Pasar Tradisional

Pasar merupakan fasilitas perbelanjaan berupa los, toko, kios, dan sebagainya, yang berada pada suatu area tertentu di suatu wilayah. Pandangan masyarakat terhadap pasar tradisional saat ini sangat negatif. Dilihat dari segi kenyamanan dari pasar tradisional saat saat ini dirasa sangat kurang dibandingkan dengan pasar modern yang menawarkan berbagai kenyamanan. Pandangan negatif masyarakat timbul karena banyaknya permasalahan yang terdaapt pada pasar tradisional, yang membuat masyarakat lebih memilih pasar modern. Di Kabupaten Gianyar, khususnya Kecamatan Blahbatuh, keberadaan pasar tradisional dihadapkan pada permasalahan yang cukup banyak. Salah satu permasalahan pasar ini adalah fisik bangunan yang sudah tua, sehingga perlu adanya suatu inovasi baru dengan cara redesain pasar agar menjadi lebih baik dari sebelumnya dan dapat penarik minat pengunjung untuk berbelanja di pasar tradisional.

Secara teoritis keputusan pembelian yang dilakukan konsumen terhadap barang yang ditawarkan sangat di pengarungi oleh produk, harga, promosi, pelayanan dan lokasi yang mendukung kenyamanan belanja. Tidak menutup kemungkinan persaingan pemasaran juga terjadi pada pasar tradisional dan pasar modern.
Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang dialamnya terdapat transaksi secara langsung. Didalam pasar tradisional sering terjadi tawar menawar dan bangunanya biasanya terdiri dari  kios- kios dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual atau pengelola pasar. Pasar tradisional menjual berbagai macam kebutuhan rumah tangga, seperti sayuran, buah- buahan, ikan, sayur, dagi, telur, pakaian, perlengkapan dapur dan sebagainya.
Pasar tradisional biasanya terletak di kawasan yang strategis di pinggir jalan.Dalam kehidupan sehari hari pasar tradisional dikenal dengan istilah pasar becek, baud dan kotor, dan tidak menutup kemungkinan terdapat tindakan kekerasan seperti pencopetan, penjambretan dan sebagainya.Dan hal ini dapat berpengaruh terhadap minat pembeli untuk berbelanja di pasar tradisional.
Sedangkan dalam pembelian di pasar modern berbeda dengan pasar tradisional dalam pasar modern penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung, pembeli bisa melihat harga dan label yang terdapat pada barang yang dijual baik berupa rupiah maupun berupa barcode.Pelayanannyapun berbeda dalam pasar modern pelayanannya secara mandiri seperti dalam swalayan.Barang yang dijual selain barang sehari hari juga menjual bahan tahan lama seperti pakaian, perabotan atau peralatan rumah tangga dan perlengkapan lainya.
Konsumen sangat beraneka ragam perilakunya dalam berbelanja dan perilaku berbelanja berkaitan erat dengan minat dari konsumen untuk berbelanja.Bagi suatu perusahaan mengetahui bagaimana minat konsumen dalam pemiihan pasar sangat penting karena minat konsumen menjadi dasar dalam pemilihan pasar.
Dalam pemilihan pasar konsumen memiliki criteria evaluasi diantarnay adalah faktor lokasi, kelengkapan produk, harga, pelayanan, kenyamanan dalam berbelanja dan promosi. Hal tersebut  menjadikan faktor yang sangat penting yang harus di perhatikan oleh produsen karena akan menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen untuk memilih pasar mana yang akan didatnagi konsumen untuk berbelanja. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini berjudul “Analisis  Minat Konsumen dalam memilih Pasar Tradisional (Pasar Kambingan Tunggangri) Dan Pasar Modern (Indomaret Cabang Tunggangri)”.

The market is a place where sellers and buyers meet who make bargaining transactions for an item. The market is also a place for people who want to fulfill their daily needs. Therefore, the cleanliness of the market itself must be maintained.

