[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu

RPP MEMBACA CEPAT BAHASA INDONESIA KELAS X

RPP ini merupakan bagian dari mata kuliah penugasan pengajaran mikro (microteaching) semester VII yang sudah divalidasi oleh dosen pengampu Wawan Setyawan, M.Pd.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Aspek Teks : MAN Godean Sleman : Bahasa Indonesia : X/1 : 1 x 25 menit (1 pertemuan) : Membaca Cepat A. Standar Kompetensi 3. Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik membaca B. Kompetensi Dasar 3.1 Menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat (250 kata/menit) C. Indikator Pembelajaran 1. Mampu membaca cepat teks dengan kecepatan 250 kata/menit 2. Mampu menemukan ide pokok dalam teks 3. Mampu membuat ringkasan isi teks dalam kalimat yang runtut D. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat membaca cepat teks dengan kecepatan 250 kata/menit 2. Peserta didik dapat menemukan ide pokok dalam teks 3. Peserta didik dapat membuat ringkasan isi teks dalam kalimat yang runtut E. Materi Pembelajaran Membaca Cepat: 1. Teks nonsastra 2. Teknik membaca cepat 3. Rumus membaca cepat 4. Pengertian ide pokok 5. Keberadaan Ide Pokok F. Metode Pembelajaran 1. Information Search 2. Tanya Jawab 3. Diskusi G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran No. 1. Kegiatan Awal Kegiatan Pembelajaran Waktu 3 menit 2. 3. a. Guru mengucapkan salam. b. Guru memberikan informasi tentang materi, tujuan, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. c. Guru membagikan resource material (sumber materi) berupa esai “Budaya Cara Makan Ketupat Kandangan yang Unik dan Asli” kepada masing-masing siswa. d. Guru membagikan bendera warna-warni, 1 lembar kertas origami, dan 1 lembar kertas LKS kepada masing-masing siswa. Kegiatan Inti a. Sebelum melakukan kegiatan membaca esai, guru akan memberikan rumus kecepatan membaca per menit (kpm) kepada siswa. b. Masing-masing siswa mempersiapkan stopwatch atau jam tangan sebagai alat penghitung waktu. c. Setelah itu, siswa melakukan kegiatan membaca esai dengan waktu yang telah ditentukan oleh guru. d. Ketika guru sudah memberhentikan kegiatan membaca siswa, barulah siswa menghitung jumlah kecepatan per menit dengan menandai batas akhir yang telah dibaca terlebih dahulu. e. Bendera yang telah dibagikan, nantinya digunakan oleh siswa sebagai perolehan poin dan dimasukkan ke dalam amplop yang telah disediakan. f. Kemudian siswa menjawab soal pertanyaan berkenaan dengan esai tersebut tanpa melihat kembali esai yang telah dibaca. g. Guru membahas jawaban yang benar secara bersama dan mengembangkan jawaban tersebut untuk memperluas cakupan belajar siswa. h. Siswa yang menjawab dengan baik akan diberikan tambahan poin berupa bendera warna-warni. i. Setelah melakukan kegiatan membaca, siswa diminta untuk membentuk menjadi 3 kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 3-4 orang. j. Setiap kelompok mendapatkan lembar kerja siswa (LKS) tugas kelompok. k. Nantinya, setiap kelompok akan meringkas dan menemukan ide pokok dari sebuah bacaan berupa esai. l. Kelompok yang telah selesai meringkas dapat menceritakan kembali isi bacaan berdasarkan ide pokoknya. Kegiatan Akhir a. Guru mengevaluasi dan memberikan reward kepada 3 siswa yang meraih poin terbanyak. b. Guru menutup pembelajaran yang diakhiri salam. H. Media Belajar 1. Kertas asturo warna hitam, kertas ivory A4, kertas origami, dan kertas LKS 10 menit 7 menit 5 menit 2. Bendera warna-warni 3. Spidol dan amplop 4. Esai Lomba OSEBI (Olimpiade Seni dan Bahasa Indonesia) tingkat SMA I. Sumber Belajar Nurhadi. 