Available online at https://jurnal.teknologiindustriumi.ac.id/index.php/JCPE/index
Journal of Chemical Process Engineering
e-ISSN Number
2655 2967
Volume 5 Nomor 1 (2020)
SINTA Accreditation Number
28/E/KPT/2019
Pemanfaatan Sabut Kelapa Sebagai Bioadsorben Logam Berat Pb(II) Pada
Air Limbah Industri
(Coconut Fiber Utilization As A Heavy Metal Bio adsorbent Pb (II) On Industrial
Waste Water)
La Ifa, Frans Rante Pakala, Rani Wahyuni Burhan, Fitra Jaya, Rafdi Abdul Majid
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia, Jalan Urip Sumoharjo
Km.4, Makassar&90231, Indonesia
Inti Sari
Kata Kunci: Bioadsorben,
Sabut Kelapa, Logam Berat,
Pb(II)
Key Words : Bioadsorbent,
Coconut Fiber, Heavy Metal,
Pb(II)
Penelitian ini menguji serat kelapa sebagai bioadsorbent Pb (II) dalam air limbah
industri. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek pH dan waktu kontak
pada penyerapan bioadsorbent dari sabut kelapa tanpa aktivasi. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimental dengan merapikan sabut kelapa terlebih dahulu
menggunakan saringan, kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 105oC.
Tes pendahuluan kemudian dilakukan pada pewarna biru metilen. Ini diikuti oleh
penyaringan bioadsorbent dan air limbah yang diserap. Analisis air limbah termasuk
mengukur konsentrasi Pb (II) menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer
(AAS) dengan konsentrasi Pb 0,17 ppm. Hasil penelitian menunjukkan daya serap
terbaik menggunakan bioadsorbent sabut kelapa adalah pada pH 7, dengan persentase
96,25%. Selanjutnya,waktu kontak 4 jam dengan menerapkan bioadsorbent sekam
kelapa untuk sampel air limbah dengan Pb (II) adalah 94,66%.
Abstract
This study examines coconut fiber as bioadsorbent Pb (II) in industrial wastewater. It
analyzes the effect of pH and contact time on the bioadsorbent absorption of coconut
coir without activation. The study uses experimental method by smoothing the coconut
husk first using a sieve, then dried using an oven at 105oC. A preliminary test was then
carried out on the methylene blue dye. This is followed by the filtration of the
bioadsorbent and the adsorbed wastewater. The analysis of wastewater include
measuring the concentration of Pb (II) using an Atomic Absorption Spectrophotometer
(AAS) with a Pb concentration of 0.17 ppm. The results show the best absorption using
coconut husk bioadsorbent is at pH 7, with a percentage of 96.25%. Furthermore, the
contact time of 4 hours by applying coconut husk bioadsorbent to wastewater samples
with Pb (II) was 94.66%.
Published by
Department of Chemical Engineering
Faculty of Industrial Technology
Universitas Muslim Indonesia, Makassar
Address
Jalan Urip Sumohardjo km. 05 (Kampus 2 UMI)
Makassar- Sulawesi Selatan
Corresponding Author
la.ifa@umi.ac.id
Journal History
Paper received :18 Desember 2019
Received in revised : 17 Januari 2020
Accepted: 15 Mei 2020
Journal of Chemical Process Engineering
PENDAHULUAN
Aktifitas
industri
dan
laboratorium
pengujian
menghasilkan
limbahyang
dapat
digolongkan sebagai logam berat dan berbahaya
seperti Cr6+, Cd2+, Zn2+, Hg+, Fe2+, Cu2+, Mn2+,
Pb2+, NH4+. Salah satu logam berat yang berbahaya
dan dominan,serta sering ditemukan dari aktivitas
tersebut adalah Pb(II) [1].
Pb(II) adalah Timbal atau timah hitam yang
digolongkan sebagai bahan pencemar berbahaya
karena memiliki toksisitas tinggi.Berdasarkan Balai
Besar Industri Hasil Perkebunan, kandungan logam
Pb(II) dalam limbah cair yang berasal laboratorium
pengujian adalah sebesar 0,3 – 0,5 mg/L.
