[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
‘A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Available Online at http://journal.umgo.ac.id/index.php/AJamiy Volume 10 , No. 2, September 2021, 245-255 DOI: http://dx.doi.org/10.31314/ajamiy.10.2.245-255.2021 KRITIK SASTRA ARAB ERA UMAWY DAN ABBASY Muhammad Naufal Annabil1, Tatik Mariyatut Tasnimah 2 1. Mahasiswa Program Studi bahasa dan sastra Arab, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas islam Negeri Sunan Kalijaga, Indonesia 2. Dosen Program Studi bahasa dan sastra Arab, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas islam Negeri Sunan Kalijaga, Indonesia Email: 20201011017@student.uin-suka.ac.id , tatik.tasnimah@uin-suka.ac.id Received: 2021-07-06 Revised: 2021-09-07 Accepted: 2021-09-19 Abstract: This writing aims to examine the development of Umawy and Abbasy Arabic literary criticism. The method used in collecting data in this historical research is the literature method, the researcher looks for all the data related to this research and then records the data into a notebook. Meanwhile, the approach applied in this research is a historical approach, in which the researcher looks for history related to the development of Arabic literary criticism in Umawy and Abbasy The results of this study are that we can find out the definition and division of Arabic literary criticism, and find out about the purpose of Arabic prose and Arabic poetry Umawy or Abbasy. In addition, this research produces information about Arabic literary criticism in Umawi and Abbasy. In Umawy, Arabic literary criticism is still in a developmental stage, whereas in Abbasy, Arabic literary criticism is in a perfect state. Keywords: Arabic Literary Criticism, Umawy Era, Abbasy Era Abstrak: Penulisan ini bertujuan untuk meneliti mengenai perkembangan kritik sastra Arab era Umawy dan era Abbasy. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian sejarah ini adalah metode kepustakaan, peneliti mencari segala data yang berkaitan dengan penelitian ini kemudian mencatat data-data tersebut ke dalam sebuah catatan. Sedangkan dalam pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis, yang mana peneliti mencari sejarah-sejarah yang berkaitan dengan perkembangan kritik sastra Arab pada era Umawy dan era Abbasy. Adapun hasil dari penelitian ini adalah kita dapat mengetahui mengenai definisi dan pembagian kritik sastra Arab, serta mengetahui mengenai tujuan dari prosa dan puisi Arab pada era Umawy atau pun era Abbasy. Selain itu, dalam penelitian ini menghasilkan sebuah informasi mengenai kritik sastra Arab pada era Umawi dan era Abbasy, pada era Umawy kritik sastra Arab masih dalam taraf perkembangan sedangkan pada era Abbasy kritik sastra Arab sudah dalam taraf sempurna. Kata Kunci: Kritik Sastra Arab, Era Umawy, Era Abbasy ‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 245 A. Pendahuluan Dalam membahas mengenai ilmu sastra tentu menyangkut di antara tiga hal pokok, yaitu teori sastra, sejarah sastra, atau kritik sastra. Dalam tulisan ini penulis akan membahas mengenai kritik sastra, karena dalam ragam literatur yang tersedia pengkajian mengenai kritik sastra masih tergolong minim sehingga dianggap perlu adanya penelitian mengenai kritik sastra. Dalam tulisan kali ini penulis akan membahas mengenai kritik sastra era umawy dan era Abbasy. Pemilihan kedua era tersebut karena menurut pemaparan Tatik kedua era tersebut dianggap sebagai era mulai