MEMAHAMI PERILAKU
ANAK PRA SEKOLAH
PERILAKU ANAK SEKOLAH:
SEBUAH EKSPEKTASI
Poin-poin Penting:
• Anak-anak prasekolah memiliki rasa ingin tahu, mudah terganggu, tertarik pada
kemandirian dan masih mengembangkan pengaturan diri.
• Prasekolah membantu anak belajar tentang pergaulan dengan orang lain dan
mengikuti aturan.
• Kekhawatiran perilaku anak prasekolah yang umum adalah tantrum, kebiasaan,
berbohong dan kecemasan.
• Anak prasekolah membutuhkan pemembimbing perilakunya dengan cara yang
positif.
Perilaku Anak di Tahun-tahun Prasekolah
A
nak-anak prasekolah sangat terpesona oleh dunia di sekitar mereka, sehingga
kita dapat akan mendapatkan banyak pertanyaan tentang ‘siapa’, ‘apa’ dan
‘mengapa’. Kita mungkin perlu memberikan lebih banyak waktu ketika melakukan
sesuatu dengan anak prasekolah – misalnya, sampai dia dapat berhenti dan melihat
serangga di jalan setapak.
Ketika mereka mencoba untuk memahami dunia, anak-anak prasekolah
terkadang dapat terganggu. Sepertinya anak prasekolah tidak mendengarkan kita
– tetapi dia mungkin masih mencoba mencari tahu sesuatu yang kita katakan lima
menit yang lalu.
Kemandirian merupakan hal penting bagi anak-anak prasekolah, yang sangat
ingin melakukan sesuatu bagi diri mereka sendiri. Tetapi anak-anak membutuhkan
dukungan kita dalam membangun kepercayaan diri dan harga dirinya. Berlimpahnya
perhatian positif, pujian dan kesempatan untuk melatih keterampilan baru akan
sangat membantu mereka.
Dan anak-anak prasekolah menjadi lebih baik dalam mengatur diri, sangat
baik dalam bergaul dengan orang lain di prasekolah atau kelompok bermain. Tetapi
anak-anak masih membutuhkan bantuan kita dalam mengekspresikan perasaan
yang kuat secara tepat dan mengelola perilaku mereka, terutama dalam situasi yang
menantang.
3
Perilaku Anak Prasekolah
Memasuki Pendidikan Prasekolah: Mengapa itu Baik Bagi Anak?
Anak-anak bisa mendapatkan keuntungan memasuki pendidikan prasekolah pada usia
ini. Beberapa anak membutuhkan waktu untuk membiasakan diri dengan pendidikan
prasekolah atau memiliki ketakutan dalam mulai mengikuti pendidikan prasekolah.
Tetapi ada baiknya untuk tetap melakukannya karena pendidikan prasekolah memberi
anak-anak kesempatan untuk berteman dan melatih keterampilan mereka, seperti
berbagi dan saling bergiliran. Di pendidikan prasekolah, anak-anak dapat mulai
belajar tentang mengikuti aturan orang lain dan bergaul dengan anak-anak lainnya.
Kekhawatiran Perilaku Anak Usia Prasekolah
Kecemasan
Kecemasan merupakan bagian normal dalam perkembangan anak-anak, dan anakanak prasekolah sering kali merasa takut terhadap hal-hal seperti sendirian atau
berada dalam kegelapan. Jika anak-anak terlalu khawatir atau menunjukkan tandatanda kecemasan, kita dapat mendukungnya dengan mengakui ketakutannya,
dengan lembut mendorongnya untuk melakukan hal-hal yang dia khawatirkan dan
memujinya ketika dia dapat melakukannya. Jika kecemasan memengaruhi kehidupan
anak-anak, bawalah ke dokter umum.
Penindasan (Bullying)
Bullying dapat menghancurkan kepercayaan dan harga diri anak-anak, terutama
di usia-usia prasekolah. Jika anak-anak diintimidasi pada usia prasekolah, ia
membutuhkan banyak cinta dan dukungan, baik di rumah maupun lingkungan
pendidikan prasekolah. Dia juga perlu tahu bahwa kita akan mengambil tindakan
untuk mencegah intimidasi lebih lanjut.
Berkelahi
Berbeda pendapat dan pertengkaran di kalangan anak-anak sangat umum terjadi.
Beberapa faktor mempengaruhi perkelahian –temperamen, lingkungan, usia dan
keterampilan. Kita dapat mengendalikan faktor-faktor tersebut untuk menangani
pertengkaran dalam keluarga.
Kebiasaan
Banyak anak memiliki kebiasaan, seperti menggigit kuku atau memutar-mutar
rambut. Kebiasaan anak-anak mungkin terlihat mengganggu, tetapi biasanya tidak
ada yang perlu dikhawatirkan. Kebanyakan kebiasaan-kebiasaan akan hilang dengan
sendirinya.
4
Memahami Perilaku Anak Prasekolah
Berbohong
Kita mungkin sesekali pernah memergoki anak-anak berbohong. Berbohong
merupakjan bagian dari perkembangan, dan sering kali dimulai di sekitar usia tiga
tahun. Biasanya lebih baik mengajari anak kecil dengan nilai kejujuran dan mengatakan
yang sebenarnya daripada menghukum mereka karena kebohongan kecil.
Perasaan Malu
Perilaku merasa pemalu adalah hal normal terjadi pada anak-anak usia prasekolah.
Jika anak-anak lambat dalam melakukan pemanasan, cobalah untuk mendukungnya
dalam situasi sosial. Misalnya, kita dapat tinggal di lingkungan prasekolah untuk
sementara waktu di pagi hari selama hari-hari awal sekolah. Juga baik untuk memuji
anak-anak karena perilaku sosial yang berani, seperti menanggapi orang lain,
menggunakan kontak mata, atau bermain jauh dari kita.
Mengamuk
Jika anak-anak tantrum, mungkin perlu diingat bahwa dia masih belajar cara yang
lebih tepat untuk mengungkapkan perasaannya. Jika kita berupaya mengurangi
stres pada anak-anak, menyesuaikan perasaan anak-anak, dan menemukan pemicu
amukan anak-anak, kita akan mendapatkan lebih sedikit amukan setelah ia mencapai
usia empat tahun.
Jangan khawatir ketika anak-anak prasekolah memiliki teman khayalan. Pasangan
khayalan tumbuh dari imajinasi yang sehat dan aktif. Mereka memberi cara
yang bagus bagi anak-anak untuk mengekspresikan perasaan dan melatih
keterampilan sosialnya.
