Skip to main content
Ave Harysakti
  • Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia

Ave Harysakti

Pada penelitian ini mencermati desain biomimesis / biomimetik / biomimikri sebagai salah satu strategi dalam perancangan arsitektur berkelanjutan.
Koneksi manusia dengan alam merupakan bagian biologis yang sejak semula ada dalam diri manusia untuk berafiliasi dan saling ketergantungan dengan alam. Desain Biofilik dalam perancangan arsitektur berkelanjutan dapat menjadi pendekatan... more
Koneksi manusia dengan alam merupakan bagian biologis yang sejak semula ada dalam diri manusia untuk berafiliasi dan saling ketergantungan dengan alam. Desain Biofilik dalam perancangan arsitektur berkelanjutan dapat menjadi pendekatan dengan berfokus pada upaya menciptakan habitat yang baik bagi manusia dalam lingkungan binaan modern yang dapat memajukan kesehatan, kebugaran, dan kesejahteraan manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh prinsip-prinsip dan parameter-parameter / pola-pola desain biofilik bagi perancangan arsitektur yang berkelanjutan. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan desain biofilik memberikan potensi yang sangat besar untuk berkreasi dalam memadukan fitur-fitur alam menjadi bagian terintegrasi dengan bangunan arsitektural serta memberikan dampak positif bagi pengguna bangunannya.
Penelitian ini adalah dalam konteks penggalian potensi Arsitektur Berkelanjutan ( Sustainable Architecture ) dengan menggunakan pendekatan Eco-Cultural yang menurut Guy et al (2001:141) bahwa Arsitektur Berkelanjutan dapat dipelajari... more
Penelitian ini adalah dalam konteks penggalian potensi Arsitektur Berkelanjutan ( Sustainable Architecture ) dengan menggunakan pendekatan Eco-Cultural yang menurut Guy et al (2001:141) bahwa Arsitektur Berkelanjutan dapat dipelajari melalui Arsitektur Vernakular. Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi dan analisis dari Karakteristik Fisik Bangunan Huma Gantung Buntoi dengan menggunakan teknik SMART ( Simple Multi Attribute Rating Technique ) yang dikembangkan oleh Edwards et al (1994) untuk mengetahui bahwa Huma Gantung (Rumah Tinggi) Buntoi tergolong dalam Arsitektur Vernakular ataukah Arsitektur Tradisional. Selanjutnya menurut Philip (2001:3), Keberlanjutan Arsitektur Vernakular/Tradisional mengandung 3 (tiga) dimensi yang dapat dicermati sebagai preseden dalam desain arsitektur kontemporer, yaitu Citra Visual, Tanggap Iklim, dan Tradisi Membangun. Disebabkan penelitian ini beranjak dari Karakter Fisik Bangunan yang didalamnya terkandung analisis Sistem Spasial, Sistem Fisik, dan Sistem Stilistik, maka digunakan metode Triangulasi yaitu memadukan penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah pada tesis ini. 3 (tiga) dimensi Keberlanjutan Arsitektur Vernakular/Tradisional pada tesis ini dianalisis menggunakan Analisa Faktor untuk mengetahui persentase faktor-faktor yang dikandung oleh setiap dimensi yang diteliti. Untuk itu digunakan kuesioner yang disebarkan pada responden yang bermukim disekitar Huma Gantung Buntoi ini. Setelah diketahui nilai rata-rata dari setiap faktor dalam setiap dimensi keberlanjutan, maka digunakan aplikasi RAPAVS ( Rapid Appraisal Architecture Vernacular Sustainability ) yang dimodifikasi penulis dari aplikasi RAP-FISH (http://www.rapfish.org). Aplikasi RAPAVS ini merupakan aplikasi yang menggunakan teknik Multi Dimensional Scaling (MDS) sehingga mampu untuk menampilkan kontribusi secara ordinal (peringkat) dari dimensi Citra Visual, dimensi Tanggap Iklim, dan dimensi Tradisi Membangun terhadap Keberlanjutan Arsitektur Vernakular/Tradisional yang ingin diketahui tingkat keberlanjutannya serta faktor-faktor yang dominan mempengaruhi keberlanjutan obyek yang diteliti. Berdasarkan analisis SMART dapat diketahui bahwa Karakter Fisik Huma Gantung Buntoi adalah Arsitektur Vernakular. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa teori dari Guy et al (2001:141) adalah benar, dimana pembelajaran Arsitektur Berkelanjutan dapat diperoleh dari Arsitektur Vernakular. Hasil ini didapat setelah menilai faktor-faktor dari ketiga dimensi yang diutarakan oleh Philip (2001:3) ditemukan kearifan-kearifan berkelanjutan seperti: bangunannya tanggap terhadap iklim setempat, penggunaan material dan bahan bangunan lokal, penggunaan teknologi lokal, dan hemat energi. Dari aplikasi RAPAVS ditemukan pula hasil bahwa tingkat keberlanjutan tradisi Arsitektur Vernakular pada Huma Gantung Buntoi adalah Keberlanjutannya Kurang ( 50%). Dengan tingkat keberlanjutan seperti ini maka Huma Gantung Buntoi di masa depan diprediksi akan punah. Namun dari hasil perhitungan RAPAVS ditemukan pula faktor-faktor pendorong ( Leverage ) yang dominan dapat digunakan untuk pengembangan desain arsitektur kontemporer yang Tanggap Iklim dan memiliki Citra Visual yang khas bersumber dari Karakter Fisik Bangunan Huma Gantung Buntoi saat ini
Budaya masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah yang sangat kaya melahirkan karakter visual yang unik dan khas, baik secara seni maupun arsitektur lingkungan binaannya. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi Genius Loci dari Suku... more
Budaya masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah yang sangat kaya melahirkan karakter visual yang unik dan khas, baik secara seni maupun arsitektur lingkungan binaannya. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi Genius Loci dari Suku Dayak Ngaju, baik dalam skala mikro, messo, maupun makro yang menyebabkan pemukiman Dayak Ngaju memiliki keunikan dalam citra visualnya. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah deskriptif-kualitatif, dimana dilakukan teknik penelusuran prosesi ritual Tiwah untuk mengetahui peran dan sarana yang menjadi titik kulminasi ritual dan memiliki sifat simbolisasi permanen setelah ritual Tiwah selesai dilaksanakan.
Tulisan ini lebih menyoroti tentang media ruang luar (outdoor signs) karena berhubungan dengan kualitas wajah sebuah kota/wilayah, sejauh mana pemerintah daerah dapat menyajikan komposisi manis, antara kedinamisan dunia ekonomi dengan... more
Tulisan ini lebih menyoroti tentang media ruang luar (outdoor signs) karena berhubungan dengan kualitas wajah sebuah kota/wilayah, sejauh mana pemerintah daerah dapat menyajikan komposisi manis, antara kedinamisan dunia ekonomi  dengan estetika visual dan tatakelola ruang publik serta ruang terbuka hijau yang didedikasikan bagi kenyamanan warganya tanpa dijejali perintah untuk membeli produk barang dan jasa.
Permasalahan pemadaman listrik pada Kota Palangkarya akibat kekurangan daya listrik saat beban puncak ataupun saat terjadi kerusakan dan kendala lainnya pada pembangkit listrik Sistem Barito dapat dicarikan solusinya dengan menggunakan... more
Permasalahan pemadaman listrik pada Kota Palangkarya akibat kekurangan daya listrik saat beban puncak ataupun saat terjadi kerusakan dan kendala lainnya pada pembangkit listrik Sistem Barito dapat dicarikan solusinya dengan menggunakan alternatif pemanfaatan EBT ini. Tulisan ini bersifat deskriptif normatif yaitu mendefinisikan permasalahan ketenagalistrikan di Kota Palangkaraya dan mensimulasikan solusi permasalahannya yaitu Konsep Kota Mandiri Energi Perkotaan. Pada tulisan ini akan mencoba membahas strategi dan implementasi EBT dari jenis Energi Surya di Kota Palangkaraya sebagai salah satu komponen ketenagalistrikan kota guna menambah kapasitas daya listrik PLN (pendampingan penghasil energi) dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh Kota Palangkaraya.
"Untuk menempatkan kembali arsitektur Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri adalah dengan menguatkan pengetahuan tentang konteks budaya yang terkandung dalam arsitektur Indonesia itu sendiri. Menguatkan pengetahuan ini tentunya... more
"Untuk menempatkan kembali arsitektur Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri adalah dengan menguatkan pengetahuan tentang konteks budaya yang terkandung dalam arsitektur Indonesia itu sendiri. Menguatkan pengetahuan ini tentunya dengan cara mengubah pola pikir (mindset) bahwa arsitektur eropa dan arsitektur amerika tidak berada di atas arsitektur Indonesia melainkan sejajar.
