J. Trop. Biodiv. Biotech., Vol. 2 (2017), 10—15
Journal of Tropical Biodiversity and Biotechnology
journal homepage: http://jtbb.or.id
Uji Aktivitas Antibakteri Campuran Ekstrak Biji Kelor (Moringa
oleifera) dan Daun Kersen (Muntingia calabura) terhadap
Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtilis
Syuhuud Arumbinang Wajdi, Sri Kasmiyati*, Susanti Puji Hastuti
Faculty of Biology, Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga, Indonesia
*Corresponding author, email: kas@staff.uksw.edu, tel.: + 0298 3404505 ,
ARTICLE INFO
ABSTRACT
Article history:
Received 10/10/2016
Received in revised form 11/06/2017
Accepted 11/06/2017
Moringa oleifera and Muntingia calabura leaves have been reported to have an antibacterial
activity that could inhibit the growth of gram positive and negative bacteria. However, the
antibacterial activity of mixed extracts of M. oleifera seeds and M. calabura leaves has not been
widely reported. The purpose of this study was to test antibacterial activity of the mixed extract
of M. oleifera seeds and M. calabura leaves on the growth of Pseudomonas aeruginosa and
Bacillus subtilis. The experiment was conducted by agar disc diffusion method using three groups
of extract treatments i.e. M.oleifera seeds extract, M.calabura leaves extract, and mixed extracts
of M. oleifera seeds and M. calabura leaves with a ratio of 1: 1 (v / v). The extraction of M.
oleifera seeds and M. calabura leaves was conducted by soxhlation method and using ethanol as
solvent. The three groups of extract treatments with a concentration of 400 ppm, 800 ppm, 1200
ppm, and 1600 ppm were tested on P. aeruginosa. The antibacterial activity test of M. oleifera
seed extract against B. subtilis carried out at the level of concentrations i.e. 150 ppm, 300 ppm,
450 ppm, 600 ppm, and 750 ppm, meanwhile, M. calabura leaves extract was done at
concentration 1500 ppm, 3000 ppm, 4500 ppm, 6000 ppm, and 7500 ppm. The result showed
that the three groups of extract treatments possess antibacterial activity against P. aeruginosa.
The mixed extracts of M. oleifera seeds and M. calabura leaves with a ratio of 1: 1 (v / v) at level
concentration of 400 ppm and 800 ppm were tested against P. aeruginosa significantly
increased, and at concentrations of 1200 ppm and 1600 ppm significantly decreased the
inhibition diameter of bacterial growth than the other extracts treatments. The antibacterial test
results of M.oleifera seeds extract and M.calabura leaves extract against B. subtilis shows that
increased concentrations of the extract significantly increase the inhibition diameter of bacterial
growth especially at high concentrations ( 600 ppm and 750 ppm) on M. oleifera seeds extract,
as well as 6000 ppm and 7500 ppm in M. calabura leaves extract.
Keywords:
Moringa oleifera
Muntingia calabura
antibacteria
extract
seed
DOI: 10.22146/jtbb.13728
1. Pendahuluan
(narrow spectrum) adalah antibiotik golongan ini hanya aktif
Antibiotik adalah suatu bahan kimia yang dikeluarkan
terhadap beberapa jenis bakteri (Widjajanti, 1989). Ada juga
hasil sintesis yang mempunyai
senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri
struktur yang sama dan mampu memusnahkan jasad renik
yang terkandung pada berbagai macam tumbuhan yang ada
yang lainnya. Antibiotik mampu menekan pertumbuhan
disekitar. Tumbuhan tersebut selain dimanfaatkan sebagai
bakteri gram positif dan gram negatif. Antibiotik terdapat dua
obat penyakit yang disebabkan oleh infeksi juga dapat
macam yaitu (broad spectrum), yaitu antibiotik yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan konsumsi dan keperluan lainnya
mematikan Gram positif dan bakteri gram negatif dan
(Kitula, 2007; Ajibesin et al., 2008; Wu et al., 2008).
