[go: up one dir, main page]

0% found this document useful (1 vote)
698 views28 pages

01 05 Katalogisasi

This document provides information about cataloging and bibliographic description. It discusses what a catalog is, the purpose of cataloging, and the different parts of cataloging including descriptive cataloging and subject cataloging. Descriptive cataloging involves identifying physical and bibliographic characteristics of an item, while subject cataloging involves subject analysis and classification. The document also provides definitions of terms like "catalog", "cataloging", and "descriptive cataloging" from library science references.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as RTF, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (1 vote)
698 views28 pages

01 05 Katalogisasi

This document provides information about cataloging and bibliographic description. It discusses what a catalog is, the purpose of cataloging, and the different parts of cataloging including descriptive cataloging and subject cataloging. Descriptive cataloging involves identifying physical and bibliographic characteristics of an item, while subject cataloging involves subject analysis and classification. The document also provides definitions of terms like "catalog", "cataloging", and "descriptive cataloging" from library science references.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as RTF, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 28

Materi belum bisa diupload di e-learning

KATALOGISASI / pengatalogan
dan DESKRIPSI BIBLIOGRAFI
1. Apa itu katalog 2. Apa saja kegiatan pengatalogan
Call number Desk bibliografi

SR Analisis subjek
2X0.01 klasifikasi
NAT
M
C.2

8 area desk
Subjek

-1-
KATALOGISASI
dan DESKRIPSI BIBLIOGRAFI
apa saja katalog yg anda punya?
- Sophie paris
- Tupperware
- Mobil
- Smartphone
-
Target yang ingin dicapai dari matakuliah Katalogisasi Literatur Aksara Arab

(KLA) adalah kemampuan membuat katalog dari koleksi berbahasa Arab. KLA

adalah pengatalogan yang terbatas pada deskripsi bibliografi. Perlu dipahami

bahwa deskripsi bibliografi hanya salah satu dari kegiatan dalam pengatalogan

atau pembuatan katalog. Katalogisasi juga meliputi analisis subyek, dan

klasifikasi yang harus dikuasai pula oleh kataloger sehingga dapat menghasilkan

katalog yang komprehensif. Di bawah ini adalah kutipan mengenai pengertian

katalog:

CATALOG
A comprehensive list of the books, periodicals, maps, and other materials in a
given collection, arranged in systematic order to facilitate retrieval (usually
alphabetically by author, title, and/or subject). In most modern libraries, the
card catalog has been converted to machine-readable bibliographic records
and is available online. The purpose of a library catalog, as stated by Charles
C. Cutter in Rules for a Dictionary Catalog (1904), later modified by Bohdan
S. Wynar in Introduction to Cataloging and Classification (8th ed., 1992), is

-2-
to offer the user a variety of approaches or access points to the information
contained in the collection
Objects:
1. To enable a person to find any work, whether issued in
print or in nonprint format, when one of the following is known:
a. The author
b. The title
c. The subject
2. To show what the library has
d. By a given author
e. On a given and related subjects
f. In a given kind of literature
3. To assist in the choice of a work
g. As to the bibliographic edition
h. As to its character (literary or topical)

CATALOGING
The process of creating entries for a catalog. In libraries, this usually includes
bibliographic description, subject analysis, assignment of classification
notation, and activities involved in physically preparing the item for the shelf.

Reitz, Joan M. 2004. Online Dictionary for Information and Library Science. California :
Libraries Unlimited, dalam http://lu.com/odlis/odlis_c.cfm, diakses 14 Mei 2011

PENGATALOGAN
terbagi 2

PENGATALOGAN DESKRIPTIF
PENGATALOGAN SUBYEK (intellectual analysis)
1. Analisis Subyek 1. Deskripsi fisik dan karakteristik bibliografis
2. Penerjemahan menjadi nomor klasifikasi 2. Penentuan tajuk nama pengarang, dan judul sbg titik akses

-3-
APA YANG ADA DI DALAM KATALOG
1. Call number
2. Entri utama (baik pengarang maupun judul)
3. 8 daerah deskripsi bibliografi
4. Entri tambahan, terdiri atas:
tajuk subyek,
pengarang kedua dst.,
judul seri

DESCRIPTIVE CATALOGING
The part of the library cataloging process concerned with identifying and
describing the physical and bibliographic characteristics of the item, and with
determining the name(s) and title(s) to be used as access points in the catalog,
but not with the assignment of subject and form headings.

Reitz, Joan M. 2004. Online Dictionary for Information and Library Science. California :
Libraries Unlimited, dalam http://lu.com/odlis/odlis_c.cfm, diakses 14 Mei 2011

Mengacu kepada pengertian di atas, maka perlu diberikan beberapa batasan atau
penegasan kegiatan KLA:

APA YANG ADA DI DALAM KATALOG,


KEGIATAN APA YANG TERMASUK KLA?

