5207-Article Text-40325-1-10-20211206
5207-Article Text-40325-1-10-20211206
Low Birth Weight and Maternal Anemia as Predictors of Stunting in 12–24 Month-
Old Children in the Genuk Public Health Center Area of Semarang City
Submitted : July 31st, 2021, revised: October 13th, 2021, approved: October 19th, 2021
ABSTRACT
Background. Stunting is a chronic malnutrition problem due to a lack of nutritional intake, which
occurs most frequently in the first 1000 days of life. Stunted children are more prone to illness,
degenerative disorders, ability, and job capacity. Low mother nutritional status before, during, and
after pregnancy, which affects birth weight and length, is one of the causes of stunting. Objective.
Examine the association between exclusive breastfeeding, maternal nutrition (height, chronic
energy deficiency, and anemia), birth weight and length, and the occurrence of stunting in children
aged 12–24 months. Method. It was a cross-sectional study conducted in Genuk Public Health
Center Semarang. Purposive sampling was used to identify 63 children aged 12–24 month-old
for the research. In August 2020, stunting incidence was obtained by measuring body length
during integrated healthcare center (posyandu) activities. At the same time, child data (age, sex,
birth weight and length) and maternal data (characteristics, exclusive breastfeeding, chronic
energy deficiency, and anemia status) were obtained from the Genuk Public Health Center birth
record book. The chi square and multiple logistics regression tests were used to analyze the
data. Results. The majority of the children were stunted (52.4%). Low birth weight (LBW) was
present in 20.6 percent of the children, while the short birth length was present in 23.8 percent.
During pregnancy, approximately 57.1 percent of mother did not provide exclusive breastfeeding,
6.3 percent had height risk, 22.2 percent had chronic energy deficiency, and 33.3 percent had
anemia. Stunting is more prevalent in girls. The incidence of stunting was substantially associated
with the history of LBW (p=0.047), birth length (p=0.000), and maternal anemia status (p=0.032).
The most at risk for stunting were those with a history of LBW (p=0.004) and maternal anemia
status during pregnancy (p=0.001). Conclusion. Children with a history of LBW are 18.6 times
more likely to be stunted, whereas children who have had anemia during pregnancy are 17 times
more likely to be stunted.
Keywords: anemia, birth length, children aged 12–24 months, LBW, stunting
ABSTRAK
Latar Belakang. Stunting adalah salah satu masalah kekurangan gizi kronis yang terjadi karena
kekurangan asupan gizi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Anak yang mengalami
stunting lebih rentan menderita sakit dan berisiko menderita penyakit degeneratif serta penurunan
kemampuan dan kapasitas kerja. Salah satu penyebab terjadinya stunting adalah rendahnya
status gizi ibu sebelum, selama, dan setelah kehamilan yang berdampak pada berat dan panjang
37
MGMI Vol. 13, No. 1, Desember 2021: 37-50
badan lahir. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan riwayat pemberian
ASI eksklusif, status gizi ibu (tinggi badan, kurang energi kronis (KEK), dan anemia) serta
berat dan panjang badan lahir dengan kejadian stunting pada anak usia 12–24 bulan. Metode.
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional yang dilakukan di wilayah Puskesmas Genuk
Kota Semarang. Sampel berjumlah 63 anak usia 12–24 bulan yang dipilih secara purposive
sampling. Data stunting diperoleh dengan melakukan pengukuran panjang badan anak saat
kegiatan posyandu bulan Agustus 2020. Data anak (usia, jenis kelamin, berat dan panjang
badan lahir) dan data ibu (karakteristik ibu, riwayat pemberian ASI eksklusif, status KEK, dan
anemia) diperoleh melalui buku catatan kelahiran di Puskesmas Genuk Kota Semarang. Data
dianalisis dengan uji chi square dan uji regresi logistik berganda. Hasil. Sebagian besar anak
mengalami stunting (52,4%). Sebanyak 20,6 persen anak memiliki riwayat berat badan lahir
rendah (BBLR) dan 23,8 persen memiliki riwayat panjang badan lahir pendek. Sebagian besar
ibu (57,1%) tidak memberikan ASI eksklusif. Sebanyak 6,3 persen ibu memiliki tinggi badan
berisiko, 22,2 persen ibu kategori KEK, dan 33,3 persen mengalami anemia saat hamil. Dominasi
kejadian stunting terjadi pada anak perempuan. Riwayat BBLR (p=0,047), panjang badan lahir
(p=0,000), dan status anemia ibu (p=0,032) berhubungan signifikan dengan kejadian stunting.