oleh jasad renik maupun
10
J. Trop. Biodiv. Biotech., Vol. 2 (2017), 10—15
Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat pada berbagai macam
Selain bakteri Gram negatif ada juga bakteri yang
penyakit, masyarakat dapat memilih tumbuhan yang berada
termasuk Grgram positif yang sering digunakan dalam
disekitar mereka sesuai dengan apa yang diajarkan turun
pengujian antibakteri yaitu Bacillus subtilis. Spesiesnya
temurun dan sudah menjadi tradisi atau kebiasaannya
berbentuk batang dan memiliki sifat aerobik (genus Bacillus)
(Hariyanto, 1991). Kelor merupakan tumbuhan berfamili
dan yang lainnya anaerobik (genus Clostridium). Bakteri ini
Moringaceae yang dapat dijumpai pada negara yang beriklim
beserta endosporanya tersebar luas dan dan dapat
tropis. Biji kelor juga sering digunakan sebagai penjernih air,
ditemukan didalam tanah, tumbuh-tumbuhan, air (Jawetz et
dikarenakan memiliki senyawa koagulan alami (Teja et al.,
al., 1995). Bacillus subtilis memiliki bentuk morfologi berupa
2006). Kemampuan daya hambat bakteri pada daun kelor
batang dan merupakan bakteri yang dapat ditemukan di
sudah banyak dilaporkan, salah satunya dari penelitian
saluran pencernaan seperti didalam usus, apabila jumlah
Agustie dan Samsuharto pada tahun 2013, bahwa daun kelor
bakteri Bacillus subtilis terlalu banyak didalam usus maka
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
mampu menyebabkan penyakit diare yang ditularkan melalui
aureus.
kontaminasi makanan (Jawetz et al., 1995). Penelitian ini
oleh
Selain kelor ada juga tumbuhan yang biasa digunakan
bertujuan untuk menguji potensi antibakteri dari campuran
masyarakat
ekstrak biji kelor dan daun kersen terhadap pertumbuhan
yaitu
kersen
(Muntingia
calabura)
dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Tumbuhan
Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtilis.
kersen (M. calabura) termasuk dalam famili Elaeocarpaceae
(Morton, 1987). Tumbuhan kersen memiliki banyak manfaat,
diantaranya adalah pada bagian daun, batang dan akar yang
2. Metode Penelitian
Penelitian
secara
eksperimental
dilakukan
di
sudah mampu dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Biologi, Universitas
tradisional di daerah Asia dan Amerika yang beriklim tropis
Kristen Satya Wacana, Salatiga. Alat yang digunakan dalam
(Nshimo et al., 1993). Kersen memiliki kandungan sapoinin,
penelitian meliputi mikropipet, bluetip,hotplate, timbangan
tanin, flavonoid yang dapat difungsikan sebagai antibakteri
digital, erlenmeyer, tabung reaksi, ose, autoclave, pilius, pipet
(Zakaria et al., 2010). Kemampuan ekstrak daun kersen
volume .Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi biji
menggunakan pelarut ether dan methanol dilaporkan
kelor yang diperoleh dari daerah Wonosobo dan daun kersen
memiliki
menghambat
yang diperoleh dari daerah Ambarawa Kabupaten Semarang.
pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae (Purwaningsih
Biji kelor yang digunakan adalah biji yang memiliki
et al., 2015). Selain itu dilaporkan juga oleh Yuliani et al.
karakteristik biji yang sudah tua dan kering, sedangkan daun
(2014), ekstrak daun kersen menggunakan pelarut ethanol,
kersen yang digunakan dipilih yang memiliki karakteristik
daya
hambat
dan
mampu
Fraksi n-heksan, Fraksi etil asetat, Fraksi etanol air, mampu
sudah membentang sempurna (fully expanded) dan berwarna
menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus, B.subtilis, E.coli,
hijau tua. Bakteri yang digunakan adalah Pseudomonas
S.sonnei. Besaran daya hambat senyawa anti bakteri yang
aeruginosa dan Bacillus subtilis yang diperoleh dari
disampaikan oleh Morales et al. (2003) terdapat empat
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Biologi, Universitas
macam yang diantaranya lemah (< 5 mm), sedang (5-10 mm),
Kristen Satya Wacana, Salatiga. Bahan lain yang digunakan
kuat ( 10-20 mm) dan sangat kuat ( 20-30 mm). Pseudomonas
adalah etanol 70% sebagai pelarut ekstrak, media nutrien
aeruginosa merupakan bakteri yang bergram negatif yang
agar (NA) untuk menumbuhkan bakteri, dan akuades steril.