1. Call number, bukan KLA


2. Entri utama (baik pengarang maupun judul) KLA
3. 8 daerah deskripsi bibliografi KLA
4. Entri tambahan, terdiri atas:
tajuk subyek, bukan KLA
pengarang kedua dst., KLA
judul, KLA
judul seri KLA

Meskipun demikian, bukan berarti dalam praktik pengatalogan LBA, penentuan

subyek dan klasifikasi sama sekali tidak dilakukan. Pembatasan dalam konteks

-4-
matakuliah ini semata-mata mengikuti pentahapan dalam pembelajaran, dengan

asumsi bahwa keduanya sudah dikuasai oleh mahasiswa karena telah diajarkan

sebelum KLA ini

-5-
BAHASA ARAB
dan LITERATUR BERBAHASA ARAB

I. BAHASA ARAB

Bahasa Arab berasal dari rumpun bahasa-bahasa Semit (Semitic/Samiah) dan

mempunyai penutur terbanyak dalam rumpun bahasa ini. Anggota bahasa Semit

lainnya adalah Hebrew, Amrahic, Akkadian (sudah punah), dan Aramiki

(Aramaic). Prof. Azhar Arsyad dalam buku Bahasa Arab dan Metode

Pengajarannya, mengemukakan bahwa bahasa ini digunakan secara resmi oleh

kurang lebih 20 negara. Di Semenanjung Arabia bahasa Arab adalah bahasa resmi

negara Oman, Yaman, Bahrain, Kuwait, Arab Saudi, Emirat Arab. Ke utara:

Jordan, Irak, Syria, Libanon, dan Palestina. Di Afrika, ia menjadi bahasa resmi di

Mauritania, Maroko, Aljazair, Libya, Mesir, dan Sudan.1 Pada masa kini Bahasa

Arab telah menjadi bahasa resmi PBB bersama bahasa Inggris, Prancis, Rusia,

Spanyol dan Cina.2

Bahasa Arab berkaitan sangat erat dengan agama Islam. Sumber utama ajaran

Islam, yaitu al-Quran dan al-Hadis berbahasa Arab karena memang Islam

dihadirkan di tengah masyarakat Arab, dipelajari dan disebarluaskan pertama-

tama oleh penutur bahasa Arab tersebut, bahkan para ulama yang non-Arab

termasuk dari Indonesia terutama pada masa terdahulu juga menghasilkan karya-

1 Azhar Arsyad. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya: Beberapa Pokok Pikiran.
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004) hal. 2.
2 Website PBB menyediakan pilihan akses dalam lima bahasa resmi tersebut,
dan untuk mengakses informasi dalam bahasa Arab, alamatnya adalah
http://www.un.org/ar.

-6-
karya berbahasa Arab sehingga setelah 14 abad lebih kemudian, Islam dengan

segala aspeknya hadir melalui literatur berbahasa Arab, dan dilengkapi karya

dalam bahasa selain Arab. Terlebih lagi, liturgi atau peribadatan di dalam agama

Islam menggunakan bahasa Arab, tanpa memandang dari mana dan di mana

pemeluknya berada.

Penyebaran agama Islam ke seluruh penjuru dunia menjadikan tersebarnya bahasa

Arab dalam lingkup internasional. Setiap pemeluk Islam harus menggunakan

bahasa Arab dalam beribadat meskipun tidak memahami artinya, seperti bacaan

al-Quran dan bacaan yang lain. Tidak hanya terbatas dalam peribadatan, bahasa

Arab dan agama Islam menjadi kajian akademik di negara-negara yang banyak

pemeluk Islamnya seperti di Indonesia. Bahkan berbagai universitas di Barat juga

membuka kajian Arab/Islam.

Keberadaan bahasa Arab di Indonesia juga berkaitan dengan agama Islam yang

dianut oleh mayoritas penduduknya. Kita melihat bahasa Arab diajarkan pada

level pendidikan dasar di madrasah dan pesantren hingga perguruan tinggi. Di

masyarakat, dan terutama di lembaga-lembaga pendidikan terdapat ribuan literatur

berbahasa Arab yang menjadi rujukan dalam mempelajari Agama Islam. Di

kalangan pesantren dikenal istilah kitab kuning untuk menyebut referensi

berbahasa Arab yang biasanya dicetak menggunakan kertas berwarna kekuning-

kuningan.

