Jurnal SCRIPTURA, Vol. 10, No. 1, Juli 2020, 1-14
ISSN 1978-385X (Print) / ISSN 2655-4968 (Online)
DOI: 10.9744/scriptura.10.1.1-14
STRATEGI IMC DALAM MEMPROMOSIKAN PROGRAM
INTERNASIONAL
(Studi kasus di Universitas Kristen Satya Wacana – Salatiga)
William Christianto Setiawan1, Lina Sinatra Wijaya2*
Program Studi Public Relations, Fakultas Teknologi Informasi,
Universitas Kristen Satya Wacana - Salatiga
Email: 1602014002@student.uksw.edu; 2lina.sinatra@uksw.edu
*Penulis korespondensi
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui strategi Integrated Marketing Communication (IMC) yang digunakan oleh
Biro Kerjasama dan Hubungan Internasional (BKHI) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dalam menginformasikan
sekaligus mempromosikan program internasionalnya kepada mahasiswa UKSW. Penelitian ini berupa penelitian deskriptif
kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Data diperoleh dengan cara melakukan wawancara mendalam,
observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa segmentasi psikografis dengan melihat motivasi, gaya
hidup, dan karakteristik kepribadian terhadap target sasaran dilaksanakan terlebih dahulu sebelum menentukan strategi IMC.
Penggunaan kata kata “internasional”, “cultural exchange”, “higher education” dan “beasiswa” digunakan dalam
mempromosikan program internasional ini, khususnya dalam pembuatan iklan, sales promotion, humas dan publisitas,
personal selling, direct marketing, serta acara dan pengalaman.
Kata kunci: Program internasional; IMC; segmentasi psikografis.
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the Integrated Marketing Communication strategies used by “Biro Kerjasama dan
Hubungan Internasional” (BKHI) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) in order to inform and promote their
international programs to Satya Wacana’s students. This research was descriptive qualitative using the case study method.
Data were collected by doing deep interviews, observation, and documentation. The result of this research told us that
psychographic segmentation, which is based on motivation, lifestyle, and personality characteristics toward the target
audience, was done before deciding the IMC strategies. The term “international”, “cultural exchange”, “higher education”
and “scholarship” were used in promoting this international program, especially in making the advertising, sales
promotion, public relations, personal selling, direct marketing, and events strategies.
Keywords: International programs; IMC; psychography segmentation.
1.
PENDAHULUAN
banyak mahasiswa UKSW yang dapat menjadi
promoter universitas, sehingga UKSW semakin
dikenal oleh mahasiswa dari universitas yang berbeda
di luar negeri. Program internasional bagi mahasiswa
dapat dikatakan sangat bagus untuk mendukung studi
mahasiswa, namun berdasarkan hasil wawancara
yang telah dilakukan, tidak semua mahasiswa UKSW
memiliki pengetahuan terhadap program internasional
yang disediakan oleh pihak universitas.
Universitas hadir untuk mempersiapkan SDM
Indonesia menjadi lebih baik lagi, Namun semakin
banyaknya universitas berkualitas yang hadir di
Indonesia membuat persaingan memperebutkan
Mahasiswa Baru (MABA) menjadi tantangan
tersendiri bagi sebuah universitas. Tingkat persaingan
bagi sesama universitas swasta terbilang cukup ketat,
terlebih lagi ditambah dengan universitas negeri. Pada
masa Orde Baru, universitas swasta diperbolehkan
“berkembang biak” (Wiko 2010, 119).
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini
melihat lebih jauh mengenai strategi komunikasi
pemasaran program internasional UKSW dalam
mempromosikan program internasional khususnya
kepada mahasiswa UKSW, sehingga diharapkan ke
depannya mahasiswa UKSW akan tahu mengenai
program program internasional yang ditawarkan oleh
BKHI.
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) memiliki
program internasional yang cukup beragam bagi para
mahasiswanya. Hal ini juga menjadi daya saing
UKSW terhadap universitas lain, di samping itu
semakin banyaknya mahasiswa yang ikut dalam
program internasional sama saja dengan semakin
1
Jurnal SCRIPTURA, Vol. 10, No. 1, Juli 2020: 1-14
2.
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dibuat oleh Novilia Tjahyono,
seorang mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi
di Universitas Kristen Petra Surabaya. Penelitian
berjudul “Strategi Marketing Communications Grand
City Mall Surabaya dalam Membangun Brand
Awareness Melalui Event Earth Hour 2013”
(Tjahyono, 2014, p. 1) merupakan penelitian kualitatif
dengan menggunakan wawancara mendalam,
observasi pada saat event, dan data–data berupa
dokumentasi untuk memperoleh data. Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa Grand City Mall telah
melakukan delapan tahapan strategi komunikasi
pemasaran yang efektif, yaitu mengidentifikasi
audiens sasaran, menentukan tujuan komunikasi,
merancang pesan, memilih saluran komunikasi,
menentukan total anggaran komunikasi, merancang
pesan, memilih saluran komunikasi, menentukan total
anggaran komunikasi, menetapkan bauran promosi,
mengukur hasil promosi, serta mengelola dan
mengkoordinasikan proses komunikasi pemasaran.
Hasil penelitian tersebut juga menunjukan bahwa
divisi Marketing Communications Grand City Mall
tidak melakukan riset terstruktur dalam mengukur
hasil dari promosi melainkan hanya melalui
pengamatan jumlah pengunjung yang datang ke
dalam kegiatan tersebut. Sarana evaluasi yang
digunakan juga hanya melalui tanya jawab dengan
anggota panitia mengenai ada tidaknya keluhan atau
kesulitan pada saat acara berlangsung.
Penelitian selanjutnya berjudul “Strategi Komunikasi
Pemasaran Dalam Kegiatan Pemasaran Produk
Consumer Goods” (Kusniadji, 2016, p. 83), yang
dituliskan oleh Suherman Kusniadji dari program
studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu
Buana menggunakan metode penelitian studi kasus
dengan pendekatan kualitatif. Objek Penelitian yang
diamati oleh peneliti yaitu mengenai strategi
komunikasi pemasaran dalam kegiatan pemasaran
consumer goods pada PT Expand Berlian Mulia di
Semarang. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat,
PT Expand Berlian Mulia menggunakan bauran
promosi berupa advertising, sales promotion,
personal selling, dan marketing event. Aktivitas–
aktivitas komunikasi pemasaran PT Expand Berlian
Mulia banyak didukung oleh perusahaan pemegang
merek atau principal yang sudah eksis di pasar. Hal
ini cukup beralasan karena dengan memasarkan
produknya melalui brand yang sudah terkenal maka
perusahaan juga sangat diuntungkan.
2
Kedua penelitian diatas memiliki kesamaan dengan
penelitian ini yaitu pada aspek membangun
pengetahuan akan suatu produk dan pemakaian strategi integrated marketing communication (IMC).
Perbedaan penelitian terletak pada metode merumuskan IMC tersebut, apabila penelitian diatas menggunakan metode SOSTAC (Situation, Objectives,
Strategy, Tactics, Actions, Control), penelitian ini
berfokus menggunakan pendekatan segmentasi
khususnya segmentasi psikografis.
2.2 Segmentasi dan Positioning
Segmentasi menurut Erik Berkoqitz dalam (Morissan,
2010, p. 27) mendefinisikan segmentasi sebagai
proses membagi suatu pasar ke dalam kelompok –
kelompok yang jelas yang memiliki kebutuhan yang
sama dan memberikan respon yang sama terhadap
suatu tindakan pemasaran. Hasan mendefinisikan
segmentasi sebagai proses membagi pasar ke dalam
kelompok/komunitas yang lebih kecil, dimana para
anggota masing–masing kelompok mempunyai
kesamaan persepsi, keinginan dan motivasi yang
sama terhadap faktor–faktor yang mempengaruhi
permintaan (Hasan, 2013, p. 331).