1991. Bagaimana Meningkatkan Kecepatan Membaca. Bandung: Penerbit Sinar Baru. Kosasih, Engkos. 2008. Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga. Supriyadi. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu. Tim Edukatif. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia Jilid 3 untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Penerbit Erlangga. J. Penilaian 1. 2. 3. 4. 5. Tabel Tingkat Kecepatan Membaca Jenjang Pendidikan Kecepatan Membaca SD/SLTP 200 kpm SMA 250 kpm Mahasiswa 325 kpm Pascasarjana 400 kpm Orang dewasa tidak sekolah 200 kpm Deskriptor: 1. Pada jenjang pendidikan SD/SLTP, kecepatan membaca seseorang harus mencapai 200 kpm. Jika kurang dari 200 kpm, maka ia harus berlatih dengan membaca bacaan berbagai sumber teks nonsastra sampai kecepatan membacanya tercapai atau lebih. 2. Pada jenjang pendidikan SMA, kecepatan membaca seseorang harus mencapai 250 kpm. Jika kurang dari 250 kpm, maka kecepatan membacanya masih lemah. 3. Pada jenjang mahasiswa, kecepatan membaca seseorang harus mencapai 325 kpm. Jika kurang dari 325 kpm, maka kecepatan membacanya masih lemah. 4. Pada jenjang pascasarjana, kecepatan membaca seseorang harus mencapai 400 kpm. Jika kurang dari 400 kpm, maka kecepatan membacanya masih lemah. 5. Bagi orang dewasa tidak sekolah, kecepatan membacanya 200 kpm atau sama dengan pada jenjang pendidikan SD/SLTP. Jika kurang dari 200 kpm, maka ia harus berlatih membaca berbagai macam bacaan. Penilaian membaca cepat juga dilihat dari tugas individu dan tugas kelompok siswa. Tugas individu: 1. Apabila siswa dapat menjawab soal pertanyaan dari guru dengan benar secara keseluruhan, maka dapat dikategorikan baik. 2. Apabila siswa dapat menjawab soal pertanyaan dari guru dengan benar tidak secara keseluruhan, maka dapat dikategorikan cukup baik. 3. Apabila siswa tidak dapat menjawab soal pertanyaan dari guru dengan benar secara keseluruhan, maka dapat dikategorikan kurang. Tugas kelompok: 1. Apabila siswa dalam kelompok dapat meringkas teks bacaan dan menemukan ide pokok, maka dapat dikategorikan baik. 2. Apabila siswa dalam kelompok kurang dapat meringkas dan menemukan ide pokok, maka dapat dikategorikan cukup. 3. Apabila siswa dalam kelompok tidak dapat meringkas dan menemukan ide pokok, maka dapat dikategorikan kurang. Mengetahui, Kepala Sekolah MAN Godean April 2015 Praktikan H.M. Imaduddin Arief Kurniatama MENEMUKAN IDE POKOK BERBAGAI TEKS NONSASTRA DENGAN TEKNIK MEMBACA CEPAT A. Teks Nonsastra Suatu teks terbagi ke dalam dua jenis, yakni teks sastra dan teks nonsastra. 1. Teks sastra, contohnya puisi, cerpen, novel, drama. 