Tips-Tips Membantu Anak-anak Prasekolah Berperilaku Baik
Mengingatkan
Anak-anak prasekolah memiliki ingatan yang pendek dan mudah terganggu. Kita
mungkin perlu mengingatkan anak-anak tentang berbagai hal dalam beberapa kali.
Misalnya, ketika hampir waktunya meninggalkan taman, coba ucapkan "Adele, kita
akan segera pulang". Kemudian berikan pengingat lain lebih dekat pada waktu kita
harus pulang– "Adele, dua slide lagi maka kita akan pulang".
Berbagi Perasaan
Jika anak-anak prasekolah memahami bagaimana perilakunya dapat memengaruhi
kita, dia mungkin dapat merasakan perasaan kita. Jadi, kita dapat mengatakan,
"Bunda kesal karena terlalu banyak kebisingan, dan Bunda tidak bisa berbicara di
5
Perilaku Anak Prasekolah
telepon". Ketika kita memulai kalimat dengan "Bunda", itu memberi kesempatan
kepada anak-anak untuk mengubah sesuatu demi kita.
Ubah Lingkungan
Kita seringkali dapat mencegah atau meminimalkan perilaku bermasalah dengan
mengubah lingkungan anak-anak. Misalnya, jika anak-anak prasekolah merasa
frustrasi karena bayi kita terus merangkak di atas teka-teki gambarnya, cobalah
untuk menemukan tempat yang tenang di mana anak-anak prasekolah dapat bermain
tanpa gangguan.
Mendisiplinkan Anak Usia Prasekolah dan Membimbing Perilaku
Anak
Disiplin membantu anak-anak belajar bagaimana berperilaku – serta bagaimana tidak
berperilaku. Disiplin akan berjalan dengan sangat baik ketika kita memiliki hubungan
yang hangat dan penuh kasih dengan anak-anak dan mendorong perilaku yang baik
– misalnya, dengan menggunakan rutinitas, instruksi yang jelas dan banyak pujian
terhadap berperilaku baik.
Aturan keluarga merupakan aspek kunci bagi kedisiplinan anak-anak dalam
segala usia. Aturan ini memandu perilaku anak-anak dengan cara yang positif
dengan menyatakan secara tepat tentang perilaku apa yang kita harapkan. Tetapi
anak-anak prasekolah cenderung melupakan atau mengabaikan aturan, jadi mereka
membutuhkan dukungan dan pengingat untuk mengikutinya.
Konsekuensi merupakan cara praktis dalam memandu perilaku anak-anak
karena konsekuensi menjelaskan kepada anak-anak apa yang tidak boleh dilakukan.
Kita dapat menyesuaikan konsekuensi dalam situasi yang berbeda-beda, tetapi
konsekuensi akan selalu menjadi yang terbaik bila dikombinasikan dengan fokus
pada perilaku positif anak-anak.
Hukuman fisik seperti memukul tidak mengajarkan bagaimana anak-anak harus
bersikap dan bisa menyakiti mereka. Hukuman fisik juga bisa membuat anakanak takut pada kita, yang membuatnya lebih sulit untuk mengajari mereka
bagaimana berperilaku yang baik.
Perilaku dan Perasaan Anak-Anak Prasekolah
Ketika perilaku anak Kita menantang, Kita mungkin merasa marah atau stres. Merawat
diri sendiri dengan makan dengan baik, cukup tidur dan melakukan beberapa
aktivitas fisik dapat membantu. Ini juga dapat membantu untuk membicarakan
perasaan kita dengan seseorang yang dipercayai, seperti pasangan Kita, teman atau
6
Memahami Perilaku Anak Prasekolah
dokter umum Kita. Atau Kita dapat menghubungi saluran bantuan pengasuhan anak
di negara bagian atau teritori Kita.
Hubungi profesional kesehatan anak jika kita memiliki kekhawatiran terhadap
perilaku anak-anak atau ketika kita tidak tahu harus berbuat apa.
7
PENGENDALIAN DIRI
PADA ANAK-ANAK DAN REMAJA
Poin-poin Penting:
• Pengendalian diri merupakan kemampuan dalam memahami dan mengatur
perilaku dan reaksi diri sendiri.
• Pengendalian diri membantu anak-anak dan remaja untuk belajar, berperilaku
baik, bergaul dengan orang lain dan menjadi mandiri.
• Pengendalian diri mulai berkembang pesat pada usia balita dan anak prasekolah.
Pengaturan diri terus berkembang hingga masuk usia dewasa.
• Cara mengembangkan pengaturan diri anak-anak diantaranya berbicara,
merencanakan, memecahkan masalah, dan menjadi teladan.
Apa Itu Pengendalian Diri?
P
engendalian diri merupakan kemampuan untuk memahami dan mengatur perilaku
dan reaksi terhadap perasaan dan hal-hal yang terjadi di sekitar kita. Pengendalian diri mencakup kemampuan untuk:
• mengendalikan reaksi terhadap emosi yang kuat seperti frustrasi, kegembiraan,
kemarahan dan rasa malu
• bersikap tenang setelah mendapatkan sesuatu yang menarik atau menjengkelkan
• fokus kepada tugas
• memfokuskan kembali perhatian pada tugas baru
• mengontrol impuls
• berperilaku dengan cara yang membantu kita bergaul dengan orang lain.
Mengapa Pengendalian Diri itu Penting?
Saat anak-anak tumbuh, pengendalian diri membantu mereka:
• belajar di sekolah – karena pengendalian diri memberikan kemampuan bagi
anak-anak untuk duduk dan mendengarkan di kelas
• berperilaku dengan cara yang dapat diterima secara sosial – karena pengendalian
diri memberikan kemampuan kepada anak-anak untuk mengendalikan impuls
• berteman – karena pengendalian diri memberikan kemampuan kepada anak-anak
untuk secara bergiliran dalam permainan dan bercakap-cakap, berbagi mainan,
dan mengekspresikan emosi dengan cara yang tepat
9
Perilaku Anak Prasekolah
• menjadi lebih mandiri – karena pengendalian diri memberikan kemampuan
kepada anak-anak untuk membuat keputusan yang tepat tentang perilaku dan
belajar bagaimana berperilaku dalam situasi baru dengan sedikit bimbingan.
Bagaimana dan Kapan Pengendalian Diri Berkembang?
Anak-anak mengembangkan pengendalian diri melalui hubungan yang hangat dan
responsif. Mereka juga mengembangkannya dengan memperhatikan orang-orang
dewasa di sekitar mereka. Pengendalian diri dimulai ketika anak-anak masih bayi.