Sedangkan, menurut keputusan Kep. Men. Neg.
L.H. No.: KEP-1/MENLH/10/1995 tentang baku
mutu limbah cair bagi kegiatan Industri logam,
timbal yang diijinkan untuk dibuang ke lingkungan
adalah sebesar 0,1 mg/L [2], sementara itu baku
mutu maksimal logam timbal adalah sebesar 0,05-1
mg/L (Pemerintah RI, 2004) [3].
Beberapa industri yang berpotensi sebagai
sumber pencemar Pb(II) adalah industri baterei,
bahan bakar, pengecoran, pemurnian, kabel, dan
industri kimia lainnya. Sumber lain dari logam
Pb(II) dapat berasal dari transportasi, tanah dan air
[4]. Baku mutu menurut World Health Organization
(WHO) Pb(II) dalam air adalah sebebesar 0,1 mg/L
dan menurut Kementrian Lingkugan Hidup (KLH)
No 02 tahun 1988 adalah sebesar 0,05-1 mg/L [5].
Timbal yang masuk ke dalam tubuh dapat
menyebabkan
kecerdasan
anak
menurun,
pertumbuhan badan terhambat, bahkan dapat
menimbulkan kelumpuhan[6]. Selain itu, dapat
menyebabkan gangguan pada organ, seperti
gangguan neurologi (syaraf), ginjal, sistem
reproduksi, sistem hemopoitik serta sistem syaraf
pusat (otak), terutama pada anak yang dapat
menurunkan tingkat kecerdasannya[7].
Metode yang umum digunakan untuk
menurunkan kadar logam berat adalah adalah
adsorpsi. Metode ini merupakan proses perpindahan
massa pada permukaan pori-pori dalam butiran
bioadsorben. Metode adsorpsi memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya memiliki proses yang relatif
sederhana, memiliki efektifitas dan efesiensi yang
relatif tinggi, serta tidak memberikan efek samping,
berupa zat beracun [8]. Proses adsorpsi juga
tergolong dalam metode pemisahan yang efektif di
pengolahan air limbah karena ekonomis [9]
Beberapa studi terdahulu telah melakukan
upaya untuk mengurangi pencemaran logam berat
timbal Pb(II) dengan menggunakan bioadsorben
e-ISSN Number 2655 2967
seperti limbah jerami padi yang diaktivasi [8], poli5-allilkaliks[10], kerang hijau [1], eceng gondok
[11], jerami padi[12], sekam padi[13], cangkang
kelapa sawit [14], keratin bulu ayam [15], karbon
granula [16], arang bambu yang diaktifvasi dan
arang bambu yang tidak diaktivasi [6], limbah tanah
liat[17], arang aktif kulit pisang [18], tempurung
kelapa [19][19], limbah serbuk gergaji kayu mahoni
[20], zeolit [21], arang aktoif kulit singkong [22],
biomassa aspergillus niger [23], tongkol jagung
[24], sabut siwalan [7], kulit kacang tanah [25]
cangkang kerang darah [3], cangkang telur ayam
[26], karbon aktif [2], [27], cangkang kerang dan
cangkang kepiting [28], ampas tebu [9], dan
hidroksi apatit [29].
Dalam Pemilihan bioadsorben, dilakukan
berdasarkan luas permukaan pori-pori zat yang
diadsorpsi. Terdapat kandungan utama bioadsorben
yang berasal dari bahan alam seperti selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Selulosa memiliki gugus
fungsi yang dapat melakukan pengikatan dengan
ion logam. Gugus fungsi tersebut adalah karboksil
dan hidroksil[8].
