Jurnal Komunikasi
Jurnal Komunikasi
UniversitasUniversitas
Garut: Hasil
Garut:
Pemikiran
Hasil Pemikiran
dan Penelitian
dan Penelitian
Vol. 5, No.Program
2, Oktober
Studi
2019
Ilmu Komunikasi
P-ISSN: 2461-0836; E-ISSN: 2580-538X
Halaman 261-274
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU “SALATIGA MOVEMENT
(SM)” DALAM MENINGKATKAN BRAND AWARENESS TERHADAP
MASYARAKAT SALATIGA
Resva Inggil Kharisma, Lina Sinatra Wijaya
Program Studi Hubungan Masyarakat, Universitas Kristen Satya Wacana
Jln. Diponogoro No. 52-60, Salatiga, Kota Salatiga, Jawa tengah 50711
No. HP: 085747332224, 0811298292
e-mail: 602014017@student.uksw.edu, lina.sinatra@uksw.edu
Naskah diterima tanggal 30 Juli 2019, direvisi tanggal 12 September 2019,
disetujui tanggal 17 September 2019
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program strategi komunikasi pemasaran terpadu
dari “Salatiga Movement” (suatu komunitas tari modern paling terkenal di Salatiga) dalam
meningkatkan brand awareness terhadap masyarakat Salatiga dengan tujuan untuk
mempertahankan eksistensinya. Target sasarannya adalah anggota sekaligus pengurus
“Salatiga Movement”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode penelitian studi kasus. Untuk pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi komunikasi
pemasaran yang dilakukan seperti periklanan, promosi penjualan, humas dan publisitas,
penjualan personal, pemasaran langsung, serta acara dan pengalaman dapat menaikkan brand
awareness merek “Salatiga Movement”. Strategi komunikasi pemasaran berlangsung dengan
baik meskipun ada kendala yang muncul seperti pengetahuan masyarakat Salatiga mengenai
dance masih minim dan pemasukan dana komunitas yang kurang.
Kata kunci: Strategi; Komunikasi Pemasaran Terpadu; Brand; Awareness
Abstract
The purpose of this research is to find out the integrated marketing communication program
of “Salatiga Movement” (one of the knowest modern dance community in Salatiga) in
increasing brand awareness to Salatiga citizen for maintaining its existence. The target
audiences are Salatiga Movement’s official members. This research is a qualitative research
by using case study method. For getting the data, interviews, observation, and documentation
are used. The results of this research indicate that integrated marketing communication which
had been done by Salatiga Movement such as advertising, sales promotion, public relations
and publicity, personal selling, direct marketing, also event and experience could increase the
brand awareness. The integrated marketing communication has been done well even though
there are still some obstacles in doing it, due to the lack of dance knowledge and financial
problem faced by the Salatiga citizens.
Key words: Strategic; Integrated Marketing Communication, Brand; Awareness
Pendahuluan
www.journal.uniga.ac.id
261
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 261-274
Di Salatiga terdapat suatu komunitas
tari modern terbesar bernama “Salatiga
Movement” yang bisa disingkat dengan
SM, berdiri pada 12 Februari 2011. Visi
komunitas ini adalah menjadikan Salatiga
sebagai kota tari. Sedangkan misinya
adalah memasyarakatkan tari di Kota
Salatiga. Hingga saat ini, SM memiliki
sekitar 40 anggota aktif dan non aktif.
Untuk anggota yang berstatus aktif, mereka
memiliki
tanggung
jawab
untuk
mewujudkan visi mereka. Walaupun sudah
berdiri sejak tahun 2011, namun setelah 7
tahun berdiri, masyarakat Salatiga belum
sepenuhnya mengetahui keberadaan dari
SM ini. Seharusnya dalam jangka 7 tahun
komunitas ini sudah dikenal masyarakat
Salatiga, terlebih Kota Salatiga yang tidak
terlalu luas. Sejauh ini hanya beberapa
anak SMA saja yang mempunyai
ketertarikan pada tari modern, sedangkan
target sasaran dari SM tidak hanya anakanak SMA tetapi juga anak kecil hingga
para orang tua.
Setelah melihat fenomena yang
terjadi
pada
komunitas
“Salatiga
Movement”, maka penelitian ini akan
melihat strategi komunikasi pemasaran
terpadu dari “Salatiga Movement” dalam
meningkatkan brand awareness kepada
masyarakat Salatiga. Penelitian ini juga
akan mencari tahu rangkaian strategi yang
dilakukan dan kendala yang dialami dalam
melaksanakan strategi komunikasinya.
Tinjauan Pustaka
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh
Zahratunnisa (Zahratunnisa 2016) yang
berjudul “Strategi Komunikasi Pemasaran
Terpadu Komunitas Mahakam Jazz River
(MJR) dalam Mempromosikan Musik Jazz
di Kalangan Remaja Kota Samarinda”
www.journal.uniga.ac.id
merupakan penelitian deskriptif kualitatif
dan bertujuan untuk mengidentifikasi
strategi komunikasi pemasaran terpadu
komunitas Mahakam Jazz River dalam
mempromosikan musik jazz di kalangan
remaja Kota Samarinda periode Januari
2015-Maret 2016. Hasil dari penelitian ini
adalah Mahakam Jazz River memilih tiga
elemen komunikasi pemasaran terpadu
yaitu acara dan pengalaman, penjualan
personal dan juga promosi penjualan untuk
lebih memasyarakatkan musik jazz di Kota
Samarinda. Selain itu, evaluasi komunikasi
pemasaran terpadu juga dilakukan oleh
komunitas ini yaitu dengan melakukan
briefing atau evaluasi setelah pelaksanaan
acara
atau
event
yang
telah
diselenggarakan
serta
mengadakan
evaluasi setiap satu bulan sekali dalam
lingkup internal dari Mahakam Jazz River.