Hal ini berkembang terutama di masa-masa balita dan masa prasekolah, tetapi juga
terus berkembang hingga dewasa. Misalnya, bayi biasa mengisap jari mereka untuk
merasakan kenyamanan atau berpaling dari pengasuh mereka jika mereka butuh
istirahat dari perhatian atau mulai lelah.
Balita dapat menunggu sebentar untuk makanan dan mainan. Tetapi balita
mungkin masih merebut mainan dari anak-anak lain jika hal itu merupakan sesuatu
yang benar-benar mereka inginkan. Dan tantrum terjadi ketika balita diliputi oleh
emosi yang kuat.
Anak-anak prasekolah mulai mengetahui cara bermain dengan anak-anak lain
dan memahami apa yang dikehendaki dari mereka. Misalnya, anak-anak prasekolah
biasa mencoba berbicara dengan suara lembut jika kita berada di bioskop.
Anak usia sekolah semakin baik dalam mengendalikan keinginan dan
kebutuhannya sendiri, membayangkan sudut pandang orang lain dan melihat dua
sisi dari suatu situasi. Hal ini sangat berarti, misalnya, mereka mungkin tidak setuju
dengan anak-anak lain tanpa perlu berdebat.
Praremaja dan remaja lebih baik dalam perencanaan, bertahan terhadap
tugas-tugas sulit, berperilaku melalui cara-cara yang sesuai secara sosial, dan
mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi orang lain. Misalnya,
anak-anak remaja dapat berpikir tentang perspektif kita ketika mereka bernegosiasi
dengan kita mengenai jam malam mereka.
Anak-anak yang biasa merasakan sesuatu yang sangat kuat dan intens akan
merasakan kesulitan yang besar dalam mengendalikan diri sendiri. Tidaklah
sulit bagi anak-anak yang lebih santai. Bahkan anak-anak dan remaja yang
lebih besar terkadang harus berjuang dengan pengendalian dirinya.
10
Memahami Perilaku Anak Prasekolah
Membantu Anak-anak dan Remaja Belajar dan Berlatih
Pengendalian Diri
Berikut adalah beberapa cara praktis yang dapat kita lakukan untuk membantu anakanak belajar dan mempraktikkan pengendalian diri:
• Latihlah keterampilan anak-anak dalam memahami dan mengatur emosi.
• Gunakan strategi menenangkan bagi balita, langkah menenangkan bagi anak
prasekolah dan anak-anak usia sekolah, dan langkah-langkah menenangkan bagi
anak-anak praremaja dan remaja.
• Rencanakan situasi yang menantang di mana mungkin sulit bagi anak-anak yang
lebih kecil untuk berperilaku baik. Misalnya, "Toko yang akan kita kunjungi
memiliki banyak barang yang gampang rusak. Tidak masalah melihat-lihat, tapi
tolong jangan sentuh". Beri anak kita pengingat yang lembut saat kita memasuki
toko. Misalnya, "Ingat – lihat-lihat saja, oke?"
• Libatkan anak-anak pra-remaja dan remaja dalam pemecahan masalah dan
negosiasi di situasi sulit. Misalnya, "Ayah bekerja sepanjang akhir pekan, jadi
Ayah tahu itu akan membosankan bagi kalian. Mari cari tahu bagaimana kalian
dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya".
• Pujilah anak-anak ketika mereka menunjukkan pengendalian diri dan mengatur
situasi yang sulit. Misalnya, "Nanda hebat dalam menunggu giliran", atau "Bunda
suka caramu berbagi dengan Sam ketika dia meminta".
• Cobalah untuk membuat model pengendalian diri untuk anak-anak. Misalnya,
"Ayah benar-benar ingin terus berkebun, tetapi jika Ayah tidak membersihkan
sekarang, Ayah tidak akan membawa Kakak melihat pertandingan sepak bola
dengan tepat waktu". Atau "Biarkan Bunda menulisnya di kalender agar Bunda
tidak lupa".
Sangat penting untuk menyesuaikan ekspektasi perilaku kita dengan usia dan
tahap perkembangan anak-anak. Hal ini dapat membantu anak-anak terhindari
dari frustrasi yang datang karena tidak memiliki kemampuan atau pemahaman
untuk melakukan apa yang diminta.
Masalah-Masalah Dengan Pengendalian Diri
Dari waktu ke waktu, berbagai hal dapat memengaruhi kemampuan anak-anak untuk
mengendalikan diri sendiri. Misalnya, kelelahan, penyakit, dan perubahan rutinitas
anak-anak semuanya dapat memengaruhi kemampuan dalam mengendalikan reaksi
dan perilaku mereka. Demikian juga, beberapa anak memiliki pengendalian diri yang
baik di penitipan anak, di sekolah atau tempat olahraga, tetapi sulit diatur di rumah.
11
Perilaku Anak Prasekolah
Anak-anak lain berjuang di tempat yang sibuk dan bising seperti pusat perbelanjaan.
Dan seiring bertambahnya usia anak-anak, pengendalian diri mungkin menjadi
tantangan jika mereka memiliki banyak tugas penilaian atau kesulitan hubungan.
Meskipun masalah dalam pengendalian diri ini cukup umum, adalah ide
yang baik untuk berbicara dengan seorang profesional ketika kita merasa khawatir
terhadap perilaku anak-anak atau ketika mengalami masalah dengan perilaku anakanak seiring bertambahnya usia. Misalnya, kita dapat berbicara dengan dokter
umum, perawat kesehatan anak dan keluarga, atau pendidik atau guru penitipan
anak-anak. Pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional ketika anak-anak:
• terlihat memiliki lebih banyak luapan amukan atau perilaku yang sulit dikendalikan
daripada anak-anak lain seusianya
• berperilaku dengan cara yang sulit atau tidak terkendali lebih sering sejalan
dengan bertambahnya usia
• berperilaku dengan cara yang yang membahayakan diri mereka sendiri atau
orang lain
• sulit untuk didisiplinkan dan strategi yang digunakan untuk mendorong perilaku
positif tampaknya tidak berhasil
• sering menarik diri dan memiliki banyak masalah dalam berinteraksi dengan
orang lain
• terlihat tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi sebanyak
anak-anak lain seusianya.
Jika anak-anak memiliki perilaku yang menantang dan juga autis atau disabilitas,
bicarakan dengan profesional yang bekerja dengan anak-anak. Mereka akan
memberikan saran tentang cara untuk mendorong perilaku positif dan
membantu anak-anak mempelajari kemampuan pengendalian diri.
Artikel dikembangkan secara kolaborasi dengan Dr Emma Little, Psikolog Bidang Perkembangan dan
Pendidikan.
