[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
WAWASAN KEPRIBADIAN Karya ilmiah ini disusun guna memenuhi tugas Bahasa Indonesia yang diampu oleh Arief Rachmawan, S.Pd dengan KD. menulis karya ilmiah seperti hasil pengamatan, dan penelitian. Disusun oleh: Rusmiyawati (07/ XI IA 4) Silvia Nur Avivah (13/ XI IA 4) Tri Utami (20/ XI IA 4) Tri Oktavia Maulana (21/ XI IA 4) Tyas Marizki (23/ XI IA 4) Yuliana Dyah Kusuma Wardani (30/ XI IA 4) SMA N 1 GEMOLONG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulilah selalu penulis ucapkan ke hadirat Allah Subkhanahu wa Ta`ala yang telah melimpahkan banyak nikmat kepada kita semua. Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada uswatun hasanah kita Nabi Muhammad Sallallahu `Alaihi wassalam. Banyak hambatan yang penulis hadapi selama penulisan karya ilmiah ini. Namun demikian, berkat Allah dan bantuan berbagai pihak, penulisan karya ilmiah ini dapat rampung dengan baik. Kami merasa bangga dapat menulis Karya Tulis Ilmiah ini sebagai tugas akhir semester genap kelas XI yang bertemakan “Wawasan Kepribadian”. Untuk itu, atas segala bentuk bantuan selama ini, disampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: Arief Rachmawan, S. Pd, selaku pembimbing dan pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah membantu saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Kami telah berusaha menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan sebaik mungkin. Namun demikian, kami sangat sadar bahwa karya tulis ilmiah ini memilki banyak kesalahan dan kekurangan, Berdasar dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang budiman untuk dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan kami dalam menyusun karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Gemolong, April 2012 Penulis DAFTAR ISI Judul 1 Kata Pengantar 2 Daftar isi 3 Bab I Pendahuluan 4 Latar belakang 4 Rumusan Masalah 5 Tujuan penulisan 5 Manfaat penulisan 5 Bab II Hasil dan pembahasan 6 Faktor-faktor dalam pembentukan kepribadian 6 Tahap-tahap perkembangan kepribadian 9 Bentuk-bentuk kepribadian 13 Hambatan-hambatan dalam pembentukan kepribadian 16 Upaya mengatasi hambatan dalam pembentukan kepribadian 17 Bab IV Penutup 19 Kesimpulan 19 Saran 19 Daftar pustaka 20 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekpresi, dan temperamen seseorang. Sikap, perasa, ekspresi, dan temperamen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika dihadapkan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan berperilaku yang baku, atau berpola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya.(Horton,1982:12) Kepribadian sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri khas dan perilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standart atau baku, sehinga kalau dikatakan pola sikap, maka sikap itu sudah baku, berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapi situasi yang dihadapi. Pola perilaku dengan demikian juga merupakan perilaku yang sudah baku, yang cenderung yang ditampilkan seseorang jika dia dihadapkan situasi kehidupan tertentu. Orang yang pada dasarnya pemalu cenderung menghindarkan diri dari kontak mata dengan lawan bicaranya.