Minyak Bumi

Minyak bumi adalah sumber energi utama di dunia, sebagai bahan bakar berbagai jenis mesin. Akhir-akhir ini penulis sering mendengar berita yang berisi tentang masalah cadangan minyak di dunia yang semakin menipis. Cadangan minyak bumi yang ada saat ini di Indonesia hanya bisa bertahan hingga tahun 2028 akan habis 11 tahun lebih tepatnya (Menteri ESDM, 2010). Oleh karena itu, masyarakat di Indonesia sangat membutuhkan solusi guna menanggulangi cadangan minyak bumi. Pada masa ini mulai muncul berbagai jenis energi alternatif, seperti tenaga matahari dan hidrogen. Bahkan kini muncul bahan bakar alternatif dari limbah plastik  sampai  SDA  (Sumber  Daya  Alam)  hayati  dan  non  hayati  sekalipun. Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk memperkenalkan bahan bakar alternatif ramah  lingkungan  dari  tanaman  tebu  (Saccharum  officinarum)  yang  dapat menjadi langkah tepat dalam menanggulangi masalah cadangan minyak bumi di Indonesia. Tanaman tebu (Saccharum officinarum) adalah salah satu anggota familia rumput-rumputan (Graminae). Tebu mengandung kadar glukosa tinggi yang diolah menjadi bioetanol sehingga dapat dijadikan bahan bakar alternatif ramah  lingkungan.  Bioetanol  adalah  etanol  yang  diproduksi  dengan  cara fermentasi menggunakan bahan baku nabati (Tumbuhan). Bioetanol tidak saja menjadi alternatif yang sangat menarik untuk substitusi bensin, namun mampu juga menurunkan emisi gas CO2. Bioetanol dari tanaman tebu diperoleh dengan proses penggilingan tebu dengan mesin penggiling hingga mendapatkan air tebu. Air tebu yang sudah digiling kemudian didiamkan selama 2-3 hari hingga beraroma seperti alkohol. Selanjutnya air tebu tersebut didistilasi menggunakan alat distilasi sederhana yang dibuat oleh penulis. Dengan hadirnya bahan-bahan alternatif dari tanaman tebu ini diharapkan mampu untuk menanggulangi masalah cadangan minyak bumi di Indonesia.

Sumber bahan bakar yang banyak digunakan untuk kendaraan baik roda dua atau roda empat dan industri serta untuk memasak adalah minyak bumi dan gas alam. Minyak bumi dan gas alam terbentuk dari jasad renik yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang telah mati. Minyak bumi dan gas alam termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui karena memerlukan waktu yang sangat lama untuk terbentuk kembali.
Pemakaian bahan bakar minyak bumi dan gas alam memiliki kelebihan dan kekurangan serta dampak yang dapat mempengaruhi lingkungan dan kesehatan. Pemakaian bahan bakar minyak bumi dan gas alam dari hari ke hari semakin meningkat seiring dengan meningkatnya aktifitas dan jumlah penduduk bumi ini sehingga lama-kelamaan persediaannya akan habis. Oleh karena itu perlu adanya bahan bakar alternatif jika sewaktu-waktu terjadi kelangkaan.

Kegiatan eksplorasi yang sangat tinggi intensitasnya saat ini membuat waktu dalam pengolahan serta analisis data harus bisa seefektif mungkin. Untuk itu dibutuhkan suatu metode yang bisa menghitung dan mengetahui secara otomatis luas dan bagian porositas batuan. Salah satu cara  dalam pengolahan citra digital adalah dengan cara segmentasi citra. Segmentasi dapat dikatakan proses pemisahan wilayah objek (foreground) dengan wilayah latar belakang (background) dalam suatu citra.

Pada tugas akhir ini dilakukan percobaan dengan 3 metode yaitu metode Isodata, Triangle, serta Hill-Climbing. Ketiga metode ini menghasilkan variasi dari hasil visualisasi segmentasi porositas batuan, Dengan fraksi luas yang saling berdekatan.

Metode Hill-Climbing adalah salah satu metode yang cocok untuk segmentasi porositas batuan karena dengan metode ini segmentasi dilakukan secara clustering dari persamaan warna citra. Metode ini digunakan karena pada sayatan batuan telah di injeksikan suatu fluida resin berwarna biru yang memasuki pori-pori dari batuan. Sehingga warna biru dalam porositas batuan tersebut dapat tersegmentasi dengan baik.

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan hasil minyak buminya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia sudah menjadi negara yang masuk kategori net importir minyak, Minyak dunia yang diimpor memiliki harga cukup mahal, tidak sepadan dengan kemampuan ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia, sehingga harga tersebut tidak dapat diterapkan di Indonesia. Salah satu langkah pemerintah untuk menangani permasalahan tersebut adalah dengan memberikan subsidi BBM bagi rakyat menengah kebawah yang dituangkan dalam APBN. menengah kebawah yang dituangkan dalam APBN.Harga minyak dunia sering mengalami fluktuasi yang mengakibatkan harga sering berubah – ubah. Sedangkan harga BBM dalam negeri tidak dapat dengan mudah mengikuti perubahan harga minyak dunia, sehingga pemerintah perlu melakukan revisi terhadap APBN setiap kali terjadi kenaikan harga minyak dunia agar tetap dapat menyediakan subsidi untuk rakyat. Hal demikian tentu saja sangat merepotkan. Agar tidak terlalu sering melakukan revisi APBN, pemerintah memerlukan prediksi harga minyak dunia yang akurat. General Regression Neural Network (GRNN) merupakan salah satu model jaringan radial basis yang digunakan untuk pendekatan suatu fungsi. Model GRNN termasuk model jaringan syaraf tiruan dengan solusi yang cepat, karena tidak diperlukan iterasi yang besar pada estimasi bobot-bobotnya. Model ini memiliki arsitektur jaringan yang baku, dimana jumlah unit pada pattern layer sesuai dengan jumlah data input. Analisis dilakukan simulasi jaringan dengan menguji 40 data tersisa didapat nilai mse training sebesar 0.9634 dan nilai mse testing gas bumi sebesar 2.1721. Dilakukan analisis peramalan dan didapat bahwa nilai harga minyak dunia akan berada pada kisaran US$86 per barrel. Untuk selanjutnya kenaikan harga minyak per barel akan meningkatkan anggaran pemerintah dalam subsidi BBM dan listrik.

Psedomonas merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Penggunaan bakteri Psedomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi Psedomonas dengan senyawa hidrokarbon.

Setelah memasuki puncaknya pada tahun 1990-an, produksi minyak Indonesia terus mengalami penurunan hingga saat ini. Ketika produksi menurun, lifting minyak pun ikut menurun. Ketidakpastian dalam merealisasikan lifting migas nasional akan menyebabkan ketidakstabilan fiskal dalam APBN. Sebab setiap penurunan lifting minyak sebesar 10 ribu barel akan berdampak pada hilangnya penerimaan negara sebesar Rp 1,6-3 triliun, sedangkan ketika ada penurunan ICP 1 USD maka akan berdampak pada hilangnya penerimaan negara sebesar Rp 3,4-3,9 triliun. Konsekuensi lain dari menurunnya lifting minyak nasional adalah ketidakpastian alokasi Dana Bagi Hasil Migas (DBH Migas) yang dibagi pemerintah pusat ke pemerintah daerah-daerah penghasil migas. Ada empat alasan yang menjadi penyebab mengapa sektor migas perlu dipertimbangkan ulang sebagai sumber pendapatan dan belanja negara di masa depan.  Kemudian situasi ini memunculkan dua pertanyaan, yaitu: (1) Langkah apa yang harus dilakukan pemerintah nasional untuk menutupi kekurangan pendapatan negara sebagai konsekuensi dari menurunnya cadangan migas Indonesia; (2) Langkah apa yang harus dilakukan pemerintah daerah, terutama daerah-daerah penghasil minyak dimana APBD nya memiliki ketergantungan yang tinggi pada DBH migas. Ada beberapa strategi untuk dapat menjawab dua pertanyaan ini.