Skip to main content
Para tokoh pendidikan Islam menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk karakter yang bertakwa (Muttaqīn). Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan konsep Muttaqīn dalam Al-Qur'an dan mencari implikasinya dalam... more
Para tokoh pendidikan Islam menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk karakter yang bertakwa (Muttaqīn). Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan konsep Muttaqīn dalam Al-Qur'an dan mencari implikasinya dalam perumusan tujuan pendidikan Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengoperasikan metode tafsir mauḍū`ī. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna muttaqīn adalah orang yang merasakan bahwa dirinya senantiasa berada dalam pengawasan Allah, sehingga ia takut untuk berbuat maksiat, memiliki benteng atau ketahanan diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Dengan itu, seorang muttaqīn akan senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Implikasi konsep Muttaqīn terhadap tujuan pendidikan Islam adalah bahwa tujuan pendidikan Islam harus diarahkan untuk menciptakan keserasian hubungan antara dirinya dengan Allah, sesama manusia, diriya sendiri dan lingkungan, dengan memiliki sifat-sifat yang disebutkan di atas. Abstract: Islamic education scholars argue that the goal of Islamic education is to form a Muttaqīn (one who has a cautious character). The purpose of this study to describe the concept of Muttaqīn in The Qur'an and search for the implications in formulating the goal of Islamic education. This study uses a qualitative approach by operating mauḍū`ī method of interpretation. The result of the research shows that the meaning of muttaqīn is one who feels that he is always in the supervision of God, so that he is afraid to do immoral. He has a fortress or self-endurance from things that are banned by God. Therefore, he always will always carry out the command of Allah and stay away from what He bans. The implication of the concept of Muttaqīn to the goal of Islamic education is that the goal of Islamic education should be addressed to create harmonious relationships between himself and God, himself and his fellow human beings, and himself and the environment, by having the characters mentioned above. PENDAHULUAN Al-Qur'an sebagai mukjizat bagi Rasulullah SAW., mengandung ajaran yang universal dalam kehidupan, termasuk di dalamnya tentang pen-didikan. Wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasulullah yaitu Surah al-'alaq ayat 1-5. Ayat pertamanya yang berbunyi iqra' (bacalah) adalah sebuah pendidikan dan pembelajaran dari Allah melalui Malaikat Jibril as. kepada
This research is motivated by the fact that the learning process of Islamic Religious Education (PAI) is still experiencing various obstacles, one of which is the formation of moral students. The most important goals of learning PAI is... more
This research is motivated by the fact that the learning process of Islamic Religious Education (PAI) is still experiencing various obstacles, one of which is the formation of moral students. The most important goals of learning PAI is the formation of morals students. To overcome these problems it is necessary to apply an appropriate and effective teaching methods for student development. The purpose of this study is to know how far the effectiveness of Uswah Ḥasanah method in learning PAI to improve akhlakul karimah. The research method used is quasi experimental with quantitative approach of non-equivalent control group design (not equivalent) research design. Techniques used in data collection are questionnaire, observation, and documentation. The result of this reasearch is that Uswah Ḥasanah Method is very effective in improving the Akhlakul Karimah of the student. ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) masih mengalami berbagai kendala, salah satunyaadalah pembentukan akhlak siswa. Satu tujuan yang paling utama dari pembelajaran PAI itu adalah pembentukan akhlak siswa.Untuk menanggulangi masalah tersebut maka perlu diterapkan suatu metode pengajaran yang tepat dan efektif untuk perkembangan siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana efektivitas metode Uswah Ḥasanah dalam pembelajaran PAI untuk meningkatkan akhlakul karimah.Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif desain penelitian non-equivalent control group design (tidak ekuivalen). Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah angket, observasi, dan dokumentasi. Daripenelitianinidapatdisimpulkan bahwa penerapan Metode Uswah Ḥasanahini sangat efektif dalam meningkatkan Akhlakul Karimah Siswa. Kata kunci :Uswah Ḥasanah , Pendidikan Agama Islam, Akhlakul Karimah.