Penelitian tersebut lebih berfokus
strategi komunikasi pemasaran terpadu
kepada kalangan remaja. Selain itu,
komunitas Mahakam Jazz River sudah
dikenal namun memang minat masyarakat
terhadap musik Jazz kurang karena
dianggap aliran musik orang tua yang
membosankan dan membuat mengantuk.
Mereka ingin agar kalangan remaja di
Samarinda menyukai musik jazz dan tidak
beranggapan lagi bahwa jazz merupakan
musik hanya diperuntukan orang tua.
Penelitian kedua adalah penelitian
yang dilakukan oleh Agustina Hanafi dan
Zakaria Wahab (Hanafi and Zakaria 2016)
berjudul
“Pengaruh
Komunikasi
Pemasaran Terpadu Terhadap Keputusan
Pembelian Pengunjung Serta Dampaknya
Pada Keputusan Perpanjangan Sewa
Penyewa Kios di Palembang Square Mall
(PS
Mall)”
merupakan
penelitian
kuantitatif yang memiliki target sasaran
pengunjung PS Mall dan penyewa tenant di
262
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 261-274
PS Mall. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui
pengaruh
komunikasi
pemasaran terpadu untuk keputusan
pembelian pengunjung dan dampaknya
terhadap keputusan penyewa untuk
memperbaharui kontrak di Palembang
Square Mall. Hasil dari penelitian ini
adalah komunikasi pemasaran terpadu
yang dilakukan oleh PS Mall berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian
pengunjung,
keputusan
pembelian
pengunjung ternyata tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
keputusan
perpanjangan sewa penyewa kios, serta
komunikasi pemasaran terpadu ternyata
secara langsung juga tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
keputusan
perpanjangan sewa penyewa kios.
Dari kedua penelitian di atas, dapat
dilihat lebih menekankan pada penggunaan
strategi komunikasi pemasaran agar
produk yang sudah dikenal semakin
membuat yakin target sasaran bahwa
produknya adalah yang terbaik sehingga
target sasaran menjadi loyal kepada
mereka. Dalam penelitian ini akan lebih
fokus
pada
penggunaan
strategi
komunikasi pemasaran terpadu agar
“Salatiga Movement” yang kurang dikenal
menjadi dikenal dan timbul brand
awareness dari masyarakat Salatiga
terhadap “SM”.
Strategi
Komunikasi
Pemasaran
Terpadu
/
Integrated
Marketing
Communication (IMC)
Menurut Morissan dalam buku
“Komunikasi
Pemasaran
Terpadu:
Periklanan”,
komunikasi
pemasaran
terpadu
merupakan
upaya
untuk
menjadikan seluruh kegiatan pemasaran
dan
promosi
perusahaan
dapat
menghasilkan citra atau image yang
www.journal.uniga.ac.id
bersifat satu dan konsisten bagi konsumen
(Morissan 2010:9).
Menurut H. Takada, C. Chattalas,
dan T. Kramer
(dalam Hermawan
2012:72), berbagai unsur komunikasi
pemasaran tersebut sebagai berikut:
• Periklanan
Periklanan (advertising) adalah
bentuk
penyajian
dan
promosi
nonpersonal atas ide, barang atau jasa
yang dilakukan oleh perusahaan
tertentu.
Semua bentuk penyajian nonpersonal
dan promosi ide, barang atau jasa yang
dibayar oleh suatu sponsor tertentu.
• Promosi penjualan
Promosi penjualan (sales promotion)
adalah bentuk persuasi langsung melalui
penggunaan berbagai insentif yang
dapat diatur untuk merangsang
pembelian produk dengan segera
dan/atau meningkatkan jumlah barang
yang dibeli pelanggan (Hermawan
2012:128).
• Hubungan masyarakat (humas) dan
publisitas
Merupakan
upaya
komunikasi
menyeluruh dari suatu perusahaan untuk
memengaruhi
persepsi,
opini,
keyakinan,
dan
sikap
berbagai
kelompok terhadap perusahaan tersebut.
• Penjualan personal
Penjualan personal (personal selling)
merupakan pemasaran produk atau jasa
di mana penjual bertemu langsung
dengan pembeli untuk menjajaki
prospek
(peluang)
pembelian
(Hermawan
2012:106).
Interaksi
langsung dengan satu calon pembeli
atau lebih untuk melakukan presentasi,
menjawab pertanyaan, dan menerima
pesanan.
• Pemasaran langsung
263
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 261-274
Pemasaran
langsung
adalah
pendekatan pemasaran yang bersifat
bebas dalam menggunakan saluran
distribusi
dan/atau
komunikasi
pemasaran,
yang
memungkinkan
perusahaan memiliki strategi tersendiri
dalm berhubungan dengan konsumen
(Hermawan 2012:183).
• Acara dan Pengalaman
Merupakan pengembangan publisitas
yang mengacu pada pengadaan kegiatan
organisasional
yang
sifatnya
mendukung
promosi,
misalnya
pensponsoran – mendukung acara yang
menjadi perhatian masyarakat.
