[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
Mungkin Mungkin... Kau kira dengan berbisu dan berpaling, Tekadku akan semakin membara, Bagai api yg tak punya hati. Mungkin... Kau sangka aku tak pernah peduli padamu, Karana aku tak pernah menjadikanmu bintang dimalamnya; Semua itu hanya kira dan sangkamu. Dengarlah kata hatimu... Hanya Sang maha karya yg berhak tahu tentangmu, Asa-rasa-cita dan cintamu. Tanpa izinmu dan Dia, Aku pasti takkan pernah tahu hatimu, Karena hakikatku dalam keterbatasan. Azaadville, 6 Maret 2010. Setangkai ucapan maaf Maaf ku ucap. Mungkin cukup takdir cinta kita, Cuma setakat pukat. Maaf ku mohon darimu; Dari detik kali perkenalan, Hingga saat perpisahan. Maaf ku tak mampu berdaya; Menjadi seperti yg engkau harap. Aku hanyalah aku, Aku bukan insan sempurna, Maaf aku tak bisa melupakan dirimu; Wajahmu - bait tuturmu, Segala yg ada padamu akan senantiasa di kalbuku. Ada saatnya kelak tiba, Engkau temukan penggantiku, Akan ku titipkan do'a, Do'a kebahagianmu disampingnya. Azaadville, 31 Maret 2010. Kiramu bukan kiraku Kau kira dengan sikap seganku padamu, bisa membuatku tunduk padamu?, Kau kira dengan sikap peduliku padamu, Bisa menjadikanku budakmu?, Kau kira dengan kasih sayangku padamu, Akan selalu menghargaimu?, Kau kira dengan ketulusan cintaku padamu, Senantiasa aku tersanjung pada sifatmu?, Kau kira dengan harapan besarku padamu, Dapat semena-mena memdustaiku?, Aku tahu asa-rasa-cita dan cinta adalah anugerah-Nya, Aku percaya itu merupakan ayat kesucian dzat-Nya, Aku yakin semua itu, Tapi bukankah kejujuran adalah hal yg paling Dia cintai. Semoga kiraku salah. Azaadville, 12 April 2010. Ketika waktu belum ku mampu Aku masih terlalu dini untuk menyelamimu, Hingga tiada ku mengerti makna yang tersirat di sudut bibirmu. Aku tak ingin berandai, Lalu terjerembab pada jurang yang menganga. Aku tak salah, Kau yang membuka celah itu, Hingga tanpa ku sadari aku menyibaknya; Mencoba membaca namun semua gelap, Yang ada hanyalah ke-tidak-pastian, Terkurung dalam imajinasi. Azaadville, 17 September 2010. Mahligai kehidupan Keindahan pagi menyapa hidup, Saat mentari terasa menyegarkan, Saat udara menyejukkan batin, Saat ketenangan hadir di hati; Rasa yang tenang. Bahagia seakan menyempurnakan gelora kehidupan, Melahirkan sebuah peristiwa yang tercipta dengan indah, Mendatangkan bayangan hidup ini, Yang selalu hadir di hati, Yang melahirkan perjuangan. Kapan aku berdiri, Saat itu pula aku terjatuh. Kapan kebahagiaan hadir menjelma, Saat itu pula aku kehilangan. Tak sabar aku melangkah, Untuk semua yang palsu, Ku akan lengkapi hidup, Untuk meski hanya sekedar bayang kebahagiaan. Azaadville, 7 Juni 2011. Alasan apa Waktu telah mengalir begitu saja, Entah apa yang mesti untuk titian sebuah pohon, Kadang daun yang terjerembab, Masih mampu untuk memanjat. Entah mengapa setiap tetes air, Tak sanggup kembali ke oase asal. Apakah takdir lama tak berpihak, Ataukah karena manusia tak pantas berkehendak. Mungkin lisan tak dapat berungkap, Ketika hati menyeru kencang, Namun tiada jiwa meraih azam bagi insan, Mungkin pula karena akar tak mau bercocok tanam, Di bumi yang bukan miliknya, Sehingga dia pun mati tiada kata apa, Meski sebatas hanya alasan. Azaadville, 9 September 2011. Jika aku Jika aku memanglah sekedar lilin, Yang hanya mampu menerangimu redup temaram, Biarlah aku turut bahagia mendengarmu, Tersinari cahaya yang lebih terang. Bila aku hanyalah pemain cadangan dalam permainan, Izinkanlah aku bertandang mengagumimu, Melihat pemain intimu ulet menyerang. Andai keadaan sekiranya membuatku tersedu haru, Akan ku jadikan kau bingkisan indah dalam hidupku. Harapku senantiasa terhembus nama kita, Dalam nafas-nafas do’a bersama, Demi dan untuk bahagia meraih rahmat dan ridho-Nya... Yogyakarta, 27 November 2013. Imajinasi kamar Ku dengar serbukan pasir terbang, Bersama angin berhemburan; Dalam imaji di ojok kamar. Lalu tiba-tiba, Datanglah seekor burung menjumpaiku, Sorot matanya yang menggelitik, Seolah tertawa atas kepura-puraan tingkahku, Saat berhadapan dengan dia yang ku cumbui hatinya; Atau tatkala aku dan dia saling berbicara. Aku pun heran, Kini terhanyut dalam sikapku yang diam; Membungkus seraut wajah, Tersembunyi diporos akal benakku. Hendak ku buat diriku seakan tak apa pada apa dan siapa, Dalam episode drama realita... Pekalongan, 19 Desember 2013. Fajar jelang Ujung dipucuk andai, Mitos yang keropos, Rasa yang tak menyapa, Hati yang hinggap, Bagai kunang-kunang dan layang-layang. Hari ini aku tak butuh makna, Terbang terbawa sayap. Dilangit membalut bintang, Terpungkur keinginan, Menanam ditanah kerontang. Menengok gelap; malam temaram, Tak kunjung terang. Lengah lekas hendak fajar... Yogyakarta, 17 Januari 2014. Guru Kau; Adalah Tuhan yang bisa ku terawang, Dan aku lah hamba yg padamu hatinya senantiasa bersandar; Segala yg dapat ditangkap oleh rasa: kau lah perantara jalan menujuNya. Apa yg layak ku raih - kau anjurkan, Apa yg hendak ku tindak - kau ingatkan, Apa yg pantas ku laku - kau gugahkan; Kau dan aku satu: Guru. Yogyakarta, 24 Januari 2014. Disini aku Disini aku temukan kau, Disini aku temukan daku, Disini aku temukan hati, Terasa tiada sendiri. Pandanglah aku – pandanglah aku... Aku disana dengan hatiku, Dan taruh hati padamu, Disini aku temukan hati, Terasa tiada sendiri. Yogyakarta, 3 Februari 2014. Aku dan kau Aku dan kau memang beda; Jalanku dan jalanmu berseberang, Aku yang tak ‘karuan’, Sedang kau selalu berpola, Aku hanya hidup di malam, Dan kau sendiri selalu terlelap, Betapa harimu teratur oleh aturan, Disisi lain aku berpijak dari hal bebas atur, Sampai-sampai kau hendak mengatur. Aku terlepas hingga kau pun terhempas, Pada akhirnya aku dan kau mengerti, Meski banyak hal yang bersilang, Aku dan kau nyatanya bercita sama. Yogyakarta, 9 Februari 2014. Penulis: Ahmad Bakir Azmi, Mahasiswa Jurusan Filsafat Agama (Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam) di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN SUKA) Yogyakarta.