Muslims' understanding of Islamic teaching is diverse. Jurists, for the instance, emphasize the aspect of the outer of the Sharī"ah while Sufis focus on the aspect of that inner. In history, the tension between them is apparently seen.... more
Muslims' understanding of Islamic teaching is diverse. Jurists, for the instance, emphasize the aspect of the outer of the Sharī"ah while Sufis focus on the aspect of that inner. In history, the tension between them is apparently seen. The first even accuses the second group as a deviant, a heretic, and an unbeliever. Regarding this phenomenon, the study will explore underlying terms in Sufism namely Sharī"ah, T| arīqah, and H{ aqīqah and explain the relation of these terms based on the library research and descriptive analysis of the three words in the two books, i.e. Asrār al-Sharī"ah and Jāmi" al-Asrār wa Manba" al-Anwār of Sayyid H{ aydar Āmulī. Whether the terms are self-sufficient or interdependent? This study concludes that the three terms are an integral unity that cannot be separated from one another since those three terms refer to the one essence, the one Truth. Those are Divine law brought by Prophet Muhammad.
This article examines Nasr Abu Zayd's (d. 2010) thought of tafsi> r and takes a close look at its implementation when he interprets "polygamy verses". With library research method and content analysis, I conclude that Abu Zayd uses... more
This article examines Nasr Abu Zayd's (d. 2010) thought of tafsi> r and takes a close look at its implementation when he interprets "polygamy verses". With library research method and content analysis, I conclude that Abu Zayd uses thematic method of interpretation, by using contextual analysis approach. This method is similar to Fazlur Rahman's Double Movement method. Abu Zayd's contextual interpretation theory (al-qira> 'ah al-siya> qiyyah) operates in the following steps; first, turn to the meaning (ma'na>) of the text in its historical and cultural context (ta> ri> khiyyat al-dala> lah); and second, implement its significance (maghza>) in contemporary context. Based on his contextual analysis (al-qira> 'ah al-siya> qiyyah) to polygamy verses, Abu Zayd concludes that polygamy is not the final purpose Islamic teaching (shari> 'ah al-Isla> miyah). Polygamy is a temporal decision which is related to the very tight prerequisites. According to him, the significance (maghza>) of the Qur'an text talking about polygamy is however justice and equality. Otherwise, Abu Zayd says that the implicit (masku> t 'anhu) final purpose of the revelation of "polygamy related-verses" are monogamy. Tulisan ini akan mengkajii pemikiran tafsir Nasr Abu Zayd (w. 2010) dan melihat penerapan metode tafsirnya ketika ia menjelaskan "ayat-ayat poligami." Dengan metode riset kepustakaan (library research) dan analisis isi (content analysis), penulis berkesimpulan bahwa Abû Zayd menggunakan metode tafsir tematik, dengan pendekatan (analisis) kontekstual. Metodenya ini mirip dengan metode Double Movement Fazlur Rahman. Adapun teori penafsiran kontekstual poligami," Abu Zayd berkesimpulan bahwa poligami bukanlah tujuan (akhir) dari syariat Islam. Poligami adalah ketetapan temporal yang terkait persyaratan-persyaratan yang sangat ketat. Adapun signifikansi (maghza>) teks al-Qur'an yang berbicara tentang poligami menurutnya justru adalah keadilan dan kesetaraan. Abu Zayd kemudian
This article portrays the development of Quranic exegesis studies in contemporary Indonesia by scrutinizing various approaches used by Indonesian Islamic scholars in understanding the Qur’an. Through a bibliographical study, the author... more
This article portrays the development of Quranic exegesis studies in contemporary Indonesia by scrutinizing various approaches used by Indonesian Islamic scholars in understanding the Qur’an. Through a bibliographical study, the author argues that there has been a shift in the study of tafsir among Islamic scholars in Indonesia, including among the advocates of the Islamic Liberal Networks (JIL). This shift can be seen in the following aspects: 1) the way Indonesians define the nature of the Qur’an essence, revelation, codification); 2) about the people who have authority to interpret the Qur’an; 3) the methodology and tools to analyze the Qur’an; 4) references, and 5) the objective of interpreting Quran. Kata kunci: Quranic hermeneutics, Indonesia, Islamic literature, tafsir methodology, JIL.