Riwayat BBLR (p=0,004) dan status anemia ibu saat hamil (p=0,001) paling berisiko menjadi
stunting. Kesimpulan. Anak dengan riwayat BBLR berisiko 18,6 kali lebih besar menjadi stunting
dan anak dengan riwayat ibu anemia saat hamil berisiko 17 kali lebih besar menjadi stunting.
Kata kunci: anemia, panjang badan lahir, anak usia 12–24 bulan, BBLR, stunting
38
Berat Badan Lahir Rendah ... (Meikawati W, Rahayu DPK, Purwanti IA)
Sulawesi Tenggara dan Pakistan menunjukkan dalam keadaan berat badan lahir rendah (BBLR)
ada hubungan status anemia pada ibu saat yaitu sebanyak 2,4 persen (2017) menjadi 11
hamil dengan kejadian stunting pada balita.17 persen (2018). Pada tahun 2018 di wilayah kerja
Ibu hamil sangat rentan mengalami anemia Puskesmas Genuk ditemukan angka kejadian
defisiensi besi karena pada masa kehamilan anemia pada ibu hamil sebesar 30 persen lebih
kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga tinggi dari batasan WHO (≥5%).27 Kondisi inilah
memicu peningkatan produksi eritropoietin. yang kemungkinan menjadi penyebab tingginya
Sebagai akibatnya, volume plasma bertambah angka kejadian stunting di Jawa Tengah terutama
dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. di Kota Semarang. Salah satu program prioritas
Peningkatan volume plasma yang terjadi dalam pemerintah adalah mengatasi stunting dan salah
proporsi yang lebih besar jika dibandingkan satu upayanya yaitu dengan penurunan angka
dengan peningkatan eritrosit menyebabkan kejadian anemia pada ibu hamil.4 Penelitian
penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat ini bertujuan untuk menganalisis hubungan
hemodilusi.19 Kondisi anemia pada ibu saat riwayat pemberian ASI eksklusif, status gizi
hamil akan memengaruhi metabolisme janin ibu (tinggi badan, KEK, dan anemia ibu saat
menjadi tidak optimal karena terjadi kekurangan hamil), serta berat badan dan panjang badan
kadar hemoglobin untuk mengikat oksigen20 lahir dengan kejadian stunting pada anak usia
sehingga kecukupan asupan gizi selama di 12–24 bulan di wilayah Puskesmas Genuk Kota
dalam kandungan rendah dan berdampak pada Semarang.
pertumbuhan janin, yang berakibat rendahnya
berat dan panjang badan lahir.19 Kondisi bayi METODE
lahir dengan berat badan dan panjang badan Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
rendah berisiko terhadap terjadinya stunting. 21
Puskesmas Genuk Kota Semarang pada
Air susu ibu (ASI) yang tidak diberikan secara bulan Agustus–September tahun 2020. Jenis
eksklusif 22
dan faktor lain pada ibu juga penelitian adalah observasional analitik dengan
memengaruhi terjadinya stunting, seperti tinggi pendekatan cross-sectional yaitu melakukan
badan ibu (pendek), 4,23,24
jarak kehamilan yang kajian tentang hubungan riwayat pemberian ASI
terlalu dekat, serta usia ibu yang terlalu muda. 4
eksklusif, status gizi ibu (tinggi badan, KEK, dan
Angka kejadian stunting pada balita di anemia ibu saat hamil), serta berat dan panjang
Jawa Tengah pada tahun 2018 sebesar 51,2 badan lahir dengan kejadian stunting pada anak
persen25 dan angka tertinggi terdapat pada usia 12–24 bulan.