(Schaefer dan Lamm,1998:97) Dewasa ini banyak diantara kita tidak memahami apa sebernarnya dan bagaimana kepribadian itu, kadang ada yang berpandangan bahwa kepribadian itu sama dengan karakter seseorang bahkan ada yang memiliki pandangan kepribadian itu belum tentu mencerminkan perilaku seseorang. Dari kedua masalah itu penulis mencoba untuk menulis karya ilmiah tentang kepribadian dengan judul “ Wawasan Kepribadian ”. Judul ini layak bahas karena agar kita lebih paham dengan kepribadian sehingga tidak terdapat ketimpangan lagi mengenai kepribadian. Rumusan Masalah Apa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian? Bagaimana tahap-tahap perkembangan kepribadian? Apa saja bentuk-bentuk kepribadian? Apa hambatan dalam pembentukan kepribadian yang baik? Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan dalam pembentukan kepribadian? Tujuan Penulisan Untuk memaparkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian Untuk menjelaskan proses perkembangan dan pembentukan kepribadian Untuk menyebutkan bentuk –bentuk kepribadian Untuk mendeskripsikan hambatan dalam pembentukan kepribadian Untuk memaparkan upaya mengatasi hambatan dalam pembentukan kepribadian Manfaat penulisan Dengan adanya hasil penulisan yang dijabarkan dalam karya tulis ilmiah ini diharapkan : Dapat memberikan masukan kepada pembaca Dapat menambah pengetahuan tentang kepribadian Dapat meningkatkan kesadaran bagi semua kalangan Dapat menyelesaikan tugas akhir semester dari Arief Rachmawan S.Pd selaku guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN FAKTOR-FAKTOR DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN Warisan biologis dan kepribadian Warisan atau bawaan biologis menyediakan bahan mentah kepribadian dan bahan mentah ini dapat dibentuk dalam berbagai cara. Semua manusia yang normal dan sehat mempunyai persamaan biologis tertentu. Persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua orang. Untuk beberapa ciri warisan biologis lebih penting daripada yang lain misalnya, beberapa penelitian bahwa IQ anak angkat lebih mirip dengan IQ oarng tua kandungnya daripada dengan orang tua angkatnya dan dalam keluarga tertentu anak kandung lebih mengikuti IQ orang tuanya daripada anak angkat. [Skodak dan Skeeles, 1949; Munsinger, 1975;Horn,1976a;Scarr dan Weinberg, 1976; Juel-Nielson,1980]. Namun, meskipun perbedaan individual dalam IQ tampaknya lebih banyak ditentukan oleh keturunan daripada oleh lingkungan, banyak dorongan impulsif, sikap, dan minat. [ Horen, 1975b]. dua studi baru-baru ini menyimpulkan bahwa perangai masa kanak-kanak, khususnya rasa malu, berakar pada warisan biologis. [Herbert, 1982a]. jadi kita boleh menyimpulkan bahwa warisan biologis penting dalam beberapa ciri kepribadian dan kurang penting dalam hal-hal lain.lainnya ditentukan oleh lingkungan. Suatu studi baru-baru ini menemukan bukti bahwa faktor keturunan berpengaruh kuat terhadap keramah-tamahan, perilaku kompulsif, dan kemudahan dalam pergaulan sosial, tetapi faktor perbedaan keturunan tidak begitu penting dalam kepemimpinan, pengendalian. Lingkungan fisik dan kepribadian Sorokin [ 1928, bab 3] menyimpulkan teori beratus-ratus penulis yang menekankan bahwa perbedaan perilaku kelompok terutama disebabkan oleh perbedaan iklim, topografi, dan sumber alam. Teori tersebut sesuai dengan kerangka etnosentris, karena geografi memberikan keterangan yang cukup baik dan jelas objektif terhadap sifat-sifat buruk orang lain. Lingkungan fisik mempengaruhi kepribadian, sebagai contoh bangsa Athabascans memiliki kepribadian yang dominan yang menyebabkan mereka dapat bertahan hidup dalam iklim yang lebih dingin daripada daerah Arctic [ Boyer, 1974]. Orang pedalaman Australia harus berjuang dengan gigih untuk tetap hidup, padahal bangsa Samoa hanya memerlukan sedikit waktu setiap harinya