-7-
Sampul LBA 1

-8-
Sampul LBA 2

-9-
II. LITERATUR BERBAHASA ARAB (LBA)

LBA Karya berbahasa Arab


dengan tulisan Arab

Obyek DBLA adalah koleksi perpustakaan, yakni koleksi berbahasa Arab,

terutama buku-buku baik terbitan Timur Tengah, Indonesia dan lain-lain yang

banyak dimiliki oleh perpustakaan seperti di UIN Sunan Kalijaga dan kampus

perguruan tinggi Islam lainnya maupun yang ada di madrasah dan pesantren. Di

samping buku tentu saja ada majalah, jurnal, surat kabar dan manuskrip, namun

umumnya yang banyak diolah dan banyak digunakan adalah buku.

Dalam konteks matakuliah DBLA digunakan istilah Literatur Berbahasa Arab atau

LBA (yang barangkali lebih mudah dipahami daripada Literatur Aksara Arab)

yang harus memenuhi 2 kriteria:

1. Literatur ditulis dalam bahasa Arab, dan


2. Menggunakan aksara atau tulisan Arab

Kriteria ini membatasi pada literatur yang ditulis dalam bahasa Arab, bukan

bahasa lain meskipun dalam tulisan Arab. Buku dengan tulisan Arab berbahasa

Melayu atau Jawa tidak termasuk LBA. Selain bahasa, karya tersebut harus ditulis

menggunakan aksara Arab. Karena itu tidak termasuk LBA, karya terjemahan ke

dalam bahasa selain Arab, serta karya dalam tulisan (transliterasi) Latin, Cina,

Jepang, Jawa dan sebagainya meskipun bunyinya berbahasa Arab.

- 10 -
BUKU ARAB MELAYU, JAWA
TRANSLITE-RASI
PEGON ARAB-LATIN
Bukan
LBA

LBA tidak dibatasi pada karya oleh pengarang dari negara manapun, jadi tidak

memandang ia berkebangsaan Arab atau bukan, baik nama pengarang itu dalam

bahasa Arab, Barat, Cina atau bahasa apa saja. Yang pokok adalah bahasa dan

tulisannya harus memenuhi 2 kriteria di atas.

Bagi pustakawan, LBA memiliki problem tersendiri yang secara garis besar

adalah permasalahan yang bersumber pada bahan pustaka dan permasalahan yang

bersumber pada pustakawan. Topik ini akan dibahas bagian berikutnya.

- 11 -
Sampul LBA 3

- 12 -
Sampul LBA 4

- 13 -
PERMASALAHAN
dalam PENGATALOGAN
LITERATUR BERBAHASA ARAB
I. BERSUMBER PADA BAHAN PUSTAKA

1. Teks/Tulisan Arab 2. Penentuan Tajuk 3. Pengumpulan Data


Nama Arab Bibliografis

a. Arab gundul Pilih yg mana?? 1. Halaman judul tdk


b. Sistem alih tulisan 1. Ism
jelas
Pilihan utk tiap buku 2. Nasab
berbhs Arab 3. Nisbah 2. Halaman judul
- 1 Katalog Arab dan 4. Khitab
memuat banyak judul
1. katalog Latin (ada 5. Laqab
2 ktlg) 6. Kun-yah 3. Data2 penerbitan tdk
- 1 Katalog latin 7.
lengkap
- 1 Katalog Arab dan 1
katalog Latin
masing-masing
dibuatkan
transliterasi

c. Sarana: mesin tik/Program


komputer utk penulisan
tanda2 khusus

al-quran

II. BERSUMBER PADA PUSTAKAWAN


Kemampuan bahasa

- 14 -
Bagi pustakawan, LBA memiliki problem tersendiri yang secara garis besar
adalah:
- permasalahan yang bersumber pada bahan pustaka dan
- permasalahan yang bersumber pada pustakawan

Koleksi berbahasa Arab memiliki karakteristik berbeda dengan koleksi berbahasa

Indonesia atau Inggris, sebab bahasa dan tulisannya memiliki sistem tersendiri.

Sumber berbahasa lain barangkali menimbulkan kesulitan yang sama, misalnya

bahasa Cina, bahasa India dan bahasa Jawa karena sistem bahasanya juga khusus.

Kesulitan terjadi ketika dihadapkan kepada kataloger dan pembaca yang tidak

menguasai bahasa-bahasa tersebut, serta program pengolah katalog yang belum

mengakomodasi sistem penulisannya.