kelompok usia 12–23 bulan sebesar 37,7 Populasi penelitian ini adalah seluruh
persen.8 Berdasarkan data hasil pemantauan anak usia 12–24 bulan yang tercatat dalam
status gizi (PSG) balita di Kota Semarang catatan kelahiran di Puskesmas Genuk Kota
pada tahun 2015–2017 menunjukkan adanya Semarang dengan jumlah 74 anak. Sampel
peningkatan prevalensi stunting pada balita penelitian sebanyak 63 anak yang dipilih secara
(14,4%, 16,5%, dan 21%). Puskesmas Genuk
26
purposive sampling, yaitu seluruh anak yang
adalah salah satu puskesmas di Kota Semarang memenuhi kriteria inklusi: 1) tinggal di wilayah
yang memiliki angka bayi lahir dengan panjang kerja Puskesmas Genuk Kota Semarang, 2)
badan pendek relatif meningkat yaitu 15 persen melakukan pengukuran panjang badan pada
(2017) menjadi 32 persen (2018). Kenaikan ini kegiatan posyandu bulan Agustus 2020, dan
juga diikuti kenaikan angka bayi yang dilahirkan kriteria eksklusi yaitu: 1) anak mempunyai
39
MGMI Vol. 13, No. 1, Desember 2021: 37-50
catatan riwayat penyakit infeksi berulang, 2) dan lingkar lengan atas ibu diukur saat pertama
data anak dan ibu di catatan kelahiran tidak kali kunjungan kehamilan. Alat yang digunakan
lengkap. Sebelum dilakukan pengambilan data untuk mengukur tinggi badan ibu adalah
primer, peneliti mengajukan formulir kesediaan microtoise stature meter yang berkapasitas 200
partisipasi dalam penelitian (informed consent) cm dengan tingkat ketelitian 0,1 cm.30 Tinggi
kepada ibu. badan ibu dikategorikan menjadi berisiko jika
Data kejadian stunting diperoleh secara <150 cm dan normal jika ≥150 cm.31 Pengukuran
primer dengan melakukan pengukuran lingkar lengan atas dilakukan pada lengan kiri
panjang badan anak pada saat pelaksanaan dengan posisi tergantung bebas menggunakan
posyandu bulan Agustus 2020. Panjang badan pita lila dengan kategori KEK jika <23,5 cm dan
anak diukur oleh kader posyandu dengan normal jika ≥23,5 cm.30 Kadar hemoglobin diukur
posisi berbaring28 menggunakan infantometer oleh tenaga kesehatan Puskesmas Genuk
berkapasitas 105 cm dengan ketelitian 0,1 cm. saat kunjungan antenatal care (ANC) pada
Data hasil pengukuran panjang badan disajikan kehamilan trimester ke-3 dengan menggunakan
dengan indeks PB/U menurut Z Score dan alat hemoglobin Hb meter merek quick check,
dikategorikan menjadi normal (-2SD s.d +3SD), kemudian dikategorikan menjadi anemia (<11
pendek (>-3SD s.d <-2SD), dan sangat pendek
mg/dL) dan tidak anemia (≥11 mg/dL).30,32,6,33
(<-3SD). 29
Data yang diperoleh diolah menggunakan
Pengambilan data sekunder dilakukan
aplikasi pengolah data statistical packages for
dengan mengutip buku catatan kelahiran di
social science (SPSS) dan disajikan secara
Puskesmas Genuk Kota Semarang berupa
univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis
data anak (meliputi usia, jenis kelamin, berat
bivariat menggunakan uji chi square dan
badan lahir, dan panjang badan lahir) dan data
analisis multivariat untuk menganalisis variabel
ibu (meliputi usia, paritas, tingkat pendidikan,
yang paling berpengaruh terhadap kejadian
status bekerja, riwayat pemberian ASI eksklusif,
stunting menggunakan uji regresi logistik
tinggi badan, lingkar lengan atas, dan kadar
berganda. Tingkat signifikansi hubungan
hemoglobin). Berat badan lahir diukur dengan
antarfaktor dilihat dari nilai p value<0,05
menggunakan baby scale merek GEA RZA 20A
dengan derajat kepercayaan 95%. Penelitian
berkapasitas 20 kg dengan tingkat ketelitian 0,1
kg. Berat badan dikategorikan menjadi BBLR jika ini telah mendapatkan izin penelitian dari Komisi
<2500 g dan normal jika ≥2500 g,29 sedangkan Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas
panjang badan bayi lahir diukur dengan Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas
menggunakan infantometer berkapasitas 100 cm Muhammadiyah Semarang dengan nomor etik:
dengan tingkat ketelitian 0,1 cm, dikategorikan 446/ KEPK-FKM/UNIMUS/2020.
pendek jika <46,1 cm untuk bayi laki-laki dan
<45,4 cm untuk perempuan.29 HASIL
Riwayat ASI eksklusif diukur berdasarkan Angka kejadian stunting pada 63 anak usia
usia pertama bayi mendapatkan makanan lain 12–24 bulan berdasarkan indeks PB/U menurut
selain ASI, jika pemberian dilakukan pada usia Z Score ditemukan sebesar 52,4 persen, terdiri
bayi <6 bulan disebut tidak ASI eksklusif dan dari pendek (33,3%) dan sangat pendek (19,1%)
jika ≥6 bulan disebut ASI eksklusif. Tinggi badan (Tabel 1).