bersifat patogen. Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang
dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 µm. Bakteri ini terlihat sebagai
2.1. Pembuatan ekstrak biji Kelor dan daun Kersen
bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang membentuk
Biji kelor dan daun kersen dihaluskan terlebih dahulu
rantai yang pendek. Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif,
menggunakan blender. Sampel biji kelor dan daun kersen
oksidase positif, tidak mampu memfermentasi tetapi dapat
yang sudah dihaluskan ditimbang sebanyak 15 gram
mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora, tidak
dilakukan ekstraksi dengan metode soxhletasi. Pelarut yang
mempunyai
flagel
digunakan untuk proses ekstraksi adalah etanol 70%.
monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu
Ekstraksi dilakukan selama 8 jam (AOAC, 1984). Penentuan
bergerak. Bakteri Pseudomonas aeruginosa merupakan
konsentrasi ditentukan oleh katagori zona lemah, sedang dan
bakteri yang mengakibatkan infeksi pada luka, selain itu
kuat. Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak biji kelor dan daun
bakteri ini juga merupakan bakeri busuk pada ikan (Jawetz et
kersen terhadap Pseudomonas aeruginosa dilakukan pada
al., 1995).
konsentrasi sebesar 400 ppm, 800 ppm, 1200 ppm, dan 1600
selubung
(sheat)
dan
mempunyai
11
J. Trop. Biodiv. Biotech., Vol. 2 (2017), 10—15
ppm. Konsentrasi ekstrak biji kelor yang digunakan untuk uji
Hasil pengukuran diameter daya hambat (DDH)
aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtilis adalah 150
pengujian ekstrak biji kelor, daun kersen dan campuran biji
ppm, 300 ppm, 450 ppm, 600 ppm, dan 750 ppm. Konsentrasi
kelor dan daun kersen dengan perbandingan 1:1 terhadap P.
ekstrak daun kersen yang diuji aktivitas antibakterinya
aeruginosa (Gambar 1 dan Gambar 2) menunjukkan terdapat
terhadap Bacillus subtilis adalah 1500 ppm, 3000 ppm, 4500
perbedaan signifikan antara kontrol (streptomisin) dengan
ppm, 6000 ppm, dan 7500 ppm. Campuran ekstrak biji kelor
perlakuan berbagai macam ekstrak. Semua perlakuan ekstrak
dan daun kersen dengan perbandingan 1 : 1 (v/v) diujikan
pada konsentrasi 400 ppm menunjukkan aktivitas antibakteri
terhadap
terhadap P. aeruginosa. Semua ekstrak yang diujikan pada
bakteri
Pseudomonas
aeruginosa
dengan
konsentrasi sebesar 400 ppm, 800 ppm, 1200 ppm, dan 1600
konsentrasi 400 ppm
ppm.
bakteri P. aeruginosa yang ditunjukkan oleh adanya
mampu menghambat pertumbuhan
pembentukan diameter daya hambat disekitar paperdisk.
2.2. Perlakuan ekstrak terhadap pertumbuhan bakteri
Paperdisk direndam dalam masing-masing perlakuan
Pada konsentrasi 400 ppm, aktivitas antibakteri
ekstrak biji kelor dan daun kersen tidak menunjukkan
ekstrak, kemudian diletakkan diatas medium yang telah
perbedaan
dicampur dengan inokulum bakteri. Cawan petri kemudian
dibandingkan dengan ekstrak campuran biji kelor dan daun
dibungkus dan diinkubasi pada suhu 30-320C selama 24 jam.
kersen terdapat perbedaan yang signifikan. Pada konsentrasi
Kedua bakteri uji yang telah diremajakan pada tabung reaksi,
400 ppm, ekstrak campuran biji kelor dan daun kersen terjadi
kemudian diencerkan 10x dalam akuades steril Selanjutnya
peningkatan pada nilai daerah daya hambat (DDH) bakteri P.
yang
signifikan,
namun
keduanya
bila
masing-masing bakteri yang sudah diencerkan diambil
aeruginosa. Semua ekstrak pada konsentrasi 800 ppm
sebanyak 1000 µl untuk dicampurkan dalam media NA,
menunjukan aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa dan
kemudian dihomogenkan, selanjutnya dituang kedalam
semua macam ekstrak tidak terdapat perbedaan yang
masing-masing cawan petri.
signifikan dalam daya hambat bakteri P. aeruginosa, namun
pada konsentrasi 800 ppm terjadi peningkatan pada nilai DDH
3. Hasil Dan Pembahasan
Pengukuran diameter daya hambat bakteri pada
bakteri P.aeruginosa dibandingkan pada konsentrasi 400
ppm.
