Polusi Udara Terhadap Lingkungan

disampaikan oleh OIswar Mungkasa (Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup) pada DIskusi Udara Sehat untuk si Kecil diselenggarakan oleh Green Peace dan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) di Jakarta 31 Maret 2019

Mikrobiologi udara adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan peranan mikroba di udara (berguna untuk bidang-bidang kedokteran/ kesehatan, industri, ruang-angkasa dll).

Mikroba yang terdapat diudara berasal dari tanah yang disebabkan oleh percikan tanah dan akibat tiupan angin. Daerah yang terbebas dari mikroba tanah atau disebut juga daerah steril yaitu terdapat pada: 100-1000 m diatas permukaan tanah (kecuali jika ada pesawat lewat) 100 m dibawah permukaan tanah.

Udara merupakan media penyebaran bagi mikroorganisme. Mereka terdapat dalam jumlah yang relatif kecil bila dibandingkan dengan di air atau di tanah. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri di udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering ataupun terhembus oleh  tiupan angin.

Sebagian besar pencemaran udara diakibatkan oleh emisi gas buangan kendaraan bermotor. Terminal Ledeng merupakan lokasi simpul kemacetan di wilayah Bandung Utara. Salah satu polutan yang diemisikan dari proses pembakaran bahan bakar adalah timbal (Pb) yang memiliki efek berbahaya bagi manusia. Alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi pencemaran Pb di udara ambien adalah dengan menanam pohon peneduh yang dapat menyerap Pb. Pemilihan jenis pohon sangat berpengaruh terhadap efektifitas penyerapan Pb yang berhubungan dengan perbedaan pada morfologi daun.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan Pohon Kiacret (Spathodea Campanulata.P), Pucuk Merah (Syzygium Oleana.L) dan Pohon Damar (Agathis Dammara.L) dalam menyerap polutan Pb pada udara ambien.Tiga jenis pohon tersebut diberikan paparan selama 24 jam. Metode yang digunakanyaitu pengabuan basah dan analisa sampel menggunakan AAS.Hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa Pohon Damar mampu menyerap timbal sebesar 0,18 ppm/24 jam dengan hasil rata-rata 0,0076 ppm/jam pada pengujian tanggal 4 April 2015 dan sebesar 2,86 ppm/24 jam dengan hasil rata-rata 0,1192 ppm/jam pada pengujian tanggal 26 April 2015. Sedangkan pada Pohon Kiacret dan Pohon Pucuk Merah Pb tidak terdeteksi. Penyerapan Pb oleh tanaman juga dipengaruhi oleh cuaca dan jumlah kendaraan. Curah hujan yang besar menyebabkan penyerapan Pb akan semakin kecil dan jumlah kendaraan yang lebih banyak menyebabkan penyerapan Pb lebih besar.

Tingkat kepadatan lalu lintas di kota-kota sampai saat ini masih menjadi masalah khususnya pada upaya pengendalian pencemaran udara dari emisi kendaraan bermotor. Pertumbuhan kendaraan yang cukup tinggi di kota-kota besar ini tidak saja menimbulkan masalah kemacetan lalu lintas tetapi juga menimbulkan masalah lain seperti kecelakaan lalu lintas, polusi udara, dan kebisingan. Sekitar 87 % kontribusi pencemaran udara berasal dari sektor transportasi. Saat ini jumlah dan penggunaan kendaraan bermotor bertambah dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 12% per tahun. Komposisi terbesar adalah sepeda motor (73% dari jumlah kendaraan pada tahun 2002-2003 dan pertumbuhannya mencapai 30% dalam 5 tahun terakhir). Rasio jumlah sepeda motor dan penduduk diperkirakan 1:8 pada akhir tahun 2005.Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia karena menyebabkan kematian yang cukup tinggi dengan proporsi 3,8% untuk penyebab kematian di semua umur, sementara prevalensi nasional ISPA sebesar 25,5%.Untuk angka kunjungan pasien ke rumah sakit dengan penyakit gangguan sistem pernafasan berada di peringkat pertama yaitu sebesar 18,6% (Ditjen Bina Yanmedik, 2009). Berdasarkan data dari Pemerintah Kota Batam Tahun 2010 Jenis penyakit No.1  yang diderita penduduk kota Batam adalah ISPA (Infeksi Saluran Napas Akut) yaitu sebanyak 2696 orang.

The principal requirement of a sampling system is to obtain a sample that is representative of the atmosphere at a particular place and time and that can be evaluated as a mass or volume concentration. The sampling system should not alter the chemical or physical characteristics of the sample in an undesirable manner. The major components of most sampling systems are an inlet manifold, an air mover, a collection medium, and a flow measurement device.
One example is sampling for SO2. Liquid sorbents for SO2 depend on the solubility of SO 2 in the liquid collection medium. Certain liquids at the correct pH are capable of removing ambient concentrations of SO2 with 100% efficiency until the characteristics of the solution are altered so that no more SO2 may be dissolved in the volume of liquid provided. Under these circumstances, sampling is 100% efficient for a limited total mass of SO2 transferred to the solution, and the technique is acceptable as long as sampling does not continue beyond the time that the sampling solution is saturated. A second example is the use of solid sorbents such as Tenax for volatile hydrocarbons by the physical adsorption of the individual hydrocarbon molecules on active sites of the sorbent. Collection efficiency drops drastically when the active sites become saturated.