Proses segmentasi pasar dibutuhkan dengan tujuan
untuk membagi pelanggan atau para pemangku
kepentingan yang berbeda ke kelompok yang lebih
homogen guna mengidentifikasi kebutuhan, keinginan, serta faktor–faktor yang mempengaruhi
kebutuhan dan keinginan (Davies and Ellison, 1999,
p. 55). Hal tersebut memiliki implikasi kepada
strategi, media komunikasi, dan pesan yang
digunakan, karena apabila kita ingin menjangkau
masyarakat yang berbeda latar belakang serta
kebutuhannya maka strategi pemasaran, media
komunikasi, dan pesan yang digunakan harus
disesuaikan. Namun menurut Rados dalam (Wijaya
2016, 47) sebuah organisasi dapat juga menanggapi
pasar dengan mengabaikan perbedaan antara
kebutuhan pelanggan dan pilihan pelanggan melalui
sebuah pendekatan pemasaran massal (mass
marketing) atau menyesuaikan perbedaan tersebut
dengan menggunakan pendekatan segmentasi pasar.
Tujuan lain dari penggunaan segmentasi ialah supaya
suatu perusahaan/instansi dapat merancang suatu
bauran pemasaran (marketing mix) tidak hanya pada
komunikasi pemasaran, namun juga rancangan atribut
produk, harga, dan distribusi yang memungkinkan
perusahaan tersebut untuk dapat mengalokasikan
sumber daya secara maksimal serta menciptakan nilai
dari suatu produk kepada pelanggannya (Hermawan
2012, 32).
Setiawan: Strategi Imc dalam Mempromosikan Program Internasional
Segmentasi dibagi menjadi 4 menjadi yaitu: Segmentasi pasar geografi, segmentasi pasar demografi, segmentasi pasar psikografi, dan segmentasi pasar
behavioristik (Sunyoto 2015, 222). Penelitian ini akan
lebih menekankan pada Segmentasi psikografis.
Adapun Segmentasi Psikografis merupakan segmentasi yang mengelompokkan konsumen berdasarkan:
1. Motivasi
Motivasi itu sendiri merupakan sesuatu yang
menggerakkan atau mendorong orang atau
sekelompok orang untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu (Irianto 2005, 53)
2. Gaya hidup
Merupakan suatu prinsip yang dipakai untuk
memahami tingkah laku individu. Setiap tindakan seseorang mencerminkan gaya hidupnya
tersendiri seperti cara berpakaian, cara berpikir,
cara bertindak dengan gayanya yang khas
(Sunaryo 2004, 109)
3. Karakteristik kepribadian
Suatu pola perasaan, pikiran, dan perilaku yang
merupakan cara unik seseorang berinteraksi
dengan lingkungannya dan dengan dirinya
sendiri (Guze and Siegel, 1997, p. 309).
Berbeda dengan segmentasi lainnya, segmentasi ini
lebih melihat hal di dalam diri konsumen yang
mendorong konsumen untuk membeli atau menggunakan suatu produk.
2.3 Integrated Marketing Communication (IMC)
Model komunikasi pemasaran terintegrasi mencoba
untuk mengintegrasikan semua unsur bauran promosi
yang ada dan diharapkan tidak ada satu unsur pun
yang terpisah dalam mencapai tujuan pemasaran yang
efektif. Bauran komunikasi pemasaran dapat dijabarkan menjadi beberapa unsur yang terkait erat
dengan upaya untuk menciptakan ekuitas merek
(Hermawan 2012), beberapa elemen dan karakteristik
bauran komunikasi untuk mendukung IMC adalah
seperti yang dijabarkan dibawah ini:
1. Iklan (Advertising)
Merupakan semua bentuk penyajian non personal
dan promosi ide, barang atau jasa yang dibayar
oleh suatu sponsor tertentu. Phil Astrid S. Susanto
dalam (Dzilqarnain 2015, 26) mengatakan bahwa
tujuan dari kegiatan periklanan/advertising yaitu
untuk menyadarkan komunikan tentang sebuah
produk, menumbuhkan afeksi dalam diri komunikan terhadap suatu produk, meyakinkan komunikan untuk menggunakan produk tersebut. Iklan
memiliki beberapa benefit yang diantaranya dapat
mencangkup konsumen yang lebih luas, pesan
dapat diulang – ulang, dan bersifat satu arah.
2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Uyung berpendapat bahwa promosi penjualan
dapat didefinisikan sebagai bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif,
umumnya berjangka pendek, yang dapat diatur
untuk merangsang pembelian produk dengan
segera atau meningkatkan jumlah barang yang
dibeli konsumen atau pedagang (Uyung 2003,
109). Tujuan dari promosi penjualan tentu untuk
membujuk konsumen agar membeli produk tersebut. Promosi penjualan umumnya menggunakan berbagai cara pendekatan sehingga dapat
menarik perhatian pelanggan.
3. Humas dan publisitas (Public Relations)
Menurut Frank Jefkins dalam (Morissan 2010),
humas adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik ke
dalam maupun ke luar antara suatu organisasi
dengan semua publik dalam rangka mencapai
tujuan–tujuan spesifik yang berdasarkan pada
saling pengertian. Tujuan Humas itu sendiri tidak
lain adalah untuk meningkatkan hubungan antara
produk dengan konsumen dan masyarakat umum.
Untuk memperoleh tujuan tersebut, humas atau
Public Relations dapat melakukan dramatisasi
seperti yang terjadi pada iklan (Hermawan 2012).
Banyak pemasar menggunakan elemen ini
dikarenakan dapat dipercaya, meraih konsumen
secara halus, kemampuannya untuk mendramatisasi pesan, serta efektif dan ekonomis.
4. Penjualan personal (Personal Selling)
Interaksi langsung dengan satu atau lebih calon
konsumen untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesanan. Penjualan personal merupakan alat paling efektif
pada tahap proses pembelian selanjutnya, terutama dalam membentuk keyakinan, preferensi,
dan tindakan pembeli. Walaupun Personal selling
hanya dapat menjangkau konsumen yang spesifik, namun pesan yang disampaikan dapat
disesuaikan dengan kepribadian dan karakter
setiap individu. Personal selling dapat sangat
berguna karena elemen ini melibatkan interaksi
pribadi sehingga memungkinkan pengembangan
hubungan erat sehingga lebih mudah untuk
mempromosikan.
5. Pemasaran langsung (Direct Marketing)
Pemasaran langsung biasanya menggunakan
media berupa surat, telepon, faksimile, email, dan
media lainnya untuk berkomunikasi secara langsung sehingga diharapkan mendapat respon
langsung dari calon konsumen. Pemasaran langsung memiliki karakteristik utama yaitu adanya
interaksi melalui media yang digunakan. Sosial
media sebagai media yang digunakan untuk
3
Jurnal SCRIPTURA, Vol. 10, No. 1, Juli 2020: 1-14
menjangkau target segmen dan memungkinkan
adanya interaksi kian banyak digunakan oleh para
pemasar karena sosial media mampu bersaing
dengan media komunikasi lainnya (Puntoadi,
2011, p. 3). Bentuk dari pemasaran langsung bisa
sangat beragam karena disesuaikan dengan
targetnya.
6. Acara dan pengalaman (Event)
Merupakan pengembangan publisitas yang mengacu pada pengadaan kegiatan organisasional yang
sifatnya mendukung promosi. Hermawan juga
menambahkan bahwa event merupakan salah satu
cara yang paling ampuh dalam menyampaikan
sebuah pesan karena konsumen maupun calon
konsumen diajak untuk terlibat dalam sebuah
acara langsung yang diselenggarakan oleh
perusahaan atau instansi (Hermawan 2012).
3.