12
KETAHANAN:
ANAK USIA 3-8 TAHUN
Poin-poin Penting:
• Ketahanan merupakan kemampuan untuk bangkit kembali setelah menghadapi
tantangan dan masa-masa sulit.
• Anak-anak yang tangguh dapat pulih dari kemunduran dan kembali menjalani
kehidupannya.
• Ketahanan berkembang ketika anak-anak mengalami tantangan dan belajar
menghadapinya secara positif.
• Hubungan yang kuat merupakan dasar terbentuknya ketahanan pada anak-anak.
Ketahanan: Apa Itu?
K
etahanan merupakan kemampuan untuk 'bangkit kembali' setelah menghadapi
tantangan dan masa-masa sulit. Bagi anak-anak, tantangan dan masa-masa sulit
mencakup pada pengalaman seperti mengawali pergi sekolah atau memasuki taman
kanak-kanak baru, pindah rumah, atau menyambut saudara kandung baru dalam
keluarga. Mereka juga dapat mencakup pengalaman serius seperti diintimidasi,
kehancuran keluarga, penyakit keluarga, atau kematian. Anak-anak membangun
ketahanan dari waktu ke waktu melalui pengalaman.
Kita dapat membantu anak-anak mempelajari keterampilan dan mengembangkan
ketahanan dengan menjalin hubungan yang hangat dan suportif dengan mereka.
Ketahanan: Mengapa itu Baik bagi Anak-anak?
Anak-anak yang tangguh dapat pulih dari kemunduran dan kembali menjalani
kehidupan mereka dengan lebih cepat. Dan pada saat anak-anak telah mampu
mengatasi kemunduran dan masalahnya, hal itu bisa membangun kepercayaan diri
mereka dan membantu mereka merasa lebih mampu saat masalah-masalah muncul
kembali.
Anak-anak yang tangguh sering kali pandai memecahkan masalah dan
mempelajari keterampilan baru. Hal tersebut karena mereka jauh lebih lebih siap
untuk mencoba lagi bahkan ketika hal-hal tidak berjalan seperti yang mereka inginkan
untuk pertama kalinya. Dan pada saat segala sesuatunya tidak berjalan dengan
baik dan anak-anak merasa cemas, sedih, kecewa, takut atau frustrasi, ketahanan
13
Perilaku Anak Prasekolah
membantu mereka memahami bahwa emosi yang tidak nyaman ini biasanya tidak
bertahan selamanya. Mereka dapat mengalami emosi ini dan tahu bahwa mereka
akan baik-baik saja sebelum itu terjadi terlalu lama.
Anak-anak yang tangguh cenderung menghindari masalah atau menghadapinya
dengan cara yang tidak sehat, seperti bersikap defensif atau agresif atau dengan
sengaja menyakiti diri sendiri. Anak-anak yang tangguh juga cenderung memiliki
kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada anak-anak yang masih berjuang
untuk menjadi tangguh.
Semua anak mengalami tantangan tetapi anak-anak dengan temperamen
cemas, kesulitan belajar atau ketidakmampuan belajar mungkin menemukan
situasi tertentu sangat menantang – misalnya, membaca dengan suara keras di
kelas atau ditinggalkan bersama pengasuh yang tidak dikenal. Ketika anak-anak
membangun keterampilan bertahan, mereka dapat mengatur emosi dengan
lebih baik dan mengatasi kemunduran mereka.
Hubungan dan Ketahanan
Hubungan merupakan fondasi ketahanan anak-anak. Hubungan terpenting anakanak adalah dengan kita juga dengan pengasuh utama mereka yang lain. Hubungan
yang kuat dengan kita dan pengasuh lainnya membantu anak-anak merasa dicintai,
aman, dan terlindungi. Rasa aman dan nyaman ini menumbuhkan kepercayaan
diri pada anak-anak untuk menjelajahi dunia mereka dan untuk pulih dari setiap
kemunduran yang telah mereka alami.
Hubungan anak-anak dengan kakek-nenek, bibi dan paman, pendidik dan guru
anak usia dini, dan teman juga sangatlah penting. Hubungan keluarga dan komunitas
ini memberi rasa memiliki pada diri anak-anak dan perasaan bahwa mereka dihargai.
Perasaan ini membantu membangun kepercayaan diri dan ketahanan anak-anak.
Anak-anak belajar tentang ketahanan dengan melihat bagaimana kita dan
orang-orang penting lainnya dalam hidup mereka merespons masa-masa sulit
dan kemunduran. Ketika anak-anak melihat kita mencoba lagi, melepaskan
amarah, atau berpikir positif dalam situasi sulit, mereka belajar bahwa mereka
dapat melakukan hal yang sama.
14
Memahami Perilaku Anak Prasekolah
Membangun Ketahanan pada Anak
Anak-anak belajar tentang ketahanan melalui pengalaman. Setiap kali anak-anak
mampu mengatasi masalah, hal itu akan membangun kepercayaan diri mereka
pada kemampuan mereka untuk menangani tantangan berikutnya. Berikut adalah
beberapa cara kita dapat membangun ketahanan anak-anak:
• Dukunglah anak-anak, tetapi cobalah untuk tidak menyelesaikan setiap masalah
kecil atau kekecewaan. Misalnya, ketika anak-anak tidak diundang ke pesta ulang
tahun atau tidak mendapatkan apa yang diinginkannya di hari ulang tahunnya,
kita dapat membicarakan perasaan mereka alih-alih mencoba memperbaiki
masalahnya.
• Hindari memprediksi dan mencegah masalah bagi anak-anak. Hal ini mungkin
berarti membiarkan anak-anak menyerahkan pekerjaan rumah yang salah atau
tidak mengganti mainan yang rusak. Mengatasi tantangan kecil bisa berakibat
ketahanan anak-anak mengalami kemunduran yang lebih besar.
• Bantu anak-anak untuk mengidentifikasi dan mengelola emosi yang kuat.
Misalnya, anak-anak mungkin khawatir tentang anggota keluarga mereka yang
sakit. Kita dapat mengatakan, "Ayah dan Ibu dapat melihat bahwa Nanda sangat
khawatir dengan keadaan Kakek. Tidak masalah Nanda merasa khawatir. Tapi
ingatlah, Ayah dan Ibu sedang melakukan semua yang bisa Ayah dan ibu lakukan
untuk membantu Kakek menjadi lebih baik".
• Dorong anak-anak untuk mencoba lagi ketika sesuatu tidak berhasil saat
pertama kali mereka mencobanya. Pujilah anak-anak karena telah berusaha,
tidak peduli hasilnya. Kita bisa mengatakan "Ayah bangga dengan Nanda sebab
telah menyelesaikan balapan" atau "Bagusnya dicoba lagi".
