[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

Mengarang Itu Mencerdaskan

2017, Candra 1

Majalah CANDRA (Disdikpora DIY) Edisi 1, Thn XLVII, 2017, hlm. 18--19. Mengarang Itu Mencerdaskan Tirto Suwondo Di dalam tulisan sederhana ini dikemukakan (1) fungsi mengarang, (2) manfaat mengarang, (3) modal dasar mengarang, (4) bekal mengarang, (5) jenis karangan, (6) beberapa ciri karangan yang baik, (7) langkah-langkah mengarang, (8) struktur karangan, (9) penggunaan bahasa dalam karangan, dan (10) saran penting. Masing-masing diuraikan seperti berikut. 1. Fungsi Mengarang Pada dasarnya mengarang berfungsi untuk menghidupkan daya cipta. Sebab, mengarang memerlukan sejumlah potensi pendukung dan untuk mencapainya diperlukan kesungguhan, kemauan keras, bahkan giat belajar dan berlatih. Oleh karena itu, wajar apabila dikatakan bahwa menciptakan iklim budaya menulis (mengarang) akan mendorong seseorang untuk lebih aktif, kreatif, dan cerdas. Hal di atas terjadi karena untuk mempersiapkan sebuah karangan seseorang harus menguasai sejumlah komponen, mulai dari yang sederhana seperti memilih kata, menentukan bentuk karangan, sampai ke yang rumit seperti menciptakan koherensi, kesatupaduan, dan seterusnya. Oleh sebab itu, tidak salah jika dikatakan belajar mengarang dapat dikategorikan sebagai upaya pembinaan kecerdasan bangsa. Untuk itu, kegiatan mengarang harus dihidupkan karena kegiatan itu dapat memberdayakan daya cipta, memupuk kreativitas, dan menghindarkan diri dari sikap pasif dan menyerah. 2. Manfaat Mengarang Kegiatan mengarang mengandung manfaat atau memiliki arti penting bagi kita (siapa pun). Kegiatan mengarang bermanfaat sebagai sarana (1) pengungkapan diri, (2) pemahaman akan sesuatu, (3) kepuasan pribadi, kebanggaan, dan rasa harga diri, (4) peningkatan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan sekeliling, (5) pelibatan diri dengan penuh semangat, dan (6) pemahaman dan peningkatan kemampuan menggunakan bahasa. Sementara itu, kegiatan mengarang juga memiliki arti penting, di antaranya sebagai sarana (1) untuk menemukan sesuatu, (2) untuk melahirkan ide baru, (3) untuk melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide, (4) untuk melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang/sesuatu, (5) untuk membantu menyerap dan memroses informasi, dan (6) untuk melatih berpikir aktif, kreatif, dan kritis. 3. Modal Dasar Mengarang Modal dasar yang terlebih dahulu harus dimiliki oleh seseorang dalam hal karangmengarang di antaranya (1) menguasai struktur kalimat, (2) mampu menciptakan perluasan kalimat, (3) mampu menentukan pilihan kata, (4) menguasai ejaan, (5) menguasai pungtuasi/tanda baca, dan (6) mampu menyusun paragraf/alinea. 4. Bekal Mengarang Tanpa memiliki bekal tertentu seseorang tidak mungkin mampu menulis karangan (yang baik). Apabila berkeinginan dapat membuat karangan (yang baik) seseorang harus (1) Majalah CANDRA (Disdikpora DIY) Edisi 1, Thn XLVII, 2017, hlm. 18--19. banyak membaca dan (2) tekun berlatih. Tanpa banyak membaca seseorang tidak akan memperoleh ide-ide atau pengetahuan yang berkembang, dan tanpa banyak berlatih (menulis, mengarang) seseorang tidak akan dapat mewujudkan karangan. 5. Jenis Karangan Secara garis besar ada empat jenis karangan, yaitu (1) eksposisi/paparan, (2) argumentasi/ persuasi/bahasan, (3) deskripsi/perian, dan (4) narasi/kisahan. Eksposisi bertujuan memberikan informasi, penjelasan, keterangan, dan pemahaman. Argumentasi bertujuan meyakinkan atau membuktikan pendapat atau pendirian, membujuk. Deskripsi bertujuan menggambarkan bentuk objek pengamatan, sifat, rasa, dan coraknya; dan dalam hal ini mengandalkan indera dalam uraian. Narasi bertujuan bercerita berdasarkan pengamatan atau rekaan. 