Semua
ekstrak
pada
konsentrasi
1200
ppm,
ekstrak yang diujikan terhadap pertumbuhan bakteri
menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtillis dilakukan
dan masing-masing terdapat perbedaan yang signifikan dalam
dengan cara mengukur luasan diameter daya hambat (DDH)
penghambatan bakteri P. aeruginosa. Pada konsentrasi 1200
yang terbentuk di sekitar paperdisk. Besaran daerah daya
ppm, ekstrak biji kelor dan daun kersen terjadi peningkatan
hambat yang terbentuk merupakan ekspresi dari senyawa
pada nilai DDH bakteri P.aeruginosa, namun pada ekstrak
kimia terkandung dalam ekstrak yang dapat menghambat
campuran daun kersen dan biji kelor terjadi penurunan pada
aktifitas bakteri.
daerah
daya
hambat
bakteri
dibanding
konsentrasi
sebelumnya. Pada konsentrasi 1600 ppm, menunjukkan
aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa dan masingmasing
terdapat
perbedaan
yang
signifikan
dalam
penghambatan bakteri P. aeruginosa. Pada konsentrasi 1600
ppm, ekstrak biji kelor dan daun kersen terjadi peningkatan
nilai DDH bakteri P.aeruginosa dibanding konsentrasi
sebelumnya.
Ekstrak campuran biji kelor dan daun kersen pada
konsentrasi 400 ppm, menunjukan hasil lebih efektif dalam
penghambatan P. aeruginosa dibanding dua ekstrak lainnya
karena agen antibakteri yang berada pada ekstrak campuran
biji kelor dan daun kersen memberikan efek sinergis dalam
Gambar 1. Hasil pengukuran diameter daya hambat (DDH) dari
perlakuan ekstrak terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. Kontrol
= streptomisin, SCE = ekstrak kasar biji kelor, LCE = ekstrak kasar daun
kersen, SCE:LCE = campuran ekstrak kasar biji kelor dan daun kersen.
Huruf a, b, c, dan d menunjukkan beda nyata di antara perlakuan
berdasarkan uji statistik.
12
penghambatan bakteri P. aeruginosa , namun pada
konsentrasi yang lebih tinggi ekstrak campuran biji kelor dan
daun kersen tidak begitu efektif menghambat pertumbuhan
bakteri P. aeruginosa dikarenakan kedua antibakeri yang
J. Trop. Biodiv. Biotech., Vol. 2 (2017), 10—15
resisten tidak memiliki kepekaan terhadap antibiotik atau
senyawa antibakteri. Menurut Jawetz et al., (1995) resistensi
bakteri dapat bersifat genetik maupun non genetik. Resisten
secara genetik terjadi karena perubahan genetik, sedangkan
resistensi non genetik terjadi karena penggunaan antibakteri
yang tidak sesuai dosis/konsentrasi. Bakteri P. aeruginosa
memiliki daya tahan terhadap lingkungan fisik dan bahan
kimia dibandingkan bakteri jenis lain (Radji, 2011).
Hasil pengukuran diameter daya hambat (DDH)
pengujian ekstrak biji kelor terhadap B. subtilis (Gambar 2
dan Gambar 3) menunjukkan terdapat perbedaan signifikan
antara kontrol (streptomisin) dengan perlakuan ekstrak biji
kelor. Perlakuan ekstrak biji kelor pada setiap konsentrasi,
menunjukan aktivitas antibakteri terhadap B. subtilis. Tidak
terjadi perbedaan yang signifikan dalam penghambatan
bakteri B. subtilis pada rentang 150 hingga 450 ppm, namun
pada konsentrasi 450 ppm hingga 750 ppm terjadi perbedaan
yang signifikan dalam penghambatan bakteri B. subtilis.