munculnya sebuah kritik sastra hingga era di mana kritik sastra sudah sama seperti kritik sastra yang dipahami pada era sekarang ini.1 Untuk memahami kritik sastra sastra era umawy dan era Abbasy isi dari tulisan ini akan dimulai dari definisi dan pembagian kritik sastra, tujuan prosa dan puisi, fungsi kritik sastra, terakhir baru membahas mengenai perkembangan kritik sastra era umawy dan era Abbasy. Tulisan yang membahas mengenai kritik sastra sebenarnya pernah dilakukan oleh Ibnu Rawandhy N. Hula dalam sebuah artikel di Jurnal ‘Ajamiy pada tahun 2016 dengan Judul “Kaidah Intrinsik Prosa Imajinatif Aarab dalam Ranah Kritik Sastra”. Dalam sebuah tulisan yang dipaparkan oleh Ibnu Rawandhy N. Hula membahas mengenai pengertian, jenis, dan media prosa Arab.2 Tulisan yang membahas mengenai kritik sastra sebenarnya pernah dilakukan oleh Abd Aziz dalam sebuah artikel di Jurnal Mumtaz pada tahun 2019 dengan Judul “Kritik Intrinsikalitas dan Ekstrinsikalitas sastra Modern dalam Kajian Sastra Arab Modern”. Dalam sebuah tulisan yang dipaparkan oleh Abd Aziz membahas mengenai sejarah kritik sastra Arab dan kritik instrinsik serta ekstrinsik sastra Arab modern.3 Sejauh pengamatan yang dilakukan, tulisan dalam artikel sebuah jurnal yang secara khusus membahas mengenai kritik sastra era Abbasy dan Umawy tidak pernah dilakukan. Berkenaan dengan pemahaman yang telah disebutkan, penulis akan membahas mengenai kritik sastra era Abbasy dan Umawy. 1 Tatik Mariyatut Tasminah, Perkuliahan Magister Bahasa dan Sastra Arab Mata Kuliah Kritik Sastra, (Via Zoom Meeting), pada hari Senin, 12 April 2021 2 Ibnu Rawandhy N Hula, 2016.“Kaidah Intrinsik Prosa Imajinatif Aarab dalam Ranah Kritik Sastra” Jurnal al-Jami Vol 5, No 1 3 Abd Aziz, 2019 “Kritik Intrinsikalitas dan Ekstrinsikalitas sastra Modern dalam Kajian Sastra Arab Modern”, Jurnal Mumtaz Vol 3 No 1 ‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 246 B. Pembahasan dan Hasil Penelitian 1. Definisi dan Pembagian Kritik Sastra Kritik menurut orang Arab, yang dipahami oleh Ibnu Salam al-Jamhi dan para pengikutnya dari kalangan penyair adalah membedakan atau memisahkan kebaikan dari kejelekan.4 Kritik adalah sebuah kegiatan membedakan yang baik dari yang buruk.5 Kritik sastra adalah seni menilai sebuah karya sastra serta menganalisisnya berasaskan asas ilmiah.6 Sedangkan dalam buku “Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern”, kritik sastra adalah sebuah pengkajian terhadap karya sastra yang menganalisis dan menjelaskannya agar bisa dipahami dan dinikmati pembaca serta menilaianya secara objektif.7 Kritik sastra adalah pembahasan terhadap suatu karya seni sastra untuk dinilai menurut aturan yang telah ditentukan.8 Berdasarkan ragam deifinisi yang telah disebutkan, kegiatan yang disebut sebagai kritik sastra adalah sebuah kegiatan dimana seorang peneliti melakukan kegiatan kritik yang berupa menganalisis sekaligus menjelaskan dari analisis yang dilakukan terhadap sebuah karya sastra, baik prosa maupun puisi. Kritik sastra ada beraneka ragam:9 a. Kritik ad-dzati, yaitu kritik berdasarkan selera pribadi b. Kritik al-Maudhu’i, yaitu kritik yang didasarkan pada prinsip-prinsip objektif dan aturan rasional objektif yang menjadi dasar penilaian c. Kritik al-i’tiqadi, yaitu kritik yang dikendalikan oleh keyakinan dan opini pribadi oleh para kritikus d. Kritik at-Tarikhi, yaitu kritik Kritik yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena sastra, pengarang sastra, dan