6. Beberapa Ciri Karangan yang Baik Karangan selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu bentuk dan isi. Bentuk berkenaan dengan bahasa, isi berkaitan dengan materi yang dikandung di dalam karangan. Karangan yang baik selalu memperlihatkan beberapa ciri, di antaranya (1) berisi hal-hal yang bermanfaat, (2) pengungkapannya jelas, (3) terciptanya kesatuan dan pengorganisasian, (4) efektif dan efisien, (5) tepat dalam penggunaan bahasa, (6) ada variasi kalimat, (7) mengandung vitalitas, (8) cermat, dan (9) objektif. 7. Langkah-Langkah Mengarang Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mengarang di antaranya (1) menentukan topik, (2) menentukan tujuan, (3) mengumpulkan bahan, (4) menyusun kerangka karangan, (5) mengembangkan kerangka karangan, (6) koreksi dan revisi, (7) menulis naskah. 8. Struktur (Penulisan) Karangan Semua bentuk karangan, secara umum, baik yang pendek (artikel di koran dan majalah) maupun yang panjang (skripsi, tesis, disertasi, atau buku), selalu terbagi dalam tiga bagian pokok, yaitu pembukaan atau pendahuluan, isi, dan penutup/rangkuman. Namun, yang tidak boleh dilupakan adalah judul dan daftar pustaka (jika perlu). Judul. Judul hendaknya (1) jelas, (2) memiliki daya tarik yang kuat, (3) mencerminkan dengan tepat masalah yang dibahas, dan (4) pilihan katanya harus tepat, mengandung unsur-unsur utama yang dibahas. Pembukaan/Pendahuluan. Bagian pendahuluan hendaknya (1) mampu membangkitkan minat pembaca untuk terus membaca, (2) diberikan acuan (konteks) bagi permasalahan yang akan dibahas dengan menonjolkan hal-hal yang belum tuntas dibahas dalam karangan lain, (3) diakhiri dengan rumusan singkat tentang pokok-pokok yang dibahas, dan (4) diungkapkan pula tujuan pembahasan. Bagian Isi/Inti. Bagian isi adalah jembatan yang menghubungkan antara bagian pendahuluan dan bagian penutup. Bagian isi merupakan bagian yang paling penting dalam sebuah karangan. Bagian isi memuat kupasan, analisis, argumentasi, dan pendirian penulis tentang masalah yang dibicarakan/dibahas. Dalam bagian ini (juga bagian-bagian lain) hubungan antaralinea/antarparagraf harus dijaga agar tetap padu/logis. Penutup/Rangkuman. Dalam bagian penutup dikemukakan (1) simpulan, rangkuman, atau generalisasi, (2) diusahakan ada unsur “penyengat”, aspek tidak terduga, Majalah CANDRA (Disdikpora DIY) Edisi 1, Thn XLVII, 2017, hlm. 18--19. (3) klimaks, jika pengungkapannya kronologis, (4) ada aspek “open”, menekankan pertanyaan pokok yang tidak atau belum terjawab, bersifat memancing, agar pembaca terangsang untuk mengerjakan sesuatu berdasarkan apa yang telah dijelaskan atau diuraikan. Daftar Pustaka. Ada-tidaknya daftar pustaka bergantung keperluan. 9. Penggunaan Bahasa Penggunaan kata dan kelompok kata (frase). Dalam suatu karangan hendaknya (1) dihindari pemakaian kata atau frase tutur kecuali apabila sudah menjadi perkataan umum; (2) dihindari pemakaian kata atau frase yang telah usang atau mati; (3) kata atau frase yang bernilai rasa hendaknya digunakan secara cermat sesuai suasana dan tempatnya; (4) katakata yang bersinonim hendaknya digunakan secara cermat sebab makna kata-kata sinonim itu tidak selamanya sama benar dalam pemakaiannya; (5) dalam karangan umum kata-kata asing hendaknya dihindarkan; dan sebagainya. Penyusunan kalimat. Dalam suatu karangan hendaknya digunakan (1) kalimat pendek-pendek, (2) bahasa biasa yang mudah dipahami pembaca, (3) bahasa sederhana dan jernih pengutaraannya, (4) bahasa yang padat, kuat, efektif, dan sebagainya. 10. Saran Penting Apabila ingin cerdas, eksis, terkenal, dan seterusnya, marilah, mulai hari ini, kita mengarang, menulis, dan memublikasikan karangan kita ke media massa (koran, majalah, jurnal, dll.). Banyak-banyaklah membaca, kemudian menulis dan menulis. *** Catatan: tulisan ini dirangkum dari berbagai sumber tertulis. Penulis adalah peneliti utama bidang sastra yang sekarang menjabat Kepala Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta.