PROPOSAL
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN IPS KELAS V SD INPRES LAHENDONG
Disusun oleh :
Diana Meytamberna Mengko
21105220
KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN GURU
PROGGRAM STUDI PGSD
2023
1
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Disetujui dan diterima oleh dosen pembimbing untuk diajukan sebagai
persyaratan dalam mengikuti seminar proposal dan sebagai persyaratan untuk
melakukan penelitian di SD untuk menyelesaikan program studi S-1 jurusan PGSD
Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi Universitas Negeri Manado
Mengetahui,
DOSEN PEMBIMBING
Yulmi H. Mattoh. SPd, M.Pd
Nip. 19800608 200501 2 006
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Problem Based Learning atau pembelajaran yang berbasis masalah merupakan
salah satu jenis model pembelajaran yang mengarahkan kepada siswa pada suatu
masalah yang harus dipecahkan melalui pertanyaan sehingga siswa dapat terpancing
untuk berfikir. Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran
yang melibatkan siswa siswi untuk lebih berfikir dalam aktivitas penemuan sehingga
pembelajaran siswa melalui suatu masalah yang disajikan dengan tujuan melatih
kemampuan untuk memecahkan masalah yang melibatkan aktivitas mental siswa
untuk memahami suatu konsep pembelajaran. Peran guru dalam model PBL berperan
sebagai, motivator, fasilitator, dan pembimbing. Keunggulan model PBL
diantaranya, (1) siswa dituntut memiliki keterampilan berfikir tinggi dan
dilibatkan secara aktif dalam keterampilan memecahkan masalah (2)
pembelajaran yang tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga
pembelajaran lebih bermakna (3) merasakan langsung manfaat pembelajaran akibat
masalah yang diselesaikan dikaitkan dengan kehidupan nyata sebagai motivasi
dan bahan pelajaran yang menarik siswa belajar (4) menjadikan siswa lebih
dewasa dan mandiri, memberikan aspirasi dan menerima pendapat orang lain,
menanamkan sikap sosial secara positif kepada peserta didik lainnya dan (5)
mampu menciptakan kondisi belajar secara kelompok, menciptakan interaksi
sesama peserta didik. Model pembelajaran PBL memiliki keunggulan lainnya yakni
dapat menciptakan tumbuh kembang siswa dalam berkreativitas secara individual
3
maupun secara kelompok sehingga hasil belajar dengan ketuntasan maksimal dapat
tercapai.
Adapun pengertian lain yang dijelaskan bahwa Pembelajaran berbasis masalah
adalah model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan kehidupan
nyata yang kompleks yang memberikan konteks perolehan pengetahuan yang
dibutuhkan untuk memecahkan masalah dengan mengidentifikasi apa yang dipelajari.
Biasanya siswa berkolaborasi dalam kelompok, dengan proses pembelajaran
difasilitasi oleh seorang guru. Dalam hal ini berarti, siswa belajar secara berkelompok
melalui masalah dalam kehidupan nyata yang komleks dengan menyajikan siswa
lebih aktif sehingga peran guru sebatas fasilitator saja. Penerapan model problem
Based Learning (PBL) akan menggali kemampuan berpikir kritis dan kreativitas
siswa karena model ini menggunakan masalah dunia nyata sebagai landasan para
siswa siswi untuk belajar berpikir kritis dan memecahkan suatu masalah serta
meningkatkannya dalam konsep pembelajaran. Pembelajaran IPS di sekolah dasar
merupakan mata pelajaran yang penting karena bertujuan meningkatkan kepekaan
dalam kehidupan sosial peserta didik. Untuk mewujudkan tujuan itu, salah satunya
dengan menerapkan model pembelajaran yang cocok, yaitu model pembelajaran
model based learning. Kenyataan lapangan masih terdapat guru yang kurang dalam
memahami model-model pembelajaran, sehingga hal ini menyebabkan guru kurang
dalam penggunaan model pembelajaran yang variatif. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengkaji dampak positif dari penerapan model based learning pada pembelajaran IPS
di sekolah dasar.