Research Interests:
This article tries to describe educational system conducted in Islamic educational institution in Indonesia, namely pesantren (Islamic boarding school), particularly related to how pesantren deals with the issue of radicalism. The reseach... more
This article tries to describe educational system conducted in Islamic educational institution in Indonesia, namely pesantren (Islamic boarding school), particularly related to how pesantren deals with the issue of radicalism. The reseach question is whether pesantren teaches radicalism and how it nurtures the students to be able to live together in a pluralistic society?.
This research is motivated by the existing opinion stating that pesantren is the nest of terrorist. Many argue that pesantren is “fundamentalist schools” and “universities of jihad.” This opinion is derived from the fact that some individuals involved in terrorist networks or in terror actions, are graduates from pesantren.
Based on a recent field and library research, the writers argue that pesantren does not teach radicalism. Like other educational institutions, pesantren is a place to educate the students to develop their potencies; cognitive, affective, and psychomotoric. The difference is that religious subject is given in most proportion in its curriculum.
Ideology of radicalism, if exist in pesantren, it is more because of political, social, and economic factors and foreign influence coming into the pesantren than the educational system in itself. Since, there is no single teaching taught in pesantren which directs the students to radicalism.
In sum, the writers argue against the views stating that pesantren is identical with radicalism or the hub of radicalist-terrorist. What happened with Pesantren Al-Islam, Lamongan and Al-Mukmin Ngruki, is exceptional and more as individual case,  therefore, it can not be generalized.
Key words: Pesantren, Education, Radicalism
Makalah ini mengkaji akar teologis-skriptural (teks) dan pijakan historis (konteks) nilai-nilai multikulturalisme dalam Islam. Pengkajian skripturalis dipandang perlu mengingat kedudukan al-Qur’an yang sangat sentral bagi umat Islam,... more
Makalah ini mengkaji akar teologis-skriptural (teks) dan pijakan historis (konteks) nilai-nilai multikulturalisme dalam Islam. Pengkajian skripturalis dipandang perlu mengingat kedudukan al-Qur’an yang sangat sentral bagi umat Islam, yaitu sebagai pedoman dan sumber nilai dalam kehidupannya. Sedangkan, penelusuran historis dipandang penting untuk membuktikan bahwa nilai-nilai multikulturalisme memang sudah dipraktekkan dalam sejarah peradaban umat Islam sepanjang zaman.
Penelitian ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia hidup dalam keanekaragaman. Keanekaragamaan ini, kalau tidak dikelola secara baik maka rentan menimbulkan konflik. Terkait masalah yang penting ini, pertanyaan kemudian adalah apakah Islam sebagai agama—yang fungsinya mengatur kehidupan manusia ini—memiliki konsep dan mengembangkan nilai-nilai multikulturalisme atau tidak?. Apakah nilai-nilai itu memiliki akar teoritis dan pijakan historis dalam Islam?, bagaimanakah prinsip-prinsip ajaran al-Qur’an terkait konsep multikulturalisme?, relevankah nilai-nilai multikulturalisme yang dikembangkan di Barat dengan prinsip-prinsip ajaran al-Qur’an?.
Dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dan pendekatan skripturalis-historis, penelitian ini membuktikan dan menunjukkan bahwa Islam (al-Qur’an) mengandung ajaran tentang multikulturalisme, dengan karakteristiknya yang khas. Penelitian ini sekaligus menolak anggapan bahwa Islam (al-Qur’an) adalah anti multikulturalisme.
Hasil penelitian ini diharapkan akan memunculkan sikap hidup yang “sehat”, terutama terkait dengan usaha menciptakan dan menjaga kerukunan, ketentraman, dan kedamaian hidup berbagsa dan bernegara, baik dalam tataran global international maupun lokal nasional.

Kata kunci: Islam, Al-Qur’an, dan Multikulturalisme.