I. PERMASALAHAN YANG BERSUMBER PADA BAHAN


PUSTAKA

1. Teks/Tulisan Arab

a. Arab Gundul

Teks atau tulisan berbahasa Arab sangat banyak yang tidak menggunakan

harakat. Tata bahasa Arab memiliki kaidah-kaidah yang menunjukkan struktur

kalimat, makna dan sebagainya. Dengan menguasai kaidah tata bahasa Arab,

maka untuk menulis dan membaca teks menjadi mudah, bahkan mungkin

lebih disukai dengan tidak menggunakan harakat. Bagi pembaca yang tidak

menguasai bahasa Arab hal ini menimbulkan kesulitan dan dapat membawa

kepada makna yang berbeda dari maksud penulisnya. Sayangnya, bbuku-buku

berbahasa Arab gundul atau tanpa harakat itulah yang banyak terdapat di

- 15 -
lingkungan pesantren dan perpustakaan di kampus, padahal tidak semua orang

yang membutuhkannya mampu membaca tulisan Arab gundul.

b. Sistem Alih Tulisan

Buku berbahasa Arab dapat dibuatkan katalog dengan tulisan Arab dan dapat

juga disediakan katalog dalam tulisan Latin, artinya ada dua katalog untuk

satu judul buku. Katalog dengan tulisan Arab menghasilkan tulisan yang sama

dengan yang tercantum pada buku, misalnya judul dan nama pengarangnya.

Sedangkan katalog dalam tulisan Latin merupakan pengalihan tulisan Arab ke

dalam tulisan Latin, dan untuk keperluan tersebut harus memperhatikan sistem

alih tulisan standar secara konsisten untuk semua koleksi. Sistem alih tulisan

yang banyak dikenal adalah standar ALA-Library of Congress, Pedoman

Transliterasi Arab-Latin berdasarkan SKB Menag dan Mendikbud 1987.

Penerbit Mizan menyusun sendiri pedoman Transliterasi Arab-Indonesia untuk

buku-buku terbitannya yang memuat alih tulisan Arab ke tulisan latin.

Kadang-kadang perbedaan satu sistem alih tulisan dengan yang lainnya

menimbulkan kesalahpahaman dan kekeliruan pembacaan.

c. Masalah Sarana

Setelah perpustakaan memutuskan untuk menggunakan salah satu sistem alih

tulisan untuk membuat katalog dengan tulisan Latin, masalah berikutnya yang

dihadapi adalah keterbatasan mesin tik atau program komputer dalam

menuliskan tanda-tanda diakritik maupun simbol-simbol tertentu. Tidak semua

huruf di dalam alfabet Arab memiliki padanan langsung dalam alfabet Latin,

- 16 -
untuk itu harus dilambangkan dengan tanda-tanda khusus. Komputer

menyediakan sejumlah tanda atau simbol tertentu, tetapi belum bisa dilakukan

seperti menuliskan huruf-huruf yang ada di keyboard komputer, melainkan

melalui menu seperti Insert --> Symbol dst. sehingga menjadi tidak praktis.

Kemudian ada cara yang lebih membantu, yaitu dengan meng-install sejenis

font yang dapat menampilkan tanda-tanda tertentu. Namun cara ini pun masih

tetap menyulitkan tugas kataloger sebab masih harus dikerjakan satu persatu

melalui kombinasi tombol keyboard.

2. Penentuan Tajuk Nama Arab

Nama-nama penulis Arab, terutama yang berasal dari masa sebelum modern

memiliki pola yang cukup rumit. Biasanya seseorang memiliki nama cukup

panjang yang terdiri atas variasi unsur-unsur: nama diri, nama anak, silsilah

keluarga, gelar kehormatan, status sosial, julukan serta asosiasi dengan keluarga,

daerah atau profesi. Unsur-unsur itu disebut Ism, Kun-yah, Nasab, Khitab, Nat,

Laqab, dan Nisbah. Bagi kataloger tidak mudah menentukan unsur mana yang

menjadi tajuk (kata utama) nama seorang pengarang, dan sangat mungkin

pengarang yang sama dibuatkan tajuk yang berbeda. Contohnya untuk nama

Muhammad ibn Ismail al-Kahlani al-Sanani al-maruf bi al-Amir. Ada

perpustakaan yang menentukan kata utamanya: al-Kahlani, Muhammad ibn

Ismail al-Sanani, sementara di tempat lain: al-Amir, Muhammad ibn Ismail

al-Kahlani al-Sanani.

- 17 -
3. Pengumpulan Data Bibliografis

LBA juga menimbulkan problematika dalam pengatalogan ketika dikumpulkan

data-data bibliografisnya. Secara fisik, kebanyakan buku berbahasa Arab

cetakan lama tidak cukup jelas menampilkan judul, atau judul tidak

dicantumkan pada bagian awal.

Kadang-kadang pada halaman judul dicantumkan beberapa judul karena buku

itu memang berisi tafsir, penjelasan dan komentar, bahkan naskah utama atau

naskah induk yang menjadi objeknya dimuat pula pada cetakan tersebut.

Data-data penerbitan seringkali juga tidak lengkap, seperti tidak ada tempat atau

tahun terbit, apabila dicantumkan letaknya tidak mesti pada satu tempat.

