e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.
4 (October, 2020): 993-999 Jurnal Human Care
META-ANALISIS DETERMINAN STUNTING PADA ANAK USIA
DIBAWAH 5 TAHUN DI ASIA
Desi Metriana Erza1, Evi Hasnita2, Nurdin3
1,2,3
Kesehatan Masyarakat, Universitas Fort De Kock, Jalan Soekarno Hatta, Kelurahan Manggis Gantiang,
Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Bukittinggi
Email : desimetrianaerza@gmail.com
Submitted: 17-09-2020, Reviewer: 19-09-2020, Accepted: 10-10-2020
ABSTRACT
The case of stunting in Asia is quite concerning, where almost all regions have experienced a
large increase in stunting. Asia and Africa have many children who are stunted. Stunting is a
nutritional status based on the PB / U or TB / U index where in the anthropometric standards
for assessing the nutritional status of children, the measurement results are at the threshold.
Determine the effect of stunting in children under 5 years of age in Asia through systematic
search of international publications. Systematic Literature Review with a Meta-analysis study
design. Search for study articles through the PubMed database, Springer Link, Google
Scholar, Science Direct, Wiley. There were 21 observational studies relevant to the study, 3
Cohort designs, 6 case-control designs and 12 cross-sectional designs. The determinants of
stunting in Asia were exclusive breastfeeding with OR 8.91 (95% CI: 5.66-14.04), low birth
weight with OR 2.40 (95% CI: 1.93-2.99), energy intake with OR 2.23 (95% CI: 3.27) , food
diversity with OR 7.46 (95% CI: 6.33-8.79), sanitation with OR 2.58 (95% CI: 0.69-3.14).
The highest risk factors in influencing the incidence of stunting are exclusive breastfeeding
and dietary diversity.
Keyword: meta-analysis, stunting, Asia
ABSTRAK
Dalam kasusnya stunting di Asia cukup memprihatinkan yang mana hampir seluruh wilayah
mengalami banyak peningkatan stunting. Asia dan Afrika memiliki banyak anak yang
mengalami Stunting. Stunting adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau
TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran
tersebut berada pada ambang batas. Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh kejadian
stunting pada anak dibawah usia 5 tahun di Asia melalui penelusuran sistematis penelitian
publikasi internasional. Jenis Penelitian ini adalah Literature Review Systematic dengan
desain studi Meta-analisis. Pencarian artikel studi melalui database PubMed, Springer Link,
Google Scholar, Science Direct, Wiley. Diperoleh 21 studi observasional relevan terhadap
penelitian, 3 desain Cohort, 6 desain Case-control dan 12 desain Cross-sectional. Hasil
penelitian Determinan stunting di Asia yaitu ASI ekslusif dengan OR 8.91 (CI 95%: 5.66-
14.04), berat badan lahir rendah dengan OR 2.40 (CI 95%: 1.93-2.99), asupan energi dengan
OR 2.23 (95% CI: 3.27), keanekaragaman makanan dengan OR 7.46 (95% CI: 6.33-8.79),
sanitasi dengan OR 2.58 (95% CI: 0.69-3.14). Kesimpulan yang diperoleh yaitu bahwa faktor
resiko yang tertinggi dalam mempengaruhi kejadian stunting adalah ASI Ekslusif dan
Keragaman Makanan.
Kata Kunci : meta-analisis, stunting, Asia
993
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.4 (October, 2020): 993-999 Jurnal Human Care
PENDAHULUAN Kejadian stunting dipengaruhi oleh
Balita Pendek (Stunting) adalah banyak faktor-faktor seperti jenis kelamin
status gizi yang didasarkan pada indeks anak, berat badan saat lahir,usia anak,
PB/U atau TB/U dimana dalam standar pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penyakit
antropometri penilaian status gizi anak, infeksi dan berat badan lahir. Masih
hasil pengukuran tersebut berada pada banyak faktor-faktor lainnya juga seperti
ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai asupan gizi, kehamilan, pengetahuan orang
dengan -3 SD (pendek/ stunted) dan <-3 tua, pemberian imunisasi lengkap serta
SD (sangat pendek / severely stunted). faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis kejadian stunting.
