[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
Laid-Back Approach and Strategic Deception: Russia’s Dual Strategy in Responding to the COVID-19 Pandemic Pendekatan Santai & Muslihat Strategis: Dualitas Strategi Rusia dalam Merespon Pandemi COVID-19 Radityo Dharmaputra Johan Skytte Institute of Political Studies, University of Tartu & Department of International Relations, Universitas Airlangga ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara singkat respons awal pemerintahan Rusia, di bawah pemerintahan Putin, terhadap krisis pandemi Covid-19 sejak awal Januari sampai dengan awal September ketika Rusia meluncurkan vaksin Sputnik V. Penulis berargumen bahwa respons Rusia memiliki karakteristik khas: dualitas antara pendekatan santai disertai dengan segala bentuk disinformasi serta kontranarasi dalam kerangka muslihat strategis untuk mencapai tujuan. Pola respons yang santai sejak awal telah ditampilkan oleh pemerintahan Rusia, ditandai dengan keengganan menetapkan situasi darurat sejak awal dan upaya menutupi informasi mengenai kasus positif. Pola ini lantas berlanjut dalam bentuk langkah strategis yang diambil yaitu pendelegasian kewenangan kepada pemerintah lokal dan regional. Strategi yang menurunkan risiko bagi pemerintah ini ternyata mendorong turunnya legitimasi dari rezim, sehingga pemerintah melakukan upaya tambahan dengan melakukan muslihat strategis: disinformasi dan propaganda domestik serta upaya memunculkan kontranarasi di level global demi amannya legitimasi internal rezim dan tercapainya posisi Rusia sebagai pemimpin alternatif di dunia. Kata-kata kunci: COVID-19, Rusia, rezim Putin, pendekatan santai, muslihat strategis This paper aims to describe the initial responses of the Russian government, under Putin’s administration, to the Covid-19 pandemic from early January to early September 2020 when Russia launched the Sputnik V vaccine. The author argues that Russia’s responses have distinctive characteristics: a duality between laid-back approaches accompanied by all forms of disinformation and counter-narrative in the framework of strategic deception. The Russian government has displayed a laid-back pattern of responses from the start, marked by a reluctance to establish emergencies and the efforts to cover up information regarding positive cases. This pattern then continues in the form of strategic steps taken, which is the delegation of authority to local and regional governments. This strategy, while lowering the risks for the government, precipitated the decline of the legitimacy of the regime. The government then makes additional efforts by committing strategic deception: disinformation and domestic propaganda as well as efforts to generate counter-narrative at the global level in order to secure the regime’s internal legitimacy and achieve Russia’s position as an alternative leader in the world. Keywords: COVID-19, Russia, Putin’s regime, laid-back approach, strategic deception 373 Laid-Back Approach and Strategic Deception: Russia’s Dual Strategy in Responding to the Covid-19 Pandemic Rusia, menurut mantan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill, adalah “a riddle wrapped in a mystery inside an enigma”. Mantra klasik yang menunjukkan betapa sulitnya memahami Rusia ini, walaupun sudah banyak dikritik dan dibantah oleh analis, nampaknya seakan kembali relevan untuk memahami respons dan kebijakan Rusia yang cukup membingungkan terkait pandemi Covid-19. Sebagai ilustrasi, RadioFreeEurope/ RadioLiberty (RFE/RL) bahkan sempat menggunakan judul yang serupa dengan kalimat Churchill “A Mystery Wrapped In An Enigma Inside A Russian Coronavirus Aid Shipment To The U.S.” untuk menggambarkan bantuan Rusia ke Amerika Serikat (AS) terkait Covid-19 di bulan April 2020. Yang menyebabkan misteri dan kebingungan analis memahami cara Rusia merespons krisis dan pandemi Covid-19 adalah ketidakjelasan posisi Rusia. Secara faktual, Rusia merupakan negara dengan jumlah kasus positif yang cukup tinggi. Data penyebaran Covid-19 menunjukkan bahwa Rusia menempati posisi keempat di bawah AS, India, dan Brazil, dalam hal total kasus yang mencapai angka 1.057.362 jiwa (per 12 September 2020, berdasar data laman Worldometers). Selain total jumlah kasus, yang mengkhawatirkan dari Rusia juga adalah penambahan kasus per hari. Sejak bulan Mei sampai September, penambahan kasus di Rusia sempat tercatat sebagai yang terbesar kedua di dunia (per 12 September masih tercatat sekitar 5.488 kasus, menempati posisi 9 dunia). Yang menarik, dari segi jumlah kematian, total kematian