METODE PENELITIAN
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha untuk menemukan dan menggambarkan secara
naratif kegiatan yang dilakukan dan dampak dari
tindakan yang dilakukan terhadap kehidupan mereka
(Anggito and Setiawan 2018, 7). Peneliti ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan
metode studi kasus, untuk mendapatkan gambaran
secara mendalam tentang situasi atau proses yang
diteliti dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen terhadap obyek
maupun subyek yang akan diteliti (Moleong 2010, 9).
Metode tersebut digunakan oleh penulis sebagai basis
untuk mencari tahu bagaimana Biro Kerjasama dan
Hubungan Internasional (BKHI) mengaplikasikan
strategi pemasarannya dan mengapa strategi tersebut
diberlakukan.
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Direktur
dan staff BKHI UKSW karena yang bersangkutan
mengetahui secara mendalam tentang penggunaan
strategi IMC program internasional yang disediakan.
Subject penelitian ini juga melibatkan 20 mahasiswa
dari empat fakultas yang ada di UKSW (Fak. Teknologi Informasi, Fakultas Ekonomi & Bisnis,
Fak.Bahasa dan Seni dan Fak.Teknik Elektro) karena
Fakultas tersebut merupakan fakultas yang jumlah
mahasiswanya cukup banyak dan mahasiswa nya
juga lebih familiar dengan keikutsertaannya dalam
program internasional dan lebih memperhatikan
program internasional yang disediakan oleh BKHI
melalui berbagai media. Lima mahasiswa asing yang
berada di UKSW juga menjadi subjek penelitian ini
sebagai informasi tambahan mengenai bagaimana
informasi tentang program internasional ini
tersampaikan kepada mahasiswa tersebut.
4
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah strategi
komunikasi pemasaran terpadu yang dijalankan oleh
BKHI UKSW dalam mengkomunikasikan dan memasarkan program internasional nya. Penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data berupa
wawancara mendalam, observasi, dan melalui dokumentasi yang diambil untuk melengkapi penjelasan
dalam penelitian ini.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam menjalankan strategi ini BKHI melakukan
segmentasi psikografis dalam menjaring mahasiswa
yang tertarik pada program internasional. Segmentasi
psikografis seperti yang diketahui salah satunya
adalah melihat dari motivasi (Ma’ruf, 2006, p. 97)
dari para mahasiswa, misalkan menurut Christin
seorang mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis
(FEB) mengungkapkan ketertarikannya untuk
mengikuti program internasional sebagai berikut: “…
pengen sekali aja sih ikut kegiatan internasional untuk
interaksi sama negara berbeda sama pengen tau
kegiatannya kaya gimana gitu sih…” (Hasil
wawancara Christin, 22 Mei 2019, 10.22 WIB)
Dari quote tersebut terlihat ketertarikannya pada
program internasional karena didorong motivasi
dalam dirinya ingin berinteraksi dengan orang lain
dari negara lain. Motivasi yang berbeda untuk
mengikuti program internasional dikatakan juga oleh
Gabriella mahasiswa International Class of
Management and Accounting Program (ICMAP)
FEB: “…untuk daftar S2 soalnya saingan yang dari
Indonesia aja sudah banyak dan kalo kita gak ikut
kegiatan – kegiatan internasional kita bakal susah
banget ngedapetin beasiswanya…” (Hasil wawancara
Gabriella, 22 Mei 2019, 17.02 WIB). Disini terlihat
bahwa bagi Gabriella keterlibatannya ikut ke dalam
program internasional sangatlah penting bagi masa
depannya untuk dapat mendaftar beasiswa Strata 2
(S2), hal tersebutlah yang menjadi motivasinya.
Berdasarkan data yang didapatkan terlihat bahwa
melalui segmentasi psikografis dimana publik dikelompokkan berdasarkan motivasi, gaya hidup dan
kepribadian, BKHI membuat strategi IMC beberapa
program internasional dengan menguatkan pesan
utama yang dapat menarik mahasiswa. Penggunaan
pesan utama berupa kata “internasional”, “cultural
exchange”, “higher education” dan “beasiswa”, merupakan cara BKHI UKSW untuk mempromosikan
program internasional kepada mahasiswa yang
memang memiliki ketertarikan atau termotivasi untuk
Setiawan: Strategi Imc dalam Mempromosikan Program Internasional
mendapatkan yang diinginkannya melalui program
tersebut. Kata itu sendiri dapat menjadikan stimulus
bagi mahasiswa sehingga mahasiswa menaruh perhatian pada pesan tersebut (Attention), kemudian
mahasiswa tertarik untuk mengetahui lebih jauh
mengenai program tersebut (Interest), dengan mengetahui lebih jauh mengenai program tersebut mahasiswa mulai tertarik untuk mengikutinya (Desire)
yang pada akhirnya mahasiswa memilih untuk terlibat
di dalam program internasional tersebut (Action)
(Cannon, Perreault, and McCarthy, 2009, p. 155).
Dilihat dari segmentasi psikografis berupa gaya
hidup, Epic, mahasiswa FEB menuturkan bahwa: “…
program menarik kalo ada kata “beasiswa” nya, jadi
lebih tertarik aja untuk cari tau lebih lanjut tentang
program itu…” (Hasil wawancara Epic, 28 Mei 2019,
15.59 WIB). Mendapatkan beasiswa merupakan hal
yang sangat luar biasa bagi kalangan mahasiswa dan
hal ini yang dicari oleh Epic yang merupakan bagian
dari gaya hidupnya, yaitu rajin mencari beasiswa
yang tersedia.
Supaya lebih menjangkau mahasiswa, BKHI-UKSW
menggunakan beberapa macam IMC yang juga
disesuaikan dengan gaya hidup mahasiswa seperti
pada wawancara yang telah dilakukan yang
dijelaskan di bawah ini:
4.1 Penggunaan Beberapa Jenis Iklan oleh BKHI
Beragam iklan digunakan oleh BKHI UKSW yang
ada pada kategori iklan Above The Line (ATL),
Below The Line (BTL), dan Through The Line (TTL).
Penggunaan iklan ATL merupakan “kegiatan
promosi yang melibatkan televisi, radio, internet, surat
kabar atau majalah dan outdoor melalui billboard”
(Royan, 2007, p. 185). Iklan jenis ini digunakan oleh
UKSW dengan cara menggandeng “Good News”
yang mana merupakan salah satu stasiun radio yang
cukup besar di kota Semarang. UKSW mengadakan
kontrak selama satu tahun dimana setiap hari senin
jam 14.00 WIB diadakan talkshow seputar UKSW
dan sempat disinggung oleh Ibu Rini Kartika
Hudiono selaku Direktur Biro Promosi, Humas, dan
Alumni UKSW dalam talkshow tersebut bahwa “…
sempat saya juga pernah menyinggung tentang
program internasional UKSW, ada East Asia Students
Encounter, Globes, Warung Prancis…” (Hasil
wawancara Ibu Rini, 5 Agustus 2019, 14.20 WIB).
Lantas hal tersebut dilakukan supaya dapat menarik
perhatian mahasiswa baru maupun calon mahasiswa
baru dengan jangkauan geografi yang cukup luas.
Walaupun pemilihan stasiun radio sudah tepat namun
yang menjadi kendala pada saat ini ialah bahwa
peminatan masyarakat untuk mendengarkan radio
sudah menurun sehingga penyebaran informasi
mengenai program internasional tidak tersampaikan
kepada publik secara maksimal, karena biasanya
jumlah audiensi radio cukup sedikit, stasiun radio
terkenal di suatu kota hanya mendapat perhatian
kurang dari 10% dari jumlah audiensi radio secara
keseluruhan (Morissan, 2010, p. 253). Masyarakat
juga memiliki kebiasaan menyetel radio sekedar
untuk mendengarkan lagu ataupun untuk mengisi keheningan suatu ruangan. Jarang ada masyarakat yang
dengan sengaja menyalakan radio untuk mendengarkan suatu berita dengan demikian walaupun pesan di
dalam radio sudah dikemas dengan baik namun
melalui kebiasaan tersebut, pesan yang telah dikemas
tersebut dapat kehilangan nilai pesannya yang justru
menjadi kunci untuk menarik interest dan awareness
masyarakat, seperti yang diungkapkan oleh Morissan
yang menyebutkan salah satu kekurangan iklan media
radio adalah kesulitan untuk mendapatkan perhatian
audiensi terhadap iklan (Morissan, 2010, p. 254).