II. BERSUMBER PADA PUSTAKAWAN

Adanya kekhususan karakteristik bahasa Arab dan LBA menuntut penguasaan

bahasa Arab dari pustakawan yang membuat katalognya. Kelemahan bahasa

mengakibatkan terbengkalainya LBA atau kesalahan dalam pembuatan

katalognya. Di perpustakaan PT Islam biasanya terdapat pustakawan yang

menguasai bahasa Arab, dengan demikian pengolahan koleksi LBA dapat

teratasi dengan cukup baik. Akan tetapi LBA juga memerlukan ketelitian

mengingat pada setiap koleksi ada problem tersendiri, pada isi atau cetakannya.

Uraian mengenai permasalahan di atas dapat dibaca juga dalam buku Kailani

Eryono Katalogisasi buku berbahasa Arab halaman 3-4.

- 18 -
- 19 -
UNSUR-UNSUR
dan POLA NAMA ARAB

A. Unsur-Unsur nama Arab3

1. Ism: nama diri a. Dari alam: waktu, binatang, tumbuhan


b. Abd + Asmaul Husna (nama-nama Tuhan)
c. Nama Nabi
2. Kun-yah: nama yang diawali Abu Hurairah, Abu Hafsah
dengan Abu atau Ummu Ummu Jafar

3. Nasab: nama yang diawali Ibnu Khaldun, Bint al-Syati


dengan ibn atau binti Dalam AACR disebut patronymic

Kunyah dan nasab sudah banyak digunakan sebagai nama diri, menjadi seperti ism

4. Khitab: asalnya adalah gelar Persenyawaan dua kata


kehormatan Fakhr al-Din
Saif al-Islam
Sekarang banyak digunakan Nasir al-Dawla
sebagai nama diri Nizam al-Mulk
5. Nat: menunjukkan status sosial Sayyid
Al-Imam
Al-Syaikh , Syaikh Islam
6. Laqab: panggilan atau sebutan a. Laqab julukan: Harun al-Amin
yg ditambahkan pada ism b. Laqab profesi : Abdullah al-Katib
7. Nisbah: kaitan dengan keluarga, Mughirah al-Ju'fi
suku, bangsa, negara, kota, Muhammad ibn Ismail al-Bukhari
mazhab

B. Pola nama Arab

Ada ahli yang membagi pola nama Arab menjadi


1. NAMA ARAB LAMA (KLASIK/KUNO) ---- tahun 1800
Menggunakan kombinasi dari unsur-unsur di atas.
2. NAMA ARAB BARU (MODERN) tahun 1800 dst
Sederhana, tidak menggunakan kunyah, nasab dan khitab. Yang banyak
dipakai: nisbah dan laqab

3 Kailani Eryono. Katalogisasi buku berbahasa Arab. (Jakarta: Pusat perpustakaan


Islam, 1985), hal 7 13.

- 20 -
Tulisan Kailani Eryono berjudul Katalogisasi buku berbahasa Arab,4 menyebut
berbagai pola nama Arab yang dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian dengan
variasi masing-masing:
1. NAMA YANG MENGGUNAKAN NASAB, TANPA LAQAB DAN
NISBAH: berasal dari zaman tradisi lisan. Banyak trdapat pada nama Arab
kuno. Variasi unsur pembentuknya adalah:

a. Ism + nasab Muhammad ibn Abd al-Wahhab, Abdullah ibn Yusuf ibn
Hisyam

b. Kunyah + Ism + nasab Abu Yusuf Yaqub ibn Ibrahim

2. NAMA YANG MENGGUNAKAN NISBAH, TANPA LAQAB: Nisbah


digunakan pada nama arab kuno dan diteruskan pada nama arab modern.
Variasi unsur pembentuknya adalah:

a. Ism + nisbah Amin al-Khawli, Abdullah Hadawi


Kadang-kadang terdapat beberapa ism dan beberapa nisbah
Abdul Hadi Naja al-Abyari al-Misri

b. Kunyah + Ism + nisbah Abu Mansur Abd al-Qadir al-Baghdadi

c. Ism + nasab + nisbah Muhammad ibn Idris al-Asyafii

3. NAMA YANG MENGGUNAKAN LAQAB: Laqab juga digunakan pada


nama arab kuno dan tetap dipakai pada nama Arab modern. Variasi unsur
pembentuknya adalah:

a. Ism + laqab Sa;id al-Najjar, Abdul Wahhab Khallaf

b. Ism + nasab + laqab Amr ibn Bahr al Jahiz, Idrus ibn Salim al-Bar

c. Ism + nasab + laqab + nisbah Muhammad ibn Muhammad al-Katib al-


Isfahani

d. Kunyah + ism + nasab + nisbah + laqab


Abu Bakr Ahmad ibn Ali Al-razi al-maruf bi al-Jassas

LAQAB sering ditunjukkan dengan kata-kata al-maruf, al-masyhur, al-


syahir bi, yurafu bi

4 Kailani Eryono. Katalogisasi , hal 16-20.

- 21 -
Sulayman ibn Umar al-ajili al-SyafiI al-syahir bi al-Jamal
e. Kunyah + ism + nasab + laqab
Abu Bakr Muhammad ibn Abdillah al-maruf bi Ibn-al-al- Arabi
f. Kunyah + ism + nisbah + laqab
Abu Abdillah Muhammad al-Naysaburi al-maruf bi al-Hakim