Salah satu material bioadsoben yang disebut
diatas adalah sabut kelapa. Dalam setiap butir
kelapa, mengandung serat sebesar 525 gram (75 %
dari sabut), dan serbuk sabut sebesar 175 gram (25
% dari sabut)[30]. Pada umumnya sabut ini
dimanfaatkan sebagai kayu bakar [19]. Struktur
sabut kelapa tersusun atas selulosa 37,9%, lignin
33,5%, dan hemisellulosa 15,5% [31]. Secara
alami, sabut kelapa akan memberikan struktur
berpori, sehingga dapat digunakan sebagai
bioadsorben tanpa pengarangan. Senyawa di dalam
bahan alami yang berperan dalam proses adsorpsi
yaitu selulosa, hemisellulosa dan lignin [32]. Lignin
memiliki gugus fungsi seperti aldehida, keton,
asam, fenol dan eter sehingga dapat terjadi adsorbsi
kimia [19].
Kemampuan adsorpsi ion logam juga
dipengaruhi oleh pH, karena adanya protonasi
gugus anionik. Pada pH rendah, konsentrasi ion H+
tinggi, sehingga terjadi kompetisi antara ion H+
dengan ion logam, terhadap situs pertukaran kation
yang bermuatan positif, maka adsorpsi menjadi
kecil. Adsorpsi logam akan mengalami peningkatan
dengan naiknya pH [10].
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian
ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah sabut
kelapa tanpa diaktivasi, sebagai bioadsorben logam
Pb(II) dengan mempelajari pengaruh pH dan waktu
kontak.
55
Journal of Chemical Process Engineering
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan experimental
laboratory yang dilakukan di Laboratorium Balai
Besar Industri Hasil Perkebunan Makassar. Bahan
utama yang digunakan yaitu sabut kelapa, diperoleh
di Pasar Daya Makassar.Sampel limbah yang
mengandung Pb(II)memiliki konsentrasi 0,17
ppm.Larutan standar Pb 1000 ppm dari Merck,
natrium hidoksida (NaOH) dan aquadest diperoleh
di CV. Intrako Makassar.
Alat utama yang digunakan untuk proses
adsorpsi adalah erlenmeyer 250 mL dan magnetic
stirrer. Alat-alat pendukung yang digunakan
adalahhot plate, neraca analitik, spatula, oven, gelas
kimia 500 mL, ayakan 300 µm, blender, desikator,
pipet tetes, labu ukur 100 mL, corong, stopwatch
dan pH meter. Adapun alat instrumen yang
digunakan adalah Spektrofotometer Serapan Atom
(AAS)Shimadzu
AA-7000
dengan
panjanggelombang pada 283,0 nm, lajualirasetilen
pada 1,70 L/menit, laju alir udara pada 13,5
L/menit, lebar celah pada 1,0 nm, kuat arus lampu
katoda 5,0 μA, tinggi burner 14 mm. Peralatan
proses adsorpsi ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Rangkaian Alat Adsorpsi
Pembuatan Bioadsorben Sabut Kelapa
Kelapa yang telah dikupasdipisahkan serat
dari gabusnya. Selanjutnya, serat sabut kelapa
dicuci bersih dan dibilas dengan aquadest,
kemudian dikeringkan dengan panas matahari
selama 8 jam. Setelah kering, serat sabut kelapa
dipotong kecil-kecil atau diblender. Kemudian
diayak menggunakan ayakan 300 µm. Selanjutnya,
butiran serat kelapa dikeringkan dalam oven pada
suhu 105oC. Serbuk serat kelapa kemudian
disimpan dalam desikator dan digunakan sebagai
bioadsorben tanpa melalui aktivasi.
e-ISSN Number 2655 2967
Uji Pendahuluan terhadap Zat Warna
Methylene Blue
Bioadsorben sabut kelapa ditambahkan
kedalam methylene blue, kemudian dikocok selama
beberapa menit dan diamati perubahan warna yang
terjadi.Uji pendahuluan (daya serap bioadsorben
sabut kelapa) menggunakan methylene blue,
sehingga menyebabkan terjadinya perubahan warna
larutan dari biru menjadi warna kuning. Proses ini
menandakan bahwa bioadsorben sabut kelapa dapat
digunakan, karena dapat menyerap warna birudari
larutan methylene blue.