• Bangun rasa sayang diri anak-anak. Self-compassion membantu anak-anak
mampu mengatasi kekecewaan, kegagalan, atau kesalahan dengan bersikap baik
kepada diri mereka sendiri. Pada gilirannya, hal ini membantu mereka untuk
pindah dari pengalaman sulit.
• Biasakan untuk mengenali dan mengakui ketika segala sesuatunya berjalan
dengan baik. Misalnya, saat makan bersama keluarga, kita masing-masing dapat
berbagi satu hal positif dari hari itu yang kita lalui.
• Bantu anak-anak mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dengan
cara yang sesuai dengan usianya. Misalnya, jika seorang anak-anak di sekolah
mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak baik kepada anak kita, lakukan
brainstorming tentang bagaimana anak kita harus meresponsnya lain kali.
• Temukan panutan positif yang pernah mengalami tantangan serupa dengan anakanak. Misalnya, anak-anak mungkin mendapatkan dukungan dari teman yang
lebih tua yang orang tuanya telah berpisah atau kehilangan anggota keluarga
mereka.
15
Perilaku Anak Prasekolah
Anak-anak mengembangkan ketahanan dirinya dari waktu ke waktu, jadi
cobalah untuk bersabar dan mendukung saat anak-anak mencari cara untuk
menanggapi tantangan. Kita mungkin dapat membuat segalanya baik-baik saja
untuk anak-anak, tetapi terkadang anak-anak harus mengalami perasaan tidak
nyaman agar mereka dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.
Artikel ini dikembangkan bersama Dr Meredith Rayner, psikolog, Direktur Care at Ballarat
Grammar.
16
TEMPERAMEN:
APA ITU DAN APA PENTINGNYA?
Poin-poin Penting:
• Temperamen merupakan cara anak-anak merespons dunia.
• Perbedaan temperamen mempengaruhi cara anak menangani emosi, mengatur
perilaku dan perasaan di sekitar orang baru.
• Kita dapat membimbing perkembangan anak dengan menggunakan strategi
parenting yang sesuai dengan temperamen mereka.
Temperamen: apa itu?
T
emperamen merupakan cara anak-anak merespons dunia. Kita dapat mengetahui
temperamen anak-anak dalam hal seberapa hal, sedikit atau banyak pada mereka
yang menunjukkan tiga kualitas berikut:
• Reaktivitas: ini adalah seberapa kuat anak-anak bereaksi terhadap hal-hal
semisal peristiwa menarik atau tidak mendapatkan keinginannya. Anak-anak
yang reaktif cenderung merasakan sesuatu dorongan dengan kuat.
• Pengendalian diri: ini adalah seberapa banyak anak-anak dapat mengontrol
perilaku mereka, termasuk cara mereka menunjukkan perasaan mereka.
Pengendalian diri juga tentang seberapa banyak anak-anak dapat mengontrol
perhatian mereka dan seberapa gigihnya mereka.
• Sociabilitas: yaitu kenyamanan anak-anak saat bertemu orang baru atau
mendapat pengalaman baru.
Anak-anak dilahirkan dengan temperamen masing-masing, dan kita mungkin
sudah bisa menggambarkan temperamen anak-anak sejak mereka masih bayi.
Misalnya, 'Jade sangat santai' atau 'Luca suka rutinitas'.
Perbedaan temperamen menjelaskan mengapa anak-anak mungkin sangat
berbeda satu sama lain. Misalnya, anak-anak mungkin lebih atau kurang
reaktif, memiliki pengendalian diri sendiri lebih atau kurang, dan kurang atau
lebih mudah bergaul.
17
Perilaku Anak Prasekolah
Menyesuaikan Pola Asuh dengan Temperamen Anak
Kita tidak dapat mengubah temperamen anak-anak. Anak-anak adalah siapa mereka,
dan itu bagus baginya. Tetapi kita dapat memelihara perkembangan anak-anak
dengan menyesuaikan pola asuh sesuai dengan temperamen anak-anak. Kita dapat
membantu anak-anak mengembangkan bagian-bagian positif dari temperamen
mereka. Dan kita dapat memahami situasi yang mungkin sulit bagi anak-anak karena
temperamen mereka, dan membantu mereka untuk belajar bagaimana menangani
situasi tersebut.
Berikut adalah beberapa ide untuk menyesuaikan pola asuh dengan temperamen
anak-anak.
• Pola Asuh Anak dengan Temperamen Reaktif Berlebihan atau Kurang
Jika kita memiliki anak yang sangat reaktif, anak-anak mungkin sangat senang
ketika sesuatu yang baik terjadi. Tetapi anak-anak mungkin juga menjadi
keras dan dramatis ketika mereka tidak senang tentang sesuatu, seperti tidak
mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kita mungkin perlu membantu anakanak untuk belajar bagaimana merespons dengan lebih tenang – misalnya,
dengan santai dan menggunakan kata-kata atas perasaan marahnya.
Anak-anak yang reaktif seringkali juga sangat aktif secara fisik dan mungkin
membutuhkan banyak waktu di luar rumah. Kita dapat membantu anak-anak
berkembang dengan mendorong mereka untuk mencoba kegiatan olahraga
baru, misalnya. Tetapi anak-anak mungkin juga membutuhkan bantuan untuk
mereda, jadi relaksasi sebelum tidur bisa menjadi ide yang bagus.
Anak yang kurang reaktif biasanya mudah bergaul, tetapi mungkin kurang
asertif. Kita mungkin perlu membantu anak-anak untuk belajar bagaimana
membela diri. Misalnya, jika kita melihat situasi di mana anak-anak bisa lebih
asertif, Kita bisa membuat anak-anak berlatih menangani situasi tersebut secara
berbeda. Penting juga untuk memastikan bahwa anak-anak yang kurang reaktif
tidak ketinggalan dalam obrolan keluarga. Misalnya, "Harper, Nanda tidak
banyak bicara. Apakah Nanda senang dengan pilihan film itu?"
Anak-anak yang kurang reaktif mungkin juga kurang aktif secara fisik. Anakanak yang kurang aktif akan sangat senang dengan banyak kesempatan untuk
menggunakan keterampilan motorik halus mereka, seperti membuat kerajinan
tangan atau menggambar. Tetapi kita mungkin perlu mendorong aktivitas fisiknya.
Cobalah lakukan perjalanan ke taman untuk mengumpulkan daun untuk kolase,
misalnya. Atau pastikan kita berdua berjalan-jalan ke perpustakaan jika bisa,
alih-alih dengan naik kendaraan.