terkait Covid-19 di Rusia hanya sekitar 18.484 kasus (per 12 September 2020). Jumlah ini menempatkan Rusia di peringkat 12 di bawah AS, India, Brazil, dan beberapa negara Eropa seperti Perancis, Inggris Raya, Italia, ataupun Spanyol. Di tengah fakta mengenai pandemi tersebut, respons Rusia justru menunjukkan adanya dualitas yang tumpang tindih. Di satu sisi, respons cepat seperti penutupan perbatasan dengan China pada akhir Januari justru dilanjutkan dengan narasi mengenai tidak berbahayanya Covid-19 dan keengganan untuk menetapkan situasi darurat (Laruelle & McCann 2020). Di sisi lain, upaya disinformasi mengenai tidak berbahayanya Covid-19 maupun hoaks bahwa virus ini adalah buatan Barat (Sukhankin 2020) justru disertai upaya memberikan bantuan pada negara lain (Eckel 2020) dan klaim bahwa Rusia merupakan negara pertama yang berhasil meluncurkan vaksin (TASS 2020a). Artikel ini mencoba menelaah respon strategis Rusia terhadap 374 Global Strategis, Th. 14, No. 2 Radityo Dharmaputra pandemi Covid-19. Untuk melakukan analisis terhadap respons Rusia, artikel ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian utama. Bagian pertama menggambarkan bagaimana respons awal pemerintahan Rusia terhadap pandemi. Bagian kedua menganalisis beberapa langkah strategis yang diambil pemerintah Rusia, mulai dari pendelegasian kewenangan, propaganda domestik, dan strategi kontranarasi di level global sekaligus mencoba mencari alasan di balik pemilihan strategi/respons tersebut. Bagian ketiga menawarkan simpulan sekaligus penamaan bentuk respons Rusia sebagai dualitas laid-back approach (yang berisikan pengabaian serta upaya pendelegasian kewenangan) yang dikombinasikan dengan strategic deception sebagai bentuk upaya pencarian legitimasi internal dan posisi global Rusia. Dualisme Respon Awal Pemerintah Rusia terhadap COVID-19 Respon awal Rusia terhadap munculnya pandemi Covid-19 telah menjadi perdebatan, mulai dari yang menganggap bahwa Rusia merupakan early sekaligus late responder (Laruelle & McCann 2020), bahwa walaupun Rusia memiliki modal dasar yang kuat untuk bertahan dari pandemi, Rusia tidak siap menghadapinya (Twigg 2020a, 2020b), sampai pada anggapan bahwa sejak awal pemerintahan Rusia justru menggunakan strategi denial and blaming others (Albats, dalam de Groot 2020; Sukhankin 2020). Dalam tulisan ini, penulis menunjukkan bahwa walaupun di satu sisi Rusia bisa dikategorikan sebagai early responder dengan modalitas yang cukup kuat (tradisi sistem kesehatan Soviet dan model pemerintahan yang hierarkis dan otoriter), respons awal Rusia justru menggarisbawahi aspek denial, pengabaian, dan disinformasi. Sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Cina dan memiliki risiko tinggi penyebaran virus terutama di kawasan Timur Jauh, pemerintahan Rusia dianggap menjadi salah satu early responder di kawasan Eurasia. Dalam rapat terbatas yang dipimpin Putin, pemerintah Rusia menyatakan bahwa pemantauan terhadap kondisi di China sudah dilakukan sejak 31 Desember 2019 dan produksi serta distribusi alat tes sudah dilakukan sejak 24 Januari (Kremlin.ru 2020a). Laman kantor berita Rusia (TASS) menunjukkan bahwa media nasional sudah mulai memberitakan Global Strategis, Th. 14, No. 2 375 Laid-Back Approach and Strategic Deception: Russia’s Dual Strategy in Responding to the Covid-19 Pandemic adanya kemungkinan pasien positif sejak 23 Januari. Pengetatan perbatasan dan pengecekan suhu yang dilakukan oleh badan pengawas kesejahteraan konsumen (Rospotrebnadzor) sudah mulai dilakukan juga sejak itu (TASS 2020b). Konfirmasi kasus positif pertama di Rusia (dua kasus dari warga negara China) ditemukan di Tyumen dan Chita pada 31 Januari (TASS 2020c). Dengan adanya sistem pengawasan yang dilakukan sejak 24 Januari, seharusnya sudah ada kasus positif lainnya di awal Februari, sebagaimana terjadi di negara-negara lain. Yang menarik, konfirmasi kasus positif pertama bagi warga Rusia justru terjadi di luar Rusia, seperti kasus Diamond Princess pada 17 Februari (Litvinenko 2020). Kasus domestik pertama baru tercatat pada 2 Maret (Interfax.ru 2020a). Baik kasus pertama maupun kasus berikutnya di St. Petersburg (Kommersant.ru 2020) dan Moskow serta Nizhny Novgorod (Meduza.io 2020a) dikaitkan dengan wabah yang menyebar dari Italia. Persoalannya, jeda waktu yang cukup panjang antara kasus warga negara Cina di Tyumen-Chita pada akhir Januari dengan kasus domestik pertama yang justru terjadi di Moscow satu bulan sesudahnya memunculkan anggapan bahwa pemerintah tidak menganggap serius penyebaran virus ini. Walaupun mengatakan sejak