Penentuan pH optimum Bioadsorben secara
Spektrofotometri Serapan Atom
Sebanyak ± 0,5 g bioadsorben dimasukkan ke
dalam botol sampel dan ditambahkan 30,0 mL
larutan Pb(II) 40 ppm ke dalam masing-masing
erlenmeyer. Deret pH larutan 4,7 dan 11 dibuat,
kemudian dihomogenkan dengan shaker/magnetic
stirer selama 3 jam. Campuran disaring dengan
kertas saring Whatman 42 dan filtratnya diambil
untuk analisis Pb(II) yang tersisa menggunakan
AAS dengan panjang gelombang 283,3 nm. Semua
perlakuan dilakukan secara duplo
Penentuan waktu optimum Bioadsorben secara
Spektrofotometri Serapan Atom
Sebanyak ± 0,5 g bioadsorben dimasukkan ke
dalam botol sampel, kemudian ditambahkan 30,0
mL larutan Pb(II) murni dan air limbah yang
mengandung Pb(II), kedalam masing-masing
erlenmeyer.
Proses
selanjutnya
kemudian
dihomogenkan dengan shaker/magnetic stirer
dengan dibuat deret waktu kontak 1,2,3 dan 4 jam.
Campuran disaring dengan kertas saring Whatman
42 dan filtratnya dianalisisa untuk konsentrasi
Pb(II) yang tersisa menggunakan AAS dengan
panjang gelombang 283,3 nm. Semua perlakuan
dilakukan secara duplo
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini diawali dengan tahap
pendahuluan, antara lain pemeriksaan air limbah
meliputi
pengukuran
kandungan
Pb(II)
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom
(AAS) dan uji pendahuluan terhadap daya serap
bioadsorben sabut kelapa dengan menggunakan
larutan methylene blue.Hasil pengukuran kadar
logam Pb(II) pada limbah yaitu dengan konsentrasi
0,17 ppm. Hasil uji pendahuluan berupa daya serap
bioadsorben sabut kelapa, menggunakan methylene
blue menunjukan terjadinya perubahan warna
56
e-ISSN Number 2655 2967
Journal of Chemical Process Engineering
larutan,dari biru menjadi kuning. Dengan ini
menandakan bahwa bioadsorben sabut kelapa dapat
dipergunakan karena dapat menyerap warna biru
dari larutan methylene blue.
Hasil penurunan adsorpsi logam Pb(II)
ditentukan berdasarkan perbedaan pH yang
digunakan (3, 4, 7 dan 11) dan waktu kontak (0, 1,
2,3 dan 4 jam). Penurunan adsorpsi ini dapat
dianalisa dengan menghitung efektivitas penurunan
(Ef) yaitu kandungan logam berat awal (Yi)
dikurangi dengan kandungan logam berat akhir (Yf)
per kandungan logam berat awal (Yi) dalam mg/L
seperti pada persamaan 1: [33]
𝐸𝑓(%) =
𝑌𝑖 − 𝑌𝑓
𝑥 100
𝑌𝑖
(1)
Pengaruh pH terhadap Konsentrasi Pb(II)
dengan waktu kontak 3 jam
Karakteristik dari bioadsorben sabut kelapa
dipelajari dengan menentukan pH. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui pada rentang pH
berapa bioadsorben berinteraksi dengan ion logam.
Pengaruh pH (3, 4, 7 dan 11) terhadap konsentrasi
Pb(II)yang terserap ditunjukan pada Gambar 2.
Gambar 2.Hubungan pH terhadap Konsentrasi
Pb(II) dengan waktu kontak 3 jam
Gambar 2. menunjukkan bahwa pada pH
asam, memiliki nilai penyerapan terbaik
dibandingkan pada kondisi pH basa. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya protonasi oleh
penetralan muatan negatif dari permukaan
bioadsorben. Nilai penyerapan terbaik bioadsorben
sabut kelapa terjadi pada pH Netral (7) sebesar
96,25%. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Asnawati et al. (2017) yang menemukan bahwa
hasil optimum berada pada pH netral (7)[32].