untuk mendapatkan lebih banyak makanan daripada yang bisa mereka makan. Jelaslah bahwa lingkungan fisik mempengaruhi kepribadian dan perilaku. Sosialiasasi dan Diri Seorang bayi lahir ke dunia ini sebagai suatu organisme kecil yang egois yang penuh dengan segala macam kebutuhan fisik. Kemudian ia menjadi seorang manusia dengan seperangkat sikap dan nilai, kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan serta maksud, pola reaksi, dan konsep yang mendalam serta konsisten tentang dirinya. Setiap orang memperoleh semua itu melalui suatu proses yang kita sebut sosialisasi. Sosialisasi adalah suatu proses di mana seseorang menghayati (mendarah dagingkan-internalize) norma-norma kelompok di mana ia hidup sehingga timbulah “diri” yang unik. Pengalaman kelompok dan kepribadian Kelompok adalah wahana di mana seseorang mengalami perkembangan kepribadian. Seseorang menyadari kebiasaan, memahami larangan, dan menerima hadiah dan hukuman melalui kelompok. Kelompoklah yang merupakan sarana langsung untuk menyalurkan kebudayaan kepada seseorang. Tanpa pengalaman hidup dalam dalam kelompok, kepribadian normal seseorang tidak mungkin berkembang. Dari berbagai kelompok yang melingkupi kehidupan seseorang, ada kelompok yang menjadi model bagi gagasan dan norma perilaku seseorang. Kelompok itu disebut kelompok acuan atau reference group. Kelompok acuan yang pertama adalah keluarga. Sifat dasar kepribadian seseorang dibentuk pada masa awal kehidupan anak-anak dalam keluarga. Kelompok teman sebaya juga merupakan kelompok acuan yang penting. Pada usia belasan tahun, kelompok teman sebaya justru menjadi kelompok referensi yang amat penting dan mungkin paling berpengaruh pada sikap, cita-cita, dan norma perilaku yang dianut seseorang. Dalam masa ini terjadi konflik antara norma keluaraga dengan norma teman sebaya. Tidak setiap kelompok teman sebaya mempunyai norma yang bertentangan dengan norma keluarga. Ada sebagian remaja yang memilih kelompok teman sebaya yang memiliki norma sesuai dengan norma keluarga. Ada pula yang memilih teman sebaya yang normanya bertentangan dengan norma keluarga. Pilihan itu dipengaruhi oleh pemahaman seseorang tentang dirinya sendiri. Remaja yang merasa tidak dicintai, diabaikan, dan diperlakukan tidak adil oleh orang tuanya, cenderung memilih kelompok teman sebaya yang normanya menyimpang dari norma keluarga. Pengalaman yang unik dan kepribadian Tak ada dua orang yang mempunyai serangkaian pengalaman pribadi yang sama, walaupun mungkin mereka anak dari orang tua yang sama. Pengalaman hidup seseorang adalah unik dan tak seorang pun yang menyamainya. Pengalaman-pengalaman seseorang tidaklah ditambahkan melainkan dipadukan. Itu berarti bahwa kejadian hari ini mempunyai makna sesuai kejadian di masa lampau. Keberhasilan atau kekalahan hari ini mempengaruhi seseorang dalam bentuk seperti kemenangan atau kekalahan di masa lalu. Kebudayaan Kepribadian yang muncul dari masyarakat yang satu berbeda dengan kepribadian dari masyarakat lainnya. Setiap masyarakat mengembangkan satu atau beberapa macam kepribadian dasar yang sesuai dengan kebudayaannya. Aspek kebudayaan yang berpengaruh pada perkembanagan adalah norma kebudayaan. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN Ada banyak teori tentang perkembangan kepribadian, antara lain: Menurut Eric Erikson Perkembangan kepribadian itu berlangsung melalui delapan tahapan yang berpindahannya ditandai oleh adanya krisis jati diri atau identitas. Delapan tahapan tersebut adalah tahap bayi, tahap awal anak-anak, tahap bermain, tahap sekolah, tahap remaja, tahap dewasa, tahap dewasa menengah, dan tahap tua. Penjelasan mengenai tahap tersebut dapat dilihat dari uraian di bawah ini. Tahap Bayi Pada masa bayi, tahap pertama, anak-anak belajar rasa percaya atau tidak percaya pada orang lain. Jika ibunya atau pengasuh secara konsisten memberi cinta dan kasih sayang serta memperhatikan kebutuhan fisik bayi, maka bayi itu akan membangun perasaan aman dan percaya pada orang lain. Sebaliknya, jika pengasuh tidak perhatian, dingin, menolak atau bahkan menyakiti maupun sekedar tidak konsisten, maka bayi itu akan membangun perasaan tidak aman dan tidak percaya pada orang lain. Tahap Awal Anak-anak Pada tahap kedua, anak-anak mulai belajar berjalan, menggunakan tangannya, dan melakukan banyak kegiatan lain. Ia mulai membangun kemandirian, yaitu mulai membuat pilhan, menyatakan kehendaknya, serta membentuk dan mengejar keinginannya. Jika anak mendapat dorongan dari orang di sekitarnya dan diperbolehkan mencoba berbagai hal sehingga mengetahui konsekuensinya, maka ia akan mengembangkan kesadaran kemandirian, kesadaran bahwa dirinya adalah seseorang yang memiliki kemampuan. Jika dihalang-halangi, Erickson percaya bahwa anak-anak akan merasa takut-takut dan ragu kepada dirinya sendiri dan merasa malu dalam berhubungan dengan orang lain. Tahap awal kesadaran diri Dalam keenam tahapan hidup berikutnya akan terjadi pula krisis identitas, dimana diperlukan proses pembelajaran tertentu yang diperlukan agar seseorang berkembang menjadi pribadi dengan kepribadian yang sehat. Dalam tahap ketiga, kesadaran moral anak mulai berkembang. Dalam tahap keempat, dunia anak semakin luas, banyak keterampilan teknis yang ia pelajari, dan perasaan bahwa dirinya kompeten atau mampu melakukan sesuatu diperbesar. Tahap remaja sampai akhir hidup Dalam tahap kelima, remaja mulai mengembangkan kesadaran akan identitas pribadinya melalui interaksinya dengan orang lain. Dalam tahap keenam , seseorang mulai mengembangkan cinta yang abadi dengan lawan jenisnya. Pada usia dewasa menengah, seseorang berkarya untuk keluarga dan masyarakat, memberikan sesuatu yang bermanfaat, baik bagi keluarga maupun masyarakat. Pada tahap akhir hidupnya, seseorang akan menemukan akhir hidupnya dengan penuh harga diri atau kebanggaan atau penyesalan diri. Setiap masa kehidupan disertai dengan nilai-nilai keutamaan hidup atau kebajikan dasar yang akan berkembang jika seseorang berhasil melewati krisis jati dirinya. Jika sosialisasi cocok dengan masing-masing tahap berhasil dijalani, maka nilai-nilai keutamaan hidup itu akan dimiliki oleh seseorang. Namun jika sosialisasi pada satu tahap kurang berhasil, nilai-nilai itu akan sulit akan diperoleh dalam tahapan hidup berikutnya. Jika proses sosialisasi yang tidak tepat dalam tahap usia dewasa awal terjadi pada seseorang, maka orang itu akan kehilangan kesempatan mengembangkan perasaan cinta, yang mungkin akan sulit diperolehnya bahkan sampai akhir hidupnya. Menurut Charles H. Cooley Charles H. Cooley berpendapat bahwa proses perkembangan itu melalui beberapa tahap yaitu: Fase pertama Fase ini terjadi dalam lingkungan keluarga yaitu ketika seorang anak mulai dapat berinteraksi dengan orang-orang yang ada di dekatnya, terutama adalah ayah, ibu dan kakak. Sebagaimana kita ketahui, kepribadian bahwa kepribadian terbentuk melalui proses yang sangat panjang yaitu sejak lahir hingga dewasa. Proses perkembangan kepribadian dimulai kurang