40
Berat Badan Lahir Rendah ... (Meikawati W, Rahayu DPK, Purwanti IA)
Status Gizi n %
Normal 30 47,6
Pendek 21 33,3
Sangat pendek 12 19,1
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak memiliki riwayat berat badan dan
besar anak berusia ≥18 bulan (68,2%) dan panjang badan lahir normal (79,3% dan 76,2%),
berjenis kelamin perempuan (55,6%). Berat lahir namun pada anak dengan riwayat BBLR
anak berkisar antara 2055–4000 g dengan rerata ditemukan sebagian besar tumbuh menjadi
2869,4±454,18 g, sedangkan panjang badan stunting (76,9%). Demikian juga yang memiliki
lahir berkisar antara 44–51 cm dengan rerata riwayat panjang badan lahir pendek, sebagian
47,4±1,66 cm. Tabel 2 menunjukkan sebagian besar termasuk kelompok stunting (93,3%).
Sebagian besar (79,4%) ibu dalam penelitian (52,4%). Pada ibu dengan pendidikan tinggi,
ini berusia reproduksi sehat (20–35 tahun), usia sebagian memiliki anak dengan kategori stunting
ibu termuda 17 tahun dan tertua 41 tahun dengan dan sebagian lagi normal. Sebagian besar ibu
rerata 28,9±5,78 tahun. Pada kelompok ibu yang (57,1%) tidak bekerja dan tidak memberikan ASI
berusia risiko tinggi ditemukan sebagian besar eksklusif pada anak. Proporsi ibu yang memiliki
(61,5%) memiliki anak stunting. Sebagian ibu anak stunting relatif sama banyak, baik yang
termasuk kelompok nulipara (ibu yang belum mempunyai riwayat memberikan ASI eksklusif
pernah melahirkan anak) yaitu sebanyak 33 ibu maupun tidak (Tabel 3).
41
MGMI Vol. 13, No. 1, Desember 2021: 37-50
Tinggi badan ibu dalam penelitian ini kategori KEK dan sebagian besar (57,1%)
berkisar antara 142–164 cm dengan rerata memiliki anak stunting. Kondisi anemia
153,9±5,00 cm. Sebanyak 6,3 persen ibu ditetapkan jika kadar hemoglobin ibu hamil
memiliki riwayat tinggi badan berisiko (<150 <11 mg/dL dan dari penelitian ini diperoleh
cm), tetapi 75 persen di antaranya mempunyai kadar hemoglobin terendah adalah 9 mg/dL,
anak dengan tinggi badan normal. Rerata tertinggi 16 mg/dL dengan rerata 11,7±1,34
lingkar lengan atas sebagai parameter status mg/dL. Dari 33,3 persen ibu yang mengalami
KEK sebesar 25,9±4,17 cm, dengan kisaran anemia, mayoritas (71,4%) memiliki anak
19–42 cm. Sebanyak 22,2 persen ibu termasuk stunting (Tabel 3).
42
Berat Badan Lahir Rendah ... (Meikawati W, Rahayu DPK, Purwanti IA)
95% CI
Variabel p OR
(min–maks)
Jenis kelamin 0,176 1,429 0,852–2,396
Riwayat berat badan lahir 0,047 1,672 1,096–2,552
Riwayat panjang badan lahir 0,000 9,063 1,346–61,035
Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif badan, dan status KEK ibu dengan kejadian
dan Status Gizi Ibu dengan Kejadian Stunting stunting (p=0,344; p=0,257; dan p=0,686),
Tabel 5 menunjukkan bahwa berdasarkan tetapi ada hubungan status anemia ibu
uji chi square tidak ada hubungan signifikan saat hamil dengan kejadian stunting
riwayat pemberian ASI eksklusif, tinggi (p=0,032)
Tabel 5. Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dan Status Gizi Ibu
dengan Kejadian Stunting
95% CI
Variabel p OR
(min–maks)
Riwayat pemberian ASI eksklusif 0,344 0,772 0,445–1,338
Tinggi badan 0,257 0,610 0,325–1,146
Status KEK 0,686 0,875 0,448–1,708
Status anemia 0,032 1,667 1,072–2,592
Analisis multivariat dengan menggunakan dengan anak yang lahir dengan berat badan
uji regresi logistik berganda yang disajikan pada normal (95% CI: 2,511–138,447). Hasil uji juga
Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor yang paling menunjukkan bahwa anak yang lahir dari ibu
berisiko terhadap kejadian stunting adalah dengan riwayat anemia pada saat hamil berisiko
riwayat berat badan lahir dan status anemia ibu. menjadi stunting sebesar 17 kali lebih besar
Anak yang lahir dengan riwayat BBLR berisiko dibanding anak yang lahir dari ibu yang tidak