yang disebabkan oleh asupan gizi yang Indonesia sebagai salah satu negara
kurang dalam waktu cukup lama akibat berkembang, membutuhkan sumber daya
pemberian makanan yang tidak sesuai manusia yang berkualitas. Penduduk
dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat perkotaan merupakan salah satu
terjadi mulai janin masih dalam kandungan penggerak dalam kejuan bangsa, karena
dan baru nampak saat anak berusia dua penduduk perkotaan memiliki peran
tahun (Kementerian Kesehatan Republik dalam pembuatan kebijakan, pencetus
Indonesia, 2016). perubahan, serta pengembangan wilayah
Pada tahun 2017 di dunia pedesaan.
diperkirakan 150 juta anak (22,2% dari Namun masalah malnutrition di
seluruh anak) mengalami stunting. wilayah perkotaan Indonesia masih
Prevalensi stunting tertinggi di wilayah tergolong tinggi, khususnya
Asia sebanyak 83,6 juta anak dan Afrika permasalahan stunting pada balita,
sebanyak 58,7 juta anak yang mengalami dimana prevalensi stunting pada balita di
stunting. perkotaan Indonesia mencapai angka
SDGs (Sustainable Development 31,4% (Kementerian Kesehatan RI 2010).
Goals) adalah kesepakatan pembangunan Angka ini telah tergolong permasalahan
baru yang mendorong perubahan- kesehatan masyarakat, karena prevalensi
perubahan yang bergeser ke arah stunting tersebut telah melebihi angka
pembangunan berkelanjutan yang 20% (Kementerian Kesehatan RI 2010).
berdasarkan hak asasi manusia dan Angka ini bahkan lebih tinggi jika
kesetaraan untuk mendorong dibandingkan dengan prevalensi stunting
pembangunan sosial, ekonomi dan pada balita di perkotaan negara
lingkungan hidup. SDGs juga merupakan berkembang secara umum yang hanya
agenda 2030 untuk Pembangunan sebesar 29% (UNICEF 2010).
Berkelanjutan yang terdiri dari 17 tujuan Sedangkan prevalensi stunting di
dan 169 targe dalam rangka melanjutkan pedesaan Indonesia masih lebih rendah
upaya dan pencapaian Millenium dibandingkan dengan prevalensi stunting
Development Goals (MDGs) yang pada balita di pedesaan negara
berakhir pada tahun 2015 lalu. (SDGS berkembang secara umum (Kementerian
Indonesia, 2016). Kesehatan RI 2010; UNICEF 2010). Hal
Dalam kasusnya stunting di Asia ini menunjukkan bahwa sebagai salah
cukup memprihatinkan yang mana hampir satu negara berkembang, permasalahan
seluruh wilayah mengalami banyak stunting di perkotaan Indonesia lebih
peningkatan stunting. Menurut data berat jika dibandingkan dengan
UNICEF 2017 pada tahun 2015 stunting di permasalahan stunting di perkotaan
Asia Tenggara seperti Laos sebesar negara-negara berkembang secara umum,
43,8%, Indonesia sebesar 36,4% dan berbeda dengan permasalahan stunting di
Myanmar sebesar 35,1%. pedesaan yang justru sebaliknya.
Prevalensi stunting di perkotaan
994
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.4 (October, 2020): 993-999 Jurnal Human Care
Indonesia yaitu sebesar 31,4%, angka ini yang relevan untuk mencapai sebuah
lebih tinggi dibandingkan dengan di Asia kesimpulan yang lebih kuat (Rievan Dana
(Tengah dan Pasifik) yaitu 23 %, begitu Nindrea, 2016). Penelitian ini berpedoman
juga jika dibandingkan dengan Timur MOSEE (Meta-Analysis of Observasional
Tengah dan Afrika Utara yaitu sebesar Studies in Epidemiology). (Stroup DF,
25% (UNICEF 2010). Bahkan angka 2000).
tersebut jauh lebih tinggi jika Meta-analisis yang dilakukan
dibandingkan dengan prevalensi stunting dengan baik dapat memberikan informasi
pada penduduk perkotaan di Amerika yang lebih definitif tentang hal-hal yang
Latin dan Caribian yang hanya 10 % dilaporkan dalam penelitian aslinya,
(UNICEF 2010). Hal ini menunjukkan termasuk effect size yang lebih pasti,
bahwa prevalensi stunting di perkotaan interval kepercayaan yang lebih sempit
Indonesia lebih tinggi dibandingkan serta analisis terhadap sub-grup (masing-
dengan prevalensi stunting di perkotaan masing hubungan antara variabel yang
pada negara-negara lain. diteliti). (M. Sopiyudin Dahlan, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Variabel yang dipergunakan disini
Blake, et al., (2016) ditemukan bahwa adalah berat badan lahir rendah (BBLR),
terdapat hubungan yang signifikan asupan energi, keragaman makanan, ASI
diantara BBLR (<2,5kg) dengan eksklusif dan sanitasi.