Pasar tradisional yang juga menjadi salah satu tempat terjadinya interaksi serta perkumpulan masyarakat yang cukup besar, dalam aktifitas perdagangan jual beli. Disana perkumpulan tidak dapat dihindarkan, masuknya orang ke dalam pasar juga tidak dapat dibatasi, kebutuhan bahan pokok yang harus dipenuhi setiap hari berada di sana. Kemudian, bagaimana masyarakat mematuhi kebijakan yang ada selama pandemi, untuk tidak berkumpul, menjaga jarak, bahkan melakukan pekerjaan dari rumah?

Instrumen Pengamatan dan Wawancara Rempah-Rempah
SMA Negeri 1 Pamotan, Sosiologi; Rabu, Oktober 02, 2019

Siswa sedang penelitian rempah-rempah di pasar tradisional (foto: suhadi, 2017

PENGANTAR

Gunakan pedoman wawancara penelitian bumbon/ rempah-rempah ini untuk mengeksplor pengetahuan dan pengalaman para penjual di Pasar Tradisional dan penjual bumbon Rumahan tentang bumbon/ rempah-rempah. Dalam wawancara, gunakan bahasa yang sesuai dengan lokalitas. Selanjutnya kembangkan pedoman wawancara ini secukupnya. Ingat, tetap sopan dalam wawancara, kenalkan diri dan sampaikan tujuan anda. Dan jangan lupa, belilah bumbon/ rempah-rempah dan juga ucapkan terimakasih se-usai wawancara. Muliakanlah informan !!!

Mata Kuliah Teori Ekonomi, Dosen Pengampu: Nuril Maghfirah, M.Sc. Dalam materi ini insyaAllah akan membahas mengenai mekanisme pasar secara umum yang meliputi definisi, hukum permintaan dan penawaran, sistem perekonomian, keseimbangan harga, dan juga penelitian pada Pasar Kliwon Kudus. Semoga bermanfaat. Mohon maaf apabila ada kesalahan.

Pasar merupakan sarana yang begitu vital bagi perekonomian suatu wilayah, baik pasar tradisional maupun modern. Pasar dengan kondisi yang kumuh, kotor, dan bau merupakan kelemahan pasar tradisional di Indonesia, sehingga memberikan suasana berbelanja menjadi kurang nyaman. Namun di sisi lain, pasar tradisional memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh pasar modern yaitu harga yang cenderung lebih murah, serta terdapat suatu komunikasi dalam sistem tawar menawar. Studi lanjutan penelitian AC Nielsen tahun 2013, menunjukkan bahwa pasar tradisional di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 13.550 pasar dengan penurunan setiap tahunnya sebanyak 8.1%. Revitalisasi pasar merupakan perwujudan peran pemerintah dalam memfasilitasi masyarakat melalui pengadaan barang publik. Sepanjang 2017, Kementerian Perdagangan (Kemendag) merevitalisasi 909 pasar rakyat.‎ Dan pada 2018, jumlah pasar yang dibangun dan direvitalisasi sebanyak 1.592 unit pasar. Pasar memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan dan pertumbuhan perekonomian masyarakat, dengan sektor perdagangan menyumbang PDB sebesar 13,12%, dan merupakan penyumbang terbesar PDB setelah sektor industri pengolahan. Dalam pembangunan ekonomi jangka panjang pertumbuhan ekonomi dengan pemenuhan kebutuhan sosial harus diselaraskan dengan perhatian terhadap lingkungan.