Gambar 2 menunjukkan kecenderungan bahwa
pada pH rendah (3 - 4) kapasitas adsorsi Pb(II)
relatif kecil dengan penurunan kadar Pb(II) sebesar
7,95%. Namun pada pH menengah (4 - 7),
kapasitas adsorpsi relatif tinggi dengan penurunan
kadar Pb(II) sebesar 96,25%. Dalam banyak kasus,
ion logam berat teradsorpsi pada kisaran pH 4
hingga 7 [34]
Menurut Safriani et al (2002) kapasitas
adsorsi Pb(II) relatif kecil pada pH rendah karena
banyaknya ion H+ pada larutan akan berkompetisi
dengan ion logam Pb(II) untuk berikatan dengan
gugus fungsi pada permukaan bioadsorben, namun
kapasitas adsorpsi relatif tinggipada pH 7 dengan
penurunan kadar Pb(II) yakni sebesar 96,25%[8].
Hal ini dikarenakan ion OH- (yang berasal dari
penambahan NH4(OH)) dalam larutan lebih
banyakdan gugus fungsi bioadsorben memiliki
muatan negatif, sehingga kompetisi ion H+ dengan
ion Pb(II) berkurang dalam ikatan dengan gugus
fungsi bioadsorben. Hal ini menyebabkan semakin
banyak logam Pb(II)yang dapat terserap. Sehingga,
kondisi larutan sampel air limbah yang akan
menurunkan kadar logam Pb(II) diatur pada pH 7
dengan cara penambahan NH4OH 10% dengan
jumlah yang ditambahkan sesuai kebutuhan.
Menurut Hasril (2015),
gugus aktif
bioadsorben cenderung berada dalam keadaan
terprotonasi dan bermuatan parsial positif pada pH
rendah,sehingga terjadi tolakan elektrostatik antara
situs aktif bioadsorben dengan ion logam Pb(II).
Pada kondisi ini, terjadi kompetisi antara muatan
yang sama sehingga terjadi penurunan kemampuan
bioadsorben dalam menyerap ion logam Pb(II).
Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Konsentrasi
Pb(II) pada pH 7.
Untuk mendapatkan kondisi pengolahan air
limbah yang optimum, maka dilakukan penentuan
waktu kontak sesuai dengan pH dan dosis
bioadsorben yang telah didapatkan sebelumnya.
Pengaruh waktu kontak (0, 1, 2,3 dan 4 jam)
terhadap konsentrasi Pb(II) disajikan pada Gambar
3.
Gambar 3 menunjukkan bahwa pada awal
waktu kontak, adsorbat belum terserap dan pada
waktu kontak 1 jam, adsorbat akan bergerak oleh
adanya turbulensi putaran untuk mencari ruang
yang kosong. Pemenuhan volume pori dipengaruhi
oleh waktu kontak. Semakin lama waktu kontak
memungkinkan adsorbat terdorong hingga ujung
pori, dan memberikan ruang pori didepan untuk
diisi oleh adsorbat baru [35]. Semakin lama waktu
kontak maka jumlah adsorbat yang terserap pada
permukaanbioadsorben
semakin
meningkat,
sehingga semakin sedikit konsentrasi Pb(II) yang
57
e-ISSN Number 2655 2967
Journal of Chemical Process Engineering
terdapat dalam sampel air limbah. Hal ini sejalan
dengan beberapa penelitian terdahulu[18], [35].
Semakin lama waktu kontak maka gugus fungsi
hidroksil (-OH dari CH2OH) bioadsorben selulosa
berinteraksi maksimal dengan logam Pb(II) [8].
Gambar 3 menunjukkan bahwa waktu
kontak terbaik adalah 4 jam dimana bioadsorben
mampu menyerap adsorbat sebesar 94,66%.Hasil
ini lebih besar dari beberapa penelitian sebelumnya
seperti Anjani and Koestiari (2014) sebesar 93,19%
[16], Gultom and Lubis(2014) sebesar 80,13% [14],
Zaini and Sami(2016) sebesar 64,98% [25], Hajar
et al. (2016) sebesar 91,12% [26], Prasetyo et al.