2. Teks nonsastra, contohnya berita, artikel, esai, laporan, biografi. Tujuan seseorang membaca teks sastra, pada umumnya, adalah untuk mengetahui pengalaman orang lain dan memperoleh hiburan. Misalnya saja ketika membaca cerpen. Di sana kita akan menemukan cerita perjalanan hidup yang dialami tokohnya. Selain itu, jika dalam cerpen tersebut ada cerita-cerita unik dan lucu yang akan membuat tertawa atau terkesan. Akan tetapi, tidak demikian halnya ketika membaca teks nonsastra, seperti berita, artikel dan lainnya. Di sana kita akan memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat. B. Teknik Membaca Cepat Membaca cepat dilakukan dengan gerakan mata yang menyapu halaman demi halaman dari bacaan dengan kecepatan tinggi. Membaca cepat dapat dilakukan dengan berbegai teknik. Salah satu di antaranya adalah dengan teknik fiksasi. Berikut adalah langkahlangkahnya. 1. Sediakanlah kertas yang diberi gambar berupa titik-titik. 2. Usahakanlah mata dengan mengikuti titik-titik hitam itu secara tepat. 3. Ulangi latihan itu berkali-kali dengan titik-titik hitam yang semakin dijarangkan. 4. Terapkanlah latihan itu terhadap bahan bacaan sesungguhnya. Bacalah sebuah halaman dalam bacaan itu secara cepat. Misalnya, pada baris pertama, baris terakhir dan bagianbagian lain yang dianggap penting dalam halaman itu. …………………… ……………………… …………………… ……………………… …………………… ……………………… …………………… ……………………… …………………… ……………………… …………………… ……………………… …………………… ……………………… …………………… ……………………… …………………… ……………………… …………………… ……………………… …………………… ……………………… …………………… ……………………… …………………… ……………………… …………………… ……………………… Proses membaca cepat dapat dilakukan……………………… dalam berbagai teknik. Pemilihan teknik-teknik …………………… tersebut…………………… bergantung pada jenis bacaannya. …………… Bentuk zig-zag digunakan untuk teks yang sulit, …………………… bentuk spiral untuk teks yang agak sulit, dan bentuk diagonal araupun vertikal untuk teks ………… yang mudah, misalnya surat kabar. Bentuk zig-zag Bentuk diagonal Bentuk spiral Bentuk vertikal C. Rumus Membaca Cepat Membaca tidak hanya harus cepat, tetapi juga harus paham. Seseorang dikatakan memahami bacaan dengan baik, apabila ia dapat menjawab dengan benar sekurangkurangnya 75% dari seluruh pertanyaan yang disediakan. Untuk mengetahui kecepatan sekaligus pemahaman dalam membaca kita dapat menggunakan rumus berikut: Kpm = Q x 60 t Keterangan: Kpm Q t 60 = kecepatan per menit = jumlah kata yang dibaca = waktu dalam detik = satuan detik dalam menit Tabel Tingkat Kecepatan Membaca 1. 2. 3. 4. 5. Jenjang Pendidikan SD/SMP SMA Mahasiswa Pascasarjana Orang dewasa tidak sekolah Kecepatan Membaca 200 kpm 250 kpm 325 kpm 400 kpm 200 kpm Contoh perhitungannya sebagai berikut: Seorang guru SMA menyuruh siswanya untuk membaca sebuah teks berita dengan jumlah kata sebanyak 1.000 kata. Kecepatan membacanya 4 menit 10 detik. Dengan demikian, berapa kecepatan per menit (kpm) membaca siswa tersebut? Q = 1.000 kata t = 4 menit 10 detik atau (4 x 60) + 10 = 250 detik Kpm = 1.000/250 x 60 = 240 kpm Berdasarkan penghitungan di atas, kecepatan membaca siswa tersebut adalah 240 kpm. Hal ini tidak sesuai dengan jenjang pendidikan siswa SMA itu. D. Pengertian Ide Pokok Dalam bahasa Indonesia, ide pokok disebut pula pikiran utama, pokok pikiran, gagasan utama, atau kalmiat pokok. Keempat-empatnya bermakna sama serta mengacu kepada pengertian kalimat topik. Secara umum, paragraf dibentuk oleh dua unsur, yakni ide pokok dan ide penjelas. 1. Ide pokok adalah gagasan yang menjadi dasar pengembangan sebuah paragraf. Ide pokok paragraph sering disebut gagasan pokok atau gagasan utama. 2. Ide penjelas adalah gagasan yang menjelaskan ide pokok. Ide penjelas dapat pula disebut gagasan penjelas. Perhatikan paragraf berikut. Sejak terjadinya bencana gempa bumi dan gelombang tsunami di Aceh dan Sumatera Utara, seringkali bencana tersebut dijadikan sarana untuk memungut uang dari masyarakat. Banyak organisasi maupun kelompok orang tak bertanggung jawab meminta sumbangan untuk korban bencana tersebut. Mereka beroperasi di atas bus kota, lampu merah, dan pinggir-pinggir jalan lainnya dengan mengatasnamakan Departemen Sosial. Ide pokok paragraf di atas adalah seringkali bencana dijadikan sarana untuk memungut uang masyarakat. Ide tersebut terdapat dalam kalimat pertama. Kalimat-kalimat yang ada di bawahnya mengandung ide penjelas, yaitu: 1. Banyak organisasi maupun kelompok orang tak bertanggung jawab meminta sumbangan untuk korban bencana tersebut. 2. Mereka beroperasi di atas bus kota, lampu merah, dan pinggir-pinggir jalan lainnya dengan mengatasnamakan Departemen Sosial. E. Keberadaan Ide Pokok Ide pokok suatu paragraf kadang-kadang berada di awal paragraf. Di samping itu, ide pokok mungkin pula terletak di bagian akhir, di bagian awal sekaligus pada akhir paragraf, atau di seluruh bagian paragraf itu. 1. Ide Pokok di Awal Paragraf Paragraf yang demikian dinamakan paragraf deduktif, yakni paragraf yang ide pokoknya berada di awal paragraf. Contoh: Komandan Pusat Polisi Militer Tentara Nasional Indonesia, Mayor Jenderal Sulaiman A.B., mengungkapkan ada dua kemungkinan penyebab musibah punser Seracen yang menewaskan kameramen stasiun televisi Indosiar, Arie Wailan Orah (Awo). Kedua penyebab itu adalah rem blong dan as roda belakang patah. Selain itu, salah satu faktor penyebab tewasnya Awo adalah lambatnya penanganan medic setelah musibah tersebut terjadi. a. Ide pokok: dua kemungkinan penyebab musibah panser Saracen. b. Ide penjelas: 1) Kedua penyebab itu adalah rem blong dan as roda belakang patah. 2) Selain itu, salah satu faktor penyebab tewasnya Awo adalah lambatnya penanganan medik setelah musibah tersebut terjadi. 2. Ide Pokok di Akhir Paragraf Paragraf ini disebut dengan paragraf induktif, yakni paragraF yang ide pokoknya terletak di akhir paragraph. Di bagian awalnya dikemukakan fakta-fakta ataupun uraian-uraian. Kemudian, dari fakta-fakta itu penulis menggeneralisasikanya ke dalam sebuah kalimat. Contoh: Pada masa lalu jika seseorang mau menabung atau mengambil uang di bank, ia harus datang ke bank tersebut dengan memenuhi segala persyaratannya. Demikian juga apabila seorang nasabah mau mentransfer dana ke rekening lain, ia harus datang ke bank tersebut dengan memenuhi segala persyaratannya. Segala transaksi harus dilakukan di tempat bank itu berada. Sekarang para nasabah bank dpermudah dengan teknik layanan baru. Jika nasabah mau mengadakan transaksi mulai dari menabung, mengambil uang, mengecek saldo akhir, membayar rekening telepon, dan lain-lain, dapat dilakukan dari jarak jauh dengan cukup menekan tombol saja. Telebanking merupakan inovasi baru untuk mempermudah para nasabah melakukan berbagai kegiatan transaksi perbankan. Ide pokok paragraf tersebut adalah telebanking merupakan inovasi baru. Pernyataan tersebut merupakan kesimpulan atas pernyataan-pernyataan sebelumnya. Oleh karena letaknya di bagian akhir paragraf, maka digolongkan ke dalam jenis paragraf induktif F. Menceritakan Isi Bacaan Berdasarkan Ide Pokok Penemuan atas ide pokok bacaan sangatlah penting