UKSW juga pernah menggunakan surat kabar Suara
Merdeka dalam mempromosikan program internasionalnya. Cara yang digunakan oleh UKSW yaitu
dengan memanfaatkan fitur iklan koran satu lembar
penuh yang berisi mengenai Dies Natalis UKSW
2018 tahun lalu, kemudian beserta dengan iklan
tersebut disisipkan pula informasi seputar program
internasional yang dibantu penyediaannya oleh BKHI
UKSW. Iklan surat kabar Suara Merdeka digunakan
oleh UKSW karena kali ini UKSW lebih menyasarkan iklan tersebut kepada orang tua calon mahasiswa
dimana orang tua memiliki peran yang besar di dalam
pemilihan perguruan tinggi bagi anaknya hal ini juga
didukung oleh penelitian Young dan Ferguson dalam
Adriza bahwa seorang individu memerlukan teman
sebaya, orang tua, dan orang tua diluar keluarga
mereka untuk membantu menentukan suatu pilihan
(Adriza, 2015, p. 37). Pemberian informasi tambahan
seputar program internasional UKSW merupakan
pilihan yang tepat sehingga calon mahasiswa dapat
lebih dulu aware terhadap program internasional
UKSW melalui orang tua, teman, ataupun orang tua
diluar keluarga mereka yang memberikan referensi
dan merubah perilaku konsumen karena tujuan
periklanan salah satunya ialah untuk mengubah
perilaku seseorang (Mufarrih 2015, 3). Selain itu
suatu iklan akan dikatakan efektif apabila memenuhi
tahapan komunikasi yaitu awareness & comprehend
serta tujuan dari institusi yang menggunakannya
(Kumala, Goenawan, and Monica 2017, p.80)
5
Jurnal SCRIPTURA, Vol. 10, No. 1, Juli 2020: 1-14
Semester kedua tahun 2019 ini BKHI mulai aktif
menggunakan media Bottom The Line (BTL) dalam
bentuk poster yang sebelumnya didesain terlebih
dahulu oleh BKHI kemudian dengan menggunakan
“Tripod Stand Poster” diletakkan di depan kantor
BKHI yang juga merupakan tempat strategis dan
banyak mahasiswa yang berlalu lalang. Media ini
digunakan kembali oleh BKHI dengan tidak digunakan sebagai media di dalam ruangan melainkan
sebagai Media Luar Ruang (MLR). Penggunaan
poster BKHI UKSW dapat dilihat pada gambar 1.
Selain pemanfaatan poster, BKHI UKSW juga
menggunakan media berupa booklet dengan cara
menyediakan informasi tentang program internasionalnya kemudian diserahkan kebagian Biro
Promosi dan Humas, dan Alumni (BPHA) supaya
dapat dimuat di booklet tersebut sebagai media
promosinya (lihat gambar 2). Booklet ini disebarkan
bagi kalangan siswa SMA atau sederajat yang
berencana melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi, booklet menjadi pilihan yang cukup baik
dan efektif untuk memberikan awareness kepada
calon konsumennya.
Gambar 1. Penggunaan poster BKHI UKSW
Penggunaan poster secara berkala dapat meningkatkan stimuli kepada mahasiswa, seperti yang
dikatakan Nita, mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni
(FBS): “…karena kan kalo posternya menarik kita
juga ikut tertarik gitu lo dengan program internasional
itu…” (Hasil wawancara Nita, 24 Mei 2019, 16.11
WIB)
Media ini digunakan oleh BKHI karena mengingat
tidak setiap saat mahasiswa akan mengecek pemberitahuan melalui email dan tidak setiap mahasiswa
memiliki inisiatif untuk membuka akun resmi
Instagram BKHI UKSW atau membuka website
UKSW untuk mendapatkan informasi tentang program internasional tersebut maka penggunaan poster
cukup membantu kegiatan promosi program internasional BKHI UKSW. Shimp di dalam bukunya
juga berpendapat bahwa kekuatan MLR adalah
sebagai berikut: biaya rendah, fleksibel, sebagai pengingat akan suatu produk, Identifikasi merek, dan
jangkauan yang luas (Shimp, 2000, p. 512). Poster
yang merupakan kombinasi antara kesenian dan
komunikasi (Kusuma 2009, 9) harus tampak appealing sehingga banyak mahasiswa yang meluangkan
waktu untuk melihat dan membaca poster tersebut,
dengan demikian maka awareness mahasiswa
terhadap program internasional akan meningkat.
6
Gambar 2. Penggunaan booklet sebagai media promosi
Booklet dapat disimpan dan dibaca berulang kali
apabila dibutuhkan (Madjadikara, 2005, p. 12) dan
didalam booklet juga disediakan informasi lengkap
mengenai program internasional BKHI UKSW
beserta gambar yang mendukung pesan tersebut. Hal
ini dilakukan oleh BKHI mengingat di dalam proses
pengambilan keputusan pembelian yang disebutkan
oleh Malau bahwa sebelum calon konsumen membeli
suatu produk maka terdapat proses yang dinamakan
dengan Pencarian Informasi dan Mengevaluasi Alternatif (Malau, 2017, p. 236). Dibandingkan dengan
word of mouth dari seorang teman yang menawarkan
sejumlah nama universitas, ataupun dari iklan atau
billboard yang digunakan oleh universitas lain yang
hanya dilihat sepintas saja, maka penggunaan booklet
dapat menjadi pilihan terbaik karena calon konsumen
dapat mendapatkan informasi selengkapnya yang
dibutuhkan.
Selain itu, penggunaan waiting room BKHI-UKSW
juga merupakan cara promosi tersendiri, dengan
menempatkan buku–buku program internasional
menambah wawasan mahasiswa yang berkunjung
mengenai program internasional yang disediakan oleh
BKHI. Penggunaan waiting room ini dikatakan
Setiawan: Strategi Imc dalam Mempromosikan Program Internasional
tertuju kepada konsumen secara spesifik seperti
pendapat dari Triadi dan Bharata (Triadi and Bharata
2010, 5) bahwa penggunaan iklan media BTL lebih
terfokus ke konsumen yang lebih spesifik dan
termasuk didalamnya ialah penggunaan benda–benda
display untuk keperluan promosi (lihat gambar 3).
Posisi peletakkan majalah tersebut yang mana berada
di waiting room BKHI UKSW memberikan spesifikasi tersendiri bahwa mahasiswa yang berkunjung
ialah mereka yang tertarik kepada program internasional yang tersedia di BKHI. Penggunaan waiting
room dapat dilihat seperti pada gambar 3.
terbatas ruang dan waktu, memungkinkan komunikasi 2 arah (Ardianto 2009, 152). Penggunaan fitur
“Live” di Instagram memungkinkan adanya interaksi
dua arah kepada publik BKHI UKSW, sebagai
contoh ketika diadakannya Weekly Info Sessions,
BKHI UKSW juga menggunakan fitur live Instagram
supaya dapat berkomunikasi dan menyampaikan
pesan kepada mahasiswa yang tidak dapat hadir ke
dalam kegiatan tersebut, dan mahasiswa dapat
mengakses fitur tersebut dimanapun mahasiswa
tersebut berada, jadi pesan yang disampaikan di
dalam kegiatan tersebut juga dapat tersampaikan
kepada masyarakat luas melalui fitur tersebut.