kejadian stunting pada balita. Peluang Melakukan penelusuran artikel
pertumbuhan stuntingdan kekurangan studi publikasi internasional diperoleh
gizi yang terus menerus pada bayi total 15.022 artikel yang dapat
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) yang diidentifikasi berpotensi relevan dengan
diamati konsisten dengan penelitian penelitian dengan rincian, 4.108 artikel
yang dilakukan di negara-negara dengan PubMed, 1.738 Springer Link 3.215 artikel
keadaan sumber daya terbatas lainnya di Google Scholar, 5.439 artikel Science
Afrika dan Asia. Direct, 522 artikel Wiley. Selanjutnya
Pada penelitian yang dilakukan direview lebih lanjut untuk mendapatkan
oleh Rachmi, et al., (2016) juga artikel relevan berbahasa inggris serta
ditemukan bahwa terdapat hubungan mendapatkan artikel relevan berbahasa
yang signifikan antara BBLR (Berat Badan inggris serta membatasi waktu penelitian
Lahir Rendah) dengan kejadian balita dan publikasi artikel dari tahun 1990 s.d
stunting di Indonesia. Menurut penelitian 2020, didapatkan sebanyak 14.463 artikel
“Prognostic Factor at Birth for Stunting at tidak relevan dengan penelitian.
24 month of Age in Rural Indonesia”, Tersisa sebanyak 559 artikel yang
mengatakan bahwa anak berjenis kelamin berpotensi relevan diidentifikasi dan
laki-laki yang lahir prematur cenderung direview lebih lanjut dengan melakukan
mengalami stunting dibanding anak review abstrak, untuk melihat kesesuaian
perempuan yang lahir tidak prematur. (Eka desain dan outcome penelitian, didapatkan
Endy. P, et al, 2016). sebanyak 385 artikel tidak relevan. Tersisa
sebanyak 174 artikel relevan dan
kemudian dilakukan review. Setelah
METODE PENELITIAN
direview di ekslusi sebanyak 150 artikel
Jenis penelitian ini adalah Literatur
karena 29 artikel dengan judul dan peneliti
Review Systematic yang bersifat kuantitatif
yang sama, artikel tidak full text dan 92
dengan desain studi Meta-analisis. Meta-
artikel tidak terindeks Scopus (Q1, Q2, Q3,
analisis adalah analisis dari beberapa
Q4) dan Sinta (S2). Dengan jumlah subjek
penelitian dengan menggunakan
dari kasus yang diambil sebanyak 70.934.
pendekatan sistematis dan teknik statistik
untuk mengidentifikasi, menilai, dan
menggabungkan hasil penelitian ilmiah
995
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.4 (October, 2020): 993-999 Jurnal Human Care
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Perbandingan fixed-effect model dan random-effect
model Determinan Stunting
No Variabel (n) Heterogenitas Fixed-effect Model Random-effect Model
Penelitian Studi (OR 95% CI) (OR 95% CI)
1 Berat badan lahir 3 0.00001 1.08 [0.98-1.18] 2.40 [0.16-2.04]
rendah
2 ASI ekslusif 4 0.0001 8.57 [7.21, 10.19] 8.91 [5.66, 14.04]
3 Keragaman 2 0.09 7.46 [6.33-8.79] 6.33 [3.69, 10.85]
makanan
4 Asupan Energi 2 0.0001 2.23 [1.51-3.27] 2.32 [1.08-4.96]
5 Sanitasi 2 0.00001 2.60 [2.45-2.76] 2.58 1.71-3.90]
1. Hubungan berat badan lahir rendah kebutuhan tersebut, jika intake energi anak
dengan stunting dalam sehari <70% angka kecukupan
Bayi dengan berat lahir rendah energi tersebut maka anak tersebut
(BBLR) didefinisikan oleh WHO yaitu tergolong sangat rawan pangan atau defisit
berat lahir yang kurang dari 2500 gram. energi tingkat berat. Hasil penelitian dari 2
BBLR dapat disebabkan oleh durasi (dua) studi diikutkan dalam meta-analisis.
kehamilan dan laju pertumbuhan janin. Menemukan bahwa variasi antar
Maka dari itu, bayi dengan berat lahir penelitian adalah homogen dan fixed effect
<2500 gram bisa dikarenakan dia lahir model menghasilkan estimasi efek
secara prematur atau karena terjadi gabungan sebesar OR 2.23 (95% CI: 1.51-
retardasi pertumbuhan (Semba & Bloem, 3.57).