Pasar Pabuaran adalah pasar terbesar di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Pada tahun 2008, pasar tersebut terbakar yang mengakibatkan 53 kios serta 20 los hangus. Para pedagang terpaksa berjualan dipinggir jalan dan mengakibatkan kemacetan. Oleh karena itu pemerintah berupaya untuk membangun pasar itu kembali. Pembangunan itu diserahkan kepada PT Mitra Putra Utama yang telah mendapat persetujuan dari BPD Cirebon. Ketika pembangunan tengah berlangsung, terjadi permasalahan internal. Pedagang melakukan protes karena bentuk pasar tidak sesuai permintaan dan harga kios yang mahal. Untuk menangani hal tersebut, akhirnya Pemerintah Desa Pabuaran dengan persetujuan BPD menghentikan kerja sama dengan PT Mitra Putra Utama. Untuk melanjutkan proyek pembangunan pasar tersebut maka dilakukan pergantian developer. Developer lama juga meminta ganti rugi kepada developer baru sebesar 500 juta karena developer lama yang telah melakukan aktivitas pembangunan. Selain itu developer lama juga meminta ganti rugi kepada pemerintah sebesar 1,5 milyar dengan catatan keramik dan rangka baja harus dikembalikan. Sampai saat ini pembangunan pasar Pabuaran masih mangkrak karena belum adanya ganti rugi antar pihak developer. Dalam kasus ini cukup banyak instansi yang terlibat, yakni BPD Pabuaran Kidul, Developer PT Mitra Putra Utama, Asosiasi pedagang Pabuaran Kidul, dan Pemerintah Desa Pabuaran Kidul. Dari hasil pertemuan seluruh instansi diatas, dihasilkan tawaran solusi yaitu pemutusan kontrak kerja pembangunan pasar Pabuaran yang ditangani oleh PT MPU, selanjutnya pemerintah mencari developer baru untuk melanjutkan pembangunan Pasar Paburan. Langkah pemerintah desa Pabuaran Kidul untuk mencari developer baru saya rasa sudah tepat. Akan tetapi sebelum memutuskan siapa yang akan menjadi developer selanjutnya, seharusnya pemerintah memilah dan memberikan persyaratan kepada calon developer baru agar tidak terjadi permasalahan yang sama. Pemerintah juga harus memaparkan kondisi pasar sebelumnya, juga menegaskan bahwa developer baru harus mengganti rugi kepada developer lama sebelum melakukan pembangunan. Dengan begitu, developer baru segera menyelesaikan ganti rugi dengan developer lama dan pembangunan dapat dilanjutkan. Ketika pembangunan sedang dijalankan BPD tidak bisa jika hanya duduk dan menyerahkan tanggung jawab pada asosiasi pedagang dan Pemerintah Desa. BPD seharusnya lebih sering mengawasi jalannya pembangunan. Pemerintah juga harus tegas dan cakap menangani masalah yang menyangkut perekonomian orang banyak tersebut. Ketua asosiasi pedagang telah menyuarakan tetapi tidak ada respon dari developer.

In modern civilization, the existence of modern shopping centers often become a symbol of the progress of a city. This study aimed to analyze the social and economic development plans Lotte Mall in District Pondok Aren, Tangerang Selatan. This study uses a qualitative method of collecting data through observation and indepth interview. Lotte Mall development is not only a positive impact, but also had a negative impact. The positive effect is; First, Lotte Mall provides nearly half of the needs of human life. Consumers or visitors can easily select and purchase the desired item. Second, the existence of Lotte Mall can drive the economy of local communities. Third, the construction of Lotte Mall will obviously create employment so that it can push the unemployment rate although in certain scale. Fourth, the existence of Lotte Mall has become a prerequisite for modern urban civilization. The establishment of Lotte Mall will certainly attract investment for development in other sectors such as property and other businesses. As for the negative impact of the construction of Lotte Mall, among others; First, a potentially lethal retailer small or medium class because it is not able to compete with large classes of retail traders. Second, the existence of Lotte Mall promoting wider logic of consumerism because people tend to be "spoiled" with ease and facility of shopping easy and convenient. Thirdly, the presence of Lotte Mall tends to turn off the traditional markets that already exist in the vicinity of the shopping center. Fourth, further reducing green open spaces as public spaces are natural and pro-environment. The existence of Lotte Mall also has the potential to cause traffic congestion due to be sentrum vehicular traffic.

Keywords: socioeconomic impacts of development mall; modern city; partnerships traditional markets and micro.