awal sudah memperketat perbatasan dan melakukan pengawasan, respons awal pemerintah justru menguatkan argumen bahwa pemerintah abai, terlalu rileks, dan terlambat (Heerdt & Kostelancik 2020; Laruelle & McCann 2020). Dualisme respons nampak nyata ketika di satu sisi kondisi di Rusia mulai tidak terkontrol (penambahan jumlah pasien positif yang masif) namun di sisi lain pemerintah mencoba menunjukkan bahwa tidak ada masalah besar yang terjadi. Misalnya, pada tanggal 1 Maret, Presiden Putin mengatakan bahwa situasi masih “under control” (Interfax.ru 2020b). Pernyataan yang serupa kembali disampaikan Putin pada tanggal 17 Maret, bahwa terlepas dari risiko yang tinggi (ditunjukkan dengan peningkatan kasus dari 3 menjadi 114), kondisi penyebaran Covid-19 di Rusia masih “under control” (Kremlin.ru 2020b). Di saat yang sama, sudah mulai ada upaya menyalahkan pihak asing atas munculnya “berita palsu” mengenai kondisi Rusia yang parah. Pada rapat tanggal 4 Maret 2020, baik Putin maupun Wakil Perdana Menteri Rusia Tatiana Golikova mengatakan bahwa ada upaya disinformasi dari pihak asing yang ditujukan untuk membuat panik warga Rusia (Kremlin. ru 2020c). Tidak hanya abai dan rileks dengan menganggap remeh masalah, respons awal pemerintah Rusia justru diwarnai upaya menutupi fakta dan disinformasi (Åslund 2020). Salah 376 Global Strategis, Th. 14, No. 2 Radityo Dharmaputra satu yang menjadi dasar argumen Åslund adalah bagaimana pemerintah Rusia dianggap menutupi data mengenai banyaknya warga yang positif dan justru menahan pimpinan serikat dokter independen yang mencoba mengklaim bahwa data negara terkait Covid-19 tidak tepat (Luxmoore 2020). Bahkan, Albats (dalam de Groot 2020) mengatakan pemerintah Rusia justru melakukan disinformasi dengan beberapa cara: penayangan program di TV pemerintah bahwa virus berasal dari AS; virus tidak membunuh orang Rusia; dan ketika virus terbukti sudah ada di Rusia, virus tersebut lemah dan bisa diatasi dengan bawang putih. Ketidakjelasan arah kebijakan serta adanya upaya disinformasi sejak awal ini menjadi gambaran dasar untuk memahami langkah strategis yang diambil pemerintah Rusia. Telah ada upaya reaktif seperti penutupan perbatasan dengan China sejak 31 Januari dan seluruh perbatasan sejak 30 Maret, keharusan untuk karantina bagi pendatang asing, serta upaya penerapan social distancing seperti pelarangan untuk pertemuan skala besar atau penutupan sementara sekolah dan universitas (Laruelle & McCann 2020). Selain itu, modal sistem kesehatan warisan Soviet yang menekankan pada kuantitas (jumlah dokter, tenaga medis, dan tempat tidur di rumah sakit) serta pengalaman menangani penyakit seperti tuberkulosis seharusnya memudahkan respons berbasis ilmu kesehatan (Twigg 2020b). Persoalannya, seperti yang dijelaskan pada bagian selanjutnya, respons pemerintah Rusia justru lebih didasarkan pada pertimbangan politik. Langkah Strategis Rusia dalam Menghadapi COVID-19 Ada beberapa langkah politik strategis yang menarik dan bisa dianggap khas Rusia ketika merespons pandemi Covid-19. Penulis membaginya ke dalam tiga bagian besar: (1) pergeseran dari sistem yang sentralistis dan bersifat top-down menjadi bottomup dengan pendelegasian kewenangan pada daerah; (2) politisasi dan propaganda di ranah domestik; serta (3) upaya kontranarasi di tingkat global. Delegasi Kewenangan dari Pusat ke Daerah Salah satu aspek penting yang khas dari respons Rusia, terutama Presiden Putin, terhadap pandemi adalah adanya pembiaran lepasnya kontrol yang biasanya sangat rigid dan hierarkis oleh pemerintah pusat menjadi terfokus pada pemerintah daerah. Global Strategis, Th. 14, No. 2 377 Laid-Back Approach and Strategic Deception: Russia’s Dual Strategy in Responding to the Covid-19 Pandemic Beberapa negara lain, baik yang demokratis maupun otoriter, cenderung merespons pandemi dengan pengambilalihan birokrasi dan peningkatan kekuasaan negara (Gebrekidan 2020). Beberapa contohnya adalah pemusatan kekuasaan oleh perdana menteri di Hongaria dan United Kingdom, kewenangan besar untuk surveillance di Korea Selatan dan Singapura, pemberlakuan martial law di Filipina, maupun pembatalan pemilu di Bolivia. Yang terjadi di Rusia justru berkebalikan dengan asumsi banyak analis bahwa Putin akan menggunakan kesempatan ini untuk menambah kekuasaannya (Smyth 2020). Putin justru membiarkan peran aktif diambil oleh para pemimpin lokal seperti Walikota Moskow, Sergey Sobyanin dan pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov. Padahal, dua agenda penting Putin yang seharusnya menjadi momentum baru Rusia sudah