lebih usia 1-2 tahun yang ditandai dengan saat seorang anak mengenal dirinya sendiri. Dalam proses perkembangan kesadaran diri ini, anak kecil dibantu oleh orang-orang dewasa di lingkungan keluarganya yang mengajarkan kepadanya bahwa ia mempunyai suatu nama tersendiri dan ia adalah putra bapak dan ibu. Kepribadian seorang anak terdiri dari dua bagian penting yaitu bagian dasar yang cenderung tetap yang merupakan perwujudan dari nilai sentral yang dimiliki seorang anak individu. Di samping itu, terdapat bagian yang lain yang cenderung berubah-ubah tergantung dari situasi dan kondisi yang dihadapinya pada suatu saat. Fase Kedua Fase ini merupakan fase penyempurna atau pengembangan faktor-faktor warisan biologis yang dimiliki, yaitu ketika seorang anak berumur ± 3 tahun. Pada fase kedua ini, anak cenderung meniru dan mengimplementasikan perilaku-perilaku orang lain, baik yang buruk maupun yang baik tanpa ada seleksi. Pada usia ini, seorang anak masih sangat polos untuk mengakualisasikan prinsip-prinsip yang diyakininya tanpa rasa malu dan rasa takut terhadap lingkungannya. Fase kedua ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri seorang anak. Fase ini diawali dari usia antara 2-3 tahun. Fase kedua merupakan fase perkembangan dimana rasa “aku” yang telah dimiliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya. Pada fase ini, si anak mulai menyadari bahwa pandangan orang lain tentang dirinya disertai dengan penilaian-penilaian, misalnya manis, bodoh, nakal, malas, dan seterusnya. Pendek kata penilaian tersebut bisa positif dan negatif. Fase ketiga Fase ketiga akan dialami oleh individu pada akhir kedewasaan, yaitu antara umur 25-28 tahun. Suatu kepribadian akan cenderung tetap dengan perilaku-perilaku yang khas yang menjadi tanda kepribadian seseorang. Misalnya ramah, bijaksana, sabar, teliti, periang, penuh tanggung jawab, dan seterusnya. Pada proses perkembangan kepribadian, fase ketiga merupakan fase akhir yang ditandai dengan makin stabilnya perilaku-perilaku yang khas atau sifat-sifat khas dari seorang individu. Pada tingkat perkembangan ini, seseorang pada akhirnya mengalami suatu perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak. Fase ketiga ini disebut juga fase kedewasaan, kurang lebih jika seseorang telah berusia 25-28 tahun. Pada dasarnya kepribadian terdiri dari dua bagian. Bagian pertama (basic personality structure) cenderung tetap, sedangkan bagian yang kedua (capital personality) dapat mengalami perubahan atau penyesuaian. BENTUK-BENTUK KEPRIBADIAN 1. Tipe Sanguin. Tipe kepribadian yang satu ini mempunyai banyak kekuataan, bersemangat, mempunyai gairah hidup, menguasai keadaan/lingkungan, menyenangkan. Dengan kekuatan yang dia miliki tipe kepribadian ini menjadi sosok pusat perhatian orang orang apalagi jika berada dalam kumpulan beberapa gadis/forum tertentu, penampilanya yang berkharisma membuat orang disekitarnya menjadi pusat perhatian. Dalam dunia pekerjaan juga tipe sanguin dengan semangat yang berapi- api serta cekatan dalam bekerja. Tipe pekerjaaan yang cocok adalah pekerjaan yang tidak terlalu memperhatikan ketelitian. Disamping itu kelemahan yang dia miliki adalah cenderung impulsive (hasrat untuk melakukan sesuatu), bertindak sesuai kemauan atau emosi hatinya atau keinginanya, dengan emosi yang tidak stabil, sanguins biasa jatuh cinta dengan seseorang hari ini dan hari lain dengan orang lain, suka buat sensasi dan sifat kekanak-kanakan sering timbul. Dia cenderung sulit menguasai diri