Gambar 2. Hasil uji aktivitas antibakteri dari ekstrak kasar biji kelor
(SCE) terhadap P. aeruginosa (A) dan B. subtilis (B), ekstrak daun
kersen (LCE) terhadap P. aeruginosa (C) dan B. subtilis (D), serta
campuran ekstrak biji kelor dan daun kersen (SCE:LCE) terhadap P.
aeruginosa (E)
terkandung tidak dapat menunjukkan efek sinergis dalam
penghambatan bakteri Pseudomonas aeruginosa, melainkan
efek antagonis (Naelaz, 2014). Efek antagonis terjadi
disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan satu jenis
bakteri oleh jenis bakteri lain bila satu jenis bakteri
menimbulkan pengaruh buruk terhadap lingkungan bakteri
lain. Misalnya kombinasi antibiotik bakterisida (penisilin atau
ampisilin)
dengan
bakteriostatik
(kloramfenikol)
untuk
menangani infeksi campuran di rongga perut, apabila suatu
jenis bakteri kebetulan peka terhadap kloramfenikol yang
menghambat
pertumbuhan
bakteri,
hal
ini
akan
melumpuhkan kerja penisilin sebagai inhibitor sintesis
Peningkatan
konsentrasi
ekstrak
kasar
biji
kelor
meningkatkan secara signifikan aktivitas antibakteri terhadap
B. subtilis, terutama peningkatan konsentrasi ekstrak mulai
dari 450 – 750 ppm.
Ekstrak
pertumbuhan
biji
kelor
bakteri
P.
(SCE)
mampu
aeruginosa
dan
menghambat
B.
subtillis
dikarenakan pada biji kelor mengandung pterygospermin,
moringine,
glycosides
4-(α-L-rhamnosyloxy)-benzylisothio-
cyanate dan 4-(α-L-rhamnosyloxy)-phenylacetonitrile. Zat-zat
tersebut
biasanya
digunakan
untuk
menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis, Mycobacterium phei,
Serratia
marcescens,
E.coli,
Pseudomonas
aeruginosa,
Shigella and Streptococcus (Jahn, 1986).
Hasil pengukuran diameter daya hambat (DDH)
pengujian ekstrak daun kersen terhadap B. subtilis (Gambar 2
dan Gambar 4) menunjukkan terdapat perbedaan signifikan
dinding sel yang membutuhkan pertumbuhan aktif bakteri
(Jawetz, 1975).
Ekstrak campuran biji kelor dan daun kersen tidak
dapat diperlakukan
terdapat
perbedaan
pada bakteri B. subtilis dikarenakan
konsentrasi
dalam
menghambat
pertumbuhan bakteri.sehingga tidak dimungkinkan kedua
ekstrak dicampur dalam perbandingan 1:1(v/v). Kedua bakteri
uji (B. subtilis dan P. aeruginosa) menunjukkan respon yang
berbeda terhadap konsentrasi yang sama dari ekstrak kedua
tumbuhan (kersen dan kelor), hal ini diduga berkaitan erat
dengan daya resistensi kedua bakteri tersebut. Menurut
Setiabudy dan Gan (1995), resistensi sel bakteri merupakan
suatu sifat tidak terganngunya kehidupan sel bakteri, dan
merupakan mekanisme untuk bertahan hidup. Bakteri yang
Gambar 3. Hasil pengukuran diameter daya hambat (DDH) dari
perlakuan ekstrak kasar biji kelor (SCE) pada berbagai konsentrasi
terhadap bakteri B. subtilis. Huruf a, b, c, dan d menunjukkan beda
nyata di antara perlakuan berdasarkan uji statistik
13
J. Trop. Biodiv. Biotech., Vol. 2 (2017), 10—15
antara kontrol (streptomisin) dengan perlakuan ekstrak daun
kersen.
Perlakuan
ekstrak
daun
kersen
pada
setiap
konsentrasi, menunjukan aktivitas antibakteri terhadap B.
subtilis. Tidak terjadi perbedaan yang signifikan dalam
penghambatan bakteri B. subtilis pada rentang 1500 hingga
4500 ppm, namun pada konsentrasi 4500 ppm hingga 7500
ppm terjadi perbedaan yang signifikan dalam penghambatan
bakteri B.subtilis. Efek penghambatan ekstrak kersen
terhadap pertumbuhan bakteri B. subtilis meningkat secara
nyata pada konsentrasi tinggi (lebih dari 4500 ppm). Semakin
tinggi konsentrasi ekstrak kersen yang diberikan semakin
besar pula daya hambat terhadap pertumbuhan B. subtilis.