disiapkan: parade Victory Day pada tanggal 9 Mei dan referendum amandemen konstitusi pada tanggal 22 April. Sebelum pandemi di Rusia menjadi semakin parah, Putin sudah siap untuk menguatkan kekuasaannya sebagai pemimpin tertinggi Rusia dengan penguatan simbolisasi melalui parade kemenangan Perang Dunia II (dengan mengundang banyak pemimpin negara) dan dengan perubahan konstitusi yang memungkinkan Putin berkuasa sampai 2036. Ternyata, ketika mulai muncul kesadaran bahwa kondisi pandemi di Rusia semakin parah, Putin justru seakan melepaskan tanggung jawab dan membiarkan birokrat lain untuk menjadi pengambil keputusan. Pada pidatonya tertanggal 2 April, Putin mendelegasikan kewenangan pengambil keputusan level negara pada Perdana Menteri Mikhail Mishustin dan kewenangan penutupan bisnis serta pembatasan pergerakan manusia pada pemimpin lokal/ regional (Kremlin.ru 2020d). Sebagaimana diungkapkan Snegovaya (2020), Putin memiliki kebiasaan mendelegasikan pengambilan keputusan domestik dan kontroversial pada bawahannya. Menurut Snegovaya, Putin cenderung melakukan upaya “concentrating power but decentralizing responsibilities”. Apabila pemimpin lokal dan regional gagal mengatasi pandemi, maka masyarakat akan menyalahkan mereka, sementara kalau para pemimpin lokal ini berhasil, maka Putin akan dianggap sukses karena kemampuannya mendelegasikan tugas. Menurut Makarychev (2020), kebiasaan ini disebabkan oleh visi Putin mengenai kedaulatan yang didasarkan pada perspektif quasi-religious dan populis. Putin beranggapan bahwa kekuasaan didasarkan pada investasi simbolik yang ia 378 Global Strategis, Th. 14, No. 2 Radityo Dharmaputra lakukan demi menguatkan hubungannya dengan masyarakat. Itulah mengapa ia akhirnya tetap memaksakan parade Victory Day berjalan pada tanggal 24 Juni dan tetap mengadakan referendum konstitusi yang akhirnya didukung oleh 78% suara pada tanggal 1 Juli. Tidak terlalu aktifnya Putin dalam upaya awal penanganan pandemi, justru tetap menyelenggarakan parade dan referendum, dan kecenderungannya untuk menghindari pengambilan kebijakan yang kontroversial (namun diperlukan di saat pandemi), serta kebiasaannya untuk menjadikan pemimpin lokal/ regional sebagai tameng bagi dirinya, ternyata mulai dilihat oleh masyarakat (Galeotti 2020). Tingkat kepercayaan warga terhadap Putin turun sampai level terendah (23%) sepanjang sejarah (The Moscow Times 2020a). Di saat yang sama, kepercayaan warga terhadap tokoh-tokoh lokal seperti Walikota Sobyanin meningkat drastis. Kondisi ini mendorong dua langkah khas berikutnya: upaya disinformasi dan propaganda di level domestik demi mengaburkan isu kegagalan pemerintah; dan upaya kontranarasi global untuk menunjukkan pada warga Rusia bahwa kondisi di luar sana lebih parah daripada di Rusia. Politisasi & Propaganda Isu Covid-19 di Level Domestik Di level domestik, untuk meningkatkan legitimasi pemerintah, cara yang dilakukan adalah dengan memunculkan informasi yang keliru menggunakan karisma seorang tokoh ataupun selebriti. Salah satu tokoh utama yang menggunakan cara ini adalah dokter, selebriti, sekaligus kepala Pusat Informasi Corona Rusia, Aleksandr Myasnikov. Myasnikov sering sekali menggunakan media Telegram untuk mengutarakan pandangan kontroversialnya. Ia mengatakan bahwa pandemi berguna bagi warga Rusia karena mendorong mereka untuk mencuci tangan dan menjaga kebersihan; bahwa sistem kesehatan Rusia lebih bisa mengatasi pandemi dibandingkan sistem kesehatan Barat; bahwa pandemi akan berakhir di pertengahan April; dan bahwa sebaiknya pemerintah menunggu sampai herd immunity muncul (The Moscow Times 2020b). Tokoh lainnya yang juga krusial bagi upaya propaganda dan disinformasi ini adalah Dmitry Kiselyov (jurnalis dan kepala dari Rossiya Segodnya, agen berita milik pemerintah Rusia) dan Ramzan Kadyrov (pemimpin Chechnya). Dalam siarannya tanggal 15 Maret, Kiselyov menekankan bahwa Rusia tetap aman, tidak seperti Eropa yang berbahaya. Sementara itu, pernyataan keliru Kadyrov bahwa penyakit ini hanya virus Global Strategis, Th. 14, No. 2 379 Laid-Back Approach and Strategic Deception: Russia’s Dual Strategy in Responding to the Covid-19 Pandemic flu biasa dan bisa diatasi dengan memakan bawang putih justru dikutip dan disebarkan banyak media seperti RIA Novosti dan Komsomolskaya Pravda (Aleksejeva 2020). Selain penggunaan dokter/selebriti, yang juga marak dilakukan media-media utama Rusia adalah upaya mengecilkan bahaya Covid-19. Sebagaimana dilaporkan Aleksejeva (2020), mediamedia di Rusia cenderung mempromosikan narasi pro-Kremlin mencoba meniadakan