karakter buku 4 Ulyawy Umar, Zalafi Ibrahim , Syaby Khalid, Al-Madzhahib an-Naqdiyah al-haditsah Qira’ah fi ktab madaris an-Naqd al-Adaby al-Hadits li Muhammad Abdu al-Mun’im al-Kafajy, (Kuliyyah al-Adab wa al-Lughah Qism al-Lughah wa al-Adab al-A’raby Jami’ah: Muhammad Budiyaf, 2017) h.5 5 Umar Mahjub Idris, Harakatu al-Naqd al-Adaby fi al-Asr al-Abasy al-Awl, (Jami’ah ummu Darman al-Islamiyyah: Kuliyyatu ad-Dirasah al-Ulya Kuliyatu al-Lughah al-Arabiyyah Qism ad-Dirasah al-Adabiyyah wa an-Naqdiyyah, 2006) h. 30 6 Syihabuddin Qalyuby, Ilm Al-uslub; Stilistika Bahasa dan Sastra Arab. (Yogyakarta: Karya Media, 2013) H. 25 7 Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern . (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) H. 52 8 Marjoko Idris, Kritik Sastra Arab: Pengertian Sejarah dan Aplikasinya. (Yogyakarta: Teras, 2009.) h. 2 9 Ulyawy Umar, 2017: 5-6 ‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 247 e. Kritik al-Lughawy, yaitu kritik Kritik membutuhkan pengetahuan yang benar tentang sejarah dan perkembangan makna kata, terutama kata sifat, kata-kata athofiyyah, dan ma’nawiyyah. 2. Tujuan Prosa dan Puisi Kritik sastra dipahami sebagai sebuah pengkritikan terhadap sebuah karya sastra. Sedangkan karya sastra dipahami sebagai sebuah karya berupa prosa dan puisi. Sebelum lebih jauh membahas mengenai kritik sastra era Umawy dan Abbasy, akan lebih baik memahami tujuan dari prosa dan puisi di kedua era tersebut. Pada era Umawy tujuan dari prosa adalah untuk jihad, berisi pemberitahuan terkait ajaran Islam, berisi tentang sosial, dan berisi tentang politik, sedangkan pada era ini tujuan puisi berisi tentang cinta, polemik, dan lebih khusus membahas mengenai politik.10 Puisi bernuansa politik pertama dibuat oleh Miskin al-Dairimi yang diminta untuk membacakannya di depan orang banyak, pada saat itu puisi tersebut digunakan untuk pengiringan serta pengangkatan Yazid untuk menjadi seorang khalifah.11 Sedangkan pada era Abbasy prosa semakin berkembang sehingga ada yang disebut prosa pembaharuan yang dipimpin oleh Abdullah bin Muqaffa dan ada prosa lirik yang dipimpin oleh al-Jahidz. Abdullah bin Muqaffa’ dianggap sebagai bapak penulis dewan.12 Al-Jahidz merupakan seorang sastrawan yang dalam kitabnya memuat soal-jawab perihal berbagai pengertian tentang berdebat, berpidato, serta bagaimana cara menyusun sebuah kalimat menjadi sebuah karya yang berkelas.13 Sedangkan tujuan puisi dalam era ini berkembang menjadi berisi tentang zuhud, ilmu, minuman keras, tentang angan-angan, dan tentang kisahkisah beradab. 3. Fungsi dan Jenis Kritik Sastra Dalam buku “Teori Kritik Sastra” karya Sukron Kamil disebutkan bahwa fungsi dari kritik sastra setidaknya ada tiga hal14: a. Membuat sebuah karya sastra bisa dipahami oleh penikmat sastra sehingga karya tersebut bisa dikatakan jelas. 10 Muhammad Abdul Mun’im Khafaji, Dirasah fi al-Adab al-Araby al-hadits wa Madarisihi, (Beirut: Daru al-Jalil, 1992) H. 16 11 Philih K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014) H. 315 12 Marjoko Idris, 2009: 32 13 Marjoko Idris, 2009: 36 14 Sukron Kamil, 2009: 53 ‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 248 b. Membenarkan beragam kekeliruan yang ada dalam sebuah karya sastra baik dari segi kaidah sastra, teori sastra, logika, moral, maupun nilai estetika yang dimiliki. c. Sebagai penunjang dari ilmu sastra, baik dalam sejarah sastra maupun teori sastra. Sedangkan jenis kritik sastra dalam buku Sukron