ketika kita bermaksud menjelaskan kembali isi bacaan itu. Berdasarkan pokok-pokoknya itulah kita dapat menceritakan isi suatu bacaan. Contoh: Gelombang serangan penyakit flu burung (Avian influenza) sungguh mengagetkan. Para peternak berterikan karena tiba-tiba ternak peliharaan mereka mati terserang mematikan. Padahal sehari sebelumnya, ternak-ternak mereka masih sehat. Serangan penyakit flu burung merupakan kejadian yang kedua kalinya di negeri ini. Dibandingkan dengan serangan wabah yang pertama, serangan kali ini memang lebih hebat. Pada tahun 2004, wabah penyakit flu burung hampir merata terjadi di seluruh wilayah Tanah Air. Kali ini wabahnya bersifat sporadis, hanya di beberapa daerah saja. Meski demikian tingkat kerugian yang diakibatkannya tidak bisa dianggap kecil. Para peternak di wilayah Sulawesi Selatan mengalami kerugian hingga ratusan juta. Adapun para peternak di kota-kota seperti Boyolali, Tegal, Surabaya, dan Kediri, yang tahun lalu terserang, kali ini terserang lagi dengan kerugian dua kali lipat. Kalimat-kalimat yang bergaris bawah merupakan ide pokok dalam bacaan itu. Berdasarkan ide pokok itu pula, bacaan tersebut dapat diceritakan kembali sebagai berikut. Gelombang serangan penyakit flu burung (Avian influenza) sungguh mengagetkan. Kali ini wabahnya bersifat sporadis, hanya di beberapa daerah saja. Meski demikian tingkat kerugian yang diakibatkannya tidak bisa dianggap kecil. KIAT CERDAS TEKNIK MENINGKATKAN KECEPATAN MEMBACA Dalam buku “Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca? yang ditulis oleh Nurhadi, ada beberapa saran untuk meningkatkan kecepatan membaca. Berikut saran-saran tersebut. 1. Biasakan untuk membaca pada kelompok-kelompok kata. Hindari membaca kata demi kata. Jika ini kebiasaanmu ubahlah cara membaca itu dengan melihat satuan kalimat yang lebih tinggi dari kata, misalnya melihat frasa demi frasa. Dengan demikian, kamu memperkecil jumlah aspek bacaan yang perlu dilihat. 2. Jangan mengulang-ulang kalimat yang telah dibaca. Kebiasaan umum yang sering menghambat kecepatan membaca adalah jika kita selalu mengulang-ulang apa yang telah dibaca. 3. Jangan selalu berhenti lama di awal baris atau kalimat. Ini akan memutuskan hubungan makna antarkalimat atau antarpargraf. Kita bisa lupa dengan apa yang baru dibaca. Berhentilah agak lama di akhir-akhir bab, sub bab, atau jika ada judul baru. 4. Cari kata-kata kunci yang menjadi tanda awal dari adanya gagasan utama sebuah kalimat. 5. Abaikan saja kata-kata tugas yang sifatnya berulang-ulang, misalnya, kata-kata seperti yang, di, dari, pada, se, dan sebagainya. BUDAYA CARA MAKAN KETUPAT KANDANGAN YANG UNIK DAN ASLI oleh Nurlaila SMA SEMESTA BBS, SEMARANG Membicarakan masalah kebudayaan memang tidak akan pernah ada habisnya. Beragam kebudayaan yang dirajut secara turun temurun inilah yang sangat perlu untuk dilestarikan. Kebudayaan tidak hanya dilihat dari sebuah bukti yang berupa wujud suatu benda, namun juga dapat dilihat dari sebuah sikap yang khas dan turun temurun sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Cara makan dapat dikategorikan sebagai budaya yang tidak lepas dan bahkan sangat erat kaitannya dengan suatu daerah. Indonesia yang dikenal dengan cara makan menggunakan tangan adalah suatu budaya yang menjadi sebuah ciri khas. Seiring perkembangan