(2018) sebesar 89,73% [29], Ifa et al. (2018)
sebesar 73,93% (Ifa et al., (2018), Ifa et al. (2019)
sebesar 82,52% [36]. Menurut penelitian [7],hal ini
disebabkan karena semakin lama waktu kontak
maka kesempatan partikel bioadsorben untuk
bersinggungan dengan ion logam lebih besar,
sehingga ion logam yang terikat dalam pori-pori
bioadsorben semakin banyak.
Gambar 3.Hubungan Waktu Kontak Terhadap
Konsentrasi Pb(II) dalam Sampel Air limbah pada
pH 7 (pH optimum)
“Analisa Kandungan Bahan Kimia
Dan Timbal pada Limbah Cair
Percobaan Praktikum Mahasiwa
Perguruan”,J. Tek. Patra Akad., vol.
1, pp. 22–28, 2017.
[3]
F. E. Wahyudianto, “Studi Pemanfaatan
Limbah Cangkang Kerang Darah ( Anadara
Granosa ) Sebagai Adsorben Pb, Cu Dan
Zn”, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
2016.
[4]
S. Sudarmaji, J. Mukono, and C. I. Prasasti,
“Toksikologi Logam Berat B3 dan
Dampaknya terhadap Kesehatan,” J.
Kesehat. Lingkung. Unair, vol. 2, no. 2, pp.
129–143, 2006.
[5]
C. Santikasari and L. N. M. Z.S, “Sumber,
Transport dan Interaksi Logam Berat
Timbal di Lingkungan Hidup (Logam Pb)”,
Universitas Indonesia, 2019.
[6]
T. Widayatno, T. Yuliawati, and A. A.
Susilo, “Adsorpsi Logam Berat (Pb) Dari
Limbah Cair Dengan Adsorben Arang
Bambu Aktif,” J. Teknol. Bahan Alam, vol.
1, no. 1, pp. 17–23, 2017.
[7]
Nafi’ah R., “Kinetika Adsorpsi Pb (II)
Dengan Adsorben Arang Aktif dari Sabut
Siwalan”,J. Farm. Sains dan Prakt., vol. I,
no. 2, pp. 28–37, 2016.
[8]
I. Safrianti, N. Wahyuni, and T. A.
Zaharah, “Adsorpsi Timbal (II) Oleh
Selulosa Limbah Jerami Padi Teraktivasi
Asam Nitrat: Pengaruh pHdan Waktu
Kontak”,JKK, vol. 1, no. 2002, pp. 1–7,
2012.
[9]
I. Nurhayati, J. Sutrisno, and M. S.
Zainudin, “Pengaruh Konsentrasi dan
Waktu Aktivasi terhadap Karakteristik
Karbon Aktif Ampas Tebu dan Fungsinya
sebagai Adsorben Pada Limbah Cair
Laboratorium,” J. Tek. Waktu, vol. 16, no.
1, pp. 62–71, 2018.
[10]
D. S. Handayani, Jumina, D. Siswanta, and
Mustofa, “Adsorpsi Ion Logam Pb(II) Dan
Cr(III) Oleh Poli 5allilkaliks[4]Arena
Tetraester”,J. Mns. dan Lingkung., vol. 19,
no. 3, pp. 218–225, 2012.
[11]
J. S. Tangio, “Adsorpsi Logam Timbal
(Pb) Dengan Menggunakan Biomassa
Enceng Gondok ( Eichhorniacrassipes ),” J.
Entropi, vol. VIII, no. 1, pp. 500–506,
2013.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat
disimpulkan bahwabioadsorben sabut kelapa tanpa
aktivasi dapat menyerap logam Pb(II). Pengaruh
waktu kontak terhadappenurunan konsetrasi Pb(II)
yang terbaik adalah pada 4 jam dengan presentase
sebesar 94,66%, sedangkan pengaruh pH terhadap
penurunan konsetrasi Pb(II) yangterbaik adalah
pada pH 7 dengan presentase sebesar 96,25%.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
L. Fernanda, “Studi Kandungan Logam
Berat Timbal (Pb), Nikel (Ni), Kromium
(Cr) Dan Kadmium (Cd) Pada Kerang
Hijau”, Universitas Indonesia, 2012
[2]
A. F. Faputri, S. Ardhiany, and S. Artan,
Krom
Hasil
Pada
8, no.