4
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan dengan guru kelas V di SD
Inpers Lahendong bahwa proses pembelajaran yang diterapkan guru masih
konvensional, dalam pembelajaran guru masih mengandalkan buku ajar pemerintah,
serta kurangnya penggunaan media pembelajaran saat menyampaikan materi
pembelajaran sehingga guru belum membangkitkan keaktifan dan ketempilan sisw
dalam proses pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Dalam pembelajaran siswa juga masih belum tertarik dalam mengetahui
pembelajaran dikarenakan pembelajran yang dilaksanakan oleh guru masih
konvesional. Siswa juga masih cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dimana siswa masih asik dengan apa yang telah dilakukan. Siswa masih
kurang terlibat dalam suatu proses pembelajaran. Siswa juga kurang tertarik untuk
mengikuti pembelajaran dimana guru masih kurang menggunakan media
pembelajaran saat pembelajaran berlangsung, dimana metode yang masih digunakan
membuat siswa bosan dalam mengikuti pembelajaran.
Akan tetapi dalam pembelajarn kegiatan diskusi kelompok juga dilakukan.dalam
kegiatan diskusi kelompok ini dilakukan sesuai materi yang dianjurkan. Dimana
dalam kegiatan diskusi kelompok guru tidak memfasilitasi siswa meningkatkan
aktivitasnya dalam proses pembelajaran ini guru tidak memberikan suatu masalah
yang harus dipecahkan oleh siswa, hal ini dapat membuat siswa kesulitan dalam
memecahkan masalah..
Berdasarkan hal tersebut, guru perlu memecahakan pembejaran yang dapat
membangun potensi siswa dalam menggukanan kemampuan berpikirnya
untukmemecahaakn masalah. Salah satunya model pembelajaran Problem Based
Learning. Model pembelajaran ini mengarahkan kepada masalah-masalah yang
disajikan oleh guru, kemudian siswa memecahkan masalah tersebut dengan
5
melibatkan pengetahuan dan ketermpilan siswa dari sumber-sumber yang dapat
diperoleh.
Kemampuan berpikir dalam mata pelajaran IPS tidak hanya menguku
pengetahuan bersifat benar-salah seperti dalam soal-soal yang biasanya diberikan,
akan tetapi lebih dari itu siswa harus dapat menjelaskan fenomena sosial yang terjadi
dengan daya nalar dan menganalisis secara kritis, mereka harus belajar bersama
mengeluarkan opini dan pendapatnya sendiri mengenai permaslahan sosial yang
terjadi. Oleh karena itu, penelitian ingin meningkatkan hasil belajar siswa dalam
menerapkan problem learning (PBL) dalam mata pelajaran IPS.
Berdasarkan Latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
DALAM MENIGNKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN IPS KELAS V SD INPRES LAHENDONG”
(Penelitan Tindakan Kelas Di Kelas V SD Inpes Lahendong. Kel. Lahendong, Kec.
Tomohon Selatan, Kota Tomohon)
B. Rumusan Masalah Penelitian
Adapun rumusan masalah yang penulis ajukan ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model Pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Lahendong ?
C. Tujuan Penelitian
Peneliti ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
6
1. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Lahendong.
D. Manfaat Penelitian
Suherman (2003), PBL adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara
berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah. Berdasarkan pengertian
model PBL para ahli, disimpulkan bahwa model PBL adalah suatu model
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang esensial dari materi
pelajaran (Sudarman, 2007: 69). Model PBL bercirikan penggunaan masalah
kehidupan nyata sebagai suatu yang harus dipelajari siswa. Dengan model PBL
diharapakan siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan
yang dihafal. Mulai dari kecakapan memcahkan masalah, kecakapan berfikir
kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan
komunikasi, serta kecakapan pencarian dan pengelolaan informasi
a. Bagi Siswa
Dimana peneliti penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
mendorong siswa untuk bekerja secara kolaboritif dalam kelompok. Mereka akan
belajar untuk berbagai ide, berdiskusi, dan saling mengukung dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Selain itu, PBL juga melibatkan komukaasi yang intens
antara siswa dan guru, di mana siswa dapat mengemukakan pertanyaan,
melaporkan temuan mereka, dan berpartisipasi dalam diskusi kelas memperkaya
pemahaman bersama.