Keberagaman suku bangsa yang dimiliki oleh setiap negara khususnya negara Indonesia merupakan suatu aset berharga yang harus dijaga dan dilestarikan oleh bangsa Indonesia. Setiap suku bangsa memiliki tradisi kebudayaan yang berbeda sesuai dengan daerahnya masing-masing. Namun, seiring berkembangnya zaman, nilai lokal yang terkandung dalam kebudayaan tradisional tersebut perlahan mulai luntur. Agar ciri khas kebudayaan tradisional di suatu daerah tidak hilang, maka hadirnya konsep Arsitektur Etnik ini dapat dijadikan sebagai alat untuk melestarikan kebudayaan suatu bangsa. Salah satu bangunan yang menerapkan konsep Arsitektur Etnik yaitu Pasar Badung yang ada di Bali. Pembangunan pasar ini mencerminkan kebudayaan Etnik Bali yang sangat ekspresif dan mengedepankan aspek religi (agama hindu). Pengekspresian tersebut dapat dilihat melalui interaksi masyarakat Bali dengan lingkungannya yang terkandung dalam konsep Tri Hita Karana. Penataan ruang pada Pasar Badung memiliki nilai filosofi ...

Seasonal Market is a market that only exists at certain times in a busy location. In the Rawasari area, Central Jakarta, there is a phenomenon of the existence of a seasonal market in the middle of residential areas and adjacent to a traditional market that is open every day. The existence of the seasonal market can influence the development of the surrounding environment. The purpose of this study was to determine the public response to the existence of a seasonal market and its impact on the development of the surrounding environment. This research uses qualitative methods by conducting a primary survey through literature study, observation, and interview. The results showed that the community responded positively to the existence of a seasonal market because it could help them with their daily needs and strategic location of the surrounding settlements. This can be seen from the enthusiasm of residents who are busy shopping. PENDAHULUAN Respon merupakan pandangan dari masyarakat terhadap hal yang diterima dari panca inderanya baik yang bersifat positif maupun negatif. Respon dihasilkan ketika seseorang telah melihat dan merasakan objek tertentu sehingga dapat dikatakan respon saling berkaitan sebab akibat antara fenomena yang terjadi di lingkungan dengan perilaku masyarakat yang ada di sekitarnya [1]. Respon juga dapat diartikan sebagai media dalam berkomunikasi terhadap sesuatu yang dipasarkan pada saat menerima sesuatu. Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku dalam menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi sikaplah yang menentukan seseorang merespon atau tidak merespon terhadap sesuatu yang diterimanya [2]. Pasar kaget merupakan pasar tradisional yang memiliki waktu dan tempat tertentu pada suatu lingkungan. Hal ini didukung dalam penelitian (Tri Tarwiyan, Arnesih, 2017) yang mengatakan bahwa Pasar kaget adalah salah satu bentuk dari pasar tradisional, hal itu disebabkan karena pasar ini buka hanya sesaat, tiba-tiba dan dapat hanya diwaktu-waktu tertentu saja. Berbagai manfaat yang dirasakan oleh masyarakat menjadi salah satu faktor adanya pasar kaget. Hal ini juga dikarenakan dapat mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam berbelanja yaitu transaksi langsung antara penjual dengan pembeli [3]. Pasar kaget juga sebagai tempat terjadinya aktivitas penjual dan pembeli secara langsung sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan. Pasar kaget memiliki struktur ruang yang kuno dan fungsi yang masih konvensional, seperti: sistem pembayaran yang

The present paper was written as a conclusion of a six-month research project in the field of travel and tourism, developed in Surakarta City known as Solo City, Indonesia.

The first part of the paper is a journey in the history of human travel that later turned into tourism and finally became the Travel and Tourism Industry. The data presented here relies on information available at the time of writing (2014).

The second part is dedicated to travel and tourism potential of Solo City based on the research conducted in the city area.

My hope is that the information presented here will be helpful for any individual or organization that has interest regarding the subject and it can be used in the future work  for the development of the local travel and tourism potential of Solo City towards a world class, sustainable and social-aware local Travel and Tourism Industry.

Terima kasih.