58
e-ISSN Number 2655 2967
Journal of Chemical Process Engineering
[12]
[13]
[14]
Z. El Baidho, T. Lazuardy, S. Rohmania,
and I. Hartati, “Adsorpsi Logam Berat Pb
dalam Larutan Menggunakan Senyawa
Xanthate Jerami Padi,” in Prosiding SNST
ke-4 Tahun 2013 Fakultas Teknik
Universitas Wahid Hasyim Semarang,
2013, pp. 43–47.
N. Nurhasni, H. Hendrawati, and N.
Saniyyah, “Sekam Padi untuk Menyerap
Ion Logam Tembaga dan Timbal dalam Air
Limbah,” J. Kim. Val., vol. 4, no. 1, pp. 36–
44, 2014.
E. M. Gultom and M. T. Lubis, “Aplikasi
Karbon Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit
Dengan
Aktivator
H3PO4
Untuk
Penyerapan Logam Berat Cd dan Pb”,J.
Tek. Kim. USU, vol. 3, no. 1, pp. 5–10,
2014.
[15]
R. N. Latifah, R. Ernia, and E. Pramono,
“Utilization of Α-Keratin of Chicken
Feathers As Adsorben of Lead Ion,”
ALCHEMY J. Penelit. Kim., vol. 10, no. 1,
p. 11, 2016.
[16]
R. P. Anjani and T. Koestiari, “Granular
Activated Carbon Adsorption Used For
Adsorbent To Removal Heavy Metal Pb
(II) With Competitor Ion Na +”,UNESA J.
Chem., vol. 3, no. 3, pp. 159–163, 2014.
[17]
C. R. Priadi, Anita, P. N. Sari, and S. S.
Moersidik, “Adsorpsi Logam Seng dan
Timbal
Pada
Limbah
Cair
Industri”,Reaktor, vol. 15, no. 1, pp. 10–19,
2014.
[18]
A. S. Sanjaya and R. P. Agustine, “Studi
Kinetika Adsorpsi Pb Menggunakan Arang
Aktif Dari Kulit Pisang”,Konvesri, vol. 4,
no. 1, pp. 17–24, 2015.
[19]
L. H. Rahayu, S. Purnavita, and H. Y.
Sriyana, “Potensi Sabut Dan Tempurung
Kelapa
Sebagai
Adsorben
untuk
Meregenerasi
Minyak
Jelantah”,Momentum, vol. 10, no. 1, pp.
47–53, 2014.
[20]
[21]
V. Rochmah, A. T. Prasetya, and T.
Sulistyaningsih, “Adsorpsi Ion Logam Pb 2
+ Menggunakan Limbah Serbuk Gergaji
Kayu Mahoni,” Indones. J. Chem. Sci., vol.
6, no. 2, pp. 168–172, 2017.
B. Murachman, E. S. Putra, J. T. Kimia, F.
Teknik, U. G. Mada, and J. Grafika,
“Dekolorisasi dan Deoilisasi Parafin
menggunakan Adsorben Zeolit, Arang
Aktif dan Produk Pirolisis Batu Bara,” J.
Rekayasa Proses, vol. 8, no. 2, pp. 40–48,
2014.
[22]
Deviyanti, S. Side, and H. Netti, “Kapasitas
Adsorpsi Arang Aktif Kulit Singkong
terhadap Ion Logam Timbal (Pb 2+ ),” J.
Chem., vol. 15, no. 2, pp. 58–65, 2014.
[23]
Hasri, “Studi Adsorpsi Logam Pb ( II )
Menggunakan
Adsorben
biomassa
Aspergillus niger Hasil Pemerangkapan,” J.
Sansmat, vol. IV, no. 2, pp. 126–135, 2015.
[24]
D. A. Ningsih and I. Said, “Adsorpsi
Logam Timbal (Pb) Dari Larutannya
Dengan Menggunakan Adsorben Dari
Tongkol Jagung”,J. Akad. Kim., vol. 5, no.