Kamil disebutkan bahwa kritik sastra bisa dibagi dalam dua jenis: a. Kritik sastra ilmiah, merupakan sebuah kegiatan kritik yang berlandaskan teori, teknik, metode dan segenap aturan yang mesti terkandung dalam sebuah penelitian ilmiah, sehingga sebelum menjalankan kegiatan kritik sastra sudah memahami mengenai ontologi, epistimologi, maupun aksiologi dari sebuah karya sastra. b. Kritik sastra non ilmiah, merupakan sebuah kegiatan kritik yang tidak bisa melepaskan rasa emosional diri dalam kegiatan kritik sehingga kegiatan kritik yang dimaksudkan tidak lepas dari rasa yang ingin dikatakan seorang berdasarkan pesan yang diterima orang tersebut setelah memahami sebuah karya sastra, terlebih lagi kegiatan ini dilakukan tanpa ada dasar teori maupun analisis yang argumentatif sehingga bersifat mana suka dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. 4. Perkembangan Kritik Sastra Era Umawy Kritik sastra mulai dianggap berkembang adalah saat era Umawy yaitu usai orang Arab singgah di berbagai tempat daerah luar jazirah Arab sehingga terpicu untuk melakukan perkembangan baik dalam prosa, puisi, bahkan kritik sastra sendiri.15 Daerah yang menjadi ladang pertumbuhan kritik sastra meliputi: Hijaz, Irak, dan Syam.16 Di daerah Hijaz, Masjid selain digunakan untuk sholat juga digunakan untuk pertemuan para penggiat sastra baik yang disebut penyair atau penulis. 17 Di daerah ini sudah lumayan banyak kritikus yang bermunculan, salah satu kritikus yang paling terkenal adalah Ibnu Abi Atiq yang bernama asli Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Bakar.18 Sedangkan dalam daerah Irak kritik sastra semakin melonjak, fanatisme kesukuan mulai bermunculan. Di antara penyair yang terkenal di daerah ini 15 Marjoko Idris, 2009: 22 16 Marjoko Idris, 2009: 22 17 Marjoko Idris, 2009: 22 18 Marjoko Idris, 2009: 23 ‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 249 adalah al-Farazdaq dan Jarir. Pada saat kedua sastrawan itu sedang beradu syair, maka para penonton akan menyiapkan kritikan-kritikan untuk syair-syair yang dilantunkan.19 Nama asli al-Farazdaq adalah Abu Firas bin Ghalib, beliau terkenal dengan gaya puisi yang digunakan dikatagorikan unik, indah, memiliki makna yang dalam, serta dianggap sebagai pengikut gaya puisi jahiliyah yang autentik.20 Dalam buku ‘Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern’ disebutkan bahwa al-Farazdaq tergolong sebagai penganut teori aliran sastra klasik. 21 Sedangkan nama lengkap Jarir adalah Jarir bin Atiyyah bin Khahfy, beliau terkenal dengan gaya puisi indah serta enak di telinga dibandingkan al-Farazdaq yang menggunakan beragam diksi yang terlalu dalam sehingga sulit dipahami.22 Contoh puisi al-Farazdaq dalam Wargadinata:23 ‫ت لسار‬ ‫ليب نجوم الليل وما و‬ ‫ال ار‬ ‫ولو ترمى بلؤم ب‬ ‫ولو رمى بلؤم م ار لد س لؤم م و‬ ‫ليب ليطلب حاجة إﻻ بحر‬ ‫وما غو عز ر ب‬ Meski rasi bintang malam dihempaskan melalui kerendahan Bani Kulaib, tidak akan bintang itu menjadi redup sedangkan kerendahan mereka masih berlalu. Meski siang dihempaskan melalui kerendahan mereka, siang masih bersinar sedang kerendahan mereka berlipat ganda. Dan tidak akan tetua Bani Kulaib beranjak kecuali untuk meminta kebutuhannya terhadap tetangga. Contoh puisi Jarir dalam Wargadinata:24 ‫زعم الفرزدق أن سيقتل مر عا أ شر بطول سﻼمة يا مر ع‬ al-FArazdaq beranggapan bahwa dirinya akan meninggal (dalam keadaan) terbelah menjadi empat. Duhai orang yang terbelah menjadi empat bahagaikah engkau akan keselamatanmu. Di