jika sudah berada dalam puncak emosiaonal sehingga cenderung mengabaikan dan menyakiti hati orang yang berada di sekitarnya. Dengan kontrol diri yang tidak begitu kuat sehingga cenderung melakukan beberapa kesalahan/dosa. Tipe Melankolis Tipe kepribadian ini dikategorikan sebagai tipe kepribadian yang paling kaya dari antara tipe kerpibadian yang lainya. Tipe ini mempunyai karakter dasar analisis yang kuat, rasa seni yang tinggi, perfeksionis, sensitive, berbakat dan rela berkorban, optimis, pantang menyerah, suka keteraturan, dan melakukan pekerjaan dengan berusaha mencapai hasil 100 %, selalu mengandalkan perasaan dalam melakukan segala sesuatu. Karena itu orang kolerik hampir tidak menemukan kesulitan untuk memimpin. Potensi itu sangat besar di dalam dia. Dialah yang sering menyulut massa (agitator). Ia juga dikenal sebagai organisator yang bijaksana, karena ia tidak mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan sendiri, sekali dia menyatakan “ya” dalam mengambil bagian atas sesuatu maka ia akan menekuninya sampai tuntas. Tipe Melankolis adalah tipe yang introvert (tertutup) dalam perasaan tetapi jika sewaktu waktu berada dalam puncak suka citanya ia bisa menjadi ekstovet (terbuka). Dengan kemampuan berpikir dan analitis. Karenanya ia sangat menghargai karya-karya musik, sastra, seni. Dalam pekerjaan, ia selalu melakukan yang terbaik. Ia tidak akan menerima suatu tanggungjawab apabila yang lain belum juga ia selesaikan. Bagi melankolik, yang penting selesai dengan sempurna Tipe kepribadian melankolis cenderung mengkritik terrhadap orang lain, kalau ia melihat ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya. Selalu curiga pada hal-hal yang baru, termasuk pada orang lain. Karena itu ia sulit mendapat kawan. Ia terlalu idealis dan teoritis. Karena terlalu banyak pertimbangan, akibatnya sulit mengambil keputusan, apalagi untuk untuk mengungkapkan perasaan terhadap orang yang dia cintai sangat sulit bagi melankolis, Tidak muda bagi melankolis untuk tertawa terbahak bahak di tengah keramaian di sekitarnya. 3. Koleris Tipe kepribadian yang satu ini biasanya ditandai dengan semangatnya yang berapi-api, cekatan, aktif, mempunyai kemauan keras, mampu untuk mandiri dan berpikir praktis. Berpikiran keras dan kemauan keras ,berpegang pada prinsip sendiri tanpa memperhatikan pendapat yang di sekitarnya. Ia selalu puas dengan dirinya sendiri, tanpa harus ditentukan orang lain, tidak mudah ditekan, justru tekanan tersebut akan dia jadikan motivasi dalam berbuat. Ia tidak perlu diajar berpikir positif, sebab ia mudah menanggapi segala sesuatu itu positif. Sikapnya optimis. Di kala semua orang telah menyerah kepada keadaan, orang kolerik tetap memandang kepada masa depan yang penuh harapan. Bagi dia tidak ada langkah menyerah. Hal ini berhubungan dengan sikapnya yang berani, tidak kenal takut. Hal yang paling sedikit berkembang bagi tipe koleris adalah berhubungan dengan emosinya yang meledak ledak, tidak mudah berempati kepada orang lain, bahkan tidak mudah untuk mengekpresikan perasaan kepada orang lain apalagi kepada seorang wanita sekalipun dia adalah orang yang dia cintai.. 