The market is a meeting place for two main actors namely traders and buyers in the context of buying and selling goods and services using legal tender. In its implementation the market is divided into two categories, namely the formal market and the informal market. Informal markets often have a bad image. Examples of the Simpog Pulogadung market, an informal market that grows organically near the Pulogadung terminal, grows on its own originating from a merchant association that settled in the area so that it becomes a separate community in the area. Simpog Pulogadung market is able to live and maintain the desires of consumers around the market, even vehicles that pass through it. The biggest problem with the Simpang Pulogadung market is its location right on the Perintis Kemerdekaan road. Structuring the trade space is a major problem to study the perceptions of the surrounding community and also vehicle users in conducting activities because the market uses the shoulder of the road.

Pasar merupakan tempat berkumpul dan jual beli barang serta jasa. Keberadaan pasar bukan hanya mengenai ekonomi saja namun mencakup aspek sosial dan budaya. Bahkan kehadiran pasar merupakan bukti peradaban yang berlangsung sejak lama mengingat nilai historinya begitu melekat. Pasar terutama pasar informal seringkali dianggap sebagai salah satu sumber rusaknya citra suatu kawasan terutama ruang terbuka publik kota. Aktivitas pedagang yang sifatnya lebih permanen dibandingkan pembeli memberikan dampak terhadap kualitas kawasannya. Namun yang menjadi pertanyaan, bagaimana aktivitas itu muncul pada ruang yang tidak sesuai dengan peruntukkannya serta tanpa perencanaan yang baik? Dengan menggunakan metode kualitatif dan observasi langsung memberikan gambaran bahwa aktivitas pedagang yang dilakukan merupakan bentuk adaptasi mereka dalam mempertahankan kondisi yang tidak menguntungkan tersebut.

Keberagaman suku bangsa yang dimiliki oleh setiap negara khususnya negara Indonesia merupakan suatu aset berharga yang harus dijaga dan dilestarikan oleh bangsa Indonesia. Setiap suku bangsa memiliki tradisi kebudayaan yang berbeda sesuai dengan daerahnya masing-masing. Namun, seiring berkembangnya zaman, nilai lokal yang terkandung dalam kebudayaan tradisional tersebut perlahan mulai luntur. Agar ciri khas kebudayaan tradisional di suatu daerah tidak hilang, maka hadirnya konsep Arsitektur Etnik ini dapat dijadikan sebagai alat untuk melestarikan kebudayaan suatu bangsa. Salah satu bangunan yang menerapkan konsep Arsitektur Etnik yaitu Pasar Badung yang ada di Bali. Pembangunan pasar ini mencerminkan kebudayaan Etnik Bali yang sangat ekspresif dan mengedepankan aspek religi (agama hindu). Pengekspresian tersebut dapat dilihat melalui interaksi masyarakat Bali dengan lingkungannya yang terkandung dalam konsep Tri Hita Karana. Penataan ruang pada Pasar Badung memiliki nilai filosofi ...

The market is a meeting place for two main actors namely traders and buyers in the context of buying and selling goods and services using legal tender. In its implementation the market is divided into two categories, namely the formal market and the informal market. Informal markets often have a bad image. Examples of the Simpog Pulogadung market, an informal market that grows organically near the Pulogadung terminal, grows on its own originating from a merchant association that settled in the area so that it becomes a separate community in the area. Simpog Pulogadung market is able to live and maintain the desires of consumers around the market, even vehicles that pass through it. The biggest problem with the Simpang Pulogadung market is its location right on the Perintis Kemerdekaan road. Structuring the trade space is a major problem to study the perceptions of the surrounding community and also vehicle users in conducting activities because the market uses the shoulder of the road.

Meningkatnya kebutuhan hidup sehari-hari tentu melibatkan pasar. Pasar menjadi salah satu wadah peluang usaha bagi para pedagang yang mayoritas memiliki usaha kecil. Seiring meningkatnya jumlah permintaan konsumen untuk kebutuhan hidup, maka terbentuklah sebuah pasar yang dikenal dengan pasar kaget. Dinamai pasar kaget karena pasar yang bersifat sementara dengan pedagang yang selalu berpindah lokasi untuk mencari titik ramai pembeli. Aktivitasnya hanya untuk beberapa waktu saja dan berlangsung hanya beberapa jam. Biasanya pasar kaget ini berdiri pada tempat yang memiliki fungsi lain, seperti trotoar jalan ataupun lapangan terbuka yang memiliki titik potensi ramai pembeli pada lingkungan sekitar. Kehadiran pasar kaget dapat dikaji melalui pola pergerakannya, dimana pola perpindahan para pedagang dengan cara berkelompok dan diwaktu tertentu yang melatar belakangi kajian ini. Kehadiran pasar kaget ini dikaji bertujuan untuk mengungkap pola pergerakan kelompok pedagang yang tergabung da...