2001). Hasil penelitian dari sebanyak 6 Dapat di interpretasikan bahwa
(enam) studi diikutkan dalam meta- anak yang memiliki asupan energi rendah
analisis. Menemukan bahwa variasi antar lebih resiko 2.23 kali memiliki anak
penelitian adalah heterogen dan random stunting dibanding anak yang memiliki
effect model menghasilkan efek gabungan asupan energi tinggi. Secara statistik dapat
sebesar dengan OR 2.40 (CI 95%: 1.93- dibuktikan bahwa terdapat hubungan yang
2.99) signifikan antara pendidikan ibu dengan
Dapat diinterpretasikan bahwa stunting (p<0.0001).
anak yang memiliki berat badan lahir
rendah atau dibawah <2500 gram memiliki 3. Hubungan keragaman makanan dengan
resiko 2.40 kali lebih besar untuk terkena stunting
stunting dibandingkan dengan bayi dengan Keragaman makanan sangat
berat badan lahir normal ≥2500 gram. mempengaruhi kejadian stunting.
Secara statistik dapat dibuktikan bahwa Karakteristik kabupaten/kota dengan
terdapat hubungan yang signifikan antara prevalensi stunting yang cukup tinggi
berat badan lahir rendah dengan stunting adalah pendapatan per kapita penduduknya
(p=<0.00001) rendah, tingkat pendidikan rendah, dan
perilaku higiene yang tidak baik. Senada
2. Hubungan asupan energi dengan dengan hal ini, terdapat hubungan yang
stunting signifikan antara keragaman makanan
Kebutuhan energi bagi anak usia 1- tingkat rumah tangga berdasarkan
3 tahun adalah 1000 kalori, sedangkan konsumsi energi. dengan status gizi balita
anak usia 4-6 tahun 1550 kalori (LIPI maupun batita, yakni semakin tinggi skor
2004). Dengan demikian semakin rata-rata nilai ketahanan pangan, semakin
bertambahnya usia anak maka kebutuhan baik status gizinya.Hasil penelitian
energi akan semakin meningkat. Dari total sebanyak 2 (dua) studi diikutkan dalam
996
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.4 (October, 2020): 993-999 Jurnal Human Care
meta-analisis, yaitu penelitian Harriet T, et statistik dapat dibuktikan bahwa terdapat
al. 2016 di Indonesia dan Anna Roesler, et hubungan yang signifikan antara
al., 2018 di Thailand. Menemukan bahwa pendidikan ibu dengan stunting
variasi antar penelitian adalah homogen (p<0.00001).
dan fixed effect model menghasil estimasi
efek gabungan sebesar OR 7.46 (95% CI: 5. Hubungan sanitasi dengan stunting
6.33-8.79). Sanitasi yang buruk turut
Dapat diinterpretasikan bahwa menyebabkan tingginya angka stunting
anak yang tidak mengkonsumsi makanan terhadap anak di Indonesia. Padahal, air
lebih dari empat jenis bahan, resikonya dan sanitasi bersih menjadi tujuan dari
7.46 kali lebih besar mengalami stunting Sustainable Development Goals (SDGs)
dibanding anak yang mengkonsumsi yang harus terpenuhi di tahun
makanan lebih dari 4 jenis bahan 2030.Data Riset Kesehatan Dasar
makanan. Secara statistik dapat dibuktikan (Riskesdas) tahun 2013 mencatat,
bahwa terdapat hubungan yang signifikan sebanyak 8,9 juta anak balita mengalami
antara usia anak dengan stunting stunting. Stunting adalah kondisi anak
(p=<0.00001). memiliki tinggi badan lebih rendah dari
standar usianya akibat asupan gizi yang
4. Hubungan ASI eksklusif dengan kurang dalam waktu cukup lama sebagai
stunting dampak dari pemberian makanan yang
ASI merupakan bentuk makanan tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
yang ideal untuk memenuhi gizi anak, Dalam SDGs di tahun 2030
karena ASI sanggup memenuhi kebutuhan disebutkan, setiap negara harus
gizi bayi untuk hidup usia 6 bulan pertama memastikan ketersediaan sumber daya air
kehidupan. Meskipun setelah itu, makanan dan sanitasi yang bersih bagi warga
tambahan yang dibutuhkan sudah mulai negaranya.Hasil penelitian dari 2 (dua)
dikenalkan kepada bayi, ASI merupakan studi diikutkan dalam meta-analisis.