zaman, tentunya banyak kebiasaan dan kebudayaan asli Indonesia yang sering terabaikan. Namun, ada beberapa daerah yang dalam perkembangannya justru dapat melestarikan sebuah kekhasan yang dapat bersaing dengan perkembangan zaman tanpa menghilangkan budaya aslinya. Sebagai contoh, kota kelahiran saya, yaitu Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang terletak di Provinsi Kalimantan Selatan. Kota kecil ini juga dikenal dengan sebutan Kota Dodol dan juga terkenal dengan ketupatnya yang khas, yaitu ketupat kandangan. Ketupat kandangan adalah makanan khas dari Kalimantan Selatan. Nama “Kandangan” sendiri diambil dari daerah asal ketupat tersebut. Makanan ini sudah menjadi makanan yang sangat digemari di Kalimantan Selatan. Rasanya yang khas serta racikan bumbunya yang benarbenar asli inilah yang sangat memikat lidah siapapun yang mencicipinya. Ketika lebaran pun, ketupat merupakan menu wajib di setiap rumah di kota tersebut. Selain sebagai makanan tradisional, ketupat yang satu ini tentunya memiliki makna tersendiri bagi masyarakat setempat. Karena telah diturunkan secara turun temurun, ketupat ini sudah menjadi identitas kota Kandangan. Cara penyajiannya yang khas inilah yang menjadikan ketupat ini memiliki keunikan tersendiri. Keunikan yang pertama adalah ketupat ini disajikan bersama ikan haruan (mungkin lebih dikenal dengan ikan gabus) yang dimasak dalam kuah yang mirip dengan opor, hanya saja lebih manis. Tentu sangat menarik kalau dilihat dari keunikan yang pertama ini, karena ketupat ini berbeda dengan ketupat biasa pada umumnya. Selain budaya, faktor geografis pun juga berpengaruh. Karena daerah Hulu Sungai dikenal banyak terdapat pohon kelapa, maka masyarakat menggunakan bahan yang ada yaitu pohon kelapa untuk mengolah makanan. Dari sinilah ketupat tersebut dibuat. Dari daun kelapa dibuatlah anyaman untuk ketupat, santan sebagai kuah ketupat ini juga dari kelapa, dan tidak ketinggalan pelepah daun kelapa yang juga digunakan sebagai tempat untuk membakar ikan gabus yang mana merupakan lauknya. Inilah bagaimana pembuatan ketupat kandangan yang tradisional sehingga menciptakan rasa yang khas. Unik bukan? Benar-benar cara memasak yang sangat tradisional. Dan lebih mengagumkan lagi, walaupun sekarang banyak cara memasak yang lebih praktis dan modern namun tradisi memasak seperti itu masih dipertahankan agar tidak mengubah citarasanya. Keunikan yang kedua adalah keunikan yang paling menonjol. Ketupat ini dimakan menggunakan tangan, walaupun sendok dan garpu juga telah disediakan, namun kebanyakan orang lebih memilih menggunakan tangan karena menurut mereka lebih nyaman dan lebih nikmat apabila menyantapnya dengan tangan. Khususnya bagi masyarakat setempat, makan ketupat memang seharusnya menggunakan tangan, karena mereka berpendapat rasa khas ketupat tersebut akan lebih terasa jika dimakan menggunakan tangan daripada menggunakan sendok. Sebab lain kenapa cara makannya menggunakan tangan karena ketupat ini mudah hancur. Kenapa mudah hancur? Karena beras yang digunakan memang tidak pulen seperti beras Jawa. Ketupat yang hancur ini akan membuat kuah meresap ke dalam ketupat yang sudah diremasremas oleh tangan. Sebenarnya bagi masyarakat setempat, bukan hanya terbatas dalam makan ketupat saja yang menggunakan tangan, akan tetapi makanan yang