Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
This writing is written to improve the motovation of teachers to use English as Language Instruction in the class. Because there are so many teachers in this era do not use English as the Language Instruction in the class. Whereas, the students and teachers can get so many adventages if they applied it everyday. Not confidence by them selve is on of the reason of teachers did not use it. In the Teaching Learning Process, the teacher’s roles as a model, motivator, facilitator, partner during teaching learning process; evaluator, and monitor needed. Keywords : teacher’s role, confidence, language instruction, english
Jurnal Borneo Arkhailogia (Heritage, Archaeology and History)
Artikel ini mengenai Mengkabong di Borneo Utara (Sabah). Nama Mengkabong sudah wujud dalam pensejarahan sebelum abad ke-19, iaitu bermula sebagai sebuah wilayah jajahan di bawah pentadbiran kerajaan Kesultanan Brunei. Pada penghujung abad ke-19, wilayah ini telah bertukar tangan kepada pentadbiran kerajaan Syarikat Borneo Utara British (SBUB). Hal ini menyebabkan berlaku perubahan ke atas persempadanan Sungai Mengkabong. Perubahan yang utama ialah kewujudan geran tanah Karambunai yang diasingkan daripada wilayah Mengkabong. Kesan perubahan tersebut ialah kontroversi tuntutan hak pemilikan Karambunai sehingga kini. Kajian ini akan menjelaskan perkembangan pensejarahan tentang perubahan yang berlaku dalam tempoh tiga zaman pemerintahan yang berbeza. Pendekatan kualitatif berasaskan sumber primer berbentuk manuskrip dan dokumen rasmi seperti surat wasiat Sultan Brunei (1851), geran tanah WCL No 228 (1905), surat perjanjian pajakan Brunei-SBUB (1877-1898) daripada Arkib Negeri Sabah dan...
Ketua Lakpesdam PBNU, Dosen FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta KETIKA Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta mengeluarkan " larangan " penggunaan cadar di kampusnya, meski akhirnya dicabut karena menyulut kontroversi dan menjadikan iklim akademik tidak kondusif, saya teringat dialog dengan seorang wartawan beberapa waktu lalu. Wartawan dari media online itu minta pendapat saya karena adanya kabar komunitas cadar di Jakarta akan melakukan gerakan melawan stigma radikal, bahkan teroris. Wartawan itu memberikan informasi, komunitas cadar itu akan aktif untuk membangun dialog dengan orang-orang di sekitarnya, aktif melakukan kegiatan sosial dan membuka diri bergaul dengan masyarakat luas. " Bagus, itu artinya mereka menyadari adanya stigma masyarakat terhadap pengguna cadar. Menyadari adanya stigma dan ingin melawan stigma itu merupakan hal positif. Jika tidak mau dituduh sakit, harus dibuktikan bahwa kita memang tidak sakit, " komentar singkat saya. Di Saudi Arabia dan wilayah Timur Tengah pada umumnya, perempuan biasa pakai cadar tanpa ada stigma negatif. Bahkan, cadar dianggap sebagai pakaian " pengaman " bagi perempuan. Perempuan di wilayah itu lebih merasa aman kalua pakai cadar. Mengapa di Indonesia stigma negatif itu muncul? Di sinilah letak masalahnya. Cadar di Saudi Arabia dan sekitarnya lebih sebagai ekspresi kultural, sedang di Indonesia cadar merupakan ekspresi ideologi keagamaan tertentu. Stigma negatif terhadap pemakai cadar tentu tidak muncul secara tiba-tiba. Stigma itu bisa dikontruksi dari luar, namun stigma itu tidak akan kuat yang tidak didukung dengan fakta-fakta internal. Setiap terjadi penangkapan teroris, selalu