aspek ancaman dari Covid-19. Misalnya, stasiun televisi Rossiya 1 pada tanggal 17 Maret 2020 memberitakan bahwa kabar (dari sumber anonymous) mengenai kosongnya barang di supermarket adalah hoaks dan tidak benar. Padahal, di saat yang sama, fakta (didapatkan dari laporan warga di media sosial) menunjukkan bahwa memang ada kejadian hoarding dan pembelian barang besar-besaran yang menyebabkan langkanya stok barang seperti roti. Dampak dari pesan yang kontradiktif ketika di satu sisi ada kebijakan karantina, lockdown, dan pengawasan yang ketat sementara di sisi lain ada narasi domestik yang menganggap remeh pandemi, adalah kebingungan di level masyarakat umum. Kebingungan ini nampak ketika banyak warga yang tidak tahu bahwa ada aturan soal jarak antarorang di ruang publik (Berdy 2020). Selain itu, sebanyak 43,4% warga Rusia juga menganggap bahwa bahaya Covid-19 dilebih-lebihkan (RT 2020a). Hal ini mendorong semakin aktifnya upaya kontranarasi keluar di level global, karena legitimasi internal yang dicari justru sulit didapatkan. Kontranarasi di Tingkat Global1 Salah satu cara lain Rusia merespons pandemi dan krisis ini adalah dengan cara yang serupa dengan kecenderungan kebijakan mereka akhir-akhir ini: menggunakan media-media massa utama mereka seperti Russia Today (RT) dan Sputnik untuk mendorong narasi alternatif di level global. Kecenderungan untuk menyusun narasi alternatif ini merupakan ciri khas Rusia di era kontemporer. Salah satu bentuk disinformasi yang dimunculkan adalah bahwa virus Covid-19 ini tidak seberbahaya yang diberitakan media pada umumnya. Contoh upaya ini bisa dilihat dari video unggahan RT (2020d) dengan judul “Could Covid-19 be milder than we thought?”. 1 Bagian ini merupakan pengembangan dari artikel pendek penulis di laman Emerging Indonesia Project, yang bisa diakses di https://emergingindonesia.com/2020/05/10/rusia-kontranarasi-dan-pandemi/. 380 Global Strategis, Th. 14, No. 2 Radityo Dharmaputra Narasi yang dimunculkan adalah kesalahan cara penghitungan korban positif dan meninggal terkait Covid-19 dari negara-negara lain dan World Health Organization (WHO). Narasi bahwa cara menghitung yang benar adalah yang dilakukan Rusia, dengan tidak menghitung korban meninggal yang memiliki penyakit lain sebelumnya. Pandangan ini tidak hanya dimunculkan oleh media seperti RT, tapi juga ditunjukkan oleh dokter dan ahli dari rumah sakit pemerintah (Sauer & Gershkovich 2020). Parahnya lagi, dokter yang dianggap bertentangan dengan narasi Kremlin justru ditahan dan/atau dimasukkan dalam dinas militer (Luxmoore 2020; Meduza.io 2020b). Dalam kaitannya dengan upaya kontranarasi di level global ini, yang menjadi menarik untuk disimak saat ini adalah upaya Rusia untuk membuat vaksin dan mendorong agar vaksin buatan mereka (Sputnik V) bisa segera dipakai. Uniknya, baik di level domestik (dokter dan masyarakat umum) serta masyarakat internasional meragukan vaksin Sputnik V ini. Para dokter di Rusia menunjukkan keraguannya ketika dalam sebuah survei, 52% dokter di Rusia menolak untuk menggunakan vaksin baru ini (RT 2020b). Hal ini senada dengan keengganan masyarakat Rusia untuk divaksin, sebagaimana survei serupa menunjukkan 45,6% warga menolak vaksinasi bahkan dari vaksin Rusia sekalipun (RT 2020a). Keraguan negara-negara Barat tentunya masuk akal, mengingat sejak awal Rusia bukanlah negara yang merespons dengan cepat dan strategis krisis serta pandemi ini. Ketika vaksin dari China, UK, dan AS bahkan belum sampai ke tahapan uji coba massal, bagaimana lantas tingkat kepercayaan terhadap vaksin Rusia yang saat ini bahkan sudah diproduksi dan dikirimkan secara massal ke seluruh kawasan di Rusia? (TASS 2020d). Keraguan ini diperparah dengan fakta bahwa tahapan proses pengujian normal terhadap vaksin banyak yang dilewati (Meyerowitz-Katz 2020). Respons pemerintah Rusia terhadap skeptisisme ini serupa dengan pola denial dan blaming others di masa awal Covid-19. Menteri Kesehatan Mikhail Murashko bahkan menuduh penolakan negara-negara Barat disebabkan oleh faktor kompetisi bisnis belaka, dengan menggunakan argumen bahwa Israel saja tertarik membeli vaksin Sputnik V (RT 2020c). Penulis berargumen bahwa Rusia menjadi sering melakukan kebiasaan “strategic deception” ini dikarenakan dorongan domestik dan identitas nasionalnya sebagai negara “nakal”. Politik luar negeri, meminjam diktum Clausewitz, hanyalah perpanjangan dari politik domestik dalam bentuk lain (Hudson Global Strategis, Th. 14, No. 2 381 Laid-Back Approach and Strategic Deception: Russia’s Dual Strategy in Responding to the Covid-19 Pandemic & Day 2020). Oleh karenanya, kebiasaan Rusia melakukan muslihat stratejik ini bisa juga didasarkan pada dukungan publik domestik. Penelitian Morozov, Kurowska, dan Reshetnikov (2018) menunjukkan bahwa publik di Rusia bisa menerima upaya muslihat sebagai bentuk perwujudan sosok trickster (atau penipu). Sosok ini begitu popular di masyarakat karena menjadi simbol perlawanan terhadap penguasa, terhadap kelas borjuis, dan terhadap penindas. Dukungan publik terhadap posisi “penipu” yang cerdik ini digunakan elit pemerintahan di Rusia sebagai basis legitimasi kebijakan muslihat strategis mereka. Barat (AS dan Eropa) digambarkan sebagai tuan tanah yang opresif dan sebagai bangsawan kaya yang menindas. Rusia, dengan melakukan tindakan menentang norma global, menjadi simbol dari perlawanan kelas proletar. Dalam konteks ini, kontranarasi terhadap standar penghitungan kasus oleh WHO dan promosi vaksin Sputnik V merupakan upaya “muslihat strategis” demi menjadi simbol perlawanan terhadap hegemoni WHO dan negaranegara Barat. Uniknya, posisi Rusia sebagai “penipu cerdik” ini bisa diterima oleh banyak negara kecil dan berkembang. Narasi perlawanan terhadap kelas elit yang kaya juga ada di cerita-cerita rakyat Eropa seperti Robin Hood ataupun si Kancil yang suka mencuri mentimun di Indonesia. Penyusunan kontranarasi oleh Rusia ini juga menggema di level global, sebagai bentuk kontestasi normatif terhadap hegemoni Barat. Upaya revisionis yang dilakukan Rusia tidak berfokus pada aspek kekuatan tradisional (militer & ekonomi), tapi mencoba untuk menggunakan informasi dan kritik terhadap norma global. Yang membahayakan, dalam kondisi pandemi, adalah kalau narasi dari WHO dan ahli-ahli medis Barat justru dibantah oleh ahli medis Rusia. Belum lagi kalau vaksin yang digunakan ternyata tidak memenuhi standar vaksin seperti yang seharusnya. Di tengah kondisi kacau dan anarkis, bisa jadi pertempuran narasi yang muncul menimbulkan dampak kesehatan yang buruk dan kebingungan mengenai siapa yang benar, terutama bagi publik dan negara lainnya. Sementara bagi Rusia, bisa jadi kepentingan nasional terkait legitimasi rezim di dalam negeri dan reposisi sebagai negara besar di level global justru tercapai. 382 Global Strategis, Th. 14, No. 2 Radityo Dharmaputra Simpulan: Laid-Back Approach dan Strategic Deception Rusia Berdasarkan analisis di bagian sebelumnya, ada dua poin utama yang menjadi karakteristik respons Rusia terhadap pandemi Covid-19. Karakter pertama adalah pendekatan laid-back, yang bisa diartikan pendekatan santai atau tidak terlalu serius. Karakteristik ini nampak nyata dalam upaya respons awal yang cepat namun justru disertai upaya menegasikan bahaya dari virus ini. Selain itu, kecenderungan rezim yang berkuasa untuk mendelegasikan tugas pada pejabat di level yang lebih rendah (baik lokal maupun regional) justru menunjukkan kegagalan rezim yang selama ini mendapatkan legitimasi kekuasaannya dari kontrol penuh terhadap pengambilan kebijakan. Sementara itu, karakter kedua yang muncul dari kecenderungan melakukan kontranarasi di level global serta disinformasi dan propaganda di level domestik bisa disebut sebagai kebiasaan melakukan strategic deception (muslihat strategis) demi tujuan pencapaian kepentingan nasional. Dalam konteks ini, kepentingan nasional Rusia yang nampak adalah menyelamatkan legitimasi rezim secara internal, dan memosisikan Rusia sebagai negara besar di level global. Pemosisian global ini dilakukan dengan memunculkan disjointed narratives bahwa negara Barat telah gagal mengatasi pandemi, bahwa tatanan dunia seperti WHO juga telah melebih-lebihkan bahaya penyakit ini, dan bahwa Rusia mampu menjadi alternatif melalui rendahnya kasus kematian di Rusia dibandingkan di negara Barat lainnya, serta berhasilnya Rusia menciptakan vaksin sebelum negara-negara lainnya. Referensi Buku dan Bab dalam Buku Hudson, Valerie M. dan Benjamin S. Day, 2020. Foreign policy analysis: Classic and contemporary theory. 