Brand Awareness
Brand
awareness
adalah
kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali, mengingat kembali suatu
merek sebagai bagian dari suatu kategori
produk tertentu (Durianto, Sugiarto, and
Sitinjak 2004:54). Bagian dari suatu
kategori produk perlu ditekankan karena
terdapat suatu hubungan yang kuat antara
kategori produk dengan merek yang
dilibatkan, misalnya, publikasi tentang
penerbangan Garuda Indonesia tidak akan
membantu brand awareness dari Kacang
Garuda. Brand awareness membutuhkan
continuum ranging (jangkauan kontinum)
dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek
tertentu telah dikenal sebelumnya,
sehingga konsumen yakin bahwa produk
tersebut merupakan satu-satunya merek
dalam suatu kelompok produk. Kontinum
ini dapat terwakili dalam tingkatan brand
awareness yang berbeda yang dapat
digambarkan dalam suatu piramida
berikut:
www.journal.uniga.ac.id
Gambar 1
Piramida Brand Awarenes (Durianto et
al. 2004:55)
Peran brand awareness dalam brand
equity tergantung pada tingkatan akan
pencapaian kesadaran di benak konsumen.
Tingkatan brand awareness yang paling
rendah
adalah
brand
recognition
(pengenalan merek) atau disebut juga
sebagai tingkatan pengingat kembali
dengan bantuan (aided recall). Tingkatan
berikutnya adalah tingkatan brand recall
(pengingat kembali merek) atau tingkatan
pengingatan kembali merek tanpa bantuan
(unaided recall) karena konsumen tidak
perlu dibantu untuk mengingat merek.
Pengukuran pengenalan merek tanpa
bantuan
lebih
sulit
dibandingkan
pengenalan merek dengan bantuan.
Tingkat berikutnya adalah merek yang
disebut pertama kali pada saat pengenalan
merek tanpa bantuan yaitu top of mind
(kesadaran puncak pikiran). Top of mind
adalah brand awareness tertinggi yang
merupakan pimpinan dari berbagai merek
yang ada dalam pikiran konsumen
(Durianto et al. 2004:54).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian studi kasus. Studi kasus atau
‘case-study’, adalah bagian dari metode
kualitatif yang hendak mendalami suatu
264
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 261-274
kasus tertentu secara lebih mendalam
dengan melibatkan pengumpulan beraneka
sumber
informasi.
Creswell
mendefinisikan studi kasus sebagai suatu
eksplorasi dari sistem-sistem yang terkait
(bounded system) atau kasus. Suatu kasus
menarik untuk diteliti karena corak khas
kasus tersebut yang memiliki arti pada
orang lain, minimal peneliti (Raco
2010:49).
Penelitian yang dilakukan adalah
penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor
(Moleong
2007:4)
mendefinisikan
metodologi penelitian kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan
data yang dijabarkan dengan kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Penelitian
kualitatif ini dapat digunakan untuk
memahami interaksi sosial, misalnya
dengan teknik wawancara sehingga akan
ditemukan pola-pola yang jelas. Studi
deskriptif
juga
digunakan
untuk
menganalisis data dalam penelitian ini.
Tujuannya untuk membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta yang ada.
Dalam
pengumpulan
data,
peneliti menggunakan 3 metode yaitu
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Subjek penelitian adalah “Salatiga
Movement” yang merupakan sebuah
komunitas tari modern terbesar di Salatiga.
Objek
penelitian
adalah
strategi
komunikasi pemasaran yang dilakukan
oleh “Salatiga Movement”.
Penelitian ini menggunakan metode
triangulasi data yaitu mencari data dari
berbagai sumber agar mendapatkan
informasi yang lengkap dan akurat serta
menggunakan triangulasi metode yang
merupakan kegiatan membandingkan hasil
observasi lapangan penulis dengan hasil
www.journal.uniga.ac.id
wawancara mendalam dengan informan
(Pawito 2007:99).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Rangkaian
Strategi
Komunikasi
Pemasaran Terpadu dari “Salatiga
Movement (SM)” dalam Meningkatkan
Brand Awareness Terhadap Masyarakat
Salatiga
Dalam wawancara yang peneliti
lakukan, strategi komunikasi pemasaran
terpadu
yang
dilakukan
“Salatiga
Movement” adalah sebagai berikut
1. Periklanan
a. Radio
Kisaran tahun 2012, “Salatiga
Movement” melakukan talkshow di
salah satu segmen pada Radio XT
FM milik Universitas Kristen Satya
Wacana (UKSW). Tahun 2015, di
Radio Elisa FM juga kembali
tampil. Mereka menceritakan
bagaimana terbentuknya komunitas
ini, apa saja kegiatannya, hingga
prestasi yang telah diraih. Media
radio mudah dinikmati dan
membuat para pendengar santai
sehingga informasi yang didengar
dapat diterima dengan mudah
karena komunikasi antara radio dan
pendengar ibarat komunikasi antara
dua sahabat yang memiliki
kesamaan selera, ketertarikan, dan
bahasa (Santosa 2009:155).
b. Flyer
Flyer yang berisikan “Salatiga
Movement” menerima dance course
bagi yang berminat disebarkan
murid-murid di beberapa sekolah di
Salatiga saat jam pulang sekolah
265
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 261-274
agar mereka mengetahui akan
eksistensinya. Pada tahun yang
sama,
“Salatiga
Movement”
bekerjasama
dengan
“Golden
Studio” yang berlokasi di Jalan
Diponegoro Salatiga. Kerja sama ini
berupa “Hip Hop Kids Class” yang
memiliki target sasaran anak umur 6
– 13 tahun. Cara mengiklankan
kelas ini adalah pihak “Golden
Studio” mencetak flyer dan
menyebarkannya. Dalam flyer
tersebut dituliskan bahwa pengajar
dari kelas adalah anggota dari
“Salatiga Movement”. Dapat dilihat
bahwa komunitas ini pintar melihat
peluang yaitu saat jam anak sekolah
pulang, mereka berdiri di depan
gerbang dan memberikan flyer
kepada mereka. Flyer digunakan
“Salatiga Movement” sebagai media
promosi
karena
mempunyai
karakteristik media yang mudah
dibawa dan terbawa ke mana-mana
dan bisa disimpan (Ardhi 2013:14).
c. Poster
Setiap anniversary poster
dibuat dan disebarkan di beberapa
tempat umum. Poster berisikan
informasi sesuai 5W + 1H. Acara
yang dilaksanakan adalah perayaan
ulang tahun “Salatiga Movement”
yang berisikan dance competition
dan battle dance. Di bawah ini
adalah poster anniversary ke 7.
