PROBLEM BASED LEARNING
A. Gambaran Umum Pembelajaran Berbasis Masalah
Inti dari pembelajaran berbasis masalah yaitu menghadapkan siswa dengan situasi masalah
otentik dan bermakna yang dapat berfungsi sebagai dasar untuk penyelidikan dan penyelidikan.
1. Fitur (Ciri) Khusus Pembelajaran Berbasis Masalah
Berbagai pengembang pembelajaran berbasis masalah (Kognisi & Kelompok Teknologi di
Vanderbilt, 1990, 1996a, 1996b; Krajcik & Czerniak, 2007; Slavin, Madden, Dolan, & Wasik,
1994) telah menggambarkan model pembelajaran sebagai berikut
(a) Memfokuskan pada pertanyaan atau masalah. PBL lebih menekankan pada pemberian
pertanyaan dan masalah yang secara umum penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa,
dari pada prinsip-prinsip materi atau keterampilan akademik. Masalah tersebut membahas
situasi kehidupan nyata yang menghindari jawaban sederhana dan solusi yang telah ada dalam
kehidupan sehari-hari.
(b) Focus pada antar disiplin ilmu (interdisipliner). Meskipun PBL dapat dipusatkan pada
matapelajaran tertentu (IPA, matematika, fisika), tetapi masalah yang sebenarnya diselidiki
dalam PBL membutuhkan siswa mempelajari banyak mata pelajaran dalam membuat solusi.
Sebagai contoh, masalah pencemaran yang diangkat dalam pelajaran Chesapeake Bay
menggunakan beberapa mata pelajaran akademis dan terapan (biologi, ekonomi, sosiologi,
pariwisata, dan pemerintahan).
(c) Investigasi otentik. PBL mengharuskan siswa melakukan penyelidikan otentik untuk mencari
solusi nyata dari suatu masalah nyata. Siswa harus menganalisis dan mendefinisikan masalah,
mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis
informasi, melakukan eksperimen (jika perlu), membuat kesimpulan, dan menarik kesimpulan.
Metode penyelidikan tergantung dari sifat masalah yang dipelajari.
(d) Menghasilkan bukti dan menujukkan bukti. PBL mengharuskan siswa untuk menghasilkan
produk dalam bentuk bukti dan penunjukannya (presentasi) yang menjelaskan solusi mereka.
Sebuah produk bisa menjadi debat tiruan seperti yang ada dalam pelajaran Chesapeake Bay.
Produk juga bisa berupa laporan, model fisik, video, program komputer, atau situs web siswa
yang dibuat.
(e) Adanya kolaborasi. PBL dicirikan dengan adanya kegiatan siswa yang bekerja satu sama lain
(berpasangan atau kelompok kecil). Bekerja bersama memberikan motivasi siswa untuk dapat
mengerjakan tugas-tugas selanjutnya yang lebih kompleks; meningkatkan peluang untuk
penyelidikan dan sharing secara Bersama-sama; dan untuk mengembangkan keterampilan
sosial.
PBL tidak dirancang untuk membantu guru menyampaikan banyak informasi (transfer
informasi) kepada siswa. Sebaliknya, pembelajaran berbasis masalah, seperti yang diilustrasikan
pada Gambar 11.1, dirancang terutama untuk membantu siswa mengembangkan pemikiran mereka,
kemampuan pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; mempelajari peran orang dewasa
dengan mengalaminya melalui situasi nyata atau simulasi; serta menjadi mandiri.
Outcomes yang diharapkan dari siswa belajar melalui PBL
Keterampilan Berpikir dan Keterampilan Pemecahan Masalah. Berpikir itu melibatkan
penggunaan proses intelektual dan kognitif, mulai dari proses dasar seperti mengingat dan
mengingat untuk berpikir pada tingkat yang lebih tinggi (menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi). PBL berusaha untuk mencapai kemampuan diatas itu yakni lebih pada
menganalisis, mengkritik, dan membuat kesimpulan berdasarkan inferensi dan penilaian yang kuat
(valid).
Pemodelan Peran Orang Dewasa. PBL juga bertujuan membantu siswa tampil dalam situasi
kehidupan nyata dan belajar peran orang dewasa yang penting. PBL menyerupai situasi belajar di
luar sekolah lebih dekat dengan masalah, daripada belajar di dalam sekolah hanya mempelajari
akademik saja.
Pembelajaran Mandiri. PBL berusaha untuk membantu siswa menjadi siswa mandiri dan
mandiri. Guru memandu siswa dalam pembelajaran, memotivasi dan menghargai mereka dalam
mengajukan pertanyaan dan mencari solusi untuk masalah nyata secara mandiri. Kegiatan ini
melatih siswa untuk melakukan tugas-tugas secara mandiri di kemudian hari.
PBL mengacu pada teori konstruktivis kognitif dan sosial untuk dukungannya. Fokusnya bukan
pada apa yang siswa lakukan (perilaku mereka), tetapi pada apa yang mereka pikirkan (kognisi
mereka) ketika mereka melakukannya. Meskipun peran seorang guru dalam PBL kadang-
kadang melibatkan penyajian dan menjelaskan hal-hal kepada siswa, guru lebih sering
melibatkan diri sebagai fasilitator sehingga siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan
masalah.
Merencanakan dan Menggunakan PBL