[go: up one dir, main page]

Academia.eduAcademia.edu
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK, PAIR, SHARE) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI DEMOKRASI PANCASILA DI KELAS X SMA NEGERI 1 PADANGBOLAK OLEH: SUBRI PARIAMAN HARAHAP NPM. 09030360/Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Mahasiswa STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan Abstract This study aimed to examine the effect of the application of cooperative learning model TPS (Think Pair Share) on student learning outcomes matter Pancasila democracy Class X SMA Negeri 1 Padangbolak. This research was carried out by using descriptive methods in the form of correlation is to look at a picture and see the effect between the two variables of the study. When the study is done for 3 months starting June until September 2013. Population in this study were all students of Class X SMA Negeri 1 Padangbolak totaling 35 students. The sample is the entire population of Class X SMA Negeri 1 Padangbolak numbered 35 students. From the results of the analysis carried out it turns out that the alternative hypothesis is accepted or not enforced not be approved truth thitung > ttabel (3,73 > 1,70). That is not a significant difference between the application of cooperative learning model TPS (Think Pair Share) on the results of student learning material Pancasila democracy Class X SMA Negeri 1 Padangbolak. Keyword: Cooperative Learning Model TPS (Think Pair Share), Pancasila Democracy PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan sangat mendasar bagi pembangunan bangsa dan negara. Proses pendidikan tersebut diselenggarakan di sekolah melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, melalui interaksi belajar mengajar. Penyelengggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan guna meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional. Penyempurnaan kurikulum tersebut tidak sedikit mengalami kendala-kendala dalam praktik pendidikan. Idealnya, penyempurnaan kurikulum secara berkesinambungan harus diikuti kenaikan mutu pendidikan pula yang diprioritaskan melalui proses pembelajaran yang baik. Berdasarkan pengamatan di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran PKn. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh guru. Kondisi seperti itu mungkin akan mengakibatkan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran PKn semakin menurun. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran sekarang harus disesuaikan dengan perkembangan zaman melalui proses pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa. Sesuai fenomena nilai rata-rata PKn siswa pada Kelas X SMA Negeri 1 Padangbolak yaitu hanya 70 sedangkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 75. (SMA Negeri 1 Padangbolak, 2012/2013) Guru telah banyak melakukan berbagai upaya, seperti halnya melakukan pembelajaran remedial, memberikan pengayaan dan memberikan tugas-tugas tambahan di rumah dan sebagainya. Namun hal ini belum juga membawa perubahan hasil belajar siswa kearah yang positif atau lebih baik. Berdasarkan analisis situasi yang ada maka penulis berkeinginan untuk memperbaiki serta mengadakan motivasi pembelajaran. Oleh karena itu, penulis terdorong dan berkeinginan untuk menggunakan suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran Think Pair Share (TPS). 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak menarik perhatian kalangan pelajar. Agus Suprijono (2010:45) mengatakan bahwa: Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional dikelas. Trianto (2010: 81) menjelaskan bahwa: Strategi think-pair-share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Adapun indikator yang diterapkan oleh penulis pada model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah 1) Thinking (berpikir), 2) Pairing (berpasangan) dan 3) Sharing (berbagi). Berpikir merupakan tindakan yang paling penting dalam proses pembelajaran baik untuk guru maupun siswa. Kunandar (2010: 81) mengatakan bahwa: Berpikir (Thinking) yaitu guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir merupakan tahap pembelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan materi pelajaran yang akan dibahas. Berpasangan merupakan langkah berikutnya pada pembelajaran kooperatif tipe TPS setelah berpikir. Yatim Riyanto (2009:275) mengatakan bahwa: Pairing (berpasangan) yaitu bertukar pikiran dengan pasangan. Jadi dapat dipahami bahwa pada tahap ini siswa diajak berpasangan untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan agar semua pasangan yang berada di kelas saling mengetahui tentang masalah yang sedang dibahas seperti materi tentang hakikat Negara. Berbagi merupakan tahap dimana pasangan demi pasangan bertukar pikiran. Buchori Alma, dkk, (2009:91) mengatakan bahwa: Berbagi adalah pemikiran atau informasi yang mereka ketahui tentang permasalahan yang diberikan oleh guru, dan bersama-sama mencari solusinya. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Strategi think-pair-share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan merupakan suatu tipe yang memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespons serta saling bantu sama lain. 2. Hasil Belajar PKn Materi Pokok Demokrasi Pancasila Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Seseorang yang melakukan kegiatan belajar mengajar akan mencapai perubahan-perubahan yang positif dalam hal pengetahuan, kecakapan, kebiasaan, sikap, minat dan sebagainya. Muhibbin Syah (2002:88) mengatakan bahwa “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan”. Berarti berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2006:3) mengatakan bahwa “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Menurut Wina Sanjaya (2005:2) Hasil belajar adalah gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kopetensi dasar”. Sedangkan menurut Hamzah B.Uno (2007:137) bahwa “Hasil belajar merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan pengajaran tertentu”. Menurut Ahmad Sabri (2005:45) untuk mengetahui hasil belajar, maka diperoleh siswa dari proses pengajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh (komprehensif) yang terdiri atas unsur kognitif, efektif dan psikomotorik secara terpadu pada diri siswa, dan ada lagi hasil belajar yang bersifat tunggal (single facat) dan terlepas satu sama lain, sehingga tidak membentuk satu integritas pribadi”. Demokrasi Pancasila adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Menurut A.W. Widjaya (2002:8) yang menyatakan bahwa:” Demokrasi Pancasila adalah rangkaian (kumpulan) nilai yang disepakati bersama untuk menjadi landasan atau pedoman dalam mencapai tujuan atau kesejahteraan bersama”. Marwati dkk (2008:131) menyatakan bahwa Demokrasi Pancasila dapat mengikuti perkembangan yang terjadi pada negara lain yang memiliki ideologi yang berbeda dengan pancasila dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat”. Selanjutnya dalam bidang studi PKn salah satu materi yang dibahas di Kelas X SMA adalah demokrasi Pancasila. Untuk membahas demokrasi Pancasila menurut Kaelan dan Achmad Zubaidi (2007:56) ada 3 demokrasi Pancasila dibahas, yaitu : a) Unsur-unsur demokrasi Pancasila, b) Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila, c) Nilai-nilai demokrasi Pancasila”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakekat hasil belajar PKn materi pokok demokrasi Pancasila adalah faham dimana bentuk pemerintahannya dan cara hidup yang tidak terlalu ideal, tidak terlalu buruk, tetapi cocok dengan kehidupan masyarakat, dan dapat dinikmati oleh masyarakat. Demokrasi membutuhkan sebuah prospek ke depan, faktor-faktor yaitu; faktor ekonomi, faktor sosial, faktor eksternal, dan kultural. METODOLOGI Tempat penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Padangbolak. Sedangkan waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu sejak bulan Juli s.d. September 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Syamsuddin (2007:25) menyatakan, Metode eksperimen merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenal pada subjek selidik. Metode eksperimen yang dimaksudkan adalah untuk mengetahui adakah perbandingan antara hasil belajar PKn materi pokok demokrasi Pancasila dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) siswa Kelas X SMA Negeri 1 Padangbolak. Populasi penelitian adalah keseluruhan siswa Kelas X SMA Negeri 1 Padangbolak dengan jumlah 35 orang. Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:247), Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sampel merupakan wakil dari jumlah populasi yang dibahas dalam suatu penelitian. Sugiono (2009:118) mengatakan, Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini jumlah populasi sebanyak 35 orang, maka teknik penetapan sampelnya adalah total sampling. Pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini maka tehnik yang digunakan adalah angket dan test. Angket, digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran menggunakan model TPS (Think Pair Share). Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 71) bahwa Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur. Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah angket tertutup. Artinya angket diberikan langsung kepada responden untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”, kemudian diberikan penilaian. Apabila pilihan “Ya” diberi nilai 1, dan apabila pilihan “Tidak” diberi nilai 0. Jumlah butir angket yang diberikan adalah 15. Tes adalah alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang individu atau objek. Selanjutnya Sukardi (2008:189) berpendapat, Tes merupakan prosedur sistematik di mana individual yang di tes direpresentasikan dengan suatu set stimuli jawaban mereka yang dapat meunjukkan ke dalam angka. Hasil belajar demokrasi Pancasila dengan bentuk multiple choice (pilihan ganda) dengan opsi a, b, c, d. Untuk menyimpulkan data tentang vektor dibuat penskoran yakni jika siswa menjawab dengan benar diberi skor 1, jika salah diberi skor 0, sedangkan skor yang mungkin dicapai siswa adalah 0–100. Adapun jumlah soal 15 butir tes vektor. Menjawab masalah yang telah dirumuskan, maka penulis mengolah data yang dikumpulkan ke dalam dua tahap yang dilakukan, yaitu: Analisis deskriptif yaitu untuk melihat gambaran kedua variabel yaitu gambaran hasil belajar PKn materi pokok demokrasi Pancasila dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka data yang diperoleh selanjutnya digunakan teknik analisis statistik dengan rumus uji “t” tes. HASIL ANALISIS Hasil penelitian yang dilakukan terhadap variabel bebas (X), diperoleh skor terendah 2,40 dan skor tertinggi 3,73. Sedangkan skor maksimal yang mungkin dicapai adalah 4,00 dengan demikian nilai tengah teoritisnya 2,00. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai mean 3,10 median 3,12 dan modus 3,18. Dari nilai rata-rata tersebut jika dikonsultasikan pada klasifikasi penilaian, maka posisi keberadaan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think, Pair, Share (TPS) di Kelas X SMA Negeri 1 Padangbolak masuk pada kategori “Baik”. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap pretest variabel terikat (Y), maka jawaban responden atas pretest variabel ini diperoleh skor terendah 47 dan skor tertinggi 93. Sedangkan skor maksimal yang mungkin dicapai adalah 100 dengan demikian nilai tengah teoritisnya 50. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata 71 nilai tengah (median) 71,54 dan nilai yang paling sering muncul (modus) 73,16. Dari nilai rata-rata tersebut jika dikonsultasikan pada klasifikasi penilaian, posisi keberadaan hasil belajar PKn pada siswa materi Demokrasi Pancasila di Kelas X SMA Negeri 1 Padangbolak masuk pada kategori “Baik”. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap Posttest variabel terikat (Y), maka jawaban responden atas Posttest variabel ini diperoleh skor terendah 47 dan skor tertinggi 100. Sedangkan skor maksimal yang mungkin dicapai adalah 100 dengan demikian nilai tengah teoritisnya 50. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata 76 nilai tengah (median) 73,86 dan nilai yang paling sering muncul (modus) 76,47. Dari nilai rata-rata tersebut jika dikonsultasikan pada klasifikasi penilaian, posisi keberadaan hasil belajar PKn pada siswa materi Demokrasi Pancasila di Kelas X SMA Negeri 1 Padangbolak masuk pada kategori “Baik”. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus uji t tes, maka diperoleh nilai t hitung = 3,73 (tiga koma tujuh tiga). Selanjutnya untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think, Pair, Share (TPS) terhadap hasil belajar PKn pada siswa materi Demokrasi Pancasila di Kelas X SMA Negeri 1 Padangbolak. Bila dibandingkan dengan ttabel pada taraf signifikan 95% atau tingkat kesalahan 5% dengan derajat kebebasan (dk) = N – 1 = 35 – 2 = 33 maka, diperoleh ttabel = 1, 70 (Satu koma tujuh nol). Dengan membandingkan antara thitung dengan ttabel terlihat bahwa thitung lebih besar dibanding ttabel atau 3,73 > 1,70. Berdasarkan hasil konsultasi nilai tersebut maka hipotesis alternatif yang dirumuskan dalam penelitian dapat diterima atau disetujui kebenarannya. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Think, Pair, Share (TPS) terhadap hasil belajar PKn pada siswa materi Demokrasi Pancasila di Kelas X SMA Negeri 1 Padangbolak. DISKUSI Dalam hasil pengujian hipotesis yang telah didapatkan oleh penulis tidak terdapatnya pengaruh yang signifikan terhadap penelitian yang dilaksanakan dalam arti bahwa Ha ditolak dan Ho diterima, hal ini akan dikaitkan dengan hasil penelitian yang sebelumnya di mana penelitian yang telah dilaksanakan peneliti sebelumnya menyatakan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) dalam pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berpikir sendiri, belajar aktif dan menemukan sendiri prinsip/ konsep akan membangkitkan motivasi belajar siswa. Dalam hal ini penulis memberikan pernyataan bahwa teori, dan hasil penelitian yang telah ada sebelumnya, tidak selamanya berlaku pada suatu kelompok siswa tertentu dan berlaku pada suatu tempat tertentu. Hal ini perlu diteliti dan ditinjau apabila dipandang dari sudut tempat, lokasi, kepribadian siswa dalam suatu kelompok tertentu yang memiliki perbedaan PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh maka Gambaran Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) kelas X SMA Negeri 1 Padangbolak, memiliki rata-rata 3,10. Jika dikonsultasikan pada kriteria penilaian berada pada kategori “Baik”. Sehinggah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) kelas X SMA Negeri 1 Padangbolak dapat dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Gambaran hasil belajar siswa materi demokrasi pancasila di Kelas X SMA Negeri 1 Padangbolak sebelum dilakukan penerapan TPS (Think Pair, Share) diperoleh rata-rata sebesar 71, selanjutnya setelah dilakukan penerapan TPS (Think Pair, Share) diperoleh rata-rata hasil belajar siswa materi demokrasi pancasila 76. 2. Implikasi Hasil Penelitian Dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas, hendaknya seorang guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Khususnya pada Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) yang mampu memotivasi siswa untuk berpikir/ mencari sendiri pelajaran pada materi Demokrasi Pancasila. Dalam hal ini penulis memberikan suatu pemahaman baru jika ingin pencapaian hasil dan prestasi belajar siswa maksimal dan meningkat, diharapkan kembali guru memperhatikan faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa materi Demokrasi Pancasila kelas X SMA Negeri 1 Padangbolak. Jika Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) tidak mempengaruhi Hasil belajar siswa materi Demokrasi Pancasila kelas X SMA Negeri 1 Padangbolak, maka faktor lain dapat menjadi penentu namun harus dipahami, dijalankan dan ditingkatkan pelaksanaannya. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Abu, Teknik Belajar Yang Efektif, Jakarta : Rineka Cipta 2000. Anita, Sri W, Strategi Pembelajaran, Jakarta: UT, 2007. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. A.W. Widjaya, Dekrit Presiden, Jakarta : Fajar Agung, 2002. B. Uno, Hamzah, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Fathoni Abdurrahman, Metodologi Penelitian dan Tehnik Penguasaan Skripsi, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Hamalik, Oemar , Psikologis Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru, 2001. Husaini Husman, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, Jakarta : Rineka Cipta, 2008. J.J. Hasibuan dan Mudjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan, Yogyakarta: Paradigma, 2007. Kansil, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Pradnya Paramita , 2005. Marwati dkk, Kewarganenagaran Indonesia VI, Jakarta : Balai Pustaka, 2008. Mudjiono, Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, Jakarta : Gaung Persana Press, 2008 Moh. Nasir, Metodologi Penelitian, Bogor : Ghalia Indonesia, 2005 Meilia Nur Indah Susanti, Statistik Deskriptif & Induktif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010 Rose, Mavis, Indonesia Merdeka, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Bandung : PT Raja Grafindo Persada, 2010 Sanjaya, Wina, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Prenada Media Group, 2005 PAGE \* MERGEFORMAT 8