Gambar 2
Poster kegiatan acara anniversary ke 7
Acara
tersebut
akan
dilaksanakan pada tanggal dan
tempat yang telah ditentukan.
Pencantuman juri dan hadiah juga
dilakukan dengan tujuan orangorang tertarik dengan jumlah hadiah
dan percaya bahwa juri adalah orang
yang memang kompeten. Poster
disebar di tempat umum seperti
mading UKSW, tembok kosong
yang biasa ditempel poster di area
Cungkup dan Monginsidi. Seperti
yang dikatakan oleh Aib sebagai
pengurus “Salatiga Movement”,
“Kami
mendesain
poster
sedemikian rupa agar orang yang
melihat
langsung
berminat
melihatnya”.
Dari pernyataan tersebut, dapat
diartikan bahwa dalam berpromosi,
“Salatiga
Movement”
selalu
membuat desain poster semenarik
mungkin karena poster juga dapat
ditampilkan secara atraktif dari segi
desainnya maupun dari cara
penempelannya dengan beberapa
poster menjadi satu agar menarik
perhatian (Ardhi 2013:40).
d. Internet
Internet yang digunakan adalah
media sosial yaitu “Facebook”,
“Youtube”, “Twitter”, “Instagram”,
dan “BBM”. Akun “Instagram”
dapat dilihat dalam gambar di
bawah ini.
www.journal.uniga.ac.id
266
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 261-274
2. Promosi Penjualan
Promosi
penjualan
pernah
dilakukan
terutama
pada
saat
mengadakan open class. Biasanya
penyebaran informasi akan dimulai
sebulan
sebelum
open
class
dilaksanakan. Untuk menarik pendaftar
secara cepat, maka akan ditawarkan
early bird system. Dapat dilihat dalam
gambar di bawah ini.
Gambar 3
Akun media sosial “Instagram”
Semua informasi tentang
komunitas disampaikan lewat akun
media sosial tersebut. Dari
penjelasan di atas, dapat dilihat
“Salatiga
Movement”
menggunakan semua media sosial
yang sedang digemari target
sasaran. Seperti yang dikatakan
oleh Popo sebagai pengurus
“Salatiga Movement”,
“Segala
informasi
yang
berkaitan dengan komunitas lebih
sering dilakukan dengan media
sosial atau online ketimbang
offline”.
Hal ini disebabkan oleh
keunggulan
dari
berpromosi
melalui media sosial ini adalah
cakupannya yang luas karena media
ini menggunakan fasilitas online
dan bisa terhubung dengan audiens
di manapun. Saat ini, hampir tiap
orang mempunyai media sosial
(Ardhi 2013:69).
www.journal.uniga.ac.id
Gambar 4
Open class yang menerapkan early bird
system
Cara kerja early bird system
adalah akan diberi potongan harga bagi
pendaftar yang mendaftar hingga batas
tanggal yang ditentukan, setelah lewat
dari tanggal tersebut akan diberikan
harga normal. Ada cara lain yang
dilakukan untuk menarik pendaftar
yaitu dengan cara semakin banyak kelas
yang diambil, maka harga semakin
murah. Misal membukan 3 kelas tari,
setiap kelasnya akan diberi harga Rp
75.000,-. Bila mengambil dua kelas
akan diberi harga total Rp 120.000,sedangkan bila mengambil tiga kelas
akan diberi harga total Rp 150.000,-.
Seperti yang dikatakan oleh Fena
267
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 261-274
sebagai ketua “Salatiga Movement”
yang sedang menjabat,
“Kami jarang menggunakan
istilah potongan, namun sering
menggunakan istilah early bird yang
berarti semakin cepat yang mendaftar
maka akan mendapatkan harga lebih
murah dibanding harga normal. Cara
ini berhasil menarik minat para dancer
untuk segera mendaftarkan dirinya”.
Hasil wawancara dengan Fena, tanggal
26 Juni 2019.
Dari pernyataan Fena tersebut,
dapat diketahui bahwa sistem early bird
yang digunakan sebagai promosi
penjualan
“Salatiga
Movement”
bertujuan untuk membuat target sasaran
tertarik mengikuti open class yang
diadakan, sehingga open class tersebut
cepat laku karena promosi penjualan
juga dapat berfungsi mendorong
konsumen dengan segera melakukan
tindakan
pembelian
(Abdullah
2016:241).
3. Humas dan Publisitas
Kegiatan humas dan publisitas
dilakukan secara online dan offline.
Secara online dilakukan dengan media
sosial
“Facebook”,
“Twitter”,
“Instagram”,
“Youtube”,
dan
“Whatsapp”. Semua kegiatan akan
disosialisasikan lewat media sosial
“Facebook”, “Twitter”, dan “Instagram”
mulai dari latian rutin, dance battle,
anniversary, open class, open rehearsal,
lomba-lomba yang sedang diikuti,
hingga prestasi yang didapatkan.