diikuti dengan pemberitaan keluarganya yang rata-rata pemakai cadar. Lama-lama masyarakat mengidentikkan cadar dengan teroris. Pemakai cadar diidentikkan dengan kelompok eksklusif, keras dan tidak lentur. Bahkan sebagian ada yang memutus tali silaturrahmi dengan keluarga dan orang tua. Narasi seperti ini menjadikan pemakai cadar semakin terpojok, tanpa ada kemampuan untuk memberi penjelasan. Namun penjelasan mungkin juga aka sia-sia jika mereka tidak mampu memberi narasi tandingan atas stigma yang sudah melekat pada diri mereka. Cadar sebagai Ekspresi Budaya Jika di Indonesia cadar sebagai ekspresi agama, di tempat asalnya cadar adalah ekspresi kebudayaan. Cadar, jilbab, khimar, burqa' dan niqab merupakan ragam bentuk hijab yang sudah dikenal masyarakat Arab jauh sebelum Islam datang. Tradisi hijab juga telah dikenal dalam agama-agama samawi sebelum Islam, khususnya Yahudi dan Nasrani. Ragam jenis hijab ini telah dikenakan oleh perempuan-perempuan dari berbagai peradaban dan kepercayaan. Ada berbagai alasan untuk memakainya, seperti alasan melindungi dari cuaca, keamanan perempuan, fashion, menutup identitas, maupun alasan kepercayaan dan mitos-mitos tertentu. Modelnya pun mengalami perkembangan sesuai dengan budaya. Masuknya doktrin-doktrin keagamaan ikut mempengaruhi model hijab. Ketika Islam datang, praktik perempuan-perempuan yang mengenakan hijab dalam berbagai bentuknya: jilbab, khimar dan juga cadar, tetap diakui dengan melakukan
mengarang merupakan salah satu keterampilan berbahasa
Vol 7 No 3 Juli - September, 2019
Do we live in the same P L A Y G R O U N D ? Vol 7 No 3 Juli - September Tajuk ini kami pilih untuk merangkum pembacaan kami dan seniman-seniman yang terlibat di dalam perhelatan Biennale Jogja Equator #5 atas segelintir persoalan “pinggiran” yang berlangsung di kawasan Asia Tenggara, terutama yang beririsan dengan masalah identitas (gender, ras, dan agama), narasi kecil, konflik sosial-politik, perburuhan, lingkungan, atau yang lebih spesifik, praktik kesenian. PLAYGROUND adalah alegori bagi ruang hidup dan/atau ruang ekspresi kita yang acap kali tampak menyenangkan, tetapi mempunyai berlapis-lapis persoalan di baliknya. Kita tidak hanya perlu mengurai dan mengenali persoalanpersoalan itu, tetapi juga bertanya–terutama kepada diri kita sendiri–tentang bagaimana kita akan mengambil posisi (entah sebagai seniman, kurator, penikmat kesenian, dan pihak-pihak lain) terhadap berbagai isu bersama yang hadir di hadapan kita.
Referensi: Ismail Suardi Wekke (2013) Merawat Semangat Mengatasi Keterbatasan dalam Menuju Indonesia Berkeadilan, Jakarta: Indonesia Social Justice Network, halaman 207-228.
PNAS 43, 2023
Bedir Yayınevi , 1966
G. Zecchini-G. Firpo edd., Magister. Aspetti culturali e istituzionali – Atti del Convegno di Chieti, 13-14 novembre 1997, Alessandria 1999
Ciência e superstição na antiguidade / organizadores José Petrúcio de Farias Júnior, Maria Aparecida de Oliveira Silva – Teresina : EDUFPI, 2024
Culture, Medicine and Psychiatry, 2024
Indonesian Journal of English Teaching, 2020
The Journal of cell biology, 1990
Metabolites, 2021
International Journal of Learning, Teaching and Educational Research, 2023
International journal of computing and digital system/International Journal of Computing and Digital Systems, 2024
Hajj and Ziara Reserach Journal, 2021
DIAITA: Food & Heritage, 2024
The American Journal of Pharmaceutical Education, 2012