7
b. Bagi Guru
Peneliti ini dapat dijadikan acuan guru dalam proses pembelajaran yakni model
pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan
mutupendidikan SD Inpres Lahendong, dan dpat memberikan hasil yang lebih
baik dalamproses pembelajaran disekolah
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan penelitian dan hasil
penelitian ini dapat mengetahui cara meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat
diterapkan ketika suda mengajar.
E. Lokasi dan Waktu
Adapun lokasi dan waktu yang dilakukan oleh peneliti
Tempat : SD Inpres Lahendong
Hari Tanggal : Selasa, 2 April 2024 – 4 April 2024, & 22 April 2024
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
1. Pengertian
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan
keaktifan peserta didik untuk selalu berpikir kritis dan selalu terampil dalam
menyelesaikan. Alur kerja peserta didik bergantung pada seberapa kompleks
permasalahan yang diberikan. Dimana tingkat keberhasilan metode ini
bergantung pada keaktifan peserta didiknya, semakin aktif peserta didik
manfaatkan keterampilan berpikir, semakin Problem Based Learning, menurut
ahli adalah sebagai berikut:
1). Menurut Duch, Yaitu model pembelajaran yang menantang siswa untuk
“belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari
solusi dari masalah dunia nyata
2). Menurut Arends, yaitu pendekatan pembelajaran dimana siswa di
hadapakan pada maslah autentik (nyata ) sehingga diharapkan mereka
dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuhkan kembangkan
keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan
meningkatkan kepercayaan dirinya.
3). Menurut Gd. Gunantrara, yaitu suatu pendekatan pembelajaran dengan
membuat konfrontasi kepada pembelajaran dengan masalah-masalah
praktik atau pembelajaran yang dimulai dengan pemberian maslah dan
memiliki konteks dengan dunia nyata.
9
2. Tujuan Problem Based Learning
Setiap model pembelajaran pasti memiliki tujuan utama yang akan dicapai,
begitu juga dengan Problem Based Learning. Untuk tujuan model pembelajaran
ini adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik
b. Melatih peserta didik dalam menyelesaikan suatu permaslahan secara
sistematis.
c. Menorong peserta didik untuk menjadi dalam memahami peran orang
dewasa di kehidupan nyata.
d. Mendorong peserta didik untuk menjadi indiidu yang mendiri dan
bertanggung jawab
3. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning
Problem Based Learning memiliki karakterstik terdiri dalam hal konsepnya
maupun penerapannya di dalam kelas. Adapun karakteristik Problem Base
Learnig (PBL) adalah sebagai berikut:
a. Permasalahan menjadi strating poin dalam belajar.
b. Permaslahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata
yang tidak terstruktur.
c. Permaslahan membutuhkan persfektif ganda
d. Permaslahan, menantang pengetahuan yang dimiliki siswa, sikap dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan indentifikasi kebutuhan belajar
dan bidang baru dalam belajar.
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama
10
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBL
g. Belajar adalah kolaboratif, komunukasi, dan kooperatif.
h. Pengembagan keterampilan Inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusidari
sebuah permasalahan
i. Keterbuakaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah
proses belajar.
j. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalama siswa dan proses belajar.
Berdasakan karakteristik di atas, tampak jelas bahwa dalam Problem Base
Learnig (PBL) pada proses pembelajaran, dimulai oleh adanya masalah yang
dalam hal ni dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa
memperdalam pengetahuan tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang
meraka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa banyak
melakukan kegiatan yang merangsang keaktivan untuk berpikir secara ilmiah
dalam menyelesaikan suatu maslah, serta dari keterkaitan Problem Base Learnig
(PBL) kita dapat mengetahui bagaiman penerapan pembelajaran dikelas yang
berorientasi pada Problem Base Learnig (PBL).
4. Langkah-Langkah Model pembelajaran Problem Based Learning
Pnerapan Problem Base Learnig (PBL) dilaksanakan melalui beberapa tahapan.
Ibrahim dan Nur Ismail mengemukakan bahwa langka-langka.