3. NAMA YANG MENGGUNAKAN ISM, TANPA NASAB, NISBAH DAN


LAQAB: Hanya terdiri atas ism atau beberapa ism. Ism yang disebut pertam
adalah nama diri, ism yang berikutnya menunjukkan tingkat kekerabatan
yang lebih tinggi. Terdapat pada nama Arab Modern, serupa dengan nama
Barat tapi tidak menggunakan nama keluarga:
Sulayman
Sulayman Daud

BENTUK-BENTUK NAMA PADA SEMUA KELOMPOK DI ATAS


SERING DIDAHULUI GELAR KEHORMATAN NAT DAN KHITAB:
Sayyid Sabiq
al-Syaikh Abdullah Hadawi
Hujjat al-Islam Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali al-
Thusi
Jalal al-Din Muhammad ibn Ahmad al-Mahalli
Fakhr al-Din Abu Abdillah Muhammad al-Razi

CATATAN: Penulisan contoh-contoh kata dan nama Arab tidak menggunakan

transliterasi standard karena belum didukung oleh program komputer.

Sebagai perbandingan, perhatikan bagian berikut sajian ringkas contoh nama-

nama Arab berdasarkan artikel Da'ud ibn Auda (David B. Appleton) berjudul:

Period Arabic Names And Naming Practices.5 (Tidak diterjemahkan seluruhnya)


5 Da'ud ibn Auda. Period Arabic Names And Naming Practices. dalam
http://heraldry.sca.org/laurel/names/arabic-naming2.htm

- 22 -
1. Banyak nama laki-laki dapat dibuatkan bentuk feminimnya dengan
menambahkan "a" atau "ah" di akhir nama Khalid --> Khalida(h)

2. Ada beberapa nama yang langsung menunjukkan gender (unisex): Ulayyah


bint al-Mahdi, Abu Ishaq Ibrahim ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Ulayyah

3. Gelar Sayf al-Din (The Sword of the Faith) dan The Sword of the State (Sayf
al-Dawla) yang dahulu diberikan oleh Khalifah karena prestasi politik atau
militer memiliki makna yang sangat tinggi. Nama yang tersusun dari "X + al-
Din" (contoh yang terkenal "Salah al-Din" [Rectitude of the Faith], "Nur al-
Din" [Light of the Faith] dan "`Ala al-Din" (Aladdin)), "X + al-Dawla" (Nasir
al-Dawla [Defender of the State]), "X + al-Mulk" (Nizam al-Mulk [Order of
the Kingdom]) and "X + al-Islam (Sayf al-Islam [Sword of Islam])
mengindikasikan status pemilik nama.

4. Nama Arab mengalami perubahan ketika sudah diperbincangkan oleh orang


Eropa Ibn Rushd Averroes; Ibn Sina Avicenna; Ahmad Achmed; al-Murad
Amurath; Salah al-Din Saladin; Nur al-Din Nureddin; al-Mansur Almanzor;
Razi Rhases; Ibn Zuhr Avenzoar, Harun Aaron
5. "Abu al- ditulis menjadi Abu'l- Abu'l-Hasan
6. Kata Sandang "al", selalu disambung dengan garis: "Harun al-Rashid"
7. Unsur-unsur nama Arab:
a. Ism. Nama diri yang diberikan seteleah kelahiran seseorang. Contoh:
Muhammad [Mohammed], Musa [Moses], Ibrahim [Abraham], Ahmad.
Orang dewasa jarang dipamggil dengan nama-nama ini, dan kurang sopan
memanggil orang tua atau yang lebih tua dengan nama diri.
b. Kunya, nama kehormatan atau nama panggilan, sebagai ayah atau ibu dari
seseorang abu Da'ud [the father of David], umm Salim [the mother of
Salim]. Orang yang sudah menikah (khususnya wanita) dan memiliki
biasanya dipanggil menggunakan kunya (abu or umm + nama anak laki-
laki peertamanya). Jika digunakan nama lengkapnya kunya mendahului
nama diri: Abu Yusuf Hasan [the father of Joseph, Hasan], Umm Jafar
Aminah [the mother of Jafar, Aminah].
c. Nasab, sebuah penunjukan silsilah, sebagai anak laki-laki atau anak
perempuan dari seseorang: Ibn 'Umar [the son of Omar], bint `Abbas [the
daughter of Abbas]). nasab didahului oleh ism: Hasan ibn Faraj [Hasan
the son of Faraj], Sumayya bint Khubbat [Sumayya the daughter of
Khubbat]. Beberapa tokoh terkemuka lebih terkenal dengan nasabnya