menjadi stunting sebesar 18,6 kali dibandingkan anemia (95% CI: 2,969–98,107)
43
MGMI Vol. 13, No. 1, Desember 2021: 37-50
95% CI
Variabel B Wald p OR
(min–maks)
Status anemia 2,837 10,109 0,001 17,067 2,969–98,107
Panjang badan lahir -4,371 11,829 0,001 0,013 0,001–0,153
Berat badan lahir 2,926 8,179 0,004 18,644 2,511–138,447
Jenis kelamin -0,568 0,635 0,426 0,567 0,140–2,291
Konstanta 2,288
44
Berat Badan Lahir Rendah ... (Meikawati W, Rahayu DPK, Purwanti IA)
faktor yang memengaruhi terjadinya stunting.4 lahir dengan berat badan normal. Hasil ini
Diperoleh hasil bahwa ibu yang mengalami sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
KEK sebesar 22,2 persen. Hasil ini sedikit lebih menyatakan riwayat BBLR berhubungan
tinggi dibandingkan dengan proporsi ibu hamil dengan kejadian stunting pada anak usia
KEK di Jawa Tengah (20%). Kondisi bayi dalam
8
12–23 bulan di Indonesia.42 BBLR merupakan
kandungan sangat dipengaruhi keadaan gizi gambaran masalah kesehatan masyarakat
ibu sebelum dan selama kehamilan. Ibu hamil termasuk kesehatan ibu, yang menunjukkan
dengan KEK berisiko melahirkan bayi BBLR. 38
terjadinya kondisi kurang gizi kronis, rendahnya
Asupan gizi wanita usia subur (WUS) yang status kesehatan, dan perawatan kehamilan
berisiko KEK harus ditingkatkan sehingga dapat yang kurang baik.43 Kurang gizi kronis pada
memiliki berat badan yang ideal saat hamil. ibu hamil dapat disebabkan oleh rendahnya
Bagi ibu hamil KEK dapat mengikuti program asupan energi dan protein sebelum dan selama
perbaikan gizi yang ditetapkan pemerintah yaitu kehamilan44 yang berisiko mengganggu tumbuh
dengan pemberian makanan tambahan berupa kembang janin pada awal kehidupan sehingga
biskuit yang mengandung protein, asam linoleat, mengakibatkan terjadinya BBLR dan dapat
karbohidrat, dan diperkaya dengan 11 vitamin menyebabkan terjadinya stunting.35, 36
dan 7 mineral sesuai dengan Peraturan Menteri Riwayat panjang badan lahir juga
Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016 tentang berhubungan signifikan dengan kejadian
standar produk suplementasi gizi.4 stunting (p=0,000). Anak dengan panjang badan
Sebanyak 33,3 persen ibu mengalami lahir pendek meningkatkan risiko mengalami
anemia saat kehamilan berdasarkan pengukuran stunting sembilan kali lebih besar dibandingkan
kadar hemoglobin yang dilakukan pada saat dengan anak yang lahir dengan panjang badan
trimester ke-3. Trimester ke-3 adalah waktu lahir normal. Penelitian ini sejalan dengan
terbesar kebutuhan asupan zat besi oleh penelitian sebelumnya di Kabupaten Gowa,
tubuh selama kehamilan, karena sebagian Sulawesi Selatan34 dan sejalan pula dengan
besar transfer zat besi ke janin terjadi setelah studi literatur tentang determinan stunting di
minggu ke-30 kehamilan.39 Asupan makanan Indonesia yang menunjukkan bahwa panjang
pada ibu hamil mengalami peningkatan pada badan lahir pendek merupakan salah satu faktor
tiap trimester sehingga harus diperhatikan determinan terjadinya stunting.45 Panjang badan
karena selain untuk memenuhi kebutuhan ibu lahir merupakan indikator kelahiran utama
juga untuk janin yang dikandung.40 Kekurangan yang berasal dari lingkungan prenatal dan
vitamin dan mineral yang disebut sebagai zat juga merupakan prediktor pertumbuhan dan
gizi mikro dapat menyebabkan tubuh mengalami kelangsungan hidup bayi. Panjang badan lahir
gangguan produksi enzim, hormon, dan zat pendek memiliki efek jangka panjang yang dapat
lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mengancam gangguan fisik, kognitif, kesehatan,
perkembangan. 41
dan ekonomi.46
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada Selain itu ditemukan pula adanya hubungan