Penggunaan akun Facebook dan Instagram dapat
dilihat seperti pada gambar 4.
Gambar 3. Penggunaan majalah display sebagai media
promosi
Karena menggunakan iklan BTL saja tidak cukup
karena adanya keterbatasan dalam mencangkup
mahasiswa, maka pemasaran Through The Line
(TTL) dalam bentuk social media digunakan. TTL
merupakan penggabungan antara ATL dan BTL
karena adanya kegiatan promosi yang menghasilkan
“area abu–abu” maka dari itu istilah TTL dicetuskan
sebagai kombinasi dari kedua media tersebut (Zende,
2019, p. 43). Sosial media yang digunakan berupa
Facebook yang dikombinasikan dengan Instagram.
Ardianto menyebutkan bahwa keuntungan menggunakan internet atau sosial media untuk periklanan
adalah sebagai berikut: Informasi cepat sampai
kepada publik, mencangkup publik secara luas, tidak
Gambar 4. Penggunaan Facebook dan Instagram
Kedepannya BKHI-UKSW akan membuat website
tersendiri untuk mempromosikan program internasional ini. Rachmanto mengatakan bahwa beberapa
manfaat memiliki website adalah sebagai media
untuk berjualan, sebagai media untuk memperkenalkan profil, dan sebagai media publikasi (Rachmanto,
2017, p. 4). Dengan website juga dapat menjadi
jembatan bagi media sosial yang digunakan oleh
BKHI juga dan dengan menggunakan internet dan
media sosial yang memiliki cakupan luas dan tidak
mengenal waktu, mahasiswa dapat mengakses
7
Jurnal SCRIPTURA, Vol. 10, No. 1, Juli 2020: 1-14
kapanpun dan dimanapun supaya tetap informed
dengan program internasional yang disediakan oleh
BKHI UKSW.
4.2 Pemberian Insentif BKHI Kepada Para
Mahasiswa
Wawancara yang dilakukan menghasilkan suatu fakta
bahwa salah satu masalah terbesar yang menghalangi
mahasiswa untuk ikut ke dalam program internasional
adalah masalah finansial. Menanggapi masalah
tersebut BKHI UKSW memberikan insentif dengan
cara memberi potongan harga kepada mahasiswa
yang kesulitan secara finansial namun mereka
memiliki potensi, BKHI juga pernah memberikan
insentif secara umum kepada mahasiswa yang hadir
di Open House pada tahun 2017 dalam bentuk lima
voucher culture trip, lima voucher tes Test of English
as a Foreign Language (TOEFL), satu voucher
potongan harga untuk program GlobEEs, dan satu
voucher potongan harga untuk program EASE.
Pemberian voucher potongan harga tersebut dilakukan melalui berbagai cara diantaranya ialah melalui
lomba posting di Instagram mengenai program
internasional yang tengah berlangsung seperti
Japanese Festival, pemenang biasanya didasarkan
pada kekreatifan peserta dalam membuat “caption”
dan pemilihan foto yang menarik. Serta melalui
pemberian kupon kepada mahasiswa dengan poin
wawancara tertinggi setiap masa seleksi peserta
program internasionalnya, mahasiswa yang terpilih
kemudian akan diundang ke kantor BKHI dan
mendapat penjelasan bahwa mahasiswa yang bersangkutan mendapat potongan harga untuk program
internasionalnya tersebut. BKHI menggunakan strategi ini supaya dapat memberikan stimulus kepada
mahasiswa sehingga mahasiswa tertarik untuk mendaftar ke dalam program internasional melalui efek
stimulus yang dijelaskan oleh Setiadi bahwa stimulus
berdampak pada persepsi konsumen (Setiadi 2010,
93).
Namun sebelum masuk kedalam tahap tersebut perlu
diketahui bahwa BKHI UKSW kurang dapat menyebarkan informasi kepada mahasiswa yang
dibuktikan dari hasil wawancara terhadap 20 mahasiswa UKSW bahwa mayoritas mahasiswa hanya
mengetahui nama program EASE dan GlobEEs
namun tidak mengetahui bentuk program tersebut.
Dalam melakukan proses pengambilan keputusan
pembelian masyarakat tidak akan membeli suatu
produk apabila masyarakat tidak mengetahui informasi mengenai produk tersebut (Malau 2017). Salah
satu kelebihan dari Sales Promotion ialah dapat
memberikan rangsangan (Mufarrih 2015) dan apabila
8
rangsangan tersebut cukup kuat maka calon konsumen akan meneruskan pencarian informasi seputar
program tersebut sehingga kupon tersebut dapat
digunakan, sebaliknya apabila rangsangan tersebut
tidak kuat maka pemberian kupon potongan harga
tersebut akan sia–sia.
BKHI UKSW memiliki strategi Sales Promotion lain
seperti memberikan insentif berupa potongan harga
setelah peserta yang mengikuti program internasional
tersebut melalui proses seleksi wawancara dan dinilai
memiliki potensi. Cara tersebut didapat lebih efektif
dibandingkan dengan pemberian potongan harga
kepada mahasiswa secara terbuka karena sudah
mengarah kepada calon konsumen secara lebih
spesifik.
4.3 Kerjasama BKHI UKSW dengan Humas
UKSW
Kegiatan Publisitas BKHI dilakukan dengan
bekerjasama secara langsung dengan humas UKSW
untuk mempublikasikan kegiatan yang dilakukan oleh
BKHI UKSW dan kemudian akan dimuat di dalam
surat kabar Suara Merdeka dan website UKSW
dengan pertimbangan karena animo website UKSW
jauh lebih besar. Pesan dan foto yang telah dihasilkan
oleh Humas UKSW kemudian juga akan digunakan
pula oleh BKHI untuk meramaikan feed Instagram,
dan Facebook resmi BKHI. Kegiatan ini dilakukan
untuk memberikan insight lebih dalam mengenai
program internasionalnya kepada mahasiswa UKSW.
Gambaran kegiatan publisitas BKHI UKSW melalui
website dan surat kabar dapat dilihat pada gambar 5.
Walaupun demikian. publisitas yang telah dilakukan
oleh Humas UKSW tidak terlalu membentuk awareness mengenai program internasional kepada khalayaknya hal ini juga dibuktikan dengan hasil
wawancara yang menyatakan bahwa awareness
tersebut terbentuk karena Email blast yang dilakukan
langsung oleh BKHI UKSW dan official Instagram
account BKHI UKSW. Sedangkan kegiatan kehumasan yang dilakukan melalui media sosial Instagram
sangatlah efektif karena dengan menggunakan media
sosial Instagram praktisi PR dapat mendramatisasi
suatu pesan sehingga pesan tersebut memiliki rangsangan yang lebih kuat yang mana salah satu
keunggulan seorang praktisi PR ialah kemampuannya
untuk mendramatisasi suatu pesan (Mufarrih, 2015, p.
48), dan kemampuan untuk membangun komunikasi
dua arah kepada publiknya. Media sosial juga harus
digunakan untuk mengikuti gaya hidup mahasiswa
yang cenderung aktif di media sosial Instagram
dibandingkan di E-mail, website, ataupun surat kabar,
Setiawan: Strategi Imc dalam Mempromosikan Program Internasional
sehingga pesan dapat tersebar secara lebih menyeluruh. Publisitas dengan menggunakan Instagram
dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 5. Kegiatan publisitas BKHI UKSW
Gambar 6. Publisitas menggunakan Instagram
Kegiatan humas dan publikasi harus dilakukan
apabila ingin membangun suatu Awareness dan suatu
citra positif (Danandjaja 2011, 121), sehingga BKHI
UKSW semakin memiliki kredibilitas di mata mahasiswa sebelum pada akhirnya mahasiswa berencana
untuk mengikuti kegiatan internasional.