Research Interests:
This paper scrutinizes Labib al-Sa‘id’s efforts in preserving the Qur’an. By investigating Sa‘id’s roles, we will understand Muslim scholars’ effort in transferring knowledge in Islam (especially in preserving the Qur’an), since the... more
This paper scrutinizes Labib al-Sa‘id’s efforts in preserving the Qur’an. By investigating Sa‘id’s roles, we will understand Muslim scholars’ effort in transferring knowledge in Islam (especially in preserving the Qur’an), since the Companions’ era up to now. Based on analyses to Sa‘id’s work, I conclude that in Islam, knowledge (the Qur’an) was transmitted through both oral and written transmission. In addition to the written transmission, oral tradition played an important role in transmitting knowledge (the Qur’ān). In traditional Islam, memorizing the Qur’an is synonymous with learning it. Besides, Muslim scholars have benefited from novel inventions (technology) and used them in transferring Islamic knowledge (in Labib al-Sa‘id’s case is the using of recorder in recording ten Readings of the Qur’ān).

Keywords: Preserving the Qur’ān, transfer of knowledge, oral and written tradition.
Research Interests:
Buku ini menjelaskan hakikat, validitas, dan kontribusi Tafsir Tarbawi di Indonesia. Di dalamnya membahas karya-karya Tafsir Tarbawi yang diterbitkan di Indonesia dari tahun 2002 sampai 2018 (20 buku). Tema-tema yang dibahas dalam buku... more
Buku ini menjelaskan hakikat, validitas, dan kontribusi Tafsir Tarbawi di Indonesia. Di dalamnya membahas karya-karya Tafsir Tarbawi yang diterbitkan di Indonesia dari tahun 2002 sampai 2018 (20 buku). Tema-tema yang dibahas dalam buku ini adalah: apa sesungguhnya fungsi al-Qur’an bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam dalam Tafsir Tarbawi di Indonesia?; Apakah sebagai sumber rujukan nilai saja atau juga sebagai sumber pengembangan ilmu atau teori?. Lebih lanjut pertanyaan tersebut dirinci dalam tiga pertanyaan sebagai berikut: pertama, apa hakikat Tafsir Tarbawi di Indonesia?; kedua, apakah Tafsir Tarbawi ini bisa dikatakan sebagai karya tafsir? Jika iya, maka apakah ia valid dan bisa diterima?; dan ketiga, apa kontribusi Tafsir Tarbawi bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam?.
Penulis buku ini menyimpulkan, pertama, fungsi al-Qur’an bagi pengembangan Ilmu Pendidikan Islam dalam Tafsir Tarbawi di Indonesia lebih sebagai sumber nilai daripada sebagai sumber ilmu atau teori Pendidikan Islam, walaupun keduanya ada; kedua, Tafsir Tarbawi di Indonesia adalah tafsir al-Qur’an dengan pendekatan pendidikan, baik yang merupakan buku daras maupun kajian tafsir khusus; ketiga, Tafsir Tarbawi adalah corak tafsir al-Qur’an yang sah dan bisa diterima; dan keempat, bagaimanapun, karya-karya Tafsir Tarbawi telah berkontribusi bagi pengembangan Ilmu Pendidikan Islam, baik dalam tataran paradigma dan metodologi maupun hasil. Dari sisi paradigma dan metodologi, buku-buku Tafsir Tarbawi telah menawarkan pendekatan dan metode (tafsir) bagi pengembangan Tafsir Tarbawi (tafsir bercorak pendidikan), sementara dari sisi hasil, buku-buku Tafsir Tarbawi di Indonesia bukan hanya telah turut mengokohkan konsep-konsep dasar dan prinsip-prinsip pendidikan Islam (sebagai nilai), tetapi juga telah merumuskan ilmu atau teori Pendidikan Islam (berupa komponen-komponen Pendidikan Islam). Tafsir Tarbawi dengan demikian berfungsi sebagai landasan teologis-skriptural sekaligus sebagai alat epistemologis-konseptual.