Menurut Schlegel dan Schmidt (1994), kemampuan suatu
bahan antimikrobia dalam meniadakakan kemampuan hidup
Gambar 4. Hasil pengukuran diameter daya hambat (DDH) dari
perlakuan ekstrak kasar daun kersen (LCE) pada berbagai
konsentrasi terhadap bakteri B. subtilis. Huruf a, b, c, dan d
menunjukkan beda nyata di antara perlakuan berdasarkan uji
statistik
mikroorganisme tergantung pada konsentrasi bahan mikrobia
tersebut. Selain faktor konsentrasi, menurut Ajizah (2004)
meningkatkan secara signifikan nilai diameter daya hambat
bahan antimikrobia yang terkandung dalam ekstrak juga
(DDH) dibandingkan perlakuan ekstrak tunggal (hanya terdiri
menentukan
pertumbuhan
dari ekstrak biji dan daun kersen). Pada konsentrasi tinggi
mikrobia. Aktivitas antibakteri dari suatu ekstrak diduga
(1200 ppm dan 1600 ppm), campuran ekstrak biji kelor dan
disebabkan oleh adanya kandngan senyawa flavonoid,
daun kersen menurunkan secara signifikan nilai diameter
polifenol, saponin, alkaloid dan minyak atsiri. Semakin besar
daya hambat (DDH) dibandingkan perlakuan ekstrak tunggal
konsentrasi maka akan semakin besar senyawa aktif sebagai
(hanya terdiri dari ekstrak biji dan daun kersen). Ekstrak biji
antibakteri yang terkandung di dalam suatu ekstrak akan
kelor memiliki aktivitas antibakteri lebih tinggi dibandingkan
memiliki daya hambat yang besar terhadap pertumbuhan
daun kersen terhadap B. subtilis.
kemampuan
menghambat
bakteri.
Ekstrak daun kersen (LCE) mampu menghambat
pertumbuhan
bakteri
P.
aeruginosa
dan
B.
subtillis
dikarenakan pada biji kersen mengandung flavonoid, saponin,
tanin (Zakaria et al., 2010). Flavonoid merupakan anti bakteri
yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Flavonoid
memiliki berbagai macam kemampuan yang diantaranya
mampu menghambat fungsi membran sitoplasma pada
bakteri, menghambat sintesis asam nukleat, menghambat
aktivitas metabolisme energi (Noorhamdani dkk, 2010).
Saponin memiliki karakteristik merusak membran sel pada
mikroba, sehingga mengakibatkan keluarnya komponen
penting dalam sel mikroba seperti asam nukleat, protein
(Agung et al., 2013; Cheeke, 2004). Tanin merupakan zat yang
terkandung
dalam
daun
kersen
yang
memiliki
sifat
mengkoagulasi protoplasma bakteri sehingga sel tidak dapat
melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhan bakteri
terhambat (Juliantina et al., 2009; Zakaria et al., 2007).
4. Kesimpulan
Campuran ekstrak biji kelor dan daun kersen (1:1) (v/v)
memiliki aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa. Pada
konsentrasi 400 ppm dan 800 ppm, campuran ekstrak biji
kelor dan daun kersen yang diujikan pada P. aeruginosa
Acuan
Agustie, A. W. D. dan Samsumaharto, R.A. 2013.
Lamk.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal
Biomedika 6(2): 14 -19. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Setia Budi Surakarta.
Agung G., Nengah I., Kerta dan Hapsari. 2013. Daya hambat perasan
daun sirsak terhadap Escherichia coli. Indonesia Medicus
Veterinus 2(2): 162-169
AOAC. 1984. Official Methods of Association of Official Analytical
Chemists. (W. Horwitz, ed.). Association of Official Analytical
chemists (AOAC), Washington, DC.
Ajibesin, K. K., Ekpo, B. A., Bala, D. N., Essien, E.E., Adesanya, S. A.
(2008). Ethanobotanical survey of akwa lbom state of
Nigeria. Journal of Ethanopharmacology, 115(3):387-408.
Aizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium terhadap
Ekstrak Daun Psidium guajava L. Bioscientiae. 1(1): 31-38.
Cheeke, R.. P., 2004. Saponins: surprising benefits of desert plants.
Linus Pailing Institute, USA, p.621-632.
Hariyanto dan Subiandono, E. 1991. Pemanfaatan jenis tumbuhan
obat dan hutan tropis Indonesia.
Jurusan
Konservasi
Sumberdaya Hutan. Bogor.
Jahn, S. A, Musnad, H. A, Burgstaller H. The tree that purifies water:
cultivating multipurpose Moringaceae
Unasylva. 1986;38:23-8.
14
Uji aktivitas
antibakteri ekstrak maserasi daun kelor (Moringa oleifera
in
the
Sudan.
