Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2018, Utusan Melayu (M) Berhad
Dan sementara kita masih merancang untuk mencapai matlamat tinggi, penemuan kajian ini berfungsi sebagai peringatan bahawa jika anda masih berada ditempat kedua atau tidak memenangi kejuaraan, anda tidak perlu terlalu keras untuk diri sendiri.
OPTIMALISASI PEMBINAAN TERITORIAL GUNA MEWUJUDKAN KETAHANAN WILAYAH YANG TANGGUH DALAM RANGKA PERTAHANAN NEGARA BAB-I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pada era globalisasi saat ini, Bangsa Indonesia di hadapkan pada satu dilema dibidang keamanan nasional dengan mengemukanya isu Demokratisasi, masalah Hak Asasi Manusia, degradasi Lingkungan Hidup dan isu keamanan seperti aksi Terorisme Internasional dan kejahatan Trans Nasional. Isu-isu ini menunjukkan peningkatan cukup tajam dan berkembang menjadi isu keamanan dunia. Disamping itu, isu-isu keamanan nasional seperti separatisme bersenjata, radikalisme dan konflik komunal masih melanda sejumlah negara terutama negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Hal tersebut diidentifikasikan sebagai bagian strategi politik negara adi kuasa agar memilki celah untuk dapat melakukan intervensi politik terhadap negara-negara di dunia dalam upaya memelihara dominasinya terhadap dunia Internasional. Guna mewujudkan ambisi politiknya, maka strategi yang di gunakan adalah melakukan intervensi dan infiltrasi kedalam tubuh organisasi kemanusiaan yang ada di negara tersebut dengan dalih bantuan kemanusiaan. Dengan mencermati perkembangan situasi nasional pada periode akhir-akhir ini khususnya sejak bergulirnya gerakan reformasi tahun 1998 hingga saat ini, maka dapat diyakini bahwa bangsa Indonesia telah terjebak dalam strategi politik negara adi kuasa, kondisi ini dapat ditunjukan oleh masih terjadinya euforia reformasi yang menjurus kearah rusaknya sistem dan tatanan sosial dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, mengemukanya serangkaian konflik komunal dan konflik sosial di tengah kehidupan masyarakat yang banyak diawali oleh isu agama, etnisitas, masalah kesenjangan sosial dan pertikaian antara partisan partai politik serta meningkatnya gerakan separatisme di Aceh, Papua dan Maluku sehingga menjadi cikal bakal pemicu perpecahan (fragmentasi) yang mengarah ke disintegrasi bangsa. Dan disisi lain munculnya aksi terorisme di Indonesia yang banyak menelan korban jiwa telah pula menambah beban pemerintah dalam upaya memelihara stabilitas keamanan nasional, hal tersebut
Di sebuah dahan pohon mati di tengah hutan, bertenggerlah tujuh ekor burung gagak hitam. Mereka semua memandang ke bawah dan sesekali berkaok dengan angkuh. Pandangan mata ketujuh burung gagak itu tidak lepas dari sosok tujuh ekor rubah yang berada jauh di bawah mereka. Rubah-rubah itu tampak mengitari bangkai seekor kelinci gemuk berbulu putih. Tujuh ekor rubah itu tampak sedang berdebat siapa yang akan memakan kelinci itu terlebih dahulu. Mereka juga berdebat berapa banyak bagian daging yang akan mereka dapatkan. Biarpun ukuran kelinci itu sangat besar dan bisa dibagi-bagi, tapi rubah-rubah itu tahu mereka tidak akan kenyang kalau hanya memakan potongan daging kelinci itu. Rubah yang paling tua merasa dirinya paling berhak atas potongan terbesar kelinci itu. Tapi rubah paling muda menyatakan bahwa dirinya yang masih dalam masa pertumbuhan, butuh banyak makanan bergizi. Sementara rubah paling besar dan kuat beranggapan dialah yang pantas mendapatkan seluruh kelinci itu. Tapi anggapannya langsung dibantah keenam rubah lainnya. Mereka tidak sudi jatah makanan mereka dihabiskan semuanya oleh si rubah besar. Perdebatan itu tampaknya tidak akan pernah selesai. Tidak satupun dari ketujuh rubah itu yang mau mengalah atau mendengarkan pendapat yang lainnya. Semuanya hanya ingin mendapatkan bagian terbesar dari kelinci yang tergeletak di hadapan mereka itu. Tidak terbersit niat untuk berbagi dalam hati masing-masing rubah itu. Ketujuh gagak yang sedari tadi bertengger di dahan pohon, tampak girang melihat ketujuh rubah yang sedang berdebat itu. Mereka terus berkaok-kaok riang dan sesekali berkomentar setiap kali para rubah memulai perdebatan. Salah satu gagak berkaok nyaring, menyerukan agar para rubah membagi rata daging kelincinya. Sementara gagak lain berpendapat agar rubah paling tua boleh makan lebih dahulu, tapi makan paling sedikit. Seekor gagak lain menimpali dengan kaok riang, bahwa lebih baik para rubah itu memutuskan siapa yang mendapatkan kelinci itu dengan undian. Tiga ekor gagak yang lain langsung berkaok dengan suara sumbang, bagaikan koor yang buruk. Dengan nada mengejek, mereka berseru pada para rubah agar memberikan kelinci itu pada mereka saja. Suara seruan para gagak membuat para rubah mendongak ke atas. Sebelumnya mereka mengabaikan ocehan ketujuh gagak itu, tapi sekarang mereka tampak marah mendengar pendapat-pendapat yang disampaikan
Sang Juara yang menghimpun tulisan para siswa, alumni dan guru SMA 1 Kuta Selatan pantas diapresiasi dengan rasa bangga dan bahagia. Terbitnya Sang Juara sebaiknya tidak semata dipandang sebagai sebuah dokumentasi, tetapi juga dilihat sebagai sebentuk upaya merawat tradisi berpikir. Dalam membangun peradaban, budaya olah pikir merupakan fondasi penting.
Academia Quantum, 2024
Didactologie et didactique des langues - Deux disciplines distinctes, 2022
Anúncio de Revista PHILOROSAE Disponível, 2023
Journal Article, 2012
Modern Fiction Studies, 2021
Ospedale di Santo Spirito in Sassia di Roma, in La signoria rurale nell'Italia del tardo medioevo, 5. censimento e quadri regionali, 2021
BMC Public Health, 2009
Trendovi u poslovanju, 2018
Neuropsychopharmacology, 2019
Journal of the American College of Cardiology, 2014
International Journal of Contemporary Medical Research [IJCMR], 2020
Studia z Dziejów Rosji i Europy Środkowo-Wschodniej, 2019
Annals of forest science, 2016
MMWR. Morbidity and mortality weekly report, 2014