• Pola Asuh Anak dengan Temperamen Pengendalian Diri Tinggi dan Rendah
Anak-anak yang terlihat lebih mudah untuk mengendalikan dirinya sendiri akan
pandai untuk tetap tenang ketika mereka merasakan emosi seperti frustrasi atau
kegembiraan. Mereka bisa tenang lebih cepat setelah sesuatu yang menyenangkan
atau menjengkelkan, dan mereka tidak terlalu impulsif.
18
Memahami Perilaku Anak Prasekolah
Seorang anak yang sangat mandiri mungkin juga lebih mampu mengelola
perhatiannya. Misalnya, mereka mungkin akan terus melakukan sesuatu
sampai benar. Mereka mungkin juga pandai mengatasi kemunduran dan
mampu menyelesaikan tugas-tugas seperti pekerjaan rumah tanpa banyak perlu
pengawasan. Tetapi mereka mungkin sedikit perfeksionis, jadi pastikan mereka
mengetahui bahwa tidak masalah untuk membuat kesalahan.
Jika anak Kita mengalami kesulitan mengatur perhatian mereka, mereka
akan membutuhkan banyak dorongan untuk terus mengerjakan tugas-tugas
yang sulit. Anak-anak ini mungkin dengan mudah beralih dari satu aktivitas ke
aktivitas lainnya. Mereka juga bisa sangat kreatif. Untuk membantu anak-anak
fokus, kita dapat mencoba memberi hadiah kepada anak-anak atau membuat halhal yang menyenangkan dengan menggunakan permainan dan aktivitas kreatif.
• Pola Asuh Anak dengan Temperamen Sociabilitas Tinggi dan Rendah
Jika anak sangat mudah bergaul, mereka akan suka berada di sekitar orang
lain, memiliki teman bermain, dan melakukan kegiatan kelompok. Tetapi kita
tidak harus mengatur waktu bermain dan aktivitas untuk anak-anak sepanjang
waktu, karena penting juga bagi anak-anak untuk belajar menyibukkan diri.
Anak-anak dengan temperamen sociabilitas tinggi juga biasanya sangat
mudah beradaptasi dan dapat mengatasi perubahan rutinitas dengan cukup
mudah. Sangat bagus jika kita dapat memberikan banyak pengalaman baru
yang mudah beradaptasi bagi mereka, tetapi pastikan bahwa anak-anak masih
memiliki waktu satu lawan satu dengan kita.
Jika anak tidak terlalu sociabilitas, mereka mungkin cukup pandai dalam
bermain sendiri dan mungkin tidak perlu banyak bantuan untuk menemukan
sesuatu untuk dilakukan. Tetapi kita mungkin juga perlu membantu anak-anak
untuk mau berteman. Jika anak-anak tidak nyaman dalam kelompok atau pesta,
misalnya, kita dapat mencoba meminta hanya satu atau dua teman untuk bermain
di rumah atau taman.
Jika anak dengan sociabilitas rendah tidak terlalu mudah beradaptasi,
mereka akan menyukai rutinitas yang teratur, dan mungkin tidak dapat mengatasi
perubahan dengan baik. Hal ini dapat memudahkan kita untuk merencanakan
hal-hal seputar rutinitas anak, tetapi anak-anak mungkin juga memerlukan
bantuan untuk mengatasi terjadinya perubahan atau transisi.
Temperamen anak bisa berbeda dengan kita. Beberapa orang tua merasa bahwa
lebih mudah untuk memahami dan merawat anak yang temperamennya mirip
dengan mereka. Misalnya, ketika kita menyukai prediktabilitas, kita mungkin
merasa mudah merawat bayi yang membutuhkan tidur teratur. Tetapi jika kita
suka dapat melakukan sesuatu kapan pun, mungkin perlu beberapa saat untuk
membiasakan diri dengan kesukaan anak terhadap rutinitas.
19
Perilaku Anak Prasekolah
Bagaimana Temperamen Bisa Berubah
Kita mungkin melihat beberapa perubahan pada temperamen anak-anak ketika mereka
beranjak lebih dewasa. Hal ini terjadi karena pengalaman anak-anak memengaruhi
cara mereka berperilaku pada situasi yang berbeda-beda.
Misalnya, seorang anak yang dulunya sangat terganggu di sekolah dapat
menjadi orang dewasa yang berkonsentrasi dengan baik dalam pertemuan bisnis.
Hal ini mungkin karena mereka telah mengembangkan lebih banyak motivasi saat
mereka dewasa, atau karena mereka telah mempelajari strategi untuk mengendalikan
gangguan-gangguan.
Tuliskan ini kembengkan bersama Emma Little, Psikolog bidang Perkembangan dan Pendidikan.
20
HARGA DIRI
ANAK USIA 1-8 TAHUN
Poin-poin Penting:
• Harga diri adalah menyukai diri sendiri dan percaya pada diri sendiri.
• Harga diri membantu anak menghadapi tantangan, mencoba hal baru, serta
belajar dan berkembang dengan baik.
• Hubungan yang penuh kasih, umpan balik yang seimbang, dan dorongan
merupakan hal-hal yang baik bagi harga diri anak-anak.
Tentang Harga Diri
Harga diri adalah menyukai diri sendiri, merasa berharga, percaya pada diri
sendiri dan mengetahui apa yang kita lakukan dengan baik. Harga diri memberikan
kepercayaan diri bagi anak-anak untuk:
• coba hal-hal baru dan coba lagi ketika hal-hal tidak berjalan sesuai rencana
• melakukan hal-hal yang mungkin tidak mereka sukai atau biasanya mereka kuasai
• menghadapi tantangan daripada menghindarinya.
Pada saat anak-anak mencoba hal-hal baru, menghadapi tantangan dan bangkit
kembali, mereka belajar dan tumbuh. Inilah sebabnya mengapa harga diri dapat
menjadi bagian penting dalam perkembangan anak.
Hubungan yang hangat dan penuh kasih merupakan dasar dari harga diri
anak-anak karena mereka membuat anak-anak merasa dihargai dan berharga.
Hubungan dibangun di atas banyak interaksi responsif dan peduli dengan
anak-anak. Ritual keluarga juga penting, karena mereka membangun hubungan
keluarga dan menumbuhkan rasa memiliki pada diri anak-anak.
Bayi dan Harga Diri
Anak yang baru lahir dan bayi yang sangat muda tidak benar-benar memiliki harga
diri. Hal itu karena mereka belum melihat diri mereka sendiri sebagai dirinya sendiri.
Tapi kita masih bisa meletakkan dasar-dasar tentang harga diri yang sehat dengan:
21
Perilaku Anak Prasekolah
• merawat bayi dengan lembut
• merespon ketika bayi menangis
• memberikan banyak pelukan dan senyuman.