“Youtube” digunakan bila memiliki
proyek
pembuatan
video
yang
dipersiapkan secara matang sebelum
hari pengambilan video. Selanjutnya
video akan diedit dan diunggah di
“Youtube”. Setiap video tersebut akan
www.journal.uniga.ac.id
memiliki link sendiri. Link akan disebar
melalui akun media sosial “Facebook”,
“Twitter”, dan “Instagram” milik
“Salatiga Movement” agar pengikut
akun tersebut mengetahui dan langsung
menuju link yang telah dicantumkan.
Akun pribadi anggota pun juga menjadi
media publikasi agar pengikutnya juga
turut menuju link yang dimaksud. Pada
fitur story aplikasi “Whatsapp” juga
digunakan untuk mempublikasi video
yang sama. Secara offline dilakukan
dengan cara penyampaian informasi
dari mulut ke mulut. Biasanya anggota
“Salatiga Movement” yang mengajar di
ekstrakurikuler tari modern di sekolah
akan memberi informasi seusai kegiatan
mengajar selesai. Kemudian flyer dan
poster yang ditempelkan di berbagai
tempat umum yang sering dilewati
masyarakat. Mural juga pernah
dilakukan sebagai bentuk publikasi
acara anniversary ke 5. Jalan
Monginsidi Salatiga terdapat tembok
yang sering digunakan mural dan
merupakan area yang sering dilewati.
Jajaran mural yang penuh desain dan
warna menarik perhatian bagi siapa saja
yang
lewat.
Dalam
persiapan
anniversary ke 5 pada tahun 2016,
mural menjadi pilihan publisitas acara.
Konten dari mural tersebut adalah nama
jargon acara yaitu “Show Me What You
Got 3”, keterangan akan diadakan
dance competition dan battle dance,
waktu dan tempat pelaksanaan, serta
pencantuman nama akun “Instagram”.
Desainnya berupa logo acara yang
dibuat besar dan warna kuning
mencolok. Diharapkan mural tersebut
mudah dilihat dan menjadi perhatian
bagi orang yang melewati jalan tersebut.
Saat ini kegiatan humas dan publisitas
268
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 261-274
lebih sering dilakukan secara online,
terutama dengan menggunakan media
sosial. Seperti yang dikatakan oleh ibu
Link-Link sebagai ketua “Salatiga
Movement” tahun 2016,
“Media yang efektif untuk
memperlihatkan kegiatan Salatiga
Movement itu media sosial karena di
zaman
sekarang
siapapun
menggunakan media sosial. Misal
Instagram, semakin banyak orang
mengunggah konten, maka semakin
banyak yang terjangkau dengan sistem
eksplor, jadi siapapun bisa melihatnya.
Begitu juga dengan Facebook yang
tidak hanya menjangkau kaum milenial
namun orang tua juga”.
Dari pernyataan di atas, bisa
dilihat bahwa kegiatan humas dan
publisitas lebih aktif di dunia maya
dengan media sosial sebab hampir
semua orang menggunakannya dan hal
ini dimanfaatkan “Salatiga Movement”
untuk menjangkau target sasarannya
karena kemudahan akses informasi dan
murahnya biaya untuk melakukan
interkoneksi internet membuat setiap
orang pasti menggunakan jejaring sosial
ini (Abdullah 2016:94).
4. Penjualan Personal
Penjualan
personal
yang
dilakukan hanyalah antara anggota
“Salatiga Movement” yang menjadi
pengajar atau pelatih ekskul atau
ekstrakurikuler (kegiatan non formal di
luar jam sekolah yang dilakukan peserta
didik) dan murid-muridnya. Bila ada hal
yang perlu disampaikan ke target
sasaran mengenai komunitas maka akan
disampaikan secara tatap muka saat
ektrakurikuler. Misal pengajar akan
memberi tahu ke muridnya bahwa akan
www.journal.uniga.ac.id
ada open class, open rehearsal,
anniversary, maupun open recruitment.
Seperti yang dikatakan oleh Ninit
sebagai humas “Salatiga Movement”
tahun 2016,
“Promosi mulut ke mulut atau
tatap muka efektif karena informasi
langsung tersampaikan”.
Pernyataan tersebut membuktikan
bahwa dengan cara seperti itu, interaksi
akan berlangsung secara cepat antara
pemberi informasi dan target sasaran
karena konsumen potensial bisa lebih
memperhatikan
apa-apa
yang
dijelaskannya, dibandingkan dengan
jalur bauran pemasaran lainnya
(Abdullah 2016:235).
5. Pemasaran Langsung
Strategi komunikasi pemasaran
langsung yang pernah dilakukan melalui
“Short Message Service (SMS)”,
“BBM”, “WhatsApp (WA)”. Setelah
melakukan promosi penjualan, biasanya
pelatih ektrakurikuler meminta kontak
yang bisa dihubungi milik muridnya
untuk informasi lebih lanjut. “SMS”
digunakan kisaran tahun 2013-2014.
Biasanya SMS digunakan untuk
mengingatkan peserta open class yang
sudah
membayar
bila
tanggal
pelaksanaan open class sudah dekat dan
dimohon untuk mempersiapkan diri.
Tahun 2015 “SMS” sudah jarang
digunakan dan beralih ke “BBM”.