J. Trop. Biodiv. Biotech., Vol. 2 (2017), 10—15
Jawetz, E., 1975, Synergism and antagonism among antimicrobial
drugs. The Westren Journal of Medicine, 123, 87-91.
Radji, M. 2011. Mikrobiologi.Buku Kedokteran ECG. Jakarta. Hal: 154
-159.
Jawetz, E., J.L. Melnick., E. A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan
Schlegel, H.G.m dan Schmidt, K. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi
L.N.Ornston. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20 (Alih
Keenam. Terjemahan oleh Baskoro, T. Gadjah Mada
bahasa: Nugroho & R.F.Maulany). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. hal.211,213,215.
University Press. Yogyakarta.
Setiabudy, R., dan Gan, V.H.S. 1995. Farmakologi Terapi: Pengantar
Juliantina, Citra, Nirwani, Nurmasitoh, T dan Bowo E.T. 2009.
Manfaat sirih merah (Piper crocatum) sebagai agen
Antimikroba. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. Hal: 571-583.
antibakterial terhadap bakteri gram positif dan gram
Teja, D. S, Morina A, Novrianto T. 2006. Buah kelor (Moringa oleifera
negatif. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia 1(1): 12-
Lamk.) tanaman ajaib yang dapat digunakan untuk
20.
mengurangi kadar ion logam dalam air. Jurnal Gradien Vol.3
Kitula, R. A. (2007). Use of medicinal plants for human health in
Udzungwa mountains forests: a case study of New Dabaga
Ulongambi
Forest
Reserve,
Tanzania.
Journal
of
Ethnobiology and Ethnomedicine. 3:7.
No.1 Januari 2007 : 219-221.
Wu, J., Jiang, Z., Chen, H., Lu, G, Zhao, Z. (2008). Ethnobothanical
study of medicinal plants used by hakka in Guangdong,
China. Journal of Ethnopharmacology, 117(1): 41-50.
Morales,. G, P. Sierra, Mancilla, A. Paredes, L.A., Loyola, O. Gallardo,
Widjajanti, N., 1989, Obat – Obatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
and J. Bourquez. 2003. Secondary metabolits of four
Yuliani, R., Rima M, Setyaningsih, E.P dan Alin Januartie. 2014.
medicinal plants from Nothern Chiles, antimicrobial activity,
Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Daun Kersen
and biotoxicity against Artemia salina. J. Chile Chem 48(2):35
(Muntingia
-41
Muhammadiah Surakarta.
Morton, J.F., 1987. Jamaica Cherry. In Fruit of Warm Climate. Miami,
pp:65-69.
calabura).
Fakultas
Farmasi,
Universitas
Zakaria Z. A, Mat A. M, Mastura M, Mat S. H, Mohamed A. M, Moch
Jamil N.S, Rofiee M.S and Sulaiman M.R. 2007. In vitro
Naelaz, Z. W. K., 2014. Aktivitas antibakteri kombinasi minyak atsiri
Antistaphylococcal Activity of the Extract of
Several
kemangi (Ocimum basilicum) dengan kloramfenikol atau
Neglected Plants in Malaysia. International Journal of
gentasimin terhadap Salmonella typhi. Skripsi Fakultas
Pharmacology. 3 (5) : 428-431.
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Zakaria, Z. A., A. S. Sufian, K. Ramasamy, N. Ahmat, M. R. Sulaiman,
Noorhamdani., Herman dan Dian. 2010. Uji ekstrak daun kersen
A. K. Arifah, A. Zuraini, dan M. N. Somchit. 2010. In vitro
(Muntingia calabura L.) sebagai antibakteri terhadap
antimicrobial activity of Muntingia Calabura extracts and
Staphylococcus aureus secara in vitro. Skripsi Fakultas
fractions. African Journal of Microbiology Research 4(4):
Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang.
304-308.
Nshimo, C. M, Pezzuto, J. M, Kinghorn, A. D, Farnsworth, N. R (1993).
Cytotoxic constituents of Muntingia calabura leaves and
stems collected in Thailand. Int. J.Pharmacol. 31: 77-81.
Purwaningsih, R.T, Puguh Surjowardojo dan Susilorin, E.T. 2015.
Efektivitas Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura, L.)
dengan Pelarut Ether dan Metanol sebagai Antibakteri
terhadap
Streptococcus
agalactiae
Penyebab
Mastitis
Subklinis pada Sapi Perah. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya.
15