Interaksi yang hangat dan responsif ini memberi tahu bayi Kita bahwa mereka
dicintai dan dicintai.
Balita dan Harga Diri
Balita mulai mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, apa yang
dapat mereka lakukan, dan apa yang membuat mereka menjadi diri mereka sendiri.
Berikut adalah cara yang dapat kita lakukan untuk membangun harga diri pada
balita:
• Biarkan anak-anak memutuskan pilihan yang aman atau ramah balita, seperti
mainan mana yang akan dimainkan, atau apakah mau diberi selai atau vegemite
di roti panggang mereka. Hal ini memberikan rasa kontrol yang menarik pada
mereka, yang membantu mengembangkan kepercayaan diri dan rasa diri.
• Berikan kesempatan kepada anak untuk mengatakan "tidak". Balita perlu
menegaskan diri mereka sendiri dan belajar bahwa keputusan memiliki
konsekuensi. Misalnya, ketika anak mengatakan tidak pada saat anda memintanya
untuk memakaikan jaket, tidak apa-apa. Menjadi dingin tidak akan menyakiti
mereka.
• Biarkan anak menjelajahi lingkungan mereka, tetapi bersiaplah untuk merespons
ketika mereka membutuhkan bantuan kita. Misalnya, anak mungkin terpesona
oleh seekor semut tetapi ketakutan ketika semut itu merangkak ke kakinya. Anak
membutuhkan kita untuk memberi tahu mereka bahwa hal itu bukan apa-apa.
• Latihlah anak untuk melalui situasi sosial yang rumit. Balita mungkin merasa sulit
untuk berbagi dan bergiliran karena mereka belajar siapa mereka dan apa yang
menjadi milik mereka. Jadi kita bisa mengatakan, "Sekarang giliran Bunda untuk
mendapatkan blok merah sekarang. Berbagi yang bagus – bagus sekali!"
Anak Prasekolah dan Harga Diri
Pada usia ini, anak-anak prasekolah sering menyukai membandingkan diri mereka
dengan orang lain, dan akan bertanya apakah mereka yang terbesar, tercepat atau
terbaik dalam apa pun yang mereka lakukan. Kita dapat memiliki peran besar dalam
memelihara harga diri anak-anak dan membantu anak-anak dapat menghargai dirinya
sendiri. Berikut adalah beberapa ide:
• Berikan umpan balik pada anak-anak yang seimbang. Hal ini bisa dengan memuji
anak-anak karena mencoba sesuatu, melakukan yang terbaik atau mencoba
sesuatu yang baru – bukan karena menjadi "yang terbaik". Langkah Ini mendorong
mereka untuk menghargai kesuksesan orang lain juga. Misalnya, "Bagus untuk
22
Memahami Perilaku Anak Prasekolah
•
•
•
•
balapan dan memberikan yang terbaik - Ayah bangga padamu. Mari kita ucapkan
selamat kepada Sven atas kemenangannya".
Jelaskan bahwa kehilangan merupakan bagian dari kehidupan. Coba ajukan
pertanyaan seperti "Apakah Nanda sudah mencobanya dengan baik?" atau
"Apakah Nanda bersenang-senang?" sebelum kita bertanya "Apakah Nanda
menang?" Ucapan ini menunjukkan kepada anak-anak bahwa kita menghargai
mereka terlepas dari apakah mereka menang atau kalah – dan mendorong anakanak untuk melakukan hal yang sama.
Mainkan permainan papan sederhana atau permainan kartu bersama. Permainan
bergiliran seperti ini membantu anak-anak belajar cara bermain secara kooperatif
dan bergaul dengan orang lain. Kegiatan ini dapat menumbuhkan keterampilan
dan kepercayaan diri anak-anak dalam situasi sosial.
Dorong anak-anak untuk membantu kita melakukan pekerjaan rumah tangga –
misalnya mengatur meja atau membereskan cucian. Kegiatan ini menunjukkan
kepada anak-anak bahwa kita memercayai mereka dengan tanggung jawab, yang
membantu anak-anak merasa nyaman dengan dirinya sendiri.
Tunjukkan minat pada hal-hal yang menarik minat anak-anak. Misalnya, kita dapat
mengunjungi perpustakaan untuk meminjam buku tentang mata pelajaran favorit
anak-anak. Atau menghabiskan waktu bersama membangun balok, mengerjakan
teka-teki, menendang bola – atau apa pun yang disukai oleh anak-anak kita.
Makan bersama keluarga bisa menjadi cara sederhana namun penting untuk
memperkuat rasa nilai dan rasa memiliki pada anak-anak dari segala usia. Hal
itu karena anak-anak semua dapat berkontribusi pada acara makan bersama
keluarga – misalnya, dengan mengatur meja, mencuci sayuran, memasukkan
salad dan sebagainya. Makan bersama keluarga juga dapat memberikan
kesempatan kapada setiap untuk membicarakan hal-hal yang penting bagi
mereka.
Anak Usia Sekolah Dasar dan Harga Diri
Di sekolah, anak-anak mungkin membandingkan diri mereka dengan teman dan
teman sekelas mereka. Pada usia ini, harga diri cenderung berhubungan dengan
banyak hal – termasuk seberapa baik anak-anak belajar, bagaimana penampilan
mereka, bagaimana mereka berolahraga, dan seberapa mudah mereka berteman.
Tantangan di sekolah mungkin terlihat dapat merusak harga diri anak-anak
karena mereka mungkin merasakan kurang mampu daripada yang lain untuk
pertama kalinya. Tetapi hal ini akan membantu mereka untuk belajar bahwa mereka
tidak perlu sempurna dalam segala hal untuk dicintai, dihargai, dan mampu. Berikut
adalah beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk membantu mereka:
23
Perilaku Anak Prasekolah
• Berikan kasih sayang dan pelukan ekstra di akhir hari sekolah.
• Fokus pada upaya yang dilakukan anak dan keberanian yang diperlukan untuk
mencoba hal-hal baru atau sulit. Misalnya, "Ibu tahu Kakak khawatir untuk
menari pada konser, tetapi Kakak sangat berani untuk melakukannya".
• Dorong anak untuk mencoba lagi ketika hal-hal tidak berjalan sesuai rencana
pertama kali. Kita bisa mengatakan, 'Ayo, coba lagi - Ibu yakin Kakak bisa
melakukannya". Ini juga membangun ketahanan pada anak kita.