3rd Ed. London: The Rowman & Littlefield Publishing Group, Inc. Jurnal dan Artikel Jurnal Åslund, Anders., 2020. “Responses to the COVID-19 crisis in Global Strategis, Th. 14, No. 2 383 Laid-Back Approach and Strategic Deception: Russia’s Dual Strategy in Responding to the Covid-19 Pandemic Russia, Ukraine, and Belarus”, Eurasian Geography and Economics, 1-14. DOI: 10.1080/15387216.2020.1778499. Laruelle, Marlene. dan McCann, M., 2020. “Post-Soviet State Responses to COVID-19: Making or Breaking Authoritarianism?”, PONARS Eurasia Policy Memo, 641. Morozov, Viatcheslav., dkk. 2018. “Why Russia’s strategic deception is popular: The cultural appeal of the trickster”, PONARS Eurasia Policy Memo, 554. Sukhankin, Sergey., 2020. “Covid-19 as a Tool of Information Confrontation: Russia’s Approach”, SPP Communiqué, 13 (3). Dokumen Resmi Pemerintahan Kremlin.ru, 2020a. “Meeting on coronavirus pandemic development and preventive measures”, 7 April [daring]. dalam http://en.kremlin.ru/events/president/news/63173 [diakses 7 Agustus 2020]. Kremlin.ru, 2020b. “Meeting with Government members”, 17 Maret [daring]. dalam http://en.kremlin.ru/events/president/ news/63001 [diakses 5 Agustus 2020]. Kremlin.ru, 2020c. “Meeting with Government members”, 4 Maret [daring]. dalam http://en.kremlin.ru/events/president/ news/page/27 [diakses 5 Agustus 2020]. Kremlin.ru, 2020d. “Address to the Nation”, 2 April [daring]. dalam http://en.kremlin.ru/events/president/news/63133 [diakses 2 September 2020]. Artikel Daring “Russia”, Worldometers, 12 September [daring]. dalam https:// www.worldometers.info/coronavirus/country/russia/ [diakses 12 September 2020]. Aleksejeva, N., 2020. “Amid the COVID-19 pandemic, the Kremlin insists it has everything under control”, DFR Lab, 27 Mei [daring]. dalam https://medium.com/dfrlab/amid-the-covid- 384 Global Strategis, Th. 14, No. 2 Radityo Dharmaputra 19-pandemic-the-kremlin-insists-it-has-everything-undercontrol-c7a5f551f2c3 [diakses 10 September 2020]. Berdy, M.A., 2020. “How Russia’s coronavirus crisis got so bad”, Politico.eu, 24 Mei [daring]. dalam https://www.politico.eu/ article/how-russias-coronavirus-crisis-got-so-bad-vladimirputin-covid19/ [diakses 10 September 2020]. De Groot, K., 2020. “Diagnosing Russia’s COVID-19 response”, Penn Today, 7 Mei [daring]. dalam https://penntoday.upenn. edu/news/diagnosing-russias-covid-19-response [diakses 10 September 2020]. Dharmaputra, R., 2020. “Rusia, Kontranarasi dan Pandemi”, Emerging Indonesia Project Insight, 10 Mei [daring]. dalam https://emergingindonesia.com/2020/05/10/rusiakontranarasi-dan-pandemi/ [diakses 12 Agustus 2020]. Eckel, M., 2020. “A Mystery Wrapped In An Enigma Inside A Russian Coronavirus Aid Shipment To The U.S.”, RFE/ RL, 3 April [daring]. dalam https://www.rferl.org/a/ russian-coronavirus-aid-shipment-u-s-mystery-sanctionspropaganda/30529019.html [diakses 10 September 2020]. Galeotti, M., 2020. “Russia Is Weathering COVID-19, No Thanks to Putin”, World Politics Review, 10 Juni [daring]. dalam https://www.worldpoliticsreview.com/articles/28826/russias-putin-is-failing-to-deal-with-covid-19-and-russians-know-it [diakses 12 September 2020]. Gebrekidan, S., 2020. “For Autocrats, and Others, Coronavirus Is a Chance to Grab Even More Power”, The New York Times, 30 Maret [daring]. dalam https://www.nytimes. com/2020/03/30/world/europe/coronavirus-governmentspower.html [diakses 10 September 2020]. Gozman, L., 2020. “Putin Is Warping Russia’s Pandemic Response”, Foreign Policy, 4 Juni [daring]. dalam https:// foreignpolicy.com/2020/06/04/putin-is-warping-russiaspandemic-response/ [diakses 10 Agustus 2020]. Heerdt, W. dan Kostelancik, T., 2020. “Russia’s Response to Covid-19”, CSIS, 10 April [daring]. dalam https://www.csis. org/analysis/russias-response-covid-19 [diakses 10 September 2020]. Global Strategis, Th. 14, No. 2 385 Laid-Back Approach and Strategic Deception: Russia’s Dual Strategy in Responding to the Covid-19 Pandemic Interfax, 2020a. “У приехавшего из Италии россиянина обнаружили коронавирус”, 2 Maret [daring]. dalam https://www.interfax. ru/russia/697390 [diakses 10 Agustus 2020]. Interfax, 2020b. “Путин заявил о контроле над ситуацией с коронавирусом в России”, 1 Maret [daring]. dalam https:// www.interfax.ru/russia/697259 [diakses 11 September 2020]. Kommersant, 2020. “В России обнаружили коронавирус у гражданина Италии”, Kommersant.ru, 5 Maret [daring]. dalam https://www.kommersant.ru/doc/4277083 [diakses 11 September 2020]. Litvinenko, Y., 2020. “Первый россиянин заразился коронавирусом”, Vedomosti, 17 February [daring]. dalam https://www. vedomosti.ru/society/articles/2020/02/17/823194-rossiyanin [diakses 10 September 2020]. Luxmoore, M., 2020. “Russian Doctor Who Criticized Government’s COVID-19 Response Detained”, RFE/RL, 3 April [daring]. dalam https://www.rferl.org/a/head-of-russiandoctors-union-arrested-on-trip-to-equip-provincial-hospitalsbattling-virus/30527912.html [diakses 12 September 2020]. Makarychev, A., 2020. “From a State of Exception to Policy Legitimation: The Politics of COVID-19 in Russia, Belarus, and Georgia (Part 1 of 3)”, PONARS Eurasia, 10 Juni [daring]. dalam