4. Plegmatis Tipe plegmatis merupakan tipe kepribadian yang sifatnya alamiah, pendamai, tidak suka kekekarasan, mudah diajak bergaul, ramah dan menyenangkan sehingga tidak heran jika mempunyai teman dimana-mana. Sifatnya yang humoris membuat dia disukai oleh orang orang di sekitaarnya. Temperamen yang paling stabil diantara ke empat tempramen adalah plegmatis. Plegmatis bekerja tanpa tekanan, mempertahankan apa yang menjadi peraturan, sangat berhati-hati dalam mengambil tindakan. Menguasai diri dengan baik dan introspektif, perencanaan yang matang. Tetapi kelemahanya adalah cenderung mengambil mudahnya saja, tidak mau susah, tidak mau berkorban bagi yang lain, cenderung menonton, mengkritik yang berbobot. pasif menjadi ciri khasnya. Ia tidak begitu antusias dalam segala hal, kurang percaya diri tidak bisa kompromi dan lebih memilih tidak melakukan sesuatu ketimbang terlibat dalam segala sesuatu. Merasa dirinya paling benar sehingga orang yang di sekitarnya sering kesal dan tidak suka sama dia. Sikapnya membutuhkan seseorang yang peduli dan mau mendorong untuk melakukan sesuatu untuk perkembangan dirinya. HAMBATAN-HAMBATAN DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN Menghargai diri hanya berdasarkan prestasi Kerap kali kehidupan dalam keluarga dan masyarakat membentuk diri kita berpandangan bahwa seseorang dihargai apabila mencapai prestasi akademis, ketrampilan, bakat-bakat khusus dan sebagainya. Maka bila orang tidak puas akan apa yang dicapai dan mutu yang diraihnya, orang memiliki gambaran yang miskin tentang dirinya. b.  Sikap perfeksionis Sejumlah orang yang memiliki sikap  perfeksionis  yang ingin segala-galanya sempurna dan tidak mau melihat kenyataan diri apa adanya dengan seluruh kekurangannya. Mereka sangat ambisius dan tak ada sesuatu pun yang cukup memuaskan bagi mereka. Bila mereka terus menerus gagal mencapai standar yang tinggi ini, mereka merasa dirinya jelek, rendah. c.  Tak mampu melihat segi baik dalam dirinya Orang akan memiliki gambaran yang keliru tentang dirinya bila senantiasa  membandingkan apa yang dimiliki oleh orang lain dan dia tidak punya. Hal ini membutakan mereka terhadap segi-segi baik yang mereka miliki/sehingga mereka tidak dapat melihat hal-hal yang baik yang ada pada diri mereka. Pembandingan yang tidak menguntungkan kerap dibuat sehubungan dengan berbagai hal seperti bentuk tubuh, suara, rambut, kecantikan, keadaan sosial, prestasi akademis, status dan lain sebagainya. d.  Kerendahan hati yang keliru Ada sebagian orang yang berpandangan bahwa peringatan berulang-ulang melawan cinta diri kerap kali menjadi alat ampuh secara ideologis untuk menekan spontanitas dan perkembangan kepribadian yang bebas. Orang terus-menerus dihujani nasehat-nasehat agar semakin taat dan mengorbankan diri. Hanya tindakan-tindakan itulah yang dianggap tidak egoistis, yang tidak mengabdi diri pribadi tetapi hanya mengabdi pada orang lain atau kepentingan di luar diri kita. Bila orang terus-menerus menerapkan nasehat seperti itu, maka orang akan memiliki sikap-sikap negatif terhadap diri orang  tidak akan menghargai dan berbuat sesuatu yang baik bagi dirinya. e. Tidak melihat diri sebagai hasil pilihan dan tuntunan Allah dalam rencanaNya. Inilah penyebab utama dan yang mendasar bagi gambaran diri yang keliru yaitu bahwa orang tidak melihat dirinya sebagai hasil dari pilihan dan tuntunan Allah dalam rencanaNya. Orang lebih condong untuk melihat diriNya sebagai hasil usaha sendiri yang berpusat pada diri. Pada intinya gambaran diri yang keliru akan dapat menghalangi dalam memberi dan menerima kasih. Bila kita ingin mengasihi Allah dan sesama dan menerima kasih mereka, kita harus mulai dengan mengasihi diri kita lebih dahulu. Bila kita mengasihi diri kita, kita akan mengalami bahwa diri kita  itu berharga, bernilai, berguna. Pengalaman ini secara spontan akan