Setiap ada informasi yang harus
disebarkan, setiap anggota harus
broadcast ke kontak masing-masing
yang sekiranya cocok menjadi target
sasaran. Pesan broadcast akan langsung
sampai ke sasaran dan langsung dapat
langsung dibaca. Tahun 2016 hingga
sekarang telah beralih ke penggunaan
“WA”. Penyampaian pesan di sini juga
269
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 261-274
dapat disebar dengan fitur broadcast
dan fitur story yang dapat dilihat hingga
24 jam.
Dapat
disimpulkan
bahwa
“Salatiga Movement” dapat mengetahui
media apa saja yang sedang digemari
target sasaran dan melihatnya sebagai
peluang untuk media pemasaran
langsung. Target sasaran akan lebih
sering menggunakan media yang sedang
digemari
dalam
kegiatan
komunikasinya sehingga “Salatiga
Movement” turut memperlihatkan diri
dengan metode pemasaran langsung
melalui media tersebut sebab direct
marketing lebih banyak disukai dan
digunakan karena biayanya relatif
rendah dan merupakan metode yang
efektif untuk berkomunikasi dengan
pelanggan
perusahaan
(Kurnia
2013:165).
6. Acara dan Pengalaman
Acara yang pernah dilaksanakan
adalah perayaan anniversary komunitas
“Salatiga Movement”. Acara skala besar
ini sudah dilakukan sebanyak lima kali
yaitu pada tahun 2013, 2014, 2015,
2016, dan 2018. Konten dari acara ini
adalah dance competition untuk pelajar
khususnya daerah Salatiga dan murid
ekstrakurikuler yang diajar oleh anak
“Salatiga Movement”. Selain itu
terdapat battle dance. Di bawah ini
adalah gambar perayaan anniversary ke
7.
www.journal.uniga.ac.id
Gambar 5
Acara anniversary ke 7
Tujuan dari acara ini adalah untuk
menjadi wadah bagi para penari yang
ingin mengasah kemampuannya dalam
bidang tari dan untuk menunjukan
eksistensi
komunitas
“Salatiga
Movement”
pada
masyarakat
khususnya Salatiga. Acara skala kecil
juga diadakan seperti open class
reguler, open class dalam rangka
menyambut
anniversary,
open
rehearsal, “Battling and Chilling
(BnC)”, serta kerja sama dengan pihak
lain. Open class reguler adalah kelas tari
berbayar yang diajar oleh pelatih
berkompeten. Pelatih tersebut bisa dari
anggota “Salatiga Movement” maupun
didatangkan dari luar kota seperti
Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya,
Malang, Bandung, Jakarta, dan Batam.
Tujuan dari open class ini adalah untuk
membagi ilmu dengan penari di Salatiga
terutama non anggota “Salatiga
Movement” juga agar masyarakat
menganggap
bahwa
“Salatiga
Movement” adalah komunitas yang
memfasilitasi dan menjadi wadah bagi
penari Salatiga. Open class dalam
rangka menyambut anniversary juga
memiliki tujuan yang sama dengan open
class reguler, namun pengajarnya
adalah dari juri tamu yang akan menjadi
juri di dance competition atau battle
dance di anniversary mendatang. Open
rehearsal adalah latihan rutin “Salatiga
Movement” yang juga dibuka untuk
umum dan dilaksanakan sesuai dengan
270
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 261-274
hari dan jam yang sama. Biasanya
latihan rutin hanya tertutup untuk
anggota “Salatiga Movement” saja,
namun open rehearsal diadakan agar
non
anggota
pun
merasakan
pengalaman bagaimana atmosfer latihan
rutin komunitas ini. Kemudian “Battling
and Chilling (BnC)” merupakan acara
dance battle dengan sistem money in the
cap yaitu pemenang akan mendapatkan
hadiah berupa total uang pendaftaran
semua
peserta.
“BnC”
sudah
dilaksanakan sebanyak kurang lebih
sepuluh kali dan mendapatkan respons
baik dari penari Salatiga berupa
ramainya acara saat pelaksanaan. Kerja
sama dengan pihak lain pun juga
dilakukan. Kerja sama dengan acara
“Hampra Fest” yang merupakan
pameran local brand di Salatiga. Panitia
“Hampra Fest” mengajak “Salatiga
Movement” untuk ikut meramaikan
dengan cara mengadakan battle dance di
dalam acara tersebut. Panitia “Hampra
Fest” memberi sejumlah uang dan
memercayakan dance battle kepada
“Salatiga Movement”. Semua urusan
yang berkaitan dengan dance battle
dipegang penuh mulai dari juri hingga
saat hari H pelaksanaan. Dengan begini
“Salatiga
Movement”
mendapat
keuntungan berupa pengeluaran yang
tidak banyak dan nama yang ikut
muncul
saat
“Hampra
Fest”
dilaksanakan. Kerja sama dengan
“Hampra Fest” sudah dilakukan
sebanyak tiga kali 2015, 2017, dan
2018. Kerja sama juga pernah dilakukan
dengan acara “September Ceria” tahun
2017. Pada acara tersebut terdapat
dance competition tingkat pelajar dan
“Salatiga Movement” menjadi panitia
bagian dance competition tersebut. Pada
www.journal.uniga.ac.id
backdrop acara, logo “Salatiga
Movement” dimaksukan dan master
ceremony (MC) menyebut dalam
advertising lips. Fakultas Teknologi
Informasi (FTI) Universitas Kristen
Satya Wacana (UKSW) dalam perayaan
lustrum ketiganya tahun 2018 bekerja
sama dengan “Salatiga Movement”
dengan pengadaan dance competition
dan dance battle. Biaya sepenuhnya dari
FTI UKSW dan dikelola dengan
bantuan anggota “Salatiga Movement”.