hubungan signifikan riwayat BBLR dengan signifikan antara status anemia ibu saat hamil
kejadian stunting (p=0,047). Anak dengan dengan kejadian stunting (p=0,032). Anak
riwayat BBLR memiliki risiko menjadi stunting yang lahir dari ibu anemia berpeluang menjadi
1,7 kali lebih besar dibandingkan anak yang stunting 1,6 kali dibandingkan dengan anak
45
MGMI Vol. 13, No. 1, Desember 2021: 37-50
yang lahir dari ibu yang tidak anemia. Hasil ini masalah kesehatan tetapi juga oleh kondisi
sejalan dengan penelitian di Kabupaten Konawe lain yang secara tidak langsung memengaruhi
Selatan,18
Kota Jakarta Utara, dan Kabupaten
47
kesehatan. 52 Stunting merupakan masalah
Kampar48 yang menunjukkan adanya hubungan kesehatan masyarakat yang memiliki prevalensi
anemia pada ibu hamil dengan kejadian stunting tinggi sehingga membutuhkan penanganan
pada balita. Anemia pada ibu hamil memengaruhi serius. Bayi yang dilahirkan oleh ibu anemia
pertumbuhan dan perkembangan janin, berpotensi mengalami stunting. Oleh karena itu,
akibatnya janin yang dilahirkan berada dalam perlu upaya perbaikan gizi ibu melalui pendidikan
kondisi malnutrisi yang jika tidak segera diatasi gizi dan peningkatan asupan gizi.46
akan menetap dan menyebabkan malnutrisi
kronis penyebab stunting. Kebutuhan oksigen KESIMPULAN
pada masa kehamilan lebih tinggi sehingga
Proporsi kejadian stunting lebih banyak
memicu peningkatan produksi eritropoietin yang
terjadi pada anak perempuan dibandingkan
mengakibatkan volume plasma bertambah dan
dengan anak laki-laki. Riwayat BBLR dan anemia
sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan
ibu saat hamil akan meningkatkan risiko anak
volume plasma terjadi dalam proporsi yang
menjadi stunting. Dalam penelitian ini riwayat
lebih besar dibandingkan dengan peningkatan
BBLR berisiko 18,6 kali lebih besar menjadi
eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
stunting dan riwayat anemia ibu saat hamil
hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.19 Anemia
berisiko 17 kali lebih besar menjadi stunting.
pada ibu hamil dapat mengurangi suplai oksigen
pada metabolisme ibu sehingga memengaruhi
SARAN
metabolisme bayi menjadi tidak optimal karena
terjadi kekurangan kadar hemoglobin untuk Pencegahan terjadinya stunting balita dan
mengikat oksigen. Kondisi ini berpotensi BBLR dapat dilakukan dengan pencegahan
menyebabkan bayi lahir BBLR sehingga berisiko terjadinya anemia pada ibu hamil sejak sebelum
terjadi underweight, wasting, dan stunting.20 konsepsi. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
Hal ini sesuai dengan penelitian di India50 dan untuk mencari faktor yang paling berisiko
Brazil51 yang menyatakan kondisi anemia pada terhadap terjadinya anemia pada kehamilan.
ibu meningkatkan risiko BBLR.
Berdasarkan analisis multivariat, riwayat UCAPAN TERIMA KASIH
BBLR dan status anemia ibu adalah faktor Penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang paling berisiko terhadap kejadian stunting. Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang
Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya dan jajarannya, seluruh responden yang telah
di Teluknaga, Provinsi Banten bahwa BBLR berpartisipasi, dan Kepala Puskesmas Genuk
merupakan faktor risiko yang paling dominan. 52 beserta staf yang telah memberikan izin dan
Anemia ibu menyebabkan gangguan dukungan terhadap pelaksanaan penelitian ini.
pertumbuhan janin yang meningkatkan risiko
stunting saat lahir dan setelahnya. Stunting DAFTAR PUSTAKA
terjadi secara multifaktor sejak usia konsepsi 1. Sutarto, Mayasari D, Indriyani R. Stunting,
hingga usia dua tahun. 53
Seperti masalah gizi Faktor Resiko dan Pencegahannya. J
yang lain, stunting tidak hanya terkait dengan Agromedicine. 2018;5(1):540–5.