- 23 -
dibandingkan nama diri atau ismnya: sejarawan Ibn Khaldun, penjelajah
Ibn Battuta, dan filosof Ibn Sina [Avicenna].
Nasab bisa ditampilkan sampai beberapa generasi. Namun biasanya
sampai satu atau dua generasi. Jarang ditemukan nasab sampai tiga
generasi, dan sangat sedikit nasab sampai empat generasi seperti: Abu
Bakr Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Jafar ibn al-Haddad.
Kata Abu berubah menjadi Abi ketika nama orang tua di dalam nasab
adalah kunya, Muhammads son-in-law was Ali ibn Abi Talib, Ali the son
of Abu Talib, or Ali, the son of the father of Talib.
d. Laqab, kombinasi kata-kata menjadi sebuah julukan biasanya berkaitan
dengan agama, alam, atau kualitas yang mengagumkan dari orang tersebut
seperti "Harun al-Rashid". Satu bentuk tertentu dari adalah `Abd+ salah
satu 99 nama Allah: Abd Allah (`Abdullah) [the servant of God], `Abd al-
Aziz [servant of the Almighty], `Abd al-Rahman [servant of the Merciful].
Laqab seperti ini sebenarnya sudah digunakan sebagai ism.
Kadang-kadang laqab lebih dipakai untuk menggantikan ism, seperti al-
Dahhak ibn Ajlan, Abu Talib al-Mufaddal ibn Salamah, di samping
penggunaan laqab secara normal: Muhammad ibn Yala al-Dabbi al-
Mufaddal.
Beberapa nama digunakan sebagai ism, yang dapat dibentuk sebagai
laqab: Rashid dan al-Rashid, Hasan dan al-Hasan, Anbar dan al-Anbar,
Fadl dan al-Fadl
e. Nisba, nama julukan a byname. Nisba mengikuti ism, atau jika nama
memilki nasab, biasanya nisba terletak sesudah nasab. Nisba memiliki 3
jenis utama:
1. Profesi, diambil dari pekerjaan seseorang: Muhammad al-Hallaj
[Muhammad, the dresser of cotton].
2. Kesukuan, diambil dari nama suku atau nama keluarga: Mughirah al-
Ju'fi [Mughirah of the tribe of Ju'fi]; Yusuf al-Ayyubi [Joseph the
Ayyubid, Joseph of the family line of Ayyub].
3. Kedaerahan, diambil dari tempat kelahiran atau tempat tinggal: Yaqub
al-Dimashqi [Jacob of Damascus], Muhammad ibn Ismail al-Bukhari.
Yang terakhir adalah ulama penghimpun hadis Nabi, lebih dikenal
dengan nama al-Bukhari berdasarkan tempat lahirnya Bukhara.
Kadang-kadang nisba lebih dipakai untuk menggantikan ism: Ali ibn
al-Massisi, Abu Ishaq al-Tabari. laqabs/nisbas.
Jika nisba lebih dari satu, aturan umum adalah: yang berdasarkan
geografis terletak di akhir, didahului oleh nisba yang berdasarkan
profesi atau kesukuan.
Contoh-contoh:
1. Yusuf ibn Ayyub ism son of ism [one generation nasab]

- 24 -
2. Yazid ibn Abi Hakim ism son of the father of Hakim [one generation nasab
where the fathers name is a kunya]
3. Ayyub al-Sakhtiyani [masculine], Mariyah al-Qibtiyah [feminine] ism +
nisba
4. Abu Muhammad Wahb kunya [the father of Muhammad] + ism
5. Umm Ja'far Zubaydah kunya [the mother of Jafar] + ism
6. Ahmad ibn Abi Fanan al-Katib ism son of the "father of Fanan" [one
generation nasab, where name of father is a kunya] + occupational nisba
7. Abu Bishr al-Yaman ibn Abi al-Yaman al-Bandanijikunya + laqab/ism +
one generation nasab [where name of father is a kunya] + nisba
8. Abu al-Tayyib Abd al-Rahim ibn Ahmad al-Harranikunya [where name of
son is laqab/ism] + laqab/ism + one generation nasab + geographic nisba
9. Abu Muqatil al-Nadr ibn al-Munqadi al-Daylami kunya + laqab/ism + one
generation nasab [where name of father is laqab] + nisba
10. Abu al-Hasan Ali ibn Sahl ibn Rabal al-Tabari kunya + ism + two
generation nasab + nisba
11. Abu al-Abbas Muhammad ibn Yaqub ibn Yusuf al-Asamm al-Naysaburi
kunya + ism + two generation nasab + nisba [occupational? Or laqab?] +
geographic nisba
12. Abu al-Qasim Mansur ibn al-Zabriqan ibn Salamah al-Namari kunya
[where name of son is laqab/ism] + ism + two generation nasab [where
name of father is laqab/ism] + nisba
13. Abu Ishaq Ibrahim ibn Ishaq ibn Ibrahim ibn Bashir al-Harbi kunya + ism
+ three generation nasab + nisba
14. Ubayd ibn Muawiyah ibn Zayd ibn Thabit ibn al-Dahhak ism + four
generation nasab