Antusias penari sangat tinggi sehingga
acara menjadi ramai. Penari yang datang
pun dari dalam dan luar kota seperti
Solo, Semarang, dan Yogyakarta. Lalu
kerja sama dengan “Salatiga Hiphop
Movement (SHM)” dilakukan pada
kisaran tahun 2012 hingga 2014.
“SHM” juga komunitas yang bergerak
dibidang hip hop seperti gravity, rap,
dan DJ. Mengadakan acara jamming di
tempat umum seperti Selasar Kartini,
Joglo Bu Rini, dan Pancasila. Acaraacara tersebut akan memberikan
pengalaman tersendiri bagi target
sasaran. Seperti yang dikatakan oleh
Tepi sebagai pengurus “Salatiga
Movement”,
“Bila membuat acara, orangorang yang menonton atau sekadar
lewat akan penasaran terhadap acara
yang kita adakan. Orang-orang yang
penasaran tersebut akan mencari tahu
bahkan mengikuti acara tersebut secara
langsung sehingga dapat menimbulkan
pengalaman tersendiri”.
Pernyataan
tersebut
dapat
diartikan bahwa dengan seringnya
diadakan acara yang berkaitan oleh
dunia dance, maka masyarakat akan
tahu jika “Salatiga Movement” adalah
penyelenggaranya. Kemudian mereka
271
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 261-274
akan ikut ambil bagian dalam acara
tersebut, misal mengikuti dance
competition
dan
mendapatkan
pengalaman
diri
karena
telah
mengikutinya. Pengalaman tersebut
dapat menaikkan brand awareness
terhadap “Salatiga Movement” karena
pengalaman ini menjadi nilai tukar dari
sebuah pemasaran di lanskap marketing
modern,
hal
ini
dikarenakan
pengalaman
berhubungan
dengan
kehidupan dan orang senantiasa mau
berbicara mengenai pengalamannya
(Ali 2017:80).
Komunitas tari modern atau dance
bernama “Salatiga Movement” telah
melakukan rangkaian strategi komunikasi
pemasaran terpadu seperti periklanan,
promosi penjualan, humas dan publisitas,
penjualan personal, pemasaran langsung,
serta acara dan pengalaman. Setiap unsur
komunikasi pemasaran dilaksanakan sesuai
dengan tren yang sedang diminati target
sasaran (masyarakat Salatiga) dengan
tujuan agar mereka tertarik atas apa yang
ditawarkan “Salatiga Movement” sehingga
brand awareness muncul di benak setiap
target sasaran. Brand awareness yang
terbentuk sudah pada tingkat top of mind
yaitu brand awareness tertinggi yang
merupakan pimpinan dari berbagai merek
yang ada dalam pikiran konsumen
(Durianto et al. 2004:54). Hal ini terbukti
saat penulis menyebutkan kata “Salatiga
Movement” pada target sasaran, mereka
langsung menjawab bahwa komunitas
tersebut adalah tim dance yang paling besar
dan paling terkenal di Salatiga.
Kendala
yang
Muncul
dalam
Pelaksanaan
Strategi
Komunikasi
Pemasaran Terpadu
Dalam
pelaksanaan
strategi
komunikasi pemasaran terpadu, ada
www.journal.uniga.ac.id
beberapa kendala yang dialami sebagai
berikut,
1. Pengetahuan Masyarakat
Salatiga
Mengenai Dance Masih Minim
Dilihat dari segi geografis dan
tingkat konsumeritas di Salatiga, dance
masih dianggap suatu hal yang eksklusif
dan
mahal.
Masih
mengidentifikasikannya sebagai hal
negatif. Oleh sebab itu, sulit untuk
mengenalkannya. Masih beranggapan
tidak ada gunanya, hanya membuangbuang uang, tenaga, mau jadi apa ke
depannya, masih dianggap kebutuhan
sekuler dan belum melihat dance
sebagai peluang layaknya di luar kota.
Hal tersebut merupakan akibat dari
kurangnya edukasi tentang dance. Cara
mengatasi kendala ini adalah anggota
“Salatiga
Movement”
yang
mengedukasi mengenai dance. Misal
pengajar ekstrakurikuler dance di
sekolah tidak hanya memberikan
koreografi namun juga memberikan
pendidikan bahwa kegiatan dance juga
mengajarkan untuk sportif dalam
kegiatan lomba, mengembangkan sikap
tanggung jawab dan kerja keras, uang
pun bisa diperoleh dari kegiatan dance
bila menang lomba maupun menjadi
pelatih dance. Seperti yang dikatakan
oleh Ninit sebagai humas “Salatiga
Movement” tahun 2016,
“Anggota Salatiga Movement
sendiri harus mau mengedukasi
masyarakat sekitar agar mindsetnya
dapat diubah menjadi benar”.
Dengan seperti ini, secara
otomatis murid-murid yang telah
diedukasi akan memberi pengertian
kepada orang lain seperti orang tua yang
awalnya tidak mendukung anaknya ikut
dalam kegiatan dance. Kemudian anak272
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 261-274
anak akan merasa kegiatan dance-nya
didukung dan menjadi semangat untuk
latihan karena pengendalian lingkungan
melalui
komunikasi
menambah
kemungkinan
menjadi
bahagia,
kehidupan pribadi yang produktif
(Budyatna and Ganiem 2011:27)
2. Pemasukan Dana Komunitas yang
Kurang
Komunitas ini dibentuk mandiri
tanpa naungan dari kelompok lain, maka
dibutuhkan uang untuk menunjang
kegiatan promosi seperti kostum dan
pengadaan acara anniversary. Oleh
karena itu, dilakukan kegiatan usaha
dana seperti pengumpulan kas yang
wajib dibayar setiap anggota dan
menjual merchandise seperti kaos,
gelang, dan tas. Seperti yang dikatakan
oleh Aib sebagai pengurus “Salatiga
Movement”,
“Usda atau usaha dana dilakukan
untuk menutupi kekurangan dana. Jika
kekurangan dana tertutupi maka akan
menimbulkan rasa senang karena
rencana kegiatan promosi akan
terlaksana”.
