used by hakka in Guangdong, China. Journal of Ethnopharmacology, 117(1): 41-50. Morales,. G, P. Sierra, Mancilla, A. Paredes, L.A., Loyola, O. Gallardo, Widjajanti, N., 1989, Obat – Obatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. and J. Bourquez. 2003. Secondary metabolits of four Yuliani, R., Rima M, Setyaningsih, E.P dan Alin Januartie. 2014. medicinal plants from Nothern Chiles, antimicrobial activity, Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Daun Kersen and biotoxicity against Artemia salina. J. Chile Chem 48(2):35 (Muntingia -41 Muhammadiah Surakarta. Morton, J.F., 1987. Jamaica Cherry. In Fruit of Warm Climate. Miami, pp:65-69. calabura). Fakultas Farmasi, Universitas Zakaria Z. A, Mat A. M, Mastura M, Mat S. H, Mohamed A. M, Moch Jamil N.S, Rofiee M.S and Sulaiman M.R. 2007. In vitro Naelaz, Z. W. K., 2014. Aktivitas antibakteri kombinasi minyak atsiri Antistaphylococcal Activity of the Extract of Several kemangi (Ocimum basilicum) dengan kloramfenikol atau Neglected Plants in Malaysia. International Journal of gentasimin terhadap Salmonella typhi. Skripsi Fakultas Pharmacology. 3 (5) : 428-431. Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Zakaria, Z. A., A. S. Sufian, K. Ramasamy, N. Ahmat, M. R. Sulaiman, Noorhamdani., Herman dan Dian. 2010. Uji ekstrak daun kersen A. K. Arifah, A. Zuraini, dan M. N. Somchit. 2010. In vitro (Muntingia calabura L.) sebagai antibakteri terhadap antimicrobial activity of Muntingia Calabura extracts and Staphylococcus aureus secara in vitro. Skripsi Fakultas fractions. African Journal of Microbiology Research 4(4): Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang. 304-308. Nshimo, C. M, Pezzuto, J. M, Kinghorn, A. D, Farnsworth, N. R (1993). Cytotoxic constituents of Muntingia calabura leaves and stems collected in Thailand. Int. J.Pharmacol. 31: 77-81. Purwaningsih, R.T, Puguh Surjowardojo dan Susilorin, E.T. 2015. Efektivitas Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura, L.) dengan Pelarut Ether dan Metanol sebagai Antibakteri terhadap Streptococcus agalactiae Penyebab Mastitis Subklinis pada Sapi Perah. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. 15