daerah Syam yang merupakan sebuah daerah dari pusat pemerintahan era Umawy yang dijadikan sebagai awal proses penulisan, pembacaan, dan kritik sastra akan berkaitan dengan politik. Di daerah sini proses kritik bisa berupa pertanyaan dari seorang pejabat terhadap penyair mengenai karya penyair lain, 19 Marjoko Idris, 2009: 23-25 20 Wildana Wargadinata dan Laily Fitriani, Sastra Arab Masa Jahiliyah dan Islam, (Malang: UIN Press, 2018) h. 292 21 Sukron Kamil, 2009: 163-164 22 Wildana Wargadinata, 2018: 294 23 Wildana Wargadinata, 2018: 292 24 Wildana Wargadinata, 2018: 294 ‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 250 yang sudah tentu proses kritik tersebut belum sesuai aturan kritik pada era Abbasy yang dianggap sebagai era keemasan dari kritik sastra.25 Secara garis besar bentuk kritik yang nampak pada era umawi adalah:26 a. Kritik gramatikal dan linguistik: syair-syair puitis dibaca dengan cermat untuk mengetahui bahwa syair tersebut sudah sesuai dengan aturan tata bahasa dan linguistik atau tidak sesuai dengan aturan tata bahasa dan linguistik, selanjutnya pengkritik akan menunjukkan apa yang telah dibuat penyair termasuk menyimpang atau ada kesalahan dalam syair tersebut. Pada era ini disyaratkan sebagai seorang kritikus harus paham dengan aturan dan prinsip-prinsip bahasa Arab dan ahli dalam kata-kata dan kondisi orang Arab. b. Kritik wazan dan qowafi: kritikus akan menghitung penyimpangan penyair dalam unsur sebuah syair. c. Kritik rasa: dalam bagaian ini kritikus akan membahas mengenai kenikmatan atau rasa dari warna-warna kata dalam sebuah syair, bahwa beberapa di antara syair tentu terasa lembut dan mudah namun beberapa syair tentu ada yang terasa sulit. Disamping itu para kritikus tentu mengetahui jenis-jenis makna yang benar dan yang rusak atau tidak sesuai. Ciri-ciri kritik sastra pada era Umawy:27 a. Ruang lingkup kritik menjadi luas, keluasan tersebut dikarenakan banyak kalangan yang terlibat selain penyair yaitu penulis, rakyat jelata, raja, pria dan wanita. b. Kompleksitas aspek kritik, aspeknya bervariasi karena banyaknya tujuan yang muncul di era ini c. Kritik digunakan sebagai batu loncatan dari tujuan puisi d. Kritik Umayah beralih menjadi mengetahui motif sastrawan dalam berpuisi e. Kritik dibangun atas dasar rasa atau dzauq f. Kritik diarahkan pada kemudahan dan kejelasan 25 Marjoko Idris, 2009: 26 26 Musthafa Abdurrahman Ibrahim, Fi an-Naqdi al-Adabi ‘Inda al-Arabi, (Kairo: Makkatu Litthaba’ah, 1998) h. 120 27 Musthafa Abdurrahman Ibrahim, 1998: 124-126 ‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 251 g. Munculnya tujuan baru dalam kritik, yaitu membahas mengenai makna, ide, penggambaran atau fotografi, dan mengoreksi imajinasi yang dimiliki oleh beberapa penyair. Pada masa Bani Umayyah, ketertarikan para kritikus terhadap makna lebih dari sekedar kata, bahkan kekuatan logika serta kedekatan dengan pemerintahan juga menjadi faktor perkembangan kritik sastra. Salah satu pemerintah yang pernah mengkritik penyair adalah Khalifah Abd al-Malik terhadap penyair berkenaan dengan komitmen sebuah puisi yang dianggap khalifah sebagai sya’ir yang berulang atau tidak ada keragaman, karena dalam puisi yang menyebut khalifah “bagaikan singa” dan “bagaikan elang”, menurut Khalifah Abd al-Malik itu tidak kreatif serta tidak ada inovasi.28 5. Perkembangan Kritik Sastra Era Abbasy Pada era Abbasy pengertian kritik sastra baru ada.29 Pengertian dari “baru ada” yang dimaksud adalah