Problem Base Learnig (PBL) adaah sebagai berikut
11
Langkah-langkah Problem Base Learnig (PBL)
Indikator Tingkah Laku Guru
Orientasi siswa pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang diperlukan, dan memotiasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
Mengorganisasi siswa untuk Membantu siswa mendefinisikan dan
belajar mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan maslah tersebut.
Membimbing siswa pengalaman Mendorong siswa untuk mengumpulkan
individual/ kelompok informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Mengembangkan dan Membantu siswa dalam merencanakan dan
menyajikan hasil karya menyapaikan karya yang sesuai seperti laporan,
dan membantu mereka untuk berbagai tugas
dengan temannya.
Menganalisis dan mengevaluasi Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
proses pemecahan masalah evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang mereka gunakan
5. Kelebihan dan kelemahan Problem Besad Learning
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan dan
penerapannya dikelas. Kelebihan dari penerapan model Problem Besad Learning
Ini antara lain:
1). Peserta didik dilatih untuk selalu berpikir kritis dan termpil dalam
menyalesaikan suatu permasalahan
2). Bisa memicu peningkatan aktivitas peserta didik di kelas.
3). Peserta didik terbiasa untuk belajar dari smber yang relevan
4). Kegiatan pembelajaran berjalan lebih kondusif dan efektif karen apeserta
didiknya dituntut untuk aktif.
12
Penerapan itu kekurangan dari penerapan model Problem Besad Learning ini
antra lain:
1). Tidak semua materi pembelajaran bisa menerapkan model ini.
2). Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan materi pembelajaran lebih
lama.
3). Bagi peserta didik yang belum terbiasa menganalisis suatu permaslahan,
biasanya enggan untuk mengerjakannya.
4). Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terlalu banyak, guru akan
kesuliatan
untuk mengkondisikan penugasan.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diperoleh setelah kegiatan
belajar (Nugraha, 2020). Hasil belajar adalah kompetensi atau kemapuan tertentu
yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan meliputi
keterampilan kognitif, afektif, maupun psikomotor (wulandari, 2021). Pendapat
dari Mustakim (2020) hasil belajar adalah segalah sesuatu yang dicapai oleh
peserta didik dengan penilaian tertentu yang sudah ditetapkan oleh kurikulum
lembaga pendidikan sebelumnya. Dari beberapa pendapat diatas hasil belajar
dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar baik kognitif, afektif,
maupun psikomotor dengan penialaian yang sesuai dengan kurikulum
pembelajaran lembaga pendidikan.
Hasil belajar mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran karena proses penialain terhadap hasil belajar dapat memberikan
informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan
13
pembelajaran. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses pembeajaran maka
diadakan evaluasi dengan mengunakan tes hasil belajar.
Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar
siswa setelah mengetahui proses pembelajaran melalui Problem Besad Learning
(PBL). Dalam penelitian, siswa dikatakan tuntas apabila 75% siswa dapat nilai ≥
75 bedasarkan KKTP yang telah ditentukan dari sekolah tersebut.
2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Muhibbin
Syah, sebagai berikut:
a. Faktor Internal Siswa
1. Aspek fisiologis : yang bersifat jasmani, mata, telinga.
2. Aspek psikologis
a. Faktor intelektif : kecerdasan bakat
b. Faktor non intelektif : sikap, minat, kebutuhan, motivasi.
b. Faktor eksternal
1. Lingkungan sosial : keluarga, guru, dan staf, masyarakat, teman
2. Lingkungan non sosial: kondisi rumah, sekolah, peralatan, alam
c. Faktor pendekatan belajar
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam dirinya (faktor
internal) maupun dari luar (faktor eksternal) individu dan faktor pendukung
dalam pembelajaran. Ketiga faktor tersebut salaing mempengaruhi dalam
proses belajar, faktor yang mempengaruhi dalam meneliti ini adalah faktor
pendekatan karena faktor pendekatan disini yaitu menggunakan model
problem besad learning.
14
C. Ilmu Pengetahuan Sosial
1. Pengertian
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan baik pada tingkat SD, SMP, dan maupun SMA. Ips ini bukan ilmu
mandiri sepertihalnya ilmu-ilmu soal lainnya, namun ips menggunakan bahan
ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan dengan tujuan pengajaran
pendidikan.