Pasar merupakan tempat berkumpul dan jual beli barang serta jasa. Keberadaan pasar bukan hanya mengenai ekonomi saja namun mencakup aspek sosial dan budaya. Bahkan kehadiran pasar merupakan bukti peradaban yang berlangsung sejak lama mengingat nilai historinya begitu melekat. Pasar terutama pasar informal seringkali dianggap sebagai salah satu sumber rusaknya citra suatu kawasan terutama ruang terbuka publik kota. Aktivitas pedagang yang sifatnya lebih permanen dibandingkan pembeli memberikan dampak terhadap kualitas kawasannya. Namun yang menjadi pertanyaan, bagaimana aktivitas itu muncul pada ruang yang tidak sesuai dengan peruntukkannya serta tanpa perencanaan yang baik? Dengan menggunakan metode kualitatif dan observasi langsung memberikan gambaran bahwa aktivitas pedagang yang dilakukan merupakan bentuk adaptasi mereka dalam mempertahankan kondisi yang tidak menguntungkan tersebut.

Meningkatnya kebutuhan hidup sehari-hari tentu melibatkan pasar. Pasar menjadi salah satu wadah peluang usaha bagi para pedagang yang mayoritas memiliki usaha kecil. Seiring meningkatnya jumlah permintaan konsumen untuk kebutuhan hidup, maka terbentuklah sebuah pasar yang dikenal dengan pasar kaget. Dinamai pasar kaget karena pasar yang bersifat sementara dengan pedagang yang selalu berpindah lokasi untuk mencari titik ramai pembeli. Aktivitasnya hanya untuk beberapa waktu saja dan berlangsung hanya beberapa jam. Biasanya pasar kaget ini berdiri pada tempat yang memiliki fungsi lain, seperti trotoar jalan ataupun lapangan terbuka yang memiliki titik potensi ramai pembeli pada lingkungan sekitar. Kehadiran pasar kaget dapat dikaji melalui pola pergerakannya, dimana pola perpindahan para pedagang dengan cara berkelompok dan diwaktu tertentu yang melatar belakangi kajian ini. Kehadiran pasar kaget ini dikaji bertujuan untuk mengungkap pola pergerakan kelompok pedagang yang tergabung dalam pasar kaget di kawasan Rusunawa Marunda. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif melalui wawancara dan pengamatan di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan pola pergerakan kelompok pedagang pasar kaget Rusunawa Marunda dan hal yang melatarbelakangi mereka berpindah secara berkelompok. Kata-kunci: kualitatif rasionalistik, pasar kaget, pola pergerakan, rusunawa MOVEMENT PATTERN OF RUSUNAWA MARUNDA SHOCKING MARKET NORTH JAKARTA ABSTRACT The increasing needs of daily life is certainly involve the market. The market is one of place for business opportunities for traders, the majority of which have small businesses. As the number of consumer demand increases for the necessities of life, then formed a market known as the 'shocking market'. It named "shocking" market because the market is temporary with traders who are always moving locations to find a crowded point of buyers. The activity is only for some time and lasts only a few hours. Usually this shocking market stands at a place that has other functions, such as a sidewalk or open field that has a potential point of bustling buyers in the surrounding environment. The shocking market presence can be assessed through its movement patterns, in which the movement patterns of traders by means of groups and at certain times are the background of this study. The presence of the shock market was reviewed in order to uncover the pattern of movement of traders in the shock market in the Marunda Rusunawa area. The method used is a qualitative rationalistic method, with interview and observation techniques in the field. The results of this study shows the movement pattern of the shocking market traders in Marunda Rusunawa and the reasons behind them moving in groups.