CATATAN: Penulisan contoh-contoh kata dan nama Arab tidak menggunakan


transliterasi standard karena belum didukung program komputer.

C. Tajuk Nama Arab

A. Menurut ALA

Nama yang ada sd tahun 1900, dan sesudah 1900


1. Nama yang ada sd tahun 1900 pada ism
Kecuali nama pengarang besar yg lebih dikenal pada bukan ism mis: al
Ghazali

- 25 -
- Pustakawan sulit mengenali apakah seorang penulis terkenal atau
tidak

2. Nama yang ada sesudah tahun 1900 pada bagian akhir, seperti nama
Barat

B. Menurut LA
Semua nama tanpa pengecualian ism sebagai tajuk nama

C. Menurut AACR
Tajuk nama pada unsur/kombinasi unsur2 yang lebih dikenal
Bagaimana memilih bagian yang lebih dikenal gunakan Sumber
Referensi:

1. Ensiklopedi Islam Tidak sama antar sumber


Kelemahan:
Belum tentu lengkap isinya
2. Kamus Biografi
Belum tentu dimiliki
perpustakaan

- 26 -
SISTEM
ALIH TULISAN

Alih tulisan merupakan masalah dalam pengatalogan LBA. Tulisan yang

menggunakan aksara Arab seringkali harus dialihkan ke dalam tulisan latin untuk

memudahkan untuk membacanya bagi orang yang tidak menguasai bahasa Arab

meskipun tidak sampai menunjukkan kepada maknanya.

Alih tulisan biasanya disebut dengan istilah Transliterasi, yang dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia berarti: penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad

yg satu ke abjad yang lain, misalnya dari tulisan Jawa atau Arab ke tulisan Latin,

dari tulisan Latin ke tulisan Jawa, dsb.6 Ada pula istilah Romanisasi yang berarti

konversi kata-kata, nama, judul atau teks dari sistem tulisan non-Latin ke dalam

tulisan Latin.7 Jadi Romanisasi lebih khusus pengalihan ke dalam tulisan Latin.

Transliterasi adalah proses di mana kata-kata dalam satu alfabet terwakili dalam

alfabet lain. Ada sejumlah aturan yang mengatur transliterasi antara alfabet yang

berbeda, dirancang untuk memastikan bahwa itu adalah seragam, memungkinkan

pembaca untuk memahami dengan jelas transliterasi. Transliterasi tidak cukup

sama dengan transkripsi, meskipun keduanya sangat mirip, dalam transkripsi,

orang mewakili suara dengan surat dari alfabet lain, sementara di transliterasi,

6 Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online, dalam


http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/
7 Joan M. Reitz. Online Dictionary of Information and Library Science (California : Libraries
Unlimited, 2004), dalam http://lu.com/odlis/odlis_r.cfm

- 27 -
orang berusaha untuk memetakan huruf satu sama lain, terkadang dengan tanda

aksen atau petunjuk lain untuk menunjukkan suara tertentu.8

Pilihan untuk tiap-tiap buku berbahasa Arab di perpustakaan:9


1) Dibuatkan katalog Arab dan latin secara terpisah
1 Katalog Arab dan 1 katalog Latin (ada 2 katalog)

2) Dibuatkan katalog Latin saja


1 Katalog latin tanpa ada katalog Arab

3) Dibuatkan 1 Katalog Arab dan 1 katalog Latin 1 Katalog Arab dan masing-
masing dibuatkan transliterasi
Ada 2 versi katalog untuk tiap judul buku

Dewasa ini sistem Transliterasi yang banyak digunakan di dunia adalah dari

ALA&Library of Congress. Di Indonesia terdapat Pedoman Transliterasi Arab-

Latin berdasarkan SKB Menag dan Mendikbud 1987 dan banyak di gunakan oleh

perpustakaan PTAI. Penerbit Mizan menyusun sendiri pedoman Transliterasi

Arab-Indonesia untuk buku-buku terbitannya.

8 http://www.wisegeek.com/what-is-transliteration.htm
9 Kailani Eryono. Katalogisasi , hal 51

- 28 -

You might also like