4.4 BKHI Menggunakan Strategi Personal
Selling
Berkaitan dengan strategi personal selling, Ibu Frances
L. Sinanu, selaku Direktur BKHI. Mengungkapkan:
“Hal tersebut merupakan last effort karena
biasanya kita kekurangan peserta jadi at the end
memang personal banget. Dulu mereka ikut
program apa, tapi karena mereka bagus jadi kita
pakai lagi untuk ikut ke program lainnya” (Hasil
Wawancara Frances L. Sinanu, 20 Mei 2019,
14.10 WIB)
Hasil wawancara tersebut dapat diartikan bahwa
penggunaan strategi personal selling dilakukan terutama apabila animo program internasional yang
berkaitan tidak tinggi, strateginya dilakukan dengan
cara memanggil mahasiswa yang memiliki potensi
atau sebelumnya pernah mengikuti program internasional BKHI UKSW ke kantor BKHI dengan
melibatkan komunikasi langsung antara penjual yaitu
BKHI UKSW dan pembeli yaitu mahasiswa UKSW
(Cannon, Perreault, and McCarthy 2009). Strategi kali
ini dilaksanakan oleh BKHI untuk memenuhi kuota
program yang dijalankannya seperti contoh program
East Asia Students Encounter dengan limit kuota 12
mahasiswa namun hanya 10 mahasiswa saja yang
telah terdaftar, maka solusi terakhir yang dilakukan
oleh BKHI UKSW yaitu dengan mengontak dua
mahasiswa alumni program melalui “WhatsApp”
dengan fitur Message dan Voice Call-nya atau “Short
Message Service” (SMS) untuk datang ke kantor
BKHI dan terjadilah proses personal selling tersebut,
strategi ini pula berlaku untuk memenuhi kuota
program internasional yang lainnya.
Strategi personal selling dilakukan dengan memberikan rangsangan yang bersifat langsung secara cepat
kepada komunikan sehingga didapatkan respon langsung karena komunikan dapat lebih memperhatikan
terhadap materi yang dijelaskan secara langsung
(Kharisma & Sinatra, 2019, p. 269), namun dibalik
segi positif yang ditawarkan terdapat juga sisi negatifnya. Personal Selling yang dilakukan oleh BKHI
UKSW tidak memberikan kesempatan bagi mahasiswa lain yang sebenarnya memiliki potensi namun
tidak mengetahui program internasional tersebut,
melainkan memanfaatkan alumni dari program lain
untuk ikut ke dalam program selanjutnya. Hal ini
sangat memunculkan kesan eksklusifitas tersendiri
bagi kalangan alumni program internasional pada
kacamata mahasiswa lain. Pemanfaatan strategi IMC
yang lain dengan semaksimal dapat meminimalkan
penggunaan Personal Selling untuk mencapai target
penjualan, sebagai contoh dengan memanfaatkan
penggunaan iklan TTL yang oleh Kasilo disebutkan
“TTL adalah roh IMC” (Kasilo 2010, 85). Hal
tersebut juga dibuktikan dari pengintegrasian antara
kegiatan publikasi menggunakan E-mail blast,
9
Jurnal SCRIPTURA, Vol. 10, No. 1, Juli 2020: 1-14
Instagram Story berupa video singkat, dan Instagram
Feed program EASE 2019. EASE yang diadakan di
Indonesia biasanya tidak begitu populer dan membutuhkan pendekatan personal selling untuk mencapai target penjualan, namun karena pengintegrasian
tersebut dilakukan, maka strategi personal selling
dengan pendekatan terhadap alumni program internasional tidak digunakan untuk mempromosikan
program EASE 2019. Gambar 7 dibawah ini merupakan salah satu contoh TTL dengan menggunakan
Instagram.
magang di luar negeri yang dapat diperhitungkan
dalam Satuan Kredit Semester (SKS) melalui
AIESEC sehingga mereka pastinya akan tertarik
untuk mengikuti Weekly Info Session untuk menggali
informasi lebih lanjut mengenainya.
AIESEC menggunakan pendekatan yang lebih intim
dibandingkan dengan program lain yang melakukan
presentasi melalui kegiatan Weekly Info Session,
seperti contoh setelah presentasi didalam fakultas
maupun melalui kegiatan Weekly Info Sessions (lihat
gambar 8), tidak sedikit yang pada akhirnya menjadi
teman bergaul (kultivasi) (Mufarrih, 2015, p. 51) dan
hal ini dimanfaatkan oleh anggota AIESEC UKSW
untuk dapat lebih mempromosikan program mereka
kepada mahasiswa. Hal ini juga yang menjadi
kendala bagi program lain seperti program EASE dan
GlobEEs karena terkesan bahwa sesama program
yang berada di bawah BKHI UKSW, alumni dari
program – program tersebut saling berebut konsumen
dengan anggota AIESEC UKSW dimana mereka
juga harus mengejar target penjualan.
Gambar 7. Pengintegrasian IMC dengan Instagram
Namun demikian walaupun pengintegrasian sudah
dilaksanakan, ada beberapa program yang masih
memiliki animo yang sedikit dan ternyata hal ini
sedikitnya dikatakan oleh Gabriella, mahasiswa FEB,
bahwa: “…seringkali pemberitahuannya itu lo mepet,
kegiatannya kapan pengumuman 1 minggu sebelumnya. Padahalkan kita perlu juga kan untuk persiapan
dokumen dan sebagainya…” (Hasil wawancara
Gabriella, 22 Mei 2019, 17.01 WIB)
Pemberitahuan yang selalu mepet mendadak sehingga mahasiswa kesulitan untuk melakukan persiapan dengan baik, bukan hanya masalah pengintegrasian namun hal sepele seperti ini juga dapat
menjadi penyebab susahnya mencari peserta program
internasional.
Salah satu contoh penggunaan personal selling yang
cukup baik yaitu program Weekly Info Sessions
dimana alumni akan melakukan presentasi di BKHI
UKSW dan AIESEC UKSW dimana mereka dapat
melakukan presentasi di fakultas–fakultas dan seperti
yang dikatakan oleh Jessyka, mahasiswa FBS yang
mengatakan: “…terus kebetulan ikut AIESEC ini di
fakultas aku, bisa diitung sebagai magang jadi banyak
tu temen aku yang ikut AIESEC…” (Hasil wawancara Jessyka, 13 Juni 2019, 11.25 WIB)
Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa
yang memiliki motivasi untuk ikut volunteer ataupun
10
Gambar 8. Weekly Info Sessions (AIESEC Program)
4.5 Penggunaan Direct Mail oleh BKHI
BKHI menggunakan Direct mail untuk mengirimkan
informasi mengenai program internasional yang akan
dilaksanakan, cara ini juga dianggap merupakan salah
satu cara yang paling ampuh bagi mahasiswa UKSW.
Penggunaan Direct Mail ini dilakukan dengan cara
sebelum nya e-mail di desain dengan pesan yang
atraktif dan komunikatif, bersamaan dengan mendesain poster yang dapat diposting di berbagai macam
media online. Penggunaan direct mail ini dilaksanakan dengan alasan karena setiap mahasiswa yang
berkuliah di UKSW memiliki student e-mail, maka
BKHI mampu dengan sangat mudah dan murah
menginformasikan program internasionalnya kepada
Setiawan: Strategi Imc dalam Mempromosikan Program Internasional
semua mahasiswa UKSW. Namun dari 20 mahasiswa yang diwawancara, ada beberapa diantaranya
yang jarang sekali membuka e-mail kecuali apabila
terdapat tugas saja. Fakta tersebut merupakan
kekurangan dari strategi ini, hal ini dapat diatasi
berdasarkan yang ditegaskan oleh Triadi dan Bharata
bahwa syarat suatu iklan dikatakan baik apabila iklan
tersebut Dapat menimbulkan perhatian, dapat
menarik untuk dibaca, dilihat, dan didengar, dan
dapat menimbulkan keinginan (Triadi and Bharata,
2010, p. 4). Apabila dilihat dari segi kalimat yang
digunakan dan dihubungkan dengan target sasaran
yang mana adalah generasi muda yang berprofesi
sebagai mahasiswa maka pemilihan kata yang sedikit
“gaul” dapat digunakan daripada kalimat yang terlalu
formal. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan ada beberapa contoh kata yang bisa
membuat mahasiswa menjadi penasaran dan ingin
mencari tahu lebih lagi mengenai program tersebut,
diantaranya adalah: kata “Scholarship”, “AIESEC”,
dan “International”. Penggunaan direct mail
dapat dilihat seperti pada gambar 9.