lain pun juga dimakan menggunakan tangan. Karena dikenal dengan kota yang religius, tentunya masyarakat percaya kalau makan menggunakan tangan lebih baik, karena merupakan sunnah rasul. Keunikan yang ketiga adalah menu ini disantap pada pagi hari, tentunya sangat jarang ditemui menu ikan berkuah yang menjadi santapan pada pagi hari. Biasanya kita menemuinya sebagai santapan untuk siang atau malam hari. Walaupun disantap pagi hari, ternyata tidak mengurangi kenikmatannya. Kebanyakan orang menyukai menyantap masakan ini di pagi hari sebagai sarapan mereka, karena memiliki sensasi yang berbeda. Kebanyakan masyarakat setempat pun juga menyantapnya pada pagi hari. Hal ini dilatarbelakangi kebiasaan kebanyakan penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani yang tidak sempat memasak untuk makan pagi sehingga sebelum pergi ke sawah (bahasa banjar : pahumaan) mereka makan ketupat di warung. Dan akhirnya menjadi kebiasaan memakan ketupat ini sebagai sarapan pagi. Namun, hal tersebut tidak menjadi permasalahan. Ketupat ini tentu bisa disantap kapan saja sesuai keinginan. Selain itu, kita tidak perlu malu untuk makan menggunakan tangan yang mana merupakan budaya cara makan orang Indonesia dan orang melayu pada umumnya. Makan menggunakan tangan mempunyai banyak manfaat, disini kita belajar untuk menjaga kebersihan tangan, tentunya kalau kita makan menggunakan tangan pasti kita selalu mencuci tangan kita dan juga belajar untuk selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kita tangan yang serbaguna. Setiap budaya pasti mempunyai alasan tersendiri, dan tentunya banyak manfaat yang kita dapat apabila kita menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari sini kita belajar untuk lebih mengenal budaya sendiri dan manfaatnya, serta belajar untuk melestarikan budaya yang telah dirajut turun temurun agar tidak punah ditelan zaman. Jumlah kata : 800 (Sumber: osebi.org dengan pengubahan) Jawablah soal-soal berikut sesuai dengan isi teks tersebut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Apa judul artikel yang Anda baca? Siapakah penulisnya? Terdapat di kota manakah keunikan makan ketupat menggunakan tangan? Ada berapa keunikan dalam menyantap ketupat Kandangan itu? Sebutkan! Apa saja manfaat makan ketupat menggunakan tangan bagi masyarakat Kandangan? Apa mata pencaharian penduduk di desa Kandangan? Mengapa kebudayaan cara makan ketupat menggunakan tangan perlu dilestarikan? Bagaimana cara penyajian ketupat Kandangan ini? Kenapa ketupat kandangan mudah hancur? Jawab: 1. Judul “Budaya Cara Makan Ketupat Kandangan yang Unik dan Asli” ; Penulis “Nurlaila” 2. Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan 3. Ada 3 : a. ketupat disajikan bersama ikan haruan (gabus); b. keunikan dimakan menggunakan tangan walau sudah ada sendok dan garpu yang tersedia; c. menu ini disantap pada pagi hari 4. a. kita belajar untuk menjaga kebersihan tangan; b. kita belajar bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan tangan yang serbaguna 5. Sebagian besar adalah petani 6. Karena sudah terjadi sejak turun temurun agar tidak punah ditelan zaman dan ciri khas yang unik 7. Disajikan dengan ikan haruan (gabus) yang dimasak dalam kuah yang mirip dengan opor, hanya saja lebih manis 8. Karena beras yang digunakan tidak pulen seperti beras Jawa