Introduction: Coal-fired power plants contribute to air pollution emissions of nearly one-third of global SO 2 , 14 % of NO x , and 5 % of PM 2.5. This condition could worsen adults' respiratory health who live close to power plants; WHO estimates that COPD and LRTI cause around 18% of premature deaths related to outdoor air pollution. This literature review aims to conduct a systematic review of the health impacts of coal-fired power plant emissions on adults' respiratory systems and explore what risk factors lead to decreased lung status. Also, to answer how risk factors influence decreased lung function in adults' respiratory system from coal-fired power plants' emissions. Discussion: This study used a literature study method using an online database to of various research data sources with the same topic. The searching of articles was performed based on the inclusion criteria. From an initial collection of 468 articles, after screening and considering its feasibi...

Introduction: Coal-fired power plants contribute to air pollution emissions of nearly one-third of global SO2 , 14 % of NOx , and 5 % of PM2.5. This condition could worsen adults’ respiratory health who live close to power plants; WHO estimates that COPD and LRTI cause around 18% of premature deaths related to outdoor air pollution. This literature review aims to conduct a systematic review of the health impacts of coal-fired power plant emissions on adults’ respiratory systems and explore what risk factors lead to decreased lung status. Also, to answer how risk factors influence decreased lung function in adults’ respiratory system from coal-fired power plants’ emissions. Discussion: This study used a literature study method using an online database to of various research data sources with the same topic. The searching of articles was performed based on the inclusion criteria. From an initial collection of 468 articles, after screening and considering its feasibility, four articles...

Indonesia Serukan Aksi untuk Polusi Udara dan Kesehatan Anak Pada simposium yang dipandu oleh Bappenas, UNICEF Indonesia, para mitra dan pakar untuk membahas faktor-faktor risiko dan bahaya jangka panjang terhadap kesehatan 31 Juli (Jakarta, Indonesia) – Eksposur terhadap polusi udara adalah ancaman terhadap perkembangan fisik dan kognitif anak, serta dapat mengakibatkan penyakit-penyakit kronis di kehidupan kelak. Para pakar menyerukan aksi untuk mengatasi sumber-sumber utama polusi udara di Indonesia, termasuk kebakaran hutan dan lahan gambut, kendaraan bermotor, tenaga listrik berbahan batu bara, debu, pembakaran terbuka dan pembakaran dan pembakaran biomassa dan asap tembakau tangan kedua di sebuah simposium hari ini yang bertajuk " Udara Yang Kita Hirup " yang diselenggarakan oleh Bappenas (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional) Indonesia, Pemerintah Provinsi Jakarta, UNICEF Indonesia, dan didukung oleh mitra teknis Vital Strategies di Aryaduta Jakarta, di Jakarta Pusat. Puncak acara ini adalah komitmen Bappenas untuk mengembangkan rekomendasi kebijakan berbasis bukti untuk mengurangi efek kesehatan dari polusi udara, dengan fokus pada langkah-langkah yang jelas untuk memastikan perlindungan hak anak atas kesehatan dan kesejahteraan. Lebih dari 4,2 juta orang meninggal setiap tahun sebagai akibat dari paparan pencemaran udara global. Di Indonesia, polusi udara adalah salah satu faktor risiko utama untuk kematian di antara anak-anak di bawah usia lima tahun. " Sebagai salah satu faktor risiko utama untuk kematian pada anak-anak di bawah usia lima tahun, UNICEF Indonesia mendukung pemerintah dalam mengatasi dampak buruk pencemaran udara pada kesehatan anak-anak. Kita semua harus segera bertindak sekarang untuk melindungi anak-anak Indonesia, " kata Gunilla Olsson, Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia.

Populasi penduduk dari hari ke hari, baik di perkotaan atau perdesaan kian bertambah jumlahnya. Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik Indonesia pada saat ini diperkirakan jumlah penduduk baik di perkotaan dan perdesaan sudah mencapai sekitar 250juta jiwa yang tersebar di 34 provinsi.

Kebakaran hutan dan lahan hampir setiap tahun terjadi di Indonesia. Ketika memasuki musim kering apalagi musim kering ekstrim (El Nino) kebakaran hutan/lahan dan perkebunan terjadi di banyak tempat. Kebakaran hutan lindung sampai kebakaran perkebunan meskipun sudah diantisipasi dan diingatkan jauh-jauh hari, kebakaran juga tetap terjadi. Efek dari kebakaran cukup banyak dan luas, juga memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan, ekonomi, warisan, struktur sosial daerah pedesaaan, dan juga kota terdekat maupuan tetangga. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), berdasarkan citra satelit landsat pada tahun 2019 kebakaran hutan dan lahan mencapai 857.755 hektare. Untuk lahan minimal 630.451 hektare, dan lahan gambut 227.304 hektare.
Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan memiliki banyak lahan kosong yang rawan terjadinya kebakaran saat musim kemarau, bahkan sebagaian merupakan lahan gambut. Di daerah Banjarmasin Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Banjar, yakni daerah Sungai Lulut. Demikian juga di daerah Banjarmasin Selatan ada di daerah Tanjung Pagar dan Gerilya di mana ini juga berbatasan dengan Kabupaten Banjar. Kebakaran lahan di Provinsi ini menyebabkan Kota Banjarmasin mendapatkan imbasnya dengan tebalnya asap yang membuat ancaman bagi kesehatan. Pada tahun 2018 tepatnya bulan agustus terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah daerah di Kalimantan Selatan. Luas lahan yang terbakar mencapai 1.084 hektare, mayoritas lahan yang terbakar merupakan kawasan gambut dan lahan kosong dan paling banyak terjadi di Kota Banjarbaru yang mencapai 294 hektare.