bahwa penerapan kritik sastra yang sesuai dengan istilah kritik sastra yang ada di era ini. Sebenarnya pada era Abbasy kritik sastra bisa dikatakan sebagai sebuah era di mana kegiatan kritik sudah bisa dianggap sempurna. Dalam era Abbasy para ahli bahasa sudah mengklasifikasikan para penyair berdasarkan kualitas dari keseniannya, para penyair mensistemasikan karya mereka dalam pembahasan serta deskripsi yang rapi seperti dalam buku badi’ karya Ibnu Mu’taz yang membahas perihal kalam, dan pada era ini penulisan sebuah karya sastra sudah tersistem sehingga ada pembagian karya sastra lama dan modern.30 Pada Abad kedua hijriah ini para kritikus mulai bermunculan semisal Abu Umar bin ‘Ala dan al-Usmu’i yang sering meneliti mengenai syi’ir jaman jahiliyah, lebih dari itu Umar bin ‘Ala dan al-Usmu’i kerap melakukan studi banding.31 Beliau terkenal karena kecakapannya dalam pengemasan dalam kodifikasi syi’ir jahili.32 Di era Abbasy gaya penulisan juga mengalami perkembangan. Dalam era Abbasy gaya penulisan cenderung menggunakan kata-kata al-Qur’an, banyak sekali penggunaan metafora, banyak berisi pengenalan terhadap gelar-gelar khalifah dan ulama’, banyak menggunakan kata-kata asing, dan banyak 28 Umar Mahjub Idris, 2006: 47 29 Marjoko Idris, 2009: 2 30 Syauqy Dhaif, Fi an-Naqdi al-Adaby, (Kairo: Daru al-Ma’ari, 1988).H 30-31 31 Sukron Kamil, 2009: 57 32 Sukron Kamil, 2009: 57 ‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 252 menggunakan kata hiperbola serta singkat.33 Salah satu kritikus sekaligus penyair terkenal era Abbasy adalah Abu Nuwass, beliau dianggap sebagai penganut teori aliran sastra barnasiyah. Barnasiyah adalah sebuah teori dari aliran sastra yang mengunggulkan aspek bentuk serta mengesampingkan persoalan agama, moral, atau sosial dalam sebuah karya sastra.34 Contoh puisi Abu Nuwas adalah ‫أثن ع ا مر بأﻻ ا وسم ا أحسن أسما ا‬ Sanjunglah khamr akan segenap keagungan # Dan namailah dengan sebaikbaik nama Faktor-faktor berkembangnya kritik sastra di era Abbasy adalah:35 a. Budaya yang melimpah b. Para khalifah dan pemimpin merawat penyair, dalam artian adanya dukungan dari para pemimpin untuk perkembangan kritik sastra c. Adanya perselisihan antar penyair d. Adanya penerjemahan e. Dampak al-Quran f. Gerakan bahasa g. Faktor sosial Pada awal era Abbasy pertumbuhan kritik sastra tidak berhenti hanya membahas mengenai ungkapan, bentuk, pemahaman makna, dan ekspresi, namun para kritikus melanjutkan untuk memahami dan merasakan puisi serta menyadari apa yang membedakan seorang penyair satu dari penyair lain sehingga membuat urutan penyair dari yang paling dianggap terbaik. Para kritikus bahkan memahami tentang lingkungan, kehidupan sosial dalam kefasihan atau kepandaian seorang penyair, dan para kritikus juga berusaha mengoreksi teks serta menyelidiki atribusi seorang penyair.36 Pada era ini kritik bergerak dengan pesat, di era ini kritikus berpartisipasi dalam diskusi para penyair, penulis, dan teolog, sehingga perluasan peradaban Islam dan kontak orang Arab dengan budaya lain memperkenalkan para kritikus pada peradaban bangsa-bangsa kuno seperti Yunani dan Persia. Yunani dan Persia memiliki pengaruh besar dalam memajukan kritik sastra pada era ini.37 33 Ahmad al-Hasyimi, Jawahiru al-Adab fi adabiyati wa insya’i Lughati al-Arab, (Mesir: Ittihadu al-Kubra, tt) h. 157 34 Sukron Kamil, 2009: 178 35 Musthafa Abdurrahman Ibrahim, 1998: 129-140 36 Umar Mahjub Idris, 2006: 43 37 Umar Mahjub Idris, 2006: 43 ‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 253 Kritik sastra telah berkembang dengan perkembangan metode berpikir, sehingga kategori tata bahasa dan ahli bahasa telah muncul untuk mengumpulkan bahasa dan menetapkan aturan. Saat itulah kata-kata mulai dianggap sebagai sesuatu yang terpisah dari makna. Perdebatan tentang masalah ini semakin intensif, sehingga para kritikus memaparkan masalah ini dalam sastra pada umumnya dan puisi pada khususnya, karena beberapa di antaranya memasukkannya ke dalam metode puisi. Mereka telah memperhatikan bahwa untuk setiap tujuan puisi ada ekspresinya sendiri, kita tidak dapat membuat apa yang digunakan dalam sindiran digunakan dalam pujian. Oleh karena itu, para kritikus era ini mengkritik sebuah pidato yang kehilangan kecocokan dan keselarasan antara kata dan maknanya.38 C. Kesimpulan Kritik sastra ada beraneka ragam: kritik ad-dzati, kritik al-Maudhu’i, kritik al-i’tiqadi, kritik at-Tarikhi, dan kritik al-Lughawy. Perihal kritik sastra pada era Umawy tergolong masih dalam taraf perkembangan. Sedangkan pada era Abbasy kritik sastra sudah dalam taraf sempurna dengan munculnya para ahli bahasa yang sudah bisa mengklasifikasikan para penyair berdasarkan kualitas dari keseniannya, para penyair sudah mensistemasikan karya mereka dalam pembahasan serta deskripsi yang rapi seperti dalam buku badi’ karya Ibnu Mu’taz yang membahas perihal kalam, dan pada era ini penulisan sebuah karya sastra sudah tersistem sehingga ada pembagian karya sastra lama dan modern. Daftar Pustaka Aziz, Abd, “Kritik Intrinsikalitas dan Ekstrinsikalitas sastra Modern dalam Kajian Sastra Arab Modern”, Jurnal Mumtaz Vol 3 No 1 2019 Dhaif, Syauqy, Fi an-Naqdi al-Adaby, Kairo: Daru al-Ma’arif, 1988 Al-Hasyimi, Ahmad, Jawahiru al-Adab fi adabiyati wa insya’i Lughati al-Arab. Mesir: Ittihadu al-Kubra, tt. Hitti, Philih K, History of The Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014. Hula, Ibnu Rawandhy N, “Kaidah Intrinsik Prosa Imajinatif Aarab dalam Ranah Kritik Sastra” Jurnal al-Jami Vol 5, No 1, 2016. Ibrahim, Musthafa Abdurrahman, Fi an-Naqdi al-Adabi ‘Inda al-Arabi, Kairo: Makkatu Litthaba’ah, 1998. 38 Umar Mahjub Idris, 2006: 47 ‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 254 Idris, Umar Mahjub, Harakatu al-Naqd al-Adaby fi al-Asr al-Abasy al-Awl, Jami’ah ummu Darman al-Islamiyyah Kuliyyatu ad-Dirasah al-Ulya Kuliyatu al-Lughah al-Arabiyyah Qism ad-Dirasah al-Adabiyyah wa anNaqdiyyah, 2006. Idris, Marjoko, Kritik Sastra Arab; Pengertian Sejarah dan Aplikasinya, Yogyakarta: Teras, 2009. Kamil, Sukron, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Khafaji, Muhammad Abdul Mun’im, Dirasah fi al-Adab al-Araby al-hadits wa Madarisihi, Beirut: Daru al-Jalil, 1992. Umar, Ulyawy. Ibrahim, Zalafi. Khalid, Syaby, Al-Madzhahib an-Naqdiyah alhaditsah Qira’ah fi ktab madaris an-Naqd al-Adaby al-Hadits li Muhammad Abdu al-Mun’im al-Kafajy, Kuliyyah al-Adab wa al-Lughah Qism alLughah wa al-Adab al-A’raby Jami’ah Muhammad Budiyaf, 2017. Wargadinata, Wildana dan Fitriani, Laily, Sastra Arab Masa Jahiliyah dan Islam, Malang: UIN Press, 2018. Qalyuby, Syihabuddin, Ilm Al-uslub: Stilistika Bahasa dan Sastra Arab, Yogyakarta: Karya Media, 2013. Wawancara: Tasminah, Tatik Mariyatut, Perkuliahan Magister Bahasa dan Sastra Arab Mata Kuliah Kritik Sastra, (Via Zoom Meeting) pada hari Senin, 12 April 2021 ‘A Jami Jurnal Bahasa dan Sastra Arab ISSN: 2252-9926 (Print), ISSN: 2657-2206 (Online) 255