sumber makanan yang penting bagi Menemukan bahwa variasi antar penelitian
kesehatan bayi. Sebagian besar bayi di adalah heterogen dan random effect model
negara yang berpenghasilan rendah, menghasilkan estimasi efek gabungan
membutuhkan ASI untuk pertumbuhan sebesar OR 2.58 (95% CI: 1.71-3.90).
dan tak dipungkiri agar bayi dapat Dapat di interpretasikan bahwa
bertahan hidup, karena merupakan sumber anak yang mendapati sanitasinya buruk
protein yang berkualitas baik dan mudah maka lebih resiko 2.58 kali menjadi anak
didapat. dapat memenuhi tiga perempat stunting dibanding anak yang memiliki
dari kebutuhan protein bayi 6– 12 bulan, sanitasi yang baik. Secara statistik dapat
selain itu ASI juga mengandung semua dibuktikan bahwa terdapat hubungan yang
asam amino essensial yang dibutuhkan signifikan antara pendidikan ibu dengan
bayi (Berg, A. & Muscat, R. J., 1985). stunting (p<0.00001).
Hasil penelitian dari 4 (empat)
studi diikutkan dalam meta-analisis,
Menemukan bahwa variasi antar penelitian KESIMPULAN
adalah homogen dan fixed effect model Diperoleh 21 studi penelitian
menghasilkan estimasi efek gabungan observasional yang terdiri dari 3 studi
sebesar OR 8.91 (95% CI: 5.66-14.04). desain Cohort, 6 studi desain penelitian
Dapat di interpretasikan bahwa Case-control dan 12 studi desain
anak yang tidak dapat ASI ekslusif maka penelitian Cross-sectional dari
lebih resiko 8.91 kali memiliki anak penelusuran sistematis.
stunting dibanding anak yang Semua artikel yang sudah dipilih
mendapatkan ASI eksklusif. Secara harus sesuai dengan kualitas artikel atau
997
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.4 (October, 2020): 993-999 Jurnal Human Care
terindeks Scopus (Q1-Q4) dan Sinta (S2), faktor resiko yang sangat tinggi, hal ini
jika tidak terindeks maka secara otomatis juga terjadi dalam permasalahan stunting
dikeluarkan. Dan dari seleksi kualitas yang ada di Indonesia maupun di Sumatera
artikel, sebanyak 21 jurnal publikasi Barat sedangkan dalam kategori sensitif
internasional terindeks Scopus dengan yaitu keanekaragaman makanan dan
Quartil (Q1, Q2, Q3, Q4) dengan sanitasi, dalam hal ini keanekaragaman
penelitian Q1 sebanyak 14 penelitian, Q2 makanan memiliki faktor resiko yang
sebanyak 2 penelitian, Q3 sebanyak 2 sangat tinggi dan masalah ini juga terjadi
penelitian dan Sinta (S2) sebanyak 3 dalam permasalahan stunting di Indonesia
penelitian. maupun di Sumatera Barat.
Estimasi ukuran efek resiko
stunting di Asia dari meta-analisis adalah UCAPAN TERIMA KASIH
faktor berat badan lahir rendah dengan OR
2.40 (CI 95%: 1.93-2.99), asupan protein Terima kasih kepada Rektor dan Direktur
dengan OR 2.23 (CI 95%: 1.51-3.27), Pasca Sarjana di Universitas Fort De Kock
keanekaragaman makanan dengan OR serta semua pihak yang telah membantu
7.46 (95% CI:6.33-8.79), ASI ekslusif pelaksanaan penelitian ini. Terima kasih
dengan OR 8.91 (CI 95%: 5.66-14.04), kepada Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi
dan sanitasi dengan OR 2.58 (95% CI: dan Puskesmas yang telah memberikan
1.71-3.90). izin untuk melaksanakan penelitian.