Makalah ini menguraikan elemen-elemen yang menjadi pendorong munculnya kearifan lokal arsitektur disuatu tempat di nusantara Indonesia. Dengan mengetahui elemen-elemen pendorong ini, maka dapat membantu dalam mengenali dan memahami kearifan lokal pada daerah tersebut. Wawasan ini akan membantu pendidikan arsitektur di Indonesia dalam menumbuh-kembangkan identitas arsitektur Indonesia yang berhaluan nusantara. "
Budaya masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah yang sangat kaya melahirkan karakter visual yang unik dan khas baik secara seni maupun arsitektur lingkungan binaannya. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi Genius... more
Budaya masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah yang sangat kaya melahirkan karakter visual  yang  unik  dan  khas baik  secara  seni  maupun  arsitektur  lingkungan  binaannya. Tulisan  ini bertujuan untuk mengidentifikasi Genius  Loci dari Suku Dayak Ngaju baik dalam  skala mikro, mezo, dan makro yang menyebabkannya memiliki keunikan dalam citra visualnya. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah deskriptif-kualitatif, dimana dilakukan teknik penelusuran prosesi ritual Tiwah untuk mengetahui peran dan sarana yang menjadi titik kulminasi ritual dan memiliki sifat simbolisasi permanen setelah ritual Tiwah selesai dilaksanakan.
Kearifan lokal merupakan nilai nilai yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama dan bahkan melembaga (Antariksa, 2012). Kearifan lokal merupakan identitas/kepribadian budaya bangsa dimana dengannya suatu... more
Kearifan lokal merupakan nilai nilai yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama dan bahkan melembaga (Antariksa, 2012). Kearifan lokal merupakan identitas/kepribadian budaya bangsa dimana dengannya suatu bangsa tersebut mampu menyaring, menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuannya untuk kemaslahatan masyarakatnya.
Untuk itu perlu ditemu-kenali kecerdasan arsitektur nusantara untuk memperkaya khasanah pengetahuan arsitektur lingkungan binaan yang dapat mengarah pada penciptaan arsitektur kontemporer yang tahan bencana, selaras dengan gaya hidup kontemporer, yang dapat dipelihara dengan baik, memenuhi persyaratan estetika, menghormati lingkungan dan budaya lokal, dan disesuaikan dengan kemampuan teknis dan ekonomi penduduk lokal (Pangarsa, 2009).
Arsitektur Lingkungan Binaan (ALB) merupakan sub bidang keilmuan Arsitektur yang mempelajari interaksi antara Tuhan-Manusia-Alam dalam suatu lingkungan binaan pada skala makro (urban), dan/atau meso (kawasan), dan/atau mikro... more
Arsitektur Lingkungan Binaan (ALB) merupakan sub bidang keilmuan Arsitektur yang mempelajari interaksi antara Tuhan-Manusia-Alam dalam suatu lingkungan binaan pada skala makro (urban), dan/atau meso (kawasan), dan/atau mikro (arsitektural) dalam konteks keberlanjutan Arsitektur Nusantara dan Kearifan Lokal. Makalah ini membahas peran ALB dalam merencanakan pelestarian lingkungan binaan tradisional di Pulau Bali yang berbasis kearifan lokal untuk tujuan wisata. Menggunakan metode observasi lapangan, wawancara, dan studi pustaka, diperoleh hasil bahwa dalam perencanaan dan pelestarian lingkungan binaan tradisional dibutuhkan pemahaman mengenai filosofi hidup masyarakat adat, nilai-nilai tradisional, dan kearifan lokal yang membentuk lansekap budaya mereka agar diperoleh perencanaan pelestarian lingkungan binaan yang tepat sasaran dan mampu menampilkan citra tradisional setempat sebagai tujuan wisata yang menarik.
Pada  tulisan  ini  dibahas  secara  singkat  mengenai perkembangan  tata  hijau  (lansekap) Perumahan Grand Marina (PGM) di Semarang dari 2003-2013 berdasarkan data inderaja Google Earth (GE).