• Latih anak melalui situasi sosial yang rumit – misalnya, "Cobalah tersenyum
lebar saat Kakak ingin bergabung. Orang akan ingin bermain dengan Kakak
jika Kakak terlihat ceria". Kita dapat mencoba bermain peran dalam situasi ini
dengan anak terlebih dahulu.
• Membina hubungan yang baik antara sekolah dan rumah dengan berbicara
kepada guru untuk mengetahui bagaimana perkembangan anak kita. Juga baik
untuk terlibat dalam kehidupan sekolah jika kita bisa, dan menunjukkan minat
pada tugas sekolah dan pekerjaan rumah anak kita.
Terhubung dengan orang lain yang peduli terhadap anak-anak penting untuk
harga diri mereka. Hal ini membantu memperkuat perasaan mereka tentang
siapa mereka. Kita dapat mendorong anak untuk berkunjung ke kakek-nenek,
bibi, paman, dan sepupu mereka, jika hal itu berhasil untuk keluarga kita.
Atau kita dapat terlibat dalam kegiatan komunitas keagamaan, klub olahraga,
atau layanan komunitas setempat.
Tuliskan dikembangkan bersama Emma Little, Psikologi, Bidang Perkembangan dan Pendidikan
24
Memahami Perilaku Anak Prasekolah
Referensi dan Bahan Bacaan
Avdagic, E., Wade, C., McDonald, M., McCormack, D., Dakin, P., Macvean, M.,
Hayes, L., & Phan, T. (2020). Resilience in young children: A Delphi study
to reach consensus on definitions, measurement and interventions to build
resilience. Early Child Development and Care, 190(13), 2066-2077. doi:
10.1080/03004430.2018.1556211.
Baumeister, R.F., & Vohs, K.D. (2018). Revisiting our reappraisal of the (surprisingly few) benefits of high self-esteem. Perspectives on Psychological Science,
13(2), 137-140. doi: 10.1177/1745691617701185.
Beaty, J. (2014). Observing development of the young child (8th edn). New Jersey: Pearson Education.
Cooper, P.M. (2007). Teaching young children self-regulation through children’s
books. Early Childhood Education Journal, 34, 315-322. doi: 10.1007/
s10643-006-0076-0.
Feng, X., Hooper, E.G., & Jia, R. (2017). From compliance to self-regulation:
Development during early childhood. Social Development, 26, 981-995. doi:
10.1111/sode.12245.
Lou, Y., Taylor, E.P., & Di Folco, S. (2018). Resilience and resilience factors in
children in residential care: A systematic review. Children and Youth Services
Review, 89, 83-92. doi: 10.1016/j.childyouth.2018.04.010.
Lum, J.J., & Phares, V. (2005). Assessing the emotional availability of parents. Journal of Psychopathology Behavioural Assessment, 27, 211-226. doi: 10.1007/
s10862-005-0637-3.
Markus, H.R., & Kitiyama, S. (1991). Culture and the self: Implications for cognition, emotion, and motivation. Psychological Review, 98, 224-253. doi:
10.1037/0033-295X.98.2.224.
Marshall, S.L., Parker, P.D., Ciarrochi, J., Baljinder, S., Jackson, C.J., & Heaven,
P.C.L. (2015). Self-compassion protects against the negative effects of low
self-esteem: A longitudinal study in a large adolescent sample. Personality and
Individual Differences, 74, 116-121. doi: 10.1016/j.paid.2014.09.013.
Miljevic-Ridicki, R., Simoes, C., & Kimber, B. (2020). Resilience in school children:
A multicultural comparison between three countries – Croatia, Sweden and
Portugal. Journal for General Social Issues, 29(4), 555-574. doi: 10.5559/
di.29.4.03.
Miller-Graff, L.E., Scheid, C.R., Guzmán, D.B., & Grein, K. (2020). Caregiver and family factors promoting child resilience in at-risk families living in
Lima, Peru. Child Abuse & Neglect, 108, 104639–104639. doi: https://doi.
org/10.1016/j.chiabu.2020.104639.
Montroy, J.J., Bowles, R.P., Skibbe, L.E., McClelland, M.M., & Morrison, F.J.
(2016). The development of self-regulation across early childhood. Developmental Psychology, 52(11), 1744-1762. doi: 10.1037/dev0000159.
25
Perilaku Anak Prasekolah
Porter, L. (2016). Young children’s behaviour: Guidance approaches for early
childhood educators (4th edn). Sydney, NSW: Allen & Unwin.
Rademacher, A., & Koglin, U. (2019). The concept of self-regulation and preschoolers’ social-emotional development: A systematic review. Early Child Development
and Care, 189(14), 2299-2317. doi: 10.1080/03004430.2018.1450251.
Ricci, M., & Lee, M. (2016). Mindsets for parents: Strategies to encourage growth
mindsets in kids. Waco, TX: Prufrock Press.
Rubin, K.H., Burgess, K.B., & Hastings, P.D. (2002). Stability and social-behavioral consequences of toddlers’ inhibited temperament and parenting behaviors.
Child Development, 73, 483-495. doi: 10.1111/1467-8624.00419.
Sanson, A., Hemphill, S., Yagmurlu, B., & McClowry, S.G. (2011). Temperament
and social development. In P.K. Smith & C.H. Hart (Eds), The Wiley-Blackwell
handbook of childhood social development (2nd edn, pp. 227-245). West
Sussex: John Wiley & Sons.
Sanson, A., Letcher, P., Smart, D., Prior, M., Toumbourou, J.W., & Oberklaid, F.
(2009). Associations between early childhood temperament clusters and later
psychosocial adjustment. Merrill-Palmer Quarterly, 55, 26-54. doi: 10.1353/
mpq.0.0015.
Sciaraffa, M.A., Zeanah, P.D., & Zeanah, C.H. (2018). Understanding and promoting resilience in the context of adverse childhood experiences. Early Childhood Education Journal, 46(3), 343–353. doi: https://doi.org/10.1007/
s10643-017-0869-3.
Southwick, S.M., Bonanno, G.A., Masten, A.S., Panter-Brick, C., & Yehuda, R.
(2014). Resilience definitions, theory, and challenges: Interdisciplinary perspectives. European Journal of Psychotraumatology, 5(1). doi: 10.3402/ejpt.
v5.25338.
Williams, K.E., & Howard, S.J. (2020). Proximal and distal predictors of self-regulatory change in children aged 4 to 7 years. BMC Pediatrics, 20(1), 226-226.
doi: 10.1186/s12887-020-02133-6.
Zenter, M., & Bates, J.E. (2008). Child temperament: An integrative review of
concepts. European Journal of Developmental Science, 2, 7-37. doi: 10.3233/
DEV-2008-21203.
26