http://www.ponarseurasia.org/article/state-exceptionpolicy-legitimation-part-1 [diakses 1 September 2020]. Meduza, 2020a. “Six new coronavirus cases confirmed in Russia. They’re all mild and linked to Italy”, 6 Maret [daring]. dalam https://meduza.io/en/news/2020/03/06/six-newcoronavirus-cases-confirmed-in-russia-they-re-all-mild-andlinked-to-italy [diakses 11 September 2020]. Meduza, 2020b. “Russian doctors’ union spokesman detained and drafted into army”, 13 Juli [daring]. dalam https://meduza. io/en/news/2020/07/13/russian-doctors-union-spokesmandetained-and-drafted-into-army [diakses 12 September 2020]. Meyerowitz-Katz, G., 2020. “We have no idea if the Russian Covid vaccine is safe or effective”, The Guardian, 12 Agustus [daring]. dalam https://www.theguardian.com/commentisfree/2020/ aug/12/we-have-no-idea-if-the-russian-covid-vaccine-is-safe- 386 Global Strategis, Th. 14, No. 2 Radityo Dharmaputra or-effective [diakses 10 September 2020]. RT, 2020a. “Almost half of Russians say they don’t want to be vaccinated against Covid-19 & 43% believe dangers of coronavirus are exaggerated”, 11 September [daring]. dalam https://www.rt.com/russia/500478-russians-not-wantvaccination/ [diakses 13 September 2020]. RT, 2020b. “Survey suggests half of Russian doctors will refuse to take rapidly created Covid-19 vaccine – developer says fears unfounded”, 14 Agustus [daring]. dalam https://www.rt.com/ russia/498011-russian-doctors-refuse-taking-covid-vaccine/ [diakses 13 September 2020]. RT, 2020c. “Russian health minister says Western criticism of Covid-19 vaccine is down to commercial competition, as Israel express interest”, 12 Agustus [daring]. dalam https://www. rt.com/russia/497811-russia-coronavirus-vaccine-westerncriticism/ [diakses 13 September 2020]. RT, 2020d. “Could COVID-19 be milder than we thought?”, RT Youtube with Polly Boiko, 6 May [daring]. dalam https:// www.youtube.com/watch?v=YcdPAEk6Rnc&feature=youtu.be [diakses 10 Mei 2020]. Sauer, P. dan Gershkovich, E., 2020. “Russia Is Boasting About Low Coronavirus Deaths. The Numbers Are Deceiving”, The Moscow Times, 14 Mei [daring]. dalam https://www. themoscowtimes.com/2020/05/08/russia-is-boasting-aboutlow-coronavirus-deaths-the-numbers-are-deceiving-a70220 [diakses 12 Agustus 2020]. Smyth, R., 2020. “How the Opportunist in the Kremlin Took Advantage of Coronavirus”, The Globe Post, 24 Maret [daring]. dalam https://theglobepost.com/2020/03/24/putincoronavirus/ [diakses 4 September 2020]. Snegovaya, M., 2020. “Putin’s Response to the Coronavirus: Politics, Economics, and the Pandemic”, The Center for European Policy Analysis, 9 April [daring]. dalam https:// www.cepa.org/putins-response-to-coronavirus [diakses 2 September 2020]. TASS, 2020a. “Russia’s first vaccine against novel coronavirus is ready - first deputy defense minister”, 21 Juli [daring]. dalam Global Strategis, Th. 14, No. 2 387 Laid-Back Approach and Strategic Deception: Russia’s Dual Strategy in Responding to the Covid-19 Pandemic https://tass.com/russia/1180629 2020]. [diakses 12 September TASS, 2020b. “Russian watchdog tightens checks on borders in view of coronavirus threat”, 24 Januari [daring]. dalam https:// tass.com/society/1112601 [diakses 12 September 2020]. TASS, 2020c. “First two persons infected with coronavirus identified in Russia”, 31 Januari [daring]. dalam https://tass. com/society/1115101 [diakses 12 September 2020]. TASS, 2020d. “COVID-19 vaccine shipped to all Russian regions to be delivered on September 14”, 12 September [daring]. dalam https://tass.com/society/1200101 [diakses 13 September 2020]. The Moscow Times, 2020a. “Putin’s Trust Rating Falls to New Low Amid Far East Protests”, 29 Juli [daring]. dalam https:// www.themoscowtimes.com/2020/07/29/putins-trust-ratingfalls-to-new-low-amid-far-east-protests-a71012 [diakses 12 September 2020]. The Moscow Times, 2020b. “TV Doctor to Head Russia’s Coronavirus Information Center”, 15 April [daring]. dalam https://www.themoscowtimes.com/2020/04/15/tv-doctor-tohead-russias-coronavirus-information-center-a70001 [diakses 10 September 2020]. Twigg, J., 2020a. “Russia’s Not Ready for Coronavirus”, Think Global Health, 6 Maret [daring]. dalam https://www. thinkglobalhealth.org/article/russias-not-ready-coronavirus [diakses 3 September 2020]. Twigg, J., 2020b. “What Lies Behind Russia’s Coronavirus Containment Effort”, The Russia File – Kennan Institute, 24 Maret [daring]. dalam https://www.wilsoncenter.org/blogpost/what-lies-behind-russias-coronavirus-containmenteffort [diakses 3 September 2020]. 388 Global Strategis, Th. 14, No. 2