Ips ini merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial
masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial yang
digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Ips adalah bahan kajian terpadu yang
merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang
diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah,
geografi, sosiologi, dan antropologi dan ekonomi.
2. Tujuan
Secara akademis, IPS akan memberikan songkongan ke arah terciptanya
warga negara yang baik. Hal ini sejalan dengan tujuan nasional negara kita.
Karena itu sangatlah penting menciptakan sistem sekolah yang dapat mendidik
dan mempersiapkan anak didik warga negara yang memiliki kehidupan sosial,
warga negara yang berguna bagi masyarakat. Apa yang dipelajari anak didik pada
saat sekarang akan menjadi milik dan memperkaya khasanah pengalaman mereka
di masa yang akan mendatang. Anak-anak kita perlu untuk dapat mengantisipasi
kehidupannya. Dan tugas sekolah-lah untuk mempersiapkan dan mendidik
pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka.
D.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: untuk
menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
dihadapi guru dan tenaga kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah
pembelajaran dan pengembangan materi pengajaran, untuk memberikan pedoman
bagi guru atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan
meningkatkan mutu kinerja atau mengubah sistem kerjanya agar menjadi lebih baik
dan produktif, untuk melaksanakan program latihan, terutama pelatihan dalam jabatan
guru, yaitu sebagai salah satu strategi pelatihan yang bersifat inkuiri agar peserta lebih
banyak menghayati dan langsung menerapkan hasil pelatihan tersebut.
Gambar 1. Siklus PTK Model Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto, 2009)
16
Tahap-tahap di atas, yang membentuk satu siklus, dapat dilanjutkan ke siklus
berikutnya dengan rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi ulang berdasarkan
hasil yang dicapai pada siklus sebelumnya. Jumlah siklus dalam suatu penelitian
tindakan bergantung pada apakah permasalahan penelitian yang dihadapi sudah
dapat dipecahkan.
B. Prosedur Pelaksanaan Tindakan
Model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart pada hakekatnya
berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri
dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus.
Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran
kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Tahap
tindakan kelas menuurut kemmis dan Mc. Tangggrat akan di uraikan sebagai
berikut.
1. Siklus 1
a. Perencanaan Tindakan
1) Menentukan materi yang akan diajarkan yaitu mengenai sosial
2) Mengunjungi dan mengajukan permohonan izin penelitian di SD Inpres
Lahendong
3) Merancang pembuatan pelaksaan pembelajaran, untuk materi yang tentukan
(RPP, media pembelajaran, LKPD, bahan ajar, permasalahan yang ada di
dalam materi pembelajaran, dan istrumen penilaian.
4) Menyiapkan lembar obserasi.
b. Pelaksanaan tindakan kelas
1. Pendahuluan
17
Guru memberikan salam
Guru dan siswa menyanyi dan berdoa bersama
Bersama melakukan Ece breaking
Guru melakukan absen dan aprseriasi
2. Inti
Membagi kelompok menjadi 6 kelompok
Guru menyajikan pelajaran
Guru meminta peserta didik untuk menganalisis video dokumenter
untuk menemukan keresahan yang terjadi di lingkungan sekitar
Guru mengarahkan peserta didik untuk merumuskan permasalahan
apa saja yang ada dan membimbing peserta didik unruk menemukan
solusinya
Peserta didik menulis permasalahan soal berdasarkan keresahan dan
solusi yang sudah ditemukan
Peserta didik mulai menulis sesuai dengan keresahan masingmasing
Peserta didik mempresentasikan hasil dengan cara membacakannya di
depan kelas
Siswa memberikan apresiasi
3. Penutup
Guru memberikan pertanyan kesempatan untuk bertanya
Guru memberikan apresiasi dan motiasi
Menutup pembelajaran dengan berdoa
Melakukan ice breaking
Guru menyampaikan salam penutup
18
c. Tahapan observasi
1. Observasi dengan mengamati aktivitas para siswa dan guru selama proses
pembelajaran
2. Obsevasi mengisi lembar observasi yang tersedia
d. Refleksi
Diskusi ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan
yaitu dengan cara melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi, masalah yang
muncul, dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan. Setelah itu
mencari jalan keluar terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul agar dapat
dibuat rencana perbaikan pada siklus II.