membuka diri kita untuk memberi dan menerima kasih dan akan mengundang orang lain untuk mengasihi kita. UPAYA MENGATASI HAMBATAN DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN Peranan orang tua Orang tua sebaiknya mempunyai cara tersendiri untuk membentuk kepribadian anaknya sejak kecil. Apabila kepribadian anak telah dibentuk sejak ia masih kecil, maka setelah ia dewasa pun kepribadiannya akan berkembang sendiri. Memberi sanksi bagi anak yang berbuat kesalahan Dengan memberi sanksi kepada anak yang berbuat salah, maka anak akan merasa jera dan tidak mengulangi perbuatan salahnya tersebut. Mengenalkan anak pada norma Dengan mengenalkan norma pada anak, maka anak akan mengetahui batas-batas perilaku dalam pergaulan, sehingga tidak terjadi perbuatan yang menyimpang. Jangan mejadi orang yang utopis Anda jangan menjadi orang yang utopis. Artinya, anda jangan membayangkan semua keadaan di sekitar anda harus seratus persen sempurna dan jauh dari semua kesalahan dan kekurangan. Karena sifat perfeksionis tersebut dapat menghambat pembentukan kepribadian seseorang, yang mengakibatkan seseorang tersebut ,mempunyai kepribadian yang buruk. Jadilah orang yang idealis Kata ideal bebarti contoh. Orang yang ideal adalah orang yang mengambil sesuatu yang di atasnya sebagai contoh, atau ia sendiri yang berusaha menjadi contoh. Ada pula definisi yang lain, ideal yaitu suatu mazhab filsafat yang mengingkari hakikat sesuatu. Anda harus menjadi orang yang idealis. Maksudnya, anda harus menjadikan amal perbuatan dan tingkah laku anda seutama mungkin, sehingga menjadi contoh dan panutan bagi yang lain. Hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Anda harus idealis. Artinya, anda juga harus menjadi orang yang realistis, bukan orang yang utopis dan penuh khayal. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Faktor pembentuk kepribadian adalah: Warisan biologis dan kepribadian, lingkungan fisik dan kepribadian, sosialiasasi dan diri, pengalaman kelompok dan kepribadian, pengalaman yang unik dan kepribadian, kebudayaan. Tahap-tahap perkembangan kepribadian dimulai ketika bayi, lalu anak-anak, remaja, dan masa tua. Bentuk-bentuk kepribadian ada empat, yaitu: Tipe Sanguin, Tipe Melankolis, Koleris, Plegmatis. Hambatan-hambatan dalam pembentukan kepribadian adalah menghargai diri hanya berdasarkan prestasi, sikap perfeksionis, tak mampu melihat segi baik dalam dirinya, kerendahan hati yang keliru, tidak melihat diri sebagai hasil pilihan dan tuntunan Allah dalam rencanaNya. B. SARAN Orang tua hendaknya dapat mendidik dan menjadi contoh bagi anak-anaknya sehingga diharapkan dapat membentuk kepribadian anak dengan baik dengan tidak menomorsatukan kepentingannya sendiri. Hendaknya sadar bahwa kepribadian itu penting untuk kehidupan seseorang. Setelah membaca karya ilmiah ini diharapkan pembaca yang budiman dapat mengerti dan memahami arti dari kepribadian serta dapat menambah atau mengambil manfaat dari karya ilmiah yang kami buat. DAFTAR PUSTAKA Suteng, Bambang. & Saptono. 2006. Sosiologi. Jakarta: Phibeta. Horton, Paul B. & Chester L. Hunt..1998. Sosiologi. Jakarta: Erlangga. Al-Musawi, Khalil..2002. Bagaimana Membangun Kepribadian Anda. Jakarta: Lentera. Budiharjo, Paulus (ed). 1997. Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius. http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/11/18/memahami-tipe-dasar-kepribadian-manusia/ http://pormadi.multiply.com/journal/item/34/HAMBATAN-HAMBATAN_DALAM_PROSES_PEMBENTUKAN_DIRI_MANUSIA 2