Telemarketing juga digunakan oleh BKHI UKSW
untuk mengajak mahasiswa untuk ikut ke dalam
program internasionalnya. Dengan cara menelepon
potential consumer, BKHI UKSW dapat terlebih
dahulu mempersiapkan pesan yang nantinya akan
dikomunikasikan kepada mahasiswa yang bersangkutan. Menjadi kendala bagi strategi telemarketing karena komunikator tidak dapat melihat ekspresi
wajah komunikan (Mufarrih 2015) sehingga sangat
sulit untuk menyimpulkan bahwa komunikan dengan
senang hati ingin mengikuti kegiatan tersebut atau
tidak. Salah satu kegiatan yang sangat penting dalam
direct marketing merupakan pengelolaan database
konsumen (Morissan 2010), hal ini menjadi penting
karena dengan pengelolaan database konsumen maka
penyebaran informasi dapat menggunakan media
lainnya seperti fitur “broadcast” yang ada pada
aplikasi WhatsApp. Hal ini dapat digunakan untuk
mengantisipasi akan adanya mahasiswa yang hanya
mengakses e-mail hanya sekedar untuk mengerjakan
tugas kuliah, sehingga penyebaran informasi tersebut
dapat lebih menjangkau semua mahasiswa di UKSW.
Kegiatan Weekly Info Sessions yang sempat dibahas
di atas merupakan salah satu media dimana BKHI
UKSW dapat mengumpulkan data pribadi konsumen
yang kemudian data pribadi konsumen yang berupa
nomor telepon dapat diintegrasikan dengan menggunakan fitur “broadcast” pada aplikasi WhatsApp,
sehingga konsumen dapat lebih mudah bertanya dan
melakukan negosiasi secara aman dan tertutup
(Mufarrih 2015).
Gambar 9. Penggunaan direct mail
4.6 Penggunaan Sarana Open House, Festival,
dan Weekly Info Sessions oleh BKHI
BKHI UKSW juga menggunakan sarana Open
House, Festival seperti Japanese Festival, dan Weekly
Info Sessions untuk mempromosikan, memberikan
pengalaman nyata serta international atmosphere
kepada mahasiswa dengan menghadirkan juga
beberapa mahasiswa internasional dan hal ini juga
dibenarkan oleh narasumber peneliti yang berasal dari
Timor Leste yang dilibatkan juga di kegiatan Open
House tersebut: “…ya pernah saya ikut Open House,
nanti saya juga akan diikutkan lagi di Open House…”
(Hasil wawancara Eva, 12 Juni 2019, 15.30 WIB).
Kegiatan–kegiatan tersebut dimanfaatkan oleh BKHI
karena kegiatan tersebut dapat secara langsung
memberikan informasi yang sedetail mungkin kepada
mahasiswa yang tertarik kepada program internasionalnya dengan menilai secara langsung feedback
yang didapat dari komunikan tersebut.
Diadakannya Open House memungkinkan terjadinya
komunikasi dua arah sehingga seperti dijelaskan
Ardianto bahwa keberhasilan dalam suatu kegiatan
untuk menciptakan proses publikasi dan citra positif
adalah dengan melakukan komunikasi dua arah
timbal balik (Ardianto, 2009, p. 104). Pelibatan
komunikasi dua arah sangat membantu guna untuk
membangun pengetahuan (knowledge) terhadap suatu
produk dan menciptakan stimuli terhadap produk
tersebut. Strategi BKHI untuk menghadirkan dan
menggunakan alumni program yang bersangkutan
sebagai narasumber maupun pembicara utama dalam
suatu program merupakan cara yang tepat karena
pada titik ini alumni berubah peran menjadi seorang
“influencer” yang mana dikatakan oleh Istijanto
bahwa influencer memiliki peran untuk mengubah
perilaku konsumen dengan pemberian komen atau
nasihat kepada komunikan (Istijanto 2013, p.
11
Jurnal SCRIPTURA, Vol. 10, No. 1, Juli 2020: 1-14
248). Open House dikatakan menarik oleh mahasiswa FEB bernama Michelin yang mengatakan: “…
kalo Open House itu soalnya kita bisa liat langsung
kan, sama denger langsung dari anak–anak yang
sudah pernah join aktivitasnya…” (Hasil wawancara
Michelin, 17 Juni 2019, 22.55 WIB).
Gambar 10. Open House BKHI UKSW tanggal 18 Mei
2018 dan Japanese Festival pada tanggal 19 July 2019
Secara tidak langsung narasumber tersebut mengatakan bahwa alumni sebagai influencer memiliki peran
yang sangat penting karena alumni itu sendiri
merupakan orang yang sebelumnya pernah terjun ke
dalam program yang bersangkutan maka dari itu
kredibilitas dari informasi yang disampaikan olehnya
cukup tinggi bagi kacamata komunikan. Kegiatan
Open House dan Japanese Festival (lihat gambar 10)
tersebut sangatlah penting untuk membangun
stimulus yang kuat bagi mahasiswa UKSW untuk
ikut ke dalam program internasional BKHI UKSW
karena mahasiswa dilibatkan secara langsung di
dalam kegiatan tersebut, istilah “keterlibatan” yang
dipopulerkan oleh Krugman (Setiadi, 2010, p. 46)
menjelaskan bahwa keterlibatan langsung mahasiswa
UKSW (konsumen) dalam suatu kegiatan akan
menimbulkan rangsangan dan minat yang besar
terhadap program internasional tersebut.
5.
KESIMPULAN
Segmentasi psikografis yang mana mengelompokkan
konsumen berdasarkan pada motivasi, gaya hidup,
12
dan karakteristik kepribadian digunakan oleh BKHI
UKSW sebagai upaya untuk merumuskan strategi
Integrated Marketing Communication. Penggunaan
kata seperti “internasional”, “beasiswa”, “culture
exchange”, dan “AIESEC” penting untuk digunakan
supaya dapat menarik mahasiswa untuk ikut terjun
didalam program internasional tersebut.
Motivasi, gaya hidup, dan karakteristik kepribadian
tiap mahasiswa berbeda maka BKHI UKSW menggunakan strategi IMC berupa iklan dengan menggunakan beragam media periklanan yang tergolong
dalam ATL, BTL, dan TTL melalui iklan radio, iklan
surat kabar “Suara Merdeka”, poster, booklet,
penggunaan majalah display di kantor BKHI, dan
penggunaan media sosial Facebook dan Instagram.
Beragam jenis iklan tersebut digunakan oleh BKHI
karena dengan menggunakan beragam iklan tersebut
maka penyebaran informasi mengenai program
internasionalnya dapat tersebar kepada khalayak
secara luas. Strategi Sales promotion digunakan oleh
BKHI dengan menggunakan voucher dan insentif
berupa potongan harga kepada mahasiswa dengan
nilai wawancara tertinggi ataupun melalui lomba
posting Instagram melalui program internasional
seperti Japanese Festival. BKHI menggunakan strategi ini supaya dapat memberikan stimulus kepada
mahasiswa sehingga mahasiswa tertarik untuk mendaftar ke dalam program internasional. Kegiatan
publisitas BKHI dilakukan dengan mengundang
secara langsung humas UKSW untuk mempublikasikan kegiatan yang dilakukan, kemudian hasil liputan
tersebut akan dimuat di dalam surat kabar Suara
Merdeka dan website UKSW dengan pertimbangan
karena animo website UKSW jauh lebih besar.
Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan insight
lebih dalam mengenai program internasionalnya
kepada mahasiswa UKSW. Melalui elemen keempat
dari IMC yaitu personal selling dengan cara memanggil mahasiswa yang dianggap memiliki potensi
atau sebelumnya pernah mengikuti program internasional BKHI UKSW ke kantor BKHI dengan
melibatkan komunikasi langsung antara penjual yaitu
BKHI dan pembeli yaitu mahasiswa. Hal ini
dilakukan supaya dapat memenuhi kuota program
yang dijalankannya. Direct Marketing juga digunakan
oleh BKHI melalui penggunaan direct mail dan
telemarketing supaya penyebaran informasi program
internasional dapat disebarkan dengan mudah dan
murah karena setiap mahasiswa di UKSW pasti
memiliki e-mail student sehingga target yang dicakup
lebih spesifik dan menyeluruh. Strategi IMC yang
terakhir yaitu acara dan pengalaman dimanfaatkan
juga oleh BKHI melalui kegiatan Open House dan
Setiawan: Strategi Imc dalam Mempromosikan Program Internasional
Japanese Festival. Kegiatan–kegiatan tersebut dimanfaatkan oleh BKHI karena kegiatan tersebut dapat
secara langsung memberikan informasi yang sedetail
mungkin kepada mahasiswa yang tertarik kepada
program internasionalnya dengan menilai secara
langsung feedback yang didapat dari komunikan
tersebut
Penelitian ini juga mengungkapkan permasalahan
dilihat dari sudut pandang mahasiswa yang menyebutkan bahwa informasi yang diberikan oleh
BKHI mengenai program internasionalnya terlalu
“mepet” dengan tanggal pelaksanaan program tersebut sehingga minat mahasiswa untuk ikut program
internasional menurun. Namun melalui AIESEC,
dimana program AIESEC dapat diperhitungkan
sebagai SKS perkuliahan dalam bentuk kerja magang,
menjadikan daya tarik bagi mahasiswa untuk ikut ke
dalam program internasional.
Apabila penelitian ini menggunakan analisis segmentasi berupa segmentasi psikografis, penelitian ini
juga cukup menarik untuk diperluas penelitiannya
dengan menggunakan segmentasi demografi. Mengingat program internasional yang disediakan oleh
BKHI UKSW bukanlah program yang murah maka
BKHI UKSW juga menyediakan program internasional yang dapat dijangkau oleh semua kalangan
mahasiswa baik mahasiswa dengan pendapatan tinggi
maupun mahasiswa berpendapatan menengah ke
bawah, sehingga visi internasionalisasi BKHI UKSW
berjalan dengan lancar.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Adriza. 2015. Membangun Citra Lembaga Perguruan Tinggi Yang Berbasis Vokasi. Yogyakarta: Deepublish.
Anggito, Albi, and Johan Setiawan. 2018. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV Jejak.
Ardianto, Elvinaro. 2009. Public Relations Praktis.
Bandung: Widya Padjajaran.
Cannon, Perreault, and McCarthy. 2009. Pemasaran
Dasar: Pendekatan Manajerial Global. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Danandjaja. 2011. Peranan Humas Dalam Perusahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Davies, Brent, and Linda Ellison. 1999. Strategic
Direction and Development of the School. London: Routledge.
Dzilqarnain, Hamzah. 2015. “Strategi Komunikasi
Pemasaran Universitas Muhammadiyah Magelang.” Universitas Negeri Yogyakarta.
Guze, Barry, and Daniel Siegel. 1997. The Handbook
of Psychiatry. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hasan, Ali. 2013. Marketing Dan Kasus-Kasus
Pilihan. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service).
Hermawan, Agus. 2012. Komunikasi Pemasaran.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Irianto, Anton. 2005. Born to Win Kunci Sukses Yang
Tak Pernah Gagal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Istijanto. 2013. 63 Kasus Pemasaran Terkini Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Kasilo, Djito. 2010. Komunikasi Cinta: Menembus GSpot Konsumen Indonesia. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia.
Kharisma, Resva Inggil, and Lina Sinatra. 2019.
“Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu ‘Salatiga Movement (SM)’ Dalam Meningkatkan
Brand Awareness Terhadap Masyarakat Salatiga.” Jurnal Komunikasi Universitas Garut. Vol
5. No2: 269.
Kumala, Geraldina, Felicia Goenawan, and Vita
Monica. 2017. “Efektivitas Iklan Brighton Di
Jawa Pos Pada Masyarakat Surabaya.” Scriptura
7(2): 80–88. http://scriptura.petra.ac.id/index.
php/iko/article/view/21170.
Kusniadji, Suherman. 2016. “Strategi Komunikasi
Pemasaran Dalam Kegiatan Pemasaran Produk
Consumer Goods : Studi Kasus Pada PT Expand
Berlian Mulia Di Semarang.” Jurnal Komunikasi 8(1): 83–84.
Kusuma, Yuliandi. 2009. Trik Paten Poster Keren.
Jakarta: PT Grasindo.
Ma’ruf, Hendri. 2006. Pemasaran Ritel. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Madjadikara, Agus S. 2005. Bagaimana Biro Iklan
Memproduksi Iklan: Bimbingan Praktis Penulisan Naskah Iklan (Copywriting). Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Malau, Harman. 2017. Manajemen Pemasaran:
Teori Dan Aplikasi Pemasaran Era Tradisional
Sampai Era Modernisasi Global. Bandung:
ALFABETA.
Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Morissan. 2010. Periklanan Komunikasi Pemasaran
Terpadu. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Mufarrih, Zein. 2015. Periklanan Sebuah Pendekatan
Praktis. Yogyakarta: Buku Litera.
Puntoadi, Danis. 2011. Menciptakan Penjualan
Melalui Social Media. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Rachmanto, Ricky. 2017. 9 Langkah Praktis Membuat Website Gratis. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
13
Jurnal SCRIPTURA, Vol. 10, No. 1, Juli 2020: 1-14
Royan, Frans M. 2007. Smart Launching New
Product: Strategi Jitu Memasarkan Produk
Baru Agar Meledak Di Pasar. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Setiadi, Nugroho J. 2010. Perilaku Konsumen.
Jakarta: PRENADA MEDIA Group.
Shimp, Terence A. 2000. Periklanan Promosi Aspek
Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu.
5th ed. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sunyoto, Danang. 2015. Perilaku Konsumen Dan
Pemasaran: Panduan Riset Sederhana Untuk
Mengenali Konsumen. Yogyakarta: CAPS
(Center of Academic Publishing Service).
14
Tjahyono, Novilia. 2014. “Strategi Marketing Communications Grand City Mall Surabaya Dalam
Membangun Brand Awareness Melalui Event
Earth Hour 2013.” Jurnal E- Komunikasi, 2(1): 1.
Triadi, Dendi, and Addy Sukma Bharata. 2010. Ayo
Bikin Iklan: Memahami Teori Dan Praktek Iklan
Lini Bawah. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Uyung, Sulaksana. 2003. Integrated Marketing Communication. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wijaya, David. 2016. Pemasaran Jasa Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara Group.
Wiko. 2010. Indonesia Menentukan Nasib Dari
Reformasi Ke Transformasi Kelembagaan. Jakarta: PT Kompas Media Utama.
Zende, Kiran. 2019. Branding on the Go. Chennai:
Notion Press.