1. Siklus II
a. Rencana Tindakan
1). Rencana Tindakan Membuat media dalam bentuk video, kemudian membuat
modul ajar dan mempersiapkan lembar instrumen pengamatan kelas yang terdiri
dari : lembar observasi kegiatan kelompok, kuesioner pemahaman peserta didik,
dan lembar refleksi
2). Pelaksanaan Tindakan Kelas
1. Membagi kelompok
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru meminta peserta didik untuk menganalisis video dokumenter untuk
menemukan keresahan yang terjadi di lingkungan sekitar
19
4. Guru mengarahkan peserta didik untuk merumuskan permasalahan apa saja
yang ada dan membimbing peserta didik untuk menentukan solusi
5. Peserta didik mempresentasikan hasil dengan cara membacakannya di depan
kelas
6. Siswa memberikan apresiasi
7. Guru bersama siswa melakukan evaluasi
Refleksi pada siklus II digunakan untuk membedakan hasil siklus I dan siklus
II apakah ada peningkatan hasil belajar di kelas V SD Inpres Lahendong
C. Subjek Penelitian
Sujek dalam penelitian ini adalah pesera didik kelas V SD Inpres
Lahendong. Jumlah peserta didik kelas V adalah 13 orang
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Obserasi
Morris (1973: 906) mendefinisikan observasi sebagai aktivitas mencatat
suatu gejala dengan bantuan instrumen-instrumen dan merekamnya dengan
tujuan ilmiah atautujuan lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa observasi
merupakan kumpulan kesan tentang dunia sekitar berdasarkan semua
kemampuan daya tangkap pancaindera manusia. Observasi adalah kegiatan
pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari
lapangan. Pada proses ini peneliti melakukan pengamatan yang berkaitan
dengan Penerapan Model Problem Besad Learnig Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas V SD Inpres Lahendong.
20
E. Teknik Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas ini, penelitian menggunakan teknik analisis
data sebagai berikut.:
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Klasikal
P (Ketuntasan Belajar) =
∑ siswa yang tuntas belajar x 100 %
∑ siswa
21
Daftar pustaka
Fitriani, N. A., Khaerunisa, S. J. M., & Rustini, T. (2023). Analisis Literatur Review
Penerapan Model Based Learning pada Pembelajaran IPS di Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(3), 30820-30827.
Anggraini, P. D., & Wulandari, S. S. (2021). Analisis penggunaan model
pembelajaran
based learning dalam peningkatan keaktifan siswa. Jurnal Pendidikan
Administrasi Perkantoran (JPAP), 9(2), 292-299.
Mardani, N. K., Atmadja, N. B., & Suastika, I. N. (2021). Pengaruh Model
Pembelajaran Problem based learning (PBL) terhadap Motivasi dan hasil
belajar IPS. Jurnal Pendidikan IPS Indonesia, 5(1), 55-65.
Wahyuni, I., Slameto, S., & Setyaningtyas, E. W. (2018). Penerapan Model PBL
Berbantuan Role Playing untuk Meningkatan Motivasi dan Hasil Belajar
IPS. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 2(4), 356-363.
Guru, M. P. L. P. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya. UNesa Modul
Pendidikan Latihan Profesi Guru, 1(2), 24-36.
Annury, M. N. (2019). Peningkatan kompetensi profesional guru melalui penelitian
tindakan kelas. Dimas: Jurnal Pemikiran Agama untuk Pemberdayaan, 18(2),
177-194.
Hasanah, H. (2017). Teknik-teknik observasi (sebuah alternatif metode pengumpulan
data kualitatif ilmu-ilmu sosial). At-Taqaddum, 8(1), 21-46.
Ariandi, Y. (2017, February). Analisis kemampuan pemecahan masalah berdasarkan
aktivitas belajar pada model pembelajaran PBL. In PRISMA, Prosiding
22
Seminar
Nasional Matematika (pp. 579-585).
Riyanti, N. N., & Abdullah, M. H. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa (Doctoral
dissertation, State University of Surabaya).
Susanti, E., & Endayani, H. (2018). Konsep Dasar IPS.
23