Dari pernyataan tersebut, dapat
diartikan dengan terkumpulnya uang,
keuntungannya akan digunakan untuk
keberlangsungan acara komunitas yang
menunjang kegiatan promosi diri. Maka
kebutuhan promosi dari komunitas
“Salatiga Movement” akan terpenuhi
karena bila kebutuhan tidak terpenuhi
maka akan menunjukkan perilaku
kecewa. Sebaliknya jika terpenuhi
makan akan memperlihatkan perilaku
yang gembira sebagai manifestasi dari
rasa puas (Chaerudin 2019:49).
Dalam
pelaksanaan
strategi
komunikasi terpadu, kendala muncul baik
internal maupun eksternal. Setiap kendala
www.journal.uniga.ac.id
diatasi oleh “Salatiga Movement” sendiri
agar komunikasi pemasaran yang telah
disusun terlaksana dengan lancar dan tepat
sasaran.
Simpulan
Strategi komunikasi pemasaran
terpadu oleh “Salatiga Movement”
meliputi periklanan, promosi penjualan,
humas dan publisitas, penjualan personal,
pemasaran langsung, hingga acara dan
pengalaman telah dilakukan terus menerus
dengan tujuan masyarakat tahu mengenai
komunitas ini. Dilihat dari penjelasan
setiap unsur komunikasi pemasaran, dapat
dilihat bahwa penjualan personal yang
dilakukan dengan cara promosi tatap muka
adalah yang paling efektif karena informasi
tersampaikan secara langsung sehingga
pemahaman mengenai informasi tersebut
akan lebih jelas. Dalam pelaksanaannya
memang muncul kendala baik yang berasal
dari internal maupun eksternal, yaitu
pengetahuan
masyarakat
Salatiga
mengenai dance masih minim dan
pemasukan dana komunitas yang kurang.
Namun demikian, setiap kendala tersebut
dapat diatasi oleh “Salatiga Movement”
agar komunikasi pemasaran yang telah
disusun dapat terlaksana dengan lancar dan
tepat sasaran.
Penelitian selanjutnya bisa diteliti
terkait dengan pengelolaan media sosial
“Salatiga
Movement”
mengingat
penggunaan media sosial yang semakin
gencar dan kemajuan teknologi yang cepat
sehingga
bisa
diketahui
strategi
pengelolaan media sosial yang tepat dalam
brand awareness terhadap target sasaran,
juga dapat diteliti mengenai cara mengatasi
kendala yang muncul terutama dalam hal
finansial sehingga dapat diketahui strategi
273
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian
Vol. 5, No. 2, Oktober 2019
Halaman 261-274
mengatasi masalah
komunitas tersebut.
finansial
dalam
Daftar Pustaka
Abdullah, M. Ma’ruf. 2016. Manajemen
Komunikasi Periklanan. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo.
Ali, Dini Salmiyah Fithrah. 2017.
Marketing Public Relations Diantara Penjualan Dan Pencitraan.
Yogyakarta: Deepublish.
Ardhi, Yudha. 2013. Merancang Media
Promosi
Unik Dan Menarik.
Yogyakarta: TAKA Publisher.
Budyatna, Muhammad and Leila Ganiem.
2011.
Teori
Komunikasi
Antarpribadi. Jakarta: Kharisma Putra
Utama.
Chaerudin, Ali. 2019. Manajemen
Pendidikan Dan Pelatihan SDM.
edited by E. D. Lestari. Kab.
Sukabumi: CV Jejak.
Durianto, Darmadi, Sugiarto, and Tony
Sitinjak. 2004. Strategi Menaklukan
Pasar Melalui Riset Ekuisitas Dan
Perilaku
Merek.
Jakarta:
PT
Gramedia Pustaka Utama.
Hanafi, Agustina and Wahab Zakaria.
2016.
“Pengaruh
Komunikasi
Pemasaran Terpadu Terhadap Pada
Keputusan
Perpanjangan
Sewa
Penyewa Kios Di Palembang Square
Mall ( PS Mall ).” Jurnal Manajemen
XX(70):488–506.
Hermawan, Agus. 2012. Komunikasi
www.journal.uniga.ac.id
Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Kurnia, Eddy. 2013. Costumer Is Change!
Eksplorasi Perilaku Pelanggan Di
Tengah-Tengah Gaya Hidup Digital.
Jakarta: Bukureplika.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi
Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Morissan. 2010. Periklanan: Komunikasi
Pemasaran Terpadu. Jakarta: Prenada
Media Group.
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi
Kualitatif.
Yogyakarta:
LKiS
Yogyakarta.
Raco, J. R. 2010. Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Grasindo.
Santosa, Sigit. 2009. Creative Advertising.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Zahratunnisa. 2016. “Strategi Komunikasi
Pemasaran
Terpadu
Komunitas
Mahakam Jazz River (MJR) Dalam
Mempromosikan Musik Jazz Di
Kalangan Remaja Kota Samarinda.”
EJournal Ilmu Komunikasi 4(4):200–
211.
274