46
Berat Badan Lahir Rendah ... (Meikawati W, Rahayu DPK, Purwanti IA)
47
MGMI Vol. 13, No. 1, Desember 2021: 37-50
Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal 27. McLean E, Cogswell M, Egli I, Wojdyla
of Midwifery). 2020;6(2):95–104. D, De Benoist B. Worldwide Prevalence
19. Leveno KJ, Spong CY, Dashe JS, Casey of Anaemia, WHO Vitamin and Mineral
BM, Hoffman BL, Cunningham FG, et al. Nutrition Information System, 1993-2005.
Williams Obstetrics, 25th Edition. New York: Public Health Nutr. 2009;12(4):444–54.
McGraw-Hill Education; 2018. 28. Ali Z, Saaka M, Adams AG, Kamwininaang
20. Dessie ZB, Fentie M, Abebe Z, Ayele TA, SK, Abizari AR. The Effect of Maternal and
Muchie KF. Maternal Characteristics and Child Factors on Stunting, Wasting and
Nutritional Status among 6-59 Months of Underweight among Preschool Children in
Children in Ethiopia: Further Analysis of Northern Ghana. BMC Nutr. 2017;3(1):1–13.
Demographic and Health Survey. BMC 29. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan
Pediatr. 2019;19(1):1–10. Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020
21. Sutrio, Lupiana M. Berat Badan dan Panjang tentang Standar Antropometri Anak. Jakarta:
Badan Lahir Meningkatkan Kejadian Kemenkes RI; 2020.
Stunting. Jurnal Kesehatan Metro Sai 30. Par’i HM, Wiyono S, Harjatmo T. Penilaian
Wawai. 2019;12(1):21–9. Status Gizi. Edisi 1. Jakarta: Kementerian
22. Dewi AR, Dewi YLR, Murti B. Life Course Kesehatan RI; 2017.
Factors Associated with Stunting in Children 31. Andari W, Siswati T, Paramashanti BA. Tinggi
Aged 2-5 Years: A Path Analysis. J Matern Badan Ibu Sebagai Faktor Risiko Stunting
Child Heal. 2019;4(5):348–57. pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kecamatan
23. Amin NA, Julia M. Faktor Sosiodemografi dan Pleret dan Kecamatan Pajangan, Kabupaten
Tinggi Badan Orang Tua serta Hubungannya Bantul, Yogyakarta. Journal of Nutrition
dengan Kejadian Stunting pada Balita College. 2020;9(4):235–40.
Usia 6-23 Bulan. J Gizi dan Diet Indones 32. WHO. Haemoglobin Concentrations for The
(Indonesian J Nutr Diet). 2014;2(3):170–7. Diagnosis of Anaemia and Assessment of
24. Susilowati, Astria Setiawan Y, Akbar Severity. 2011. Diunduh dari: https://apps.
Budiana T. Relationship of Mother Factors who.int/iris/handle/10665/85839, tanggal 3
and Stunting Incidence in Children (24– Juli 2021.
59 Months) in Buniwangi Village, Work 33. Kementerian PPN/Bappenas. Kajian Sektor
Area of Pagelaran Public Health Center, Kesehatan Pembangunan Gizi di Indonesia.
Cianjur Regency, 2018. Proceeding Third Jakarta: Direktorat Kesehatan dan Gizi
International Seminar on Global Health (3rd Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas;
ISGH); Cimahi; 2019. p. 115–23. 2019.
25. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 34. Lukman TNE, Anwar F, Riyadi H, Harjomidjojo
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah H, Martianto D. Birth Weight and Length
Tahun 2019. Semarang: Dinas Kesehatan Associated with Stunting among Children
Provinsi Jawa Tengah; 2019. Under-Five in Indonesia. J. Gizi Pangan.
26. Cahyati W, Prameswari G, Wulandari 2021;16(Supp.1):99–108.
C, Karnowo K. Kajian Stunting di Kota 35. Supriyanto Y, Paramashanti BA, Astiti D.
Semarang. Jurnal Riptek. 2019;13(2):101– Berat Badan Lahir Rendah Berhubungan
6. dengan Kejadian Stunting pada Anak
48
Berat Badan Lahir Rendah ... (Meikawati W, Rahayu DPK, Purwanti IA)
Usia 6-23 Bulan. J Gizi dan Diet Indones 43. Nurmalasari Y, Alfarisi R, Kartika with
(Indonesian J Nutr Diet). 2017;5(1):23–30. Stunting Incident on Child Aged 6-59
36. Fekadu Y, Mesfin A, Haile D, Stoecker BJ. Months in Lampung-Indonesia. Malahayati
Factors Associated with Nutritional Status International Journal of Nursing and Health
of Infants and Young Children in Somali Science. 2019;2(2):47–51.