Dari hasil meta-analisis yang
dilakukan bahwa seluruh variabel yang DAFTAR PUSTAKA
diujikan memberi pengaruh yang
signifikan untuk terjadinya stunting di Anqi Wang, Robert W. Scherpbier ,
Asia. Semua variabel memotong angka 1 Xiaona Huang , Sufang Guo,
(satu) dan itu menunjukkan bahwa Yuning Yang, Jonathan Josephs-
keseluruhan variabel memiliki pengaruh Spauldin , Chuyang Ma, Hong
serta faktor resiko dalam kejadian stunting Zhou, Yan Wang (2017).The
di Asia. dietary diversity and stunting
Menyimpulkan bahwa faktor resiko prevalence in minority children
tertinggi penyebab stunting di Asia dari under 3 years old: a cross-
semua variabel adalah ASI eksklusif sectional study in forty-two
dengan OR 8.91 (CI 95%: 5.66-14.04), counties of Western China. British
dan keanekaragaman makanan dengan OR Journal of Nutrition
7.46 (95% CI:6.33-8.79) yang mana faktor Anna Roesler , Prasit
resiko ini sangat berdampak untuk Wangpakapattanawong. Lisa G
kejadian stunting, tidak semua ibu Smithers (2018). Stunting, dietary
memberikan ASI eksklusif pada anak usia diversity and household food
<6 bulan dan keanekaragaman makanan insecurity among children under 5
yang berbeda dari beberapa wilayah years in ethnic communities of
membuat kondisi dari kejadian stunting ini northern Thailand. Journal of
berbeda karena anak yang mengalami Public Health
stunting memiliki DDS <4. Baitun Nahar, Muttaquina Hossain,
Kejadian stunting pada anak usia Mustafa Mahfuz, M. Munirul
dibawah 5 tahun ini dibagi menjadi dua Islam, Md Iqbal Hossain, Laura E.
kategori yaitu kategori spesifik dan Murray-Kolb, Jessica C. Seidman,
kategori sensitif yang mana dalam kategori Tahmeed Ahmed (2019). Early
spesifik yaitu asupan energi, ASI ekslusif Childhood Development and
dan berat badan lahir rendah, didalam Stunting: Finding From the MAL-
kategori ini variabel ASI ekslusif memiliki ED birth cohort study in
998
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.4 (October, 2020): 993-999 Jurnal Human Care
Bangladesh. Maternal and Child from 2012-2013 Pakistan
Nutrition. demographic and health survey.
Bin Nisar, Yasir., J. Michael., M. Aguayo BMC Public Health
Victor (2016). Iron-Folic Acid M. Sopiyudin Dahlan (2012). Pengantar
Supplementation During Meta-Analisis. Epidemiologi
Pregnancy Reduces the Risk of Indonesia.
Stunting in Children Less Than 2 Monal Shroff, Paula Griffiths, Linda
Years of Age: A Retrospective Adair, Chirayath Suchindran,
Cohort Study from Nepal. Margaret Bentley (2009). Maternal
Nutrients. autonomy is inversely related to
Blake RA, Park S, Baltazar P, Ayaso childstunting in Andhra Pradesh,
EB, Monterde DBS, Acosta LP, India.Maternal and Child Nutrition
et al (2016). LBW and SGA Nahida H. Gordon, Samia Halileh (2012).
impact longitudinal growth and An Analysis of Cross Sectional
nutritional status of Filipino Survey Data of Stunting Among
infants. PLoS One. Palestinian Children Less Than
Christiana R. Titaley , Iwan Ariawan, Dwi Five Years of Age. Maternal Child
Hapsari, Anifatun Muasyaroh and Health Journal
Michael J. Dibley (2019). Paudel R, Pradhan B, Wagle RR, Pahari
Determinants of the Stunting of DP, Onta SR (2012). Risk Factors
Children Under Two Years Old in for Stunting Among Children: A
Indonesia: A Multilevel Analysis of Community Based Case Control
the 2013 Indonesia Basic Health Study in Nepal. Kathmandu
Survey. Nutrients University Medical Journal.
David A. Larsen, Thomas Grisham, Erik Sinead Boylan, Seema Mihrshah, Jimmy
Slawsky, Lutchmie Narine (2017). Chun Yu Louie, Anna Rangan, Hj
An individual-level meta-analysis Norsal Salleh, Hj Ilham Md Ali,
assessing the impact of community- Hjh Roseyati Dato Paduka,
level sanitation access on child Timothy Gill (2017). Prevalence
stunting, anemia, and diarrhea: and Risk of Moderate Stunting
Evidence from DHS and MICS Among a Sample of Children Aged
surveys. Plos One 0–24 Months in Brunei. Maternal
Khan, Sadaf., Zaheer, Sidra., Safdar Child Health Journal.
Fatimi, Nilofer (2019). WHO (2019). World Health Statistics
Determinants of stunting, 2019: Monitoring health for the
underweight and wasting among SDGs
children < 5 years of age: evidence
999