May, pp. 55–60, 2016.
[25]
H. Zaini and M. Sami, “Kinetika Adsorpsi
Pb ( II ) dalam Air Limbah Laboratorium
Kimia menggunakan Sistem Komom
dengan Bioadsorben Kulit Kacang Tanah,”
in Teknik Kimia, 2016, no. November 2016,
pp. 1–9.
[26]
E. W. I. Hajar, R. S. Sitorus, N.
Mulianingtias, and F. J. Welan, “Efektivitas
Adsorpsi Logam Pb 2+ dan Cd 2+
Menggunakan Media Adsorben Cangkang
Telur Ayam,” Konversi, vol. 5, no. 1, pp. 1–
7, 2016.
[27]
U. Haura, F. Razii, and H. Meilina,
“Karakterisasi
Adsorben
dari
Kulit
Manggis dan Kinerjanya pada Adsorpsi
Logam Pb(II) dan Cr(VI),” Biopropal Ind.,
vol. 8, no. 1, pp. 47–54, 2017.
[28]
L. Ifa, M. Akbar, A. F. Ramli, and L.
Wiyani, “Pemanfaatan Cangkang Kerang
Dan Cangkang Kepiting Sebagai Adsorben
Logam Cu , Pb Dan Zn pada Limbah
Industri Pertambangan Emas”,J. Chem.
Process Eng., vol. 03, no. 01, pp. 33–37,
2018.
[29]
K. Prasetyo, Y. Azis, and Komalasari,
“Adsorpsi Logam Cd, Cu Dan Pb Dengan
Menggunakan Adsorban, Hidroksiapatit
(Ha) Sebagai”,Teknik, vol. 5, no. 2, pp. 1–4,
2018.
[30]
M. S. Hanum, “Eksplorasi Limbah Sabut
Kelapa ( Studi Kasus : Desa Handapherang
Kecamatan Cijeunjing Kabupaten Ciamis
),” in e-Proceeding of Art & Design, 2015,
vol. 2, no. 2, pp. 930–938.
[31]
Y. Kondo and M. Arsyad, “Analisis
59
e-ISSN Number 2655 2967
Journal of Chemical Process Engineering
Kandungan
Lignin,
Sellulosa,
dan
Hemisellulosa Serat Sabut Kelapa Akibat
Perlakuan Alkali,” INTEK J. Penelit., vol.
5, no. 2, pp. 94–97, 2018.
[32]
[33]
A. Asnawati, R. R. Kharismaningrum, and
N. Andarini, “Penentuan Kapasitas
Adsorpsi Selulosa Terhadap Rhodamin B
dalam Sistem Dinamis,” J. Kim. Ris., vol. 2,
no. 1, p. 23, 2017.
A. I. Larasati, L. D. Susanawati, and B.
Suharto, “The Effectiveness of Heavy
Metals Adsorptions on Leachate by
Activated Carbon , Zeolite , and Silica Gel
in TPA Tlekung , Batu,” Sumber Daya
Alam dan Lingkung., vol. 2, no. 1, pp. 44–
48, 2015.
[34]
Y. L. Lai, M. Thirumavalavan, and J. F.
Lee, “Effective adsorption of heavy metal
ions (Cu2+, Pb2+, Zn2+) from aqueous
solution by immobilization of adsorbents on
Ca-alginate beads,” Toxicol. Environ.
Chem., vol. 92, no. 4, pp. 697–705, 2010.
[35]
M. Alimano and M. Syafila, “Diameter Pori
Dalam Upaya Meningkatkan Efisiensi
Adsorpsi Minyak Jelantah,” Tek. Lingkung.,
vol. 20, no. 2, pp. 173–182, 2014.
[36]
L. Ifa, M. A. Agus, K. Kasmudin, and A.
Artiningsih,
“Pengaruh
Penambahan
Volume Kitosan dari Cangkang Bekicot
terhadap Penurunan Kadar Tembaga Air
Lindi,” J. Tek., vol. 18, no. 02, pp. 109–
113, 2019.
60