Region, Ethiopia: A Cross-Sectional Study. 44. Lamid A, Rakhmawati R. Pertumbuhan Linier
BMC Public Health. 2015;15(1):1–9. Anak Balita Gizi Buruk Mengikuti Rawat
Jalan di Puskesmas. MGMI. 2015;6(2):73–
37. WHO Indonesia. Pekan Menyusui
86.
Sedunia: UNICEF dan WHO menyerukan
Pemerintah dan Pemangku Kepentingan 45. Beal T, Tumilowicz A, Sutrisna A, Izwardy
agar Mendukung Semua Ibu Menyusui D, Neufeld LM. A Review of Child Stunting
di Indonesia selama COVID-19. 2020. Determinants in Indonesia. Matern Child
Nutr. 2018;14(4):e12617.
Diunduh dari: https://www.who.int/indonesia/
news/detail/03-08-2020-pekan-menyusui- 46. Gonete AT, Kassahun B, Mekonnen EG,
dunia-unicef-dan-who-menyerukan- Takele WW. Stunting at Birth and Associated
pemerintah-dan-pemangku-kepentingan- Factors among Newborns Delivered at
agar-mendukung-semua-ibu-menyusui- The University of Gondar Comprehensive
di-indonesia-selama-covid-19, tanggal 26 Specialized Referral Hospital. PLoS One.
2021;16(1):e0245528.
Agustus 2021.
47. Rukmaini, Azenda R, Maesyaroh S.
38. Pusat Data dan Informasi, Kementerian
Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan
Kesehatan RI. Infodatin Gizi: Situasi dan
Stunting pada Balita di Puskesmas
Analisis Gizi. Jakarta: Pusat Data dan
Pademangan Jakarta Utara. Laporan
Informasi, Kementerian Kesehatan RI; 2015.
Penelitian. Jakarta: Universitas Nasional;
39. Mc Mahon LP. Iron Deficiency in Pregnancy. 2020.
Obstet Med. 2010;3(1):17–24.
48. Hastuty M. Hubungan Anemia Ibu Hamil
40. Winasandis BF, Tamtomo D, Anantanyu S. dengan Kejadian Stunting pada Balita di
Associations Between Maternal Nutritional UPTD Puskesmas Kampar Tahun 2018.
Status, Carbohydrate, Fat, and Protein Jurnal Doppler. 2020;4(2):112–6.
Intakes, and Low Birth Weight in Jember,
49. Candra A. Epidemiologi Stunting. Semarang:
East Java. J Matern Child Heal. 2020;5(1):1– Fakultas Kedokteran UNDIP; 2020.
11.
50. Biswas P, Samsuzzaman M, Chakraborty
41. WHO. Fact Sheets: Malnutrition. 2021. A, Das DK. Maternal Anemia and Low
Diunduh dari: https://www.who.int/news- Birth Weight in a Community Development
room/fact-sheets/detail/malnutrition, tanggal Block of Purba Bardhaman, West
8 Juli 2021. Bengal: A Retrospective Cohort Analysis.
42. Aryastami NK, Shankar A, Kusumawardani Int J Community Med Public Health.
N, Besral B, Jahari AB, Achadi E. Low Birth 2019;6(12):5250–5.
Weight was The Most Dominant Predictor 51. Figueiredo ACMG, Gomes-Filho IS, Batista
Associated with Stunting among Children JET, Orrico GS, Porto ECL, Cruz Pimenta
Aged 12-23 Months in Indonesia. BMC Nutr. RM, et al. Maternal Anemia and Birth
2017;3(16):1–6. Weight: A Prospective Cohort Study. PLoS
49
MGMI Vol. 13, No. 1, Desember 2021: 37-50
52. Kusumawati MRD, Marina R, Wuryaningsih Association between Maternal Anemia with
CE. Low Birth Weight as The Predictors of Stunting Incidence among Newborns in
Stunting in Children under Five Years in Surakarta, Central Java. Proceeding The 7th
Teluknaga Sub District Province of Banten International Conference on Public Health
2015. KnE Life Sci. 2019;4(10):284–93. 2020. Solo; 2020.
50